View My Stats

Minggu, 05 Februari 2012

(SKRIPSI) = = penerapan pembelajaran model Polya dalam pemecahan soal cerita pada materi perbandingan di MTs Darul ‘Ulum.


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
National Concil of Teachers of Mathematics menyatakan bahwa pembelajaran matematika hendaknya dilakukan dalam upaya untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, penalaran dan pembuktian, koneksi matematika, komunikasi matematika, dan representasi[1]. Dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran matematika.
Masalah dalam matematika berbeda dengan soal matematika. Masalah sudah pasti merupakan soal, tetapi suatu soal belum tentu merupakan masalah. Suatu soal matematika dapat dikatakan masalah jika soal tersebut tidak dapat diselesaikan  secara langsung dengan rumus-rumus yang telah tersedia.[2]
Masalah matematika biasanya dinyatakan dalam bentuk soal cerita, baik tertulis atau verbal. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutawidjaya bahwa masalah dalam matematika dapat berbentuk soal cerita[3]. Soal cerita lebih sulit di pecahkan oleh siswa daripada soal- soal yang melibatkan bilangan-bilangan. Di dalam menyelesaikan soal cerita siswa terlebih dahulu dituntut untuk mengetahui apa yang akan diketahui dan apa yang akan ditanyakan dalam soal. Selanjutnya siswa membuat model matematika untuk menyelesaikan soal tersebut.
Berdasarkan model matematika yang telah dibuat, siswa mencari penyelesaian dan pada akhirnya siswa perlu mengembalikan penyelesaian tersebut ke dalam permasalahan semula.
Menurut Abidin tujuan pembelajaran soal cerita, agar siswa (1) mampu memecahkan masalah secara sistematis, (2) mengetahui kegunaan matematika dalam kehidupan sehari- hari, dan (3) dapat menghargai matematika sebagai alat yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun  tujuan pembelajaran pemecahan soal cerita adalah (1) melatih siswa berpikir deduktif, (2) membiasakan siswa melihat hubungan antara matematika dan kehidupan sehari-hari, dan (3) memperkuat penguasaan konsep matematika[4].
Sesuai dengan tujuan pembelajaran pemecahan masalah di atas, maka pada penelitian ini digunakan soal-soal perbandingan yang disajikan dalam bentuk soal cerita. Penyajian soal cerita ini akan memberikan pengetahuan kepada siswa mengenai pemanfaatan metode yang ada dalam menyelesaikan materi perbandingan dalam kehidupan.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran soal cerita adalah agar siswa (1) dapat berlatih untuk berpikir secara deduktif, (2) dapat melihat hubungan dan kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari, (3) dapat menguasai keterampilan matematika dan memperkuat penguasaan konsep matematika.
Kemampuan menyelesaikan soal cerita menuntut  cara berpikir tingkat tinggi untuk siswa. Kemampuan tersebut antara lain adalah (1) menentukan sesuatu yang diketahui, (2) menentukan sesuatu yang ditanyakan, (3) menentukan model matematika yang diperlukan, (4) melakukan perhitungan sesuai dengan model matematikanya. Kemampuan-kemampuan tersebut sangat penting karena akan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat siswa akan hidup dalam masyarakat dan menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan.
Masalah yang muncul dalam kehidupan sehari-hari tidak akan berbentuk suatu paket model matematika. Masalah biasanya berupa kata-kata atau peristiwa yang penyelesaian membutuhkan keterampilan untuk menerjemahkan ke dalam model matematika yang sesuai. Keterampilan ini perlu diberikan kepada siswa di sekolah melalui pembelajaran pemecahan masalah soal cerita.
Sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), salah satu topik dalam pengajaran matematika adalah perbandingan yang merupakan salah satu materi.
Dari hasil observasi di MTs Darul ‘Ulum, siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita, yaitu siswa sulit mengubah soal cerita ke dalam model matematika. Hasil  wawancara dengan guru yang bersangkutan, ternyata masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal cerita, yaitu pada tahap menerjemahkan ke dalam model matematika. Alasan peneliti mengadakan penelitian di MTs Darul ‘Ulum, karena peneliti sudah pernah melakukan praktek di sekolah tersebut, jadi peneliti sudah pernah beradaptasi dengan siswa dan guru-guru setempat. Dalam penelitian adaptasi sangat mendukung penelitian[5].
Pada saat siswa mengerjakan soal cerita, guru secara tidak langsung menerapkan langkah-langkah yang ada pada pemecahan model Polya tetapi tidak terstruktur. Oleh karena itu, peneliti menawarkan model Polya dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan.
Menurut Polya, solusi soal pemecahan masalah memuat empat langkah penyelesaian, yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana dan melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan[6]. Fase pertama adalah memahami masalah. Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan, siswa tidak mungkin mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan benar. Setelah siswa dapat memahami masalah dengan benar, selanjutnya mereka harus mampu menyusun rencana penyelesaian masalah. Kemampuan melakukan fase kedua ini sangat tergantung pada pengalaman siswa dalam menyelesaikan masalah. Jika rencana penyelesaian masalah telah dibuat, baik secara tertulis atau tidak, selanjutnya dilakukan penyelesaian masalah sesuai dengan rencana yang dianggap paling tepat. Adapun langkah terakhir dari proses penyelesaian masalah menurut Polya adalah melakukan pengecekan atas apa yang telah dilakukan mulai dari fase pertama sampai fase terakhir.
Alasan menggunakan pemecahan masalah model Polya dalam penelitian ini karena model Polya menyediakan kerangka kerja yang tersusun rapi untuk menyelesaikan masalah yang kompleks sehingga dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah. Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa pemecahan model Polya efektif. Penelitian tersebut adalah  Aiyub yang berjudul Pembelajaran Lingkaran Melalui Pemecahan Masalah Model Polya Di Kelas II SLTP Laboratorium Universitas Negeri Malang dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran lingkaran melalui pemecahan masalah model Polya di kelas II SLTP laboratorium universitas Negeri malang dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi lingkaran.[7]
 Berdasarkan beberapa penelitian, maka peneliti mencoba model Polya dalam  untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada materi matematika. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam pembelajaran pemecahan masalah soal cerita melalui model Polya, dengan harapan dapat mengurangi kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika dapat ditingkatkan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan suatu penelitian dengan judul penerapan pembelajaran model Polya dalam pemecahan soal cerita pada materi perbandingan di MTs Darul ‘Ulum.

B.     Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah sebelumnya, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah bentuk pembelajaran model Polya dan respons siswa terhadap pemecahan soal cerita pada materi perbandingan di MTs Darul ‘Ulum Banda Aceh.
C.     Tujuan Penelitian.
Tujuan penelitian mengungkapkan sasaran yang ingin di capai yang mengacu pada isi dan rumusan masalah yang telah di rumuskan. Oleh karena itu sesuai dengan permasalahan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk pembelajaran model Polya terhadap pemecahan soal cerita pada materi perbandingan.

D.    Manfaat Penelitian.
Penelitian ini diharapkan dapat menyumbang strategi pembelajaran matematika yang dapat memahamkan siswa sekolah lanjutan tingkat pertama dalam pemecahan masalah soal cerita pada materi perbandingan dan dapat dijadikan sebagai acuan bagi guru-guru dalam mengembangkan kemampuan lainnya yang ada kaitannya dengan pemecahan soal matematika.

E.     Penjelasan Istilah.
1.      Pembelajaran.
yaitu suatu upaya untuk membangun konsep-konsep atau prinsip-prinsip      matematika dengan kemampuan sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep atau prinsip itu terbangun kembali. Pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika.
2.      Penerapan
Penerapan  adalah pemasangan, perihal mempraktekkan.[8] Penerapan yang dimaksud dalam skripsi ini ialah perihal mempraktekkan atau menggunakan pembelajaran model Polya dalam proses belajar mengajar matematika pada pokok bahasan perbandingan.
3.      Pemecahan masalah.  
Pemecahan masalah adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan cara siswa dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan atau diselesaikan baik individu atau kelompok.[9]
4.      Pemecahan Model Polya
Pemecahan model Polya adalah pemecahan untuk menyelesaikan soal cerita yang terdiri dari empat langkah penyelesaian. Dalam buku Bill Tein mengatakan empat tahapan yang harus dilakukan agar kemampuan pemecahan masalah dapat terbentuk dan dikembangkan pada diri seorang siswa sehingga ia menjadi pemecah masalah yang sukses adalah :
1.      Memahami terhadap masalah
2.      Membuat rencana pemecahan
3.      Melaksanakan rencana pemecahan
4.      Memeriksa kembali [10]

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.      Belajar Menurut Pandangan Konstruktivis
Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri.[11] Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi manusia. Manusia mengonstruksi pengetahuan mereka melalui interaksi mereka dengan objek, fenomena, pengalaman, dan lingkungan mereka. Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu dapat berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan atau fenomena yang sesuai. Bagi kontruktivisme, pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seseorang kepada orang lain, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing orang. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah jadi, melainkan proses yang berkembang terus menerus. Dalam proses itu keaktifan seseorang yang ingin tahu amat berperanan dalam perkembangan pengetahuannya.
Menurut kaum kontruktivis, belajar merupakan proses aktif pelajar mengkontruksi arti teks, dialog, pengalaman fisis dan lain-lain. Belajar juga merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang pengertiannya dikembangkan. Proses tersebut antara lain bercirikan sebagai berikut:
1.      Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami. Konstruksi itu dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai.
2.      Konstruksi adalah proses yang terus-menerus. Setiap kali berhadapan dengan fenomena atau persoalan yang baru, diadakan rekonstruksi, baik secara kuat ataupun lemah.
3.      belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih suatu pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan, melainkan merupakan perkembangan itu sendiri.
4.      Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan adalah situasi yang baik untuk memacu belajar.
5.      Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar  dengan dunia fisik dan lingkungannya.
6.      hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si pelajar: konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi;interaksi dengan bahan yang dipelajari.[12]

Jelas bahwa bagi konstruktivis, kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif, di mana pelajar membangun sendiri pengetahuannya. Pelajar mencari arti sendiri dari yang mereka pelajari. Ini merupakan proses menyesuaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berpikir  yang telah ada dalam pikiran mereka. Menurut konstruktivisme, pelajar sendirilah yang bertanggung jawab atas hasil belajarnya. Mereka membawa pengertiannya yang lama dalam situasi belajar yang baru. Mereka sendiri yang membuat penalaran atas apa yang dipelajarinya dengan cara mencari makna, membandingkannya dengan apa yang telah ia ketahui dengan apa yang ia perlukan dalam pengalaman yang baru.

B.     Tujuan Pendidikan dan Pengajaran Matematika di MTs
Pendidikan merupakan pewarisan nilai-nilai kebudayaan, pengetahuan keterampilan dari generasi ke generasi berikutnya melalui berbagai fasilitas. di samping itu pendidikan juga merupakan usaha yang dilakukan manusia untuk meningkatkan taraf hidup yang lebih baik.
Secara umum tujuan pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya. Untuk mendapatkan pendidikan tersebut perlu pertimbangan sistem mulai yang terkandung dalam Pancasila, sedangkan lembaga sekolah bertugas mengupayakan manusia yang mampu menghadapi tantangan yang terjadi akibat percepatan kemajuan dalam segala bidang kehidupan, baik nasional maupun global. tujuan pendidikan nasional secara mikro adalah sebagai berikut
“Membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beretika (beradab dan berwawasan budaya bangsa Indonesia) memiliki nalar (maju, cakap, cerdas, kreatif, inovatif dan bertanggung jawab) berkemampuan komunikasi sosial (tertib dan sadar hukum, kooperatif, kompetitif, demokrasi) dan peradaban sehat sehingga menjadi manusia mandiri”.[13]

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan dan mempunyai atau tujuan tertentu. Sesuai dengan fungsi dan peranan matematika, dalam garis-garis besar program pengajaran (GBPP) dikemukakan bahwa tujuan umum diberikan matematika di jenjang pendidikan dasar dan pendidikan umum adalah :
1.      Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien.
2.      Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.[14]

Selain itu tujuan kurikuler studi matematika Madrasah Tsanawiyah yang disebutkan dalam kurikulum berbasis kompetensi adalah:
1.      Berlatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan.
2.      Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinal, rasa ingin tahu, membuat prediksi serta mencoba-coba.
3.      Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
4.      Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan.[15]

Adapun tujuan khusus pengajaran matematika untuk Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah tertuang dalam garis-garis besar program pengajaran (GBPP) adalah sebagai berikut:
-         Siswa memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
-         Siswa mempunyai keterampilan matematika sebagai peningkatan matematika dasar untuk dapat digunakan dalam kehidupan yang lebih luas (dunia kerja) maupun dalam kehidupan sehari-hari.
-         Siswa mempunyai pandangan yang lebih luas serta memiliki sikap menghargai kegunaan matematika, sikap kritis, objektif, terbuka, kreatif serta inovatif.

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan diberikannya matematika di Madrasah Tsanawiyah adalah membentuk sikap kritis, objektif, terbuka, kreatif, inovatif kepada siswa juga mempersiapkan siswa dalam menempuh pendidikan serta berguna dalam memperluas wawasan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Mengingat pentingnya matematika dalam berbagai kehidupan perlu kiranya mutu pengajaran matematika ditingkatkan. Dalam hal ini tidak hanya guru saja yang berperan dalam meningkatkan mutu pengajaran matematika, akan tetapi siswa juga dituntut untuk lebih memahami materi yang  diberikan guru. Untuk itu siswa harus kreatif dan termotivasi untuk belajar matematika. Salah satu faktor untuk meningkatkan belajarnya yaitu dengan cara menerapkan model pembelajaran yang tepat bagi siswa. Dengan itulah siswa akan meningkatkan kualitas belajarnya, sehingga mutu pengajaran matematika dapat meningkat.

C.     Strategi Menggunakan Langkah-langkah Model Polya
            Pemecahan masalah harus dilakukan oleh setiap manusia karena di dalam hidup ini sering dihadapi masalah. Kenyataan menunjukkan bahwa dalam kehidupan kita sering berhadapan dengan masalah. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh Sriyono “Pembelajaran  berdasarkan masalah merupakan pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah-masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar berpikir kritis dan terampil memecahkan masalah serta mendapatkan pengetahuan”[16]. Pengalaman memecahkan masalah yang satu memberikan sumbangan kepada pemecahan masalah yang lain. Dengan demikian pemecahan masalah adalah sebagai usaha mencari jalan keluar dari satu kesulitan untuk mencapai suatu tujuan yang tidak segera dicapai.
Belajar menyelesaikan soal cerita matematika dengan menggunakan metode pemecahan masalah akan memungkinkan siswa lebih kritis dan analisis, yang aplikasinya akan menjadi lebih baik dalam menghadapi suatu permasalahan di dalam kehidupan sehari-hari. Mengajarkan pemecahan masalah dalam matematika bukanlah pekerjaan yang mudah, namun kebanyakan ahli pengajaran matematika sepakat bahwa keterampilan memecahkan masalah matematika dapat dicapai dengan cara-cara mengajar berbagai strategi pemecahan masalah, atau mengajarkan model-model pemecahan masalah yang diikuti dengan melatih berbagai masalah kepada siswa untuk dipecahkan dengan menggunakan strategi atau model tersebut.
Salah satu model pemecahan masalah terhadap suatu masalah dapat dilakukan dengan menggunakan suatu tahapan tertentu yang tercangkup dalam proses pemecahan masalah. Dalam hal ini George Polya sebagai orang pertama yang telah berjasa menetapkan pertahanan dalam pemecahan masalah. Berbagai buku dan artikel tentang pemecahan masalah yang berkembang sampai sekarang hampir semua menggunakan dan dikembangkan berdasarkan Polya.
Polya adalah seorang ahli matematika yang lahir di Hongaria dan kuliah di Universitas Budapest, Vienna Gottingen di Paris. Dia mendapat gelar Profesor matematika di Universitas Stanford. Di masanya dia adalah seorang penemu sekaligus dosen yang disenangi oleh mahasiswanya dan dosen-dosen. Dia merupakan seorang penemu yang menyusun langkah-langkah pemecahan masalah dalah bukunya yang berjudul. “How to Solve it” yang diterjemahkan ke dalam lima belas bahasa.
Today his influence in the field of mathmatics Education is widespread. His studies in the mthods and rules of discoveryled to a specific problem solving guidelines used in most mathematics curiculums. The four phase of problem solving that George Polya 1) Understand the problem, 2) Dievise a plan, 3) Carry out the plan, and 4) Look back at the completed solution[17].
Kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa empat pemecahan masalah menurut Polya adalah 1) Memahami masalah, 2) Merencanakan pemecahan, 3) Melaksanakan rencana penyelesaian dan 4) Memeriksa kembali solusi yang komplet. Keempat tahap ini disebut langkah-langkah pemecahan masalah model Polya. Langkah-langkah pemecahan masalah Polya dalam matematika adalah suatu strategi atau siasat  yang digunakan dalam pembelajaran pemecahan masalah matematika, sehingga siswa dapat menyelesaikan masalah dengan baik sesuai dengan langkah-langkah pemecahan masalah. Dengan kata lain, pemecahan masalah model Polya adalah suatu prosedur khusus untuk membelajarkan menyelesaikan maslah matematika, dengan memberi petunjuk atau penuntun dalam pertanyaan atau perintah pada langkah-langkah pemecahan masalah.

Tahap-tahap pemecahan masalah model Polya diuraikan sebagai berikut;
Tahap Pertama : Memahami Masalah
1.      Nyatakan masalah dengan kata-kata sendiri
2.      Apa yang ditanya
3.      Menentukan informasi yang dibutuhkan
Tahap Kedua : Merencanakan Pemecahan Masalah
1.      Buatlah permisalan apa yang diketahui dan apa yang ditanya
2.      Tulis model matematika
Tahap Ketiga : Melaksanakan rencana penyelesaian ( realisasi )
1.      Selesaikan model matematika
2.      Membuat kesimpulan

Tahap Keempat : memeriksa kembali
1.      Periksa langkah-langkah penyelesaian yang dilakukan
2.      Ujilah kembali hasil yang diperoleh, apakah hasilnya sudah benar[18].

Untuk menilai hasil belajar pemecahan masalah tidak cukup dilakukan dengan satu kali ujian tertulis pada akhir kegiatan diperlukan penilaian yang berkelanjutan misalnya, melalui kuis dan tugas rumah.
Penilaian jawaban tertulis siswa pada pembelajaran pemecahan masalah merupakan hal yang tidak mudah. Diperlukan  suatu pedoman penilaian yang berbeda-beda untuk setiap soal. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penskoran pemecahan masalah, dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Pedoman Penskoran Pemecahan Masalah.[19]
Skor
Memahami Masalah
Membuat Rencana Pemecahan Masalah
Melakukan Rencana/ Perhitungan
Memeriksa Kembali hasil
0
Salah menginterpretasikan/ salah sama sekali
Tidak ada rencana, membuat rencana yang tidak relevan
Tidak melakukan perhitungan
Tidak ada pemeriksaan atau tidak ada keterangan lain
1
Salah menginterpretasikan sebagian soal, mengabaikan kondisi soal
Membuat rencana pemecahan yang tidak dapat dilaksanakan, sehingga rencana itu tidak mungkin dapat dilaksanakan
Melaksanakan prosedur yang benar dan mungkin menghasilkan jawaban benar tetapi salah perhitungan
Ada pemeriksaan tetapi tidak tuntas
2
Memahami masalah soal selengkapnya
Membuat rencana yang benar tetapi salah dalam hasil/ tidak ada hasil
Melakukan proses yang benar dan mendapatkan hasil yang benar
Pemeriksaan dilaksanakan untuk melihat kebenaran proses
3

Membuat rencana yang benar tetapi belum lengkap


4

Membuat rencana sesuai dengan prosedur dan mengarahkan pada solusi yang benar



Skor Maksimal 2
Skor Maksimal 4
Skor Maksimal 2
Skor Maksimal 2
           
Adapun bobot maksimal yang diberikan pada setiap langkah penyelesaian didasarkan  atas pertimbangan waktu bekerja dan tingkat kesulitan.
Pemberian skor pada lembar jawaban tes bentuk uraian, khususnya pemecahan masalah, selalu dipengaruhi subjektivitas penilai. Misal, dari sebutir tes yang mempunyai skor maksimal 10, siswa A mendapatkan skor 9, sedangkan siswa B mendapat 7, dengan langkah penyelesaian yang sama. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh yang muncul pada diri penilai, mungkin siswa A tulisannya jelek, tulisannya sulit dimengerti, atau yang lainnya. Untuk itu, dalam pemberian skor diperlukan adanya suatu instrumen penskoran pemecahan masalah matematika guna meminimalkan atau meniadakan pengaruh subjektivitas penilai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pengembangan instrumen penskoran dan menghasilkan instrumen penskoran pemecahan masalah matematika yang akan dijadikan pedoman atau pegangan guru dalam pemberian skor terhadap langkah-langkah pemecahan masalah matematika.[20]

D.    Menyelesaikan soal cerita perbandingan dengan model Polya
Bentuk soal dalam bidang matematika di SMP secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu soal yang berbentuk hitungan dan soal cerita. Soal cerita dalam matematika adalah suatu pertanyaan yang diuraikan ke dalam cerita bermakna yang dapat dipahami, dijawab secara sistematis berdasarkan pengalaman belajar sebelumnya. Cerita yang diungkapkan merupakan masalah sehari-hari atau masalah lainnya. Kenyataan yang didapatkan soal cerita lebih sulit untuk diselesaikan dari pada soal yang berbentuk hitungan, karena memerlukan daya nalar yang tinggi sesuai yang diungkapkan oleh Ahmadi “ Tingkat kesulitan soal cerita berbeda dengan tingkat soal berbentuk hitungan (kalimat matematika) yang dapat dilakukan kompetisinya. Penyelesaian soal cerita memerlukan tingkat pemahaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan penyelesaian soal berbentuk hitungan.”[21]
Persoalan yang disajikan oleh siswa berupa soal cerita akan memberi motivasi kepada siswa yang mempelajari matematika. Hudoyo mengatakan “ seorang itu harus menanamkan konsep yang dilaksanakan melalui langkah-langkah pemecahan masalah untuk menyelesaikan soal cerita.”[22]
Menyelesaikan suatu masalah tidak lepas dari kemampuan yang dimiliki siswa, yang di dengarnya, dilihatnya, serta yang pernah dialaminya sebagaimana yang diungkapkan oleh hudoyo “ Apabila dalam merumuskan dan mengonstruksikan gagasan-gagasan tersebut, siswa menggunakan benda-benda, dia akan cenderung mengingat gagasan-gagasan tersebut dan kemudian mengaplikasikannya dalam situasi yang tepat “.[23]
Tujuan diberikan soal cerita dalam bidang studi matematika adalah
a.       Melatih murid berpikir secara deduktif
b.      Membiasakan murid untuk melihat hubungan antara kehidupan sehari-hari dengan pengetahuan matematika.
c.       Untuk memperkuat konsep matematika.[24]

Penulis membahas soal cerita SMP dengan materi Perbandingan. Perbandinaga merupakan pokok bahasan yang diajarkan di sekolah lanjutan tingkat pertama baik di SMP atau di MTs. Materi sangat diharapkan dikuasai dengan  baik karena penguasaan materi perbandingan dapat membantu kelancaran proses belajar mengajar matematika pada tingkat lanjutan dan dapat diaplikasi ke dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini penulis hanya mengambil materi perbandingan senilai.
Menurut seorang pakar matematika terkenal, George Polya, untuk menyelesaikan masalah yang biasanya disajikan dalam bentuk cerita, ada beberapa langkah yang harus dilakukan, yakni: memahami masalah, merencanakan penyelesaian, melaksanakan rencana, dan memeriksa kembali. Di sini tampak jelas bahwa kemampuan memahami masalah merupakan kemampuan yang cukup penting atau menentukan dalam menyelesaikan soal.
Contoh soal :
1.      Jika harga 5 buah buku tulis adalah Rp 6.000,00, berapakah harga 2 tulis?
Selanjutnya untuk menyelesaikan soal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan pemecahan masalah model Polya
Langkah 1:  Memahami terhadap masalah
            Siswa harus membaca soal cerita secara keseluruhan untuk mengetahui seluruh isi yang terkandung dalam soal cerita tersebut. Guru memberi arahan dan pertanyaan agar siswa memahami masalah dalam soal cerita dengan menggunakan bahasa sendiri. Siswa menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal, dan menentukan informasi apa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan  soal tersebut.
Dik : Harga 5 buku tulis Rp 6.000
Dit : Berapakah harga 2 lusin buku tulis?
Langkah 2: Membuat rencana pemecahan
            Langkah II membuat rencana penyelesaian, sebaiknya guru mendorong perhatian siswa terhadap masalah, siswa memotivasi agar berani mengemukakan rencana penyelesaian dengan bantuan guru. Siswa menentukan pemisalan apa yang diketahui dan  apa yang ditanyakan dari soal dan menguraikan dalam model matematika.
Banyak buku                              Harga buku
5 buku                                        Rp 6.000
2 lusin                                         x rupiah
1 lusin = 12 buah
Jika 2 lusin = (2 x 12) = 24 buah
Langkah 3: Melaksanakan rencana pemecahan
            5x        = 24 x 6.000
            x          =
            x          =
            x          = 28.800
            Jadi, harga 2 lusin buku tulis adalah Rp 28.800
Langkah 4: Memeriksa kembali
Langkah ini guru  memberi tahu  bahwa hasil yang diperoleh ini harus dikembalikan pada apa yang ditanyakan dalam soal. Periksa kembali apakah hasil yang diperoleh sudah benar.
2 lusin buku      = 28.800
24 buku            = 28.800
1 buku =
1 buku = 1.200
Jika 5 buku       = 5 x 1200
                        = 6.000

E.     Kelebihan dan Kekurangan Langkah-langkah pemecahan masalah
Merupakan hal yang umum bahwa suatu metode maupun strategi pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan. Begitu juga dengan pemecahan masalah model Polya. Menurut Suriyono kelebihan metode pemecahan masalah  antara lain :
a.       Mendidik murid berpikir secara sistematis
b.      Mampu mencari jalan keluar dari suatu kesulitan yang dihadapinya
c.       Belajar menganalisa suatu masalah dari suatu aspek
d.      Mendidik anak percaya pada diri sendiri.[25]

Kelebihan langkah-langkah pemecahan masalah model Polnya adalah:
a.       Proses pemikiran siswa lebih sistematis
b.      Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita lebih baik
c.       Antusias siswa dalam  belajar semakin baik
d.      Menumbuhkan minat siswa dalam memecahkan masalah matematika

            Pelaksanaan metode pemecahan masalah mempunyai beberapa kelemahan, Sriyono  mengatakan beberapa kelemahan metode pemecahan masalah antara lain:
a         Memerlukan waktu yang cukup banyak
b        Ti8dak  bisa dipergunakan di kelas-kelas rendah
c         Bisa menjadikan pelajaran yang tertinggal sebab satu dua masalah yang sulit dipecahkan akan memakan waktu yang tidak sedikit.[26]

            Kelemahan dari metode pemecahan masalah ini adalah memerlukan waktu yang cukup apabila suatu masalah yang sulit dipecahkan dan bisa menjadi pelajaran yang tertinggal. Menuntun seorang guru yang berpengetahuan luas karena banyak pertanyaan  yang diajukan siswa dan menuntut perencanaan yang teliti agar efektif.
Kelemahan langkah-langkah pemecahan masalah model Polya :
a         Terlalu banyak membutuhkan waktu, akibatnya dapat mengganggu target pencapaian materi yang dicapai.
   




BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.     Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu bersifat deskriptif dan tanpa menggunakan analisis statistik. Penelitian kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau pernyataan lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati[27].Pendekatan ini diarahkan pada latar individu secara holistis atau menyeluruh.
Menurut Moelong bahwa ciri-ciri dari penelitian kualitatif adalah (1) peneliti bertindak sebagai instrumen utama, karena di samping sebagai pengumpul data dan penganalisis data, peneliti juga terlibat secara langsung dalam penelitian, (2) latar alami (natural setting), data yang diteliti dan diperoleh akan dipaparkan sesuai apa yang terjadi di lapangan, (3) hasil penelitian bersifat deskriptif, karena data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka melainkan berupa kata-kata atau kalimat, (4) lebih mementingkan proses daripada hasil, (5) adanya batasan permasalahan yang ditentukan dalam rumusan masalah, (6) analisis data cenderung bersifat induktif, (7) adanya kriteria khusus untuk keabsahan data, dan (8) desain yang bersifat sementara[28] .
23
 
Penelitian ini berusaha untuk mengungkapkan makna dari penerapan model Polya. Makna yang dimaksud adalah peningkatan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal cerita. Penelitian ini lebih menekankan proses pembelajaran daripada hasil akhir pembelajaran itu sendiri. Proses yang diamati adalah bagaimana meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan soal cerita pada materi perbandingan. Data hasil penelitian berupa kata-kata dan akan dipaparkan sesuai dengan kejadian yang terjadi dalam penelitian dan analisis data dilakukan secara induktif. Selain itu dalam penelitian ini, peneliti adalah instrumen utama. Hal ini   karena peneliti yang akan merencanakan, merancang, melaksanakan, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan dan membuat laporan. Dari penjelasan tersebut nampaklah bahwa penelitian ini memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan penelitian kualitatif. Oleh sebab itu, maka pendekatan penelitian adalah pendekatan kualitatif.
Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini dimaksudkan sebagai jalan keluar untuk mengetahui bentuk dan respons siswa terhadap penerapan model Polya  dalam memecahkan soal cerita pada materi perbandingan. Oleh sebab itu, jenis penelitian yang sangat cocok dengan permasalahan di atas adalah penelitian tindakan partisipan.
Penelitian tindakan partisipan ini diambil karena peneliti berpartisipasi langsung dalam penelitian mulai awal sampai akhir. Peneliti bertindak sebagai perencana, perancang, pelaksana, pengumpul data, penganalisis data, dan pelapor penelitian.
Indikator keberhasilan tindakan ini akan dilihat dari indikator peningkatan keterampilan dalam memahami dan menyelesaikan soal cerita. Untuk melengkapi analisis kualitatif, penelitian ini akan dilengkapi dengan data kuantitatif. Data kuantitatif ini diperoleh dari hasil tes siswa pada akhir tindakan. Penggabungan pendekatan kuantitatif ini hanya dimaksudkan sebagai pelengkap terhadap pendekatan utama dalam penelitian ini.   

B.     Subjek Penelitian

Adapun yang menjadi subjek` dalam penelitian ini adalah siswa kelas I MTs Darul ‘Ulum, yang terdiri dari 4 kelas. Pengambilan subjek dengan pertimbangan, (a) kondusif dan siswa mudah diajak kerja sama, (b) pertimbangan guru bidang studi dan (c) kelas tersebut merupakan siswa-siswa pilihan. Kemampuan siswa kelas I hampir merata, untuk itu peneliti bersama guru yang bersangkutan menetapkan subjek dalam penelitian ini adalah kelas I1.

C.     Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di kelas I1 semester I MTs Darul ‘Ulum yang beralamat di jalan Syiah Kuala komplek YPUI Banda Aceh. Sekolah ini dipilih berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
  1. Selama ini siswa-siswa MTs Darul ‘Ulum masih banyak mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah soal cerita pada materi perbandingan.
  2. Pembelajaran dengan model Polya pada pemecahan soal cerita belum pernah dilaksanakan, sehingga pihak sekolah sangat memberikan dukungan terhadap pelaksanaan penelitian.
  3. Sekolah ini pernah digunakan peneliti untuk PPL pada semester ganjil 2007/2008 sehingga peneliti memperoleh kemudahan beradaptasi baik dengan guru maupun siswa.
D.    Instrumen Penelitian
1.      Perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran yaitu sekumpulan sumber belajar yang digunakan guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a.       Rencana Pembelajaran ( RP )
Rencana pembelajaran ini disusun berdasarkan kurikulum tingkat satuan pembelajaran (KTSP), yang dialokasikan untuk 2 kali pertemuan. Rencana pembelajaran memuat standar kompetensi, indikator, model pembelajaran, materi dan kegiatan pembelajaran yang terdiri atas kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.
2.      Lembar observasi
Lembar observasi berupa daftar cek list yang terdiri dari beberapa item yang menyangkut aktivitas guru dan aktivitas siswa(terlampir)
3.      Pedoman wawancara.
Pedoman wawancara yang ditujukan pada siswa. Dalam wawancara tersebut peneliti mengajukan beberapa pertanyaan yang di dalamnya mencangkup respons siswa terhadap materi perbandingan dengan menggunakan model Polya.





E.     Teknik pengumpulan data
Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu :
1.      Teknik observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan di kelas selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Kegiatan yang diamati meliputi aktivitas peneliti sebagai pengajar dan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Observasi dimaksudkan untuk mengetahui adanya kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Observasi dilakukan oleh peneliti, guru dan teman sejawat dengan menggunakan lembar observasi yang akan disediakan peneliti.
2.      Teknik tes
Tes yang akan dilakukan dalam penelitian ini berupa tes awal dan tes akhir. Tes awal dimaksudkan untuk mengetahui pemahaman siswa pada materi sebelumnya. Tes awal ini juga digunakan sebagai pedoman dalam menentukan kemampuan siswa. Sedangkan tes akhir dilaksanakan pada setiap akhir tindakan dengan menggunakan 4 strategi model Polya dan diberikan secara perorangan/ individu. Tes ini digunakan untuk menentukan poin perkembangan individu. Tes ini juga dimaksudkan untuk melihat tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Tes akhir berupa soal berbentuk essay yang berjumlah 4 soal.
3.      Wawancara
Wawancara dilakukan hanya pada 4 orang siswa yang terpilih untuk diwawancarai dan dilakukan untuk menelusuri dan mengetahui pemahaman siswa pada materi perbandingan dengan menggunakan model Polya. Di samping itu wawancara dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran yang diikuti.
4.      Catatan lapangan
Catatan lapangan dimaksudkan untuk melengkapi data yang tidak terekam dalam lembar observasi dan bersifat penting sehubungan dengan kegiatan pembelajaran.
5.      Angket
Angket digunakan untuk mengetahui sikap, minat dan respons siswa terhadap pembelajaran pemecahan masalah soal cerita pada materi perbandingan senilai yang telah mereka ikuti. Angket ini diberikan setelah semua tindakan selesai.

E.     Pengecekan Keabsahan Data
Dalam penelitian, keabsahan data merupakan hal yang penting. Untuk mengecek keabsahan data akan digunakan kriteria derajat kepercayaan[29]. Derajat kepercayaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Triangulasi, (2) Ketekunan pengamatan, dan (3) Pemeriksaan teman sejawat.
Triangulasi adalah suatu teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu di luar data itu keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi dengan metode dan triangulasi dengan sumber. Triangulasi dengan metode dilakukan dengan cara membandingkan dan mengecek balik sesuatu informasi yang diperoleh melalui wawancara, observasi, catatan lapangan dan tes akhir tindakan. Sedangkan triangulasi dengan sumber dilakukan dengan cara membandingkan data hasil observasi teman sejawat dan hasil observasi peneliti dengan wawancara.
Ketekunan pengamat dilakukan pengamat dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti, rinci dan terus menerus selam proses penelitian. Kegiatan ini dapat diikuti dengan pelaksanaan wawancara secara intensif sehingga dapat terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya subjek berdusta, menipu atau berpura-pura.
Pemeriksaan teman sejawat adalah mendiskusikan proses dan hasil penelitian dengan dosen pembimbing, teman sejawat dan guru bidang studi matematika. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan masukan baik dari segi metodologi ataupun konteks penelitian. Dengan pemeriksaan teman sejawat diharapkan penelitian tidak menyimpang dari harapan dan data yang diperoleh benar-benar mencerminkan data yang valid.

F.      Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil tes, wawancara, observasi dan catatan lapangan dianalisis secara bersamaan. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang ada dari berbagai sumber yaitu dari tes, wawancara, observasi dan catatan lapangan. Analisis data dilakukan dengan 3 tahap, yang meliputi tahap (1) mereduksi data, (2) menyajikan data, (3) menarik kesimpulan serta verifikasi.[30]
1.      Mereduksi data
Mereduksi data yang terkumpul melalui berbagai sumber, yaitu hasil tes, wawancara, observasi dan catatan lapangan, data tersebut diklarifikasi dengan cara melakukan pengelompokan data yang sejenis, kemudian disederhanakan dengan cara membuang hal-hal yang tidak perlu. Mereduksi data ini dilakukan secara berkesinambungan mulai awal sampai dengan akhir pengumpulan data.
2.      Menyajikan data
Penyajian data dilakukan dalam rangka mengorganisasi hasil reduksi dengan cara menyusun secara naratif sekumpulan informasi yang telah diperoleh dari hasil reduksi, sehingga dapat memberikan gambaran kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Informasi di sini maksudnya uraian proses kegiatan pembelajaran, aktivitas siswa terhadap kegiatan pembelajaran, hasil tes awal, hasil tes pada waktu pembelajaran serta hasil yang dapat dari perpaduan data hasil observasi, wawancara dan catatan lapangan. Data yang telah disajikan tersebut selanjutnya dibuat penafsiran dan evaluasi untuk membuat perencanaan tindakan selanjutnya. Hasil penafsiran dan evaluasi ini dapat berupa penjelasan tentang (a) perbedaan antara rancangan dengan pelaksanaan tindakan, (b) perlunya perubahan tindakan dan alternatif tindakan yang dianggap tepat, (c) persepsi peneliti, guru dan teman sejawat yang terlibat dalam pengamatan dan catatan lapangan terhadap tindakan yang telah dilakukan, (d) kendala-kendala yang muncul dan alternatif pemecahannya.
3.      Menarik kesimpulan serta verifikasi
Penarikan kesimpulan merupakan proses memberikan kesimpulan terhadap hasil penafsiran dan evaluasi data yang disajikan dan seluruh hasil kerja penelitian. Kegiatan verifikasi merupakan mencari validitas kesimpulan, kegiatan yang dilakukan adalah menguji kebenaran , kekokohan dan kecocokan makna yang ditemukan.

G.    Tahap-Tahap Penelitian
Tahap-tahap yang dilaksanakan dalam penelitian ini mencakup (1) tahap perencanaan dan (2) tahap pelaksanaan kegiatan penelitian. Rincian tahap-tahap tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Tahap perencanaan
Tahap perencanaan meliputi kegiatan:
a.       Refleksi awal
Pada tahap ini dilakukan kegiatan(1) membuat soal tes awal, (2) menentukan sumber data, dan (3) melakukan tes awal, dan (4) menetapkan kelompok dan 4 orang siswa untuk diwawancarai
b.      Menetapkan dan merumuskan rancangan penelitian
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah (1)menentukan tujuan pembelajaran, (2) menyusun kegiatan pembelajaran pemecahan masalah dengan modem Polya, (3) menyiapkan LKS I dan LKS II  untuk kegiatan diskusi kelompok, lembar observasi, angket dan format wawancara yang akan digunakan pengamat pada saat tindakan.

2.      Tahap Pelaksanaan Kegiatan Penelitian
Pelaksanaan kegiatan penelitian dibagi dalam dua tindakan , yaitu tindakan I dan tindakan II. Tindakan I adalah kegiatan pemecahan soal cerita materi perbandingan senilai dengan model polnya. Tindakan II adalah merevisi kekurangan ditindakkan I.
Pelaksanaan setiap kegiatan menggunakan model, model tersebut meliputi tahap (1) merencanakan, (2) melaksanakan, (3) mengamati, dan (4) merefleksi yang membentuk suatu siklus. Siklus dalam suatu tindakan akan diulang sampai kriteria yang ditetapkan dalam setiap tindakan tercapai. Kriteria keberhasilan tindakan dalam penelitian ini terdiri dari kriteria proses dan kriteria hasil. Kriteria proses yang ditetapkan adalah jika proses pembelajaran mencapai minimal 80%. Kriteria hasil yang ditetapkan adalah jika rata-rata skor tes akhir siswa minimal 60 pada skala 100.
Tindakan I
1.      Merencanakan
a.       Menyusun rencana pembelajaran untuk tindakan I
b.      Menyiapkan lembar kegiatan siswa I
c.       Menyiapkan lembar observasi
d.      Menyiapkan angket respons
e.       Menyiapkan tes akhir tindakan I
f.        Mengoordinasikan program kerja pelaksanaan tindakan dengan guru matematika
2.       Melaksanakan
Kegiatan ini berupa penerapan kegiatan pembelajaran yang telah disusun dalam perencanaannya. Proses mengikuti urutan kegiatan yang terdapat dalam perencanaan pembelajaran. Adapun kegiatan secara garis besar adalah :
A.     Tahapan pra instruksional (tahap awal)  yang meliputi :
a.       Menyampaikan tujuan pembelajaran
b.      Menyampaikan pokok-pokok materi secara garis besar
B.     Tahapan instruksional (tahap inti dan tahap akhir) yang meliputi, kegiatan pembelajaran pemecahan masalah dengan menggunakan model Polya antara lain:
a.       Membagi LKS kepada setiap siswa
b.      Mengontrol pemahaman siswa dengan memberikan/mengajukan beberapa pertanyaan
c.       Melakukan tes individual (tes akhir tindakan)
Hasil tes individu akan diberi skor untuk menentukan poin
3.      Mengamati
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti melakukan pengambilan data berupa hasil pengamatan yang dilakukan oleh guru dan teman sejawat. Objek yang diamati adalah (a) kegiatan guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung, dan (b) kegiatan siswa. Selain lembar observasi disediakan catatan lapangan untuk melengkapi data hasil observasi.
4.      Merefleksi
Merefleksi dilakukan untuk melihat keseluruhan proses pelaksanaan tindakan dan hasil pemahaman siswa. Merefleksi adalah menganalisis data-data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan catatan lapangan. Tahap refleksi meliputi kegiatan memahami, menjelaskan dan menyimpulkan data. Peneliti bersama pengamat merenungkan hasil tindakan I sebagai bahan pertimbangan apakah siklus sudah mencapai kriteria keberhasilan yang ditentukan atau belum. Sebagai pelengkap untuk kriteria tindakan yang telah ditentukan, dalam refleksi juga dilakukan penilaian terhadap proses pembelajaran. Proses belajar mengajar berlangsung dengan baik apabila mencapai 80% tujuan oleh siswa dan apabila dapat dicapai 90% berarti proses belajar mengajar berlangsung dengan sukses.
Jika kriteria tindakan telah tercapai tetapi proses belajar belum mencapai 80% maka peneliti masuk tindakan II, tetapi kelemahan yang ada pada proses tindakan I diperbaiki pada tindakan II. Tetapi jika kriteria tidak tercapai dan proses belajar belum mencapai 80% maka peneliti mengulang tindakan I dan memperbaliki kelemahan yang ada.

Tindakan  II
1.      Merencanakan
a.       Menyusun rencana pembelajaran  untuk tindakan II
b.      Menyiapkan lembar kegiatan siswa II
c.       Menyiapkan lembar observasi dan catatan lapangan
d.      Menyiapkan lembar respons untuk siswa
e.       Menyiapkan tes akhir hasil tindakan II
f.        Mengoordinasikan program kerja pelaksanaan tindakan dengan guru matematika dan teman sejawat 
2.      Melaksanakan
Kegiatan ini berupa penerapan kegiatan pembelajaran yang telah disusun dalam perencanaannya. Proses mengikuti urutan kegiatan yang terdapat dalam perencanaan pembelajaran. Adapun kegiatan secara garis besar adalah:
A.     Tahapan pra instruksional (tahap awal)  yang meliputi :
a.     Menyampaikan tujuan pembelajaran
b.    Menyampaikan pokok-pokok materi secara garis besar
B.     Tahapan instruksional (tahap inti dan tahap akhir) yang meliputi, kegiatan pembelajaran pemecahan masalah dengan menggunakan model Polya antara lain:
a.       Membagi LKS kepada setiap siswa
b.      Mengontrol pemahaman siswa dengan memberikan/mengajukan beberapa pertanyaan
c.       Melakukan tes individual (tes akhir tindakan)
Hasil tes individu akan diberi skor untuk menentukan poin
3.      Mengamati
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti melakukan pengambilan data berupa hasil pengamatan yang dilakukan oleh guru dan teman sejawat. Objek yang diamati adalah (a) kegiatan guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung, dan (b) kegiatan siswa. Selain lembar observasi disediakan catatan lapangan untuk melengkapi data hasil observasi.
4.      Merefleksi      
Merefleksi dilakukan untuk melihat keseluruhan proses pelaksanaan tindakan dan hasil pemahaman siswa. Merefleksi adalah menganalisis data-data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan catatan lapangan. Tahap refleksi meliputi kegiatan memahami, menjelaskan dan menyimpulkan data. Peneliti bersama pengamat merenungkan hasil tindakan I sebagai bahan pertimbangan apakah siklus sudah mencapai kriteria keberhasilan yang ditentukan atau belum. Sebagai pelengkap untuk kriteria tindakan yang telah ditentukan, dalam refleksi juga dilakukan penilaian terhadap proses pembelajaran. Proses belajar mengajar berlangsung dengan baik apabila mencapai 80% tujuan oleh siswa dan apabila dapat dicapai 90% berarti proses belajar mengajar berlangsung dengan sukses.
Jika kriteria tindakan telah tercapai tetapi proses belajar belum mencapai 80% maka peneliti masuk tindakan II, tetapi kelemahan yang ada pada proses tindakan I diperbaiki pada tindakan II. Tetapi jika kriteria tidak tercapai dan proses belajar belum mencapai 80% maka peneliti mengulang tindakan I dan memperbaliki kelemahan yang ada.[31]
Secara garis besar pelaksanaan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

DIAGRAM ALIR RANCANGAN PENELITIAN TINDAKAN[32]
 






                                                                    Tidak

                                                                                                               Ya



Tidak

            Ya






OUT LINE
 

KATA PENGANTAR
ABSTRAK
DAFTAR ISI
BAB 1         PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
B.     Rumusan Masalah
C.    Tujuan Penelitian
D.    Manfaat Penelitian
E.     Penjelasan Istilah

BAB II       TINJAUAN PUSTAKA
A.    Belajar Menurut Pandangan Konstruktivis
B.     Tujuan Pembelajaran Matematika di MTs
C.    Strategi Menggunakan Langkah-langkah Model Polya
D.    Menyelesaikan Soal Cerita Perbandingan dengan Model Polya
E.     Kelebihan dan Kekurangan Langkah-langkah Pemecahan Masalah

BAB III      METODE PENELITIAN
A.     Pendekatan dan Jenis Penelitian
B.     Subjek Penelitian
C.    Lokasi dan waktu Penelitian
D.    Instrumen Penelitian
E.     Teknik Pengumpulan Data
F.     Pengecekan Keabsahan Data
G.    Teknik Analisis Data
H.    Tahap-tahap Penelitian

BAB IV      HASIL PENELITIAN

BAB V        PEMBAHASAN

BAB VI       PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran-saran

DAFTAR PUSTAKA


DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Pustaka Setia, 1985.
Aiyub, Pembelajaran Lingkaran Melalui Pemecahan Masalah Model Polya Di       Kelas II SLTP Laboratorium Universitas Negeri Malang 2003[1] Departemen           Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta :           Balai Pustaka, 1990 Suriyono, Teknik Belajar Mengajar Dalam CBSA,         Jakarta: Rineka Cipta, 1992.
Anselm Strauss dan Juliet Corbin,.Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, (Pustaka Pelajar Ofset, 2003),hal 30
Bill Tein, A Problem Solving Approach To Mathhematics For Elementary School,   Amsterdam, University Of Mautana, 1981
Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata          Pelajaran Matematika SMA dan MA, Jakarta: Depdiknas, 2003
DR. Paul Suparno, Filsafat Kontruksitivisme Dalam Pendidikan, Yogyakarta:          Penerbit Kanisius, 1997
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: konsep, karakteristik dan      implementasi,  Bandung: Rosda Karya, 2005
G. Polya, How To Solve It.Princeton, (University Press, New Jersey,1973), hal 49
Herman Hodoyo, Srategi Pembelajaran Matematika.
Hosnan, Pengembangan Instrumen Penskoran Pemecahan Masalah Matematika   Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP),2007 
Moleong, L. J, Metodologi Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2001, hal
Niniwati, Pembelajaran Pemecahan Masalah Persamaan Kuadrat Pada Siswa kelas          I SMA Negeri I Padang ,Tesis PPS Malang, 2005
Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif  penerbit Alfabeta, Bandung
Prof. Sukardi, Ph. D, Metodologi Penelitian Pendidikan, penerbit Bumi Aksara,        September 2003
R. Soejadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, Jakarta: Direktorat     Pendidikan Tinggi, 2000
Rini Fajarina, “penerapan langkah-langkah pemecahan masalah model Polya untuk        menyelesaikan soal cerita Aritmatika sosial di MTsN Beureunuen,     skripsi,             Banda Aceh : IAIAN Ar-Raniry, 2007
Siti hawa, Pembelajaran Soal Cerita Matematika Dengan Model Polya Pada Kelas            II Sekolah Dasar,  Tesis Malang: PPS IKIP Malang, 1999
Sriyono, teknik Belajar Mengajar dalam CBSA,  Jakarta, Rineka cipta, 1992
Stanley A smith, Addison Wesley Algebra, America, The United States, 1990
Sutawijaya, A, Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika. Makalah dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika di PPS IKIP Malang, 1998
Wardhani, Pelaksanaan LK Untuk Mempermudah Siswa Menyelesaikan Soal Cerita     Dalam Paket Pembinaan Penataran Guru Sekolah Dasar, Yogyakarta:         Depdikbud,1990















DAFTAR ISI
                                   Halaman
KATA PENGANTAR..................................................................................... ........            
ABSTRAK....................................................................................................... ........
DAFTAR ISI................................................................................................... ........
BAB 1         PENDAHULUAN....................................................................... ........ 1
A.     Latar Belakang Masalah.......................................................... ........ 1
B.     Rumusan Masalah................................................................... ........ 5
C.     Tujuan Penelitian..................................................................... ........ 6
D.     Manfaat Penelitian...................................................................          6
E.      Penjelasan Istilah..................................................................... ........ 6

BAB II        KAJIAN PUSTAKA ..................................................................          8
A.     Belajar Menurut Pandangan Konstruktivis................................ ........ 8
B.     Tujuan Pembelajaran Matematika di MTs................................ ........ 10
C.     Strategi Menggunakan Langkah-langkah Model Polya.............. ........ 12
D.     Menyelesaikan Soal Cerita Perbandingan dengan Model Polya. ........ 17
E.      Kelebihan dan Kekurangan Langkah-langkah Pemecahan Masalah                 21

BAB III      METODE PENELITIAN ........................................................... ........ 23
A.      Pendekatan dan Jenis Penelitian.............................................. ........ 23
B.     Subjek Penelitian..................................................................... ........ 25
C.     Lokasi dan waktu Penelitian..................................................... ........ 25
D.     Instrumen Penelitian................................................................. ........ 26
E.      Teknik Pengumpulan Data....................................................... ........ 27
F.      Pengecekan Keabsahan Data.................................................. ........ 28
G.     Teknik Analisis Data................................................................ ........ 29
H.     Tahap-tahap Penelitian............................................................ ........ 31

BAB IV      HASIL PENELITIAN ................................................................ ........ 38
                                          
BAB V        PEMBAHASAN.......................................................................... ........ 73
                      
BAB VI       PENUTUP .................................................................................. ........ 81
A.     Kesimpulan............................................................................. ........ 81
B.     Saran-saran............................................................................. ........ 82

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... ........


DAFTAR TABEL

Tabel                                                                                                     Halaman
2.1   Pedoman Penskoran Pemecahan Masalah..............................                    16
4.1  Skor Tes Pra Syarat...............................................................                    41
4.2  Daftar Nama-Nama Kelompok..............................................                    42
4.3  Skor Akhir Tindakan I...........................................................                    47
4.4  Hasil Observasi Pengamat Terhadap Aktivitas Peneliti
       Tindakan I.............................................................................                    52
4.5  Hasil Observasi Aktivitas Siswa Tindakan I............................                    53
4.6  Rekapitulasi Hasil Tes Tindakan I Kelompok Phytagoras........                    55
4.7  Skor Akhir Tes Tindakan II....................................................                    63
4.8  Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Peneliti Tindakan II..........                    66
4.9  Hasil Observasi Aktivitas Siswa Tindakan I............................                    67
4.10 Hasil Angket Respons Siswa.................................................                    68









DAFTAR GAMBAR

Gambar                                                                                                     Halaman
Diagram Alir Rancangan Penelitian Tindakan ....................................                    37
                                   
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN LANGKAH-LANGKAH POLYA DALAM PEMECAHAN
 SOAL CERITA PADA MATERI PERBANDINGAN
DI MTs DARUL ‘ULUM



Skripsi
 


Diajukan oleh :


INTAN ELLYANI
Mahasiswi Fakultas Tarbiyah
Jurusan Pendidikan Matematika
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ar-Raniry
NIM : 260414566





 














FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI IAIN AR- RANIRY
DARUSSALAM BANDA ACEH
20008 M / 1429 H


[1] NCTM,.Principles And Standards for school mathematics. Virginia: the NCTM inc, 2000
[2] Herman Hodoyo, Srategi Pembelajaran Matematika, hal. 25
[3] Sutawijaya, A, Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika. Makalah dalam Seminar Nasionala Pendidikan Matematika di PPS IKIP Malang, 1998
[4] Siti hawa, Pembelajaran Soal Cerita Matematika Dengan Model Polya Pada Kelas II Sekolah Dasar, (Tesis Malang: PPS IKIP Malang, 1999), hal 10
[5] Anselm Strauss dan Juliet Corbin,.Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, (Pustaka Pelajar Ofset, 2003),hal 30
[6] G. Polya, How To Solve It.Princeton, (University Press, New Jersey,1973), hal 49
[7] Aiyub , Pembelajaran Lingkaran Melalui Pemecahan Masalah Model Polya Di Kelas II SLTP Laboratorium Universitas Negeri Malang 2003
[8] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1990)
[9] Suriyono, Teknik Belajar Mengajar Dalam CBSA, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hal 119
[10] Bill Tein, A Problem Solving Approach To Mathhematics For Elementary School, Amsterdam, (University Of Mautana, 1981) hal 241
[11] DR. Paul Suparno, Filsafat Kontruksitivisme Dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1997),  hal 61
[12] Ibid., hal. 63
[13] E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: konsep, karakteristik dan implementasi, (Bandung: Rosda Karya, 2005), hal. 43.
[14] R. Soejadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi, 2000), hal. 43.
[15] Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SMA dan MA, (Jakarta: Depdiknas, 2003), hal. 1.
[16] Sriyono, teknik Belajar Mengajar dala CBSA, ( Jakarta, Rineka cipta, 1992 ) hal. 76
[17] Stanley A smith, Addison Wesley Algebra, ( America, The United States, 1990) hal. 186
[18] Rini Fajarina, “penerapan langkah-langkah pemecahan masalah model Polya untuk menyelesaikan soal cerita Aritmatika sosial di MTsN beureunuen, skripsi,(Banda Aceh : IAIAN Ar-Raniry, 2007) Hal. 20
[19] Niniwati, Pembelajaran Pemecahan Masalah Persamaan Kuadrat Pada Siswa kelas I SMA Negeri I Padang (Tesis PPS Malang, 2005), hal.19
[20] Hosnan, Pengembangan Instrumen Penskoran Pemecahan Masalah Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP),2007  hal. 47
[21] Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta, Pustaka Setia, 1985) hal.284
[22] Herman Hudoyo, strategi ….,hal.91
[23] Ibid., hal. 93
[24] Wardhani, pelaksanaa LK untuk mempermudah siswa menyelesaikan soal cerita dalam paket pembinaan penataraan guru sekolah dasar, ( yogyakarta: depdikbud,1990), hal. 3
[25] Sriyono, dkk, Teknik mengajar dalam CBSA, Jakarta Rineka Cipta, 1992
[26] Sriyono, dkk, Teknik…, hal. 119
[27] Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Penerbit Alfabeta Bandung, april 2007), hal 59
[28] Moleong, L. J, Metodologi Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2001), hal 35
[29] Moleong, L. J, Metodologi Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2001), hal 49
[30] Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (penerbit Alfabeta, Bandung) hal 91
[31] Prof. Sukardi, Ph. D, Metodologi Penelitian Pendidikan (penerbit Bumi Aksara, September 2003) hal 212
[32] Prof. Sukardi , Ph. D , Metodologi Penelitian Pendidikan ( Penerbit Bumi Aksara, September 2003, hal  214)






 
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A.     Gambaran Umum Lokasi Sekolah
Lokasi penelitian adalah di MTs Darul ‘Ulum, kecamatan Syiah Kuala, kota Banda Aceh. Berikut ini gambaran umum tentang MTs Darul ‘Ulum yang dimaksud. MTs Darul ‘Ulum didirikan pada tahun 1990 di atas tanah seluas 3920m2, yang terletak di jalan Syiah Kuala. Sebelah barat berbatasan dengan jalan Kasturi Kp. Keramat, sebelah utara berbatasan dengan jalan T. Nyak Arief, sebelah timur berbatasan dengan jalan Syiah Kuala, dan sebelah selatan berbatasan dengan MIN Banda Aceh.
Keadaan fisik sekolah sudah sangat baik, yang terdiri dari ruang belajar sebanyak 16 ruang, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang tata usaha, perpustakaan, laboratorium dan kantin. Jumlah guru yang mengajar adalah 31 orang, yang terdiri dari 11 guru tetap, 1 guru kontrak dan 19 guru honor, di samping itu juga dibantu oleh  pegawai lainnya. Kepala sekolah adalah Dra. Hj. Muniran Husin. Jumlah guru yang mengajar mata pelajaran matematika adalah 2 orang dengan tingkat pendidikan masing-masing adalah strata satu. MTs Darul ‘Ulum pada tahun ajaran 2008/2009 memiliki jumlah siswa yang terdiri dari 369 laki-laki dan 380 perempuan, dengan rincian sebagai berikut, 160 jumlah siswa kelas VII, 262 jumlah siswa kelas VIII dan 197 jumlah siswa kelas IX.



B.     Pelaksanaan Penelitian
Langkah penulis dalam pelaksanaan penelitian menggunakan model Polya, terlebih dahulu mendapatkan izin pembimbing, selanjutnya memperoleh surat izin dari Dekan Tarbiyah dan surat izin dapat mengumpulkan data dari MTs Darul ‘Ulum. Sebelum peneliti melakukan tindakan sesuai dengan RPP yang telah disusun, peneliti terlebih dahulu mengobservasi kondisi sekolah dan kegiatan belajar mengajar mata pelajaran matematika pada kelas VII-1 yang di sampaikan oleh guru.
Pada tanggal 25 Agustus 2008 peneliti menemui kembali guru matematika kelas VII di sekolah dan menjelaskan kembali secara garis besar mengenai tujuan penelitian tersebut. Dalam pertemuan tersebut peneliti dan guru matematika berdiskusi tentang rencana kegiatan yang dilaksanakan dan disepakati, (1) kelas yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian adalah kelas VII-1, karena kelas tersebut merupakan kelas inti,(2) tes awal akan diadakan pada tanggal 27 Agustus 2008 pada pukul 10.00 s/d 10.45, (3) pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan jadwal mata pelajaran kelas VII-1. dalam pertemuan ini Ibu Syarifah mengatakan bahwa secara tidak langsung langkah Polnya telah diterapkan, namun tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, dan langkah tersebut tidak terstruktur, pada materi sebelumnya.
Di samping itu dari Ibu Syarifah diperoleh keterangan bahwa kelas VII-1 merupakan siswa terpilih, atau dengan kata lain kelas VII-1 merupakan kelas inti.
Tanggal 26 Agustus 2008 peneliti kembali menemui Ibu Syarifah untuk membicarakan  tentang teknis pelaksanaannya. Penelitian yang akan dilakukan dengan 2 tindakan. Dari Ibu Syarifah juga diperoleh jadwal mengajar beliau adalah hari Rabu kelas VII-1 (jam 07.30 s/d 09.30), hari Jum’at kelas VII-2 (jam 07.30 s/d 08.50) dan VII-1 (jam 08.50 s/d 10.10) dan hari Sabtu kelas VII-2 (jam 07.30 s/d 08.50).
Tanggal 27 Agustus 2008 hari Rabu peneliti bersama guru matematika menuju ruang kelas VII-1 untuk mengadakan tes awal, beliau memperkenalkan peneliti sebagai mahasiswi  IAIN yang akan mengadakan penelitian di kelas tersebut. Tes awal yang peneliti berikan membuat siswa kaget, karena tidak diberitahukan sebelumnya sebab selama ini mereka terbiasa kalau akan ada ulangan selalu diberitahukan terlebih dahulu, sehingga mereka dapat menyiapkan diri dengan baik. Tes awal ini merupakan materi pra syarat, untuk mengetahui tentang pemahaman siswa pada materi yang sudah mereka pelajari, jika materi pra syarat tidak tuntas maka tidak boleh melanjutkan materi perbandingan senilai.
Tes awal ini peneliti rencanakan dalam waktu 60 menit, yang terdiri dari 5 soal essay, ternyata di luar dugaan dalam waktu 30 s/d 50 menit seluruh siswa selesai mengumpulkan kertas jawaban mereka. Mengenai jawaban mereka benar atau salah belum peneliti ketahui. Setelah jawaban terkumpul, sisa waktu  10 menit peneliti gunakan untuk menjelaskan bahwa nilai tes awal ini digunakan untuk menentukan kelompok.
Tes awal atau tes pra syarat dimaksudkan untuk menjaring untuk pembentukan kelompok, dan untuk mengetahui pemahaman siswa. Hasil tes awal atau tes pra syarat diurutkan mulai dari skor tertinggi dapat dilihat pada tabel 1.3 berikut :


Tabel 4.1 Skor Tes Pra syarat
NO
KODE SISWA
JENIS
KELAMIN
SKOR TES AWAL
1
AM
Laki-laki
100
2
FR
Laki-laki
100
3
FY
Laki-laki
100
4
AA
Perempuan
100
5
SR
Perempuan
100
6
ZN
Laki-laki
100
7
IZ
Laki-laki
95
8
AS
Laki-laki
95
9
ZA
Laki-laki
95
10
FU
Perempuan
90
11
AU
Perempuan
90
12
RR
Perempuan
85
13
MA
Laki-laki
85
14
YC
Laki-laki
85
15
AF
Perempuan
85
16
MN
Perempuan
80
17
CV
Perempuan
80
18
CS
Perempuan
80
19
NF
Perempuan
80
20
RK
Laki-laki
80
21
KF
Laki-laki
80
22
ZA
Laki-laki
75
23
MZ
Perempuan
75
24
NL
Perempuan
70
25
DM
Perempuan
70
26
RM
Perempuan
65
27
LA
Laki-laki
65
28
OM
Perempuan
60
29
RI
Perempuan
55
30
NR
Perempuan
55
31
MM
Perempuan
50
32
SF
Laki-laki
50
33
HJ
Laki-laki
50
34
MM
Laki-laki
50
35
NS
Perempuan
50
36
AB
Laki-laki
45
37
ME
Perempuan
45

Hasil tes awal ini digunakan sebagai pertimbangan dalam membentuk kelompok belajar. Pemberitahuan kelompok tersebut berdasarkan pada hasil tes awal. Soal tes awal terdiri dari 5 soal isian (terlampir). Dalam proses pembentukan kelompok belajar, skor siswa terlebih dahulu diurutkan dari skor tertinggi ke skor yang terendah. Berdasarkan urutan skor pra syarat tersebut, siswa dibagi dalam tiga bagian yaitu, diambil 27% dari siswa yang memperoleh skor tinggi adalah kelompok kemampuan tinggi, 27% dari siswa yang memperoleh skor terendah adalah kelompok kemampuan rendah, dan selain itu adalah kelompok kemampuan sedang.
Masing-masing kelompok dibentuk dengan memilih secara acak dari setiap bagian kemampuan tersebut, sehingga terbentuk 9 kelompok dengan anggotanya terdiri dari 4 siswa, dan ada satu kelompok berjumlah 5 siswa. Daftar nama-nama kelompok dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Daftar Nama-nama Kelompok
NAMA  KELOMPOK
KODE SISWA
JENIS
KELAMIN
KEMAMPUAN
PHYTAGORAS
AM
Laki-Laki
Tinggi
AA
Perempuan
Tinggi
RR
Perempuan
Sedang
RM
Laki-laki
rendah
POLYA
FR
Laki-laki
Tinggi
SR
Perempuan
Tinggi
MA
Perempuan
Sedang
LA
Laki-laki
Rendah
PASCAL
ZN
Laki-laki
Tinggi
NF
Perempuan
Sedang
KF
Laki-laki
Sedang
OM
Perempuan
Rendah
ALGEBRA
FY
 Laki-laki
Tinggi
MZ
Perempuan
Sedang
RI
Perempuan
Rendah
SF
 Laki-laki
Rendah
ALKHAWARISMI
IZ
 Laki-laki
Tinggi
YC
 Laki-laki
Sedang
AF
Perempuan
Sedang
ME
Perempuan
Rendah
PLATO
AS
 Laki-laki
Tinggi
MN
 Laki-laki
Sedang
CV
Perempuan
Sedang
NR
Perempuan
rendah



EUCLIDE

ZA

Perempuan

Tinggi
RK
 Laki-laki
Sedang
DM
Perempuan
Sedang
HS
Perempuan
Rendah
CAUCHY
FU
Perempuan
Tinggi
CS
Perempuan
Sedang
HJ
 Laki-laki
Rendah
NZ
Laki-laki
Rendah
HOPITAL
AU
Perempuan
Tinggi
ZA
Laki-laki
Sedang
MM
 Laki-laki
Rendah
AB
Laki-laki
Rendah
RD
Perempuan
Sedang


Untuk memperoleh informasi tentang kelemahan dan kelebihan pelaksanaan tindakan sebagai bahan refleksi dalam rangka memperbaiki pelaksanaan tindakan berikutnya dilakukan Observasi dengan mengisi format pengamatan dan catatan lapangan. Lembar Observasi diberikan kepada 2 orang, salah satunya dari teman sejawat dari IAIN dan dibantu oleh seorang mahasiswa pratikan, yang bertugas mengamati aktivitas peneliti dan siswa selama pembelajaran berlangsung. Pemberian  lembar observasi ini dimaksudkan agar pengamat dapat memahami tugasnya dengan baik sehingga dapat melaksanakan pengamatan sesuai dengan yang diharapkan.
1.      Paparan Data Tindakan I
Kegiatan yang dilakukan pada tindakan I meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Masing-masing kegiatan dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.      Perencanaan
Pada kegiatan ini beberapa hal yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut :
1.      Menyiapkan rencana dan skenario pembelajaran, lembar observasi, format wawancara dan catatan lapangan.
2.      Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS)
3.      Menyiapkan soal tes akhir tindakan I.
4.      melakukan koordinasi dengan pengamat
b.      Pelaksanaan tindakan I

Pembelajaran ini dilaksanakan pada tanggal 08 Oktober 2008. pada tindakan ini peneliti menerapkan pembelajaran dengan menggunakan langkah-langkah Polya dalam memecahkan soal cerita pada materi perbandingan. Sesuai dengan rencana dan skenario pembelajaran yang telah disusun maka pembelajaran dalam penelitian ini dibagi dalam tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Rencana dan skenario (terlampir).
Pada kegiatan awal, siswa masih berada pada posisi duduk seperti biasa (tanpa kelompok), lalu peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, memberikan motivasi tentang pentingnya materi perbandingan senilai dalam kehidupan sehari-hari. Membangkitkan pengetahuan siswa dengan mengajukan beberapa pertanyaan tentang materi perbandingan senilai. Dalam kegiatan ini siswa juga diminta untuk memberikan beberapa contoh perbandingan senilai dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa siswa dapat memberikan contoh dengan benar dan ada juga yang kurang tepat. Selanjutnya peneliti menjelaskan 4 langkah pemecahan masalah menurut Polya secara garis besar saja, karena keempat langkah ini hanya digunakan untuk menjawab soal yang akan dikerjakan siswa. Peneliti menyuruh siswa berdiskusi dalam kelompok masing-masing untuk memilih pengurus kelompok yaitu ketua dan sekretaris kelompok. Setelah itu guru memberikan tata tertib (aturan main) dalam kelompok, yaitu (1) ketua kelompok ditugaskan untuk memimpin dan mengatur jalannya diskusi, (2) sekretaris kelompok bertugas mencatat laporan hasil-hasil yang didapat sewaktu diskusi berlangsung, (3) tanggung jawab semua siswa sama terhadap keberhasilan kelompok mereka, (4) setiap anggota dalam masing-masing kelompok harus saling membantu jika menghadapi masalah sebelum meminta pertolongan guru, (5) setiap anggota kelompok harus menghargai dan menerima pendapat anggota masing-masing, dan (6) setiap kelompok tidak diizinkan untuk mengakhiri diskusi sebelum semua anggota kelompok menguasai masalah yang menjadi tanggung jawab kelompok kecuali jika waktu yang tersedia sudah habis.
Kegiatan awal diakhiri dengan pengaturan tempat duduk menjadi 7 kelompok. Pada saat pengaturan ini terjadi sedikit kegaduhan karena ada beberapa siswa yang menyeret-nyeret kursi dan meja, mereka saling berebut tempat duduk. Melihat hal itu peneliti memberikan bantuan dengan menempatkan nama-nama kelompok pada masing-masing meja. Kegiatan awal ini membutuhkan waktu 25 menit sesuai dengan yang diharapkan.
Setelah suasana kelas menjadi tenang peneliti dibantu pengamat membagikan LKS kepada masing-masing kelompok untuk didiskusikan pada kelompok masing-masing. Pada saat siswa mengerjakan LKS suasana sedikit agak ramai, karena siswa saling bertanya dan saling bertukar pendapat dalam menyelesaikan soal yang ada di LKS. LKS untuk tindakan I dapat dilihat pada lampiran.
Pada saat siswa mempelajari LKS peneliti berkeliling  mengamati aktivitas siswa dalam kelompoknya. Apabila ada kelompok yang kurang memahami maksud soal, peneliti memberikan bimbingan dan menuntun mereka untuk memahami maksud soal. Masing-masing anggota kelompok saling bertanya mengenai soal yang sedang mereka bahas. Di sini terlihat adanya kerja sama antar sesama anggota kelompok. Waktu yang dibutuhkan untuk memahami dan berdiskusi adalah 25 menit, sesuai dengan rencana sebelumnya.
Kegiatan berikutnya, peneliti meminta satu orang siswa dari setiap kelompok untuk memprestasikan hasil diskusi mereka di depan kelas. Waktu untuk memprestasikan jawaban siswa tidak cukup, karena pada saat siswa memprestasikan hasil kerja mereka, ada sebagian dari siswa yang lain membuat kegaduhan, sehingga waktu presentasi tersita untuk mengatasi siswa yang membuat kegaduhan.
Ketika waktu menunjukkan 09.30 WIB peneliti memberitahukan bahwa waktu presentasi telah usai selanjutnya peneliti memberitahukan bahwa pada pertemuan berikutnya pada tanggal 10 Oktober 2008 akan ada diadakan tes tindakan I. Pembelajaran hari itu peneliti akhiri dengan mengucapkan salam.
Pada hari Jum’at, 10 Oktober 2008 peneliti melakukan tes I yang dibantu oleh 1 orang pengamat, yaitu teman sejawat untuk membagikan lembar soal yang terdiri dari 4 soal essay serta meminta siswa untuk mengumpulkan buku catatan, dan buku paket ke depan kelas. Soal tes tindakan I (terlampir).
Pada waktu tes berlangsung peneliti berkeliling mengawasi siswa yang senang bekerja untuk memastikan apakah ada siswa yang curang dalam melakukan tes. Dalam pelaksanaan tes tidak ada satu pun siswa yang curang.
Mereka berdebar-debar menunggu hasil tes yang akan peneliti bagikan. Akhirnya peneliti membagikan kertas hasil tes mereka satu persatu, ada yang gembira menerimanya, ada yang sedih dan ada yang hanya diam menerima kertas jawaban mereka. Setelah semua jawaban mereka peneliti kembalikan, barulah dimulai dengan pembahasan soal tes. Peneliti menyuruh beberapa orang siswa untuk mengerjakan soal-soal yang tidak dapat mereka kerjakan waktu tes. Kegiatan pembahasan ini sebenarnya tidak ada dalam rencana yang akan peneliti susun, ini dilakukan karena siswa yang menginginkan.
Hasil tes akhir tindakan I dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:


Tabel 4.3 Skor Tes Akhir Tindakan I         
No. Urut
Inisial siswa
Nomor soal
Skor total
1
2
3
4
1
AM
10
10
10
10
100
2
IZ
10
10
10
10
100
3
ZA
10
10
10
10
100
4
CV
10
10
10
10
100
5
MZ
10
10
10
10
98
6
NL
10
9
10
10
98
7
OM
10
10
10
9
98
8
CR
10
10
10
9
98
9
SR
10
10
10
10
95
10
NR
10
10
10
10
95
11
AU
10
10
10
9
95
12
YC
10
10
9
10
95
13
RK
9
9
10
10
95
14
SY
10
10
10
8
95
15
PB
9
10
10
9
95
16
FR
9
9
9
9
90
17
AA
10
9
9
8
90
18
RR
10
10
10
6
90
19
FY
9
10
6
9
88
20
MA
9
9
9
8
88
21
CS
9
9
9
8
88
22
SR
9
8
9
8
80
23
ZN
9
9
9
7
80
24
FU
9
9
8
7
80
25
MM
9
9
8
9
80
26
AH
9
8
8
7
80
27
KF
7
9
7
8
78
28
RM
8
8
8
7
78
29
MR
9
10
6
6
75
30
SF
6
8
8
8
70
31
RD
8
7
7
7
60
32
LA
7
7
6
4
60
33
ZP
6
6
6
6
60
34
NF
7
8
7
-
50
35
AS
8
7
6
-
40
36
RZ
8
4
-
-
30
37
DM
6
6
-
-
30
Jumlah
3022
Rata-rata Nilai
81,68
           
Berdasarkan hasil tes akhir tindakan I, jumlah skor yang diperoleh pada tes akhir tindakan I dari 37 siswa adalah 3022 . Jadi, rata-rata skor tes akhir tindakan I adalah 81,68 pada skala 100. Dengan demikian sesuai dengan kriteria hasil yang ditetapkan pada tindakan I, jika rata-rata skor tes akhir siswa minimal 65 pada skala 100, maka tindakan I berdasarkan hasil tes akhir tindakan I sudah berhasil.
c.       Hasil Observasi tindakan I
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan 2 orang pengamat selama kegiatan berlangsung ditemui beberapa hal sebagai berikut :
1.      Pada saat membentuk pengurus kelompok ada beberapa orang siswa yang menunggu kehadiran peneliti untuk membantu dalam penelitian untuk  membantu dalam pemilihan pengurus kelompok. Masih ada dijumpai beberapa orang siswa yang menolak waktu dipilih sebagai ketua kelompok, dengan alasan tidak begitu pandai dalam pelajaran matematika.
2.      Pada saat siswa diskusi kelompok, aktivitas diskusi masih kaku. Karena di antara siswa ada yang kurang percaya diri.
3.      Pada tindakan I peneliti menemui beberapa orang siswa laki-laki yang kurang bersemangat dalam diskusi, sehingga mereka memutuskan mereka untuk berdiam diri dan tidak memberikan komentar apa-apa serta menerima saja apa yang disampaikan teman lain. Siswa-siswa seperti ini hanya memberikan ekspresi mengangguk, pada saat peneliti menanyakah apakah sudah paham atau belum tentang apa yang mereka kerjakan dalam LKS. Di samping itu, mereka juga mengakui waktu yang disediakan untuk diskusi masih jurang, sehingga dalam mengerjakan soal-soal yang ada dalam LKS terpaksa terburu-buru.
4.      Pada saat pelaksanaan tes tidak dijumpai siswa yang membuka buku catatan, tapi masih ada beberapa orang siswa yang bertanya dan bekerja sama dengan teman sebangkunya. Karena waktu yang disediakan dalam mengerjakan tes sangat terbatas maka banyak siswa yang tidak mau menjawab ketika teman bertanya.

Dari laporan hasil diskusi yang diserahkan masing-masing kelompok pada peneliti dapat di kemukakan sebagai berikut :
1.      Dari 9 kelompok, 7 kelompok menyerahkan laporan hasil diskusi dengan lengkap dan 2 kelompok memberikan laporan diskusi belum lengkap.
2.      Dari cara-cara mereka menjawab soal dengan menggunakan 4 langkah pemecahan masalah menurut Polya, mereka mengaku langkah yang paling sulit mereka pahami adalah langkah kedua yaitu membuat rencana bagaimana  menyelesaikan masalah tersebut. Ada sebagian siswa mengatakan bahwa langkah 4 yang paling sulit, yaitu memeriksa kembali.
3.      Soal tes I yang diberikan sebagian siswa menyatakan soalnya tidak terlalu sulit, namun kadang-kadang dalam perhitungan mereka sering kurang teliti sehingga mengurangi nilai mereka. Masing-masing langkah yang dilakukan siswa dalam menjawab soal No. 1 s/d 4, peneliti nilai dengan langkah 1 diberi skor maksimal 2, langkah 2 skor maksimal 4, langkah 3 skor maksimal 2 dan langkah 4 skor maksimal 2 sesuai dengan pedoman perskoran pemecahan masalah. Sehingga nilai tes I masing-masing nomor bernilai 10, karena soal tes tersebut berjumlah 4 maka jumlah semuanya adalah berjumlah 40. karena nilai tes yang peneliti gunakan berkisar antara 0 s/d 100 maka jumlah nilai tersebut dikalikan dengan 2,5.

Selain itu hasil observasi pengamat terhadap pelaksanaan pembelajaran juga menunjukkan bahwa pembelajaran sudah berlangsung dengan baik. Hasil observasi pengamat meliputi aktivitas guru dan siswa dalam berdiskusi. Untuk lebih jelasnya hasil observasi pengamat terhadap aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran dapat diuraikan sebagai berikut :
1.      Hasil observasi terhadap aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran
Analisis data hasil observasi menggunakan analisis persentase. Adapun skor untuk jawaban “ ya “ adalah 1, sedangkan skor untuk jawaban “ tidak ” adalah 0. skor yang didapat dari masing-masing indikator dijumlahkan dan hasilnya disebut skor. Selanjutnya dihitung persentase nilai rata-rata dengan membagi jumlah skor dengan skor maksimal dikalikan dengan 100% atau dapat ditulis sebagai berikut :
 Persentase Nilai Rata-Rata ( NR ) =
Kriteria taraf keberhasilan tindakan ditentukan sebagai berikut :
90 % £ NR < 100%           : Sangat baik
80 % £ NR < 90%             : Baik
70 % £ NR < 80%             : Cukup baik
60 % £ NR < 70%             : Kurang
0 % £ NR < 60%               : Sangat kurang
Hasil observasi pengamat terhadap aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model Polya dapat dilihat pada tabel di bawah ini , lembar observasi guru dan siswa dalam pembelajar dengan menggunakan model Polya ( terlampir ).                               
        
Tabel 4.4 : Hasil Observasi Pengamat Terhadap Aktivitas Peneliti
No
Keg.
Indikator
Pengamat I
Pengamat II
Ya
Tidak
Ya
Tidak

Awal
a.       Memberi salam
b.      Menyampaikan tujuan pembelajaran/tujuan yang ingin dicapai untuk topik perbandingan senilai
c.       Memberikan motivasi tentang pentingnya materi perbandingan senilai dalam kehidupan sehari-hari
d.      Menggali Potensi/pemahaman siswa
e.       Pengenalan 4 langkah pemecahan masalah model Polya
Ö
Ö


Ö



Ö







Ö

Ö
Ö


Ö


Ö
Ö


Inti
f.        Menginformasikan materi ajar
g.       Kemampuan dalam membagikan siswa dalam kelompok
h.       Membagi LKS pada masing-masing kelompok
i.         Menyuruh siswa bekerja sama/berdiskusi dengan teman sekelompok untuk menyelesaikan tugas dalam LKS
j.        Kemampuan dalam mengontrol kelompok belajar
k.      Kemampuan mengarahkan siswa untuk menemukan jawaban dan cara menjawab soal, dengan memberikan bantuan terbatas
l.         Kemampuan mengamati cara kerja siswa dalam menyelesaikan soal dengan menggunakan langkah-langkah Polya
m.     Kemampuan mengoptimalkan interaksi siswa dalam bekerja kelompok
n.       Kemampuan mendorong siswa untuk membandingkan jawaban dengan kelompok lain
o.      Meminta perwakilan dari kelompok masing-masing untuk memprestasikan hasil kerja kelompok di depan kelas
Ö
Ö

Ö

Ö





Ö



Ö





Ö









Ö









Ö



Ö
Ö
Ö

Ö

Ö



Ö









Ö

Ö











Ö




Ö






Ö

Akhir
p.      Memberikan kuis/tes akhir tindakan secara perorangan /individu
q.      Memaparkan perkembangan siswa selama pembelajaran berlangsung
r.        Memberikan koreksi terhadap kerja siswa
s.       Menyampaikan salam penutup
Ö

Ö

Ö

Ö

Ö



Ö

Ö


Ö

Berdasarkan data observasi ke dua pengamat pada tabel di atas, jumlah skor yang didapat 15,5 sedangkan skor maksimal 19. Dengan demikian persentase nilai rata-rata adalah 81,5%. Ini berarti taraf keberhasilan aktivitas peneliti sebagai guru berdasarkan ke dua pengamat termasuk dalam kategori baik.

Tabel 4.5 :  Hasil Observasi Aktivitas Siswa
No
Keg.
Indikator
Pengamat I
Pengamat II
Ya
Tidak
Ya
Tidak

Awal
a.       Menjawab Salam
b.      Memperhatikan Dan Mencatat Tujuan Pembelajaran yang disampaikan Guru
c.       Merespon Penjelasan Guru
d.      Mengajukan Pertanyaan Tentang Hal-Hal Yang Belum Dimengerti Tentang Pemecahan Masalah Model Polya
Ö
Ö


Ö




Ö

Ö
Ö

Ö
Ö



Inti
e.       Menerima LKS masing-masing
f.        Menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru
g.       Menyelesaikan tugas yang ada di dalam LKS dengan menggunakan model Polya
h.       Meminta bimbingan guru dengan mengajukan pertanyaan mengenai materi yang kurang dipahami
Ö
Ö

Ö


Ö


Ö


Ö





Ö




Ö



Akhir
i.         Mengerjakan kuis/tes
j.        Mengetahui kemajuan, setelah tindakan
k.      Menjawab salam penutup
Ö
Ö
Ö

Ö
Ö
Ö


Berdasarkan data observasi kedua pengamat pada tabel di atas, jumlah skor yang didapat adalah 9 sedangkan skor maksimal 11. dengan demikian persentase senilai rata-rata adalah 81,8%. Berarti taraf keberhasilan aktivitas siswa berdasarkan kedua pengamat termasuk dalam kategori yang  baik.
Dari hasil analisis data observasi terhadap kegiatan peneliti dan siswa, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan peneliti dalam mengajar dan kegiatan siswa dalam mengajar sudah baik. Namun berdasarkan hasil observasi dua orang pengamat masih ada indikator yang masih kurang yaitu kurangnya memberikan motivasi pada siswa.
d.      Hasil wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengetahui respons siswa terhadap pembelajaran dan pemahaman siswa terhadap materi. Pedoman wawancara dapat dilihat pada lampiran. Wawancara hanya dilakukan pada subjek setelah pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh bahwa semua subjek wawancara menyatakan materi perbandingan senilai ada kaitannya dengan pengetahuan sebelumnya, yaitu materi perjumlahan, pengurangan dan bilangan  bulat. Subjek wawancara menyatakan senang bahwa materi perbandingan senilai dikaitkan dengan pengetahuan sebelumnya.
Berdasarkan hasil tes I yang diberikan, dari 4 orang siswa yang diamati secara mendalam tersebut  2 orang siswa menjawab ke 4 soal dengan benar 1 orang menjawab 3 soal dengan  benar dan 1 orang menjawab 2 soal dengan benar. Di bawah ini dapat  secara terperinci nilai tes akhir tindakan I tersebut yang dinilai berdasarkan skor pemecahan masalah.

Tabel 4.6 : Rekapitulasi Hasil Tes Tindakan I kelompok Phytagoras
No Soal
Kode siswa
Skor yang diperoleh
L1
L2
L3
L4
1
AM
2
4
2
2
2
2
4
2
2
3
2
4
2
2
4
2
4
2
2
1
AA
2
4
2
2
2
2
4
2
2
3
2
4
2
2
4
2
4
2
2
1
RR
2
3
2
2
2
2
3
2
2
3
2
3
2
2
4
2
3
2
2
1
RM
2
3
2
2
2
2
3
2
2
3
2
3
-
-
4
2
-
-
-
           

Dari hasil tes yang dilakukan dapat dilihat bahwa dari keempat orang siswa yang diamati secara mendalam hanya 1 orang yang tidak dapat menjawab soal nomor 4 dengan keempat langkah pemecahan masalah model Polya, hanya langkah 1 yang dapat bisa dijawabnya. Pada soal nomor 4 dalam mengerjakan langkah ke 2 salah menggunakan rumus sehingga langkah 3 dan 4 otomatis menjadi salah.
            Semua subjek wawancara senang dengan pembelajaran setting belajar kelompok. Berikut ini petikan alasan masing-masing subjek wawancara mengapa mereka senang belajar secara kelompok.
AM      : Karena bila ada masalah yang sulit dipecahkan dengan belajar kelompok akan lebih mudah. Melalui belajar kelompok dapat saling tukar pikiran dalam belajar.
AA       : Karena belajar sambil bermain dan memikirnya tidak sendiri
RR       : Karena bisa tukar pikiran dengan teman
RM      : Mudah memecahkan masalah sulit dengan belajar kelompok

Semua subjek wawancara juga menyatakan senang jika pembelajaran soal cerita perbandingan senilai diajarkan dengan menggunakan model Polya. Alasan  subjek wawancara sebagai berikut:
AM      : Belajar dengan menggunakan model Polya membuat kita    lebih teliti dalam menyelesaikan soal cerita
AA      : Cara dengan model Polya membuat saya bisa lebih hati-hati, dan cara mendapatkan ilmu yang baru dari model ini
RR       : Cara ini membuat saya berfikir lebih kreatif
RM      : Sebenarnya cara ini menyenangkan, tapi memakan waktu yang lama, kan kemampuan siswa itu berbeda-beda, sampai-sampai tes kemarin 1 soal yang tidak sempat saya kerjakan karena waktunya udah habis.
Semua subjek wawancara juga menyatakan senang jika pada materi lain diajarkan dengan menggunakan model Polya, khususnya pada soal cerita. Alasan  subjek wawancara sebagai berikut:
AM      : saya senang belajar dengan model ini, dapat ilmu baru, terus walau sedikit pusing tapi asik, polya ini cocok banget jika diterapkan dalam soal cerita
AA      : boleh-boleh aja
RR       : Cara ini membuat saya berfikir lebih kreatif
RM       : Sebenarnya cara ini menyenangkan, tapi memakan waktu yang lama, kan kemampuan siswa itu berbeda-beda, sampai-sampai tes kemarin 1 soal yang tidak sempat saya kerjakan karena waktunya
            Ketika subjek wawancara diminta untuk menjelaskan hasil kerjanya, mereka dapat menjelaskan dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa mereka memahami apa yang telah mereka kerjakan.
            Dari hasil wawancara ke empat siswa tersebut mereka menyatakan bahwa cara menyelesaikan soal cerita dengan polya menyenangkan, apalagi dilakukan dengan kerja kelompok. Sebahagian siswa ada yang menyatakan bahwa langkah-langkah Polya pernah mereka dapati, akan tetapi tidak mengikuti prosedur polya yang sebenarnya.
e.      Hasil catatan lapangan
Berdasarkan pengamatan peneliti dan 2 orang pengamat selama  kegiatan pembelajaran diperoleh beberapa informasi sebagai berikut :
1.      Pada waktu mengumpulkan tugas hasil diskusi kelompok masih ada yang tidak lengkap dan tuntas mengerjakan.
2.      Pada saat pengaturan kursi masih terjadi kegaduhan, ini terlihat pada saat pembentukan kelompok.
3.      Pada saat mengerjakan tugas yang ada di LKS, sebahagian siswa hanya diam saja, mereka serahkan pada ketua kelompok.
4.      Pada saat mempresentasikan hasil kerjanya pada tindakan I, tidak tuntas, hal ini disebabkan karena tidak cukup waktu, karena pada saat presentasi ada sebahagian siswa membuat keributan, jadi waktu yang tersedia untuk presentasi terbuang begitu saja, untuk mendiamkan siswa yang berbuat keributan.
f.        Refleksi
Refleksi dilakukan untuk mengetahui apakah tindakan I sudah berhasil atau tidak. Jika belum berhasil maka penelitian dilanjutkan pada tindakan berikutnya dengan materi yang sama. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, pada pelaksanaan diskusi semua kelompok telah dapat menyelesaikan semua soal yang ada di LKS dengan menggunakan 4 langkah pemecahan masalah model Polya yang telah peneliti jelaskan.
            Berdasarkan tes yang diberikan, siswa sudah dapat menyelesaikan soal-soal perbandingan senilai dengan menggunakan 4 pemecahan masalah menurut Polya. Hasil tes akhir tindakan II siswa yang mendapat nilai ≥ 65 sebanyak 33 0rang dari 37 siswa yang ada. Pada tindakan I diperoleh bahwa rata-rata nilai tes akhie tindakan II adalah 83,4 pada skala 100. Dengan demikian sesuaia dengan kriteria hasil yang ditetapkan pada tindakan I, jika rata-rata skor tes akhir siswa minimal 65, maka tindakan I berdasarakan hasil tes akhir tindakan I sudah berhasil.
            Berdasarkan hasil wawancara terhadap subjek wawancara, diperoleh bahwa pemahaman tentang materi sudah baik dan semakin  meningkat, respons mereka terhadap pembelajaran juga sangat positif. Keberhasilan tindakan II ini juga dapat dilihat dari hasil angket yang diberikan pada siswa. Secara umum siswa menyatakan dengan belajar kelompok memberi semangat untuk belajar, dengan belajar menggunakan pemecahan masalah model Polya mereka menjadi lebih teliti dalam memecahkan masalah dalam matematika, khususnya dalam bentuk soal cerita.
            Berdasarkan hasil refleksi yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tindakan I telah mencapai kriteria keberhasilan baik dari segi proses maupun dari segi hasil. Untuk itu disimpulkan bahwa tindakan I tidak perlu diulang. Dengan demikian penelitian telah usai.                                
2.      Paparan Tindakan II
Kegiatan yang dilakukan  pada waktu tindakan II meliputi perencanaan,pelaksanaan, observasi dan refleksi. Masing-masing kegiatan dapat dijelaskan sebagai berikut.
a.      Perencanaan
Pada kegiatan ini beberapa hal yang dilakukan peneliti adalah.
1.      Menyiapkan rencana dan skenario pembelajaran, bahan ajar, lembar observasi, format wawancara dan catatan lapangan serta angket.
2.      Menyiapkan  Lembar  Kerja  Siswa ( LKS )
3.      Menyiapkan soal tes akhir tindakan I
4.      Melakukan koordinasi dengan guru matematika dan 2 orang pengamat.
b. Pelaksanaan tindakan II
Sebelum tindakan II dimulai, bahan ajar telah peneliti bagikan tugas hari sebelumnya. Bahan ajar ini dibagikan lebih cepat dua hari dari bahan ajar I. Semua siswa harus membaca, memahami dan mempelajari materi yang ada di dalamnya. Pembelajaran dilaksanakan pada hari Senin, 15 Oktober 2008. Dalam tindakan II peneliti menerapkan pembelajaran pemecahan masalah dengan menggunakan langkah-langkah Polya dengan sub pokok bahasan yang sama, yaitu perbandingan senilai. Dalam tindakan II merevisi kekurangan pada tindakan I. Kekurangan siswa pada tindakan I yaitu, dalam menerapkan langkah 2 dan langkah 4 Sesuai  dengan rencana dan skenario pembelajaran yang telah di susun maka pembelajaran dalam penelitian ini dibagi dalam tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
Pada kegiatan awal, siswa masih berada pada posisi duduk seperti biasa (tidak berkelompok), lalu peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan di capai, memberikan kembali motivasi tentang pentingnya persamaan kuadrat dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya peneliti mengingatkan kembali tentang 4 langkah pemecahan masalah menurut Polya, namun siswa mengulang sekilas cara menggunakan langkah-langkah Polya. Seperti pada tindakan I, kegiatan awal diakhiri dengan pembentukan kelompok. Pengaturan tempat tidak lagi gaduh seperti pada tindakan I, siswa sudah mulai tertib dalam menyusun tempat duduk dengan baik. Kegiatan awal ini membutuhkan waktu 15 menit.
Pada kegiatan ini, peneliti meminta siswa untuk menuju kelompok masing-masing, saat menuju kelompok ini suasana tidak lagi segaduh tindakan I. Dengan bantuan guru matematika, peneliti membagikan LKS kepada masing-masing ketua kelompok untuk dibagikan pada anggota kelompoknya untuk didiskusikan.
Pada waktu siswa mempelajari LKS, suasana masih terlihat gaduh .menghadapi hal demikian peneliti memberikan jalan keluar dengan mengatakan jika nanti ada diskusi yang memerlukan tambahan waktu akan kita pertimbangkan. Mendengar hal ini siswa mulai tenang kembali. Suasana pada saat berkumpul dan mempelajari LKS ini tampak tenang, kadang-kadang terdengar suara dari beberapa siswa yang saling bertanya pada temanya tentang soal yang tidak jelas dan tidak mereka pahami. Hal ini menunjukkan siswa senang dalam melakukan kegiatannya. Tidak lagi terlihat siswa-siswa yang bekerja sendiri-sendiri seperti pada tindakan I, semua sudah nampak saling bertukar pikiran.
Dalam kegiatan awal ini, peneliti berkeliling mengamati aktivitas siswa dalam kelompoknya sambil mengingatkan pada mereka akan pentingnya mengerjakan semu tugas yang ada dalam LKS.
Dalam diskusi ini aktivitas diskusi sudah berjalan dengan baik, yaitu terlihat adanya pembagian tugas dalam kelompok. Akhirnya waktu untuk diskusi sudah berakhir. Setelah tugas LKS sudah terkumpul, peneliti meminta salah satu siswa dari setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Dalam tindakan II presentasi berjalan dengan baik, semua kelompok dapat mempresentasikan hasil kerjanya. Akhirnya pembelajaran hari ini berakhir, peneliti memberitahukan siswa pada pertemuan berikutnya akan dilaksanakan tes tindakan II  dan akhirnya untuk menutup pertemuan hari itu peneliti mengucapkan salam.
Pada hari Rabu 17 Oktober 2008, akhirnya tes tindakan II dilaksanakan dalam waktu 60 menit. Dalam tes ini peneliti dibantu oleh seorang pengamat (1 orang pengamat berhalangan hadir) untuk membagikan tes yang juga terdiri dari 4 soal essay (terlampir).sebelum tes dilaksanakan seperti bisa biasa peneliti meminta siswa mengumpulkan semua catatan, dan buku cetak ke depan kelas.
Suasana ujian tampak tenang dan berjalan dengan lancar, tidak ada lagi siswa yang bertanya pada temannya. Masing-masing siswa sibuk menyelesaikan soal meskipun mereka menyatakan waktu masih kurang, namun  dengan penuh rasa tanggung jawab mereka tetap melaksanakan tes. Setelah waktu 60 menit berlalu, peneliti meminta siswa untuk mengumpulkan hasil pekerjaan mereka.
Peneliti juga menginformasikan pertemuannya berikutnya hari Kamis, 17 Oktober 2008 kegiatan siswa adalah pengisian angket. Pada hari Kamis 17 Oktober 2008 peneliti membagikan angket pada semua siswa untuk mereka isi dan serahkan pada hari itu juga. Selesai pengisian angket peneliti berdialog dengan beberapa orang siswa. Akhirnya peneliti mengakhiri pertemuan dengan mengucapkan salam.
Hasil tes akhir tindakan II dapat dilihat pada tabel 4.7berikut:
Tabel 4.7 Skor Tes Akhir Tindakan II
No. Urut
Inisial siswa
Nomor soal
Skor total
1
2
3
4
1
AM
10
10
10
10
100
2
IZ
10
10
10
10
100
3
ZA
10
10
10
10
100
4
CV
10
10
10
10
100
5
MZ
10
10
10
10
100
6
NL
10
10
10
10
100
7
OM
10
10
10
10
100
8
CR
10
10
10
10
100
9
SR
10
10
10
10
100
10
NR
10
10
10
10
100
11
AU
10
10
10
9
98
12
YC
10
10
9
10
98
13
RK
9
9
10
10
95
14
SY
10
10
10
8
95
15
PB
9
10
10
9
95
16
FR
9
9
9
9
90
17
AA
10
9
9
8
90
18
RR
10
10
10
6
90
19
FY
9
10
6
9
88
20
MA
9
9
9
8
88
21
CS
9
9
9
8
88
22
SR
9
8
9
8
80
23
ZN
9
9
9
7
80
24
FU
9
9
8
7
80
25
MM
9
9
8
9
80
26
AH
9
8
8
7
80
27
KF
7
9
7
8
78
28
RM
8
8
8
7
78
29
MR
9
10
6
6
75
30
SF
6
8
8
8
70
31
RD
8
7
7
7
60
32
LA
7
7
6
4
60
33
ZP
6
6
6
6
60
34
NF
7
8
7
-
50
35
AS
8
8
6
-
50
36
RZ
8
4
-
-
40
37
DM
6
6
6
-
30
Jumlah
3071
Rata-rata Nilai
83

Berdasarkan hasil tes akhir tindakan II, jumlah skor yang diperoleh pada tes akhir tindakan II dari 37 siswa adalah 3071 . Jadi, rata-rata skor tes akhir tindakan II adalah 83 pada skala 100. Dengan demikian sesuai dengan kriteria hasil yang ditetapkan pada tindakan II, jika rata-rata skor tes akhir siswa minimal 65 pada skala 100, maka tindakan I berdasarkan hasil tes akhir tindakan I sudah berhasil.
c         Hasil Observasi Tindakan II
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan 2 orang pengamat sealam kegiatan pembelajaran berlangsung terlihat siswa sangat senang dalam belajar. Hasil analisis 2 pengamat terhadap pelaksanaan pembelajaran juga  menunjukkan bahwa pembelajaran sudah berlangsung dengan baik, hasil observasi pengamat meliputi aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran. Untuk lebih jelasnya hasil observasi 2 orang pengamat terhadap aktivitas guru dan siswa dapat di uraikan sebagai berikut:
Analisis data hasil observasi menggunakan analisis persentase. Adapun skor untuk jawaban “ya“ adalah 1, sedangkan skor untuk jawaban “tidak” adalah 0. skor yang didapat dari masing-masing indikator dijumlahkan dan hasilnya disebut skor. Selanjutnya dihitung persentase nilai rata-rata dengan membagi jumlah skor dengan skor maksimal dikalikan dengan 100% atau dapat ditulis sebagai berikut :
Persentase Nilai Rata-Rata ( NR ) =
Kriteria taraf keberhasilan tindakan ditentukan sebagai berikut :
90 % £ NR < 100%     : Sangat baik
80 % £ NR < 90%       : Baik
70 % £ NR < 80%       : Cukup baik
60 % £ NR < 70%       : Kurang
0 % £ NR < 60%         : Sangat kurang

Hasil observasi pengamat terhadap aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model Polya dapat dilihat pada tabel di bawah ini, lembar observasi guru dan siswa dalam pembelajar dengan menggunakan model Polya (terlampir).     

Tabel 4.8 : Hasil Observasi Pengamat Terhadap Aktivitas Peneliti
No
Keg.
Indikator
Pengamat I
Pengamat II
Ya
Tidak
Ya
Tidak

Awal
a.       Memberi salam
b.      Menyampaikan tujuan pembelajaran/tujuan yang ingin dicapai untuk topik perbandingan senilai
c.       Memberikan motivasi tentang pentingnya materi perbandingan senilai dalam kehidupan sehari-hari
d.      Menggali Potensi/pemahaman siswa
e.       Pengenalan 4 langkah pemecahan masalah model Polya
Ö
Ö


Ö


Ö
Ö









Ö
Ö


Ö


Ö
Ö


Inti
a.      Menginformasikan materi ajar
b.      Kemampuan dalam membagikan siswa dalam kelompok
c.      Membagi LKS pada masing-masing kelompok
d.      Menyuruh siswa bekerja sama/berdiskusi dengan teman sekelompok untuk menyelesaikan tugas dalam LKS
e.      Kemampuan dalam mengontrol kelompok belajar
f.        Kemampuan mengarahkan siswa untuk menemukan jawaban dan cara menjawab soal, dengan memberikan bantuan terbatas
g.      Kemampuan mengamati cara kerja siswa dalam menyelesaikan soal dengan menggunakan langkah-langkah Polya
h.      Kemampuan mengoptimalkan interaksi siswa dalam bekerja kelompok
i.        Kemampuan mendorong siswa untuk membandingkan jawaban dengan kelompok lain
j.        Meminta perwakilan dari kelompok masing-masing untuk memprestasikan hasil kerja kelompok di depan kelas

Ö

Ö

Ö


Ö

Ö



Ö


Ö

Ö


Ö
Ö
























Ö
Ö

Ö

Ö


Ö
Ö



Ö


Ö

Ö


Ö


























Akhir
a.      Memberikan kuis/tes akhir tindakan secara perorangan /individu
b.      Memaparkan perkembangan siswa selama pembelajaran berlangsung
c.      Memberikan koreksi terhadap kerja siswa
d.      Menyampaikan salam penutup
Ö

Ö

Ö
Ö

Ö

Ö

Ö
Ö



Berdasarkan data observasi ke dua pengamat pada tabel di atas, jumlah skor yang didapat 18,5 sedangkan skor maksimal 19. Dengan demikian persentase nilai rata-rata adalah 97,3%. Ini berarti taraf keberhasilan aktivitas peneliti sebagai guru berdasarkan ke dua pengamat termasuk dalam kategori sangat baik..

Tabel  4.9 : Hasil Observasi Aktivitas Siswa
No
Keg.
Indikator
Pengamat I
Pengamat II
Ya
Tidak
Ya
Tidak

Awal
a.       Menjawab salam
b.      Memperhatikan dan mencatat tujuan pembelajaran yang disampaikan guru
c.       Merespon penjelasan guru
d.      Mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang belum dimengerti tentang pemecahan masalah model polya
Ö
Ö

Ö
Ö






Ö
Ö

Ö
Ö



Inti
a.      Menerima LKS masing-masing
b.     Menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru
c.      Menyelesaikan tugas yang ada di dalam LKS dengan menggunakan model Polya
d.     Meminta bimbingan guru dengan mengajukan pertanyaan mengenai materi yang kurang dipahami
Ö
Ö

Ö


Ö

Ö
Ö

Ö


Ö




Akhir
a.      Mengerjakan kuis/tes
b.     Mengetahui kemajuan, setelah tindakan
c.      Menjawab salam penutup
Ö
Ö
Ö

Ö
Ö
Ö


Berdasarkan data observasi kedua pengamat pada tabel di atas, jumlah skor yang didapat adalah 11 sedangkan skor maksimal 11. dengan demikian persentase senilai rata-rata adalah 100%. Berarti taraf keberhasilan aktivitas siswa berdasarkan kedua pengamat termasuk dalam kategori yang sangat baik.
Berdasarkan hasil analisis data observasi terhadap kegiatan guru dan siswa, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan peneliti dalam mengajar dan kegiatan siswa dalam belajar sudah sangat baik dalam pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan.
Berdasarkan hasil beberapa analisis data yang diuraikan di atas, maka disimpulkan bahwa pembelajaran tindakan II telah mencapai kriteria keberhasilan baik dari segi proses maupun dari segi hasil. Dengan demikian disimpulkan bahwa tindakan II  tidak perlu diulang.

d.      Hasil Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dan pemahaman siswa terhadap materi. Pedoman wawancara dapat dilihat pada lampiran 14. Wawancara hanya dilakukan pada subjek wawancara setelah pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh bahwa semua subjek wawancara menyatakan senang jika pembelajaran materi perbandingan senilai dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari. Alasan subjek wawancara sebagai berikut :
AM        : Kita lebih mudah memahaminya.
AA      : Kita lebih mudah berpikirnya, karena sering kita lihat dilingkungan kita
RR       : Belajarnya lebih serius, kita dapat terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
RM       : Kita lebih mengetahui gunanya perbandingan dalam kehidupan sehari-hari.
Semua subjek wawancara menyatakan setuju jika langkah-langkah Polya diterapkan pada materi lain, terutama soal cerita.
AM      : Saya setuju, karena langkah-langkah Polya itu sangat bagus
AA      : Karena Polya  dapat membuat kita berpikir secara lebih jauh lagi.
RR       : bisa diterapakan dimateri lain, membuat kita lebih kritis alam menjawab soal.
RM       : Bisa, tapi kalau waktunya singkat itu menjadi rumit.

e.      Hasil Angket Respon Siswa
Untuk melengkapi data mengenai respons siswa terhadap pembelajaran, peneliti memberi angket kepada seluruh siswa. Angket respons siswa dapat dilihat pada lampiran. Hasil respons siswa terhadap pelaksanaan tindakan dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut:

Tabel 4.10 : Hasil Angket Respon Siswa
No. Pernyataan
Sifat pernyataan
Respons Siswa
Jumlah Siswa
Skor Rata-rata
SS
S
TS
STS
1
Positif
15
22
0
0
37
3,4
2
Positif
20
21
1
0
37
3,5
3
Positif
21
10
5
1
37
3,3
4
Positif
10
25
1
1
37
3,1
5
Positif
10
27
0
0
37
3,2
6
Positif
12
20
3
2
37
3,1
7
Positif
32
5
0
0
37
3,8
8
Positif
27
10
0
0
37
3,7
9
Positif
16
13
8
0
37
3,2
10
Positif
10
16
8
3
37
2,8
11
Positif
26
11
0
0
37
3,7
12
Positif
22
12
3
0
37
3,5

Semua pernyataan dalam angket bersifat positif. Oleh karena itu, STS diberi skor 1, TS diberi skor 2, S diberi skor 3 dan SS diberi skor 4. Analisis data angket untuk masing-masing indikator. Skor total yang diperoleh masing-masing indikator dibagi dengan  banyak siswa. Hasil perhitungan ini disebut skor rata-rata. Untuk menentukan respons siswa digunakan kriteria sebagai berikut:
  3 < SR ≤ 4     : sangat positif
  2 < SR ≤ 3     : positif
  1 < SR ≤ 2     : negatif
  0 ≤ SR ≤ 1     : sangat negatif

            Berdasarkan tabel 4.7, respons siswa terhadap masing-masing pernyataan dalam pelaksanaan tindakan, diartikan dalam uraian berikut:
Pernyataan 1 memperoleh skor rata-rata  3,4. Sesuai dengan kriteria, berarti respons siswa sangat positif. Artinya, dengan belajar kelompok siswa lebih mudah memecahkan masalah perbandingan senilai.
Pernyataan 2 memperoleh skor rata-rata 3,5. Sesuai dengan kriteria, berarti respons siswa sangat positif. Artinya,materi Perbandingan sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari
            Pernyataan 3 memperoleh skor  rata-rata 3,3. Sesuai dengan kriteria, berarti respons siswa sangat positif. Artinya, belajar kelompok memberi semangat untuk belajar pemecahan masalah perbandingan senilai.
            Pernyataan 4 memperoleh skor rata-rata 3,1. sesuai dengan kriteria, berarti respons siswa sangat positif. Artinya, teman dalam satu kelompok memberi semangat dan dorongan dalam pemecahan masalah.
            Pernyataan 5 memperoleh skor rata-rata 3,2. Sesuai dengan kriteria, berarti respons siswa sangat positif. Artinya, siswa senang belajar kelompok untuk menyelesaikan masalah perbandingan.
            Pernyataan 6 memperoleh skor rata-rata 3,1. Sesuai dengan kriteria, berarti respons siswa sangat positif. Artinya, penempatan siswa dalam kelompok membuat termotivasi untuk menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah perbandingan senilai.
            Pernyataan 7 memperoleh skor rata-rata  3,8. Sesuai dengan kriteria, berarti respons siswa sangat positif. Artinya, siswa senang guru membantunya dan kelompok saat mengalami kesulitan.
            Pernyataan 8 memperoleh skor rata-rata 3,7. Sesuai dengan kriteria, berarti respons siswa sangat positif. Artinya, jika mengalami kesulitan siswa mencoba untuk membicarakan dengan teman kelompoknya.
            Pernyataan 9 memperoleh skor rata-rata 3,2. Sesuai dengan kriteria, berarti respons siswa sangat positif. Artinya, siswa senang pembelajaran konsep perbandingan senilai diajarkan dengan model Polya.
            Pernyataan 10 memperoleh skor rata-rata 2,8. Sesuai dengan kriteria, berarti respons siswa positif. Artinya, siswa setuju jika langkah-langkah Polya diterapkan pada materi lain.
            Pernyataan 11 memperoleh skor 3,7. Sesuai dengan kriteria, berarti respons siswa sangat positif. Artinya, belajar dengan menggunakan model Polya membuat siswa lebih paham.
            Pernyataan 12 memperoleh skor 3,5. Sesuai dengan kriteria, berarti respons siswa sangat positif. Artinya, pembelajaran dengan menggunakan model Polya membutuhkan waktu lama, tetapi membuat siswa lebih teliti dalam memecahkan masalah.
f.        Refleksi
Refleksi dilakukan untuk mengetahui apakah tindakan II sudah berhasil atau tidak. Jika belum berhasil maka penelitian dilanjutkan pada tindakan berikutnya dengan materi yang sama. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, pada pelaksanaan diskusi semua kelompok telah dapat menyelesaikan semua soal yang ada di LKS dengan menggunakan 4 langkah pemecahan masalah model Polya yang telah peneliti jelaskan.
            Berdasarkan tes yang diberikan, siswa sudah dapat menyelesaikan soal-soal perbandingan senilai dengan menggunakan 4 pemecahan masalah menurut Polya. Hasil tes akhir tindakan II siswa yang mendapat nilai ≥ 65 sebanyak 30 0rang dari 35 siswa yang ada dengan kata lain  siswa mendapat skor ≥ 65 dan rata-rata skor siswa adalah  (skala 1-100) adapun kriteria keberhasilan tindakan adalah 80% siswa memperoleh skor ≥ 65. ini berari keberhasilan tindakan telah terpenuhi.
            Berdasarkan hasil wawancara terhadap subjek wawancara, diperoleh bahwa pemahaman tentang materi sudah baik dan semakin  meningkat, respons mereka terhadap pembelajaran juga sangat positif. Keberhasilan tindakan II ini juga dapat dilihat dari hasil angket yang diberikan pada siswa. Secara umum siswa menyatakan dengan belajar kelompok memberi semangat untuk belajar, dengan belajar menggunakan pemecahan masalah model Polya mereka menjadi lebih teliti dalam memecahkan masalah dalam matematika, khususnya dalam bentuk soal cerita.
            Berdasarkan analisis data yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tindakan II telah mencapai kriteria keberhasilan baik dari segi proses maupun dari segi hasil. Untuk itu disimpulkan bahwa tindakan II tidak perlu diulang. Dengan demikian penelitian telah usai.                                 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
BAB V
PEMBAHASAN

A.     Pelaksanaan Tes Prasyarat
Tes pra syarat dilakukan untuk memperoleh informasi tentang pengetahuan pra syarat siswa yang berkaitan dengan materi perbandingan. Melalui tes pra syarat yang memuat materi pendukung dalam pembelajaran materi yang ingin diteliti, dapat dilihat kelemahan apa saja yang dihadapi siswa. Untuk itu dapat diberikan bimbingan agar materi pra syarat tersebut dapat dipahami oleh siswa. Dengan demikian diharapkan pada saat pelaksanaan tindakan tidak terdapat kesalahan yang dilakukan oleh siswa berkaitan dengan pengetahuan pra syarat sehingga data yang diperoleh sesuai dengan hasil atau sasaran yang diharapkan. Tes pra syarat yang diberikan adalah berupa materi pendukung pada materi perbandingan.
Dengan penguasaan siswa tentang materi pra syarat diharapkan siswa mampu menggunakan dalam menyelesaikan soal cerita dalam materi perbandingan senilai pada saat proses pembelajaran. Soal yang ditanyakan pada tes prasyarat adalah tentang operasi penjumlahan,operasi perkalian dan aljabar.
Jawaban siswa pada tes pra syarat memberikan informasi berikut ini :
a)      Siswa telah mempelajari materi pra syarat, pemahaman siswa sudah baik dan memadai sebagai bekal mengikuti pembelajaran materi perbandingan senilai dengan menggunakan model Polya.
b)      Pada umumnya siswa dapat menyelesaikan operasi perkalian bilangan bulat dan bentuk aljabar.
 Berdasarkan hasil tes pra syarat menunjukkan bahwa pada umumnya siswa sudah menguasai materi pra syarat. Karena itu, siswa memenuhi syarat untuk mengikuti pembelajaran soal cerita dalam materi perbandingan senilai dengan  menggunakan langkah-langkah polnya.  

B.     Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan langkah-langkah Polya dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan senilai
Pelaksanaan materi perbandingan senilai dilaksanakan dengan menggunakan 4 langkah-langkah Polya untuk menyelesaikan soal cerita, langkah-langkah yaitu, memahami masalah, merencanakan penyelesaian, melakukan perhitungan, dan memeriksa kembali. Dalam penelitian ini, materi yang dibuat berbentuk masalah dalam bentuk soal cerita, sehingga siswa termotivasi untuk mempelajari dan menyelesaikannya. Hal ini didukung oleh Hudojo, bahwa matematika yang di sajikan guru kepada siswa hendaknya berupa masalah agar dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk mempelajari pelajaran tersebut.[1]
Pelaksanaan penelitian ini menerpakan belajar kooperatif dengan beberapa aktivitas siswa yaitu (a) membaca, (b) diskusi kelompok, (c) laporan kelompok dan (d) tes
a.       Membaca
Sebelum pembelajaran dimulai, siswa-siswa diberi kesempatan untuk membaca sehingga mendapatkan informasi yang jelas tentang sesuatu yang dipelajari. Bahan yang akan dibaca oleh siswa terdapat dalam buku paket mereka masing-masing.

b.      Diskusi kelompok
Pembetulan kelompok dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti . hal ini dilakukan untuk menjamin keheterogen anggota kelompok. Jika pembentukan kelompok diserahkan kepada siswa, maka dikhawatirkan kelompok yang terbentuk akan bersifat homogen.
Siswa bekerja sama dalam kelompok belajar yang terdiri dari ketua dan empat anggota lainnya. Tujuan pengelompokan siswa dalam belajar adalah agar siswa dapat bekerja sama. Dengan pembentukan kelompok siswa dapat membahas materi yang ada dalam LKS secara bersama-sama
c.       Laporan kelompok
Perwakilan siswa dari tiap-tiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas
d.      Tes
Tes yang diberikan kepada siswa mencakup semua materi yang telah dipelajari.
 Tes ini diberikan secara individu/perorangan.
e.       Penyajian Materi oleh Guru
Guru menyajikan konsep dan prinsip dasar yang membekali siswa untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan secara garis besar saja. Kegiatan ini dilakukan untuk mempersiapkan siswa dalam menghadapi diskusi kelompok serta laporan dari tiap-tiap kelompok. Kegiatan yang dilakukan untuk menyiapkan siswa antara lain adalah menyampaikan tujuan pembelajaran, menyampaikan materi dan pentingnya materi perbandingan dalam kehidupan sehari-hari, menjelaskan 4 langkah model Polya .
Penyampaian tujuan pembelajaran yang hendak dicapai bertujuan agar siswa dapat mengetahui arah kegiatan belajar dan apa yang dipelajari, sehingga siswa dapat terarah/terfokus pada satu tujuan yang hendak dicapai, termotivasi dan terpusat perhatian dalam belajar
Penjelasan 4 langkah model Polnya bertujuan agar dalam setiap mengerjakan LKS dan tes siswa harus menggunakan 4 langkah tersebut yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, melakukan perhitungan, dan memeriksa kembali. Apabila siswa dihadapi pada suatu masalah sementara siswa itu sendiri tidak memahami masalah maka mustahil dia akan menyelesaikan masalah tersebut. Tetapi jika memahami amsal, tentulah siswa tersebut akan membuat rencana bagaimana supaya masalah itu dapat diselesaikan. Setelah itu siswa akan melaksanakan rencana itu untuk melakukan perhitungan. Setelah perhitungan dilakukan siswa akan memeriksa kembali apakah perhitungan yang dilakukan itu benar atau tidak.
Penyampaian pentingnya materi perbandingan ini bertujuan agar siswa termotivasi untuk belajar dan menyadari bahwa pada dasarnya ada permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat diterjemahkan ke dalam suatu model matematika sehingga memudahkan kita untuk mencari solusinya.




C.     Kerja Sama Siswa Dalam Kelompok
Kerja sama yang dilakukan siswa dalam pembelajaran ini berlangsung dengan baik ditinjau dari  segi kemampuan. Dalam bekerja sama mereka tidak memandang kemampuan anggotanya, tetapi mereka saling bekerja sama dengan baik antara satu dengan yang lainnya dalam satu kelompok, mereka dapat bersosialisasi dan bekerja sama dengan baik. Meskipun pada awal tindakan I masih ada beberapa siswa yang cenderung berbaur dengan teman-teman yang disukainya saja, tetapi tidak untuk semua kelompok. Pada tindakan II semua siswa sudah dapat bekerja sama, sehingga tugas yang diberikan guru dapat diselesaikan dengan baik dan cepat.
Dari segi kemampuan, kerja sama siswa tetap dapat berlangsung dengan baik, karena siswa yang pandai membantu siswa lain dalam kelompoknya untuk memahami  tugas kelompok. Siswa yang belum mengerti tidak malu dan tidak segan-segan bertanya pada temannya yang sudah dimengerti, begitu juga sebaliknya. Siswa yang benar-benar sudah mengerti bersedia menjelaskan kepada teman-temannya yang belum mengerti. Kadang-kadang siswa malu untuk bertanya pada gurunya, tetapi mereka bertanya pada temannya. Dalam belajar kelompok siswa akan belajar lebih banyak dari temannya daripada guru[2].

D.    Respon Siswa Terhadap Pembelajaran
Respons yang diberikan siswa terhadap pembelajaran materi perbandingan dengan menggunakan langkah-langkah Polya sangat positif. Hal ini sesuai dengan hasil angket yang menyatakan bahwa siswa senang terhadap kegiatan pembelajaran tersebut.
Rasa senang siswa terhadap pembelajaran menunjukkan bahwa pembelajaran ini menimbulkan rasa puas bagi siswa dengan mengatakan mereka ingin langkah-langkah model Polya digunakan pada materi lain, terutama pada soal cerita, walaupun membutuhkan waktu yang lama, tapi membuat kita lebih teliti dalam memahami soal cerita.
Rasa senang siswa juga disebabkan oleh adanya kerja sama dalam kelompok dalam menyelesaikan tugas pada LKS. Dalam kelompok peran siswa dihargai oleh siswa lain. Perasaan yang diberikan siswa lain ini menimbulkan rasa senang pada diri mereka sendiri.
Berdasarkan hasil angket respon siswa dapat diketahui bahwa pada umumnya siswa sangat senang dalam pembelajaran materi perbandingan senilai dengan  menggunakan langkah-langkah Polya.

E.     Laporan Kelompok
Dalam kegiatan belajar ini, setiap perwakilan  kelompok harus mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Karena mengingat waktu, maka dalam mempresentasikan hasil kerja siswa tidak semua kelompok yang mempresentasikannya, kelompok yang hasil diskusinya sama cukup diwakili oleh satu kelompok. Penyajian dari setiap kelompok berjalan dengan yang diharapkan, siswa sudah sedikit mulai tenang, berbeda pada saat presentasi pada tindakan I. 


F.      Tes/Kuis
Dalam penelitian ini penilaian dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. Adapun penilaian yang telah ditetapkan dalam penelitian adalah penilaian proses dan hasil. Penilaian proses yang dilaksanakan meliputi  observasi  terhadap aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan penilaian tidak hanya dilakukan oleh peneliti tetapi juga dilakukan oleh 2 orang pengamat.
Berdasarkan hasil pengamatan guru dan 2 orang pengamat, bahwa tindakan I aktivitas siswa termasuk dalam kategori sangat baik, meskipun dalam tindakan I masih ada siswa yang bekerja sendiri dalam kelompoknya dan kurang bersosialisasi.
Untuk mengatasi hal di atas, maka pada tindakan selanjutnya peneliti melakukan pendekatan secara individual kepada siswa-siswa tersebut dan memberikan arahan serta motivasi untuk dapat bekerja sama dan aktif dalam berdiskusi. Berdasarkan hasil pengamatan 2 orang pengamat, pada tindakan II aktivitas siswa dalam pembelajaran termasuk dalam kategori yang sangat baik
Penilaian hasil yang telah dilaksanakan dalam penelitian ini adalah pemberian tes pada siswa. Tes ini dilaksanakan pada setiap akhir pembelajaran, pelaksanaan tes dimaksudkan untuk mengetahui hasil belajar yang telah dicapai setelah mengikuti pembelajaran. Tes tersebut harus dikerjakan sendiri oleh siswa tidak boleh dibantu oleh teman dalam kelompoknya. Soal tes individual yang diberikan terdiri dari 4 soal berbentuk essay dengan alokasi waktu yang disediakan untuk tes tindakan I dan II adalah 60 menit.

G.    Kendala Penelitian Dan Solusinya
Pembelajaran pemecahan soal cerita pada materi perbandingan senilai dengan  menggunakan langkah-langkah Polya  dalam penelitian tidak terlepas dari kendala dalam pelaksanaannya. Untuk itu kendala yang dihadapi dalam penelitian ini harus segera dicari solusinya agar tidak menjadi hambatan dalam melaksanakan penelitian. Kendala penelitian dan solusinya dapat dilihat pada uraian  berikut ini :
1.      Dalam proses pembelajaran, masih ada siswa yang kesulitan dan belum terbiasa mengikuti pola belajar dengan menggunakan langkah Polya, sehingga dalam proses pembelajaran sangat menyita waktu yang telah direncanakan.
Untuk mengatasinya, guru senantiasa mengingatkan penggunaan waktu selama pembelajaran berlangsung.
2.      Dalam tindakan I siswa yang pandai berdominasi dalam diskusi kelompok, meskipun tidak dominan serta masih ada siswa yang pasif.
Untuk mengatasinya, guru sering memberi pengarahan dan motivasi agar siswa yang pandai memberikan kesempatan pada siswa yang lain.
3.      Pada tindakan I, persentase hasil kerja kelompok tidak dilaksanakan sesuai dengan rencana.
Untuk mengatasinya, guru menambah waktu pada diskusi berikutnya.



BAB VI
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah diuraikan pada Bab IV dan pembahasan pada Bab V, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
a.       Pembelajaran dengan menggunakan langkah Polya dapat memahamkan siswa dalam memahami materi perbandingan senilai, sehingga penerapan model ini dapat digunakan pada siswa tingkat MTs, khususnya materi soal cerita.
b.      Berdasarkan hasil penelitian kemampuan siswa 80% telah menguasai materi. Hasil observasi dan respons siswa terhadap materi perbandingan senilai dapat dimengerti oleh siswa dan siswa memiliki keinginan untuk mengikuti pelajaran berikutnya dengan langkah-langkah masalah model Polya.
c.       Penerapan dengan menggunakan langkah-langkah Polya sangat memberi pengaruh yang positif terhadap pemahaman siswa pada materi soal cerita pada sub pokok bahasan perbandingan senilai

B.     Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, beberapa saran yang perlu disampaikan sebagai berikut :
a.       Kepada guru agar dalam mengajarkan matematika dapat menerapkan metode yang tepat terhadap materi yang akan diajarkan.
b.     
80
 
Agar legih efisien dari segi waktu maka penerapan pembelajaran dengan menggunakan model ini disarankan  guru untuk mempersiapkan rencana dengan baik.


[1] Herman hudoyo, Strategi Pembelajaran Matematika , penerbit Malang, 2000 hal 20.
[2]  Ibrahim, Pembelajaran kooperatif,  Surabaya: Unesa Universty Press, 2000, hal. 16.
 

Tidak ada komentar: