View My Stats

Rabu, 01 Februari 2012

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ACCELERATED INSTRUCTION (TAI) PADA MATERI PERTIDAKSAMAAN KUADRAT DI KELAS X MAN 2 BANDA ACEH (1)


ABSTRAK



Proses pembelajaran matematika yang masih berlangsung satu arah dan dominannya aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran matematika menjadi faktor penyebab kurang aktifnya siswa dalam mengikuti proses pembelajaran matematika, sehingga hasil belajar yang diharapkan akan kurang optimal dan kegiatan pembelajaran pun dirasakan kurang bermakna dan bermanfaat bagi siswa. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu kegiatan pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dan kreatif dalam mengkonstruksi ide-idenya melalui berbagai metode dan model pembelajaran untuk membentuk suatu pemahaman matematika. Salah satu model pembelajaran yang dapat menjawab tantangan tersebut adalah melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team Acelerated Instruction (TAI). Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian tentang model pembelajaran kooperatif tipe Team Acelerated Instruction (TAI) pada materi pertidaksamaan kuadrat di Kelas X MAN 2 Banda Aceh. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa, dan respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team Acelerated Instruction (TAI). Untuk itu penulis mengambil subjek penelitian di kelas X-1 MAN 2 Banda Aceh sebanyak 25 orang. Adapun prosedur pengumpulan data adalah melalui tes hasil belajar siswa, lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi aktivitas guru, penyebaran angket respon siswa, dan wawancara. Sedangkan teknik analisis data, penulis menggunakan analisis deskriptif (persentase) sesuai dengan kriteria keefektifan yang telah ditentukan. Penelitian ini berlangsung selama tiga tindakan. Pada tindakan I , hasil belajar siswa sudah tuntas. Pada tindakan II, hasil belajar siswa juga tuntas tetapi tingkat ketuntasannya menurun dari tindakan I. Pada tindakan III, hasil belajar siswa sudah mencapai ketuntasan. Secara keseluruhan, hasil penelitian yang berlangsung selama tiga tindakan menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Team Acelerated Instruction (TAI) dapat diterapkan pada materi pertidaksamaan kuadrat. Hal ini ditunjukkan dengan hasil belajar siswa pada tiap tindakan yang mencapai tingkat ketuntasan belajar dan dikuatkan dengan hasil akhir belajar siswa yang sudah mencapai ketuntasan secara klasikal dengan persentase 84%, dan respon siswa yang positif.


BAB I

PENDAHULUAN


A.     Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang memiliki peranan penting bagi kemajuan teknologi dewasa ini. Oleh sebab itu, matematika perlu dipelajari siswa sejak dari sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi. Sebagai suatu  ilmu pengetahuan matematika bertujuan  melatih manusia berfikir logis, kritis, dan bertanggung jawab.[1] Matematika juga memberi bekal kepada siswa untuk dapat menerapkan matematika di berbagai keperluan antara lain dalam kehidupan sehari-hari.
Walaupun  hampir semua orang menyadari begitu banyaknya manfaat yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari dengan  mempelajari matematika, namun kenyataannya prestasi belajar matematika siswa masih sangat rendah. Hal ini sesuai dengan laporan Third International Mathematics and Science Study (TIMSS) bahwa rata-rata skor matematika siswa di Indonesia jauh dibawah rata-rata  skor matematika siswa internasional dan berada pada rangking 34 dari 38 negara. Dari realita tersebut berarti prestasi belajar siswa baik secara nasional dan internasional memang belum menggembirakan.[2]  Salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan matematika adalah pembelajaran matematika yang dilaksanakan di sekolah bersifat konvensional. Guru mata pelajaran mengajar matematika dengan cara menyampaikan secara langsung materi kepada siswa. Siswa tidak terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran matematika sehingga yang terlihat aktif hanya gurunya saja.
Seorang  guru hendaknya mempunyai pengetahuan yang cukup tentang materi-materi dan strategi-strategi pembelajaran. Tidak semua strategi pembelajaran dapat diterapkan dalam kelas.[3] Meskipun demikian guru yang baik tidak akan terpaku pada satu strategi saja. Pemilihan strategi yang tepat akan mempermudah proses terbentuknya pengetahuan pada siswa.
 Pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning) merupakan suatu cara yang dapat digunakan guru untuk mengaktifkan siswa. Pembelajaran kooperatif lebih menempatkan siswa sebagai subjek dalam kegiatan pembelajaran dan bukan sebagai objek. Dengan menonjolkan interaksi dalam kelompok, model pembelajaran kooperatif dapat membuat siswa menerima siswa lain yang berkemampuan dan latar belakang yang berbeda. Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan jika mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.[4] Tetapi dalam proses pembelajaran kelompok ada sebagian siswa yang kurang berpartisipasi dan melepaskan tanggung jawab kepada teman sekelompoknya.
Team Accelerated Instruction (TAI) adalah  tipe pembelajaran kooperatif yang mengkombinasikan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual.[5] Pada pembelajaran kooperatif tipe TAI setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok sehingga akan mempunyai kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok.
Berdasarkan pengamatan peneliti saat PPL di MAN 2 Banda Aceh, proses belajar mengajar matematika di kelas X masih cenderung berlangsung satu arah. Umumnya dari guru ke siswa, guru lebih mendominasi pembelajaran matematika sehingga yang terlihat aktif hanya guru nya saja. Siswa jarang belajar matematika dengan model kooperatif. Jika pun ada, belajar kelompok yang diterapkan berupa kelompok biasa. Guru hanya membagi siswa berdasarkan deretan tempat duduk. Kemudian guru membagi tugas yang harus diselesaikan oleh setiap kelompok.
Pertidaksamaan kuadrat adalah materi matematika yang harus dipelajari oleh siswa kelas X. Materi pertidaksamaan kuadrat banyak penerapannya dalam kehidupan, misalnya dalam bidang olah raga untuk mencari tinggi maksimum sebuah tendangan. Materi ini juga merupakan materi pra syarat dalam mempelajari materi matematika lainnya, diantaranya digunakan dalam menentukan diskriminan persamaan kuadrat dan dalam materi fungsi naik dan fungsi turun. Mengingat pentingnya materi pertidaksamaan kuadrat, siswa harus menguasai materi tersebut dengan benar. Namun berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi matematika di kelas X MAN 2 Banda Aceh bahwa siswa mengalami kesulitan dalam  mempelajari pertidaksamaan kuadrat. Kesulitan yang dihadapi siswa terutama saat menentukan himpunan penyelesaian dari suatu pertidaksamaan kuadrat.
Berkenaan dengan hal tersebut diperlukan suatu pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif menemukan sendiri suatu konsep matematika selama pembelajaran. Pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat membuat siswa aktif dan bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya. Siswa dituntut untuk dapat menguasai materi secara individual dan kelompok sehingga dengan pembelajaran kooperatif tipe TAI tidak ada siswa yang kurang berpartisipasi dan melepaskan tanggung jawab kepada teman sekelompoknya.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik  untuk melakukan suatu penelitian dengan judul “ Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction (TAI) pada Materi pertidaksamaan Kuadrat di Kelas X MAN 2 Banda Aceh.”

B.  Pertanyaan Penelitian

            Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi pertanyaan penelitiannya dapat diikuti seperti uraian berikut.
1.      Bagaimana ketuntasan hasil belajar siswa kelas X di MAN 2 Banda Aceh pada materi pertidaksamaan kuadrat dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI?
2.      Bagaimana respon siswa kelas X MAN 2 Banda Aceh terhadap materi pertidaksamaan kuadrat dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI?

C.     Tujuan Penelitian

            Berdasarkan  pertanyaan penelitian di atas maka tujuan penelitian ini adalah:
1.      untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa kelas X MAN 2 Banda Aceh pada materi pertidaksamaan kuadrat dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI, dan
2.      untuk melihat respon siswa terhadap materi pertidaksamaan kuadrat dengan model pembelajaran koopetarif tipe TAI di kelas X MAN 2 Banda Aceh.

D.    Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, bagi instansi terkait, dan bagi peneliti sendiri.
1.      Bagi guru diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan  dalam  memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi.
2.      Bagi instansi terkait dan pembaca diharapkan bermanfaat untuk memperbaiki serta meningkatkan mutu pendidikan khususnya pendidikan matematika di masa yang akan datang.
3.      Bagi peneliti manfaatnya adalah sebagai suatu syarat untuk memperoleh gelar sarjana. Selain itu, menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian. Khususnya tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dalam pembelajaran matematika.

E.     Penjelasan Istilah

            Untuk menghindari kesalahpahaman pembaca, maka penulis perlu menjelaskan istilah-istilah pokok yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun istilah-istilah yang akan dijelaskan dapat diikuti seperti uraian di bawah ini.

1.   Model Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction (TAI)
Team Accelerated Instruction (TAI) merupakan kombinasi antara pembelajaran kooperatif/ kolaboratif dengan pembelajaran individual. Ciri khas tipe TAI adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.
Pada penelitian ini model kooperatif tipe TAI dilakukan dengan cara membagikan siswa LKS yang harus dikerjakan di rumah sebagai tahapan pembelajaran secara individu, sehingga keesokan harinya siswa bisa langsung masuk dalam tahapan kerja kelompok sesuai dengan kelompok yang telah dibagikan.
2.      Materi Pertidaksamaan Kuadrat
Materi pertidaksamaan kuadrat merupakan suatu materi pembelajaran matematika yang diajarkan di Madrasah Aliyah atau Sekolah Menengah Atas. Materi ini dipelajari oleh siswa kelas X pada semester I.
Pertidaksamaan kuadrat adalah kalimat terbuka yang menggunakan tanda ketidaksamaan dengan pangkat tertinggi dari variabelnya adalah dua.
Bentuk umum:
< 0; > 0; ≤ 0; atau ≥ 0 dengan konstanta dan ≠ 0.[6]
Pada penelitian ini, materi pertidaksamaan kuadrat dibatasi pada pemahaman konsep pertidaksamaan kuadrat dan cara penyelesaiannya.


[1] JICA. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer (Common Text Book).FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. 2002, hal. 28.

[2]  National Center for Education Statistics, Desember 2004
[3] Anita Lie, Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas (Jakarta: Grasindo, 2002), hal. 53
[4] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan ( Jakarta: Kencana, 2006), hal. 242
[5]  Ibid, hal. 249
[6] Sukino, Matematika untuk SMA Kelas X/ IA. (Jakarta: Erlangga, 2007), hal. 215.





 
BAB II

LANDASAN TEORETIS


A.     Belajar Matematika

Belajar adalah satu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi pelajar dan mahasiswa kata “belajar” merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Kegiatan belajar dilakukan setiap waktu, baik pagi hari, siang hari atau malam hari.
            Walaupun kegiatan belajar dilakukan setiap saat, namun tidak semua orang mengetahui apa itu belajar. Sebenarnya kata “belajar” memiliki  pengertian yan tersimpan didalamnya. Oleh karena itu, banyak para ahli membahas dan menghasilkan berbagai teori tentang belajar. Dalam hal ini Nata Wijaya mengemukakan:
Belajar dalam  arti luas adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan dan penilaian sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan percakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang atau berbagai aspek kehidupan. Proses berarti interaksi antara individu dan suatu sikap, nilai atau kebiasaan, pengetahuan dan keterampilan dalam hubungannya dengan dunianya sehingga dia berubah.[7]

7
 
            Tingkah laku yang dimaksud disini adalah tingkah laku yang timbul karena perubahan sikap, kecakapan, ketrampilan, emosional, perkembangan sifat-sifat sosial dan batin lainnya. Hamalik juga mengemukakan bahwa belajar adalah “suatu proses  perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya”.[8]
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku, dimana pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan, kegemaran, sikap seseorang terbentuk dan berkembang disebabkan oleh kegiatan belajar. Perubahan tingkah laku tersebut dapat diamati dengan adanya interaksi antara individu dan lingkungannya.
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang memiliki ciri khas bila dibandingkan dengan ilmu pengetahuan yang lain, yaitu memiliki objek kajian yang abstrak dan berpola pikir deduktif. Belajar matematika tidak dapat disamakan dengan belajar ilmu-ilmu yang lain, maka kegiatan belajar matematika harus diatur dengan memperhatikan kemampuan belajar dan berpedoman pada teori belajar mengajar matematika.
Belajar matematika merupakan suatu kegiatan atau tingkah laku manusia yang disusun menjadi suatu model sebagai prinsip-prinsip belajar yang diaplikasikan ke dalam matematika yang telah dipilih dan sesuai untuk mempelajari matematika. Matematika berkenaan dengan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol dan penalarannya deduktif, sehingga belajar matematika itu merupakan kegiatan mental yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Dianes dalam Hudojo yng mengatakan bahwa: “belajar matematika melibatkan suatu struktur hirarkis dari konsep-konsep yang lebih tinggi yang dibentuk atas dasar apa yang telah dibentuk sebelumnya”.[9] Hal ini berarti bahwa belajar konse-konsep matematika yang lebih tinggi tidak mungkin bila prasyarat yang mendahului konsep-konsep itu belum dipelajari. Untuk mempelajari suatu materi matematika yang baru, pengalaman belajar yag lalu dari seseorang akan mempengaruhi terjadi proses belajar matematika. Oleh karena itu, belajar matematika harus dilakukan secara kontinyu, karena belajar matematika yang terputus akan mengganggu belajar.
Apabila proses belajar matematika terjadi secara baik, dapat diharapkan hasil belajar siswa akan baik pula. Dengan proses belajar matematika yang baik, siswa yang belajar akan memahami matematika dengan baik pula. Selanjutnya siswa akan lebih mudah mempelajari dan mengaplikasikannya ke situasi baru, yaitu dapat menyelesaikan masalah baik dalam matematika itu sendiri maupun dalam ilmu-ilmu lain atau dalam kehidupan sehari-hari.
Pada penelitian ini, semua siswa dikatakan belajar matematika jika ada suatu pengetahuan yang baru bagi siswa. Pengetahuan tersebut baru mereka ketahui setelah terjadinya proses belajar matematika. Seperti halnya pada materi pertidaksamaan kuadrat, semua siswa dikatakan telah belajar materi pertidaksamaan kuadrat jika setelah berlangsungnya proses belajar mereka telah dapat memahami pertidaksamaan kuadrat, menyelesaikan permasalahan pertidaksamaan kuadrat dan dapat mengaplikasikan apa yang telah mereka ketahui dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dapat dikatagorikan telah mengalami proses belajar matematika tentang materi pertidaksamaan kuadrat jika ada terjadi perubahan sikap sebelum dan sesudah belajar pertidaksamaan kuadrat.yaitu dari sikap tidak tahu apa itu pertidaksamaan kuadrat tetapi setelah mengalami proses belajar siswa memiliki pengetahuan baru tentang pertidaksamaan kuadrat bahkan siswa dapat menyelesaikan permasalahan pertidaksamaan kuadrat.

B.     Tujuan Pembelajaran  Matematika di MA/ SMA

Lembaga pendidikan formal merupakan salah satu sarana untuk mencerdaskan bangsa, didalam pelaksanaannya memiliki tingkatan mulai dari tingkatan dasar sampai pendidikan tinggi. Setiap tingkatan tersebut memiliki tujuan tersndiri yang merupakan penjabaran dari tujuan umum pendidikan nasional. Secara khusus bidang study matematika juga memiliki tujuan yaitu:
1.   mempersiapkan siswa agar mampu menghadapi perubahan keadaan didalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, dan
2.   mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.[10]

Kurikulum 2006 atau lebih dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),  menghendaki proses pembelajaran yang memberdayakan semua siswa untuk menguasai kompetensi yang diharapkan dengan menerapkan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, berpusat pada siswa, mengembangkan kreativitas siswa, bermuatan nilai, etika, etestika, logika, dan kinestetika, konstektual, afektif, dan efisien bermakna dan menyediakan pengalaman belajar yang beragam.
Tujuan di atas menjelaskan tentang tujuan pembelajaran matematika pada jenjang menengah yang memberikan tekanan pada penataan nalar, terbentuknya sikap, juga tingkah laku yang harus dimiliki semua siswa setelah mereka mempelajari matematika. Selain dari pada itu setelah mempelajari matematika, diharapkan siswa mempunyai ktrampilan dan dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Kehidupan di dunia semakin berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan demikian siswa harus memiliki kemampuan memperoleh, memiliki dan mengelola informasi untuk bertahan pada keadaan yang terus berubah. Kemampuan ini membutuhkan pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif dan kemauan bekerjasama yang efektif. Oleh karena itu, seorang guru harus mengikuti perkembangan matematika dan selalu kreatif dalam pembelajaran agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan berhitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika dalam kehidupan sehari-hari, melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar dan trigonometri. Selain dari pada itu matematika juga berfungsi mengembangkan komunikasi gagasan dengan bahasa melalaui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel. Tujuan pembelajaran matematika MA/ SMA tersebut seperti tertulis dalam KTSP yaitu:
1.   memahami konsep matematika , menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah,
2.     menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pertanyaan matematika,
3.     memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model matematika dan menafsirkan solusi yang diperoleh,
4.     mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan
5.     memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sifat ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.[11]

Hal ini menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran matematika bukan hanya mengalihkan pengetahuan matematika kepada siswa, tetapi juga mengembangkan intelektual siswa dan untuk dapat menggunakan pengetahuan matematika yang dimiliki tersebut  sehingga memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku. Untuk itu diperlukan perangkat pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimbangi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Standar kompetensi yang digunakan adalah memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi, persamaan dan fungsi kuadrat serta pertidaksamaan kuadrat. Adapun yang menjadi kompetensi dasar adalah sebagai berikut:
1.      menggunakan sifat dan aturan tentang pertidaksamaan kuadrat, dan
2.      melakukan manipulasi aljabar dalam perhitungan yang berkaitan dengan pertidaksamaan kuadrat.[12]

C.     Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang berbasis
kontruktivis.[13] Secara sadar dan sengaja pembelajaran koperatif mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan sebagai latihan hidup di masyarakat.
Menurut Rahma Johar, bahwa “pembelajaran kooperatif adalah suatu model di mana aktivitas pembelajaran dilakukan guru dengan menciptakan kondisi belajar yang memungkinkan terjadinya proses interaksi belajar sesama siswa. Proses interaksi akan berjalan apabila guru mengatur kegiatan pembelajaran dalam suatu setting siswa bekerja dalam suatu kelompok.”[14]
Siswa dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi juga harus mempelajari keterampilan-keterampilankooperatif ini yang berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunitas antar anggota kelompok.
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, ada langkah-langkah pembelajaran yang harus dijalankan. Begitu juga dengan model pembelajaran kooperatif yang memiliki enam fase atau langkah pembelajaran. Adapun fase atau langkah-langkah pembelajaran kooperatif dapat diikuti dalam uraian Tabel 2.1.
Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe pembelajaran. Salah satu tipe kooperatif yang digunakan adalah tipe Team Accelerated Instruction (TAI).


Tabel 2.1. Fase atau Langkah-langkah dalam Pembelajaran Kooperatif.
Fase
Tingkah laku guru
1.   Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa
1.   Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingan dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
2.   Menyajikan informasi
2. Guru menyajikan informasi kepada siswa denga jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
3. Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar
3. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
4. Membimbing kelompok-kelompok belajar
4. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
5. Evaluasi
5. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
6.    Memberi penghargaan
6. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil kerja individu dan kelompok.[15]
Sumber: Pembelajaran Kooperatif Karangan Muslimin Ibrahim

D.    Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction (TAI) dalam Pembelajaran Matematika.

1.        Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction (TAI).

Team Accelerated Instruction (TAI) adalah pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Salvin (1985)[16]. TAI merupakan kombinasi antara keunggulan pembelajaran kooperatif/ kolaboratif dengan pembelajaran individual. Tipe ini di rancang untuk mengatasi kesulitan siswa belajar individual. Ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok. Setelah itu dilaksanakan penilaian bersama-sama dalam kelompok. Semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama. Penilaian didasarkan pada hasil belajar individual maupun kelompok.[17]
2.        Komponen-Komponen Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction (TAI)

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction (TAI) memiliki delapan komponen pembelajaran yang dapat diikuti seperti uraian di bawah ini.
a.    Placement Test yaitu pemberian pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu.
b.    Teams yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa.
c.    Teaching Group pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok.
d.    Student Creative yaitu melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan dimana keberhasilan individu ditentukan olah keberhasilan kelompoknya.
e.    Team Study yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkan.
f.      Team Score and Team Recognition yaitu pemberian score terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan criteria penghargaan  terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.
g.    Whole-Class Units yaitu pemberian materi oleh guru diakhir waktu pembelajaran .
h.    Fact Test yaitu pelaksanaan tes berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.[18]

3.        Langkah-Langkah Model Pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction (TAI).

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction (TAI) yang akan diterapkan dalam pembelajaran nantinya harus mencakup semua komponen pembelajaran  yang terdapat dalam model pembelajaran TAI. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat diikuti seperti dalam uraian Tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI.

No
Langkah-Langkah Pembelajaran
Tahapan Model Kooperatif
 Tipe TAI
1.
Guru memberikan tes individual kepada siswa untuk
Placement test

mendapatkan skor awal atau skor dasar
2.
Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap
Teams

kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan kemampuan

Berbeda
3.
Guru menyiapkan materi pembelajaran yang akan
Teaching group

diselesaikan oleh siswa
4.
Guru memberikan tugas kepada siswa untuk
Student creative

mempelajari materi pembelajaran secara individual

yang sudah dipersiapkan oleh guru
5.
Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan
Team study

dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok setiap

anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman

satu kelompok

6.

Setiap kelompok melaporkan keberhasilan kelompok


Team study

dengan mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
7.
Guru memberi penghargaan kepada kelompok terbaik
Team score and
  team reognition

berdasarkan perolehan nilai hasil belajar individual

dan hasil kerja kelompok
8.
Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman,
Whole-class units

mengarahkan, dan memberikan penegasan pada

materi pembelajaran yang telah dipelajari.
9.
Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa
fact test
Sumber: Prayito, Model Pembelajaran TAI, http: //www.prayito.co.cc/MTK/ Model Pembelajaran TAI.12/ 8/ 2008.

4.        Kelebihan dan Kelemahan  Model Pembelajaran Kooperatf  Tipe Team  Accelerated Instruction (TAI)

Model pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan model pembelajaran yang mengombinasikan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Tipe TAI dirancang untuk megatasi kesulitan siswa belajar secara individual. Model pembelajaran koperatif tipe TAI memiliki kelebihan dan kelemahan.
Adapun kelebihan pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah:
a.    siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalahnya,
b.    siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya,
c.    adanya tanggung jawab dalam kelompok dalam menyelesaikan
permasalahannya, dan
d.    siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam suatu kelompok.
Kelemahan pembelajaran kooperatif tipe TAI diantaranya adalah:
a.    tidak ada persaingan antar kelompok,
b.    siswa yang lemah dimungkinkan menggantungkan hasil kerja kelompok pada siswa yang pandai, dan
c.    waktu yang dibutuhkan relatif lebih lama.
Cara  mengurangi kelemahan dalam  pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat dilakukan antara lain adalah seperti uraian di bawah ini.
a.    Agar tetap ada persaingan antar kelompok, selain diberikan penghargaan untuk kelompok terbaik, sanjungan dan pujian dapat juga diberikan untuk menarik perhatian siswa. Cara ini dapat menambah semangat setiap kelompok untuk berlomba menjadi kelompok terbaik.
b.    Agar setiap anggota kelompok terlibat secara aktif dalam menyelesaikan tugas kelompok dan tidak menggantungkan hasil kerja kelompok pada siswa yang pandai, setiap siswa diberikan kesempatan yang sama untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok. Dalam satu kelompok tidak ada yang memimpin atau ketua kelompok sehingga setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya. Selain itu guru dapat juga memberikan motivasi bahwa jika dalam satu kelompok semua anggota kelompok bekerja sama dengan baik hasil kerjanya akan lebih baik dari pada hanya dikerjakan oleh satu atau dua orang saja.
c.     Agar waktu yang dibutuhkan tidak relatif lama, pada saat pegerjaan tugas secara individu guru bisa membagikan LKS pada hari sebelumnya sehingga tugas individu bisa dikerjakan dirumah dan pada hari berikutnya siswa langsung ke tahap diskusi kelompok.
E.     Tinjauan Terhadap Materi Pertidaksamaan Kuadrat.
1.         Pengertian Pertidaksamaan Kuadrat.
Materi pertidaksamaan kuadrat merupakan suatu materi pembelajaran matematika yang diajarkan di Madrasah Aliyah atau Sekolah Menengah Atas. Materi ini dipelajari oleh siswa kelas X pada semester I.
Pertidaksamaan kuadrat adalah pertidaksamaan yang pangkat tertinggi dari variabelnya adalah dua.
Bentuk umum:
< 0; > 0; ≤ 0; atau ≥ 0 dengan konstanta dan ≠ 0.[19]
Contoh.
a.       x2 – x – 2 < 0                                        
b.      x2 + 2x – 3
c.       2x2 – 11x + 5 > 0
d.      x2 – 4x + 3 ≥ 0
2.      Menentukan Penyelesaian Pertidaksamaan Kuadrat.
Solusi penyelesaian pertidaksamaan kuadrat adalah semua x yang memenuhi pertidaksamaan, yaitu jika digantikan nilai x akan menghasilkan pernyataan benar.


a.    Persamaan kuadrat ax2 + bx + c = 0 mempunyai dua akar berbeda.
Jika x1 dan x2 adalah akar-akar persamaan kuadrat ax2+ bx+ c = 0, a > 0 dengan urutan x1 < x2, maka penyelesaian pertidaksamaan kuadrat dapat dilihat dalam Tabel 2.3 berikut.

Tabel 2. 3 Penyelesaian Pertidaksamaan Kuadrat dengan Dua Akar yang Berbeda.

Kondisi Pertidaksamaan: a > 0 dan x1 < x2
Pertidaksamaan
Penyelesaian
ax2 + bx + c = < 0
x1 < x < x2
ax2 + bx + c = ≤ 0
x1 ≤ x ≤ x2
ax2 + bx + c = > 0
x < x1 atau x > x2
ax2 + bx + c = ≥  0
x ≤ x1 atau x ≥ x2
Sumber: Koko Martono, dkk, Matematika dan Kecakapan Hidup untuk SMA Kelas X, (Jakarta: Ganeca Exaact, 2007), hal. 49.

b.      Persamaan Kuadrat ax2 + bx + c = 0 mempunyai Dua Akar Sama (Kembar)

Jika x1 dan x2 adalah akar-akar persamaan kuadrat ax2 + bx + c = 0, a > 0 , dengan x1 = x2 maka penyelesaian pertidaksamaannya dapat dilihat dalam Tabel 2.4 berikut.

Tabel 2. 4  Penyelesaian Pertidaksamaan Kuadrat dengan Dua Akar yang Sama

kondisi pertidaksamaan: a > 0 dan x1 adalah akar yang sama
pertidaksamaan
Penyelesaian
ax2 + bx + c = < 0
tidak ada x yang memenuhi
ax2 + bx + c = ≤ 0
 x = x1
ax2 + bx + c = > 0
semua x kecuali x = x1
ax2 + bx + c = ≥  0
semua x
Sumber: Koko Martono, dkk, Matematika dan Kecakapan Hidup untuk SMA Kelas X, (Jakarta: Ganeca Exaact, 2007), hal. 50.


c.       Persamaan Kuadrat ax2 + bx + c = 0, a > 0 tidak mempunyai Akar Real.
Jika persamaan kuadrat ax2 + bx + c = 0, a > 0, D < 0 tidak mempunyai akar, maka penyelesaian pertidaksamaannya dapat dilihat dalam Tabel 2.5 berikut ini.

Tabel 2. 5  Penyelesaian Pertidaksamaan Kuadrat yang Tidak Mempunyai Akar

Kondisi Pertidaksamaan: a > 0 dan tidak Mempunyai Akar (D<0)
Pertidaksamaan
Penyelesaian
ax2 + bx + c = < 0
tidak ada x yang memenuhi
ax2 + bx + c = ≤ 0
tidak ada x yang memenuhi
ax2 + bx + c = > 0
semua x
ax2 + bx + c = ≥  0
semua x
Sumber: Koko Martono, dkk, Matematika dan Kecakapan Hidup untuk SMA Kelas X, (Jakarta: Ganeca Exaact, 2007), hal. 51.

3.      Menyelesaikan Pertidaksamaan Kuadrat.
Suatu pertidaksamaan kuadrat dapat diselesaikan dengan sketsa grafik fungsi kuadrat dan dengan menggunakan garis bilangan.
a.    Menyelesaikan Pertidaksamaan Kuadrat dengan Sketsa Grafik Fungsi Kuadrat.

Grafik fungsi kuadrat dapat digunakan untuk menyelesaikan pertidaksamaan kuadrat yang bersangkutan. Dengan memperhatikan grafik fungsi kuadrat yang berada di atas atau di bawah sumbu X, maka dapat ditentukan penyelesaian dari pertidaksamaan kuadrat.
Penyelesaian pertidaksamaan kuadrat dengan menggunakan sketsa grafik fungsi kuadrat dapat ditentukan melalui langkah-langkah di bawah ini.
1)   Menggambar sketsa grafik fungsi kuadrat f(x) = ax2 + bx + c.  Jika ada ditentukan titik potong dengan sumbu x.
Langkah-langkah menggambar grafik fungsi kuadrat.
a)   Menentukan nilai diskriminan.
b)   Menentukan titik potong fungsi kuadrat dengan sumbu x.
c)   Menentukan titik potong fungsi kuadrat dengan sumbu y.
d)   Menentukan koordinat titik puncak.
2)   Berdasarkan sketsa grafik fungsi kuadrat, dapat dilihat bagian fungsi kuadrat yang berada di atas sumbu x dan bagian fungsi kuadrat yang berada di bawah sumbu x.
Contoh.
1.      Tentukan himpunan penyelesaian pertidaksamaan kuadrat x2 – x – 2 < 0!
Penyelesaian:
Langkah 1
Untuk menggambar sketsa grafik fungsi kuadrat f(x) = x2 – x – 2, maka ditentukan:
a.     nilai diskriminan.
     D = b2 – 4ac
          = (-1)2 – 4 (1)(-2)
          = 1 + 8
          = 9 > 0
          f(x) = x2 – x – 2 memiliki titik potong dengan sumbu x.
b.    titik potong dengan sumbu x, maka y = 0
x2 – x – 2 = 0
(x + 1) (x – 2) = 0
x = - 1 atau x = 2
titik potongnya adalah (- 1, 0) dan (2, 0)
c.     titik potong dengan sumbu y, maka x = 0
y = x2 – x – 2
y = (0)2 – 0 – 2
y = - 2
titik potongnya adalah (0, - 2)
d.    koordinat titik puncak
Gambar grafik fungsi kuadrat f(x) = x2 – x – 2 adalah sebagai berikut.
                              f(x) = y
                
                    y > 0                                          f(x) = x2 – x - 2
y = 0
 
                                
y < 0
 
                                       -1                   2            x



Gambar 2.1 Grafik Fungsi  Kuadrat f(x) = x2 – x – 2,
 
 


Himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan kuadrat  x2 – x – 2 < 0 adalah           
2.      Tentukan himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan x2 – 6x +9 ≤ 0!
Penyelesaian:
Langkah 1
Untuk menggambar sketsa grafik fungsi kuadrat f(x) = x2 – 6x + 9, maka ditentukan:
a.     nilai diskriminan.
     D = b2 – 4ac
          = (-6)2 – 4 (1)(9)
          = 36 -  36
          =  0
          f(x) = x2 – 6x + 9  memiliki titik singgung dengan sumbu x.
b.      titik singgung dengan sumbu x, maka y = 0
x2 – 6x + 9 = 0
(x – 3) (x – 3)= 0
x= 3
Grafik menyinggung sumbu x di titik (3, 0).
c.       titik potong dengan sumbu y, maka x = 0
y = x2 – 6x + 9
y = (0)2 – 6(0) + 9
y = 9
Titik potong dengan sumbu y adalah (0, 9).


Gambar grafik fungsi kuadrat f(x) = x2 – 6x + 9 adalah sebagai berikut:
         f(x) = y       
                      
 
y > 0
 
                                    9                                   f(x) = x2 – 6x + 9

                                                                          


 

y < 0
 
                                                    3                         x 

      Gambar 2. 2 Grafik Fungsi Kuadrat f(x) = x2 – 6x + 9,
Himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan kuadrat  x2 – 6x + 9 ≤ 0 adalah
3.   Tentukan himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan x2 + x + 2 > 0
Penyelesaian.
Langkah 1.
Untuk menggambar sketsa grafik fungsi kuadrat f(x) = x2 + x + 2 > 0, maka:
a.      nilai diskriminan
D = b2 – 4ac
D = 12 – 4 (1) (2)
D = 1 – 8
D = - 7 < 0
Karena D < 0 maka grafik fungsi kuadrat tidak memotong maupun menyinggung sumbu x.
b.      titik potong dengan sumbu y, maka x = 0
y = x2 + x + 2
y = 2
Titik potong dengan sumbu y adalah (0, 2)
c.       koordinat titik puncak
Gambar grafik fungsi kuadrat f(x) = x2 + x + 2 adalah sebagai berikut.
                               f(x) =  y
                                                                   f(x) = x2 + x + 2
y > 0                            2        
x
 
y= 0
 
 
                                             1
        y < 0                                                 
Gambar 2. 3 Grafik Fungsi Kuadrat f(x) = x2 + x + 2,
Himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan x2 + x + 2 > 0 adalah
Hubungan antara grafik fungsi kuadrat dan penyelesaian pertidaksamaan kuadrat adalah:
1)     penyelesaian pertidaksamaan kuadrat ax2 + bx + c < 0 adalah interval nilai x ketika bagian grafik f(x) = ax2 + bx + c berada di bawah sumbu x,
2)     penyelesaian pertidaksamaan kuadrat ax2 + bx + c ≤ 0 adalah interval nilai x ketika bagian grafik f(x) = ax2 + bx + c berada pada dan di bawah sumbu x,
3)     penyelesaian pertidaksamaan kuadrat ax2 + bx + c > 0 adalah interval nilai x ketika bagian grafik f(x) = ax2 + bx + c berada di atas sumbu x, dan
4)     penyelesaian pertidaksamaan kuadrat ax2 + bx + c ≥ 0 adalah interval nilai x ketika bagian grafik f(x) = ax2 + bx + c berada pada dan di atas sumbu x.[20]

b.    Menyelesaikan Pertidaksamaan Kuadrat dengan Menggunakan Garis Bilangan.

Secara umum cara menyelesaikan pertidaksamaan kuadrat dengan menggunakan garis bilangan dapat diikuti melalui langkah-langkah berikut.
1)   Menentukan nilai diskriminan.
2)   Menentukan nilai-nilai titik kritis (jika ada) dari ax2 + bx + c.
3)   Menggambar nilai titik-titik kritis yang diperoleh pada garis bilangan, sehingga diperoleh interval-interval.
4)   Menentukan nilai-nilai interval dengan mensubtitusikan nilai uji yang berada dalam masing-masing interval.
5)   Berdasarkan tanda-tanda interval yang diperoleh, maka dapat ditetapkan interval yang memenuhi.[21]

Contoh.
1.      Tentukan hinpunan penyelesaian pertidaksamaan kuadrat x2 – x – 2 < 0!
Penyelesaian.
Langkah 1
a.     Nilai diskriminan.
     D = b2 – 4ac
          = (-1)2 – 4 (1)(-2)
          = 1 + 8
          = 9 > 0
           x2 – x – 2 = 0 memiliki dua titik kritis.
b.      Menentukan nilai titik kritis
x2 – x – 2 = 0
(x + 1) (x – 2) = 0
x = - 1 atau x = 2
Langkah 2
            Menggambar nilai titik kritis yang diperoleh dilangkah 1 pada garis bilangan. Seperti pada gambar garis bilangan berikut:               
                                        x = - 1               x = 2
2
 
-1
 
                       
                                 
                        Gambar 2. 4 Nilai Titik Kritis dari x2 – x – 2 < 0
Gambar 2. 4 tersebut membagi garis bilangan menjadi 3 bagian yaitu
x < - 1, - 1 < x < 2, dan x > 2.
Langkah 3.
Tentukan nilai interval dengan mensubtitusikan nilai uji dalam tiap interval. Seperti dalam Tabel 2.6 berikut.

            Tabel 2. 6 Hasil Nilai Uji Pertidaksamaan Kuadrat x2 – x – 2 < 0
interval
Nilai uji
Nilai x2 – x – 2
x < - 1
x = - 2
(- 2)2 – (-2) – 2 = 4 > 0
- 1 < x < 2
x = 0
(0)2 – (0) – 2 = - 2 < 0
x > 2
x = 3
(3)2 – (3) – 2 = 4 > 0


Berdasarkan Tabel 2.6 tanda-tanda interval ditulis pada interval yang sesuai seperti gambar di bawah ini:
            x2 – x – 2 > 0       x2 – x – 2 < 0      x2 – x – 2 > 0
                              
2
 
-1
 
                                                     
Gambar 2. 5 Daerah Penyelesaian dari Pertidaksamaan Kuadrat  x2 – x –2<0
Dari Gambar 2. 5 dan dari Tabel 2. 6, interval yang memenuhi pertidaksamaan kuadrat x2 – x – 2 < 0 adalah – 1 < x < 2 .  Himpunan penyelesaiannya adalah .
2.      Tentukan himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan  x2 – 6x + 9 ≤ 0
Penyelesaian.
Langkah 1.
a.     Nilai diskriminan.
     D = b2 – 4ac
          = (-6)2 – 4 (1)(9)
          = 36 -  36
          =  0
           x2 – 6x + 9= 0   memiliki satu titik kritis.
b.      Menentukan nilai titik kritis.
x2 – 6x + 9 = 0
(x – 3) (x – 3)= 0
x= 3


            Langkah 2
Menggambar nilai titik kritis yang diperoleh di langkah 1 pada garis bilangan. Seperti gambar garis bilangan berikut.
                                                          x = 3


 

                                   0   1   2   3   4   5
                Gambar 2.6 Nilai Titik Kritis dari Pertidaksamaan Kuadrat x2 – 6x + 9 ≤ 0.
Gambar 2. 6 tersebut membagi garis bilangan menjadi dua bagian yaitu
x ≤ 3 dan x ≥ 3.
langkah 3.
Menentukan nilai interval dengan mensubtitusikan nilai uji dalam tiap interval seperti dalam Tabel 2.7 berikut.

Tabel 2. 7 Hasil Nilai Uji Pertidaksamaa Kuadrat x2 – 6x + 9 ≤ 0

interval
Nilai uji
Nilai x2 – 6x + 9
x ≤ 3
x = 2
(0)2 – 6(0) + 9 = 9 > 0
x ≥ 3
x = 4
(4)2 – 6(4) + 9 = 1 > 0

Berdasarkan Tabel 2. 7 tanda-tanda interval ditulis pada interval yang sesuai seperti gambar di bawah ini.
                         x2 – 6x + 9 ≤ 0
                                                                                           
                                         -1   0  1  2   3   4   5

Gambar 2.7 Daerah Penyelesaian dari Pertidaksamaan Kuadrat  x2 – 6x + 9 ≤0

Dari Gambar 2.7 dan Tabel 2.7, interval yang memenuhi pertidaksamaan kuadrat x2 – 6x + 9 ≤ 0 adalah x = 3. Himpunan penyelesaiannya adalah
3.      Tentukan himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan  x2 + x + 2 > 0
      Penyelesaian.
Langkah 1.
x2 + x + 2 = 0
nilai diskriminan D = b2 – 4ac
D = 12 – 4 (1) (2)
D = 1 – 8
D = - 7 < 0
Karena D < 0 maka tidak mempunyai titik kritis. Akibatnya penyelesaian tidak membagi garis bilangan menjadi beberapa bagian.
Langkah 2
Penyelesaian x2 + x + 2 > 0 tidak tergantung pada nilai titik uji yang dipilih. Dengan demikian x2 + x + 2 akan memiliki tanda yang sama sepanjang garis bilangan. Untuk lebih jelasnya subtitusikan sembarang bilangan real pada pertidaksamaan x2 + x + 2 > 0 seperti dalam Tabel 2.8 berikut.

Tabel 2. 8 Hasil Nilai Uji Pertidaksamaan Kuadrat x2 + x + 2 > 0
Nilai uji
Nilai x2 + x + 2
x = - 1
(-1)2 + (-1) + 2 = 2 > 0
x = 0
(0)2 + 0 + 2 = 2 > 0
x = 1
(1)2 + 1 + 2 = 4 > 0

Berdasarkan Tabel 2. 8  penyelesaian pertidaksamaan kuadrat     
x2 + x + 2 > 0 dapat dilihat dalam garis bilangan berikut ini.
                                    x2 + x + 2 > 0
                                    -3   -2  -1   0   1   2   3
Gambar 2.8 Daerah Penyelesaian dari Pertidaksamaan Kuadrat x2 + x+2 >0
Berdasarkan Gambar 2. 8 dan Tabel 2. 7, maka setiap bilangan real adalah penyelesaian dari pertidaksamaan kuadrat  x2 + x + 2 > 0. Himpunan penyelesaiannya adalah

F.        Model Kooperatif Tipe Team Accelerated Instructional (TAI) pada Materi Pertidaksamaan Kuadrat.

Untuk menyusun rencana pembelajaran matematika dengan model pembelajara kooperatif tipe TAI, perlu diperhatikan beberapa langkah yang sekaligus merupakan kriteria evaluasi implementasi proses belajar mengajar dalam menggunakan model pembelajaran ini.
Adapun langkah-langkahnya dapat dilihat dalam Tabel 2.9 berikut.

Tabel 2. 9 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction (TAI) pada Materi Pertidaksamaan kuadrat.

No
Langkah-langkah Pembelajaran
Tahapan Pembelajaran Kooperatif tipe TAI
A.
Pendahuluan


Apersepsi.


1.    Guru memperkenalkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI


2.     Melalui tanya jawab, guru mengecek pemahaman awal siswa.
Placement Test 

Motivasi.


1.   Guru mengkomunikasikan tujuan pembelajaran dan hasil belajar yang diharapkan akan dicapai siswa


2.     Apabila materi ini dikuasai dengan baik  maka akan dapat membantu siswa  menyelesaikan masalah yang ditemui selama proses pembelajaran

B.
Kegiatan Inti


1.    Siswa duduk dalam kelompok belajar masing-masing yang sudah dibentuk pada pertemuan sebelumnya. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan kemampuan berbeda.
Teams

2.    Melalui tanya jawab, siswa diingatkan kembali tentang pengertian persamaan kuadrat dan pertidaksamaan linear.
Teaching group

3.    Siswa yang ada pada setiap kelompok diminta untuk memberikan satu contoh pertidaksamaan linear dan persamaan kuadrat.
Teaching group

4.    Guru membagikan LKS kepada setiap siswa untuk dikerjakan secara indivudu terlebih dahulu.
Student creative

5. Hasil kerja individu didiskusikan dalam kelompok masing-masing dengan cara saling mengoreksi hasil kerja teman sekelompok.
Team study

6.   Selama proses diskusi berlangsung, guru memberikan bimbingan terbatas kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan LKS.
Teaching group

7.   Perwakilan kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
Team study

8.    Kelompok yang lain menanggapi.
Team study
C.
Penutup


1.   Dengan bimbingan guru siswa diminta membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari.
Teaching group

2.    Memberikan pujian kepada kelompok yang aktif dalam pembelajaran dan memberi semangat kepada kelompok lain.
Team score and team recognition

3.    Guru menegaskan kembali kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari.
Whole-class units

4.   Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa.
Fact test
Sumber: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disesuaikan dengan Komponen Model pembelajaran Kooperatif Tipe TAI.


[7] Rohman Nata Wijaya, Pengajaran Remedial untuk SPG, (Jakarta: departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2000), hal. 54.                        

[8] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran , (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hal. 37.
[9] Hudojo, Strategi Belajar Mangajar Matematika, (IKIP Malang, 1990), hal. 108.
[10] Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, 2000), hal. 43.
[11] Badan Standar Nasional Pendidikan, Panduan Penyusun KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, (Jakarta: 2006), hal. 388
[12] Silabus Matematika untuk Kelas X. 2008
[13] Rahma Johar, dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Banda Aceh: Universitas syiah Kuala, 2006), hal. 31
[14] Ibid.
[15] Muslimin Ibrahim, dkk, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: Unesa, 2000), hal. 10.
[16] Nur Asma, Model Pembelajaran Kooperatif, (Jakarta: Depdiknas, 2006). hal  55
[17]Rachmadi Widdidarto, Model-Model Pembelajaran Matematika, (Yogyakarta: Depdiknas, 2004), hal. 27.
[18] Prayito, Model Pembelajaran TAI, http: //www.prayito.co.cc/MTK/ Model Pembelajaran TAI/ 12/8/2008.

[19] Sukino, Matematika untuk ………………….,hal. 215
[20] Marthen Kanginan, Cerdas Belajar Matematika untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah, (Jakarta: Grafindo Media Pratama, 2005), hal. 107.
[21] Sartono Wirodikromo, Matematika untuk SMA Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2007), hal. 98.







Tidak ada komentar: