PAKET FASILITASI PEMBERDAYAAN KKG/MGMP MATEMATIKA
Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual dalam
Melaksanakan KTSP
Penulis:
Dra. Supinah.
Penilai:
Drs. Edi Prayitno, M.Pd.
Editor:
SriWulandari Danubroto, S.Si., M.Pd.
Desain
Cahyo Sasongko, S.Sn.
Dicetak oleh Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan Matematika
Tahun 2008
DEPARTEMEN
PENDIDIKAN NASIONAL
DIREKTORAT
JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN
TENAGA KEPENDIDIKAN MATEMATIKA
YOGYAKARTA
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
KATA PENGANTAR
Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan (PPPPTK)
Matematika dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
mengacu pada tiga pilar
kebijakan pokok Depdiknas, yaitu: 1) Pemerataan dan
perluasan akses pendidikan;
2) Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing; 3)
Penguatan tata kelola,
akuntabilitas, dan citra publik menuju insan Indonesia
cerdas dan kompetitif.
Dalam upaya mewujudkan
pemerataan dan perluasan akses
pendidikan serta peningkatan
mutu, salah satu strategi yang dilakukan PPPPTK
Matematika adalah melalui
diklat instruktur (core trainer) yang
bertujuan
menghasilkan narasumber atau
tim penatar di daerah melalui forum KKG dan
MGMP Matematika untuk
melaksanakan pengembangan dan pembinaaan
Pendidik dan Tenaga
Kependidikan di Daerah (kabupaten/kota).
KKG dan MGMP Matematika perlu
difasilitasi agar dapat lebih aktif
meningkatkan kemampuan dan
keterampilan anggotanya baik sebagai guru
maupun sebagai guru
pemandu/guru inti. Sebagai salah satu upaya
pemberdayaan, PPPTK
Matematika menyusun paket berupa kumpulan materi
sebagai referensi, pengayaan
dan panduan, berisi topik-topik/bahan yang
berasal dari masukan dan
identifikasi permasalahan pembelajaran
matematika di lapangan.
Sebagaimana kata pepatah,
tiada gading yang tak retak, demikian pula
dengan paket fasilitasi ini
walaupun telah melalui tahap identifikasi,
penyusunan, penilaian, dan
editing, namun masih ada yang perlu
disempurnakan, oleh karena
itu saran, kritik dan masukan yang bersifat
membangun demi peningkatan
kebermaknaan paket fasilitasi ini akan
diterima dengan senang hati
teriring ucapan terimakasih.
Pada kesempatan yang baik ini
kami menyampaikan terimakasih dan
penghargaan kepada semua
pihak yang terkait dengan penyelesaian paket
tersebut. Mudah-mudahan
bermanfaat demi pendidikan dimasa depan. Dengan
segala kelebihan dan
kekurangan yang ada, paket fasilitasi ini diharapkan
bermanfaat dalam mendukung
peningkatan mutu pendidik dan tenaga
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan
Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
kependidikan melalui forum
KKG dan MGMP Matematika yang dapat
berimplikasi positif terhadap
mutu pendidikan.
Yogyakarta, Juli 2008
Kepala,
KASMAN SULYONO
NIP 130352806
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
DAFTAR ISI
Kata Pengantar …………………………………………………………………................................iii
Daftar Isi ……………………………………………..........................................................................iv
Bab I Pendahuluan ...................................................................................................................1
A Latar Belakang
.........................................................................................................................1
B Tujuan
......................................................................................................................................4
C Ruang Lingkup .......................................................................................................................4
D Cara Pemanfaatan Paket
.....................................................................................................5
Bab II Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan
Kontekstual.....................................................................................................................................7
A. Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
..............8
1. Landasan Filosofi CTL
………………………………………………................…........….8
2. Definisi CTL
……………………………………………………………..............................….8
3. Komponen CTL
………………………………………………………...................….........…9
4. Implementasi CTL
……………………………………………….................………......…10
5. Pendekatan Pengajaran yang
Menggunakan atau
Berasosiasi dengan CTL
............................................................................................11
B. Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia (PMRI) …………............................14
1. Landasan Filosofi
PMRI…..........................................................................................14
2. Definisi PMRI
.................................................................................................................16
3. Ciri-ciri PMRI
.................................................................................................................16
4. Pelaksanaan PMRI
.......................................................................................................16
5. Prinsip PMRI
..................................................................................................................19
6. Karakteristik PMRI
.....................................................................................................19
7. Konsepsi PMRI
..............................................................................................................20
8. Refleksi dalam PMRI
..................................................................................................22
9. Asesmen dalam PMRI
................................................................................................24
C. Rangkuman Kegiatan
...........................................................................................................28
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
Bab III Penerapan Pendekatan Kontekstual dan Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia pada Pembelajaran Matematika............................................31
A. Perlunya Pendekatan
Kontekstual dan PMRI Diterapkan pada
Pembelajaran
Matematika................................................................................................32
B. Merencanakan Pembelajaran
dengan
Pendekatan Kontekstual atau
PMRI............................................................................
33
C. Bagaimana Melaksanakan
Pembelajaran dengan
Pendekatan Kontekstual atau
Realistik......................................................................39
Bab IV Contoh Proses Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan
Kontekstual atau Realistik ...................................................................................................43
A. Contoh-1: Pembelajaran
Pengukuran di Kelas III semester 2 ..........................44
B. Contoh-2: Pembelajaran
Bilangan di Kelas II semester 2 ..................................52
C. Untuk Direnungkan ..............................................................................................................57
Bab V Penutup .............................................................................................................................61
A. Rangkuman
.............................................................................................................................61
B. Tes
..............................................................................................................................................63
Daftar Pustaka
...............................................................................................................................65
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
1
PENDAHULUAN BAB
I
A. Latar Belakang
Orientasi pendidikan di
Indonesia pada umumnya mempunyai ciri-ciri
cenderung memperlakukan
peserta didik berstatus sebagai obyek, guru
berfungsi sebagai pemegang
otoritas tertinggi keilmuan dan indoktrinator,
materi bersifat subject-oriented,
dan manajemen bersifat sentralistis.
Pendidikan yang demikian
menyebabkan praktik pendidikan kita
mengisolir diri dari
kehidupan riil yang ada di luar sekolah, kurang relevan
antara apa yang diajarkan
dengan kebutuhan dalam pekerjaan, terlalu
terkonsentrasi pada
pengembangan intelektual yang tidak berjalan dengan
pengembangan individu sebagai
satu kesatuan yang utuh dan
berkepribadian (Zamroni dalam
Sutarto Hadi, 2000: 1). Hal ini
mengidentifikasikan bahwa
dalam pembelajaran di sekolah guru masih
menggunakan cara-cara
tradisional atau konvensional. Pada pembelajaran
konvensional atau tradisional
dilihat dari kegiatan siswa selama
berlangsungnya pembelajaran
bekerja untuk dirinya sendiri, mata ke papan
tulis dan penuh perhatian,
mendengarkan guru dengan seksama, dan
belajar hanya dari guru atau
bahan ajar, bekerja sendiri, diam adalah emas,
serta hanya guru yang membuat
keputusan dan siswa pasif (Stahl, 1994:
19). Tampak bahwa dalam
pembelajaran guru lebih berperan sebagai
subyek pembelajaran atau
pembelajaran yang berpusat pada guru dan siswa
sebagai obyek, serta
pembelajaran tidak mengkaitkan dengan kehidupan
sehari-hari siswa. Akibatnya
banyak siswa mampu menyajikan tingkat
hapalan yang baik terhadap
materi ajar yang diterimanya, tetapi pada
kenyataannya mereka tidak
memahaminya. Sebagian besar dari mereka
tidak mampu menghubungkan
antara apa yang mereka pelajari dengan
bagaimana pengetahuan tersebut
akan dipergunakan atau dimanfaatkan.
Paradigma baru pendidikan
menekankan bahwa proses pendidikan formal
sistem persekolahan harus
memiliki ciri-ciri berikut: pendidikan lebih
menekankan pada proses
pembelajaran (learning) daripada mengajar
(teaching), pendidikan
diorganisir dalam suatu struktur yang fleksibel,
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
2 Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
pendidikan memperlakukan peserta
didik sebagai individu yang memiliki
karakteristik khusus dan
mandiri, dan pendidikan merupakan proses yang
berkesinambungan dan
senantiasa berinteraksi dengan lingkungan
(Zamroni dalam Sutarto Hadi,
2003: 2). Hal tersebut juga tampak dari salah
satu terobosan yang dilakukan
pemerintah dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan nasional dan
menghasilkan lulusan yang memiliki
keunggulan kompetitif dan
komparatif sesuai standar nasional, yaitu
Depdiknas melakukan
pergeseran paradigma dalam proses pembelajaran,
yaitu dari teacher active
teaching menjadi student active learning.
Maksudnya adalah orientasi
pembelajaran yang berpusat pada guru
(teacher centered)
menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa
(student centered).
Dalam pembelajaran yang
berpusat pada siswa, guru diharapkan dapat
berperan sebagai fasilitator
yang akan memfasilitasi siswa dalam belajar,
dan siswa sendirilah yang
harus aktif belajar dari berbagai sumber belajar.
Pergeseran paradigma dalam
proses pembelajaran ini tampak dengan
diberlakukannya kurikulum
KTSP, dimana kegiatan pembelajaran pada
KTSP ini adalah kegiatan
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik,
mengembangkan kreativitas,
kontekstual, menantang dan menyenangkan,
menyediakan pengalaman
belajar yang beragam, dan belajar melalui
berbuat. Hal ini menunjukkan
bahwa paradigma baru pendidikan yang
diantaranya dengan mulai
diberlakukannya KTSP ini, menuntut partisipasi
yang tinggi dari siswa dalam
kegiatan pembelajaran.
Untuk itu, guru perlu
menemukan cara terbaik bagaimana menyampaikan
berbagai konsep yang
diajarkan di dalam mata pelajaran yang diampunya,
sehingga semua siswa dapat
menggunakan dan mengingatnya lebih lama
konsep tersebut dan bagaimana
setiap individual mata pelajaran dipahami
sebagai bagian yang saling berhubungan
dan membentuk satu pemahaman
yang utuh. Bagaimana seorang
guru dapat berkomunikasi secara efektif
dengan siswanya yang selalu
bertanya-tanya tentang alasan dari sesuatu,
arti dari sesuatu, dan
hubungan dari apa yang mereka pelajari, serta
bagaimana guru dapat membuka
wawasan berpikir yang beragam dari
siswa, sehingga mereka dapat
mempelajari berbagai konsep dan mampu
mengkaitkannya dengan
kehidupan nyata.
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
3
Kualitas dan produktivitas
pembelajaran akan tampak pada seberapa jauh
siswa mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Sementara itu,
untuk membuat siswa mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
tersebut terkait erat dengan
efektifitas strategi pembelajaran yang disusun
oleh guru. Hal ini
menunjukkan bahwa untuk mencapai kualitas dan
produktivitas pembelajaran
yang tinggi, penyampaian materi pelajaran
harus dikelola dan
diorganisir melalui strategi pembelajaran yang tepat dan
penyampaian yang tepat pula
kepada siswa. Untuk itu, salah satu tugas guru
adalah bagaimana
menyelenggarakan pembelajaran efektif.
Pembelajaran efektif artinya
sesuai kemampuan siswa, siswa dapat
mengkonstruksi secara
maksimal pengetahuan baru yang dikembangkan
dalam pembelajaran
(Krismanto, 2001: 1). Pembelajaran efektif antara lain
ditandai dengan pemberdayaan
siswa secara aktif. Pembelajaran efektif
akan melatih dan menanamkan
sikap demokratis pada siswa. Selain itu
pembelajaran efektif juga
menekankan pada bagaimana agar siswa mampu
belajar, bagaimana cara
belajar (learning to learn). Melalui kreativitas guru
dalam pengajaran,
pembelajaran dikelas menjadi sebuah kegiatan yang
menyenangkan (joyful
learning) (Direktorat Pendidikan Umum, 2002: 3).
Pembelajaran efektif terjadi
secara alamiah dalam situasi dimana siswa
ditempatkan dan terlibat
aktif (Philips & Soltis, 2000). Dari apa yang
dikemukakan diatas dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran efektif adalah
pembelajaran aktif yang
antara lain ditandai dengan pemberdayaan siswa
secara aktif atau siswa
ditempatkan dan terlibat aktif.
Apabila dicermati apa yang
dikemukakan paradigma baru pendidikan,
terobosan yang telah
dilakukan pemerintah, dan terselenggaranya
pendidikan yang efektif,
menunjukkan bahwa peran aktif siswa dalam
pembelajaran merupakan suatu
keharusan. Salah satu strategi pembelajaran
yang dikembangkan dengan
tujuan agar pembelajaran berjalan dengan
produktif dan bermakna bagi
siswa adalah strategi pembelajaran
kontekstual (Contextual
Teaching and Learning) yang selanjutnya disebut
CTL. Strategi CTL fokus pada
siswa sebagai pembelajar yang aktif, dan
memberikan rentang yang luas
tentang peluang-peluang belajar bagi
mereka yang menggunakan
kemampuan-kemampuan akademik mereka
untuk memecahkan
masalah-masalah kehidupan nyata yang kompleks
(Depdiknas, 2002: 15).
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
4 Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan
Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
Sementara itu, hasil Training
Need Assesment (TNA) tahun 2007 dan hasil
monitoring dan evaluasi tahun
2006-2007 yang dilakukan Pusat
Pengembangan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan
(PPPPTK) Matematika untuk
menunjang kebutuhan Diklat ditemukan salah
satu kesulitan yang masih
dihadapi guru adalah bagaimana membelajarkan
matematika dengan pendekatan
kontekstual dalam melaksanakan KTSP.
Mengingat hal-hal tersebut,
maka perlu adanya referensi tentang
pembelajaran kontekstual
kaitannya dengan pembelajaran matematika,
yang dapat dijadikan rujukan
oleh para guru dalam mengelola pembelajaran
matematika.
B. Tujuan Penulisan
Paket Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika ini disusun dalam rangka
menyediakan pilihan sumber
bacaan bagi para guru, kepala sekolah dan
pengawas, khususnya para
alumni diklat instruktur/pengembang
matematika SD dari PPPPTK
Matematika agar dapat meningkatkan
kompetensinya dalam mengelola
pembelajaran matematika. Dari tulisan ini,
diharapkan para pembaca
mendapat tambahan sumber yang memadai
tentang pembelajaran
kontekstual dalam melaksanakan KTSP. Setelah
membaca tulisan ini,
diharapkan pembaca dapat memahami tentang
Pembelajaran Kontekstual atau
Realistik dan terdorong untuk membuat
Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) Matematika yang mengacu pada
pembelajaran kontekstual atau
realistik, serta menerapkan dalam
pembelajaran di kelas.
C. Ruang Lingkup Penulisan
Tulisan ini memuat uraian
tentang apa dan bagaimana pembelajaran
kontekstual, penerapannya
dalam pembelajaran matematika di tingkat SD
dan contoh rancangan kegiatan
pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual dalam
pembelajaran matematika SD.
Paket ini terdiri dari 5 bab.
Bab I berisi tentang Pendahuluan. Tinjauan
umum pembelajaran kontekstual,
landasan teori, pelaksanaan pembelajaran
kontekstual dan Pembelajaran
Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
5
dibahas dalam bab II. Pada
Bab III membahas tentang penerapan
pendekatan kontekstual pada
pembelajaran matematika, terutama ditinjau
dari kaitannya dengan PMRI
dengan penyusunan RPP matematika yang
mengacu pada pendekatan kontekstual.
Contoh proses pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual dan
realistik dapat dibaca dalam bab IV dan Bab V
berisi kesimpulan, harapan
dan soal tes untuk pembaca.
D. Cara Pemanfaatan Paket
Agar paket ini dapat
bermanfaat secara optimal, Anda perlu mengetahui:
(1) bagaimana menyusun
rencana persiapan pembelajaran seperti yang
tercantum dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan,
pasal 20; (2) berbagai bentuk cara belajar
(individual, kelompok, dan
klasikal); (3) tingkat kemampuan belajar siswasiswa
yang menjadi tanggung jawab
guru, dan; (4) prinsip-prinsip dan
langkah-langkah pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual.
Pembaca dipersilakan
mencermati bab demi bab dan mendiskusikan dengan
pengawas, kepala sekolah, dan
teman sejawat atau seprofesi di KKG
tingkat sekolah, gugus,
kecamatan, kota atau kabupaten. Bila timbul
permasalahan yang perlu
dibicarakan lebih lanjut dengan penulis, silakan
hubungi penulis melalui
alamat email supinah_p4tkmat@yahoo.co.id atau ke
alamat surat, yaitu: PPPPTK
Matematika/PPPG Matematika, Kotak Pos 31
YK-BS, Jalan Kaliurang Km 6
Condongcatur Depok Sleman, Yogyakarta
55281, Telpon (0274) 881717,
885725, 885752 pesawat 228 dengan alamat
email p3gmatyo@indosat.net.id
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
6 Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
7
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN
PENDEKATAN KONTEKSTUAL BAB
II
Dalam bab ini Anda akan
mempelajari tentang tinjauan umum pembelajaran
matematika dengan pendekatan
kontekstual atau realistik, landasan teori,
pelaksanaan pembelajaran
matematika dengan pendekatan kontekstual atau
realistik.
Pembelajaran matematika
dengan pendekatan kotekstual atau realistik
memberikan peluang pada siswa
untuk aktif mengkonstruksi pengetahuan
matematika. Dalam menyelesaikan
suatu masalah yang dimulai dari masalahmasalah
yang dapat dibayangkan oleh
siswa, siswa diberi kebebasan
menemukan strategi sendiri,
dan secara perlahan-lahan guru membimbing
siswa menyelesaikan masalah
tersebut secara matematis formal melalui
matematisasi horisontal dan
vertikal.
Ada istilah kontekstual dan
juga ada istilah realistik. Pada pembelajaran
matematika istilah
kontekstual dikenal sebagai pendekatan Contextual
Teaching and Learning atau yang lebih dikenal dengan
pendekatan CTL dan
realistik dikenal sebagai
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
dan di Indonesia dikenal
dengan istilah Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia (PMRI).
Setelah mempelajari bab ini,
Anda diharapkan pada kegiatan belajar-1
dapat menjelaskan tentang:
1. Landasan Filosofi CTL
2. Definisi CTL
3. Komponen CTL
4. Implementasi
CTL
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
8 Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
Pada kegiatan pembelajaran-2 Anda diharapkan dapat menjelaskan
tentang:
1. Landasan Filosofi PMRI
2. Definisi PMRI
3. Ciri-ciri PMRI
4. Pelaksanaan PMRI
5. Prinsip PMRI
A. Kegiatan Belajar-1: Pembelajaran Contectual Teaching and Learning
(CTL)
Pada kegiatan pembelajaran-1
ini, Anda akan dapat menjawab tentang: Apa
landasan filosofi CTL, apa
definisi CTL, Komponen apa saja yang ada dalam
pembelajaran dengan CTL, dan
bagaimana implementasi pembelajaran
dengan pendekatan CTL
1. Landasan Filosofi CTL
Landasan filosofi CTL adalah
konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang
menekankan bahwa belajar
tidak hanya sekedar menghapal. Siswa
harus mengkonstruksikan
pengetahuan di benak mereka sendiri. Bahwa
pengetahuan tidak dapat
dipisah-pisahkan menjadi fakta. Fakta atau
proposisi yang terpisah,
tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat
diterapkan (Direktorat
Pendidikan Lanjutan Pertama, 2003: 26). Menurut
pandangan konstruktivistik
bahwa perolehan pengalaman seseorang itu
dari proses asimilasi dan
akomodasi sehingga pengalaman yang lebih
khusus ialah pengetahuan
tertanam dalam benak sesuai dengan skemata
yang dimiliki seseorang.
Skemata itu tersusun dengan upaya dari individu
siswa yang telah bergantung
kepada skemata yang telah dimiliki
seseorang (Ernest dalam
Hudoyo, 1998: 4-5).
2. Definisi CTL
CTL merupakan suatu proses
pengajaran yang bertujuan untuk membantu
siswa memahami materi
pelajaran yang sedang mereka pelajari dengan
6. Karakteristik PMRI
7. Konsepsi PMRI
8. Refleksi PMRI
9. Asesmen PMRI
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
9
menghubungkan pokok materi
pelajaran dengan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari
(Johnson, 2002: 24).
3. Komponen CTL
a. Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful conections),
adalah membuat hubungan
antara subyek dengan pengalaman yang
bermakna dan makna ini akan
memberi alasan apa yang dipelajari.
Menghubungkan antara
pembelajaran dengan kehidupan nyata siswa
sehingga hasilnya akan
bermakna (berarti). Ini akan membuat siswa
merasakan bahwa belajar
penting untuk masa depannya (Johnson,
2002: 43-44).
b. Melakukan pekerjaan atau
kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing
significant work), adalah dapat melakukan pekerjaan atau
tugas yang
sesuai.
c. Belajar yang diatur sendiri (self regulated learning), adalah membangun
minat individual siswa untuk
bekerja sendiri ataupun kelompok dalam
rangka mencapai tujuan yang
bermakna dengan mengaitkan antara
materi ajar dan konteks
kehidupan sehari-hari (Johnson, 2002: 82-84).
d. Bekerja sama (collaborating), adalah proses pembelajaran yang
melibatkan siswa dalam
kelompok, membantu siswa untuk mengerti
bagaimana berkomunikasi atau
berinteraksi dengan yang lain dan
dampak apa yang
ditimbulkannya.
e. Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking), siswa
diwajibkan untuk memanfaatkan
berpikir kritis dan kreatifnya dalam
pengumpulan, analisis dan
sintesis data, memahami suatu isu atau fakta
dan pemecahan masalah
(Johnson, 2002: 100-101).
f. Memelihara atau membina pribadi (nurturing the individual), adalah
menjaga atau mempertahankan
kemajuan individu. Hal ini menyangkut
pembelajaran yang dapat
memotivasi, mendukung, menyemangati, dan
memunculkan gairah belajar
siswa. Guru harus memberi stimuli yang
baik terhadap motivasi
belajar siswa dalam lingkungan sekolah. Guru
diharap mampu memberi
pengaruh baik terhadap lingkungan belajar
siswa. Antara guru dan orang
tua mempunyai peran yang sama dalam
mempengaruhi kemampuan siswa.
Pencapaian perkembangan siswa
tergantung pada lingkungan
sekolah juga pada kepedulian perhatian
yang diterima siswa terhadap
pembelajaran (termasuk orang tua).
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
10 Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
Hubungan ini penting dan
memberi makna pada pengalaman siswa
nantinya didalam kelompok dan
dunia kerja (Johnson, 2002: 127-128).
g. Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards), adalah
menyiapkan siswa mandiri,
produktif dan cepat merespon atau
mengikuti perkembangan
teknologi dan jaman. Dengan demikian
dibutuhkan penguasaan
pengetahuan dan keterampilan sebagai wujud
jaminan untuk menjadi orang
yang bertanggung jawab, pengambil
keputusan yang bijaksana dan
karyawan yang memuaskan (Johnson,
2002: 149-150).
h. Penilaian yang sesungguhnya (authentic assesment), ditujukan pada
motivasi siswa untuk menjadi
unggul di era teknologi, penilaian
sesungguhnya ini berpusat
pada tujuan, melibatkan keterampilan
tangan, penerapan, dan kerja
sama serta pemikiran tingkat tinggi yang
berulang-ulang. Penilaian itu
bertujuan agar para siswa dapat
menunjukkan penguasaan dan
keahlian yang sesungguhnya dan
kedalaman berpikir dari
pengertian, pemahaman, akal budi,
kebijaksanaan dan kesepakatan
(Johnson, 2002: 165).
4. Implementasi CTL
Untuk dapat
mengimplementasikan pembelajaran kontekstual, guru dalam
pembelajarannya mengaitkan
antara materi yang akan diajarkannya
dengan dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang
dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sehari-hari, dengan
melibatkan tujuh komponen utama CTL yakni
sebagai berikut.
a. Mengembangkan pemikiran
bahwa siswa akan belajar lebih bermakna
jika ia diberi kesempatan
untuk bekerja, menemukan, dan
mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan baru
(constructivism).
b. Membentuk group belajar
yang saling tergantung (interdependent
learning groups) yaitu agar hasil pembelajaran
diperoleh dari kerja
sama dengan orang lain, maka
pembelajaran hendaknya selalu
dilaksanakan dalam
kelompok-kelompok belajar atau proses pembelajaran
yang melibatkan siswa dalam
kelompok.
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
11
c. Memfasilitasi kegiatan
penemuan (inquiry), yaitu agar siswa
memperoleh pengetahuan dan
keterampilan melalui penemuannya
sendiri (bukan hasil mengingat
sejumlah fakta).
d. Mengembangkan sifat ingin
tahu siswa melalui pengajuan pertanyaan
(questioning). Bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk
mendorong, membimbing, dan
memahami kemampuan berpikir siswa,
sedangkan bagi siswa kegiatan
bertanya untuk menggali informasi,
mengkonfirmasikan apa yang
sudah diketahui dan menunjukkan
perhatian pada aspek yang
belum diketahuinya. Bertanya dapat
diterapkan antara siswa
dengan siswa, antara guru dengan siswa,
antara siswa dengan guru,
antara siswa dengan orang baru yang
didatangkan di kelas.
e. Pemodelan (modeling), maksudnya dalam sebuah pembelajaran
selalu
ada model yang bisa ditiru.
Guru memberi model tentang bagaimana
cara belajar, namun demikian
guru bukan satu-satunya model. Model
dapat dirancang dengan
melibatkan siswa atau dapat juga
mendatangkan dari luar.
f. Refleksi (reflection), adalah cara berpikir tentang apa
yang baru
dipelajari atau berpikir
kebelakang tentang apa-apa yang sudah kita
lakukan dimasa yang lalu
kuncinya adalah bagaimana pengetahuan itu
mengendap di benak siswa.
g. Penilaian sesungguhnya (authentic assesment), adalah proses
pengumpulan berbagai data
yang bisa memberikan gambaran
perkembangan belajar siswa.
Pembelajaran yang benar memang
seharusnya ditekankan pada
upaya membantu siswa agar mampu
mempelajari (learning how to learn) sesuatu, bukan ditekankan pada
diperolehnya sebanyak mungkin
informasi diakhir periode
pembelajaran. Kemajuan
belajar dinilai dari proses, bukan melulu hasil,
dan dengan berbagai cara. Tes
hanya salah satunya itulah hakekat
penilaian yang sebenarnya
(Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama,
2003: 10-20).
5. Pendekatan pengajaran yang menggunakan atau berasosiasi dengan
CTL
a. Pembelajaran
berdasar masalah (problem-based learning (PBL)), yaitu
suatu pendekatan pembelajaran
yang menggunakan masalah dunia
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
12 Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
nyata sebagai suatu konteks
bagi siswa untuk belajar melalui berpikir
kritis dan keterampilan
pemecahan masalah dalam rangka memperoleh
pengetahuan dan konsep yang
esensi dari materi pelajaran.
b. Pembelajaran
kooperatif (cooperative learning), yaitu
suatu pendekatan
pembelajaran yang menggunakan
kelompok pembelajaran kecil dimana
siswa bekerjasama
untukmencapai tujuan pembelajaran.
c. Pembelajaran
berdasar project (project-based learning), yaitu
suatu
pendekatan yang yang
memperkenankan siswa untuk bekerja mandiri
dalam mengkonstruksi atau
membangun pembelajarannya
(pengetahuan dan keterampilan
baru), dan mencapai hasil puncak yang
nyata.
d. Pembelajaran
pelayanan (service learning), yaitu
pendekatan
pembelajaran yang menyajikan
suatu penerapan praktis dari
pengetahuan baru dan berbagai
keterampilan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat melalui
proyek atau tugas terstruktur dan
kegiatan lainnya.
e. Pembelajaran
berdasar kerja (work-based learning), yaitu
suatu
pendekatan pembelajaran yang
memungkinkan siswa menggunakan
konteks tempat kerja untuk
mempelajari materi ajar dan
menggunakannya kembali di
tempat kerja.
(Berns and Ericson, 2001:
3-4).
Latihan -1
Jawablah
pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda silang
jawaban a, b, c, atau d yang
Anda paling anggap benar.
1. Landasan Filosofi CTL
adalah ……
a. Konstruktivisme
b. Humanisme
2. CTL merupakan suatu proses
pengajaran yang bertujuan membantu
siswa ......
a. memahami materi pelajaran.
b. menghubungkan materi
pelajaran dengan kehidupan sehari-hari.
c. memahami materi pelajaran
dengan menghubungkan pokok materi
pelajaran dengan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari.
d. Menekankan bahwa belajar
tidak hanya sekedar menghapal
c. Kognitif
d. Behaviorisme
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
13
3. Berikut ini merupakan
sebagian komponen CTL kecuali .........
a. self regulated learning
b. collaborating
4. Dalam membina pribadi (nurturing
the individual) siswa, maka
diperlukan hal-hal berikut,
kecuali .....
a. Pembelajaran yang dapat
memotivasi, mendukung, menyemangati,
dan memunculkan gairah
belajar siswa.
b. Peran Guru yang dalam
memberikan stimuli dan pengaruh yang baik
terhadapmotivasi belajar siswa
dalam lingkungan sekolah.
c. Kemandirian, produktifitas
dan kecepatan merespon atau mengikuti
perkembangan teknologi dan
jaman dari siswa.
d. Peran dan kepedulian orang
tua dalam mempengaruhi kemampuan
dan pencapaian perkembangan
siswa.
5. Berikut ini merupakan
sebagian dari komponen utama dalam
mengimplementasikan
pembelajaran kontekstual, kecuali .............
a. constructivism
b. questioning
6. Hal-hal berikut dapat
dipandang sebagai tujuan dari pertanyaan
(questioning) yang
diajukan siswa, kecuali ...........
a. Mendorong dan memahami
kemampuan berpikirnya.
b. Menggali informasi.
c. Mengkonfirmasikan apa yang
sudah diketahui.
d. Menunjukkan perhatian pada
aspek yang belum diketahuinya.
7. Berikut ini merupakan
hakekat dari penilaian sesungguhnya (authentic
assesment), kecuali
......................
a. Penekanan pada upaya
membantu siswa agar mampu mempelajari
sesuatu.
b. Penekanan pada
diperolehnya sebanyak mungkin informasi diakhir
periode pembelajaran.
c. Kemajuan belajar dinilai
dari proses, bukan melulu hasil, dan dengan
berbagai cara.
d. Tes hanya salah satu dari
penilaian.
8. Berikut ini merupakan
pendekatan pengajaran yang menggunakan atau
berasosiasi dengan CTL,
kecuali .......
a. problem-based learning
b. cooperative learning
c. authentic
assesment
d. problem-based
learning
……………..
c. inquiry
d. service learning
c. direct instruction
d. service learning
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
14 Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
B. Kegiatan Belajar-2: Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia (PMRI)
Pada kegiatan pembelajaran-2
ini, Anda akan dapat menjawab tentang: Apa
landasan filosofi PMRI, apa
definisi PMRI, apa ciri-ciri PMRI, bagaimana
pelaksanaan PMRI, apa
prinsip-prinsip PMRI, bagaimana karakteristik dan
konsepsi dari PMRI, serta
bagaimana refleksi dan assesmen dari PMRI.
1. Landasan Filosofi PMRI
Landasan filosofi PMRI adalah
RME. RME merupakan teori pembelajaran
matematika yang dikembangkan
di Belanda. Teori ini berangkat dari
pendapat Fruedenthal bahwa
matematika merupakan aktivitas insani
dan harus dikaitkan dengan
realitas. Pembelajaran matematika tidak
dapat dipisahkan dari sifat
matematika seseorang memecahkan masalah,
mencari masalah, dan
mengorganisasi atau matematisasi materi
pelajaran (Gravemeijer dalam
Sutarto Hadi 2003: 1). Freudenthal
berpendapat bahwa siswa tidak
dapat dipandang sebagai penerima pasif
matematika yang sudah jadi.
Pendidikan matematika harus diarahkan
pada penggunaan berbagai
situasi dan kesempatan yang memungkinkan
siswa menemukan kembali (reinvention) matematika berdasarkan usaha
mereka sendiri.
Dalam RME dunia nyata
digunakan sebagai titik awal untuk
pengembangan ide dan konsep
matematika. Menurut Blum & Niss,
dunia nyata adalah segala
sesuatu di luar matematika, seperti mata
pelajaran lain selain
matematika, atau kehidupan sehari-hari dan
lingkungan sekitar kita.
Sementara itu, De Lange mendefinisikan dunia
nyata sebagai suatu dunia
nyata yang kongkret, yang
disampaikan kepada siswa
melalui aplikasi matematika (Sutarto Hadi,
2005:19).
Treffers membedakan dua macam
matematisasi, yaitu vertikal dan
horisontal (Sutarto Hadi,
2005: 20). Digambarkan oleh Gravemeijer
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
15
(1994) sebagai proses
penemuan kembali (reinvention process), seperti
ditunjukkan gambar berikut.
Dalam matematisasi horisontal, siswa mulai dari soal-soal
kontekstual,
mencoba menguraikan dengan
bahasa dan simbol yang dibuat sendiri,
kemudian menyelesaikan soal
tersebut. Dalam proses ini, setiap orang
dapat menggunakan cara mereka
sendiri yang mungkin berbeda dengan
orang lain. Dalam matematisasi vertikal, kita juga mulai dari soal-soal
kontekstual, tetapi dalam
jangka panjang kita dapat menyusun prosedur
tertentu yang dapat digunakan
untuk menyelesaikan soal-soal sejenis
secara langsung, tanpa
bantuan konteks.
2. Definisi PMRI
Secara garis besar PMRI atau
RME adalah suatu teori pembelajaran yang
telah dikembangkan khusus
untuk matematika. Konsep matematika
realistik ini sejalan dengan
kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan
matematika di Indonesia yang
didominasi oleh persoalan bagaimana
Bahasa
Matematika Algoritma
Diselesaikan
Diuraikan
Sistem Matematika formal
Soal-soal Kontektual
Matematisasi Horisontal dan
Vertikal(Gravemeijer, 1994: 93)
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
16 Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
meningkatkan pemahaman siswa
tentang matematika dan
mengembangkan daya nalar.
3. Ciri-ciri PMRI
Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia adalah pendekatan
pembelajaran yang memiliki
ciri-ciri sebagai berikut.
a. Menggunakan masalah
kontekstual, yaitu matematika dipandang
sebagai kegiatan sehari-hari
manusia, sehingga memecahkan
masalah kehidupan yang
dihadapi atau dialami oleh siswa (masalah
kontekstual yang realistik
bagi siswa) merupakan bagian yang
sangat penting.
b. Menggunakan model, yaitu belajar matematika berarti bekerja
dengan matematika
(alatmatematis hasilmatematisasi horisontal).
c. Menggunakan hasil dan
konstruksi siswa sendiri, yaitu siswa diberi
kesempatan untuk menemukan
konsep-konsep matematis, di bawah
bimbingan guru.
d. Pembelajaran terfokus pada
siswa
e. Terjadi interaksi antara
murid dan guru, yaitu aktivitas belajar
meliputi kegiatan memecahkan
masalah kontekstual yang realistik,
mengorganisasikan pengalaman
matematis, dan mendiskusikan
hasil-hasil pemecahan masalah
tersebut (Suryanto dan Sugiman,
2003:6).
4. Bagaimanakah Pelaksanaan PMRI?
Untuk dapat melaksanakan PMRI
kita harus tahu prinsip-prinip yang
digunakan PMRI. PMRI
menggunakan prinsip-prinsip RME, untuk itu
karakteristik RME ada dalam
PMRI. Ada tiga prinsip kunci RME
(Gravemeijer, 1994: 90),
yaitu Guided re-invention, Didactical
Phenomenology dan Self-delevoped
Model.
a. Guided Re-invention atau Menemukan Kembali Secara Seimbang.
Memberikan kesempatan bagi
siswa untuk melakukan matematisasi
dengan masalah kontekstual
yang realistik bagi siswa dengan
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
17
bantuan dari guru. Siswa
didorong atau ditantang untuk aktif
bekerja bahkan diharapkan
dapat mengkonstruksi atau membangun
sendiri pengetahuan yang akan
diperolehnya. Pembelajaran tidak
dimulai dari sifat-sifat atau
definisi atau teorema dan selanjutnya
diikuti contoh-contoh, tetapi
dimulai dengan masalah kontekstual
atau real/nyata yang
selanjutnya melalui aktivitas siswa diharapkan
dapat ditemukan sifat atau
definisi atau teorema atau aturan oleh
siswa sendiri.
b. Didactical Phenomenology
atau Fenomena Didaktik.
Topik-topik matematika
disajikan atas dasar aplikasinya dan
kontribusinya bagi
perkembangan matematika. Pembelajaran
matematika yang cenderung
berorientasi kepada memberi informasi
atau memberitahu siswa dan
memakai matematika yang sudah siap
pakai untuk memecahkan
masalah, diubah dengan menjadikan
masalah sebagai sarana utama
untuk mengawali pembelajaran
sehingga memungkinkan siswa
dengan caranya sendiri mencoba
memecahkannya. Dalam
memecahkan masalah tersebut, siswa
diharapkan dapat melangkah ke
arah matematisasi horisontal dan
matematisasi vertikal. Pencapaian matematisasi horisontal
ini,
sangat mungkin dilakukan
melalui langkah-langkah informal
sebelum sampai kepada
matematika yang lebih formal. Dalam hal
ini, siswa diharapkan dalam
memecahkan masalah dapat melangkah
kearah pemikiran matematika
sehingga akan mereka temukan atau
mereka bangun sendiri
sifat-sifat atau definisi atau teorema
matematika tertentu
(matematisasi horisontal), kemudian
ditingkatkan aspek matematisasinya
(matematisasi vertikal).
Kaitannya dengan matematisasi
horisontal dan matematisasi
vertikal ini, De Lange
menyebutkan: proses matematisasi
horisontal antara lain meliputi proses atau langkah-langkah
informal yang dilakukan siswa
dalam menyelesaikan suatu masalah
(soal), membuat model,
membuat skema, menemukan hubungan
dan lain-lain, sedangkan matematisasi vertikal, antara lain
meliputi proses menyatakan
suatu hubungan dengan suatu formula
(rumus), membuktikan
keteraturan, membuat berbagai model,
merumuskan konsep baru,
melakukan generalisasi, dan sebagainya.
Proses matematisasi
horisontal-vertikal inilah yang diharapkan
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
18 Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan
Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
dapat memberi kemungkinan
siswa lebih mudah memahami
matematika yang berobyek
abstrak. Dengan masalah kontekstual
yang diberikan pada awal
pembelajaran seperti tersebut di atas,
dimungkinkan banyak/beraneka
ragam cara yang digunakan atau
ditemukan siswa dalam
menyelesaikan masalah. Dengan demikian,
siswa mulai dibiasakan untuk
bebas berpikir dan berani
berpendapat, karena cara yang
digunakan siswa satu dengan yang
lain berbeda atau bahkan
berbeda dengan pemikiran guru tetapi
cara itu benar dan hasilnya
juga benar. Ini suatu fenomena
didaktik. Dengan memperhatikan fenomena didaktik yang ada
didalam kelas, maka akan
terbentuk proses pembelajaran
matematika yang tidak lagi
berorientasi pada guru, tetapi diubah
atau beralih kepada
pembelajaran matematika yang berorientasi
pada siswa atau bahkan
berorientasi pada masalah (Marpaung,
2001: 4).
c. Self-delevoped Models ataumodel dibangun sendiri oleh siswa.
Pada waktu siswa mengerjakan
masalah kontekstual, siswa
mengembangkan suatu model.
Model ini diharapkan dibangun
sendiri oleh siswa, baik
dalam proses matematisasi horisontal
ataupun vertikal. Kebebasan
yang diberikan kepada siswa untuk
memecahkan masalah secara
mandiri atau kelompok, dengan
sendirinya akan memungkinkan
munculnya berbagai model
pemecahan masalah buatan
siswa. Dalam pembelajaran matematika
realistik diharapkan terjadi
urutan ”situasi nyata” → ”model dari
situasi itu” → ”model kearah formal” → ”pengetahuan formal”.
Menurutnya, inilah yang
disebut ”buttom up” dan merupakan prinsip
RME yang disebut ”Self-delevoped Models” (Soedjadi, 2000: 1).
5. Prinsip PMRI
Berkaitan dengan penggunaan
masalah kontekstual yang realistik,
menurut De Lange (dalam
Suryanto dan Sugiman, 2003: 10) ada
beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan, yaitu.
a. Titik awal pembelajaran
harus benar-benar hal yang realistik, sesuai
dengan pengalaman siswa,
termasuk cara matematis yang sudah
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
19
dimiliki oleh siswa, supaya
siswa dapat melibatkan dirinya dalam
kegiatan belajar secara
bermakna.
b. Di samping harus realistik
bagi siswa, titik awal itu harus dapat
dipertanggungjawabkan dari
segi tujuan pembelajaran dan urutan
belajar.
c. Urutan pembelajaran harus
memuat bagian yang melibatkan
aktivitas yang diharapkan
memberikan kesempatan bagi siswa, atau
membantu siswa, untuk
menciptakan dan menjelaskan model
simbolik dari kegiatan
matematis informalnya.
d. Untuk melaksanakan ketiga
prinsip tersebut, siswa harus terlibat
secara interaktif,
menjelaskan, dan memberikan alasan
pekerjaannya memecahkan
masalah kontekstual (solusi yang
diperoleh), memahami
pekerjaan (solusi) temannya, menjelaskan
dalam diskusi kelas sikapnya setuju atau tidak setuju dengan solusi
temannya, menanyakan
alternatif pemecahan masalah, dan
merefleksikan solusi-solusi itu.
e. Struktur dan konsep-konsep
matematis yang muncul dari
pemecahan masalah realistik
itu mengarah ke intertwining
(pengaitan) antara
bagian-bagian materi.
6. Karakteristik PMRI
Karakteristik RME merupakan
karakteristik PMRI. Van den Heuvel–
Panhuizen (dalam Marpaung,
2006: 2), merumuskan karakteristik RME
sebagai berikut.
a. Prinsip aktivitas, yaitu matematika adalah aktivitas
manusia. Si
pembelajar harus aktif baik
secara mental maupun fisik dalam
pembelajaran matematika.
b. Prinsip realitas, yaitu
pembelajaran seyogyanya dimulai dengan
masalah-masalah yang
realistik atau dapat dibayangkan oleh siswa.
c. Prinsip berjenjang, artinya
dalam belajar matematika siswa
melewati berbagai jenjang
pemahaman, yaitu dari mampu
menemukan solusi suatu
masalah kontekstual atau realistik secara
informal, melalui skematisasi
memperoleh pengetahuan tentang halPaket
Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
20 Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
hal yang mendasar sampai
mampu menemukan solusi suatu
masalah matematis secara
formal.
d. Prinsip jalinan, artinya
berbagai aspek atau topik dalam
matematika jangan dipandang
dan dipelajari sebagai bagian-bagian
yang terpisah, tetapi
terjalin satu sama lain sehingga siswa dapat
melihat hubungan
antaramateri-materi itu secara lebih baik.
e. Prinsip interaksi, yaitu
matematika dipandang sebagai aktivitas
sosial. Siswa perlu dan harus
diberikan kesempatan menyampaikan
strateginya menyelesaikan
suatu masalah kepada yang lain untuk
ditanggapi, dan menyimak apa
yang ditemukan orang lain dan
strateginyamenemukan itu
sertamenanggapinya.
f. Prinsip bimbingan, yaitu
siswa perlu diberi kesempatan
terbimbing untuk menemukan (re-invent) pengetahuan
matematika.
7. Konsepsi PMRI
Dikemukakan oleh Sutarto Hadi
(2003: 2) bahwa teori PMRI sejalan
dengan teori belajar yang
berkembang saat ini, seperti konstruktivisme
dan pembelajaran kontekstual
(CTL). Namun baik konstruktivisme
maupun pembelajaran
kontekstual mewakili teori belajar secara umum,
sedangkan PMRI suatu teori
pembelajaran yang dikembangkan khusus
untuk matematika. Juga telah
disebutkan terdahulu, bahwa konsep
matematika realistik ini
sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki
pendidikan matematika di
Indonesia yang didominasi oleh persoalan
bagaimana meningkatkan
pemahaman siswa tentang matematika dan
mengembangkan daya nalar.
Lebih lanjut berkaitan dengan konsepsi
PMRI ini, Sutarto Hadi
mengemukakan beberapa konsepsi PMRI tentang
siswa, guru dan pembelajaran
yang mempertegas bahwa PMRI sejalan
dengan paradigma baru
pendidikan, sehingga PMRI pantas untuk
dikembangkan di Indonesia.
a. Konsepsi PMRI tentang
siswa adalah sebagai berikut.
1) Siswa memiliki seperangkat konsep
alternatif tentang ide-ide
matematika yang mempengaruhi
belajar selanjutnya;
2) Siswa memperoleh pengetahuan baru
dengan membentuk
pengetahuan itu untuk dirinya
sendiri;
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
21
3) Pembentukan pengetahuan merupakan
proses perubahan yang
meliputi penambahan, kreasi,
modifikasi, penghalusan,
penyusunan kembali dan
penolakan;
4) Pengetahuan baru yang dibangun oleh
siswa untuk dirinya
sendiri berasal dari
seperangkat ragam pengalaman;
5) Setiap siswa tanpa memandang ras,
budaya dan jenis kelamin
mampu memahami dan
mengerjakan matematik.
b. Konsepsi PMRI tentang guru adalah sebagai berikut.
1) Guru hanya sebagai
fasilitator dalam pembelajaran;
2) Guru harus mampu membangun
pembelajaran yang interaktif;
3) Guru harus memberikan
kesempatan kepada siswa untuk
secara aktif terlibat pada
proses pembelajaran dan secara aktif
membantu siswa dalam
menafsirkan persoalan riil; dan
4) Guru tidak terpancang pada
materi yang ada didalam
kurikulum, tetapi aktif
mengaitkan kurikulum dengan dunia riil,
baik fisikmaupun sosial.
c. Konsepsi PMRI tentang
pembelajaran Matematika meliputi aspekaspek
berikut.
1) Memulai pembelajaran
dengan mengajukan masalah (soal) yang
’riil’ bagi siswa sesuai
dengan pengalaman dan tingkat
pengetahuannya, sehingga
siswa segera terlibat dalam
pembelajaran secara bermakna.
2) Permasalahan yang
diberikan tentu harus diarahkan sesuai
dengan tujuan yang ingin
dicapai dalam pembelajaran tersebut;
3) Siswa mengembangkan atau
menciptakan model-model
simbolik secara informal
terhadap persoalan/permasalahan
yang diajukan;
4) Pembelajaran berlangsung
secara interaktif, siswa menjelaskan
dan memberikan alasan
terhadap jawaban yang diberikannya,
memahami jawaban temannya
(siswa lain), setuju terhadap
jawaban temannya, menyatakan
ketidaksetujuan, mencari
alternatif penyelesaian yang
lain, dan melakukan refleksi
terhadap setiap langkah yang
ditempuh atau terhadap hasil
pembelajaran.
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
22 Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
8. Refleksi dalamPembelajaran Matematika Realistik.
Dalam pembelajaran matematika
dengan pendekatan realistik, interaksi
sebagai salah satu prinsip
utama juga merupakan bagian utama yang
turut mendorong terbentuknya
refleksi. Interaksi yang berlangsung
dengan baik, akan melahirkan
suatu learning community yang
memberikan peluang bagi
berlangsungnya pembelajaran yang mampu
meningkatkan level
pengetahuan siswa. Refleksi merupakan suatu
upaya, atau suatu aktivitas
memberi peluang pada individu untuk
mengungkapkan tentang apa
yang sudah dan sedang dikerjakan. Apakah
yang dikerjakan itu sesuai
dengan apa yang dipikirkan? Menurut C-Stars
University of Washington (dalam Jozua Sabandar, wvWare/wv ver
0.5.44)
mengemukakan bahwa refleksi
merupakan cerminan dari: bagaimana
kita berpikir tentang apa
yang telah kita lakukan, melakukan review serta
merespon terhadap peristiwa
tertentu, aktivitas tertentu serta
pengalaman, mencatat apa yang
telah kita pelajari termasuk ide-ide baru
maupun apa yang kita rasakan.
Refleksi dapat muncul dalam bentuk
jurnal, diskusi, serta karya
seni.
a. Pentingnya Refleksi
1) Bagi guru, mendapatkan informasi
tentang apa yang siswa
pelajari dan bagaimana siswa
mempelajarinya. Di samping itu,
guru dapat melakukan
perbaikan dalam perencanaan dan
pembelajaran pada
kesempatan-kesempatan berikutnya atau
waktu yang akan datang.
2) Bagi siswa, meningkatkan kemampuan
berpikir matematika
siswa, di samping itu juga
sama halnya seperti yang dilakukan
guru.
b. Pelaku Refleksi dan Perilakunya.
Guru.
1) Telah melakukan antisipasi
terhadap berbagai kemungkinan
aplikasi yang dapat muncul di
kelas serta memperhitungkan
kesesuaiannya sebagai
bagian-bagian utama dalam proses
progressive mathematization.
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
23
2) Terlebih dulu mencoba
menyelesaikan semua soal kontekstual
yang telah direncanakan untuk
disajikan dalam proses
pembelajaran.
3) Harus mampu menggambarkan
pengalaman-pengalamannya
sendiri dalam mengungkapkan
refleksinya, dan hal ini akan
menuntut penggunaan bahasa
yang baik serta jelas baik dalam
bentu narasi ataupun lisan.
Siswa
1) Dalam perkembangan
pembelajaran siswa dapat/akan belajar
dari temannya.
2) Informasi/penjelasan yang
disampaikan merupakan sumber
yang berharga bagi siswa
lainnya maupun guru untuk membuat
keputusan dalam menyelesaikan
soal-soal berikutnya.
c. Konten Refleksi
Tentang isi refleksi, Arvold,
Turner, dan Cooney (dalam Jozua
Sabandar, wvWare/wv ver
0.5.44) merekomendasikan agar guru
mendorong siswa untuk memberi
jawaban /respon terhadap
pertanyaan–pertanyaan
berikut.
1) Apa yang saya pelajari hari ini?
2) Kesulitan apakah yang saya pelajari
hari ini?
3) Bagian matematika manakah yang saya
suka?
4) Pada bagian matematikamanakah
sayamengalami kesulitan?
Dari pihak guru, dalam
melakukan refleksi amat baik jika dapat
mengikutsertakan hal-hal berikut
dalam refleksinya, antara lain:
metode mengajar, pedagogi,
penyelesaian yang menarik dan
bermanfaat baginya serta
bagaimana mengelola suasana belajar
yang baik dalam kelas.
d. Perilaku Refleksi
Agar pelaksanaan refleksi
dapat memberikan manfaat bagi guru
maupun siswa, ada beberapa
sikap yang perlu
ditumbuhkan/dipertahankan.
1) Guru perlu menjadi pendengar yang
baik
2) Bersikap lentur terhadap desain
pembelajaran yang telah
disiapkan
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
24 Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
3) Membina serta memelihara suasana
belajar dan lingkungan
belajar
4) Menghargai sesama individu di dalam
kelas.
5) Bentuk-bentuk refleksi
a) Bentuk jurnal, di sini
guru dapat memperoleh gambaran
yang lebih luas mengenai
siswa tentang perkembangan
kemampuan dan kesulitannya.
b) Secara lisan dalam diskusi
kelas, siswa berkesempatan
secara langsung belajar dari
siswa lainnya.
9. Asesmen dalamPMRI
a. Prinsip Asesmen
De Lange (dalam
Zulkardi,http://www.geocities.com/Ratuilma
/tutorframesetindo. html: 11)
telah merumuskan lima prinsip
mengenai asesmen sebagai
petunjuk dalam melaksanakan asesmen
yaitu sebagai berikut.
1) Tujuan utama dari tes atau pengetesan
adalah untuk memperbaiki
pembelajaran dan hasil
belajar. Ini berarti asesmen harus
mengukur siswa selama proses
belajar mengajar berlangsung
dalam satuan pelajaran.
2) Metode asesmen harus memungkinkan
siswa mendemonstrasikan
apa yang mereka ketahui
bukannya apa yang mereka tidak ketahui.
Hal itu dapat dibimbing
dengan menyediakan soal-soal yang
memungkinkan banyak jawaban
dengan berbagai strategi.
3) Asesmen harus mengoperasionalkan
semua tujuan pendidikan
matematika dari tingkatan
rendah, sedang, maupun tinggi.
4) Kualitas asesmen matematika tidaklah
ditentukan oleh tujuan
pencapaian nilai. Dalam
keadaan ini, tujuan tes itu sendiri dan
mekanisme tes harus
disederhanakan dengan menyediakan
kepada siswa tes-tes yang
kita benar-benar dapat mengetahui
apakah merekamemahami soal
tersebut.
5) Alat-alat atau perangkat asesmen
harus praktis, memungkinkan
dapat diterapkan di suasana
sekolah, dan kemungkinan dapat
diterima di luar akal.
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
25
b. Pemberian Nilai
Di RME, proses dan hasil
adalah penting. Cara-cara pemberian nilai
pada soal tergantung dari
tipe pertanyaan-pertanyaan masing-masing
soal. Banyak pertanyaan-pertanyaan
menuntut para siswa untuk
menerangkan alasan atau
kebenaran jawaban mereka. Untuk
pertanyaan-pertanyaan ini,
memperhatikan alasan para siswa
menyelesaikan soal dengan
baik untuk digunakan sebagai kebenaran
dari jawaban. Secara
keseluruhan rencana pemberian nilai dapat
digunakan untuk menentukan
nilai seluruh tugas yang diberikan.
Sebagai contoh, setelah
memeriksa kembali pekerjaan para siswa,
Anda mungkin menentukan
kata-kata kunci sebagai awal,
pengembangan, terampil atau
memberi keterangan terhadap
matematika mereka
menggambarkan pemecahan masalah,
penalaran, dan komunikasi.
PMRI dapat menggunakan sistem
pemberian nilai seperti yang
dilakukan RME dengan penyempurnaanpenyempurnaan
sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai.
Latihan – 2
Jawablah
pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda
silang jawaban a, b, c, atau
d yang Anda paling anggap benar.
1. Landasan Filosofi PMRI
adalah ............
a. R M E
b. Humanisme
c. Kognitif
d. Behaviorisme
2. Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia adalah pendekatan
pembelajaran yang memiliki
ciri-ciri antara lain sebagai berikut,
kecuali ...........
a. Menggunakan masalah
kontekstual.
b. Menggunakan hasil dan
konstruksi siswa sendiri.
c. Selalu menggunakan bantuan
konteks untuk menyelesaikan soal-soal.
d. Pembelajaran terfokus pada
siswa.
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
26 Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
3. Pembelajaran yang dimulai
dengan masalah kontekstual atau real yang
selanjutnya melalui aktivitas
siswa diharapkan dapat ditemukan sifat
atau definisi atau teorema
atau aturan oleh siswa sendiri, merupakan
salah satu perwujudan dari
prinsip RME yaitu ......
a. Guided Re-invention
b. Didactical Phenomenology
c. Self-delevoped Models Guided Re-invention
d. Jawaban a, b, c, dan d
benar
4. Berikut ini merupakan
proses matematisasi horisontal, kecuali .......
a. Proses atau
langkah-langkah informal yang dilakukan siswa dalam
menyelesaikan suatu masalah
(soal).
b. Membuatmodel atau skema.
c. Menemukan hubungan.
d. Proses menyatakan suatu
hubungan dengan suatu formula (rumus).
5. Berikut ini merupakan
proses matematisasi vertikal, kecuali .............
a. Membuktikan keteraturan
atau melakukan generalisasi
b. Proses menyatakan suatu
hubungan dengan suatu formula (rumus).
c. Proses atau
langkah-langkah informal yang dilakukan siswa dalam
menyelesaikan suatu masalah
(soal).
d. Merumuskan konsep baru.
6. Berikut ini termasuk
prinsip PMRI yang perlu diperhatikan berkaitan
dengan penggunaan masalah
kontekstual yang realistik, kecuali .......
a. Titik awal
pembelajaranmenggunakan masalah kontekstual.
b. Titik awal pembelajaran
harus benar-benar hal yang realistik.
c. Titik awal pembelajaran
harus dapat dipertanggung-jawabkan dari
segi tujuan pembelajaran dan
urutan belajar.
d. Urutan pembelajaran harus
memuat bagian yang melibatkan
aktivitas siswa.
7. Pernyataan berikut
merupakan konsepsi PMRI tentang siswa, yaitu
............
a. Pengetahuan baru yang
dibangun oleh siswa untuk dirinya sendiri
berasal dari seperangkat
ragam pengalaman.
b. Siswa diberikan kesempatan
untuk secara aktif terlibat pada proses
pembelajaran.
c. Siswa mengembangkan atau
menciptakan model-model simbolik
secara informal terhadap
persoalan/permasalahan yang diajukan.
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
27
d. Memulai pembelajaran dengan
mengajukan masalah (soal) yang ’riil’
bagi siswa.
8. Pernyataan berikut
merupakan pentingnya suatu refleksi, kecuali .......
a. Guru mendapatkan informasi
tentang apa yang siswa pelajari dan
bagaimana
siswamempelajarinya.
b. Guru dapat melakukan
perbaikan dalam perencanaan dan
pembelajaran pada
kesempatan-kesempatan berikutnya.
c. Siswa diberikan kesempatan
untuk secara aktif terlibat pada proses
pembelajaran.
d. Meningkatkan kemampuan
berpikir matematika siswa.
9. Berikut ini merupakan
karakteristik PMRI, kecuali .......
a. Prinsip bimbingan
b. Prinsip aktivitas
c. Prinsip realitas
d. Prinsip kerjasama
10. Pernyataan berikut ini
termasuk Asesmen dalam PMRI, kecuali ......
a. Tujuan utama dari tes
adalah untuk memperbaiki pembelajaran dan
hasil belajar.
b. Metode asesmen harus
memungkinkan siswa mendemonstrasikan
apa yang mereka ketahui
bukannya apa yang mereka tidak ketahui.
c. Asesmen harus
mengoperasionalkan semua tujuan pendidikan
matematika dari tingkatan
rendah, sedang, maupun tinggi.
d. Kualitas asesmen
matematika ditentukan oleh tujuan pencapaian
nilai.
C. Rangkuman Kegiatan
Dari apa yang dikemukakan di
atas kaitannya dengan pembelajaran
matematika, dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud kontekstual atau
realistik dalam pembelajaran
matematika adalah bahwa dalam pembelajaran
matematika hendaknya ditandai
antara lain:
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
28 Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
(1) didasarkan padamasalah;
(2) pembelajaran terjadi
dalam konteks yang beragam, seperti: rumah,
sekolah,masyarakat, dan
tempat kerja;
(3) membantu perkembangan
pembelajaranmandiri;
(4) menggambarkan
keanekaragaman siswa;
(5) menggunakan
kelompok-kelompok belajar yang saling memerlukan; (6)
menggunakan penilaian yang
otentik;
(7) memerlukan pemikiran yang
lebih tinggi (kritis dan kreatif).
Di samping itu, dapat
dikemukakan kelebihan dari pembelajaran kontekstual,
yaitu:
(1) siswa sebagai subyek
belajar;
(2) siswa lebih memperoleh
kesempatan meningkatkan hubungan kerja
sama antar teman;
(3) siswa memperoleh
kesempatan lebih untuk mengembangkan aktivitas,
kreativitas sikap kritis,
kemandirian, dan mampu mengkomunikasi
dengan orang lain;
(4) siswa lebih memiliki peluang-peluang
untuk menggunakan
keterampilan-keterampilan dan
pengetahuan baru yang diperlukan
dalam kehidupan yang
sebenarnya;
(5) tugas guru sebagai
fasilitator, yaitu memfasilitasi siswa selama
pembelajaran berlangsung
sebagai contoh menyiapkan media
pembelajaran.
Secara sederhana proses
pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran
CTL dapat divisualisasikan
dalam bentuk diagram sebagai berikut :
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
29
Guru menyampaikan tujuan,
pokok-pokok materi pelajaran
dan melakukan apersepsi.
Guru menyampaikan
permasalahan yang berkaitan dengan
materi yang akan dipelajari.
Guru membagi siswa dalam
kelompok-kelompok kecil
dengan kemampuanmerata.
Siswa bekerja dalam kelompok
untukmendiskusikan
permasalahan danmateri yang sedang
dipelajari.
Masing-masing
kelompokmempresentasikan hasil yang
diperoleh selama diskusi.
Guru membuat pemodelan.
Guru dan siswa mengadakan
refleksi terhadap kejadian,
aktivitas, atau pengetahuan yang baru
diterima.
Guru memberikan penguatan,
tes atau kesimpulan kepada
siswa.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
PENILAIAN
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
30 Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
31
PENERAPAN PENDEKATAN
KONTEKSTUAL DAN PENDIDIKAN
MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA
PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
BAB III
Dalam bab ini Anda akan
mempelajari tentang alasan mengapa pendekatan
kontekstual dan PMRI perlu
diterapkan pada pembelajaran matematika serta
bagaimana menyusun RPP
matematika yang mengacu pada pendekatan
kontekstual ataupun PMRI.
Ciri-ciri dan karakteristik
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual atau
PMRI pada intinya adalah
matematika merupakan aktivitas insani,
pembelajaran matematika tidak
dapat dipisahkan dari sifat matematika
seseorang memecahkan masalah,
mencari masalah, dan mengorganisasi atau
matematisasi materi
pelajaran, yang secara rinci telah diuraikan pada bab II.
Setelah mempelajari bab ini,
Anda diharapkan dapat:
1. Menjelaskan tentang alasan
mengapa pendekatan kontekstual dan PMRI
perlu diterapkan pada
pembelajaranmatematika.
2. Menyusun RPP matematika
yang mengacu pada pendekatan kontekstual
ataupun PMRI.
Kegiatan belajar
Pada kegiatan pembelajaran
ini, Anda akan dapat menjawab tentang: alasan
mengapa pendekatan
kontekstual dan PMRI perlu diterapkan pada
pembelajaran matematika dan
bagaimana menyusun RPP matematika yang
mengacu pada pendekatan
kontekstual ataupun PMRI.
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
32 Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
A. Perlunya Pendekatan Kontekstual dan PMRI Diterapkan pada
Pembelajaran Matematika
1. Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, pada pasal 17
ayat (2), diantaranya dikemukakan Sekolah dan
komite sekolah, atau madrasah
dan komite madrasah, mengembangkan
kurikulum tingkat satuan
pendidikan dan silabusnya berdasarkan
kerangka dasar kurikulum dan
standar kompetensi lulusan. Salah satu
komponen dari silabus adalah
mengembangkan kegiatan pembelajaran.
Disebutkan bahwa kegiatan
pembelajaran dirancang untuk memberikan
pengalaman belajar yang
melibatkan proses mental dan fisik melalui
interaksi antar peserta
didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan
sumber belajar lainnya dalam
rangka pencapaian kompetensi. Pengalaman
belajar dimaksud dapat
terwujud melalui pendekatan pembelajaran yang
bervariasi dan berpusat pada
peserta didik. Pengalaman belajar memuat
kecakapan hidup yang perlu
dikuasai peserta didik.
2. Permendiknas No. 22 Tahun
2006 tanggal 23 Mei 2006, tentang Standar isi
pada lampirannya menegaskan
bahwa tujuan pembelajaran matematika
adalah: (1) memahami konsep
matematika, menjelaskan keterkaitan
antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes,
akurat, efisien, dan tepat,
dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan
penalaran pada pola dan
sifat, melakukan manipulasi matematika dalam
membuat generalisasi,
menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika; (3)
memecahkan masalah yang meliputi
kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika,
menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh; (4)
mengkomunikasikan gagasan
dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas
keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap
menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa
ingin tahu, perhatian, dan
minat dalam mempelajari matematika, serta
sikap ulet dan percaya diri
dalam pemecahan masalah (Depdiknas,
2006:417).
Dari uraian ini tampak bahwa,
pemecahan masalah merupakan salah satu
kompetensi penting yang perlu
dimiliki siswa dan pembelajaran hendaknya
dimulai dengan pengenalan
atau pengajuan masalah yang yang sesuai dengan
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
33
situasi (contextual problem). Dengan pengajuan masalah
kontektual, peserta
didik secara bertahap
dibimbing menguasai matematika.
Apabila dicermati secara
mendalam, tampak bahwa pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual
ataupun PMRI cocok atau mendukung apa yang telah
diuraikan pada item 1 dan 2
terutama dengan tujuan pembelajaran
matematika dan penekanan
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual.
Untuk itu, agar tujuan mata
pelajaran tercapai dengan optimal, maka guru
perlu merencanakan dengan
sungguh-sungguh. Salah satunya adalah
perencanaan kegiatan
pembelajaran seperti yang dituangkan dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP).
B. Merencanakan Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual
atau PMRI
Rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan
pengorganisasian pembelajaran untuk
mencapai satu kompetensi
dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan
dijabarkan dalam silabus.
Lingkup rencana pembelajaran paling luas
mencakup 1 kompetensi dasar
yang terdiri atas 1 indikator atau beberapa
indikator untuk 1 kali
pertemuan atau lebih (Departemen Nasional Nasional,
2006).
Dalam Peraturan Pemerintah
No. 19 tahun 2005 pasal 20, disebutkan
bahwa perencanaan proses
pembelajaran meliputi silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang
memuat sekurang-kurangnya tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, metode pengajaran, sumber
belajar, dan penilaian hasil belajar.
Menyiapkan materi
pembelajaran yang dapat membangun kemampuan
berpikir dan berargumentasi
yang dapat dipakai siswa selamanya, diperlukan
kesungguhan dari guru. Untuk
itu, guru dalam merencanakan kegiatan
pembelajarannya seperti yang
dituangkan dalam RPP hendaknya dilakukan
dengan benar dan
sungguh-sungguh sesuai dengan strategi, pendekatan
ataupun model yang dipilih.
Sementara itu, untuk merencanakan atau
menyusun RPP yang mengacu
pada pendekatan pembelajaran kontekstual
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
34 Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
atau realistik perlu
memperhatikan komponen, ciri, ataupun karakteristik
pembelajarannya.
Dengan memperhatikan
komponen, ciri, karakteristik dan proses
pembelajarannya, secara
singkat urutan proses pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual atau
realistik dapat dituliskan sebagai berikut.
1. Kegiatan Awal atau Pembukaan
a. Penyampaian tujuan pembelajaran
b. Penyampaian pokok-pokok materi atau
relevansi
c. Pemberian motivasi pelajaran dan
melakukan apersepsi
d. Penjelasan tentang pembagian kelompok
dan cara belajar
2. Kegiatan Inti
a. Dimulai dengan masalah kontekstual
atau realistik.
b. Siswa diberi kesempatan menyelesaikan
masalah dengan memilih
atau membangun strategi
sendiri (disampaikan batasan waktu).
c. Guru memfasilitasi, antara lain
dengan menyiapkan alat peraga atau
media yang lain seperti
lembar permasalahan, lembar kerja ataupun
lembar tugas.
d. Sesudah waktu habis, beberapa siswa
menjelaskan caranya
menyelesaikan masalah
(informal). Jangan mengintervensi, biarkan
siswa selesai mengutarakan
idenya.
e. Diskusi kelas dipimpin oleh guru
f. Penyampaian tugas berikut:
1) menggambar atau membuat skema
2) siswamenyajikan hasil yang diperoleh
3) tanggapan siswa lain
g. Diskusi kelas dipimpin oleh guru
h. Guru meminta siswa merenungkan materi
yang baru saja dipelajari
i. Guru secara perlahan membawa siswa ke
matematika formal
3. Kegiatan Akhir atau Penutup
a. Penarikan kesimpulan dari apa-apa
yang telah dipelajari dalam
pembelajaran sesuai tujuan
yang akan dicapai.
b. Melakukan refleksi terhadap setiap
langkah yang ditempuh atau
terhadap hasil pembelajaran.
c. Pemberian tugas atau latihan
4. Asesmen Berkelanjutan dengan Memakai
Penilaian yang Autentik
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
35
Berdasarkan uraian di atas
dan mengacu pada standar proses yang
dikeluarkan Badan Nasional
Standar Pendidikan (BNSP) tahun 2007, maka
merencanakan pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual atau realistik
dapat dibuat dalam bentuk RPP
sebagai berikut.
1. Menuliskan Identitas Mata Pelajaran Meliputi:
a. Satuan Pendidikan
b. Kelas/Semester
c. Mata Pelajaran/Tema Pelajaran
d. Jumlah Pertemuan
2. Menuliskan Standar Kompetensi
Standar kompetensi merupakan
kualifikasi kemampuan minimal peserta
didik yang menggambarkan
penguasaan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang diharapkan
dicapai pada setiap kelas dan/atau
semester pada suatu mata
pelajaran.
Pada bagian ini dituliskan
standar kompetensi mata pelajaran, cukup
dengan cara mengutip pada
standar isi atau silabus pembelajaran yang
telah dibuat guru.
3. Menuliskan Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar adalah
sejumlah kemampuan yang harus dikuasai
peserta didik dalam mata
pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan
indikator kompetensi dalam
suatu mata pelajaran.
Pada bagian ini dituliskan
kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta
didik setelah proses
pembelajaran berakhir, cukup dengan cara
mengutip pada standar isi
atau silabus pembelajaran yang telah dibuat
guru.
4. Menuliskan Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator pencapaian
kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur
dan/atau diobservasi untuk
menunjukkan ketercapaian kompetensi
dasar tertentu yang menjadi
acuan penilaian mata pelajaran.
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
36 Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
Indikator pencapaian
kompetensi dirumuskan dengan menggunakan
kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang
mencakup
pengetahuan, sikap, dan
keterampilan. Contoh kata kerja operasional
antara lain:
mengidentifikasi, menghitung, membedakan, menyimpulkan,
menceritakan kembali,
mempraktekkan, mendemonstrasikan, dan
mendeskripsikan.
Indikator pencapaian hasil
belajar dikembangkan oleh guru dengan
memperhatikan perkembangan
dan kemampuan setiap peserta didik.
Setiap kompetensi dasar dapat
dikembangkan menjadi dua atau lebih
indikator pencapaian hasil
belajar, hal ini sesuai dengan keluasan dan
kedalaman kompetensi dasar
tersebut.
Indikator dikembangkan oleh
guru sekolah sesuai dengan kondisi daerah
dan sekolah masing-masing.
Dalam membuat indikator ini, guru juga
perlu melihat KD yang sama di
kelas sebelum dan sesudahnya agar lebih
tepat dalam menentukan
indikator sesuai dengan kelas dimana KD
tersebut diajarkan.
5. Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang
diharapkan dicapai oleh
peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
Tujuan pembelajaran dibuat
berdasarkan SK, KD, dan Indikator yang
telah ditentukan. Tujuan ini
difokuskan tergantung pada indikator yang
dirumuskan dari SK dan KD dan
standar isi mata pelajaran matematika
yang akan dipelajari siswa.
6. Materi Ajar
Materi ajar memuat fakta,
konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan,
dan ditulis dalam bentuk
butir-butir sesuai dengan rumusan indikator
pencapaian kompetensi.
7. Menuliskan Materi Prasyarat
Materi Prasyarat ini
merupakan materi atau kompetensi yang harus
sudah dimiliki atau dikuasai
siswa yang berkaitan dengan materi atau
kompetensi yang akan
dipelajari. Dalam pembelajaran matematika
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
37
materi prasyarat ini sangat
perlu, karena dalam pembelajaran
matematika antara materi satu
dengan yang lain saling berkaitan satu
sama lain. Pada proses
pembelajaran kompetensi ini dapat diukur
melalui kegiatan pendahuluan.
8. AlokasiWaktu
Alokasi waktu ditentukan
sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD
dan beban belajar.
9. Menentukanmetode pembelajaran yang akan digunakan
Metode pembelajaran digunakan
oleh guru untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik mencapai
kompetensi dasar atau seperangkat
indikator yang telah ditetapkan.
Pemilihan metode pembelajaran
disesuaikan dengan situasi dan kondisi
peserta didik serta
karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi
yang hendak dicapai pada
setiap mata pelajaran. Pada bagian ini
dituliskan semua metode yang
akan digunakan selama proses
pembelajaran berlangsung.
10. Merumuskan kegiatan pembelajaran
a. Pendahuluan
Pendahuluan merupakan
kegiatan awal dalam suatu pertemuan
pembelajaran yang ditujukan
untuk membangkitkan motivasi dan
memfokuskan perhatian peserta
didik untuk berpartisipasi aktif
dalam proses pembelajaran.
Pada pendahuluan ini secara garis besar
dapat memuat hal-hal sebagai
berikut.
1) Deskripsi singkat
Deskripsi singkat adalah
penjelasan singkat (secara global) tentang
isi pelajaran yang
berhubungan dengan kompetensi yang
diharapkan. Dimaksudkan agar
pada permulaan kegiatan
belajarnya siswa telah
mendapat jawaban secara global tentang isi
pelajaran yang akan
dipelajari.
2) Relevansi
Relevansi adalah kaitan isi
pelajaran yang sedang dipelajari dengan
pengetahuan yang telah
dimiliki siswa atau dengan pekerjaan yang
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
38 Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
dilakukannya sehari-hari.
Dalam hal ini dapat juga mengingatkan
kembali materi prasyarat
(apersepsi)
3) Tujuan/kompetensi
Tujuan adalah kemampuan atau
kompetensi yang akan dicapai
siswa pada akhir proses
belajarnya
4) Penjelasan tentang
pembagian kelompok dan cara relajar
b. Inti
Kegiatan inti merupakan
proses pembelajaran untuk mencapai KD.
Kegiatan pembelajaran
dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
dan perkembangan fisik serta
psiikolgis peserta didik. Kegiatan inti ini
dilakukan secara sistematis
dan sistemik melalui proses eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi.
Pada kegiatan inti ini siswa
mendapat fasilitas atau bantuan untuk
mengembangkan potensinya
secara optimal. Pada kegiatan inti secara
garis besar berlangsung
hal-hal berikut.
1) Memulai pembelajaran
dengan mengajukan masalah (soal) yang
nyata (riil) bagi siswa
sesuai dengan pengalaman dan tingkat
pengetahuannya, sehingga
siswa segera terlibat dalam pelajaran
secara bermakna
2) Permasalahan yang
diberikan tentu harus diarahkan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai
dalam pembelajaran
3) Siswa mengembangkan model-model
simbolik secara informal
terhadap persoalan/masalah
yang diajukan.
4) Pembelajaran berlangsung
secara interaktif, siswa menjelaskan
dan memberikan alasan
terhadap jawaban yang diberikannya,
memahami jawaban temannya
(siswa lain), menyatakan setuju
atau ketidak
setujuannya,mencari alternatif yang lain.
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
39
c. Penutup
Penutup merupakan kegiatan
yang dilakukan untuk mengakhiri
aktivitas pembelajaran yang
dapat dilakukan dalam bentuk
rangkuman atau kesimpulan,
penilaian dan refleksi, umpan balik, dan
tindak lanjut, yaitu seperti
berikut.
1) Penarikan kesimpulan dari
apa-apa yang telah dipelajari dalam
pembelajaran sesuai tujuan
yang akan dicapai.
2) Melakukan refleksi
terhadap setiap langkah yang ditempuh atau
terhadap hasil pembelajaran.
3) Pemberian tugas atau
latihan
11. Penilaian Hasil Belajar
Prosedur dan instrumen
penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan
dengan indikator pencapaian
kompetensi dan mengacu kepada standar
penilaian.
12. Sumber belajar
Penentuan sumber belajar
didasarkan pada standar kompetensi dan
kompetensi dasar, serta
materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapaian
kompetensi. Pada bagian ini dituliskan semua
media atau alat atau bahan
atau sumber yang digunakan selama proses
pembelajaran berlangsung.
C. Bagaimana Melaksanakan Pembelajaran dengan Pendekatan
Kontekstual atau Realistik
Beberapa hal yang perlu
disiapkan guru dalam melaksanakan pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual
atau realistik, yaitu antara lain sebagai
berikut.
1. Guru hendaknya menyiapkan materi yang
dapat membangun
kemampuan berpikir dan
berargumentasi yang dapat dipakai siswa
selamanya.
2. Kebanyakan soal dapat diselesaikan
lebih dari satu solusi atau
penyelesaian atau strategi.
Untuk itu, guru hendaknya dapat
mendiskusikan perbedaan
solusi/penyelesaian/strategi untuk
memutuskan mana yang terbaik
untuk soal itu. Dalam diskusi guru perlu
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
40 Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
menanyakan kepada siswa
tertentu untuk menjelaskan idenya dan dilain
pihak siswa yang lain diminta
mendengarkan dan menganalisa jawaban
temannya.
3. Siswa secara individu atau kelompok,
diusahakan dapat bekerja untuk
mendapatkan kesempatan lebih
banyak menjelaskan pikiran dan
pengertiannya.
4. Kemampuan guru untuk membuat suatu
iklim dimana siswa mau
berpikir dengan cara baru dan
mengkomunikasikan apa yang dihasilkan
adalah kunci sukses
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual atau
realistik. Jika guru
menghargai perbedaan jawaban siswa, maka siswa
akan respek untuk mencoba idenya.
Peran guru adalah memberi
semangat atau memotivasi
terjadinya interaksi atau pertukaran ide di
antara siswa. Jika mereka
kesulitan di kelompoknya, maka diskusi kelas
akan membantu.
5. Setelah Anda memikirkan tentang
komponen-komponen RPP di atas,
seperti tujuan, masalah
kontekstual, cara mengorganisasikan siswa,
prosedur atau teknik
penilaian, dengan pendekatan kontekstual atau
realistik serta merancang
kegiatan, maka selanjutnya Anda dapat
menuangkannya dalam RPP.
Latihan-3
Jawablah pertanyaan-pertanyaan
di bawah ini dengan memberi tanda silang
jawaban a, b, c, atau d yang
Anda paling anggap benar.
1. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan
pembelajaran adalah .......
a. Memuat rangkaian kegiatan
yang harus dilakukan oleh peserta didik
secara berurutan
untukmencapai KD.
b. Sesuai dengan hierarki
konsep materi pembelajaran
c. Menunjukkan kegiatan siswa
dan materi
d. Jawaban a,b, dan c benar
2. Pernyataan berikut yang
mendukung perlunya pendekatan kontekstual
ataupun PMRI dilaksanakan
dalam pembelajaran matematika, adalah ........
a. Pendekatan kontekstual
ataupun PMRI dapat memberikan
pengalaman belajar yang
melibatkan proses mental dan fisik seperti
yang disarankan dalam
mengembangkan kegiatan pembelajaran.
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
41
b. Proses pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual ataupun PMRI
sesuai dengan tujuan
pembelajaran matematika yang termuat pada
lampiran Permendiknas No. 22
Tahun 2006 tanggal 23 Mei 2006
tentang Standar isi.
c. Dalam pendekatan
kontekstual ataupun PMRI pemecahan masalah
merupakan salah satu
kompetensi penting yang perlu dimiliki siswa.
d. Jawaban a, b, dan c.
3. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran sekurang-kurangnya diantaranya
memuat berikut ini kecuali
....
a. tujuan pembelajaran
b. indikator
4. Landasan Pengembangan RPP
adalah ........
a. Peraturan Pemerintah
Repblik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan
b. Peraturan Pemerintah
Repblik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan
pasal 20
c. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional
Pendidikan pasal 17 ayat (2)
d. Jawaban b dan c
5. Rumusan tujuan
pembelajaran menggambarkan ....
a. Proses belajar yang
diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai
dengan KD.
b. Hasil belajar yang
diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan
KD.
c. Indikator pencapaian
peserta didik sesuai dengan KD.
d. Proses dan hasil belajar
yang diharapkan dicapai oleh peserta didik
sesuai dengan KD.
6. Dalam pemilihanmetode
pembelajaran perlu disesuaikan dengan....
a. Situasi dan kondisi
peserta didik.
b. Karakteristik dari setiap
indikator dan kompetensi yang hendak
dicapai.
c. Suasana belajar dan proses
pembelajaran.
d. Jawaban a dan b
7. Penentuan sumber belajar
didasarkan pada ..........
a. standar kompetensi dan
kompetensi dasar
b. indikator pencapaian
kompetensi
c. materi ajar
d. metode pengajaran
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
42 Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
c. materi ajar dan kegiatan
pembelajaran
d. Jawaban a, b, dan c
8. Beberapa hal yang perlu
disiapkan guru dalam melaksanakan
pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual atau realistik adalah
sebagai berikut kecuali
...............
a. Materi yang dapat
membangun kemampuan berpikir dan
berargumentasi siswa.
b. Soal yang dapat diselesaikan
lebih dari satu solusi/
penyelesaian/strategi.
c. Kegiatan yang memberikan
kesempatan lebih banyak pada siswa
secara individu atau kelompok
untuk menjelaskan pikiran dan
pengertiannya.
d. Jawaban a, b, dan c.
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
43
CONTOH PROSES PEMBELAJARAN
MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN
KONTEKSTUAL ATAU REALISTIK
BAB IV
Dalam bab ini hanya akan
diuraikan tentang proses pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual atau
realistik dimana dalam proses tersebut dapat
dilihat perbedaannya dengan
proses pembelajaran yang biasa dilakukan
sebagian besar guru di
lapangan. Proses pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual atau realistik
akan ditunjukkan dengan contoh-contoh
pembelajaran matematika di
sekolah Dasar (SD).
Perancangan kegiatan
pembelajaran dapat berupa persiapan dan
pelaksanaan pembelajaran.
Persiapan rancangan kegiatan pembelajaran
dibuat dalam bentuk Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang secara
lengkap telah diuraikan pada
bab III. Sementara itu teori tentang pendekatan
kontekstual dan realistik
telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya.
Setelah mempelajari bab ini,
Anda diharapkan dapat:
1. memberikan contoh
perbedaan guru SD yang pasif, aktif, dan realistik
pada saat membelajarkan
matematika.
2. menyusun kegiatan
pembelajaran matematika SD dengan pendekatan
kontekstual atau realistik.
Kegiatan
Pada kegiatan pembelajaran
ini, Anda diharapkan dapat membuat contoh
bagaimana proses pembelajaran
matematika yang dilakukan oleh guru yang
pasif, guru yang aktif, dan
guru yang realistik.
Pada contoh berikut ini akan
diuraikan penggalan proses pembelajaran dari
tahap kegiatan inti suatu proses pembelajaran dengan
menggunakan
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
44 Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
pendekatan kontekstual atau realistik.
Contoh tersebut digambarkan dalam
suatu proses pembelajaran
yang dilakukan guru yang pasif, aktif, dan realistik
A. Contoh 1: Pembelajaran Pengukuran di Kelas III semester 2
Kompetensi Dasar (KD): ”Menghitung luas persegi dan persegi panjang”.
KD ini dapat dibuat dalam dua rancangan kegiatan pembelajaran, yaitu: (1)
menghitung luas persegi
panjang; dan (2) menghitung luas persegi. Dalam
contoh akan diambil rancangan
kegiatan yang pertama yaitu ’menghitung
luas persegi panjang’. Konsep luas ini, akan dibangun
melalui beberapa hal,
yaitu sebagai berikut.
(1) Mengaitkan konsep luas dengan
bentuk-bentuk tak beraturan disekitar
siswa;
(2) Penggunaan berbagai strategi dalam
menyelesaikan soal-soal
kontekstual;
(3) Menggunakan berbagai satuan
pengukuran sebagai suatu strategi
perhitungan;
(4) Menggunakan kertas berpetak sebagai
model;
(5) Membingkai suatu bangun dengan
persegi panjang;
(6) Menemukan rumus luas persegi panjang;
dan
(7) Menentukan atau menghitung luas
persegi panjang dengan rumus.
Maka dari KD di atas pada
rancangan kegiatan yang pertama yaitu
’menghitung luas persegi
panjang’ dapat ditentukan indikator pencapaiannya
yaitu sebagai berikut.
(1) Menyelesaikan permasalahan yang
berkaitan dengan luas persegi
panjang
(2) Menghitung luas persegi panjang
dengan ukuran tidak baku
(3) Menyebutkan pengertian luas dari
suatu suatu daerah atau bangun datar
(4) Menemukan rumus luas persegi panjang
(5) Menentukan atau menghitung luas
bangun berbentuk persegi panjang
Untuk contoh, hanya diambil
dua indikator terakhir yaitu: Menemukan
rumus luas persegi panjang
dan menentukan atau menghitung luas persegi
panjang.
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
45
Penggalan proses pembelajaran
akan dilakukan oleh guru yang pasif, guru
yang aktif, dan guru yang
realistik untuk pertama kalinya membelajarkan
menemukan rumus dan
menentukan atau menghitung luas persegi panjang
pada siswa.
1. Guru Pasif
Guru yang pasif memulai
pembelajaran menemukan rumus luas persegi
panjang dengan menggambar
atau memperlihatkan gambar di papan
tulis kemudian memberikan
penjelasan kepada siswanya bagaimana
menemukan rumus persegi
panjang, seperti contoh berikut.
Langkah-1
Dengan menunjukkan gambar
persegi panjang alternatif-1, guru
memberikan penjelasan pada
siswa bahwa: ”Luas persegi panjang dapat
ditentukan dengan menghitung
banyaknya persegi satuan yang ada
dalam persegi panjang
tersebut”.
Langkah-2
Guru menanyakan kepada siswa:
” Berapa banyak persegi satuan yang
ada dalam persegi panjang?”.
Dengan bahasa dan komunikasi guru
dengan siswa, maka didapat
jawaban siswa bahwa: ”Luas persegi
panjang = 28 satuan luas”.
panjang panjang
lebar
(Alternatif -1) (Alternatif -2)
lebar
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
46 Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
Langkah-3
Guru memberi penjelasan pada
siswa bahwa: ” Luas persegi panjang
dapat diperoleh dengan
mengalikan panjang dan lebarnya atau Luas =
panjang x lebar”
2. Guru aktif
Guru yang aktif memulai
pembelajaran menemukan rumus luas persegi
panjang dengan menggambar
atau memperlihatkan gambar di papan
tulis, seperti contoh berikut.
Langkah-1
Guru memberikan penjelasan
pada siswa bahwa: ”Luas persegi panjang
dapat ditentukan dengan
menghitung banyaknya persegi satuan yang
ada dalam persegi panjang
tersebut”.
Langkah-2
Untuk menuju ke konsep rumus
luas persegi panjang, guru dapat
memberikan lembar kerja pada
siswa: ”Selesaikan Lembar Kerja (LK)
berikut secara berkelompok”.
panjang panjang
lebar
(Alternatif -1) (Alternatif
-2)
lebar
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
47
Amatilah
satu persatu gambar persegipanjang-persegipanjang di
atas,
kemudian lengkapilah tabel berikut.
Gambar
Luas
(L)
Satuan
panjang (p)
Satuan
lebar (l)
p x l
A 40 8 5
40
B
C
...................
...................
...................
...................
...................
...................
D
E
...................
...................
...................
...................
...................
...................
Perhatikan
hasil yang terdapat pada kolom L dan kolom p x l, maka
dapat
disimpulkan luas persegipanjang adalah:
L =
............... x .................
Nama : ………………
Kelas/NO:……………….
Lembar Kerja Siswa
Menemukan Luas Persegi Panjang
Petunjuk
Perhatikan gambar persegi panjang pada kertas
berpetak berikut.
AB E
C D
A
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
48 Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
Langkah-3
Guru dengan menggunakan peragaan
memperjelas rumus luas persegi
panjang yang ditemukan siswa
dari lembar kerja yang diberikan guru.
3. Guru Realistik
Guru yang realistik memulai
pembelajaran menemukan rumus luas
persegi panjang dengan
memberikan masalah kontekstual pada siswa
untuk diselesaikan secara
bekelompok, seperti contoh berikut.
Langkah-1
Guru mengajak siswa
menghitung luas lantai yang dibatasi dengan tali
membentuk persegi panjang
dengan menghitung banyaknya ubin yang
dbatasi oleh tali tersebut,
contoh:
panjang
Luas persegi panjang
= 7 x 4 satuan persegi
= 28 satuan persegi
Maka Luas Persegi
Panjang
= panjang x lebar
lebar
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
49
Langkah-2
Guru dapat menggambarkan
persegi panjang yang di lantai pada papan
tulis atau guru
menggambarkannya pada lembar kertas yang telah
disiapkan guru sebelumnya.
Selanjutnya siswa disuruh menghitung luas
persegi panjang apabila 1
ubin merupakan satu satuan luas.
Langkah-3
Guru memberikan kebebasan
pada siswa untuk menyelesaikan masalah
dengan caranya sendiri untuk
mendapatkan luas persegi panjang.
Kemudian guru meminta
masing-masing kelompok untuk menuliskan
jawabannya di papan tulis dan
sekaligus mengkomunikasikan dengan
kelompok lain dari mana
jawaban tersebut diperoleh atau alasannya
mendapatkan jawaban tersebut.
Maka alternatif jawaban siswa adalah
sebagai berikut.
Alternatif-1
Dengan membilang satu persatu
persegi satuan, maka diperoleh jawaban
siswa:
Luas = 40 satuan luas
Alternatif-2
Dengan menjumlah persegi
satuan pada tiap-tiap kolom, maka diperoleh
jawaban siswa: Luas = (5 + 5
+ 5 + 5 + 5 + 5 + 5 + 5) satuan luas = 40
satuan luas
Alternatif-3
Dengan menjumlah persegi satuan
pada tiap-tiap baris, maka diperoleh
jawaban siswa: Luas = (8 + 8
+ 8 + 8 + 8) satuan = 40 satuan luas
Alternatif-3
Dengan menjumlah persegi
satuan pada tiap-tiap baris, kemudian siswa
mengubahnya dalam kalimat
perkalian, maka diperoleh jawaban siswa:
Luas = (8 + 8 + 8 + 8 + 8)
satuan luas = 40 satuan luas
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
50 Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
Luas = 5 x 8 = 40 satuan luas
(8 nya ada 5 dituliskan 5x8 dan 40
diperoleh dari hasil
perhitungan banyaknya persegi satuan pada persegi
panjang)
Alternatif-4
Dengan langsung mengalikan
banyaknya kolom dan baris atau
mengalikan baris dan
kolom,maka diperoleh jawaban siswa:
Luas = 8 x 5 = 40 satuan luas
atau Luas = 5 x 8 = 40 satuan luas
Langkah-4
Guru harus dapat menyikapi
jawaban siswa yang salah maupun yang
benar. Apabila jawaban siswa
salah guru tidak boleh langsung
menyalahkan tetapi harus
melihat alasan jawaban dari siswa, baru dari
jawaban siswa ini siswa
digiring atau dimotivasi kepada jawaban yang
benar.
Untuk alternatif semua
jawaban yang benar seperti contoh di atas, maka
guru membenarkan semua
jawaban, kemudian guru memberi
kesempatan berpikir siswa
dari semua alternatif jawaban yang benar,
jawaban mana yang paling mudah dan gampang dikerjakan. Guru
perlu mendengarkan jawaban
siswa dan memberikan gambaran pada
siswa yang bisa menjadi
pertimbangan pada siswa. Sebagai contoh:
”Andaikan kita disuruh
menghitung luas ruangan kelas kita yang
diketahui panjang dan
lebarnya, apakah kita harus menghitung satu
persatu ubin yang ada?
(sambil menunjuk jawaban alternatif-1) atau kita
harus banyaknya ubin untuk
setiap baris dan kolomnya? (sambil
menunjuk jawaban alternatif 2
dan 3). Bagaimana dengan jawaban pada
alternatif-4?”. Guru kemudian
memperluas permasalahan: ”Bagaimana
kalau kita disuruh menghitung
luas halaman sekolah atau luas ruang
kelas sekolah kita?”. Nah
tentunya untuk mempermudah kita
menghitungnya kita perlu
mencari cara, yaitu dengan menemukan cara
atau rumus menghitung luas
persegi panjang atau persegi (ini
merupakan cara guru membawa
siswa dari matematika horisontal
kepada matematika
vertikalnya).
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
51
Langkah-5
Bertitik tolak dari jawaban
siswa (jawaban alternatif-1, 2 dan 3), guru
mengajak siswa menemukan
rumus luas persegi panjang. Sebagai contoh
seperti berikut ini.
Catatan:
Untuk menemukan rumus luas
persegi panjang, setelah langkah 1 s.d. 5
guru realistik dapat
memberikan lembar kerja yang digunakan guru aktif
pada langkah-2 dan 3.
Langkah selanjutnya, untuk
mencapai indikator ke-2 yaitu: ”menentukan
atau menghitung luas persegi
panjang”, guru pasif, guru aktif, maupun
guru realistik dapat
memberikan lembar tugas kepada siswa untuk
diselesaikan. Contoh lembar
tugas adalah sebagai berikut.
lebar
panjang
Luas = 40 satuan luas, dapat dipe-roleh dari
mengalikan
banyaknya satuan panjang dengan satuan lebar,
maka
diperoleh rumus luas persegi
panjang adalah:
Luas = panjang x lebar
= p x l
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
52 Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan
Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
B. Contoh : Pembelajaran Bilangan di Kelas II semester 2
Kompetensi Dasar (KD): ”Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya
bilangan dua angka”. Untuk mencapai KD ini, indikator
yang dapat
dituliskan guru antara lain
sebagai berikut.
(1) Mengubah bentuk
penjumlahan berulang kedalam bentuk perkalian.
(2) Mengubah bentuk perkalian
ke dalam bentuk penjumlahan berulang.
(3) Menentukan hasil
perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka.
(4) Menyelesaikan permasalahan
sehari-hari yang berkaitan dengan
perkalian.
Indikator ke (4) merupakan
kemampuan yang dicapai siswa setelah
mengenal konsep perkalian
bilangan. Hal ini berbeda dengan permasalahan
kontekstual atau realistik
yang dikemukakan guru untuk memulai
pembelajaran, yaitu
permasalahan yang harus diselesaikan siswa yang mana
siswa belum mengenal konsep
perkalian bilangan.
Nama : …………………..
Kelas/No :………………….
Lembar Tugas Siswa
Menghitung Luas Persegi Panjang
Gunakan rumus luas persegi
panjang untuk menyelesaikan soal berikut.
1. Berapakah luas persegi
panjang yang panjang dan lebarnya berturutturut
adalah:
a. p = 6 ; l = 5
b. p = 8 ; l = 7
c. p = 15 ; l = 8
2. Pada sebuah persegi
panjang, apabila diketahui panjangnya 3 kali
lebarnya. Jika lebarnya 7
satuan, berapakah panjang dan luasnya?
3. Pada sebuah persegi
panjang, apabila diketahui lebarnya adalah
2
1
dari panjangnya. Jika
panjangnya 10 satuan, berapakah lebar dan
luasnya?
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
53
Untuk lebih jelasnya berikut
ini adalah contoh penggalan proses
pembelajaran yang dilakukan
oleh guru pasif, guru aktif, dan guru yang
realistik dalam membelajarkan
perkalian bilangan yang hasilnya bilangan 2
angka untuk pertama kalinya
pada siswa.
1. Guru Pasif
Guru pasif memulai
pembelajaran perkalian bilangan yang hasilnya
bilangan 2 angka sebagai
berikut.
Langkah-1
Guru menuliskan kalimat
penjumlahan di papan tulis, contoh: 4+4+4 = .....
Guru menanyakan pada siswa:
”Berapa kali bilangan 4 dituliskan?
Jawaban siswa: 3 kali”. Guru
kemudian akan melanjutkan: ”Jadi
penjumlahan tersebut dapat
ditulis dalam kalimat perkalian: 3x4, jadi
3x4 = 4+4+4=12”. Selanjutnya
guru menuliskan kembali di papan tulis
bentuk penjumlahan berulang
dan bertanya pada siswa: ” 4+4+4+4 = ......,
dapatkah kalian menuliskan
penjumlahan ini sebagai perkalian?”. Kalau
tidak ada siswa yang dapat
menjawab guru kembali menanyakan pada
siswa: ”Berapa kali bilangan
4 tuliskan?”. Maka siswa akan menjawab 4,
guru melanjutkan dengan
memberi pernyataan: ”Kalau begitu dapat
ditulis 4x4, artinya 4x4 =
4+4+4+4 = 16.
Langkah-2
Guru memberikan beberapa soal
pada siswa untuk menuliskan
penjumlahan berulang kedalam bentuk
perkalian.
2. Guru Aktif
Guru aktif memulai
pembelajaran perkalian bilangan yang hasilnya
bilangan 2 angka dengan
menggunakan alat peraga, seperti manikmanik,
sedotan minuman, lidi, atau
kartu bergambar seperti contoh
berikut.
Langkah-1
Guru menunjukkan alat peraga
yang digunakan, contoh kartu bergambar
seperti berikut.
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
54 Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
Langkah-2
Guru melanjutkan
penjelasannya pada siswa bagaimana mengubah
bentuk penjumlahan berulang
kedalam kalimat perkalian, seperti contoh
berikut.
Pada kegiatan di atas guru
mengajak siswa mengubah penjumlahan
berulang kedalam kalimat
perkalian seperti contoh di atas, yaitu 1 sapi
banyaknya kaki 4 dapat
dituliskan 1x4, 2 sapi banyak kaki dapat
dituliskan 2x4 dan
seterusnya.
Langkah-3
Guru memberikan beberapa soal
pada siswa untuk menuliskan
penjumlahan berulang kedalam
bentuk perkalian.
4
= 8 = 12
(fakta)
2 x 4
2 kali 4
+ 4
kakinya 4 kakinya 8 kakinya 12
4 + 4 + 4
= 4
1 x 4
1 kali 4
3 x 4
3 kali 4
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
55
3. Guru Realistik
Guru realistik memulai
pembelajaran perkalian bilangan yang hasilnya
bilangan 2 angka dengan
menggunakan permasalahan sehari-hari yang
dikenal siswa atau
permasalahan kontekstual, seperti contoh berikut.
Langkah-1
Guru menanyakan pada siswa:”
apakah siswa sudah pernah melihat
sapi?”, apabila siswa
menjawab sudah, guru menanyakan pada siswa: ”
berapa kaki yang dimiliki
sapi?”, maka jawaban siswa adalah sapi
memiliki 4 buah kaki.
Selanjutnya guru memberikan permasalahan yang
harus diselesaikan siswa
secara berkelompok, yaitu: ”Ada berapa buah
kaki yang ada atau dimiliki
pada 5 ekor sapi?”
Langkah-2
Guru menyiapkan beberapa alat
peraga, seperti manik-manik, sedotan
minuman, lidi, atau kartu
bergambar dan sebagainya untuk membantu
siswa menyelesaikan masalah
dengan caranya sendiri. Guru meminta
masing-masing kelompok untuk
menuliskan jawaban dengan
memberikan alasan
diperolehnya jawaban dengan mengkomunikasikan
dengan siswa yang lain.
Alternatif jawaban siswa
sebagai berikut.
Alternatif-1
Siswa membilang satu persatu
kaki yang dimiliki 4 ekor sapi,
diperagakan dengan
menggunakan lidi, sedotan minuman, manik-manik,
Sapi sesungguhnya
adalah:
Realistik
Gambar sapi
atau kartu
bergambar
adalah:
Semi konkrit
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
56 Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
kartu bergambar atau yang
alat peraga yang lain. Peragaan yang
dilakukan siswa ini merupakan
kegiatan semi abstrak seperti contoh
berikut.
= 20 buah = 20 buah
Alternatif-2
Ada dimungkinkan siswa
menjawabnya dengan menggunakan skema
seperti berikut.
= 20 buah
Alternatif-3
4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 5 x 4 =20
Jawaban siswa ini merupakan
jawaban formal yang merupakan definisi
matematika
Langkah-3
Guru harus dapat menyikapi
jawaban siswa yang salah maupun yang
benar. Apabila jawaban siswa
salah guru tidak boleh langsung
menyalahkan tetapi harus
melihat alasan jawaban dari siswa, baru dari
jawaban siswa ini siswa
digiring atau dimotivasi kepada jawaban yang
benar.
Untuk alternatif semua
jawaban yang benar seperti contoh di atas maka
guru membenarkan semua
jawaban, kemudian guru memberi
kesempatan berpikir siswa
dari semua alternatif jawaban yang benar,
jawaban mana yang paling mudah dan gampang dikerjakan. Guru
perlu mendengarkan jawaban
siswa dan memberikan gambaran pada
0 1 2 3 4 5
4 4 4 4 4
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
57
siswa yang bisa menjadi
pertimbangan pada siswa. Sebagai contoh:
”Andaikan kita disuruh
menghitung banyaknya kaki yang dimiliki 15
ekor sapi, apakah kita harus
menghitung satu persatu kaki sapi yang ada?
sambil menunjuk jawaban
alternatif-1) atau kita harus menjumlahkan
kaki yang dimiliki
masing-masing sapi? Bagaimana dengan jawaban pada
alternatif-3?”. Guru kemudian
memperluas permasalahan: ”Bagaimana
kalau kita disuruh menghitung
puluhan atau ribuan sapi?”. Nah tentunya
untuk mempermudah kita
menghitungnya kita perlu mencari cara yang
paling mudah, yaitu dengan
mengubah kalimat penjumlahan kedalam
bentuk perkalian (ini
merupakan cara guru membawa siswa dari
matematika horisontal kepada
matematika vertikalnya).
Langkah-4
Bertitik tolak dari jawaban
siswa (jawaban alternatif-1, 2 dan 3), guru
mengajak siswa bagaimana
mengubah bentuk penjumlahan berulang
kedalam bentuk perkalian
seperti contoh seperti berikut ini.
Formal 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 5
x 4 =20 Definisi
matematika
Langkah-5
Guru dapat memberikan latihan
atau soal-soal pada siswa berkaitan
dengan mengubah bentuk
penjumlahan berulang kedalam bentuk
perkalian atau sebaliknya.
C. Untuk Direnungkan
Pengalaman penulis yang cukup
lama bersama atau bertemu dengan guru,
sampai tahun 2008 ini
memberikan soal pada guru tentang operasi hitung
campuran, seperti contoh
berikut: ”20 + 40 : 4 x 5 – 10 = .......”. Hampir
semua
atau sebagian besar guru yang
ditanya menjawab dengan benar hasilnya
adalah 60. Selanjutnya penulis menanyakan alasan guru mendapatkan hasil
tersebut, maka jawaban guru
sebagian besar sebagai berikut:” 20 + (40 : 4) x
5 – 10 = 20 + (10 x 5) -10 = 20 + 50 – 10 = 70 – 10 = 60”. Penulis
melanjutkan pertanyaannya:
”Kenapa perkalian dan pembagian lebih dulu
dioperasikan dari penjumlahan
dan pengurangan?” Sebagian besar guru tidak
ada yang tahu, kalaupun ada
yang tahu itu hanya beberapa guru. Jawaban
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
58 Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
bagi yang tahu adalah karena
perkalian merupakan penjumlahan berulang
dan pembagian merupakan
pengurangan berulang. Namun demikian kalau
pertanyaan kemudian
dilanjutkan: ”Kenapa yang di depan yang dioperasikan
terlebih dulu?”, sebagian
besar mungkin bahkan seluruhnya tidak tahu
jawabannya. Jawaban mereka
adalah apa yang mereka peroleh sebelumnya
seperti itu, yaitu sebagai
berikut.
(1) Penjumlahan dan
pengurangan sama kuat mana, yang di depan
dioperasikan terlebih dahulu.
(2) Perkalian dan pembagian
sama kuat mana, mana yang didepan
dioperasikan terlebih dahulu.
(3) Perkalian dan pembagian
lebih kuat dari penjumlahan dan pengurangan,
maka perkalian dan pembagian
dioperasikan terlebih dahulu.
Namun demikian kalau penulis
bertanya:”Kenapa demikian?”, guru terdiam.
Kenapa hal ini terjadi?
karena kita memperoleh materi tersebut dengan tidak
menggunakan masalah
kontekstual dalam pembelajarannya. Bagaimana guru
realistik mengajarkan operasi
hitung campuran? Berikut ini akan diberikan
satu contoh alternatif yang
dilakukan guru realistik dalam mengajarkan
opersi hitung campuran
melibatkan penjumlahan dan pengurangan, yaitu
dengan memberikanmasalah
kontekstual, berikut ini sebagai contoh.
”Sebuah bus dari terminal
membawa penumpang sebanyak 24 orang. Bus
hanya berhenti di tempat
pemberhentian yang telah ditetapkan. Di
pemberhentian pertama turun
13 orang, kemudian bus berjalan menuju
dipemberhentian ke dua. Di
pemberhentian ke dua naik 7 orang dan bus
melanjutkan ke pemberhentian
ke tiga. Berapa penumpang yang sampai di
pemberhentian ke tiga?”
Hampir seluruh guru menjawab
dengan benar masalah tersebut, yaitu 18
orang dengan alasan:” (24-13)
+ 7 = 18 orang”. Penulis mencoba menjawab
lain, yaitu 4 orang dengan
alasan: ”24 – (13+7) = 4 orang”, maka seluruh guru
serentak mengatakan salah
karena bis menurunkan lebih dulu baru
menaikkan tidak sebaliknya.
Dengan demikian guru menemukan sendiri
jawabannya kenapa yang di
depan terlebih dahulu dilakukan. Sama halnya
sebuah antrean yang di depan
pasti dilayani atau dilakukan terlebih dahulu.
Maka tidak akan adalagi
pertanyaan kenapa yang di depan dilakukan terlebih
dahulu.
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
59
Latihan – 3
1. Buatlah sebuah contoh
proses pembelajaran yang berupa penggalan
pembelajaran yang dilakukan
guru pasif, guru aktif, dan guru realistik
dengan mengambil satu materi
pembelajaran di kelas yang anda ampu
2. Tunjukkan bagaimana Anda
menjadi guru yang realistik mengajarkan
operasi hitung campuran
melibatkan penjumlahan, pengurangan,
perkalian dan pembagian
3. Buatlah satu contoh RPP
matematika yang mengacu pada penggunaan
pendekatan kontekstual atau
realistik dan standar proses, kemudian
terapkan RPP yang anda buat
itu di kelas. Lakukan evaluasi dan refleksi
terhadap praktek yang anda
lakukan untuk melihat kekurangan dan
kelebihannya.
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
60 Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
61
PENUTUP BAB V
Pada bagian penutup ini
diuraikan tentang rangkuman yang diharapkan akan
dapat menambah pemahaman
pembaca tentang pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual dan
PMRI, motivasi guru untuk mempraktekkan di
kelas dan tes untuk
mengetahui seberapa jauh pemahaman pembaca tentang
pendekatan kontekstual dan
PMRI.
A. Rangkuman
1. Pendekatan Kontekstual
merupakan suatu proses pengajaran yang
bertujuan untuk membantu
siswa memahami materi pelajaran yang
sedang mereka pelajari dengan
menghubungkan pokok materi
pelajaran dengan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari
2. PMRI adalah pendidikan
matematika realistik, yang menggunakan
masalah kontekstual dari
pengalaman yang lazim dimiliki siswa-siswa
atau yang dianggap sesuai
dengan alam pikiran siswa-siswa
3. Konsep PMRI sejalan dengan
paradigma baru pendidikan dan sejalan
dengan kebutuhan untuk
memperbaiki pendidikan matematika di
Indonesia yang didominasi
oleh persoalan bagaimana meningkatkan
pemahaman siswa tentang
matematika dan mengembangkan daya
nalar.
4. Dalam PMRI, dunia nyata
atau real digunakan sebagai titik awal
untuk pengembangan ide dan
konsep matematika, selanjutnya
melalui aktivitas siswa
diharapkan dapat ditemukan sifat atau
definisi atau teorema atau
aturan oleh siswa sendiri.
5. Untuk dapat
mengimplementasikan pembelajaran kontekstual, guru
dalam pembelajarannya
mengaitkan antara materi yang akan
diajarkannya dengan dunia
nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimiliki dengan
penerapannya dalam kehidupan
mereka sehari-hari, dengan
melibatkan tujuh komponen
utama CTL yakni: konstruktivisme,
kegiatan penemuan (inquiry), pengajuan pertanyaan (questioning),
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
62 Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian
sesungguhnya (authetic assesment).
6. Ciri-ciri dan
karakteristik RME atau PMRI yang pada intinya adalah
matematika merupakan
aktivitas insani, pembelajaran matematika
tidak dapat dipisahkan dari
sifat matematika seseorang memecahkan
masalah, mencari masalah, dan
mengorganisasi atau matematisasi
materi pelajaran, untuk itu
pendidikan matematika harus diarahkan
pada penggunaan berbagai
situasi dan kesempatan yang
memungkinkan siswa menemukan
kembali matematika berdasarkan
usaha mereka sendiri. Untuk
dapat melaksanakan PMRI kita harus
tahu prinsip-prinip yang
digunakan PMRI, yaitu antara lain sebagai
berikut.
a. Titik awal pembelajaran
harus benar-benar hal yang realistik,
sesuai dengan pengalaman
siswa dan siswa didorong atau
ditantang untuk aktif bekerja
bahkan diharapkan dapat
mengkonstruksi atau membangun
sendiri pengetahuan yang akan
diperolehnya.
b. Siswa harus terlibat
secara interaktif, menjelaskan, dan
memberikan alasan pekerjaanya
memecahkan masalah
kontekstual (solusi yang
diperolehnya), memahami pekerjaan
(solusi) temannya,
menjelaskan sikapnya setuju atau tidak setuju
dengan solusi temannya dalam diskusi kelas, menanyakan
alternatif pemecahan masalah,
dan merefleksikan solusi-solusi
itu.
c. Struktur dan konsep-konsep
matematis yang muncul dari
pemecahan masalah realistik
itu mengarah ke pengaitan antara
bagian-bagian.
7. Refleksi pada PMRI
merupakan suatu upaya, atau suatu aktivitas
memberi peluang pada individu
untuk mengungkapkan tentang apa
yang sudah dan sedang
dikerjakan, apakah yang dikerjakan itu sesuai
dengan apa yang dipikirkan.
Refleksi merupakan cerminan dari:
bagaimana kita berpikir
tentang apa yang telah kita lakukan,
melakukan review serta merespon terhadap peristiwa tertentu,
aktivitas tertentu serta
pengalaman, mencatat apa yang telah kita
pelajari termasuk ide-ide
baru maupun apa yang kita rasakan, dan
refleksi dapat muncul dalam
bentuk jurnal, diskusi, serta karya seni.
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
63
8. Agar tujuan mata pelajaran
tercapai dengan optimal, guru dalam
merencanakan kegiatan
pembelajarannya seperti yang dituangkan
dalam RPP hendaknya dilakukan
dengan benar dan sungguh-sungguh
sesuai dengan strategi,
pendekatan ataupun model yang dipilih. Untuk
merencanakan atau menyusun
RPP yang mengacu model PMRI perlu
memperhatikan tahapan-tahapan
pembelajarannya.
Para pembaca diharapkan
mendapat tambahan sumber yang memadai
tentang pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual atau realistik,
sehingga dapat memahami
pendekatan kontekstual atau realistik dan
terdorong untuk membuat
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
matematika yang mengacu pada
pendekatan kontekstual atau realistik,
serta menerapkannya di kelas.
Dalam pelaksanaan pembelajaran atau
pendidikan, guru diharapkan
lebih menekankan pada proses
pembelajaran (learning) daripada mengajar (teaching). PMRI
dapat
dilaksanakan atau diterapkan
dalam pembelajaran matematika,
khususnyamatematika SD secara
perlahan tetapi pasti.
B. Tes
Untuk mengetahui seberapa
jauh pemahaman Anda dalam memahami
modul ini, kami sarankan Anda
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
berikut tanpa berdiskusi
dengan pihak lain. Anda dinyatakan berhasil
dalam memahami modul ini bila
kebenaran jawaban Anda mencapai
minimal 75%. Bila kebenaran
jawaban Anda belum mencapai 75% atau
ada hal yang harus
diklarifikasi, berdiskusilah dengan teman sejawat di
sekolah atau dengan nara
sumber/instruktur/guru inti di KKG/MGMP
sekolah, gugus, kecamatan
atau Kabupaten/kota.
1. Apa yang menjadi ciri-ciri
pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual dan model PMRI ?
2. Sebutkan langkah-langkah
atau tahapan-tahapan yang menjadi ciri
pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual danmodel PMRI ?
3. Apa manfaat refleksi dalam
pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual atau model PMRI ?
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
64 Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
4. Buatlah contoh-contoh
permasalahan sehari-hari yang relevan untuk
KD yang akan anda belajarkan
!
5. Buatlah satu contoh RPP
matematika yang mengacu pada pendekatan
kontekstual atau model PMRI
dan terapkan RPP yang anda buat itu di
kelas. Lakukan evaluasi dan
refleksi terhadap praktek yang anda
lakukan untuk melihat kekurangan
dan kelebihannya !
”Tiada Keberhasilan Tanpa Cinta”
Selamat Bekerja dan Berkarya, Sukses Untuk Anda
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
65
DAFTAR PUSTAKA
Berns dan Erikson. 2001. Theoretical Roots of Contextual Teaching and
Learning in Mathematics. Georgia: The Departemet of
Mathematis
Education.
Direktorat Pendidikan
Lanjutan Pertama. 2003. Pendekatan Kontekstual
Contextual Teaching and Learning (CTL). Jakarta:
Departemen
Pendidikan Nasional Dirjen
Dikdasmen.
Elaine B Johnson. 2002. Contextual Teaching and Learning.
California: Corwin
Press, Inc.
Marpaung, Y. 2001. Pendekatan Realistik dan Sani dalam Pembelajaran
Matematika (makalah yang disampaikan pada seminar Pendekatan
realistik dan sani dalam
Pendidikan Matematika di Indonesia).
Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.
Marpaung, Y. 2006. Pembelajaran Matematika dengan Model PMRI (Makalah
yang disampaikan pada seminar
dan lokakarya pembelajaran
matematika). Yogyakarta: PPPG
Matematika.
Marsudi Raharjo dan Supinah.
1991/1992. Mengajarkan Konsep Luas Daerah
Bangun Datar dan Volume Bangun Ruang.
Yogyakarta: PPPG
Matematika.
Robert G. Patricia M. Contextual Teaching and Learning: Preparing Students
for the New Economy. The Highlightzone: research@work
no. 5
Soedjadi R. Tahun ?. Pembelajaran Matematika Realistik, pengenalan awal
dan praktis (makalah yang disampaikan kepada para
guru SD/MI
terpilih).
Suryanto & Sugiman. 2001.
Pendidikan Matematika Realistik (Disampaikan
pada seminar Pendekatan
realistik dan sani dalam Pendidikan
Matematika di Indonesia).
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Paket Fasilitasi Pemberdayaan KKG/MGMP
Matematika | PPPPTK Matematika
66 Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
Suryanto. 2001. Pendidikan Matematika Realistik ( Makalah yang disampaikan
dalam Lokakarya Penyusunan
Perangkat Penataran Matematika bagi
Widyaiswara BPG) Yogyakarta:
PPPG Matematika.
Sutarto Hadi. 2003. Pendidikan Realistik: Menjadikan Pelajaran matematika
Lebih Bermakna bagi Siswa (Makalah yang Disampaikan
pada Seminar
Nasional Pendidikan
Matematika ’Perubahan Paradigma dari
Paradigma Mengajar ke
Paradigma Belajar’). Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.
Sutarto Hadi. 2005. Pendidikan Matematika Realistik dan Implementasinya.
Banjarmasin: Penerbit Tulip.
Sri Wardhani. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan
Berbasis Masalah. Yogyakarta: PPPG Matematika
Yogyakarta.
Zulkardi. Realistic Mathematics Education (RME).
http://www.geocities.com/ratuilma
/tutorframesetindo.html diakses
tanggal 4 September 2008.
Lampiran
Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
67
KUNCI JAWABAN
Latihan – 1
1. a
2. c
3. d
4. c
Latihan – 2
1. a
2. c
3. b
4. d
5. c
Latihan – 3
1. d
2. d
3. b
4. c
Latihan - 4
Dengan mengacu pada modul
ini, diskusikan jawaban latihan – 4 yang telah
Anda buat dengan teman
sejawat di sekolah atau KKG.
Kunci
Jawaban Tes
1. Ciri-ciri pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual atau PMRI pada
intinya adalah matematika
merupakan aktivitas insani, pembelajaran
matematika tidak dapat
dipisahkan dari sifat matematika seseorang
5. d
6. a
7. b
8. c
6. a
7. d
8. d
9. c
10. d
5. d
6. d
7. d
8. d
Lampiran
68 Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
memecahkan masalah, mencari
masalah, dan mengorganisasi atau
matematisasi materi
pelajaran.
Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia adalah pendekatan
pembelajaran yang memiliki
ciri-ciri sebagai berikut.
a. Menggunakan masalah
kontekstual
b. Menggunakan model yaitu
belajar matematika berarti bekerja dengan
matematika (alat matematis
hasil matematisasi horisontal).
c. Menggunakan hasil dan
konstruksi siswa sendiri, yaitu siswa diberi
kesempatan untuk menemukan
konsep-konsep matematis, di bawah
bimbingan guru.
d. Pembelajaran terfokus pada
siswa
e. Terjadi interaksi antara
murid dan guru, yaitu aktivitas belajar
meliputi kegiatan memecahkan
masalah kontekstual yang realistik,
mengorganisasikan pengalaman
matematis, dan mendiskusikan hasilhasil
pemecahan masalah tersebut
2. Urutan proses pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual atau
realistik adalah sebagai
berikut.
a Kegiatan Awal atau
Pembukaan
1) Penyampaian tujuan
pembelajaran
2) Penyampaian pokok-pokok
materi atau relevansi
3) Pemberian motivasi
pelajaran dan melakukan apersepsi
4) Penjelasan tentang
pembagian kelompok dan cara belajar
b Kegiatan Inti
1) Dimulai dengan masalah
kontekstual atau realistik.
2) Siswa diberi kesempatan
menyelesaikan masalah dengan
memilih atau membangun
strategi sendiri (disampaikan
batasan waktu).
3) Guru memfasilitasi, antara
lain dengan menyiapkan alat
peraga atau media yang lain
seperti lembar permasalahan,
lembar kerja ataupun lembar
tugas.
4) Sesudah waktu habis,
beberapa siswa menjelaskan caranya
menyelesaikan masalah
(informal). Jangan mengintervensi,
biarkan siswa selesai
mengutarakan idenya.
5) Diskusi kelas dipimpin
oleh guru
6) Penyampaian tugas berikut:
Lampiran
Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
69
a) menggambar atau membuat
skema
b) siswa menyajikan hasil
yang diperoleh
c) tanggapan siswa lain
7) Diskusi kelas dipimpin
oleh guru
8) Guru meminta siswa
merenungkan materi yang baru saja
dipelajari
9) Guru secara perlahan
membawa siswa ke matematika formal
c Kegiatan Akhir atau Penutup
1) Penarikan kesimpulan dari
apa-apa yang telah dipelajari dalam
pembelajaran sesuai tujuan
yang akan dicapai.
2) Melakukan refleksi
terhadap setiap langkah yang ditempuh
atau terhadap hasil
pembelajaran.
3) Pemberian tugas atau
latihan
d Asesmen Berkelanjutan
dengan Memakai Penilaian yang Autentik
3. Manfaat refleksi dalam
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
atau model PMRI adalah: 1)
bagi guru, mendapatkan informasi tentang
apa yang siswa pelajari dan
bagaimana siswa mempelajarinya. Di
samping itu, guru dapat
melakukan perbaikan dalam perencanaan dan
pembelajaran pada
kesempatan-kesempatan berikutnya atau waktu yang
akan datang. 2) bagi siswa,
meningkatkan kemampuan berpikir
matematika siswa, di samping
itu juga sama halnya seperti yang
dilakukan guru
4. Untuk membuat permasalahan
sehari-hari yang relevan dengan KD yang
akan Anda belajarkan, yang
perlu Anda ingat adalah:
a. tentukan KD yang akan Anda
belajarkan
b. buatlah indikator
perncapaian KD tersebut
c. dari indikator yang Anda
buat, pikirkanlah suatu permasalahan
sehari-hari yang berkaitan
dengan indikator yang akan dicapai siswa
d. permasalahan yang Anda
buat tentunya merupakan permasalahan
dimana siswa belum mengenal
konsep dari KD yang akan Anda
belajarkan
e. sebagai contoh, untuk
kelas II semester 2 KD 3.1 Melakukan
perkalian bilangan yang hasilnya
bilangan dua angka, maka indikator
pencapaiannya dapat
dituliskan:
Lampiran
70 Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
3.1.1 Menyelesaikan masalah
sehari-hari yang berkaitan dengan
perkalian
3.1.2 Mengubah bentuk
penjumlahan berulang menjadi bentuk
perkalian
3.1.3 Menyelesaikan perkalian
bilangan yang hasilnya bilangan dua
angka
f. maka permasalahn
sehari-hari yang relevan untuk KD tersebut
adalah: “Berapakah banyak
kaki kambing dari 5 ekor kambing yang
tiap ekornya memiliki 4 buah
kaki?” atau “Berapa banyak permen
yang ada dalam 5 kemasan
permen bila tiap kemasan berisi 4 buah
permen?”
g. jawaban atau penyelesaian
permasalahan dari siswa tentunya sesuai
dengan struktur kognitif
masing-masing siswa yang dapat digunakan
sebagai titik awal siswa
dalam mempelajari KD yang akan Anda
belajarkan tersebut
5. Untuk membuat RPP
Matematika yang mengacu pada pendekatan
kontekstual atau model PMRI
yang perlu Anda perhatikan adalah dalam
langkah-langkah pembelajarannya,
yaitu pada pendahuluan, inti, dan
penutup memperhatikan
komponen, ciri, karakteristik, dan proses
pembelajaran daripada
pendekatan kontekstual atau model PMRI.
Secara singkat urutan proses
pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual atau realistik
dapat dituliskan sebagai berikut.
a. Kegiatan Awal atau
Pembukaan
1) Penyampaian tujuan
pembelajaran
2) Penyampaian pokok-pokok
materi atau relevansi
3) Pemberian motivasi
pelajaran dan melakukan apersepsi
4) Penjelasan tentang
pembagian kelompok dan cara belajar
b. Kegiatan Inti
1) Dimulai dengan masalah
kontekstual atau realistik.
2) Siswa diberi kesempatan
menyelesaikan masalah dengan
memilih atau membangun
strategi sendiri (disampaikan batasan
waktu).
3) Guru memfasilitasi, antara
lain dengan menyiapkan alat peraga
atau media yang lain seperti
lembar permasalahan, lembar kerja
ataupun lembar tugas.
Lampiran
Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
71
4) Sesudah waktu habis,
beberapa siswa menjelaskan caranya
menyelesaikan masalah
(informal). Jangan mengintervensi,
biarkan siswa selesai
mengutarakan idenya.
5) Diskusi kelas dipimpin
oleh guru
6) Penyampaian tugas berikut:
a) menggambar atau membuat
skema
b) siswa menyajikan hasil
yang diperoleh
c) tanggapan siswa lain
7) Diskusi kelas dipimpin
oleh guru
8) Guru meminta siswa
merenungkan materi yang baru saja
dipelajari
9) Guru secara perlahan
membawa siswa ke matematika formal
c. Kegiatan Akhir atau
Penutup
1) Penarikan kesimpulan dari
apa-apa yang telah dipelajari dalam
pembelajaran sesuai tujuan
yang akan dicapai.
2) Melakukan refleksi
terhadap setiap langkah yang ditempuh atau
terhadap hasil pembelajaran.
3) Pemberian tugas atau
latihan
d. Asesmen Berkelanjutan
dengan Memakai Penilaian yang Autentik
Lampiran
72 Dra. Supinah | Pembelajaran Matematika SD dengan
Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar