View My Stats

Jumat, 03 Februari 2012

(SKRIPSI) = = PENDEKATAN OPEN-ENDED DALAM PEMBELAJARAN MENGHITUNG KELILING DAN LUAS PERSEGI PANJANG PADA SISWA KELAS VII MTsS DARUL IHSAN SIEM


PENDEKATAN  OPEN-ENDED DALAM PEMBELAJARAN MENGHITUNG  KELILING DAN LUAS PERSEGI PANJANG
PADA SISWA KELAS VII  MTsS DARUL IHSAN SIEM




SKRIPSI



Diajukan Oleh:


FAKHRURRAZI
Mahasiswa Fakultas Tarbiyah
Jurusan Pendidikan Matematika
NIM: 260414552








FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2009 M / 1430 H




OUTLINE
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR 
DAFTAR LAMPIRAN
ABSTRAK
BAB I : PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang Masalah
  2. Rumusan Masalah
  3. Tujuan Penelitian
  4. Manfaat Penelitian
  5. postulat
  6. Penjelasan Istilah

BAB II : KAJIAN PUSTAKA
  1. Tujuan Pembelajaran Matematika di MTs
  2. Pendekatan open ended dan Efektivitas Pembelajaran matematika
  3. Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan open ended
  4. Pendekatan open ended dalam pembelajaran menghitung keliling dan luas persegi panjang

BAB III : METODE PENELITIAN
  1. Rancangan Penelitian
  2. Subjek Penelitian 
  3. Teknik Pengumpulan Data
  4. Teknik Analisis  Data

BAB IV : HASIL PENELITIAN
  1. Deskripsi Hasil Penelitian
  2. Analisis Hasil Penelitian

BAB V : PEMBAHASAN
BAB VI : PENUTUP
  1. Kesimpulan
  2. Saran
DAFTAR PUSTAKA







Pembimbing I,


Drs. Lukman Ibrahim, M.Pd 
Nip. 150 240 015






Disetujui oleh :

Banda Aceh, 5  Februari 2009
Peneliti,


Fakhrurrazi

Pembimbing II,


Nuralam, M.Pd
Nip. 132 130 911




 


PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Dalam perspektif islam belajar atau pendidikan merupakan perintah Allah yang merupakan kewajiban bagi setiap muslim, demikian juga mengajar merupakan ibadah yang tak ternilai pahalanya, bahkan sejak awal diturunkan Nya Islam wahayu Allah yang pertama adalah ayat yang memerintahkan untuk membaca(iqra’), membaca dalam pngertian nya adalah satu proses yang terpenting dalam sistem pendidikan. Hal ini sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-‘Alaq: 1-5
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ
Artinya
 “ Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”.[1]
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat besar peranannya dalam menunjang perkembangan dan kemajuan teknologi suatu negara, Kemajuan teknologi dewasa ini jauh lebih berkembang dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Perubahan yang terjadi pada era globalisasi sangat tergantung pada ilmu pengetahuan dan sumber daya manusia yang dimiliki  oleh suatu negara.
Pendidikan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat merancang berbagai desain untuk terciptanya suatu bangunan yang utuh. Hal ini sangat erat kaitan nya dengan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan bidang matematika. Mengingat pentingnya peranan matematika, maka matematika merupakan bidang studi yang diajarkan di setiap jenjang pendidikan mulai dari pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tingkat atas.
Dalam belajar matematika pada dasarnya seseorang tidak terlepas dari masalah karena berhasil atau tidaknya seseorang dalam matematika ditandai adanya kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Cars, Perry, dan Conroy (dalam Sutawidjaja, 1998) menawarkan strategi bagi siswa dan guru dalam konteks pemecahan masalah.
Strategi untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah yang berkaitan dengan siswa adalah sebagai berikut.
1.      Siswa harus diberanikan untuk menerima ketidaktahuan dan merasa senang mencari tahu.
2.      Setiap siswa dan kelompok siswa harus diberanikan untuk membuat soal atau pertanyaan.
3.      Kadang-kadang siswa diperbolehkan memilih masalah dari sejumlah masalah yang diberikan untuk membuat soal atau pertanyaan.
4.      Siswa harus diberanikan untuk mengambil resiko dan mencari alternatif.
Sedangkan strategi untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah yang berkaitan dengan guru adalah sebagai berikut.
1.   Guru harus menyadari akan sikap positif dan cara-cara yang dapat mengembangkannya.
2.   Guru harus berani mencari dan mengembangkan keterampilan siswa dalam memecahkan masalah.
3.   Guru harus mencari masalah yang menarik yang sering muncul secara spontan.
4.   Situasi dan materi yang menarik harus disediakan bagi siswa.
5.   Guru perlu memperluas situasi belajar dengan bertanya untuk menggalakkan jawaban[2].
Pendekatan open-ended adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan mengenalkan atau menghadapkan siswa pada masalah terbuka. Pembelajaran dilanjutkan dengan menggunakan banyak jawaban yang benar dari masalah yang diberikan untuk memberikan pengalaman kepada siswa dalam menemukan sesuatu yang baru di dalam proses pembelajaran[3]. Dengan kegiatan ini diharapkan pula dapat membawa siswa untuk menjawab permasalahan dengan banyak cara, sehingga mengundang potensi intelektual dan pengalaman siswa dalam proses menemukan sesuatu yang baru. Dengan demikian pembelajaran akan mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematika. Ketika siswa dihadapkan pada masalah terbuka, tujuannya bukan hanya berorientasi pada mendapatkan jawaban atau hasil akhir tetapi lebih menekankan pada bagaimana siswa sampai pada suatu jawaban, siswa dapat mengembangkan metode, cara atau pendekatan yang berbeda untuk menyelesaikan masalah. Dalam pelaksanaannya, hal tersebut memberikan peluang pada siswa untuk menyelidiki dengan metode yang mereka merasa yakin, dan memberikan kemungkinan elaborasi yang lebih besar dalam pemecahan masalah matematika.
Dari  observasi yang penulis lakukan  ketika PPL di MTsS Darul Ihsan Siem tahun 2007, siswa mengalami kesulitan dalam belajar geometri. Sebaiknya guru memilih pendekatan pembelajaran yang dapat memotivasi siswa dan menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan sehingga siswa dapat berpartisipasi aktif. Belajar untuk menyelesaikan masalah dan dapat meningkatkan semangat dan motivasi siswa. Dengan demikian pendekatan pembelajaran yang digunakan dapat memungkinkan siswa belajar efektif dan efisien. Oleh karena itu penulis mencoba untuk menerapkan suatu  pembelajaran dengan pendekatan open-ended.    
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul: ”Pendekatan open-ended dalam pembelajaran menghitung  keliling dan luas persegi panjang pada siswa Kelas VII MTsS Darul Ihsan Siem”.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
  1. Bagaimana kemampuan siswa dalam mempelajari materi persegi panjang melalui pendekatan open-ended ?
  2. Apakah dengan pendekatan open-ended dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa pada materi menghitung  keliling dan luas persegi panjang di MTsS Darul Ihsan Siem ?
  3. Bagaimana respon siswa terhadap penerapan pendekatan open-ended ?

C.     Tujuan Penelitian 
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut:
  1. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mempelajari materi persegi panjang melalui pendekatan open-ended.
  2. Untuk mengetahui efektifitas model pendekatan open-ended dalam pembelajaran menghitung keliling luas persegi panjang di MTsS Darul Ihsan Siem.
  3. untuk mengetahui respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan open-ended.

D.    Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
  1. Dapat memberikan informasi kepada siswa dalam memahami materi persegi panjang dengan pendekatan open-ended.
  2. Siswa memiliki sikap positif dengan pendekatan open-ended dan juga membuat siswa lebih tertantang serta dapat menumbuhkan rasa kebersamaan dalam belajar.

E.     Postulat
Postulat atau anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai tempat untuk berpijak bagi peneliti dalam melakukan penelitian.[4] Adapun yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1.      penggunaan metode yang tepat dalam proses belajar mengajar dapat menunjang   keberhasilan siswa.
2.       Model  pendekatan open  ended merupakan salah satu model yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika

F.      Penjelasan Istilah
1.      Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata belajar yang berarti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, sedangkan menurut suyitno pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dan siswa  serta siswa dengan siswa.[5] Adapun yang penulis maksud dengan pembelajaran adalah suatu proses interaksi yang terjadi antara guru, siswa dan sumber belajar yang disusun secara sistematis untuk membantu siswa  memperoleh kepandaian.

2.      Pendekatan Open-ended
            Pendekatan open-ended yaitu suatu pendekatan yang dimulai dengan memberikan pertanyaan yang terbuka yaitu pertanyaan yang mempunyai multi jawaban, penyelesaian yang benar dapat dijadikan alternatif pembelajaran matematika untuk keefektifan belajar pada siswa[6].

3.      Persegi Panjang
Persegi panjang adalah segi empat yang keempat sudutnya siku-siku dan sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar[7].




[1] Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: PT Syaamil Cipta Media, 2004), hal 597

[2] http:// faisal rohman. Blogspot. Com/2008/08.proposal skripsi html
[3] Tim MKPBM, Common Text Book Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Jica Bandung: 2001) hal 113
[4]  Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi V, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Hal .64.
[5]  Nurjannah, Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching Pada Materi Bilngan Bulat, skripsi, (Banda Aceh, FKIP Unsyiah), hal. 5.
[6] Enden Mina, Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Open-ended Terhadap Kemampuan Berfikir Efektif, 2006.

[7] M.kholik.sugiono,  Matematika SMP IB (Jakarta: Erlangga, 2006), hal.58





BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.     Tujuan Pembelajaran Matematika di Madrasah Tsanawiyah
Pendidikan adalah salah satu sarana terpenting yang akan menentukan kedudukan sebuah bangsa, karena hakikatnya pendidikan adalah tempat pengembangan sumber daya manusia,membangun dan mengolah segala potensi yang ada menjadi manusia-manusia yang berkualitas yang akan memegang peranan sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya masing-masing. Tidak ada satu bangsapun dapat berkembang menjadi bangsa yang maju dan besar kecuali memiliki sistem pendidikan yang baik pula. Realitasnya bangsa-bangsa yang memiliki sistem pendidikan yang maju, ditopang oleh tenaga pendidik yang berkualitas dan fasilitas yang memadai, akan mengalami perkembangan dan kemajuan yang drastis menjadi bangsa yang kuat dan disegani dunia dan akan mendatangkan kemakmuran bagi rakyatnya.
Secara umum pendidikan nasional bertujuan membentuk organisasi pendidikan yang bersifat memberikan kebebasan. Sehingga organisasi pendidikan tersebut mampu melakukan inovasi dalam pendidikan. Organisasi pendidikan dapat menjadi suatu lembaga yang beretika, apabila selalu menggunakan nalar, berkemampuan komunikasi sosial yang positif serta memiliki sumber daya manusia yang sehat dan tangguh.
Secara khusus pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia menjadi:
1.      Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2.      Beretika (beradab dan berwawasan budaya bangsa Indonesia)
3.      Memiliki nalar (maju, cakap, kreatif, inovatif dan bertanggungjawab)
4.      Berkemampuan komunikasi sosial (tertib dan sadar hukum, kooperatif dan kompetitif, demokratis) dan berbadan sehat sehingga menjadi manusia mandiri.[1]

Sehingga dari pendidikan tersebut diharapkan seseorang menjadi manusia mandiri yang mampu melakukan perubahan dalam dirinya ke arah yang lebih baik.
Dalam sistem pendidikan Nasional (UU RI No. 2 Tahun 1989) dikemukakan bahwa:
“Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia. Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.[2]

Matematika sebagai salah satu ilmu pengetahuan yang diajarkan mulai dari pendidikan dasar, menengah dan perguruan tinggi. Masing-masing mempunyai fungsi dan tujuan tersendiri. Adapun fungsi dan tujuan matematika di SMP atau MTs adalah sebagai berikut:
Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan-kemampuan tersebut dapat diperoleh melalui materi pengukuran, geometri, aljabar dan trigonometri. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan melalui metode matematika berupa kalimat matematika, persamaan matematika, diagram, grafik dan tabel.
Berdasarkan kurikulum 2004 “Tujuan Pembelajaran Matematika di SMP atau MTs adalah:
1.      Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, inisalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi.
2.      Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinal, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
3.      Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
4.      Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, cacatan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan”.[3]

Hal ini berarti bahwa: tujuan pengajaran matematika tidak hanya terbatas pada pengalihan pengetahuan pada siswa, tetapi juga mengembangkan kemampuan intelektual siswa dan untuk dapat menggunakan pengetahuan matematika yang dimiliki tersebut sehingga memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku, untuk itu diperlukan perangkat pembelajaran yang dapat digunakan dan berhubungan untuk menjawab perkembangan  ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju.

B.     Pendekatan 0pen-ended dan efektifitas pembelajaran matematika
Dalam melaksanakan tugasnya, seorang guru selalu berharap agar semua pengetahuan,ketrampilan dan ilmu yang diajarkannya dapat diterima, di ingat dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari  oleh semua anak didiknya, bukanlah suatu pekerjaan yang mudah untuk memperoleh hasil mengajar seperti yang diharapkan dan dicita-citakan oleh guru, karena banyak komponen yang mempengaruhinya.
Untuk melaksanakan pembelajaran yang efektif, seorang guru memiliki peranan penting dalam memilih suatu model pembelajaran yang tepat baik untuk suatu materi atau situasi dan kondisi pembelajaran yang sedang berlangsung. Sehingga pembelajaran tersebut dapat memotivasi siswa untuk memperoleh kompetensi yang diharapkan. Dengan demikian siswa mampu menyelesaikan permasalahan baik dalam pelajaran ataupun dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran matematika maka penulis memilih suatu model pembelajaran. Model pembelajaran yang ingin penulis paparkan disini adalah pembelajaran dengan pendekatan Open-ended. Pada prinsipnya pendekatan Open-ended sama dengan pembelajaran berbasis masalah yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang dalam prosesnya dimulai dengan memberi suatu masalah kepada siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Shimada,[4] pendekatan Open-ended adalah pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang memiliki metode atau penyelesaian yang benar lebih dari satu.
Pendekatan Open-ended dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan, menemukan, megenali dan memecahkan masalah dengan beberapa teknik. Masalah yang diberikan pada pendekatan Open-ended adalah masalah yang bersifat terbuka (Open-ended Problem) .
Keterbukaan masalah berdasarkan atas tiga tipe, yaitu:
1.      Proses terbuka, maksudnya proses itu mempunyai banyak cara penyelesaian    yang benar.
2.      Hasil akhirnya terbuka, maksudnya masalah itu memiliki banyak jawaban   yang benar.
3.      Cara pengembangan lanjutannya terbuka, maksudnya  ketika siswa telah menyelesaikan suatu masalah, mereka dapat mengembangkan masalah baru yaitu dengan cara mengubah kondisi masalah sebelumnya. 
 Tujuan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan  Open-ended ini adalah supaya siswa dapat mengembangkan ide-ide kreatif dan pola pikir yang matematis. Dengan  memberikan masalah yang bersifat terbuka diharapkan siswa lebih mudah menyelesaikan permasalahan dengan berbagai strategi dan siswa dapat memahami bahwa proses penyelesaian suatu masalah sama pentingnya dengan hasil akhir yang di peroleh. Dengan demikian pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Open-ended dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir bebas sesuai dengan minat dan kemampuan. Sehingga kemampuan berfikir matematis siswa dapat berkembang secara maksimal dan kegiatan kreatif siswa  dapat terkomunikasi melalui proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Open-ended, guru sangat berperan dalam menyediakan pertanyan yang berbentuk keterbukaan.
Hancock (1995: 496) dan Barenson (1995:183) menyatakan bahwa soal Open-ended adalah soal yang memiliki lebih dari satu penyelesaian dan cara penyelesaian yang benar. Dengan demikian ciri terpenting dari soal Open-ended adalah tersedianya kemungkinan keleluasaan bagi siswa untuk memakai sejumlah metode yang dianggap lebih sesuai dalam menyelesaikan permasalahan.
Dalam menyusun pertanyaann Open Ended dapat dilaksanakan melalui dua teknik.
1.      Teknik bekerja secara terbalik (working backward), teknik ini terdiri dari tiga    langkah, yaitu:
a.       Mengidenstifikasikan topik.
b.      Memikirkan pertanyaan dan menyediakan jawan terlebih dahulu.
c.       Menyediakan pertanyaan Open-ended berdasarkan pada jawaban yang telah  tersedia.
2.      Teknik Menggunakan Pertanyaan Standar (adapting a standard question). Teknik ini terdiri dari langkah, yaitu:
  1. Mengiditifikasikan topik. 
  2. Memikirkan pertanyaan standar.
  3. Menyediakan pertanyaan Open-ended yang baik  berdasarkan pertanyaan standar   yang telah tersedia.
Supaya proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Open-ended lebih  efektif, langkah yang terpenting bagi guru yaitu menyusun rencana pembelajaran. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun rencana pembelajaran,  yaitu:
1.      Menuliskan respon siswa. Siswa diharapkan merespon masalah yang diberiakan dengan berbagai cara.
2.      Tujuan yang dicapai dari masalah yang diberiakan harus jelas.
3.      Masalah yang disajikan dengan cara dan bentuk yang menarik perhatian dan membangkitkan semangat intelektual.
4.      Memberikaan inforamasi dalam masalah  dengan lengkap sehingga siswa dengan mudah memahami maksud dari masalah yang disampaikan.
5.      Menyediakan waktu yang cukup kepada siswa untuk mengeksplorasi masalah yang tersedia. Dengan demikian pertanyaan Open-ended diharapkan dapat memberikan kebebasan kepada siswa dalam menyampaikan gagasan dan pendapat, sehingga dapat meningkatkan berfikir kritis, sitematis, logis dan kreatif.

C.     keunggulan dan kelemahan pendekatan 0pen-ended
Dalam pendekatan Open-ended guru memberikan permasalahan  kepada siswa yang  memiliki cara penyelesaian lebih dari satu . Sehingga siswa menemukan sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan, keterampilan dalam berfikir matematika.
 Keunggulan dari pendekatan Open-ended  adalah sebagai berikut :
a.       Siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan dalam mengekspresikan  masing-masing ide.
b.      Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan ketrampilan matematika secara komprenhensif.
c.       Siswa yang kemampuan matematika rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri.
d.      Siswa secara instringsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan.
e.       Siswa memiliki banyak pengalaman untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.
Adapun kelemahan dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Open-ended, adalah sebagai berikut :
  1. Membuat dan menyiapkan masalah matematika yang bermakna bagi siswa adalah bukan hal yang mudah.
  2. Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat sulit sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan untuk merespon permasalahan yang diberikan.
  3. Siswa yang kemampuan tinggi dapat merasa ragu dan mencemaskan jawaban mereka.
  4. Sebagian siswa merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi.

D.    Pendekatan open ended dalam pembelajaran menghitung keliling dan luas persegi panjang
1.            Materi keliling dan luas persegi panjang
Berdasarkan kurikulum dasar pelajaran matematika materi persegi panjang merupakan salah satu mareri kelas VII semester genap di SMP/MTs.persegi panjang adalah satu materi pokok yang cocok deterapkan dengan pendekatan open-ended.
a.            Sifat- isfat persegi panjang
·        Dalam setiap persegi panjang , sisi yang berhadapan sama panjang
                        AB = BC = dan AD = BC
·        Dalam setiap persegi panjang , sisi yang berhadapan sejajar
            AB = BC dan AB // DC
            AD = BD dan AD // BC
            Jadi, AB # DC dan AD # BC
            “ # “ dibaca sama dan sejajar.
·        Dalam setiap persegi panjang, tiap-tiap sudutnya sama besar yaitu
sudut siku-siku.
Besar tiap sudut persegi panjang (sudut siku-siku)
Jadi LA = LB = LC = LD = 90
·        Diagonal pada persegi panjang sama panjang.
b.                  Keliling persegi panjang
Keliling persegi panjang adalah jumlah semua sisi persegi panjang
D                                  C



                       
                       A                                   B

            Keliling persegi panjang ABCD = AB + BC + CD + DA
            karena  AB = CD = dan BC = AD maka
            keliling persegi panjang ABCD = ( 2 X AB ) + ( 2 X BC )
            AB disebut panjang
            BC disebut lebar
            Jadi keliling persegi panjang ABCD = 2 x panjang + 2 x lebar

Rumus keliling persegi panjang adalah
K = 2 p + 2 l atau K = 2 ( p + l )

c.             Luas persegi panjang
            Luas persegi panjang adalah luas daerah yang dibatasi oleh sisi-sisi persegi panjang tersebut.
D                                  C



                       
                       A                                   B

Daerah yang darsir pada gambar persegi panjang adalah diatas menunjukkan luas persegi panjang ABCD.

Rumus Luas persegi panjang adalah
L = P x  l

2.      pendekatan open ended dalam pembelajaran menghitung keliling dan luas persegi panjang
                       
            Pengajaran materi persegi panjang dengan pembelajaran konvensional biasanya kurang melibatkan siswa secacara aktif dalam menemukan beberapa konsep, sifat atau hubungan-hubungan, konsep-konsep yang terdapat dalam materi persegi panjang hanya sekedar ditransfer dari guru kesiswa dan siswa secara fasif menerima informasi dari guru tanpa ada suatu keinginan untuk menemukan variasi-variasi baru. Pembelajaran keliling dan luas persegi panjang dengan pendekatan open-ended  melibatkan siswa secara aktif baik secara fisik maupun mental. Secara fisik siswa menggambar persegi panjang dari alat peraga yang telah disiapkan, secara mental siwa aktif melakukan investigasi dan eksplorasi untuk menemukan hubungan dari beberapa permaslahan yang diberikan, pengajuan masalah dalam pendekatan open-ended merangsang siswa untuk lebih aktif dan kreatif  dalam berfikir.
            untuk menyusun rencana pembelajaran dengan pendekatan open-ended. Sawada ( dalam yaniawati, 2003 ) menyarankan untuk memperhatikan beberapa langkah yang sekaligus merupakan kriteria implementasi proses belajar mengajar dalam menggunakan metode ini. Langkah- langkah tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Susunlah daftar respon yang diharapkan dari siswa.
2.      Tetapkan tujuan yang hendak dicapai.
3.      Bila perlu gunakan alat-alat bantu atau media untuk membantu
      kelancaran metode penyampaian soal.
4.      Kemaslah soal dalam bentuk semenarik mungkin.
5.      Alokasikan waktu secukupnya.



            Dalam penerapan pembelajaran dengan pendekatan open-ended pada materi keliling dan luas persegi panjang akan melalui beberapa tahapan sebagai berikut:
Tahap awal / kegiatan pendahuluan.
            Guru memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran, metode / pendekatan dan strategi yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Adapun pendekatan yang akan digunakan adalah pendekatan open-ended. Selain itu guru juga mengaktifkan  kemampuan dasar siswa dan mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan materi sebelumnya.
Tahap kedua / kegiatan inti.
Pada tahap ini guru mengelompokkan siswa dalam kelompok belajar kemudian memberikan masalah yang disajikan pada awal pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran yang akan dipelajari siswa. Siswa diminta membaca dan memahami masalah yang terdapat dalam LKS. Guru menyediakan alat peraga yang berupa segi empat yang terbuat dari karton untuk membantu siswa dalam memahami dan menyelesaikan masalah yang termuat dalam LKS.
Guru mengkomunikasikan kepada siswa langkah demi langkah sederhana bagaimana melaksanakan tugas-tugas di LKS. Ingatkan pada siswa bahwa mereka bekerja dalam sebuah tim yang kompak dan menyenangkan. Jika terdapat hal-hal yang kurang dipahami siswa, guru menjelaskan dan memberikan petunjuk seperlunya kepada siswa. Salah satu Bentuk permasalahan yang diberikan adalah
 Suatu persegipanjang luasnya 24 cm. Berapa cm kemungkin panjang dan lebar persegipanjang tersebut?
            Masalah tersebut diatas memungkinkan jawaban yang bervariasi dari siswa, melalui ide-ide yang muncul dari setiap jawaban siswa diharapkan dapat dikolaborasikan didalam kelompok untuk didiskusikan sehingga mencapai suatu kesimpulan. Hasil kerja kelompok akan dipresentasikan didepan kelas dan siswa lain menanggapinya dalam diskusi kelas. Sementara peneliti yang bertindak sebagai guru bertugas untk memantau seluruh aktifitas siswa dan membantu siswa yang mengalami kesulitan melalui arahan dan bimbingan. Dari hasil kerja kelompok dan diskusi diharapkan muncul respon positif dari siswa terhadap kesimpulan materi sebagaimana indikator tujuan yang telah dirancang dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.       


Tahap ketiga / kegiatan penutup.
            Pada tahap ini guru mengajak siswa untuk membuat beberapa kesimpulan dari materi yang dipelajari. Kegiatan pembelajaran diakhiri dngan kegiatan refleksi untuk mengecek pemahaman siswa yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa.


[1] E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan Implementasi, (Bandung: Rosda Karya, 2005) hal. 21.
[2]Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal. 79
[3]Kurikulum Berbasis Kompetensi, Standar Kompetensi, (Jakarta, Departemen Pendidikan Nasional, 2003). Hal. 6.


[4] Shimada (1997 : 1), Menggunakan Open-Ended untuk Memotivasi Berpikir Matematika, March, 11th 2008, from internet, http://educare.e-fklpunlana.net




BAB III
METODE PENELITIAN


A.     Rancangan Penelitian

            Rancangan penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional.[1] Penelitian tindakan kelas merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran. Inti dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran serta mencoba hal-hal baru dalam pembelajaran.
            PTK memiliki karakteristik penting yaitu problema yang diangkat dan dipecahkan melalui PTK harus selalu berasal dari persoalan praktek pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru. Jika seorang guru merasa bahwa apa yang dipraktekkan sehari-hari dikelas tidak bermasalah maka PTK tidak perlu dilakukan. Persoalannya sekarang tidak semua guru  mampu melihat sendiri apa yang telah dilakukannya selama bertahun-tahun dalam proses mengajar belajar. Oleh sebab itu, guru dapat berkolaboratif melakukan penelitian tindakan kelas. Dari sinilah kemungkinan akan munculnya masalah dalam proses mengajar belajar.
Karakteristik berikutnya dapat dilihat dari adanya tindakan-tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki proses mengajar belajar dikelas. Tanpa tindakan tertentu suatu penelitian juga dapat dilakukan dikelas, tetapi itu bukan penelitian tindakan kelas.
            Kemmis dan Mc Taggart mengemukakan bahwa “Prosedur penelitian tindakan kelas dipandang sebagai siklus spiral yang terdiri dari komponen perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya”.[2]
a. Rencana: Rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau perubahan prilaku dan sikap sebagai solusi.
b. Tindakan:     Apa yang dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diiginkan.
c. Observasi:    Mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan.
d. Refleksi:       Peneliti  mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil dari tindakan yang telah dilakukan.









Siklus Rancangan Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research)
 












                                



Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan







            Pelaksanaan kegiatan mengajar belajar untuk setiap kali pertemuan mengikuti siklus rancangan penelitian tindakan kelas, yaitu rencana, tindakan, observasi, dan refleksi. Pada tahap perencanaan, guru menyusun rencana pembelajaran (RPP-1) dengan mengaju pada silabus materi persegi panjang dan disesuaikan dengan postest. Disamping itu, peneliti juga menyiapkan alat dan peragkat pembelajaran yang dibutuhkan pada RPP-1. kemudian guru melakukan tindakan pertama, yaitu melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan RPP-1. Pada saat guru melaksanakan kegiatan mengajar belajar dilakukan observasi terhadap aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran dengan pendekatan Open-ended oleh dua orang pengamat, dan pengamat tersebut setelah selesai kegiatan mengajar belajar melakukan refleksi terhadap pelaksanaan RPP-1. Hasil refleksi/masukan yang diberikan oleh pengamat dijadikan pedoman oleh peneliti dalam merevisi berbagai kelemahan pada RPP-1 dan memperbaiki kembali RPP-2 sesuai hasil revisi dari RPP-1.
Berdasarkan hasil refleksi/masukan pada kegiatan pembelajaran pertama (RPP-1), guru menyusun rencana pembelajaran pertemuan kedua (RPP-2) dengan mengacu pada silabus. Selanjutnya guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai RPP-2. Pada saat guru melakukan kegiatan mengajar belajar juga dilakukan pengamatan. Setelah selesai, pengamat melakukan refleksi yang dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam merevisi berbagai kelemahan pada RPP-2 dan sekaligus memperbaiki kembali RPP-3. Selanjutnya peneliti kembali melaksanakan proses pembelajaran dan masih dilakukan pengamatan. Setelah selesai pengamat kembali memberikan refleksi untuk memperbaiki kembali RPP-3, sesuai dengan perbaikan RPP-3, RPP-1 dan 2 juga direvisi kembali.

B.     Subjek Penelitian

            Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas VII  MTsS Darul Ihsan Siem Aceh Besar tahun ajaran 2008/2009. Peneliti mengambil kelas VII­ sebagai subjek penelitian karena kelas tersebut memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian, hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa peneliti pernah mengajar di kelas tersebut pada waktu PPL.
C.     Teknik Pengumpulan Data

            Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu: tes, observasi, dan angket. Sedangkan instrumen yang digunakan adalah :
1.      Lembar Observasi (Pengamatan)
Observasi yaitu mengumpulkan data dengan cara mengamati langsung terhadap objek yang akan diteliti. Lembar observasi yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan model  pendekatan open-ended dan lembar aktifitas siswa selama pembelajaran. Lembar observasi kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dan lembar observasi aktifitas siswa diberikan kepada pengamat  yaitu mahasiswa PMA untuk diisi sesuai dengan keadaan yang diamati di lapangan.
2.      Tes
Tes yaitu memberi soal berbentuk essay sebanyak 5 soal kepada siswa kelas VII MTsS Darul ihsan siem yang dijadikan sebagai subjek penelitian. Tes yang dilakukan berbentuk postest untuk melihat tingkat penguasaan siswa terhadap materi menghitung keliling dan luas persegi panjang dengan mengunakan pedekatan Open-ended.
3.      Angket Respon siswa
Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap perangkat pembelajaran dengan mengunakan model pendekatan open-ended. Angket diberikan setiap setelah selesai kegiatan pembelajaran.

D.    Teknik Analisis Data

            Tahap pengolahan data merupakan tahap yang paling penting dalam suatu penelitian, karena pada tahap ini hasil penelitian dapat dirumuskan setelah semua data terkumpul maka untuk mendeskripsikan data penelitian dilakukan perhitungan sebagai berikut:

1.      Analisis Data Ketuntasan Hasil Belajar
Untuk menentukan keefektifan pembelajaran digunakan analisis hasil belajar siswa. Menurut Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) pada MTsS Darul Ihsan Siem untuk ketuntasan belajar secara individual jika mempunyai daya serap paling sedikit 50%, sedangkan suatu kelas dikatakan tuntas belajar secara klasikal jika 85% siswa tuntas secara individu. Data yang digunakan untuk menganalisis ketuntasan hasil belajar adalah tes akhir yang diberikan setiap selesai kegiatan pembelajaran. Jawaban tes digunakan untuk melihat ketuntasan hasil belajar.

2.      Analisis Data Aktivitas siswa
Data hasil pengamatan aktivitas siswa selama pembelajaran berlamgsung dianalisis dengan menggunakan persentase, yaitu:
Aktivitas siswa dikatakan efektif jika waktu yang digunakan untuk melakukan setiap aktivitas sesuai dengan alokasi waktu yang termuat dalam RPP dengan batasan toleransi 5%.[3] Penentuan kesesuaian aktivitas siswa berdasarkan pencapaian waktu ideal yang ditetapkan dalam penyusunan rencana pembelejaran dengan pendekatan Open-ended seperti tabel berikut:
Tabel 3.1 Kriteria Efektifitas Aktivitas Siswa.
No

Aktifitas Siswa


Waktu Ideal (%)

Toleransi Keefektifan (%)
1
Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru/teman
13
7 ≤ P≤ 18
2
Membaca/memahami masalah kontekstual di LKS
10
5 ≤ P ≤ 15
3
Menyelesaikan masalah atau menemukan cara penyelesaian masalah
27
22 ≤ P ≤ 32
4
Membandingkan jawaban dalam diskusi  kelompok atau diskusi kelas
30
25 ≤ P ≤ 35
5
Bertanya/menyampaikan pendapat/ide kepada guru atau teman
10
5 ≤ P ≤ 15
6
Menarik kesimpulan suatu konsep atau prosedur
10
5 ≤ P ≤ 15
7
Perilaku yang tidak relevan dengan KBM
0
0 ≤ P ≤ 5


3.      Analisis Data Respon Siswa
Untuk menentukan respon siswa dihitung melalui angket yang dianalisis dengan menggunakan persentase. Persentase dari setiap respon siswa dihitung dengan rumus:
Keterangan:
            fi = Jumlah respon siswa tiap aspek yang muncul          
n = Jumlah seluruhsiswa[4]
setiap aspek yang direspon pada setiap komponen pembelajaran diperoleh persentase 80 %.[5]

4.      Analisis Data Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran
Data tentang kemampuan guru mengelola pelajaran dianalisa dengan menggunakan statistik deskriptif dengan skor rata-rata.
Adapun deskripsi skor rata-rata tingkat kemampuan guru adalah:
1,00  TKG < 1,50 tidak baik
1,50  TKG < 2,50 kurang baik
2,50  TKG < 3,50 cukup baik
3,50  TKG < 4,50 baik
4,50  TKG < 5,00 sangat baik.
Kemampuan guru dikatakan efektif jika skor dari setiap aspek yang dinilai berada pada kategori baik atau sangat baik.



[1] Suyanto, Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), (Yogyakarta:Dirjen Pendidikan tinggi Departemen pendidikan dan kebudayaan, 1997), hal.4
[2] Safwal, Penerapan Model Kooperatif  Tipe Jigsaw III pada Konsep Dinamika Gerak Lurus di MAN 3Banda Aceh,Skripsi, (Banda Aceh, IAIN AR-Raniry, 2006), hal.33  
[3]Nurjannah, Efektivitas Model Pembelajaran Quantum Teaching Pada Materi Pokok Bilangan Bulat Di SMPN 6 Banda Aceh, Skripsi (Banda Aceh: FKIP Unsyiah, 2006), hal. 21
[4] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Yokyakarta: Bumi Aksara, 2004), hal. 22.
[5] Sinambela, dkk, Keefektifan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Instruction) dalam Pembeljaran Matematika, Jurnal Pendidikan Matematika, (Surabaya: Program studi Pendidikan Matematika PPS UNESA, 2006), hal. 137.






BAB IV
HASIL PENELITIAN

A.     Deskripsi hasil penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTsS Darul Ihsan Aceh Besar pada tanggal 21-27 Maret 2009. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

B.     Analisis Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Adapun uraian pelaksanaan setiap siklus adalah sebagai berikut:
1.   Siklus I
      a. Tahap Perencanaan
            Persiapan  peneliti pada pertemuan pertama yaitu RPP I dan LKS I. Sedangkan persiapan lainnya adalah alat peraga dan instrumen penelitian seperti lembar observasi guru dan siswa
      b. Tahap pelaksanaan (Tindakan)
            Pelaksanaan pembelajaran pertama dilaksanakan oleh peneliti yang bertindak sebagai guru pada tanggal 16 Desember 2008. Kegiatan pembelajaran dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup.
            Kegiatan pembelajaran pada tahap pendahuluan guru terlebih dahulu memberitahukan materi yang akan di pelajari yaitu materi barisan dan deret aritmetika, selanjutnya guru menanyakan pada siswa contoh barisan aritmetika yang ada disekitar lingkungan siswa seperti barisan nomor rumah, susunan gelas plastik, susunan kursi dalam bioskop, dan lain-lain. Guru juga memotivasi siswa dengan mengaitkan materi yang ada dalam kehidupan sehari–hari seperti mengukur ketinggian susunan gelas. Di samping itu guru juga menjelaskan langkah–langkah pembelajaran. Kemudian di lanjutkan pada kegiatan inti dimana siswa di bagi menjadi lima kelompok yang masing–masing kelompok terdiri dari lima orang siswa, pada pembagian kelompok terjadi adanya keributan dan dalam mengatur meja kelompok, selanjutnya guru membagikan LKS I dan alat peraga kepada masing-masing kelompok, guru juga menjelaskan tata cara belajar kelompok.
            Setelah siswa menerima LKS dan alat peraga, guru meminta semua kelompok untuk mengerjakan LKS masing-masing yaitu mengukur ketinggian gelas-gelas yang  disediakan menurut petunjuk yang ada di LKS. Kemudian siswa menyelesaikan masalah yang ada di LKS, dan guru membimbing setiap kelompok bila ada yang mengalami kesulitan dan guru membimbing kelompok tersebut. Selama kegiatan berlangsung dilakukan pengamatan terhadap enam orang siswa yang menjadi subjek penelitian. Setelah semua kelompok selesai mengerjakan LKS, guru meminta perwakilan dari salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusinya ke depan kelas sedangkan kelompok lainnya memberi tanggapan dari hasil kerja kelompok.
            Pada tahap akhir guru menyimpulkan kembali materi yang telah di pelajari dan guru menanyakan kendala–kendala yang dihadapi siswa kemudian guru memberi soal kuis selama 15 menit, dan memberikan pekerjaan rumah atau tugas.
      c. Tahap Pengamatan (Observasi)
1.      Observasi Aktivitas Siswa
            Kegiatan pengamatan aktivitas siswa dilakukan pada saat pembelajaran pada setiap pertemuan. Hasil pengamatan kegiatan aktivitas siswa pada RPP I dapat dilihat  pada tabel berikut:




Tabel 4.1 Aktivitas Siswa selama Kegiatan Pembelajaran pada RPP I

No
Kategori pengamatan
Persentase aktivitas siswa pada RPP I (%)
Waktu ideal    (%)
Toleransi 5%
1.
Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru/teman
15,58
13%
7P18
2
Membaca/memahami masalah kontekstual di LKS
15
10%
5P15
3
Menyelesaikan masalah atau menemukan cara penyelesaian masalah
39
27%
22P32
4
Membandingkan jawaban dalam diskusi kelompok atau diskusi kelas
10
30%
25P35
5
Bertanya/menyampaikan pendapat/ide kepada guru atau teman
8
10%
5P15
6
Menarik kesimpulan suatu konsep atau prosedur
5
10%
5P15
7
Perilaku yang tidak relevan dengan KBM
5,83
0%
0P5
Sumber: Hasil olah data
            Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas siswa pada RPP I terlihat ada aktivitas siswa, seperti mendengar penjelasan guru, membaca atau memahami masalah konstektual dalam LKS dan bertanya atau menyampaikan pendapat/ide kepada guru sudah sesuai dengan kriteria waktu ideal. Sedangkan aktivitas membandingkan jawaban dalam diskusi kelompok atau diskusi kelas masih di luar waktu ideal. Hal ini disebabkan siswa hanya berkomunikasi dengan guru saja. Siswa belum dapat mengembangkan kemampuan komunikasi dengan teman kelompoknya. Untuk aktivitas menyelesaikan masalah atau menemukan cara menyelesaikan masalah dan perilaku yang tidak relevan dengan KBM melebihi waktu ideal. Siswa sangat bersemangat dalam mengerjakan LKS, ini disebabkan karena pembelajaran dikaitkan dengan dunia nyata sehingga siswa dapat menemukan sendiri secara menyelesaikan soal dalam LKS tersebut. Dari tabel di atas dan mengacu pada kriteria waktu ideal aktivitas siswa dalam pembelajaran maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa pada RPP I adalah tidak efektif.

2.      Observasi kemampuan guru mengelola pembelajaran
            Hasil analisis kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan pendekatan RME pada pertemuan pertama secara ringkas disajikan dalam tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2 kemampuan guru mengelola pembelajaran dengan  pendekatan RME pada RPP I

Aspek yang diamati
RPP-I
Kegiatan Pendahuluan

1.Kemampuan memotivasi siswa/mengkomunikasikan tujuan  pembelajaran
4
2.Kemampuan menghubungkan pelajaran di saat itu dengan pelajaran sebelumnya atau membahas PR
4
3.kemampuan menginformasikan langkah-langkah pembelajaran
4
Kegiatan Inti

4.Kemampuan membimbing siswa memahami masalah kontekstual pada LKS
4
5.Kemampuan mengarahkan/membimbing siswa untuk menemukan jawaban dan cara menjawab
4
6. Kemampuan mengoptimalkan interaksi siswa dalam bekerja
4
7. Kemampuan mendorong siswa untuk aktif belajar di dalam kelas
4
8.Kemampuan
4
9. Kemampuan menghargai berbagai pendapat siswa
4
10.Kemampuan mendorong siswa untuk mau bertanya, mengeluarkan pendapat atau menjawab pertanyaan
5
11.Kemampuan mengajukan dan menjawab pertanyaan
3
Kegiatan Penutup

12.kemampuan mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan
4
13. Kemampuan menegaskan hal-hal penting/inti sari yang berkaitan dengan pembelajaran
4
14.Kemampuan menyampaikan judul sub materi berikutnya kepada siswa/menutup pelajaran
4
15.Kemampuan mengelola waktu
4
16.Antusias siswa
4
17.Anatusias guru
4
Rata-rata
4,00
Sumber: Hasil olah data

            Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa setiap aspek yang di amati dalam mengelola pembelajaran yang di amati oleh pengamat termasuk dalam kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan pendekatan RME adalah baik.

3.      Nilai Hasil Belajar Siswa
Setelah melakukan pembelajaran  pada RPP I berlangsung, guru memberikan tes akhir dan di ikuti 26 siswa. Nilai hasil tes belajar siswa pada RPP I dapat di lihat pada tabel berikut :














Tabel 4.3 Nilai Hasil Belajar Siswa
No
Kode Siswa
Nilai
Ketuntasan Belajar
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Siswa1
Siswa2
Siswa3
Siswa4
Siswa5
Siswa6
Siswa7
Siswa8
Siswa9
Siswa10
Siswa11
Siswa12
Siswa13
Siswa14
Siswa15
Siswa16
Siswa17
Siswa18
Siswa19
Siswa20
Siswa21
Siswa22
Siswa23
Siswa24
Siswa25
Siswa26
40
100
75
90
50
55
65
100
90
80
60
80
25
70
80
90
100
80
75
70
90
85
45
100
90
90
Tidak Tuntas
 Tuntas
 Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tuntas
 Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
 Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Sumber: Hasil tes siswa

            Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 20 siswa (76,92 %) tuntas belajar, sedangkan 6 siswa(23,08) tidak tuntas belajar. Sehingga dapat di simpulkan bahwa ketuntasan secara klasikal untuk RPP I termasuk kategori belum tuntas.

d.      Refleksi
            Selama kegiatan pembelajaran pada RPP I berlangsung, aktivitas siswa dalam membandingkan jawaban diskusi kelompok atau diskusi kelas masih di luar waktu ideal karena siswa belum terbiasa dalam membandingkan jawaban diskusi kelompok Sedangkan aktivitas siswa dalam menyelesaikan masalah atau menemukan cara penyelesaian masalah melebihi waktu ideal karena siswa sangat bersemangat dalam mengerjakan LKS, ini disebabkan pembelajaran dikaitkan dengan dunia nyata.  Pada perilaku yang tidak relevan dengan KBM melebihi waktu ideal juga karena pada pembagian kelompok siswa membuat suasana kelas ribut dan siswa suka berjalan-jalan dalam ruang kelas. Oleh karena itu, untuk RPP II guru perlu memberikan motivasi pada setiap kelompok untuk lebih aktif berdiskusi dalam kelompok, sehingga setiap anggota kelompok mengerti materi yang dipelajari.
            Untuk pertemuan pada RPP II diharapkan agar guru dapat menyediakan waktu khusus untuk memberikan pengarahan kepada siswa dan dapat memberikan bimbingan pribadi pada siswa yang belum mencapai ketuntasan hasil belajar pada siklusi I. Mengenai masalah pembagian kelompok, sebaiknya guru membagi kelompok siswa sebelum pelajaran dimulai atau diluar jam pelajaran sehingga pemakaian waktu lebih efektif.

2.  Siklus II
      a. Tahap perencanaan
            Sama halnya pada pertemuan pertama, pada tahap ini guru mempersiapkan RPP II dan LKS II. Penyusunan RPP dan LKS merujuk pada hasil refleksi pertemuan pertama. 
      b. Tahap pelaksanaan (Tindakan)
            Tahap tindakan ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 18 Desember 2008. Materi yang diajarkan adalah menentukan rumus jumlah n suku pertama deret aritmetika. Kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pada kegiatan awal guru meminta siswa mengumpulkan pekerjaan rumah, kemudian membahas yang belum bisa siswa menyelesaikannya dan mengingatkan siswa dengan materi sebelumnya dengan cara melakukan tanya jawab. Pada tahap ini guru berusaha untuk dapat menguasai kelas lebih baik dari sebelumnya. Selanjutnya guru juga menyampaikan langkah-langkah pembelajaran. Kemudian dilanjutkan pada kegiatan inti dimana siswa sudah membagikan kelompoknya sebelum pelajaran dimulai atau di luar jam pelajaran. Selanjutnya guru membagikan LKS kepada tiap kelompok dan meminta kepada siswa mengerjakan soal-soal yang terdapat dalam LKS-nya secara berkelompok. Peneliti mengamati kelompok secara bergilir dan membimbing siswa bila ada siswa yang mengalami kesulitan. Setelah semua kelompok selesai mengerjakan LKS, guru meminta perwakilan dari salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusinya ke depan kelas.
            Pada tahap penutup, guru menyimpulkan kembali materi yang telah dipelajari dan menanyakan kendala-kendala yang dihadapi  siswa, kemudian guru memberi tugas.

      c. Tahap pengamatan (Observasi)
     1. Observasi Aktivitas Siswa
            Hasil pengamatan aktivitas siswa pada RPP II dapat dilihat pada tabel berikut:



Tabel 4.4 Aktivitas Siswa selama Kegiatan Pembelajaran pada RPP II
No
Kategori pengamatan
Persentase aktivitas siswa pada RPP II (%)
Waktu ideal (%)
Toleransi 5%
1.
Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru/teman
9,4
13%
7P18
2
Membaca/memahami masalah kontekstual di LKS
             8,3
10%
5P15
3
Menyelesaikan masalah atau menemukan cara penyelesaian masalah
30,16
27%
22P32
4
Membandingkan jawaban dalam diskusi kelompok atau diskusi kelas
31,3
30%
25P35
5
Bertanya/menyampaikan pendapat/ide kepada guru atau teman
9,4
10%
5P15
6
Menarik kesimpulan suatu konsep atau prosedur
10,4
10%
5P15
7
Perilaku yang tidak relevan dengan KBM
1,04
0%
0P5
Sumber: Hasil olah data
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 4.4 di atas dan mengacu pada kriteria waktu aktivitas siswa untuk masing-masing kategori pada RPP II sudah efektif dan memenuhi kriteria waktu ideal yang telah di tetapkan.

2.      Observasi kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
Hasil pengamatan terhadap kemampuan guru pada RPP II dapat dilihat pada 4.5 berikut:
Tabel 4.5 Kemampuan guru mengelola pembelajaran dengan  pendekatan RME  pada RPP II

Aspek yang diamati
RPP-II
Kegiatan Pendahuluan

1.Kemampuan memotivasi siswa/mengomunikasikan tujuan pembelajaran
4
2.Kemampuan menghubungkan pelajaran di saat itu dengan pelajaran sebelumnya atau membahas PR
4
3.kemampuan menginformasikan langkah-langkah pembelajaran
4
Kegiatan Inti

4.Kemampuan membimbing siswa memahami masalah kontekstual pada LKS
4
5.Kemampuan mengarahkan/membimbing siswa untuk menemukan jawaban dan cara menjawab
4
6. Kemampuan mengoptimalkan interaksi siswa dalam bekerja
4
7. Kemampuan mendorong siswa untuk aktif belajar di dalam kelas
5
8.Kemampuan
4
9. Kemampuan menghargai berbagai pendapat siswa
4
10.Kemampuan mendorong siswa untuk mau bertanya, mengeluarkan pendapat atau menjawab pertanyaan
5
11.Kemampuan mengajukan dan menjawab pertanyaan
3
Kegiatan Penutup

12.kemampuan mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan
4
13. Kemampuan menegaskan hal-hal penting/inti sari yang berkaitan dengan pembelajaran
4
14.Kemampuan menyampaikan judul sub materi berikutnya kepada siswa/menutup pelajaran
4
15.Kemampuan mengelola waktu
5
16.Antusias siswa
4
17.Anatusias guru
4
Rata-rata
4,23
Sumber: Hasil olah data
Berdasarkan  tabel di atas terlihat bahwa setiap aspek yang diamati tentang kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan rata-rata 4,23. Sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan pendekatan RME dikategorikan baik.

3.      Hasil tes belajar
Pada hari Jum’at tanggal 19 Desember 2008 peneliti memberikan soal tes akhir yang mencakup semua materi RPP I dan RPP II. Nilai hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut :



Tabel 4.6 Nilai Hasil Belajar Siswa
No
Kode Siswa
Nilai
Ketuntasan Belajar
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Siswa1
Siswa2
Siswa3
Siswa4
Siswa5
Siswa6
Siswa7
Siswa8
Siswa9
Siswa10
Siswa11
Siswa12
Siswa13
Siswa14
Siswa15
Siswa16
Siswa17
Siswa18
Siswa19
Siswa20
Siswa21
Siswa22
Siswa23
Siswa24
Siswa25
Siswa26
65
65
75
70
70
90
55
70
70
90
75
95
75
80
70
100
85
80
80
90
60
90
60
65
95
90
Tuntas
 Tuntas
 Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
 Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
 Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Sumber: Hasil tes siswa

            Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 23 siswa (88,46%) tuntas belajarnya, sedangkan 3 siswa (11,54%) tidak tuntas belajar, sehingga dapat disimpulkan bahwa ketuntasan belajar secara klasikal untuk keseluruhan indikator termasuk kategori  tuntas.



4.      Analisis Hasil Respons Siswa
            Berdasarkan angket respons siswa yang diisi oleh 26 siswa setelah mengikuti pembelajaran untuk pokok bahasan barisan dan deret aritmetika dengan pendekatan RME, maka diperoleh hasil dengan rincian seperti tabel berikut ini.

Tabel 4.7 Persentase Perasaan Siswa terhadap Komponen Pelajaran
Aspek yang direspons
Senang
Tidak Senang
a.       Materi pelajaran
b.       LKS
c.       Tes hasil belajar
d.       Susunan pembelajaran
e.       Cara guru mengajar
            100
100
100
88,46
100
0
0
0
               11,54
0
Sumber: Hasil olah data
Tabel 4.8 Persentase Pendapat Siswa terhadap Komponen Pembelajaran
Aspek yang direspons
Baru
Tidak Baru
a.       Materi pelajaran
b.      LKS
c.       Tes hasil belajar
d.      Susunan pembelajaran
e.       Cara guru mengajar
            80,76
88,46
84,00
92,00
84,00
19,24
11,54
16,00
8,00
16,00
Sumber: Hasil olah data

Tabel 4.9 Persentase Pendapat Siswa tentang Minat untuk Mengikuti        Pembelajaran Selanjutnya dengan pendekatan RME

Aspek yang direspons
Berminat
Tidak Berminat
Pendapat siswa tentang minat untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya dengan pendekatan RME
100
0
Sumber: Hasil olah data





Tabel 4.10 Persentase Pendapat Siswa tentang Pemahaman Bahasa yang                            Digunakan

Aspek yang direspons
Jelas
Tidak
a. LKS
b. Tes hasil belajar
100
100
0
0
Sumber: Hasil olah data
Tabel 4.11 Persentase Pendapat Siswa tentang Penampilan (Tulisan, Ilustrasi/Gambar dan Letak Gambar)

Aspek yang direspons
Tertarik
Tidak
a. LKS
b. Tes hasil belajar
84,61
100
  15,39
0
Sumber: Hasil olah data

 Berdasarkan data di atas terlihat bahwa lebih dari 80% siswa senang terhadap setiap komponen pembelajaran dan lebih dari 80% menyatakan baru menerima pembelajaran dengan pendekatan RME. Selanjutnya 100% siswa berminat untuk mengikuti pembelajaran berikutnya dengan pendekatan RME. Dari segi pemahaman bahasa dari LKS dan tes hasil belajar 100% siswa dapat memahaminya. Selain itu lebih dari 80% siswa tertarik pada penampilan LKS dan tes hasil belajar. Dengan demikian respons terhadap pembelajaran dengan pendekatan RME adalah positif untuk setiap aspek yang direspons.
      d. Refleksi
            Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, siswa menjadi semakin aktif dalam mengungkapkan pendapat dan berdiskusi dalam kelompok, selain itu persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal juga sedikit meningkat.





 
Tabel Respon siswa terhadap perangkat pembelajaran melalui pendekatan OPEN-ENDED.
No
Aspek Yang direspon
Respon Siswa
Persentase
1
Perasaan siswa terhadap komponen pelajaran ini:
Senang
Tidak senang
Senang
Tidak senang
a.       LKS
19
1
95
5
b.      Materi Pelajaran
17
3
85
15
c.       Tes Hasil Belajar
18
2
90
10
d.      Suasana Pembelajaran di kelas
20
0
100
0
e.       Cara guru mengajar
20
0
100
0
2
Pendapat siswa terhadap komponen pembelajaran
Baru
Tidak baru
Baru
Tidak baru
a.       Materi Pelajaran
16
4
80
20
b.      LKS
17
3
85
15
c.       Tes hasil belajar
17
3
85
15
d.      Suasana Pembelajaran
20
0
100
0
e.       Cara guru mengajar
19
1
95
5


Berminat
Tidak berminat
Berminat
Tidak berminat
3
Pendapat siswa tentang minat untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya dengan pendekatan Open-Ended
20
0
100
0
4
Pendapat siswa tentang pemahaman bahasa yang digunakan dalam:
Jelas
Tidak jelas
Jelas
Tidak jelas
a.         Lembar Kegiatan Siswa (LKS) 
17
3
85
15
b.        Tes Hasil Belajar
18
2
90
10
5
Pendapat siswa tentang penampilan (tulisan. Ilustrasi/gambar dan letak gambar) dalam:
Tertarik
Tidak tertarik
Tertarik
Tidak tertarik
a.         LKS 
17
3
85
15
b.        Tes hasil belajar
18
2
90
10
Sumber: Hasil olah data









Tabel 4.10 Nilai Hasil Belajar Siswa
Sumber: Hasil tes siswa
No
Kode Siswa
Nilai
Ketuntasan Belajar
1
Siswa1


2
Siswa2


3
Siswa3


4
Siswa4


5
Siswa5


6
Siswa6


7
Siswa7


8
Siswa8


9
Siswa9


10
Siswa10


11
Siswa11


12
Siswa12


13
Siswa13


14
Siswa14


15
Siswa15


16
Siswa16


17
Siswa17


18
Siswa18


19
Siswa19


20
Siswa20























No
Kode Siswa
Nilai
Ketuntasan Belajar
1
Siswa1
55
Tidak tuntas
2
Siswa2
95
Tuntas
3
Siswa3
60
Tuntas
4
Siswa4
55
Tidak tuntas
5
Siswa5
80
Tuntas
6
Siswa6
80
Tuntas
7
Siswa7
90
Tuntas
8
Siswa8
95
Tuntas
9
Siswa9
75
Tuntas
10
Siswa10
100
Tuntas
11
Siswa11
70
Tuntas
12
Siswa12
80
Tuntas
13
Siswa13
65
Tuntas
14
Siswa14
70
Tuntas
15
Siswa15
60
Tuntas
16
Siswa16
75
Tuntas
17
Siswa17
70
Tuntas
18
Siswa18
35
Tidak tuntas
19
Siswa19
80
Tuntas
20
Siswa20
85
Tuntas











Tidak ada komentar: