ABSTRAK
Proses
pembelajaran matematika yang masih berlangsung satu arah dan dominannya
aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran matematika menjadi faktor penyebab
kurang aktifnya siswa dalam mengikuti proses pembelajaran matematika, sehingga
hasil belajar yang diharapkan akan kurang optimal dan kegiatan pembelajaran pun
dirasakan kurang bermakna dan bermanfaat bagi siswa. Oleh karena itu,
dibutuhkan suatu kegiatan pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dan
kreatif dalam mengkonstruksi ide-idenya melalui berbagai metode dan model
pembelajaran untuk membentuk suatu pemahaman matematika. Salah satu model
pembelajaran yang dapat menjawab tantangan tersebut adalah melalui model
pembelajaran kooperatif tipe Team
Acelerated Instruction (TAI). Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan
penelitian tentang model pembelajaran kooperatif tipe Team Acelerated Instruction (TAI) pada
materi pertidaksamaan kuadrat di Kelas X MAN 2 Banda Aceh. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa,
dan
respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran melalui
model pembelajaran kooperatif tipe Team
Acelerated Instruction (TAI). Untuk itu penulis mengambil subjek penelitian
di kelas X-1 MAN 2 Banda Aceh sebanyak 25 orang. Adapun prosedur
pengumpulan data adalah melalui tes hasil belajar siswa, lembar observasi
aktivitas siswa, lembar observasi aktivitas guru, penyebaran angket respon
siswa, dan wawancara. Sedangkan teknik analisis data, penulis menggunakan
analisis deskriptif (persentase) sesuai dengan kriteria keefektifan yang telah
ditentukan. Penelitian ini berlangsung selama tiga tindakan. Pada tindakan I , hasil
belajar siswa sudah tuntas. Pada tindakan II, hasil belajar siswa juga tuntas
tetapi tingkat ketuntasannya menurun dari tindakan I. Pada tindakan III, hasil
belajar siswa sudah mencapai ketuntasan. Secara keseluruhan, hasil penelitian
yang berlangsung selama tiga tindakan menunjukkan bahwa
model pembelajaran kooperatif tipe Team
Acelerated Instruction (TAI) dapat diterapkan pada materi pertidaksamaan
kuadrat.
Hal ini ditunjukkan dengan hasil belajar siswa pada tiap tindakan yang mencapai
tingkat ketuntasan belajar dan dikuatkan dengan hasil akhir belajar siswa yang
sudah mencapai ketuntasan secara klasikal dengan persentase 84%, dan respon
siswa yang positif.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan ilmu
pengetahuan yang memiliki peranan penting bagi kemajuan
teknologi dewasa ini. Oleh sebab itu, matematika perlu dipelajari
siswa sejak dari sekolah dasar sampai ke perguruan
tinggi. Sebagai suatu ilmu pengetahuan matematika bertujuan melatih manusia berfikir logis, kritis, dan bertanggung
jawab.[1] Matematika
juga memberi bekal kepada siswa untuk dapat menerapkan matematika di berbagai
keperluan antara lain dalam kehidupan sehari-hari.
Walaupun hampir semua orang menyadari begitu banyaknya
manfaat yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari dengan mempelajari matematika, namun kenyataannya
prestasi belajar matematika siswa masih sangat rendah. Hal ini sesuai dengan
laporan Third International Mathematics and Science Study (TIMSS)
bahwa rata-rata skor matematika siswa di Indonesia jauh dibawah rata-rata skor matematika siswa internasional dan
berada pada rangking 34 dari 38 negara. Dari
realita tersebut berarti prestasi belajar siswa baik secara nasional dan
internasional memang belum menggembirakan.[2] Salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan matematika adalah
pembelajaran matematika yang dilaksanakan di sekolah bersifat konvensional.
Guru mata pelajaran mengajar matematika dengan cara menyampaikan secara
langsung materi kepada siswa. Siswa tidak terlibat secara langsung dalam proses
pembelajaran matematika sehingga yang terlihat aktif hanya gurunya saja.
Seorang guru hendaknya mempunyai pengetahuan yang
cukup tentang materi-materi dan strategi-strategi pembelajaran. Tidak semua
strategi pembelajaran dapat diterapkan dalam kelas.[3] Meskipun demikian guru yang baik tidak akan terpaku pada
satu strategi saja. Pemilihan strategi yang tepat akan mempermudah proses terbentuknya
pengetahuan pada siswa.
Pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning)
merupakan suatu cara yang dapat digunakan guru untuk mengaktifkan siswa.
Pembelajaran kooperatif lebih menempatkan siswa sebagai subjek dalam kegiatan
pembelajaran dan bukan sebagai objek. Dengan menonjolkan interaksi dalam
kelompok, model pembelajaran kooperatif dapat membuat siswa menerima siswa lain
yang berkemampuan dan latar belakang yang berbeda. Sistem penilaian dilakukan terhadap
kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan jika mampu menunjukkan
prestasi yang dipersyaratkan.[4] Tetapi dalam proses pembelajaran kelompok
ada sebagian siswa yang kurang berpartisipasi dan melepaskan tanggung jawab
kepada teman sekelompoknya.
Team Accelerated
Instruction (TAI) adalah tipe pembelajaran kooperatif yang mengkombinasikan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual.[5] Pada pembelajaran kooperatif tipe TAI setiap anggota kelompok akan
mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang
selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan
keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan
saling membantu, mereka mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok sehingga
akan mempunyai kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi
keberhasilan kelompok.
Berdasarkan pengamatan
peneliti saat PPL di MAN 2 Banda Aceh, proses belajar mengajar matematika di
kelas X masih cenderung berlangsung satu arah. Umumnya dari guru ke siswa, guru
lebih mendominasi pembelajaran matematika sehingga yang terlihat aktif hanya
guru nya saja. Siswa jarang belajar matematika dengan model kooperatif. Jika
pun ada, belajar kelompok yang diterapkan berupa kelompok biasa. Guru hanya membagi
siswa berdasarkan deretan tempat duduk. Kemudian guru membagi tugas yang harus
diselesaikan oleh setiap kelompok.
Pertidaksamaan kuadrat adalah
materi matematika yang harus dipelajari oleh siswa kelas X. Materi
pertidaksamaan kuadrat banyak penerapannya dalam kehidupan, misalnya dalam
bidang olah raga untuk mencari tinggi maksimum sebuah tendangan. Materi ini
juga merupakan materi pra syarat dalam mempelajari materi matematika lainnya, diantaranya
digunakan dalam menentukan diskriminan persamaan kuadrat dan dalam materi
fungsi naik dan fungsi turun. Mengingat pentingnya materi pertidaksamaan
kuadrat, siswa harus menguasai materi tersebut dengan benar. Namun berdasarkan
hasil wawancara dengan guru bidang studi matematika di kelas X MAN 2 Banda Aceh
bahwa siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari
pertidaksamaan kuadrat. Kesulitan yang dihadapi siswa terutama saat menentukan
himpunan penyelesaian dari suatu pertidaksamaan kuadrat.
Berkenaan dengan hal tersebut
diperlukan suatu pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif
menemukan sendiri suatu konsep matematika selama pembelajaran. Pembelajaran
kooperatif tipe TAI dapat membuat siswa aktif dan bertanggung jawab atas keberhasilan
kelompoknya. Siswa dituntut untuk dapat menguasai materi secara individual dan
kelompok sehingga dengan pembelajaran kooperatif tipe TAI tidak ada siswa yang
kurang berpartisipasi dan melepaskan tanggung jawab kepada teman sekelompoknya.
Berdasarkan uraian di atas,
penulis tertarik untuk melakukan suatu
penelitian dengan judul “ Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction (TAI) pada Materi
pertidaksamaan Kuadrat di Kelas X MAN 2 Banda Aceh.”
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan
di atas, maka yang menjadi pertanyaan penelitiannya dapat diikuti seperti
uraian berikut.
1.
Bagaimana
ketuntasan hasil belajar siswa kelas X di MAN 2 Banda Aceh pada materi
pertidaksamaan kuadrat dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI?
2.
Bagaimana
respon siswa kelas X MAN 2 Banda Aceh terhadap materi pertidaksamaan kuadrat
dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas maka tujuan penelitian
ini adalah:
1.
untuk
mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa kelas X MAN 2 Banda Aceh pada materi
pertidaksamaan kuadrat dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI, dan
2.
untuk melihat respon siswa
terhadap materi pertidaksamaan kuadrat dengan model pembelajaran koopetarif
tipe TAI di kelas X MAN 2 Banda Aceh.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian
ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, bagi instansi terkait, dan bagi
peneliti sendiri.
1. Bagi guru diharapkan
dapat bermanfaat sebagai masukan dalam
memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi.
2. Bagi
instansi terkait dan pembaca diharapkan bermanfaat untuk memperbaiki serta
meningkatkan mutu pendidikan khususnya pendidikan matematika di masa yang akan datang.
3.
Bagi peneliti manfaatnya adalah sebagai
suatu syarat untuk memperoleh gelar sarjana. Selain itu, menambah pengetahuan
dan pengalaman dalam melakukan penelitian. Khususnya tentang penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TAI dalam pembelajaran matematika.
E. Penjelasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman pembaca, maka penulis
perlu menjelaskan istilah-istilah pokok yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun
istilah-istilah yang akan dijelaskan dapat diikuti seperti uraian di bawah ini.
1. Model
Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction (TAI)
Team Accelerated
Instruction (TAI) merupakan kombinasi antara pembelajaran kooperatif/ kolaboratif dengan
pembelajaran individual. Ciri khas
tipe TAI adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang
sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok untuk
didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota
kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab
bersama.
Pada penelitian ini model
kooperatif tipe TAI dilakukan dengan cara membagikan siswa LKS yang harus
dikerjakan di rumah sebagai tahapan pembelajaran secara individu, sehingga
keesokan harinya siswa bisa langsung masuk dalam tahapan kerja kelompok sesuai
dengan kelompok yang telah dibagikan.
2. Materi Pertidaksamaan Kuadrat
Materi pertidaksamaan kuadrat
merupakan suatu materi pembelajaran matematika yang diajarkan di Madrasah
Aliyah atau Sekolah Menengah Atas. Materi ini dipelajari oleh siswa kelas X
pada semester I.
Pertidaksamaan kuadrat adalah
kalimat terbuka yang menggunakan tanda ketidaksamaan dengan pangkat tertinggi dari
variabelnya adalah dua.
Bentuk umum:
<
0; > 0; ≤ 0; atau ≥ 0 dengan konstanta dan ≠ 0.[6]
Pada penelitian ini,
materi pertidaksamaan kuadrat dibatasi pada pemahaman konsep pertidaksamaan
kuadrat dan cara penyelesaiannya.
[1] JICA. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer (Common Text Book).FPMIPA
Universitas Pendidikan Indonesia. 2002, hal. 28.
[2] National Center for Education Statistics,
Desember 2004
[3] Anita Lie, Cooperative Learning,
Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas (Jakarta: Grasindo,
2002), hal. 53
[4] Wina Sanjaya, Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan ( Jakarta: Kencana,
2006), hal. 242
|
LANDASAN
TEORETIS
A. Belajar Matematika
Belajar adalah
satu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi pelajar dan
mahasiswa kata “belajar” merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua
kegiatan dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Kegiatan belajar
dilakukan setiap waktu, baik pagi hari, siang hari atau malam hari.
Walaupun
kegiatan belajar dilakukan setiap saat, namun tidak semua orang mengetahui apa
itu belajar. Sebenarnya kata “belajar” memiliki
pengertian yan tersimpan didalamnya. Oleh karena itu, banyak para ahli
membahas dan menghasilkan berbagai teori tentang belajar. Dalam hal ini Nata
Wijaya mengemukakan:
Belajar dalam arti luas adalah suatu proses perubahan
tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan dan penilaian sikap dan
nilai-nilai, pengetahuan dan percakapan dasar yang terdapat dalam berbagai
bidang atau berbagai aspek kehidupan. Proses berarti interaksi antara individu
dan suatu sikap, nilai atau kebiasaan, pengetahuan dan keterampilan dalam
hubungannya dengan dunianya sehingga dia berubah.[7]
|
Berdasarkan pendapat
para ahli dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan
tingkah laku, dimana pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan, kegemaran, sikap
seseorang terbentuk dan berkembang disebabkan oleh kegiatan belajar. Perubahan
tingkah laku tersebut dapat diamati dengan adanya interaksi antara individu dan
lingkungannya.
Matematika merupakan
ilmu pengetahuan yang memiliki ciri khas bila dibandingkan dengan ilmu
pengetahuan yang lain, yaitu memiliki objek kajian yang abstrak dan berpola
pikir deduktif. Belajar matematika tidak dapat disamakan dengan belajar
ilmu-ilmu yang lain, maka kegiatan belajar matematika harus diatur dengan
memperhatikan kemampuan belajar dan berpedoman pada teori belajar mengajar
matematika.
Belajar matematika
merupakan suatu kegiatan atau tingkah laku manusia yang disusun menjadi suatu
model sebagai prinsip-prinsip belajar yang diaplikasikan ke dalam matematika
yang telah dipilih dan sesuai untuk mempelajari matematika. Matematika
berkenaan dengan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol dan penalarannya
deduktif, sehingga belajar matematika itu merupakan kegiatan mental yang
tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Dianes dalam Hudojo yng mengatakan
bahwa: “belajar matematika melibatkan suatu struktur hirarkis dari
konsep-konsep yang lebih tinggi yang dibentuk atas dasar apa yang telah
dibentuk sebelumnya”.[9] Hal ini
berarti bahwa belajar konse-konsep matematika yang lebih tinggi tidak mungkin
bila prasyarat yang mendahului konsep-konsep itu belum dipelajari. Untuk
mempelajari suatu materi matematika yang baru, pengalaman belajar yag lalu dari
seseorang akan mempengaruhi terjadi proses belajar matematika. Oleh karena itu,
belajar matematika harus dilakukan secara kontinyu, karena belajar matematika
yang terputus akan mengganggu belajar.
Apabila proses belajar matematika
terjadi secara baik, dapat diharapkan hasil belajar siswa akan baik pula.
Dengan proses belajar matematika yang baik, siswa yang belajar akan memahami
matematika dengan baik pula. Selanjutnya siswa akan lebih mudah mempelajari dan
mengaplikasikannya ke situasi baru, yaitu dapat menyelesaikan masalah baik
dalam matematika itu sendiri maupun dalam ilmu-ilmu lain atau dalam kehidupan
sehari-hari.
Pada penelitian ini, semua siswa
dikatakan belajar matematika jika ada suatu pengetahuan yang baru bagi siswa.
Pengetahuan tersebut baru mereka ketahui setelah terjadinya proses belajar
matematika. Seperti halnya pada materi pertidaksamaan kuadrat, semua siswa
dikatakan telah belajar materi pertidaksamaan kuadrat jika setelah
berlangsungnya proses belajar mereka telah dapat memahami pertidaksamaan
kuadrat, menyelesaikan permasalahan pertidaksamaan kuadrat dan dapat
mengaplikasikan apa yang telah mereka ketahui dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa dapat dikatagorikan telah mengalami proses belajar matematika tentang
materi pertidaksamaan kuadrat jika ada terjadi perubahan sikap sebelum dan
sesudah belajar pertidaksamaan kuadrat.yaitu dari sikap tidak tahu apa itu
pertidaksamaan kuadrat tetapi setelah mengalami proses belajar siswa memiliki
pengetahuan baru tentang pertidaksamaan kuadrat bahkan siswa dapat
menyelesaikan permasalahan pertidaksamaan kuadrat.
B.
Tujuan
Pembelajaran Matematika di MA/ SMA
Lembaga pendidikan formal merupakan salah satu sarana
untuk mencerdaskan bangsa, didalam pelaksanaannya memiliki tingkatan mulai dari
tingkatan dasar sampai pendidikan tinggi. Setiap tingkatan tersebut memiliki
tujuan tersndiri yang merupakan penjabaran dari tujuan umum pendidikan
nasional. Secara khusus bidang study matematika juga memiliki tujuan yaitu:
1.
mempersiapkan siswa agar mampu menghadapi
perubahan keadaan didalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, dan
2.
mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan
matematika dan pola pikir matematika dalam
kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.[10]
Kurikulum 2006 atau lebih
dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), menghendaki proses pembelajaran yang memberdayakan
semua siswa untuk menguasai kompetensi yang diharapkan dengan menerapkan
berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, berpusat pada siswa,
mengembangkan kreativitas siswa, bermuatan nilai, etika, etestika, logika, dan
kinestetika, konstektual, afektif, dan efisien bermakna dan menyediakan
pengalaman belajar yang beragam.
Tujuan di atas menjelaskan
tentang tujuan pembelajaran matematika pada jenjang menengah yang memberikan
tekanan pada penataan nalar, terbentuknya sikap, juga tingkah laku yang harus dimiliki
semua siswa setelah mereka mempelajari matematika. Selain
dari pada itu setelah mempelajari matematika, diharapkan siswa mempunyai
ktrampilan dan dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Kehidupan di dunia semakin
berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan
demikian siswa harus memiliki kemampuan memperoleh, memiliki dan mengelola
informasi untuk bertahan pada keadaan yang terus berubah. Kemampuan ini membutuhkan pemikiran kritis, sistematis, logis,
kreatif dan kemauan bekerjasama yang efektif. Oleh karena itu, seorang guru
harus mengikuti perkembangan matematika dan selalu kreatif dalam pembelajaran
agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan
berhitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika dalam
kehidupan sehari-hari, melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar dan
trigonometri. Selain dari pada itu matematika juga berfungsi mengembangkan
komunikasi gagasan dengan bahasa melalaui model matematika yang dapat berupa
kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel. Tujuan
pembelajaran matematika MA/ SMA tersebut seperti tertulis dalam KTSP yaitu:
1.
memahami konsep
matematika , menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep
atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah,
2.
menggunakan
penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat
generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pertanyaan matematika,
3.
memecahkan
masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model matematika dan menafsirkan solusi yang diperoleh,
4.
mengkomunikasikan
gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan
atau masalah, dan
5.
memiliki sikap
menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu,
perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sifat ulet dan percaya
diri dalam pemecahan masalah.[11]
Hal ini menunjukkan bahwa
tujuan pembelajaran matematika bukan hanya mengalihkan pengetahuan matematika
kepada siswa, tetapi juga mengembangkan intelektual siswa dan untuk dapat
menggunakan pengetahuan matematika yang dimiliki tersebut sehingga memungkinkan terjadinya perubahan tingkah
laku. Untuk itu diperlukan perangkat pembelajaran yang
dapat digunakan untuk mengimbangi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Standar kompetensi yang digunakan adalah memecahkan
masalah yang berkaitan dengan fungsi, persamaan dan fungsi kuadrat serta
pertidaksamaan kuadrat. Adapun yang menjadi kompetensi dasar adalah sebagai
berikut:
1.
menggunakan
sifat dan aturan tentang pertidaksamaan kuadrat, dan
2.
melakukan
manipulasi aljabar dalam perhitungan yang berkaitan dengan pertidaksamaan
kuadrat.[12]
C.
Model
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang berbasis
kontruktivis.[13] Secara
sadar dan sengaja pembelajaran koperatif mengembangkan interaksi yang silih
asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat
menimbulkan permusuhan sebagai latihan hidup di masyarakat.
Menurut Rahma
Johar, bahwa “pembelajaran kooperatif adalah suatu model di mana aktivitas
pembelajaran dilakukan guru dengan menciptakan kondisi belajar yang memungkinkan
terjadinya proses interaksi belajar sesama siswa. Proses interaksi akan
berjalan apabila guru mengatur kegiatan pembelajaran dalam suatu setting siswa
bekerja dalam suatu kelompok.”[14]
Siswa dalam pembelajaran kooperatif
tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi juga harus mempelajari
keterampilan-keterampilankooperatif ini yang berfungsi untuk melancarkan
hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan
mengembangkan komunitas antar anggota kelompok.
Dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar, ada langkah-langkah pembelajaran yang harus
dijalankan. Begitu juga dengan model pembelajaran kooperatif yang memiliki enam
fase atau langkah pembelajaran. Adapun fase atau langkah-langkah pembelajaran
kooperatif dapat diikuti dalam uraian Tabel 2.1.
Model pembelajaran kooperatif
memiliki beberapa tipe pembelajaran. Salah satu tipe kooperatif yang digunakan
adalah tipe Team Accelerated Instruction (TAI).
Tabel 2.1. Fase atau Langkah-langkah dalam
Pembelajaran Kooperatif.
Fase
|
Tingkah
laku guru
|
1. Menyampaikan tujuan dan
motivasi siswa
|
1. Guru menyampaikan semua
tujuan pembelajaran yang ingan dicapai pada pembelajaran tersebut dan
memotivasi siswa belajar
|
2. Menyajikan informasi
|
2. Guru menyajikan informasi kepada siswa denga jalan demonstrasi atau
lewat bahan bacaan.
|
3. Mengorganisasikan siswa
kedalam kelompok-kelompok belajar
|
3. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok
belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
|
4.
Membimbing kelompok-kelompok belajar
|
4. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar tentang materi yang telah
dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
|
5.
Evaluasi
|
5. Guru
mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
|
6. Memberi penghargaan
|
6. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil kerja
individu dan kelompok.[15]
|
Sumber: Pembelajaran
Kooperatif Karangan Muslimin Ibrahim
D.
Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction (TAI) dalam Pembelajaran
Matematika.
1.
Pengertian Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction (TAI).
Team Accelerated Instruction (TAI) adalah pembelajaran kooperatif yang
dikembangkan oleh Salvin (1985)[16]. TAI
merupakan kombinasi antara keunggulan pembelajaran kooperatif/ kolaboratif
dengan pembelajaran individual. Tipe ini di rancang untuk mengatasi kesulitan siswa belajar individual.
Ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa secara
individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil
belajar individual dibawa ke kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas
oleh anggota kelompok. Setelah
itu dilaksanakan penilaian bersama-sama dalam kelompok. Semua anggota kelompok bertanggung jawab atas
keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama. Penilaian didasarkan pada hasil belajar individual
maupun kelompok.[17]
2.
Komponen-Komponen Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Accelerated
Instruction (TAI)
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team
Accelerated Instruction (TAI) memiliki delapan komponen
pembelajaran yang dapat diikuti seperti uraian di bawah ini.
a.
Placement Test yaitu
pemberian pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar
guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu.
b.
Teams yaitu
pembentukan kelompok heterogen yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa.
c.
Teaching Group
pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok.
d.
Student Creative yaitu
melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan dimana keberhasilan
individu ditentukan olah keberhasilan kelompoknya.
e.
Team Study yaitu
tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru
memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkan.
f.
Team Score and Team Recognition yaitu pemberian score terhadap hasil kerja
kelompok dan memberikan criteria penghargaan
terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang
kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.
g.
Whole-Class Units
yaitu pemberian materi oleh guru diakhir waktu pembelajaran .
3.
Langkah-Langkah Model Pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction (TAI).
Langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif tipe Team Accelerated Instruction (TAI) yang akan diterapkan
dalam pembelajaran nantinya harus mencakup semua komponen pembelajaran yang terdapat dalam model pembelajaran TAI.
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat diikuti seperti dalam
uraian Tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe TAI.
No
|
Langkah-Langkah
Pembelajaran
|
Tahapan
Model Kooperatif
Tipe TAI
|
1.
|
Guru memberikan tes
individual kepada siswa untuk
|
Placement test
|
|
mendapatkan skor awal
atau skor dasar
|
|
2.
|
Guru membentuk beberapa
kelompok. Setiap
|
Teams
|
|
kelompok terdiri dari 4-5
siswa dengan kemampuan
|
|
|
Berbeda
|
|
3.
|
Guru menyiapkan materi
pembelajaran yang akan
|
Teaching group
|
|
diselesaikan oleh siswa
|
|
4.
|
Guru memberikan tugas
kepada siswa untuk
|
Student creative
|
|
mempelajari materi
pembelajaran secara individual
|
|
|
yang sudah dipersiapkan
oleh guru
|
|
5.
|
Hasil belajar siswa
secara individual didiskusikan
|
Team study
|
|
dalam kelompok. Dalam
diskusi kelompok setiap
|
|
|
anggota kelompok saling
memeriksa jawaban teman
|
|
|
satu kelompok
|
|
6.
|
Setiap kelompok
melaporkan keberhasilan kelompok
|
Team study
|
|
dengan mempresentasikan
hasil kerja kelompoknya
|
|
7.
|
Guru memberi penghargaan
kepada kelompok terbaik
|
Team score
and
team
reognition
|
|
berdasarkan perolehan
nilai hasil belajar individual
|
|
|
dan hasil kerja kelompok
|
|
8.
|
Guru memfasilitasi siswa
dalam membuat rangkuman,
|
Whole-class
units
|
|
mengarahkan, dan
memberikan penegasan pada
|
|
|
materi pembelajaran yang
telah dipelajari.
|
|
9.
|
Guru memberikan kuis
secara individual kepada siswa
|
fact test
|
Sumber: Prayito, Model Pembelajaran TAI,
http: //www.prayito.co.cc/MTK/ Model Pembelajaran TAI.12/ 8/ 2008.
4.
Kelebihan dan Kelemahan Model
Pembelajaran Kooperatf Tipe Team Accelerated Instruction (TAI)
Model pembelajaran kooperatif
tipe TAI merupakan model pembelajaran yang mengombinasikan pembelajaran
kooperatif dan pembelajaran individual. Tipe TAI dirancang untuk megatasi
kesulitan siswa belajar secara individual. Model pembelajaran koperatif tipe
TAI memiliki kelebihan dan kelemahan.
Adapun
kelebihan pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah:
a.
siswa yang lemah dapat
terbantu dalam menyelesaikan masalahnya,
b.
siswa yang pandai dapat
mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya,
c.
adanya tanggung jawab dalam
kelompok dalam menyelesaikan
permasalahannya, dan
permasalahannya, dan
d.
siswa diajarkan bagaimana
bekerjasama dalam suatu kelompok.
Kelemahan
pembelajaran kooperatif tipe TAI diantaranya adalah:
a.
tidak ada persaingan antar
kelompok,
b.
siswa yang lemah
dimungkinkan menggantungkan hasil kerja kelompok pada siswa yang pandai, dan
c. waktu yang dibutuhkan
relatif lebih lama.
Cara mengurangi kelemahan dalam pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat
dilakukan antara lain adalah seperti uraian di bawah ini.
a. Agar tetap ada persaingan
antar kelompok, selain diberikan penghargaan untuk kelompok terbaik, sanjungan
dan pujian dapat juga diberikan untuk menarik perhatian siswa. Cara ini dapat
menambah semangat setiap kelompok untuk berlomba menjadi kelompok terbaik.
b. Agar setiap anggota kelompok
terlibat secara aktif dalam menyelesaikan tugas kelompok dan tidak
menggantungkan hasil kerja kelompok pada siswa yang pandai, setiap siswa
diberikan kesempatan yang sama untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok.
Dalam satu kelompok tidak ada yang memimpin atau ketua kelompok sehingga setiap
anggota kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan
kelompoknya. Selain itu guru dapat juga memberikan motivasi bahwa jika dalam
satu kelompok semua anggota kelompok bekerja sama dengan baik hasil kerjanya
akan lebih baik dari pada hanya dikerjakan oleh satu atau dua orang saja.
c. Agar waktu yang dibutuhkan tidak relatif lama,
pada saat pegerjaan tugas secara individu guru bisa membagikan LKS pada hari
sebelumnya sehingga tugas individu bisa dikerjakan dirumah dan pada hari
berikutnya siswa langsung ke tahap diskusi kelompok.
E. Tinjauan Terhadap Materi Pertidaksamaan Kuadrat.
1.
Pengertian Pertidaksamaan Kuadrat.
Materi pertidaksamaan kuadrat
merupakan suatu materi pembelajaran matematika yang diajarkan di Madrasah
Aliyah atau Sekolah Menengah Atas. Materi ini dipelajari oleh siswa kelas X
pada semester I.
Pertidaksamaan kuadrat adalah
pertidaksamaan yang pangkat tertinggi dari variabelnya adalah dua.
Bentuk umum:
<
0; > 0; ≤ 0; atau ≥ 0 dengan konstanta dan ≠ 0.[19]
Contoh.
a. x2 – x – 2
< 0
b. x2 + 2x – 3
c. 2x2 – 11x + 5
> 0
d. x2 – 4x + 3 ≥
0
2. Menentukan
Penyelesaian Pertidaksamaan Kuadrat.
Solusi penyelesaian
pertidaksamaan kuadrat adalah semua x yang memenuhi pertidaksamaan, yaitu jika
digantikan nilai x akan menghasilkan pernyataan benar.
a. Persamaan kuadrat ax2 + bx + c = 0 mempunyai dua akar berbeda.
Jika x1 dan x2
adalah akar-akar persamaan kuadrat ax2+ bx+ c = 0, a > 0 dengan urutan x1 < x2,
maka penyelesaian pertidaksamaan kuadrat dapat dilihat dalam Tabel 2.3 berikut.
Tabel 2. 3 Penyelesaian
Pertidaksamaan Kuadrat dengan Dua Akar yang Berbeda.
Kondisi
Pertidaksamaan: a > 0 dan x1 < x2
|
|
Pertidaksamaan
|
Penyelesaian
|
ax2
+ bx + c = < 0
|
x1
< x < x2
|
ax2
+ bx + c = ≤ 0
|
x1 ≤
x ≤ x2
|
ax2
+ bx + c = > 0
|
x < x1
atau x > x2
|
ax2
+ bx + c = ≥ 0
|
x ≤ x1 atau
x ≥ x2
|
Sumber: Koko Martono,
dkk, Matematika dan Kecakapan Hidup untuk SMA Kelas X, (Jakarta: Ganeca
Exaact, 2007), hal. 49.
b. Persamaan Kuadrat ax2 + bx + c = 0 mempunyai Dua Akar Sama (Kembar)
Jika x1 dan x2
adalah akar-akar persamaan kuadrat ax2 + bx + c = 0, a > 0 ,
dengan x1 = x2 maka penyelesaian pertidaksamaannya dapat
dilihat dalam Tabel 2.4 berikut.
Tabel 2. 4 Penyelesaian Pertidaksamaan Kuadrat dengan Dua
Akar yang Sama
kondisi
pertidaksamaan: a > 0 dan x1 adalah
akar yang sama
|
|
pertidaksamaan
|
Penyelesaian
|
ax2
+ bx + c = < 0
|
tidak ada
x yang memenuhi
|
ax2
+ bx + c = ≤ 0
|
x = x1
|
ax2
+ bx + c = > 0
|
semua x
kecuali x = x1
|
ax2
+ bx + c = ≥ 0
|
semua x
|
Sumber: Koko Martono,
dkk, Matematika dan Kecakapan Hidup untuk SMA Kelas X, (Jakarta: Ganeca
Exaact, 2007), hal. 50.
c. Persamaan Kuadrat ax2 + bx + c = 0, a > 0 tidak mempunyai Akar Real.
Jika persamaan kuadrat ax2 + bx + c = 0, a > 0, D
< 0 tidak mempunyai
akar, maka penyelesaian pertidaksamaannya dapat dilihat dalam Tabel 2.5 berikut
ini.
Tabel 2. 5 Penyelesaian Pertidaksamaan Kuadrat yang Tidak
Mempunyai Akar
Kondisi
Pertidaksamaan: a > 0 dan tidak Mempunyai Akar (D<0)
|
|
Pertidaksamaan
|
Penyelesaian
|
ax2
+ bx + c = < 0
|
tidak ada
x yang memenuhi
|
ax2
+ bx + c = ≤ 0
|
tidak ada
x yang memenuhi
|
ax2
+ bx + c = > 0
|
semua x
|
ax2
+ bx + c = ≥ 0
|
semua x
|
Sumber: Koko Martono,
dkk, Matematika dan Kecakapan Hidup untuk SMA Kelas X, (Jakarta: Ganeca
Exaact, 2007), hal. 51.
3. Menyelesaikan
Pertidaksamaan Kuadrat.
Suatu pertidaksamaan
kuadrat dapat diselesaikan dengan sketsa grafik fungsi kuadrat dan dengan
menggunakan garis bilangan.
a. Menyelesaikan Pertidaksamaan
Kuadrat dengan Sketsa Grafik Fungsi Kuadrat.
Grafik fungsi kuadrat
dapat digunakan untuk menyelesaikan pertidaksamaan kuadrat yang bersangkutan.
Dengan memperhatikan grafik fungsi kuadrat yang berada di atas atau di bawah
sumbu X, maka dapat ditentukan penyelesaian dari pertidaksamaan kuadrat.
Penyelesaian
pertidaksamaan kuadrat dengan menggunakan sketsa grafik fungsi kuadrat dapat
ditentukan melalui langkah-langkah di bawah ini.
1) Menggambar sketsa
grafik fungsi kuadrat f(x) = ax2 + bx + c. Jika ada ditentukan titik potong dengan sumbu
x.
Langkah-langkah
menggambar grafik fungsi kuadrat.
a) Menentukan nilai diskriminan.
b) Menentukan titik potong fungsi
kuadrat dengan sumbu x.
c) Menentukan titik potong fungsi
kuadrat dengan sumbu y.
d) Menentukan koordinat titik puncak.
2) Berdasarkan sketsa
grafik fungsi kuadrat, dapat dilihat bagian fungsi kuadrat yang berada di atas
sumbu x dan bagian fungsi kuadrat yang berada di bawah sumbu x.
Contoh.
1. Tentukan himpunan penyelesaian
pertidaksamaan kuadrat x2 – x – 2 < 0!
Penyelesaian:
Langkah 1
Untuk menggambar sketsa
grafik fungsi kuadrat f(x) = x2 – x – 2, maka ditentukan:
a. nilai diskriminan.
D = b2 – 4ac
= (-1)2 – 4 (1)(-2)
= 1 + 8
= 9 > 0
f(x) = x2 – x – 2 memiliki titik potong dengan sumbu x.
b. titik potong dengan
sumbu x, maka y = 0
x2 – x – 2
= 0
(x + 1) (x – 2) = 0
x = - 1 atau x = 2
titik potongnya adalah
(- 1, 0) dan (2, 0)
c. titik potong dengan
sumbu y, maka x = 0
y = x2 – x
– 2
y = (0)2 –
0 – 2
y = - 2
titik potongnya adalah
(0, - 2)
d. koordinat titik puncak
Gambar grafik fungsi
kuadrat f(x) = x2 – x – 2 adalah sebagai berikut.
f(x) = y
y > 0 f(x)
= x2 – x - 2
|
|
|
Himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan kuadrat x2 – x – 2 < 0 adalah
2. Tentukan himpunan penyelesaian dari
pertidaksamaan x2 – 6x +9 ≤ 0!
Penyelesaian:
Langkah
1
Untuk menggambar
sketsa grafik fungsi kuadrat f(x) = x2 – 6x + 9,
maka ditentukan:
a. nilai diskriminan.
D = b2 – 4ac
= (-6)2 – 4 (1)(9)
= 36 -
36
=
0
f(x) = x2 – 6x + 9 memiliki titik singgung dengan sumbu
x.
b. titik singgung dengan sumbu x, maka
y = 0
x2
– 6x + 9 = 0
(x – 3)
(x – 3)= 0
x= 3
Grafik
menyinggung sumbu x di titik (3, 0).
c. titik potong dengan sumbu y, maka x
= 0
y = x2
– 6x + 9
y = (0)2
– 6(0) + 9
y = 9
Titik potong
dengan sumbu y adalah (0, 9).
Gambar grafik
fungsi kuadrat f(x) = x2 – 6x + 9 adalah sebagai berikut:
f(x)
= y
|
|
Gambar
2. 2 Grafik Fungsi Kuadrat f(x) = x2 – 6x + 9,
Himpunan penyelesaian dari
pertidaksamaan kuadrat x2
– 6x + 9 ≤ 0 adalah
3. Tentukan himpunan penyelesaian dari
pertidaksamaan x2 + x + 2 > 0
Penyelesaian.
Langkah 1.
Untuk menggambar sketsa grafik fungsi kuadrat f(x)
= x2 + x + 2 > 0, maka:
a. nilai diskriminan
D = b2 – 4ac
D = 12 – 4 (1) (2)
D = 1 – 8
D = - 7 < 0
Karena D < 0 maka grafik fungsi kuadrat tidak
memotong maupun menyinggung sumbu x.
b. titik potong dengan sumbu y, maka x
= 0
y = x2 + x + 2
y = 2
Titik potong dengan sumbu y adalah (0, 2)
c. koordinat titik puncak
Gambar grafik fungsi kuadrat f(x) = x2 +
x + 2 adalah sebagai berikut.
f(x) = y
f(x) = x2
+ x + 2
y > 0 2
|
|
|
y < 0
Gambar 2. 3 Grafik Fungsi Kuadrat f(x) =
x2 + x + 2,
Himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan x2
+ x + 2 > 0 adalah
Hubungan
antara grafik fungsi kuadrat dan penyelesaian pertidaksamaan kuadrat adalah:
1) penyelesaian pertidaksamaan
kuadrat ax2 + bx + c < 0 adalah interval nilai x ketika
bagian grafik f(x) = ax2 + bx + c berada di bawah sumbu x,
2) penyelesaian pertidaksamaan
kuadrat ax2 + bx + c ≤ 0 adalah interval nilai x ketika
bagian grafik f(x) = ax2 + bx + c berada pada dan di bawah
sumbu x,
3) penyelesaian pertidaksamaan
kuadrat ax2 + bx + c > 0 adalah interval nilai x ketika
bagian grafik f(x) = ax2 + bx + c berada di atas sumbu x, dan
4) penyelesaian pertidaksamaan
kuadrat ax2 + bx + c ≥ 0 adalah interval nilai x ketika
bagian grafik f(x) = ax2 + bx + c berada pada dan di atas
sumbu x.[20]
b. Menyelesaikan Pertidaksamaan
Kuadrat dengan Menggunakan Garis Bilangan.
Secara umum cara
menyelesaikan pertidaksamaan kuadrat dengan menggunakan garis bilangan dapat
diikuti melalui langkah-langkah berikut.
1)
Menentukan nilai
diskriminan.
2)
Menentukan nilai-nilai
titik kritis (jika ada) dari ax2 + bx + c.
3)
Menggambar nilai
titik-titik kritis yang diperoleh pada garis bilangan, sehingga diperoleh
interval-interval.
4)
Menentukan
nilai-nilai interval dengan mensubtitusikan nilai uji yang berada dalam
masing-masing interval.
5)
Berdasarkan
tanda-tanda interval yang diperoleh, maka dapat ditetapkan interval yang
memenuhi.[21]
Contoh.
1. Tentukan hinpunan penyelesaian
pertidaksamaan kuadrat x2 – x – 2 < 0!
Penyelesaian.
Langkah 1
a. Nilai diskriminan.
D = b2 – 4ac
= (-1)2 – 4 (1)(-2)
= 1 + 8
= 9 > 0
x2 – x – 2 = 0 memiliki dua titik kritis.
b. Menentukan nilai titik kritis
x2 – x – 2
= 0
(x + 1) (x – 2) = 0
x = - 1 atau x = 2
Langkah 2
Menggambar nilai titik kritis yang diperoleh dilangkah 1
pada garis bilangan. Seperti pada gambar garis bilangan berikut:
x = - 1 x = 2
|
|
Gambar 2. 4 Nilai Titik Kritis dari x2
– x – 2 < 0
Gambar 2. 4 tersebut
membagi garis bilangan menjadi 3 bagian yaitu
x < - 1, - 1 < x
< 2, dan x > 2.
Langkah 3.
Tentukan nilai interval
dengan mensubtitusikan nilai uji dalam tiap interval. Seperti dalam Tabel 2.6 berikut.
Tabel
2. 6 Hasil Nilai Uji Pertidaksamaan Kuadrat x2 – x – 2 < 0
interval
|
Nilai uji
|
Nilai x2 – x – 2
|
x < - 1
|
x = - 2
|
(- 2)2 – (-2) – 2 = 4 > 0
|
- 1 < x < 2
|
x = 0
|
(0)2 – (0) – 2 = - 2 < 0
|
x > 2
|
x = 3
|
(3)2 – (3) – 2 = 4 > 0
|
Berdasarkan Tabel 2.6 tanda-tanda interval ditulis pada interval yang
sesuai seperti gambar di bawah ini:
x2 – x – 2 > 0
x2 – x – 2 < 0 x2
– x – 2 > 0
|
|
Gambar 2. 5 Daerah
Penyelesaian dari Pertidaksamaan Kuadrat
x2 – x –2<0
Dari Gambar
2. 5 dan dari Tabel 2. 6, interval yang memenuhi pertidaksamaan kuadrat x2
– x – 2 < 0 adalah – 1 < x < 2 .
Himpunan penyelesaiannya adalah .
2. Tentukan himpunan penyelesaian dari
pertidaksamaan x2 – 6x + 9
≤ 0
Penyelesaian.
Langkah
1.
a. Nilai diskriminan.
D = b2 – 4ac
= (-6)2 – 4 (1)(9)
= 36 -
36
=
0
x2 – 6x + 9= 0 memiliki satu titik kritis.
b. Menentukan nilai titik kritis.
x2
– 6x + 9 = 0
(x – 3)
(x – 3)= 0
x= 3
Langkah
2
Menggambar
nilai titik kritis yang diperoleh di langkah 1 pada garis bilangan. Seperti
gambar garis bilangan berikut.
x = 3
0
1 2 3
4 5
Gambar 2.6 Nilai Titik Kritis dari Pertidaksamaan
Kuadrat x2 – 6x + 9 ≤ 0.
Gambar
2. 6 tersebut membagi garis bilangan menjadi dua bagian yaitu
x ≤ 3
dan x ≥ 3.
langkah
3.
Menentukan
nilai interval dengan mensubtitusikan nilai uji dalam tiap interval seperti
dalam Tabel 2.7 berikut.
Tabel 2. 7 Hasil Nilai Uji
Pertidaksamaa Kuadrat x2 – 6x + 9 ≤ 0
interval
|
Nilai uji
|
Nilai x2 – 6x + 9
|
x ≤ 3
|
x = 2
|
(0)2 – 6(0) + 9 = 9 > 0
|
x ≥ 3
|
x = 4
|
(4)2 – 6(4) + 9 = 1 > 0
|
Berdasarkan Tabel 2.
7 tanda-tanda interval ditulis pada interval yang sesuai seperti gambar di
bawah ini.
x2 – 6x + 9 ≤ 0
-1 0 1
2 3 4 5
Gambar 2.7 Daerah Penyelesaian dari Pertidaksamaan
Kuadrat x2 – 6x + 9 ≤0
Dari Gambar
2.7 dan Tabel 2.7, interval yang memenuhi pertidaksamaan kuadrat x2
– 6x + 9 ≤ 0 adalah x = 3. Himpunan penyelesaiannya adalah
3. Tentukan himpunan penyelesaian dari
pertidaksamaan x2 + x + 2
> 0
Penyelesaian.
Langkah 1.
x2 + x + 2 = 0
nilai
diskriminan D = b2 – 4ac
D = 12
– 4 (1) (2)
D = 1 –
8
D = - 7
< 0
Karena D < 0 maka tidak mempunyai titik kritis.
Akibatnya penyelesaian tidak membagi garis bilangan menjadi beberapa bagian.
Langkah 2
Penyelesaian x2 + x + 2 > 0 tidak
tergantung pada nilai titik uji yang dipilih. Dengan demikian x2
+ x + 2 akan memiliki tanda yang sama sepanjang garis bilangan.
Untuk lebih jelasnya subtitusikan sembarang bilangan real pada pertidaksamaan x2
+ x + 2 > 0 seperti dalam Tabel 2.8 berikut.
Tabel 2. 8 Hasil Nilai Uji Pertidaksamaan Kuadrat x2
+ x + 2 > 0
Nilai uji
|
Nilai x2 + x + 2
|
x = - 1
|
(-1)2 + (-1) + 2 = 2 > 0
|
x = 0
|
(0)2 + 0 + 2 = 2 > 0
|
x = 1
|
(1)2 + 1 + 2 = 4 > 0
|
Berdasarkan
Tabel 2. 8 penyelesaian pertidaksamaan
kuadrat
x2
+ x + 2 > 0 dapat
dilihat dalam garis bilangan berikut ini.
x2
+ x + 2 > 0
-3 -2
-1 0 1
2 3
Gambar 2.8 Daerah Penyelesaian dari Pertidaksamaan
Kuadrat x2 + x+2 >0
Berdasarkan Gambar 2.
8 dan Tabel 2. 7, maka setiap bilangan real adalah penyelesaian dari
pertidaksamaan kuadrat x2
+ x + 2 > 0. Himpunan penyelesaiannya adalah
F.
Model Kooperatif
Tipe Team Accelerated Instructional
(TAI) pada Materi Pertidaksamaan Kuadrat.
Untuk menyusun rencana
pembelajaran matematika dengan model pembelajara kooperatif tipe TAI, perlu
diperhatikan beberapa langkah yang sekaligus merupakan kriteria evaluasi
implementasi proses belajar mengajar dalam menggunakan model pembelajaran ini.
Adapun langkah-langkahnya
dapat dilihat dalam Tabel 2.9 berikut.
Tabel 2. 9 Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction (TAI) pada Materi
Pertidaksamaan kuadrat.
No
|
Langkah-langkah
Pembelajaran
|
Tahapan
Pembelajaran Kooperatif tipe TAI
|
A.
|
Pendahuluan
|
|
|
Apersepsi.
|
|
|
1. Guru memperkenalkan model pembelajaran kooperatif tipe
TAI
|
|
|
2. Melalui tanya jawab, guru mengecek pemahaman awal siswa.
|
Placement Test
|
|
Motivasi.
|
|
|
1. Guru mengkomunikasikan tujuan pembelajaran dan hasil
belajar yang diharapkan akan dicapai siswa
|
|
|
2. Apabila materi ini dikuasai dengan baik maka akan dapat membantu siswa menyelesaikan masalah yang ditemui selama
proses pembelajaran
|
|
B.
|
Kegiatan Inti
|
|
|
1.
Siswa duduk
dalam kelompok belajar masing-masing yang sudah dibentuk pada pertemuan
sebelumnya. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan kemampuan berbeda.
|
Teams
|
|
2. Melalui tanya jawab, siswa diingatkan kembali tentang
pengertian persamaan kuadrat dan pertidaksamaan linear.
|
Teaching group
|
|
3. Siswa
yang ada pada setiap kelompok diminta untuk memberikan satu contoh
pertidaksamaan linear dan persamaan kuadrat.
|
Teaching group
|
|
4. Guru membagikan LKS kepada setiap siswa untuk
dikerjakan secara indivudu terlebih dahulu.
|
Student creative
|
|
5. Hasil
kerja individu didiskusikan dalam kelompok masing-masing dengan cara saling
mengoreksi hasil kerja teman sekelompok.
|
Team study
|
|
6. Selama proses diskusi berlangsung, guru
memberikan bimbingan terbatas kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan LKS.
|
Teaching group
|
|
7. Perwakilan kelompok diminta untuk
mempresentasikan hasil diskusinya.
|
Team study
|
|
8. Kelompok
yang lain menanggapi.
|
Team study
|
C.
|
Penutup
|
|
|
1. Dengan bimbingan guru siswa diminta membuat
kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari.
|
Teaching group
|
|
2. Memberikan pujian kepada kelompok yang aktif
dalam pembelajaran dan memberi semangat kepada kelompok lain.
|
Team score and team recognition
|
|
3. Guru menegaskan kembali kesimpulan tentang
materi yang telah dipelajari.
|
Whole-class units
|
|
4. Guru memberikan kuis secara individual kepada
siswa.
|
Fact test
|
Sumber: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang disesuaikan dengan Komponen Model pembelajaran Kooperatif Tipe TAI.
[7] Rohman Nata Wijaya, Pengajaran
Remedial untuk SPG, (Jakarta: departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2000),
hal. 54.
[10]
Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di
Indonesia, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, 2000), hal. 43.
[11]
Badan Standar Nasional Pendidikan, Panduan
Penyusun KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, (Jakarta: 2006), hal.
388
[13] Rahma Johar, dkk, Strategi
Belajar Mengajar, (Banda Aceh: Universitas syiah Kuala, 2006), hal. 31
[17]Rachmadi Widdidarto, Model-Model
Pembelajaran Matematika, (Yogyakarta: Depdiknas, 2004), hal. 27.
[18] Prayito, Model
Pembelajaran TAI, http: //www.prayito.co.cc/MTK/ Model Pembelajaran TAI/
12/8/2008.
[19] Sukino, Matematika
untuk ………………….,hal. 215
[20] Marthen Kanginan, Cerdas
Belajar Matematika untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah, (Jakarta:
Grafindo Media Pratama, 2005), hal. 107.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar