View My Stats

Sabtu, 21 Januari 2012

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP GEOMETRI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MENGGUNAKAN MEDIA BENDA KONGKRET DAN LEMBAR KERJA SISWA


PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP GEOMETRI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MENGGUNAKAN MEDIA BENDA KONGKRET DAN LEMBAR KERJA SISWA

Oleh
Suhariyanto, S.Pd.
 (Guru SMPN 4 Tulang Bawang Tengah)

 

ABSTRAK

Pelajaran matematika merupakan salah satu pelajaran yang dianggap sangat sulit dibanding dengan pelajaran-pelajaran lain.  Guru harus professional dalam memahami dan mengerti materi maupun metode dan cara penyampaian pembelajaran matematika.  Guru matematika diharapkan lebih kreatif dalam merencanakan pembelajaran matematika.  Sehingga proses pembelajaran menjadi suatu kegiatan yang bermakna bagi siswa.  Hal ini sangat penting dan harus dipahami oleh Sehingga pelajaran matematika tidak lagi menjadi pelajaran yang jenuh dan membosankan bagi siswa.  Salah satu elternatifnya adalah model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan media benda benda kongkrit dan lembar kegiatan siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif menggunakan media benda benda kongkrit dan lembar kegiatan siswa dapat meningkatan aktifitas siswa dalam belajar, pemahaman konsep geometri dan meningkatan hasil belajar siswa.
Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus, dengan menerapkan pendekatan kontekstual melalui model pembelajaran kooperatif menggunakan media benda benda kongkrit dan lembar kegiatan siswa.
Ruang lingkup materi yang diajarkan dalam penelitian tindakan kelas ini mengacu pada Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran Matematika kelas 2 semester 2.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMPN 4 Tulang Bawang Tengah pada siswa kelas 2 semester 2 tahun pelajaran 2006/2007.  Dari sebanyak 6 kelas paralel di kelas 2 tersebut diambil 2 kelas sebagai sample yaitu :kelas 2.b sebanyak 39 siswa dan kelas 2.c sebanyak 38 siswa.
Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui lembar obserfasi dan test tertulis. Data yang dikumpulkan adalah data nilai hasil belajar yang diperoleh dari hasil tes tertulis maupun lisan, serta data tentang aktifitas siswa yang berupa nilai aktifitas dan keterlibatan siswa dalam satu proses pembelajaran yang diperoleh dari hasil pengamatan terhadap hasil kerja siswa.
Hasil yang diperoleh pada siklus 3 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai dan aktifitas yang signifikan.  Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif menggunakan media benda benda kongkrit dan lembar kegiatan siswa  sangat berpengaruh pada proses pemahaman siswa terhadap konsep yang diajarkan.



BAB 1
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
             Adanya Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang tertuang dalan Peraturan Pemerintah (PP) No.19 tahun 2005 yang menetapkan 8 komponen Standar Pendidikan, berimplikasi pada arah kebijakan pengembangan kurikulum yang diwujudkan dalam Peraturan Menteri No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) dan Peraturan Menteri No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL).  Dalam upaya melaksanakan kebijakan pemerintah tersebut guru dituntut untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkompeten guna mengimplementasikan kebijakan pemerintah tersebut dalam tugasnya sebagai tenaga kependidikan yaitu melaksanakan prose pembelajaran di kelas.
Kenyataan membuktikan bahwa kualitas pembelajaran kita umumnya masih rendah, terutama pada bidang studi matematika.  Pengalaman beberapa guru berpendapat bahwa, beberapa siswa menganggap pelajaran matematika merupakan salah satu pelajaran yang sangat sulit dibanding dengan pelajaran-pelajaran lain.  Hal inilah yang mengakibatkan pelajaran matematika menjadi pelajaran yang membosankan dan paling tidak disukai oleh siswa.
            Banyak orang yang tidak menyadari bahwa dalam setiap perkembangan ilmu pengetahua dan teknologi tidak terlepas dari hasil pemikiran matematika. Pada setiap pengembangan ilmu sosial, ekonomi, teknik, arsitektur, perdagangan, science dan lain-lain, semuanya itu tidak akan dapat berkembang tanpa didukung oleh ilmu matematika.  Mengapa banyak orang tidak menyadari tentang hal itu?, salah satu jawabannya adalah karena masyarakat dan siswa bahkan gurunya sendiri belum memahami tentang apa dan bagaiman matematika itu yang sebenarnya.  Hal inilah yang berakibat matematika menjadi pelajaran yang tidak menarik dan membosankan.
            Untuk memberi pemahaman tentang apa dan bagaimana serta untuk apa pelajaran matematika yang sebenarnya disinilah fungsi guru sangat berperan. Guru harus professional, memahami dan mengerti materi maupun metode dan cara penyampaian pembelajaran matematika.  Apabila pemahaman guru tentang matematika kurang baik, hal ini berakibat penggunaan matematika sebagai wahana pendidikan menjadi tidak tercapai dengan baik seperti yang diharapkan. Matematika sebagai wahana pendidikan tidak hanya untuk mencerdaskan siswa saja, tetapi juga untuk membentuk kepribadian siswa dengan ketrampilan tertentu. Selain itu juga dapat mengembangkan sikap berfikir kritis, kreatif, logis, rasional dan sistemasis serta kemampuan bekerja sama dengan lingkungan secara efektif.
            Profesionalisme guru merupakan fartor utama dalam upaya pengembangan pembelajaran matematika.  Penguasaan guru terhadap materi yang akan diajarkan serta bagaimana cara mengajarkannya kepada siswa sehingga pembelajaran menjadi suatu kegiatan yang menyenangkan merupaka suatu seni dan kiat tersendiri yang harus dikuasai oleh guru.  Hal ini berarti bahwa guru yang telah mahir dan menguasai matematika belum tentu dengan sendirinya dapat melaksanakan pembelajaran yang baik dan efektif  kepada siswa dengan hasil yang maksimal.  Tetapi masih harus didukung dengan analisa metode dan pendekatan apa yang harus digunakan.  Sehingga proses pembelajaran menjadi suatu kegiatan yang bermakna bagi siswa.  Hal ini sangat penting dan harus dipahami oleh guru matematika agar lebih kreatif dalam merencanakan pembelajaran matematika.  Sehingga pelajaran matematika tidak lagi menjadi pelajaran yang jenuh dan membosankan bagi siswa.
Keberhasilan suatu pembelajaran ditentukan oleh berbagai faktor diantaranya kurikulum, metode mengajar, bimbingan dan evaluasi yang baik. Belajar bermakna merupakan proses belajar dimana informasi dan pengetahua baru dihubungkan dengan struktur yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar.  Dengan demikian dalam suatu pembelajaran akan terjadi proses belajar yang bermakna bagi siswa, apabila konsep atau materi yang dipelajari siswa disajikan dalam bentuk masalah yang kontektual.  Selain dari penyajian masalah yang bersifat kontekstual tentu juga perlu penggunaan metode mengajar yang berfariasi disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.  Media dan alat bantu mengajar juga menjadi salah satu faktor penting yang sangat menentukan dalam keberhasilan proses pembelajaran. 
Dalam proses pembelajaran sering kali timbul permasalahan bahwa siswa kurang memiliki daya tangkap yang baik terhadap materi yang diajarkan.  Juga banyak siswa yang kesulitan dalam membayangkan benda-benda atau kejadian-kejadian berhubungan dengan materi yang diajarkan.
Dari latar belakang tersebut perlu dicari satu solusi alternatif metode mengajar yang afektif dalam melaksanakan proses pembelajaran matematika di kelas.  Salah satu elternatifnya adalah model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan media benda benda kongkrit dan lembar kegiatan siswa.
B.     Ruang Lingkup
            Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMPN 4 Tulang Bawang Tengah pada siswa kelas 2 semester 2 tahun pelajaran 2006/2007.  Dari sebanyak 6 kelas paralel di kelas 2 tersebut diambil 2 kelas sebagai sample yaitu :
1.       kelas 2.b sebanyak 39 siswa; dan
2.       kelas 2.c sebanyak 38 siswa.
Ruang lingkup materi yang diajarkan dalam penelitian tindakan kelas ini mengacu pada Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran Matematika kelas 2 semester 2, dengan cakupan materi terdapat pada Lampiran 1: Pemetaan Materi dan Format penilaian dan Lampiran 2 : Standar Ketuntasan Minimum (SKM).
C.     Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:
1.       Untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif menggunakan media benda benda kongkrit dan lembar kegiatan siswa dapat meningkatan aktifitas siswa dalam belajar,
2.       Untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif menggunakan media benda benda kongkrit dan lembar kegiatan siswa dapat meningkatan pemahaman konsep geometri,
3.       Untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif menggunakan media benda benda kongkrit dan lembar kegiatan siswa dapat meningkatan hasil belajar siswa.
D.     Sajian Definisi Serta Landasan Teori
Pembelajaran Kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran Kooperatif mempunyai 3 tujuan penting yaitu:
1.       Hasil belajar akademik, bertujuan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas akademik;
2.       Penerimaan terhadap keragaman, bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagaimacam latar belakang yang berbeda;
3.       Pengembangan ketrampilan sosial, bertujuan mengembangkan ketrampilan sosial siswa dalam bekerja sama, aktifitas bertanya dan mengemukakan ide.
Langkah-langkah dalam model pembelajaran Kooperatif:
Fase ke-
Indikator
Aktivitas/Kegiatan Guru
1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa
2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan demonstrasi atau bahan bacaan
3
Mengorganisasi siswa dalam kelompok belajar
Guru menjelaskan bagaimana cara membentuk kelompok dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
4
Membimbing kelompok belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja
6
Memberikan penghargaan
Guru memberi penghargaan terhadap upaya atau hasil belajar secara individu atau kelompok
(Materi Pelatihan Terintegrasi MTK-26, 2004, halaman 4).
Guru sangat berperan dalam menentukan keberhasilan suatu proses pembelajaran.  Terutama dalam pemilihan metode mengajar, penggunaan dan pemilihan alat peraga serta sarana pembelajaran yang tepat.  Dalam karyanya yang berjudul “Aktualisasi Metematis Lewat Alat Peraga dan Permainan Matematika”, Heri Agus Susanto mengatakan:
“Anak-anak akan lebih besar minatnya dalam matematika bila pelajaran itu disajikan dengan baik dan menarik. Dengan menggunakan alat peraga matematika dan diselingi dengan permainan matematika dalam proses belajar mengajar maka anak akan lebih tertarik dalam matematika.” (Noktah,04/1991, halaman 23)

Pendapat lain mengatakan bahwa penggunaan media sangat diperlukan dalam pembelajaran matematika terutama pada materi geometri.
“….., Geometri harus diberikan secara informal, banyak menggunakan alat peraga yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.”
“Setelah mereka (siswa) berkenalan dengan benda-benda di alam sekitar, mulailah dengan modelnya(alat peraga bentuk/benda geometri).  Kemudian mulailah dengan yang lebih abstrak, yaitu gambarnya.” (E.T. Ruseffendi, 1985, hal.42-43).


Agar pembelajaran matematika menjadi suatu kegiatan yang bermakna, maka metode pengajaran dapat dilaksanakan melalui program yang populer dengan istilah PAKEM (Pembelajaran Aktip Kreatif Efektif dan Menyenangkan).  
Selain itu penerapan prinsip belajar sambil berbuat (Learning by Doing) amatlah penting dalam pembelajaran matematika.  Hal ini sangat membantu dalam proses konstrutifisme pemikiran siswa terhadap konsep yang diajarkan. Siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep yang diajarkan jika siswa tersebut langsung berbuat dan melakukan praktek atau eksperinen.  Sebagaimana dikemukakan dalam pendapat berikut:
“Belajar akan efektif bila dilakukan dengan dibarengi melakukan kegiatan.
Upaya meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar dapat dilakukan oleh guru melalui:
  1. penataan pola komunikasi dalam proses belajar mengajar;
  2. penataan ruang kelas;
  3. penerapan prinsip belajar sambil berbuat.
(Drs. H. Moh. Ali, CBSA,1988)

Selain mempunyai fungsi sebagai sarana untuk mempermudah daya tangkap siswa, media pendidikan juga mempunyai sejumlah nilai-nilai praktis, Sebagaimana dikemukakan oleh Oemar Hamalik, yaitu:
1.       Media pendidikan melampaui batas pengalaman pribadi siswa;
2.       Media pendidikan melampaui batas-batas ruang kelas;
3.       Media pendidikan memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara siswa dan lingkungannya;
4.       Media pendidikan memberikan uniformitas/kesamaan dalam pengamatan;
5.       Media pendidikan akan memberi pengertian konsep yang sebenarnya secara realistis dan teliti;
6.       Media pendidikan membangkitkan motifasi dan merangsang kegiatan belajar;
7.       Media pendidikan membangkitkan keinginan dan minat-minat yang baru;
8.       Media pendidikan akan memberikan pengalaman yang menyeluruh.
(Oemar Hamalik, Media Pendidikan, 1980, halaman 27-28)


Dalam pembelajaran di sekolah, matematika memiliki hakekat dan karakteristik sebagai berikut:
1.       Matematika sebagai kegiatan penelusuran pola dan hubungan;
2.       Matematika sebagai kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi dan penemuan;
3.       Matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah (problem solving);
4.       Matematika sebagai alat berkomunikasi;
Sedangkan tujuan pembelajaran matematika adalah sebagai berikut:
1.       Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen;
2.       Mengembangkan kreatifitas yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan;
3.       Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah;
4.       Mengembangkan kemampuan informasi dan komunikasi dalam menyampaikan ide atau gagasan.

Berdasarkan haltersebut menjadi perlu diperhatikan bahwa tujuan pembelajaran matematika tidak hanya didominan kognitif saja, tetapi juga mempunyai tujuan yang bersifat formal.  Hal ini dikarenakan matematika juga diperlukan dalam pemikiran di bidang kerja yang tidak langsung menggunakan rumus-rumus matematika.  Untuk itu diperlukan adanya perencanaan pembelajaran matematika yang didalamnya mengembangkan nilai-nilai afektif.

 


 

BAB II

LAPORAN YANG DILAKUKAN
A.     Penyusunan Program Pembelajaran
Tahap awal dari penelitian tindakan kelas ini adalah menyusun perangkat pembelajaran kelas 2 semester 2 tahun pelajaran 2006/2007.  Penyusunan program pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.       Melakukan analisis materi yang terdapat pada Standar Isi KTSP mata pelajaran matematika yaitu dengan membuat pemetaan materi dan format penilaian, (terlampir).
2.       Menyusun standar ketuntasan minimal, (terlampir).
3.       Menyusun rencana alokasi waktu program pembelajaran kelas 2 semester 2 tahun pelajaran 200/2007, (terlampir).
4.       Menyusun pengembangan silabus pembelajaran kelas 2 semester 2 tahun pelajaran 200/2007, (terlampir).
5.       Menyusun rencana program pembelajaran (RPP) pada setiap siklus 1 siklus 2 dan siklus 3 (terlampir).
6.       Menyusun lembar kegiatan siswa, (terlampir).
7.       Menyiapkan instrumen, alat dan bahan serta sumber belajar.
8.       Menyusun soal-soal tes penilaian, (terlampir).



Materi yang akan disampaikan dalam program pembelajaran disusun dalam 3 siklus yaitu:

SIKLUS
STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
1
Menentukan unsur, bagian lingkaran serta ukurannya
1.   Menentukan unsur dan bagian-bagian lingkaran
2.   Menghitung keliling dan luas lingkaran
3.   Menggunakan hubungan sudut pusat, panjang busur, luas juring dalam pemecahan masalah
2
Menentukan unsur, bagian lingkaran serta ukurannya
4.   Menghitung panjang garis singgung persekutuan dua lingkaran
5.   Melukis lingkaran dalam dan lingkaran luar suatu segi tiga.
3
Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas dan bagian-bagiannya serta menentukan ukurannya
1.   Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas serta bagian-bagiannya.
2.   Membuat jarring-jaring kubus, balok, prisma dan limas.
3.   Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok prisma dan limas.

Dalam penyusunan program rencana pembelajaran (RPP) pada siklus 2 dan 3 harus mengacu pada hasil yang diperoleh dapa siklus sebelumnya. Dari data nilai hasil belajar dan aktifitas siswa yang diperoleh pada setiap siklus dievaluasi dan dianalisis.  Hasil evaluasi dan analisis tersebut kemudian digunakan untuk menentukan langkah-langkah program pembelajaran dalam siklus berikutnya. 
B.     Pelaksanaan Pembelajaran
Pada tahap palaksanaan ini guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan program rencana pembelajaran yang telah disusun.  Dalam pelaksanaan pembelajaran guru berupaya menggunakan berbagai media pembelajaran berupa benda-benda kongkret yang ada dilungkungan sekitar sekolah.  Selain itu siswa juga diupayakan untuk diajak menciptakan media dan alat peraga pembelajaran. Media dan alat peraga benda-benda kongkret yang digunakan diupayakan adalah benda-benda kongkret yang dapat dibawa dan dipraktekan di dalam kelas. 
Pada setiap pembelajaran guru juga memotifasi siswa dengan memberi tugas-tugas pengamatan atau praktek lapangan sesuai dengan konsep materi yang diajarkan.  Pemberian tugas tersebut dapat berupa tugas-tugas mandiri atau tugas kelompok.  Hasil yang diperoleh dalam setiap siklus kemudian dievaluasi untuk menentukan langkah-langkah kegiatan pada siklus berikutnya. Proses pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas ini dibagi kedalam 3 silkus yaitu:
1.       Siklus 1:
Proses pembelajaran pada siklus 1 ini membahas materi tentang unsur dan bagian lingkaran, keliling dan luas lingkaran, sudut pusat dan sudut keliling serta panjang busur dan lua juring.  Pada silkus ini pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode demonstrasi, diskusi dan kerja kelompok.  Setelah guru memotivasi dengan menyampaikan informasi tentang lingkaran, siswa kemudian dibagi menjadi 8 kelompok yang masing-masing kelompok beranggotakan 4 atau 5 orang.
Masing-masing kelompok tersebut kemudian melakukan kegiatan mengikuti petunjuk yang ada dalam lembar kegiatan siswa.  Media dan alat peraga yang digunakan adalah benda-benda kongkrit yang ada di lingkungan anak setiap hari, antara lain: VCD, uang logam (coin), pipa paralon, Kaleng, bambu dan lain-lain.  Setelah selesai mengerjakan LKS mesing-masing kelompok mempresentasikan dan menjelaskan hasil kerja kelompoknya di hadapan teman-teman kelompok yang lain.  Pada kegiatan akhir guru memandu siswa untuk menyimpulkan hasil kegiatan diskusi kelompoknya masing-masing.
2.       Siklus 2
Pada siklus ini materi yang dibahas adalah tentang garis singgung persekutan dua lingkaran, lingkaran dalam dan lingkaran luar segitiga.  Pada silkus ini proses pembelajaran lebih ditekankan pada proses analisis dan penalaran dan komunikasi.  Setelah guru memotivasi dengan menyampaikan informasi tentang garis singgung lingkaran, siswa kemudian dibagi menjadi 8 kelompok yang masing-masing kelompok beranggotakan 4 atau 5 orang.
Selain di dalam kelas, untuk tugas-tugas pengamatan tertentu pembelajaran juga dapat berlangsung di luar kelas.  Hal ini diupayakan agar siswa mengamati dan menemukan langsung segala sesuatu secara kongkrit dan nyata.  Hasil pengamatan yang diperoleh di luar kelas kemudian dianalisis dan didiskusikan secara kelompok.  Setelah selesai berdiskusi kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan dan menjelaskan hasil kerja kelompoknya di hadapan teman-teman kelompok yang lain.  Pada kegiatan akhir guru memandu siswa untuk menyimpulkan hasil kegiatan diskusi kelompoknya masing-masing.
3.   Siklus 3
Pada siklus ini materi yang dibahas adalah bangun ruang sisi datar kubus, balok, prisma dan limas.  Pada silkus pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual dengan pemodelan dan kerja kelompok.  Siswa diajak lebih berperan aktip untuk berkarya, menghasilkan suatu produk yang bisa dijadikan sebagai media dan alat peraga pembelajaran dari bahan bahan yang mudah diperoleh.
Beberapa produk yang dihasilkan antara lain:
-   Membuat kerangka kubus, balok, limas dan prisma dari sedotan;
-   Membuat berbagai model kubus, balok, limas dan prisma dari bahan karton;
-   Membuat berbagai bentuk jaring-jaring kubus, balok limas dan prisma dari bahan karton.
Dengan alat peraga yang dibuat sendiri, siswa dapat dengan mudah memfisualisasikan soal-soal cerita kedalam benda-benda kongkrit.  Sehingga pemahaman siswa tentang berbagai permasalahan bangun ruang dalam kehidupan sehari-hari dapat lebih mudah dipahami.
C.     Penilaian hasil Pembelajaran
Penilaian adalah satu proses kegiatan untuk mengukur ketercapaian dari suatu tujuan pembelajaran. Ada dua jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, yaitu;
1.  Data nilai hasil belajar yaitu:
-   Nilai yang diperoleh dari hasil tes baik tertulis maupun lisan.
-   Nilai yang diperoleh dari hasil pengamatan terhadap hasil kerja siswa.
2.  Data tentang aktifitas siswa yaitu
-   Nilai aktifitas dan keterlibatan siswa dalam satu proses pembelajaran.
-   Aktifitas siswa dapat berupa: bertanya, menjawab, mendemonstrasikan, menejaskan dan menguraikan konsep materi, menyimpulkan dan lain-lain
-   Pengambilan data disusun dalam sebuah rubrik penilaian.
Proses penilaian hasil pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas ini disusun di dalam pemetaan materi dan format penilaian.  Aspek yang dinilai dalam proses pembelajaran, terdiri dari 3 aspek yaitu:
1.       Penanaman konsep,
2.       Penalaran dan komunikasi,
3.       Pemecahan masalah.
Bentuk penilaian yang digunakan adalah:
1.       Test tertulis,
2.       Unjuk kerja,
3.       Produk.
Proses penilaian dilaksanakan dengan berbagai langkah kegiatan, antara lain:
1.   Mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa, baik lisan maupun tertulis.
2.       Melakukan monitoring siswa yang sedang mengerjakan tugas kelompok.
3.       Melakukan pencatatan terhadap aktifitas siswa.
4.       melakukan penilaian terhadap produk hasil kerja siswa.

BAB III
LAPORAN HASIL
A.     Hasil Pembelajaran
Dari proses pembelajaran yang telah berlangsung selama 3 siklus diperoleh Hasil data sebagai berikut:
1.       Siklus 1
No
Kompetensi dasar
Rata-Rata Nilai Hasil Belajar
Rata-Rata Aktivitas Siswa
II.b
II.c
II.b
II.c
1
Menentukan unsur dan bagian-bagian lingkaran
63,2
61,8
61,4
62,6
2
Menghitung keliling dan luas lingkaran
64,8
65,4
63,0
65,1
3
Menggunakan hubungan sudut pusat, panjang busur, luas juring dalam pemecahan masalah
65,0
62,0
66,8
67,8

Nilai Rata Rata
64,3
63,1
63,7
65,2

2.       Siklus 2
No
Kompetensi dasar
Rata-Rata Nilai Hasil Belajar
Rata-Rata Aktivitas Siswa
II.b
II.c
II.b
II.c
1
Menghitung panjang garis singgung persekutuan dua lingkaran
65,2
63,8
65,8
74,1
2
Melukis lingkaran dalam dan lingkaran luar suatu segi tiga
64,9
65,0
64,5
73,0

Nilai Rata Rata
65,1
64,4
65,2
73,6
3.       Siklus 3
No
Kompetensi dasar
Rata-Rata Nilai Hasil Belajar
Rata-Rata Aktivitas Siswa
II.b
II.c
II.b
II.c
1
Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas serta bagian-bagiannya
73,4
70,8
75,8
74,5
2
Membuat jarring-jaring kubus, balok, prisma dan limas
69,2
68,7
70,0
73,4
3
Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok prisma dan limas
73,1
71,1
72,0
75,0

Nilai Rata Rata
71,9
70,2
72,6
74,3



B.     Analisis Hasil Pembelajaran

Penggunaan metode demonstrasi dan eksperimen perlu diperhatikan jangan hanya membuat siswa tertarik dengan apa yang dilakukan oleh guru saja. Tetapi juga harus bisa memberikan penanamkan konsep tentang materi yang sedang diajarkan.  Akan lebih baik lagi jika demonstrasi dapat membuat siswa lebih trampil dan berkembang serta menemukan berbagai pola hubungan dari data yang dikumpulkan dan diamati.
Dari data tentang nilai hasil yang diperoleh selama berlangsung proses pembelajaran menunjukkan hasil bahwa adanya peningkatan aktivitas siswa dalam setiap proses pembelajaran.  Demikian juga dengan nilai hasil belajar, dari siklus 1 sampai dengan siklus 3 menunjukkan adanya peningkatan rata-rata nilai hasil belajar siswa.  Hal ini ditunjukkan dalam grafik berikut ini:
Grafik 1:  peningkatan nilai dan aktifitas belajar siswa kelas II.e
 

 

 

 

 

Grafik 2:  peningkatan nilai dan aktifitas belajar siswa kelas II.f
















Dari grafik 1 dan grafik 2 tentang nilai dan aktifitas belajar meninjukkan adanya peningkatan peningkatan pada setiap siklus.  Meskipun peningkatan tersebut tidak merata antara nilai hasil belajar dengan aktifitas belajar.  Adanya peningkatan aktifitas kegiatan siswa selama proses pembelajaran dari siklus 1, siklus 2 sampai dengan siklus 3, hal ini menunjukkan bahwa semakin lama siswa semakin senang dan tertarik mengikuti kegiatan pembelajaran matematika. Sedangkan adanya peningkatan nilai hasil belajar yang ditunjukkan selama siklus 1, siklus 2 dan siklus 3 menunjukkan bahwa penggunaan alat peraga benda kongkret dan lembar kegiatan siswa tidak hanya meningkatkan aktifitas saja tetapi juga dapat meningkatkan pemahaman konsep tentang materi yang diajarkan.
1.  Siklus 1
Pada siklus 1 memang masih terlihat bahwa penggunaan lembar kegiatan siswa dan media benda-benda kongkret belum banyak membantu dalam pemahaman siswa terhadap konsep yang diajarkan.  Pada siklus 1 siswa monoton hanya terfokus pada pengerjaan soal-soal dan perintah yang ada pada lembar kegiatan siswa.  Serta dalam penggunaan alat peraga siswa masih belum bisa maksimal dalam pemanfaatannya.  Dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan teman-teman kelompok yang lain, manpaknya siswa belum terbiasa dalam mengemukakan suatu ide atau gagasan, apalagi menjelaskan suatu konsep kepada teman-teman yang lain.
2.  Siklus 2
Hal terpenting terjadi pada siklus 2 dan siklus 3,  dimana perlakuan dalam proses pembelajaran sangat berbeda dengan siklus 1.  Pada siklus 2 siswa dicoba untuk belajar dengan lingkungan yang ada di luar kelas.  Hal ini bertujuan agar proses kegiatan belajar tidak monoton berada di dalam kelas.  Pembelajaran di luar kelas diharapkan dapat memberi suasana yang rileks pada siswa sehingga siswa tidak merasa jenuh dan bosan.  Dalam kaitannya dengan materi garis singgung yang mungkin siswa sulit mengimplementasikan dalam kehidupan, disini guru harus dapat menciptakan kondisi lingkungan yang mendukung.  Alat peraga yang bisa digunakan antara lain: roda sepeda, hubungan antara rantai dengan geer depan dan belakang dan lain-lain.
Dari hasil data yang terlihat pada grafik 1 tersebut terlihat bahwa pada siklus 2 di kelas II.e peningkatan nilai dan aktifitas belajar berjalan seimbang. Lain halnya yang terjadi untuk siswa kelas II.f, pada grafik 2 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktifitas yang cukup signifikan pada siklus 2.  Namun demikian pada siklus 3 peningkatan tersebut tidak hanya terjadi pada aktifitas saja, tetapi juga diikuti dengan peningkatan nilai hasil belajar. 
3.  Siklus 3
Dari hasil yang diperoleh pada siklus 2, kemudia digunakan sebagai bahan acuan untuk menentukan langkah-langkah pembelajaran pada siklus 3.  Pada suklus 3 ini menggunakan bentuk penilaian product.  Untuk tugas kelompok siswa diminta untuk membuat berbagai macam bentuk bangun-bangun ruang.
Hasil yang diperoleh pada siklus 3 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai dan aktifitas yang signifikan.  Hal ini menunjukkan bahwa keterlibatan siswa dalam pembuatan alat peraga sangat berpengaruh terhadap proses pemahaman siswa terhadap konsep yang diajarkan.  Siswa menjadi lebih mudah dalam memahami berbagai konsep bangun ruang karena mereka terlibat langsung dalam pembuatan berbagai bentruk alat peraga bangun ruang.  Siswa juga dapat dengan leluasa mengembangkan kreatifitasnya dalam menciptakan bentuk-bentuk bangun ruang, sehingga pemahaman terhadap bangun ruang menjadi lebih kompleks.

BAB IV
PENUTUP
A.     Kesimpulan

Dari seluruh tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini, diperoleh data-data yang kemudian dianalisi sehingga dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.       Model pembelajaran kooperatif menggunakan media benda benda kongkrit dan lembar kegiatan siswa dapat meningkatan aktifitas siswa dalam belajar;
2.       Model pembelajaran kooperatif menggunakan media benda benda kongkrit dan lembar kegiatan siswa dapat meningkatan pemahaman konsep geometri;
3.       Model pembelajaran kooperatif menggunakan media benda benda kongkrit dan lembar kegiatan siswa dapat meningkatan hasil belajar siswa.
B.     Saran
Dari hasil pengamatan dan pengalaman selama berlangsungnya proses penelitian tindakan kelas ini ada beberapa saran yang disampaikan yaitu:
1.       Guru hendaknya selalu menganalisis dan mengevaluasi hasil setiap proses pembelajaran dalam upaya untuk meningkatkan profesionalisme dan kinerja dalam mengajar;
2.       Dalam setiap proses pembelajaran guru hendaknya memiliki kemauan untuk menciptakan dan menggunakan media dan alat peraga pembelajaran;
3.       Media pembelajaran tidak harus terbuat dari bahan yang bagus dan mahal, tetapi cukup menggunakan benda-beanda atau bahan-bahan yang mudah diperoleh di lingkungan sekitar kita.

Tidak ada komentar: