BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
National Concil of Teachers
of Mathematics menyatakan
bahwa pembelajaran matematika hendaknya dilakukan dalam upaya untuk
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, penalaran dan pembuktian, koneksi
matematika, komunikasi matematika, dan representasi[1].
Dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah merupakan salah satu tujuan penting
dalam pembelajaran matematika.
Masalah dalam matematika berbeda
dengan soal matematika. Masalah sudah pasti merupakan soal, tetapi suatu soal
belum tentu merupakan masalah. Suatu soal matematika dapat dikatakan masalah
jika soal tersebut tidak dapat diselesaikan
secara langsung dengan rumus-rumus yang telah tersedia.[2]
Masalah matematika biasanya
dinyatakan dalam bentuk soal cerita, baik tertulis atau verbal. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sutawidjaya bahwa masalah dalam matematika dapat berbentuk soal
cerita[3].
Soal cerita lebih sulit di pecahkan oleh siswa daripada soal- soal yang melibatkan
bilangan-bilangan. Di dalam menyelesaikan soal cerita siswa terlebih dahulu
dituntut untuk mengetahui apa yang akan diketahui dan apa yang akan ditanyakan
dalam soal. Selanjutnya siswa membuat model matematika untuk menyelesaikan soal
tersebut.
Berdasarkan model matematika
yang telah dibuat, siswa mencari penyelesaian dan pada akhirnya siswa perlu
mengembalikan penyelesaian tersebut ke dalam permasalahan semula.
Menurut Abidin tujuan pembelajaran
soal cerita, agar siswa (1) mampu memecahkan masalah secara sistematis, (2)
mengetahui kegunaan matematika dalam kehidupan sehari- hari, dan (3) dapat
menghargai matematika sebagai alat yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun tujuan pembelajaran pemecahan
soal cerita adalah (1) melatih siswa berpikir deduktif, (2) membiasakan siswa
melihat hubungan antara matematika dan kehidupan sehari-hari, dan (3)
memperkuat penguasaan konsep matematika[4].
Sesuai dengan tujuan
pembelajaran pemecahan masalah di atas, maka pada penelitian ini digunakan
soal-soal perbandingan yang disajikan dalam bentuk soal cerita. Penyajian soal
cerita ini akan memberikan pengetahuan kepada siswa mengenai pemanfaatan metode
yang ada dalam menyelesaikan materi perbandingan dalam kehidupan.
Berdasarkan pendapat tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran soal cerita adalah agar siswa
(1) dapat berlatih untuk berpikir secara deduktif, (2) dapat melihat hubungan
dan kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari, (3) dapat menguasai
keterampilan matematika dan memperkuat penguasaan konsep matematika.
Kemampuan menyelesaikan soal
cerita menuntut cara berpikir tingkat
tinggi untuk siswa. Kemampuan tersebut antara lain adalah (1) menentukan
sesuatu yang diketahui, (2) menentukan sesuatu yang ditanyakan, (3) menentukan
model matematika yang diperlukan, (4) melakukan perhitungan sesuai dengan model
matematikanya. Kemampuan-kemampuan tersebut sangat penting karena akan
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat siswa akan hidup dalam
masyarakat dan menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan.
Masalah yang muncul dalam
kehidupan sehari-hari tidak akan berbentuk suatu paket model matematika.
Masalah biasanya berupa kata-kata atau peristiwa yang penyelesaian membutuhkan
keterampilan untuk menerjemahkan ke dalam model matematika yang sesuai.
Keterampilan ini perlu diberikan kepada siswa di sekolah melalui pembelajaran
pemecahan masalah soal cerita.
Sesuai dengan kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP), salah satu topik dalam pengajaran matematika
adalah perbandingan yang merupakan salah satu materi.
Dari hasil observasi di MTs
Darul ‘Ulum, siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita, yaitu
siswa sulit mengubah soal cerita ke dalam model matematika. Hasil wawancara dengan guru yang bersangkutan,
ternyata masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal
cerita, yaitu pada tahap menerjemahkan ke dalam model matematika. Alasan peneliti
mengadakan penelitian di MTs Darul ‘Ulum, karena peneliti sudah pernah
melakukan praktek di sekolah tersebut, jadi peneliti sudah pernah beradaptasi
dengan siswa dan guru-guru setempat. Dalam penelitian adaptasi sangat mendukung
penelitian[5].
Pada saat siswa mengerjakan
soal cerita, guru secara tidak langsung menerapkan langkah-langkah yang ada
pada pemecahan model Polya tetapi tidak terstruktur. Oleh karena itu, peneliti
menawarkan model Polya dalam menyelesaikan soal cerita perbandingan.
Menurut Polya, solusi soal
pemecahan masalah memuat empat langkah penyelesaian, yaitu memahami masalah,
merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana dan
melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan[6].
Fase pertama adalah memahami masalah. Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah
yang diberikan, siswa tidak mungkin mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan
benar. Setelah siswa dapat memahami masalah dengan benar, selanjutnya mereka
harus mampu menyusun rencana penyelesaian masalah. Kemampuan melakukan fase
kedua ini sangat tergantung pada pengalaman siswa dalam menyelesaikan masalah.
Jika rencana penyelesaian masalah telah dibuat, baik secara tertulis atau
tidak, selanjutnya dilakukan penyelesaian masalah sesuai dengan rencana yang
dianggap paling tepat. Adapun langkah terakhir dari proses penyelesaian masalah
menurut Polya adalah melakukan pengecekan atas apa yang telah dilakukan mulai
dari fase pertama sampai fase terakhir.
Alasan menggunakan pemecahan
masalah model Polya dalam penelitian ini karena model Polya menyediakan kerangka
kerja yang tersusun rapi untuk menyelesaikan masalah yang kompleks sehingga dapat
membantu siswa dalam memecahkan masalah. Beberapa hasil penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa pemecahan model Polya efektif.
Penelitian tersebut adalah Aiyub yang
berjudul Pembelajaran Lingkaran Melalui Pemecahan Masalah Model Polya Di
Kelas II SLTP Laboratorium Universitas Negeri Malang dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran
lingkaran melalui pemecahan masalah model Polya di kelas II SLTP laboratorium
universitas Negeri malang dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi
lingkaran.[7]
Berdasarkan beberapa penelitian, maka peneliti
mencoba model Polya dalam untuk
meningkatkan pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada materi
matematika. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam pembelajaran pemecahan masalah
soal cerita melalui model Polya, dengan harapan dapat mengurangi
kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal cerita matematika dapat ditingkatkan.
Berdasarkan uraian di atas,
penulis tertarik melakukan suatu penelitian dengan judul penerapan pembelajaran
model Polya dalam pemecahan soal cerita pada materi perbandingan di MTs Darul
‘Ulum.
B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang
masalah sebelumnya, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah
bagaimanakah bentuk pembelajaran model Polya dan respons siswa terhadap
pemecahan soal cerita pada materi perbandingan di MTs Darul ‘Ulum Banda Aceh.
C. Tujuan Penelitian.
Tujuan
penelitian mengungkapkan sasaran yang ingin di capai yang mengacu pada isi dan
rumusan masalah yang telah di rumuskan. Oleh karena itu sesuai dengan
permasalahan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk
pembelajaran model Polya terhadap pemecahan soal cerita pada materi
perbandingan.
D. Manfaat Penelitian.
Penelitian ini diharapkan dapat
menyumbang strategi pembelajaran matematika yang dapat memahamkan siswa sekolah
lanjutan tingkat pertama dalam pemecahan masalah soal cerita pada materi perbandingan
dan dapat dijadikan sebagai acuan bagi guru-guru dalam mengembangkan kemampuan
lainnya yang ada kaitannya dengan pemecahan soal matematika.
E. Penjelasan Istilah.
1. Pembelajaran.
yaitu suatu
upaya untuk membangun konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan kemampuan sendiri
melalui proses internalisasi sehingga konsep atau prinsip itu terbangun kembali.
Pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika.
2. Penerapan
Penerapan adalah pemasangan, perihal mempraktekkan.[8]
Penerapan yang dimaksud dalam skripsi ini ialah perihal mempraktekkan atau
menggunakan pembelajaran model Polya dalam proses belajar mengajar matematika
pada pokok bahasan perbandingan.
3. Pemecahan masalah.
Pemecahan
masalah adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan cara siswa dihadapkan pada
suatu masalah yang harus dipecahkan atau diselesaikan baik individu atau
kelompok.[9]
4. Pemecahan Model Polya
Pemecahan
model Polya adalah pemecahan untuk menyelesaikan soal cerita yang terdiri dari
empat langkah penyelesaian. Dalam buku Bill Tein mengatakan empat tahapan yang
harus dilakukan agar kemampuan pemecahan masalah dapat terbentuk dan
dikembangkan pada diri seorang siswa sehingga ia menjadi pemecah masalah yang
sukses adalah :
1. Memahami terhadap masalah
2. Membuat rencana pemecahan
3. Melaksanakan rencana
pemecahan
4. Memeriksa kembali [10]
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar Menurut Pandangan Konstruktivis
Konstruktivisme adalah salah
satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah
konstruksi (bentukan) kita sendiri.[11]
Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan selalu
merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan
seseorang. Konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi
manusia. Manusia mengonstruksi pengetahuan mereka melalui interaksi mereka
dengan objek, fenomena, pengalaman, dan lingkungan mereka. Suatu pengetahuan
dianggap benar bila pengetahuan itu dapat berguna untuk menghadapi dan
memecahkan persoalan atau fenomena yang sesuai. Bagi kontruktivisme, pengetahuan
tidak dapat ditransfer begitu saja dari seseorang kepada orang lain, tetapi
harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing orang. Pengetahuan bukanlah
sesuatu yang sudah jadi, melainkan proses yang berkembang terus menerus. Dalam
proses itu keaktifan seseorang yang ingin tahu amat berperanan dalam
perkembangan pengetahuannya.
Menurut kaum kontruktivis,
belajar merupakan proses aktif pelajar mengkontruksi arti teks, dialog,
pengalaman fisis dan lain-lain. Belajar juga merupakan proses mengasimilasi dan
menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang
sudah dipunyai seseorang pengertiannya dikembangkan. Proses tersebut antara lain
bercirikan sebagai berikut:
1. Belajar berarti membentuk
makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan
dan alami. Konstruksi itu dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai.
2. Konstruksi adalah proses
yang terus-menerus. Setiap kali berhadapan dengan fenomena atau persoalan yang
baru, diadakan rekonstruksi, baik secara kuat ataupun lemah.
3. belajar bukanlah kegiatan
mengumpulkan fakta, melainkan lebih suatu pengembangan pemikiran dengan membuat
pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan, melainkan merupakan
perkembangan itu sendiri.
4. Proses belajar yang
sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan yang merangsang
pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan adalah situasi yang baik
untuk memacu belajar.
5. Hasil belajar dipengaruhi
oleh pengalaman pelajar dengan dunia
fisik dan lingkungannya.
6. hasil belajar seseorang
tergantung pada apa yang telah diketahui si pelajar: konsep-konsep, tujuan, dan
motivasi yang mempengaruhi;interaksi dengan bahan yang dipelajari.[12]
Jelas bahwa bagi konstruktivis,
kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif, di mana pelajar membangun sendiri
pengetahuannya. Pelajar mencari arti sendiri dari yang mereka pelajari. Ini
merupakan proses menyesuaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka
berpikir yang telah ada dalam pikiran
mereka. Menurut konstruktivisme, pelajar sendirilah yang bertanggung jawab atas
hasil belajarnya. Mereka membawa pengertiannya yang lama dalam situasi belajar
yang baru. Mereka sendiri yang membuat penalaran atas apa yang dipelajarinya
dengan cara mencari makna, membandingkannya dengan apa yang telah ia ketahui
dengan apa yang ia perlukan dalam pengalaman yang baru.
B. Tujuan Pendidikan dan
Pengajaran Matematika di MTs
Pendidikan merupakan pewarisan
nilai-nilai kebudayaan, pengetahuan keterampilan dari generasi ke generasi
berikutnya melalui berbagai fasilitas. di samping itu pendidikan juga merupakan
usaha yang dilakukan manusia untuk meningkatkan taraf hidup yang lebih baik.
Secara umum tujuan pendidikan
adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya. Untuk
mendapatkan pendidikan tersebut perlu pertimbangan sistem mulai yang terkandung
dalam Pancasila, sedangkan lembaga sekolah bertugas mengupayakan manusia yang
mampu menghadapi tantangan yang terjadi akibat percepatan kemajuan dalam segala
bidang kehidupan, baik nasional maupun global. tujuan pendidikan nasional
secara mikro adalah sebagai berikut
“Membentuk manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, beretika (beradab dan berwawasan budaya bangsa
Indonesia) memiliki nalar (maju, cakap, cerdas, kreatif, inovatif dan
bertanggung jawab) berkemampuan komunikasi sosial (tertib dan sadar hukum,
kooperatif, kompetitif, demokrasi) dan peradaban sehat sehingga menjadi manusia
mandiri”.[13]
Matematika merupakan salah
satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan dan mempunyai
atau tujuan tertentu. Sesuai dengan fungsi dan peranan matematika, dalam
garis-garis besar program pengajaran (GBPP) dikemukakan bahwa tujuan umum diberikan
matematika di jenjang pendidikan dasar dan pendidikan umum adalah :
1. Mempersiapkan siswa agar
sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan dunia yang selalu
berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran logis, rasional,
kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien.
2. Mempersiapkan siswa agar
dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan
sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.[14]
Selain itu tujuan kurikuler
studi matematika Madrasah Tsanawiyah yang disebutkan dalam kurikulum berbasis
kompetensi adalah:
1. Berlatih cara berpikir dan
bernalar dalam menarik kesimpulan.
2. Mengembangkan aktivitas
kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan
pemikiran divergen, orisinal, rasa ingin tahu, membuat prediksi serta
mencoba-coba.
3. Mengembangkan kemampuan
memecahkan masalah.
4. Mengembangkan kemampuan
menyampaikan informasi atau mengomunikasikan gagasan antara lain melalui
pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan.[15]
Adapun tujuan khusus
pengajaran matematika untuk Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah
tertuang dalam garis-garis besar program pengajaran (GBPP) adalah sebagai
berikut:
-
Siswa memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
-
Siswa mempunyai keterampilan matematika sebagai peningkatan matematika
dasar untuk dapat digunakan dalam kehidupan yang lebih luas (dunia kerja)
maupun dalam kehidupan sehari-hari.
-
Siswa mempunyai pandangan yang lebih luas serta memiliki sikap menghargai
kegunaan matematika, sikap kritis, objektif, terbuka, kreatif serta inovatif.
Dari kutipan di atas dapat
disimpulkan bahwa tujuan diberikannya matematika di Madrasah Tsanawiyah adalah
membentuk sikap kritis, objektif, terbuka, kreatif, inovatif kepada siswa juga
mempersiapkan siswa dalam menempuh pendidikan serta berguna dalam memperluas
wawasan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Mengingat pentingnya
matematika dalam berbagai kehidupan perlu kiranya mutu pengajaran matematika
ditingkatkan. Dalam hal ini tidak hanya guru saja yang berperan dalam
meningkatkan mutu pengajaran matematika, akan tetapi siswa juga dituntut untuk
lebih memahami materi yang diberikan
guru. Untuk itu siswa harus kreatif dan termotivasi untuk belajar matematika.
Salah satu faktor untuk meningkatkan belajarnya yaitu dengan cara menerapkan
model pembelajaran yang tepat bagi siswa. Dengan itulah siswa akan meningkatkan
kualitas belajarnya, sehingga mutu pengajaran matematika dapat meningkat.
C. Strategi Menggunakan
Langkah-langkah Model Polya
Pemecahan
masalah harus dilakukan oleh setiap manusia karena di dalam hidup ini sering
dihadapi masalah. Kenyataan menunjukkan bahwa dalam kehidupan kita sering
berhadapan dengan masalah. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh Sriyono
“Pembelajaran berdasarkan masalah
merupakan pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah-masalah dunia nyata
sebagai konteks bagi siswa untuk belajar berpikir kritis dan terampil
memecahkan masalah serta mendapatkan pengetahuan”[16].
Pengalaman memecahkan masalah yang satu memberikan sumbangan kepada pemecahan
masalah yang lain. Dengan demikian pemecahan masalah adalah sebagai usaha
mencari jalan keluar dari satu kesulitan untuk mencapai suatu tujuan yang tidak
segera dicapai.
Belajar menyelesaikan soal
cerita matematika dengan menggunakan metode pemecahan masalah akan memungkinkan
siswa lebih kritis dan analisis, yang aplikasinya akan menjadi lebih baik dalam
menghadapi suatu permasalahan di dalam kehidupan sehari-hari. Mengajarkan
pemecahan masalah dalam matematika bukanlah pekerjaan yang mudah, namun
kebanyakan ahli pengajaran matematika sepakat bahwa keterampilan memecahkan
masalah matematika dapat dicapai dengan cara-cara mengajar berbagai strategi
pemecahan masalah, atau mengajarkan model-model pemecahan masalah yang diikuti
dengan melatih berbagai masalah kepada siswa untuk dipecahkan dengan
menggunakan strategi atau model tersebut.
Salah satu model pemecahan
masalah terhadap suatu masalah dapat dilakukan dengan menggunakan suatu tahapan
tertentu yang tercangkup dalam proses pemecahan masalah. Dalam hal ini George
Polya sebagai orang pertama yang telah berjasa menetapkan pertahanan dalam
pemecahan masalah. Berbagai buku dan artikel tentang pemecahan masalah yang
berkembang sampai sekarang hampir semua menggunakan dan dikembangkan
berdasarkan Polya.
Polya adalah seorang ahli
matematika yang lahir di Hongaria dan kuliah di Universitas Budapest, Vienna
Gottingen di Paris. Dia mendapat gelar Profesor matematika di Universitas
Stanford. Di masanya dia adalah seorang penemu sekaligus dosen yang disenangi
oleh mahasiswanya dan dosen-dosen. Dia merupakan seorang penemu yang menyusun
langkah-langkah pemecahan masalah dalah bukunya yang berjudul. “How to Solve
it” yang diterjemahkan ke dalam lima belas bahasa.
Today his influence in the field of mathmatics
Education is widespread. His studies in the mthods and rules of discoveryled to
a specific problem solving guidelines used in most mathematics curiculums. The four
phase of problem solving that George Polya 1) Understand the problem, 2)
Dievise a plan, 3) Carry out the plan, and 4) Look back at the completed
solution[17].
Kutipan di atas dapat
disimpulkan bahwa empat pemecahan masalah menurut Polya adalah 1) Memahami
masalah, 2) Merencanakan pemecahan, 3) Melaksanakan rencana penyelesaian dan 4)
Memeriksa kembali solusi yang komplet. Keempat tahap ini disebut
langkah-langkah pemecahan masalah model Polya. Langkah-langkah pemecahan
masalah Polya dalam matematika adalah suatu strategi atau siasat yang digunakan dalam pembelajaran pemecahan
masalah matematika, sehingga siswa dapat menyelesaikan masalah dengan baik
sesuai dengan langkah-langkah pemecahan masalah. Dengan kata lain, pemecahan
masalah model Polya adalah suatu prosedur khusus untuk membelajarkan
menyelesaikan maslah matematika, dengan memberi petunjuk atau penuntun dalam
pertanyaan atau perintah pada langkah-langkah pemecahan masalah.
Tahap-tahap pemecahan masalah model
Polya diuraikan sebagai berikut;
Tahap Pertama : Memahami Masalah
1. Nyatakan masalah dengan
kata-kata sendiri
2. Apa yang ditanya
3. Menentukan informasi yang
dibutuhkan
Tahap Kedua : Merencanakan Pemecahan Masalah
1. Buatlah permisalan apa yang
diketahui dan apa yang ditanya
2. Tulis model matematika
Tahap Ketiga : Melaksanakan rencana penyelesaian (
realisasi )
1. Selesaikan model matematika
2. Membuat kesimpulan
Tahap Keempat : memeriksa kembali
1. Periksa langkah-langkah
penyelesaian yang dilakukan
2. Ujilah kembali hasil yang
diperoleh, apakah hasilnya sudah benar[18].
Untuk menilai hasil belajar
pemecahan masalah tidak cukup dilakukan dengan satu kali ujian tertulis pada
akhir kegiatan diperlukan penilaian yang berkelanjutan misalnya, melalui kuis
dan tugas rumah.
Penilaian jawaban tertulis
siswa pada pembelajaran pemecahan masalah merupakan hal yang tidak mudah.
Diperlukan suatu pedoman penilaian yang
berbeda-beda untuk setiap soal. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
penskoran pemecahan masalah, dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. Pedoman Penskoran Pemecahan
Masalah.[19]
Skor
|
Memahami Masalah
|
Membuat Rencana Pemecahan
Masalah
|
Melakukan Rencana/ Perhitungan
|
Memeriksa Kembali hasil
|
0
|
Salah menginterpretasikan/
salah sama sekali
|
Tidak ada
rencana, membuat rencana yang tidak relevan
|
Tidak melakukan
perhitungan
|
Tidak ada
pemeriksaan atau tidak ada keterangan lain
|
1
|
Salah
menginterpretasikan sebagian soal, mengabaikan kondisi soal
|
Membuat rencana pemecahan yang tidak dapat
dilaksanakan, sehingga rencana itu tidak mungkin dapat dilaksanakan
|
Melaksanakan
prosedur yang benar dan mungkin menghasilkan jawaban benar tetapi salah
perhitungan
|
Ada pemeriksaan
tetapi tidak tuntas
|
2
|
Memahami masalah
soal selengkapnya
|
Membuat rencana
yang benar tetapi salah dalam hasil/ tidak ada hasil
|
Melakukan
proses yang benar dan mendapatkan hasil yang benar
|
Pemeriksaan
dilaksanakan untuk melihat kebenaran proses
|
3
|
|
Membuat rencana
yang benar tetapi belum lengkap
|
|
|
4
|
|
Membuat rencana
sesuai dengan prosedur dan mengarahkan pada solusi yang benar
|
|
|
|
Skor Maksimal 2
|
Skor Maksimal 4
|
Skor Maksimal 2
|
Skor Maksimal 2
|
Adapun bobot maksimal yang
diberikan pada setiap langkah penyelesaian didasarkan atas pertimbangan waktu bekerja dan tingkat
kesulitan.
Pemberian skor
pada lembar jawaban tes bentuk uraian, khususnya pemecahan masalah, selalu
dipengaruhi subjektivitas penilai. Misal, dari sebutir tes yang mempunyai skor
maksimal 10, siswa A mendapatkan skor 9, sedangkan siswa B mendapat 7, dengan
langkah penyelesaian yang sama. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh yang
muncul pada diri penilai, mungkin siswa A tulisannya jelek, tulisannya sulit
dimengerti, atau yang lainnya. Untuk itu, dalam pemberian skor diperlukan
adanya suatu instrumen penskoran pemecahan masalah matematika guna meminimalkan
atau meniadakan pengaruh subjektivitas penilai. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui proses pengembangan instrumen penskoran dan menghasilkan instrumen
penskoran pemecahan masalah matematika yang akan dijadikan pedoman atau
pegangan guru dalam pemberian skor terhadap langkah-langkah pemecahan masalah
matematika.[20]
D. Menyelesaikan soal cerita
perbandingan dengan model Polya
Bentuk soal dalam bidang
matematika di SMP secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu soal yang
berbentuk hitungan dan soal cerita. Soal cerita dalam matematika adalah suatu
pertanyaan yang diuraikan ke dalam cerita bermakna yang dapat dipahami, dijawab
secara sistematis berdasarkan pengalaman belajar sebelumnya. Cerita yang
diungkapkan merupakan masalah sehari-hari atau masalah lainnya. Kenyataan yang
didapatkan soal cerita lebih sulit untuk diselesaikan dari pada soal yang
berbentuk hitungan, karena memerlukan daya nalar yang tinggi sesuai yang
diungkapkan oleh Ahmadi “ Tingkat kesulitan soal cerita berbeda dengan tingkat
soal berbentuk hitungan (kalimat matematika) yang dapat dilakukan kompetisinya.
Penyelesaian soal cerita memerlukan tingkat pemahaman yang lebih tinggi
dibandingkan dengan penyelesaian soal berbentuk hitungan.”[21]
Persoalan yang disajikan oleh
siswa berupa soal cerita akan memberi motivasi kepada siswa yang mempelajari
matematika. Hudoyo mengatakan “ seorang itu harus menanamkan konsep yang dilaksanakan
melalui langkah-langkah pemecahan masalah untuk menyelesaikan soal cerita.”[22]
Menyelesaikan suatu masalah
tidak lepas dari kemampuan yang dimiliki siswa, yang di dengarnya, dilihatnya,
serta yang pernah dialaminya sebagaimana yang diungkapkan oleh hudoyo “ Apabila
dalam merumuskan dan mengonstruksikan gagasan-gagasan tersebut, siswa
menggunakan benda-benda, dia akan cenderung mengingat gagasan-gagasan tersebut
dan kemudian mengaplikasikannya dalam situasi yang tepat “.[23]
Tujuan diberikan soal cerita
dalam bidang studi matematika adalah
a. Melatih murid berpikir
secara deduktif
b. Membiasakan murid untuk
melihat hubungan antara kehidupan sehari-hari dengan pengetahuan matematika.
c. Untuk memperkuat konsep
matematika.[24]
Penulis membahas soal cerita
SMP dengan materi Perbandingan. Perbandinaga merupakan pokok bahasan yang
diajarkan di sekolah lanjutan tingkat pertama baik di SMP atau di MTs. Materi
sangat diharapkan dikuasai dengan baik
karena penguasaan materi perbandingan dapat membantu kelancaran proses belajar
mengajar matematika pada tingkat lanjutan dan dapat diaplikasi ke dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini penulis hanya mengambil materi
perbandingan senilai.
Menurut seorang pakar
matematika terkenal, George Polya, untuk menyelesaikan masalah yang biasanya
disajikan dalam bentuk cerita, ada beberapa langkah yang harus dilakukan,
yakni: memahami masalah, merencanakan penyelesaian, melaksanakan rencana, dan
memeriksa kembali. Di sini tampak jelas bahwa kemampuan memahami masalah
merupakan kemampuan yang cukup penting atau menentukan dalam menyelesaikan soal.
Contoh soal :
1. Jika harga 5 buah buku tulis
adalah Rp 6.000,00, berapakah harga 2 tulis?
Selanjutnya untuk
menyelesaikan soal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan pemecahan
masalah model Polya
Langkah 1: Memahami
terhadap masalah
Siswa
harus membaca soal cerita secara keseluruhan untuk mengetahui seluruh isi yang
terkandung dalam soal cerita tersebut. Guru memberi arahan dan pertanyaan agar
siswa memahami masalah dalam soal cerita dengan menggunakan bahasa sendiri.
Siswa menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal, dan
menentukan informasi apa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal tersebut.
Dik : Harga 5 buku tulis Rp
6.000
Dit : Berapakah harga 2 lusin
buku tulis?
Langkah 2: Membuat rencana pemecahan
Langkah
II membuat rencana penyelesaian, sebaiknya guru mendorong perhatian siswa
terhadap masalah, siswa memotivasi agar berani mengemukakan rencana
penyelesaian dengan bantuan guru. Siswa menentukan pemisalan apa yang diketahui
dan apa yang ditanyakan dari soal dan
menguraikan dalam model matematika.
Banyak buku Harga buku
5 buku Rp
6.000
2 lusin x
rupiah
1 lusin = 12 buah
Jika 2 lusin = (2 x 12) = 24
buah
Langkah 3: Melaksanakan rencana pemecahan
5x
= 24 x 6.000
x
=
x
=
x
= 28.800
Jadi,
harga 2 lusin buku tulis adalah Rp 28.800
Langkah 4: Memeriksa kembali
Langkah ini guru memberi tahu
bahwa hasil yang diperoleh ini harus dikembalikan pada apa yang
ditanyakan dalam soal. Periksa kembali apakah hasil yang diperoleh sudah benar.
2 lusin buku = 28.800
24 buku = 28.800
1 buku =
1 buku = 1.200
Jika 5 buku = 5 x 1200
= 6.000
E. Kelebihan dan Kekurangan
Langkah-langkah pemecahan masalah
Merupakan
hal yang umum bahwa suatu metode maupun strategi pembelajaran mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Begitu juga dengan pemecahan masalah model Polya.
Menurut Suriyono kelebihan metode pemecahan masalah antara lain :
a. Mendidik murid berpikir
secara sistematis
b. Mampu mencari jalan keluar
dari suatu kesulitan yang dihadapinya
c. Belajar menganalisa suatu masalah
dari suatu aspek
d. Mendidik anak percaya pada
diri sendiri.[25]
Kelebihan langkah-langkah
pemecahan masalah model Polnya adalah:
a. Proses pemikiran siswa lebih
sistematis
b. Kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita lebih baik
c. Antusias siswa dalam belajar semakin baik
d. Menumbuhkan minat siswa
dalam memecahkan masalah matematika
Pelaksanaan
metode pemecahan masalah mempunyai beberapa kelemahan, Sriyono mengatakan beberapa kelemahan metode
pemecahan masalah antara lain:
a
Memerlukan waktu yang cukup banyak
b
Ti8dak bisa dipergunakan di
kelas-kelas rendah
c
Bisa menjadikan pelajaran yang tertinggal sebab satu dua masalah yang sulit
dipecahkan akan memakan waktu yang tidak sedikit.[26]
Kelemahan
dari metode pemecahan masalah ini adalah memerlukan waktu yang cukup apabila
suatu masalah yang sulit dipecahkan dan bisa menjadi pelajaran yang tertinggal.
Menuntun seorang guru yang berpengetahuan luas karena banyak pertanyaan yang diajukan siswa dan menuntut perencanaan
yang teliti agar efektif.
Kelemahan langkah-langkah
pemecahan masalah model Polya :
a
Terlalu banyak membutuhkan waktu, akibatnya dapat mengganggu target
pencapaian materi yang dicapai.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif, yaitu bersifat deskriptif dan tanpa menggunakan analisis
statistik. Penelitian kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau pernyataan lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati[27].Pendekatan
ini diarahkan pada latar individu secara holistis atau menyeluruh.
Menurut Moelong bahwa
ciri-ciri dari penelitian kualitatif adalah (1) peneliti bertindak sebagai
instrumen utama, karena di samping sebagai pengumpul data dan penganalisis
data, peneliti juga terlibat secara langsung dalam penelitian, (2) latar alami
(natural setting), data yang diteliti dan diperoleh akan dipaparkan
sesuai apa yang terjadi di lapangan, (3) hasil penelitian bersifat deskriptif,
karena data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka melainkan berupa
kata-kata atau kalimat, (4) lebih mementingkan proses daripada hasil, (5)
adanya batasan permasalahan yang ditentukan dalam rumusan masalah, (6) analisis
data cenderung bersifat induktif, (7) adanya kriteria khusus untuk keabsahan
data, dan (8) desain yang bersifat sementara[28]
.
|
Berdasarkan rumusan masalah,
penelitian ini dimaksudkan sebagai jalan keluar untuk mengetahui bentuk dan
respons siswa terhadap penerapan model Polya
dalam memecahkan soal cerita pada materi perbandingan. Oleh sebab itu,
jenis penelitian yang sangat cocok dengan permasalahan di atas adalah
penelitian tindakan partisipan.
Penelitian tindakan partisipan
ini diambil karena peneliti berpartisipasi langsung dalam penelitian mulai awal
sampai akhir. Peneliti bertindak sebagai perencana, perancang, pelaksana,
pengumpul data, penganalisis data, dan pelapor penelitian.
Indikator keberhasilan
tindakan ini akan dilihat dari indikator peningkatan keterampilan dalam
memahami dan menyelesaikan soal cerita. Untuk melengkapi analisis kualitatif,
penelitian ini akan dilengkapi dengan data kuantitatif. Data kuantitatif ini
diperoleh dari hasil tes siswa pada akhir tindakan. Penggabungan pendekatan
kuantitatif ini hanya dimaksudkan sebagai pelengkap terhadap pendekatan utama
dalam penelitian ini.
B.
Subjek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek`
dalam penelitian ini adalah siswa kelas I MTs Darul ‘Ulum, yang terdiri dari 4 kelas.
Pengambilan subjek dengan pertimbangan, (a) kondusif dan siswa mudah diajak
kerja sama, (b) pertimbangan guru bidang studi dan (c) kelas tersebut merupakan
siswa-siswa pilihan. Kemampuan siswa kelas I hampir merata, untuk itu peneliti
bersama guru yang bersangkutan menetapkan subjek dalam penelitian ini adalah
kelas I1.
C. Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di
kelas I1 semester I MTs Darul ‘Ulum yang beralamat di jalan Syiah
Kuala komplek YPUI Banda Aceh. Sekolah ini dipilih berdasarkan pertimbangan
sebagai berikut:
- Selama ini siswa-siswa MTs Darul ‘Ulum masih banyak mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah soal cerita pada materi perbandingan.
- Pembelajaran dengan model Polya pada pemecahan soal cerita belum pernah dilaksanakan, sehingga pihak sekolah sangat memberikan dukungan terhadap pelaksanaan penelitian.
- Sekolah ini pernah digunakan peneliti untuk PPL pada semester ganjil 2007/2008 sehingga peneliti memperoleh kemudahan beradaptasi baik dengan guru maupun siswa.
D. Instrumen Penelitian
1. Perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran yaitu
sekumpulan sumber belajar yang digunakan guru dan siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
a. Rencana Pembelajaran ( RP )
Rencana pembelajaran ini disusun
berdasarkan kurikulum tingkat satuan pembelajaran (KTSP), yang dialokasikan
untuk 2 kali pertemuan. Rencana pembelajaran memuat standar kompetensi,
indikator, model pembelajaran, materi dan kegiatan pembelajaran yang terdiri
atas kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.
2. Lembar observasi
Lembar
observasi berupa daftar cek list yang terdiri dari beberapa item yang
menyangkut aktivitas guru dan aktivitas siswa(terlampir)
3. Pedoman wawancara.
Pedoman
wawancara yang ditujukan pada siswa. Dalam wawancara tersebut peneliti
mengajukan beberapa pertanyaan yang di dalamnya mencangkup respons siswa
terhadap materi perbandingan dengan menggunakan model Polya.
E. Teknik pengumpulan data
Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan
data yaitu :
1. Teknik observasi
Observasi
dilakukan untuk mengamati kegiatan di kelas selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Kegiatan yang diamati meliputi aktivitas peneliti sebagai pengajar
dan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Observasi dimaksudkan untuk mengetahui
adanya kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Observasi
dilakukan oleh peneliti, guru dan teman sejawat dengan menggunakan lembar
observasi yang akan disediakan peneliti.
2. Teknik tes
Tes yang
akan dilakukan dalam penelitian ini berupa tes awal dan tes akhir. Tes awal
dimaksudkan untuk mengetahui pemahaman siswa pada materi sebelumnya. Tes awal
ini juga digunakan sebagai pedoman dalam menentukan kemampuan siswa. Sedangkan
tes akhir dilaksanakan pada setiap akhir tindakan dengan menggunakan 4 strategi
model Polya dan diberikan secara perorangan/ individu. Tes ini digunakan untuk
menentukan poin perkembangan individu. Tes ini juga dimaksudkan untuk melihat
tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Tes akhir berupa
soal berbentuk essay yang berjumlah 4 soal.
3. Wawancara
Wawancara
dilakukan hanya pada 4 orang siswa yang terpilih untuk diwawancarai dan
dilakukan untuk menelusuri dan mengetahui pemahaman siswa pada materi
perbandingan dengan menggunakan model Polya. Di samping itu wawancara dilakukan
untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran yang diikuti.
4. Catatan lapangan
Catatan
lapangan dimaksudkan untuk melengkapi data yang tidak terekam dalam lembar
observasi dan bersifat penting sehubungan dengan kegiatan pembelajaran.
5. Angket
Angket
digunakan untuk mengetahui sikap, minat dan respons siswa terhadap pembelajaran
pemecahan masalah soal cerita pada materi perbandingan senilai yang telah
mereka ikuti. Angket ini diberikan setelah semua tindakan selesai.
E. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam penelitian, keabsahan
data merupakan hal yang penting. Untuk mengecek keabsahan data akan digunakan
kriteria derajat kepercayaan[29].
Derajat kepercayaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Triangulasi,
(2) Ketekunan pengamatan, dan (3) Pemeriksaan teman sejawat.
Triangulasi adalah suatu
teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu di luar data itu
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi dengan
metode dan triangulasi dengan sumber. Triangulasi dengan metode dilakukan
dengan cara membandingkan dan mengecek balik sesuatu informasi yang diperoleh
melalui wawancara, observasi, catatan lapangan dan tes akhir tindakan.
Sedangkan triangulasi dengan sumber dilakukan dengan cara membandingkan data
hasil observasi teman sejawat dan hasil observasi peneliti dengan wawancara.
Ketekunan pengamat dilakukan
pengamat dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti, rinci dan terus
menerus selam proses penelitian. Kegiatan ini dapat diikuti dengan pelaksanaan
wawancara secara intensif sehingga dapat terhindar dari hal-hal yang tidak
diinginkan, misalnya subjek berdusta, menipu atau berpura-pura.
Pemeriksaan teman sejawat
adalah mendiskusikan proses dan hasil penelitian dengan dosen pembimbing, teman
sejawat dan guru bidang studi matematika. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan masukan baik dari segi metodologi ataupun konteks penelitian.
Dengan pemeriksaan teman sejawat diharapkan penelitian tidak menyimpang dari
harapan dan data yang diperoleh benar-benar mencerminkan data yang valid.
F. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil
tes, wawancara, observasi dan catatan lapangan dianalisis secara bersamaan.
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang ada dari
berbagai sumber yaitu dari tes, wawancara, observasi dan catatan lapangan. Analisis
data dilakukan dengan 3 tahap, yang meliputi tahap (1) mereduksi data, (2)
menyajikan data, (3) menarik kesimpulan serta verifikasi.[30]
1. Mereduksi data
Mereduksi
data yang terkumpul melalui berbagai sumber, yaitu hasil tes, wawancara,
observasi dan catatan lapangan, data tersebut diklarifikasi dengan cara
melakukan pengelompokan data yang sejenis, kemudian disederhanakan dengan cara
membuang hal-hal yang tidak perlu. Mereduksi data ini dilakukan secara
berkesinambungan mulai awal sampai dengan akhir pengumpulan data.
2. Menyajikan data
Penyajian
data dilakukan dalam rangka mengorganisasi hasil reduksi dengan cara menyusun
secara naratif sekumpulan informasi yang telah diperoleh dari hasil reduksi,
sehingga dapat memberikan gambaran kemungkinan penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Informasi di sini maksudnya uraian proses kegiatan
pembelajaran, aktivitas siswa terhadap kegiatan pembelajaran, hasil tes awal,
hasil tes pada waktu pembelajaran serta hasil yang dapat dari perpaduan data
hasil observasi, wawancara dan catatan lapangan. Data yang telah disajikan
tersebut selanjutnya dibuat penafsiran dan evaluasi untuk membuat perencanaan
tindakan selanjutnya. Hasil penafsiran dan evaluasi ini dapat berupa penjelasan
tentang (a) perbedaan antara rancangan dengan pelaksanaan tindakan, (b)
perlunya perubahan tindakan dan alternatif tindakan yang dianggap tepat, (c)
persepsi peneliti, guru dan teman sejawat yang terlibat dalam pengamatan dan
catatan lapangan terhadap tindakan yang telah dilakukan, (d) kendala-kendala
yang muncul dan alternatif pemecahannya.
3. Menarik kesimpulan serta
verifikasi
Penarikan
kesimpulan merupakan proses memberikan kesimpulan terhadap hasil penafsiran dan
evaluasi data yang disajikan dan seluruh hasil kerja penelitian. Kegiatan verifikasi
merupakan mencari validitas kesimpulan, kegiatan yang dilakukan adalah menguji
kebenaran , kekokohan dan kecocokan makna yang ditemukan.
G. Tahap-Tahap Penelitian
Tahap-tahap yang dilaksanakan
dalam penelitian ini mencakup (1) tahap perencanaan dan (2) tahap pelaksanaan
kegiatan penelitian. Rincian tahap-tahap tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Tahap perencanaan
Tahap perencanaan meliputi
kegiatan:
a. Refleksi awal
Pada tahap
ini dilakukan kegiatan(1) membuat soal tes awal, (2) menentukan sumber data,
dan (3) melakukan tes awal, dan (4) menetapkan kelompok dan 4 orang siswa untuk
diwawancarai
b. Menetapkan dan merumuskan
rancangan penelitian
Pada tahap
ini kegiatan yang dilakukan adalah (1)menentukan tujuan pembelajaran, (2)
menyusun kegiatan pembelajaran pemecahan masalah dengan modem Polya, (3)
menyiapkan LKS I dan LKS II untuk
kegiatan diskusi kelompok, lembar observasi, angket dan format wawancara yang
akan digunakan pengamat pada saat tindakan.
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan Penelitian
Pelaksanaan
kegiatan penelitian dibagi dalam dua tindakan , yaitu tindakan I dan tindakan
II. Tindakan I adalah kegiatan pemecahan soal cerita materi perbandingan
senilai dengan model polnya. Tindakan II adalah merevisi kekurangan ditindakkan
I.
Pelaksanaan
setiap kegiatan menggunakan model, model tersebut meliputi tahap (1) merencanakan,
(2) melaksanakan, (3) mengamati, dan (4) merefleksi yang membentuk suatu
siklus. Siklus dalam suatu tindakan akan diulang sampai kriteria yang
ditetapkan dalam setiap tindakan tercapai. Kriteria keberhasilan tindakan dalam
penelitian ini terdiri dari kriteria proses dan kriteria hasil. Kriteria proses
yang ditetapkan adalah jika proses pembelajaran mencapai minimal 80%. Kriteria
hasil yang ditetapkan adalah jika rata-rata skor tes akhir siswa minimal 60
pada skala 100.
Tindakan I
1. Merencanakan
a. Menyusun rencana pembelajaran
untuk tindakan I
b. Menyiapkan lembar kegiatan
siswa I
c. Menyiapkan lembar observasi
d. Menyiapkan angket respons
e. Menyiapkan tes akhir
tindakan I
f.
Mengoordinasikan program kerja pelaksanaan tindakan dengan guru matematika
2. Melaksanakan
Kegiatan
ini berupa penerapan kegiatan pembelajaran yang telah disusun dalam
perencanaannya. Proses mengikuti urutan kegiatan yang terdapat dalam
perencanaan pembelajaran. Adapun kegiatan secara garis besar adalah :
A. Tahapan pra instruksional
(tahap awal) yang meliputi :
a. Menyampaikan tujuan
pembelajaran
b. Menyampaikan pokok-pokok
materi secara garis besar
B. Tahapan instruksional (tahap
inti dan tahap akhir) yang meliputi, kegiatan pembelajaran pemecahan masalah dengan
menggunakan model Polya antara lain:
a. Membagi LKS kepada setiap
siswa
b. Mengontrol pemahaman siswa
dengan memberikan/mengajukan beberapa pertanyaan
c. Melakukan tes individual
(tes akhir tindakan)
Hasil tes individu akan diberi
skor untuk menentukan poin
3. Mengamati
Selama
kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti melakukan pengambilan data berupa
hasil pengamatan yang dilakukan oleh guru dan teman sejawat. Objek yang diamati
adalah (a) kegiatan guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung, dan (b)
kegiatan siswa. Selain lembar observasi disediakan catatan lapangan untuk
melengkapi data hasil observasi.
4. Merefleksi
Merefleksi
dilakukan untuk melihat keseluruhan proses pelaksanaan tindakan dan hasil
pemahaman siswa. Merefleksi adalah menganalisis data-data yang diperoleh dari
observasi, wawancara dan catatan lapangan. Tahap refleksi meliputi kegiatan
memahami, menjelaskan dan menyimpulkan data. Peneliti bersama pengamat
merenungkan hasil tindakan I sebagai bahan pertimbangan apakah siklus sudah
mencapai kriteria keberhasilan yang ditentukan atau belum. Sebagai pelengkap untuk
kriteria tindakan yang telah ditentukan, dalam refleksi juga dilakukan
penilaian terhadap proses pembelajaran. Proses belajar mengajar berlangsung
dengan baik apabila mencapai 80% tujuan oleh siswa dan apabila dapat dicapai
90% berarti proses belajar mengajar berlangsung dengan sukses.
Jika
kriteria tindakan telah tercapai tetapi proses belajar belum mencapai 80% maka
peneliti masuk tindakan II, tetapi kelemahan yang ada pada proses tindakan I
diperbaiki pada tindakan II. Tetapi jika kriteria tidak tercapai dan proses belajar
belum mencapai 80% maka peneliti mengulang tindakan I dan memperbaliki
kelemahan yang ada.
Tindakan II
1. Merencanakan
a. Menyusun rencana
pembelajaran untuk tindakan II
b. Menyiapkan lembar kegiatan
siswa II
c. Menyiapkan lembar observasi
dan catatan lapangan
d. Menyiapkan lembar respons
untuk siswa
e. Menyiapkan tes akhir hasil
tindakan II
f.
Mengoordinasikan program kerja pelaksanaan tindakan dengan guru matematika
dan teman sejawat
2. Melaksanakan
Kegiatan
ini berupa penerapan kegiatan pembelajaran yang telah disusun dalam
perencanaannya. Proses mengikuti urutan kegiatan yang terdapat dalam
perencanaan pembelajaran. Adapun kegiatan secara garis besar adalah:
A. Tahapan pra instruksional
(tahap awal) yang meliputi :
a. Menyampaikan tujuan
pembelajaran
b. Menyampaikan pokok-pokok
materi secara garis besar
B. Tahapan instruksional (tahap
inti dan tahap akhir) yang meliputi, kegiatan pembelajaran pemecahan masalah
dengan menggunakan model Polya antara lain:
a. Membagi LKS kepada setiap
siswa
b. Mengontrol pemahaman siswa
dengan memberikan/mengajukan beberapa pertanyaan
c. Melakukan tes individual
(tes akhir tindakan)
Hasil tes
individu akan diberi skor untuk menentukan poin
3. Mengamati
Selama
kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti melakukan pengambilan data berupa
hasil pengamatan yang dilakukan oleh guru dan teman sejawat. Objek yang diamati
adalah (a) kegiatan guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung, dan (b)
kegiatan siswa. Selain lembar observasi disediakan catatan lapangan untuk
melengkapi data hasil observasi.
4. Merefleksi
Merefleksi
dilakukan untuk melihat keseluruhan proses pelaksanaan tindakan dan hasil
pemahaman siswa. Merefleksi adalah menganalisis data-data yang diperoleh dari
observasi, wawancara dan catatan lapangan. Tahap refleksi meliputi kegiatan
memahami, menjelaskan dan menyimpulkan data. Peneliti bersama pengamat
merenungkan hasil tindakan I sebagai bahan pertimbangan apakah siklus sudah
mencapai kriteria keberhasilan yang ditentukan atau belum. Sebagai pelengkap
untuk kriteria tindakan yang telah ditentukan, dalam refleksi juga dilakukan
penilaian terhadap proses pembelajaran. Proses belajar mengajar berlangsung
dengan baik apabila mencapai 80% tujuan oleh siswa dan apabila dapat dicapai
90% berarti proses belajar mengajar berlangsung dengan sukses.
Jika
kriteria tindakan telah tercapai tetapi proses belajar belum mencapai 80% maka peneliti
masuk tindakan II, tetapi kelemahan yang ada pada proses tindakan I diperbaiki
pada tindakan II. Tetapi jika kriteria tidak tercapai dan proses belajar belum
mencapai 80% maka peneliti mengulang tindakan I dan memperbaliki kelemahan yang
ada.[31]
Secara
garis besar pelaksanaan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
DIAGRAM ALIR RANCANGAN PENELITIAN TINDAKAN[32]
Tidak
Ya
Tidak
Ya
OUT LINE
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Penjelasan Istilah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Belajar Menurut Pandangan
Konstruktivis
B. Tujuan Pembelajaran
Matematika di MTs
C. Strategi Menggunakan
Langkah-langkah Model Polya
D. Menyelesaikan Soal Cerita
Perbandingan dengan Model Polya
E. Kelebihan dan Kekurangan
Langkah-langkah Pemecahan Masalah
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
B. Subjek Penelitian
C. Lokasi dan waktu Penelitian
D. Instrumen Penelitian
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Pengecekan Keabsahan Data
G. Teknik Analisis Data
H. Tahap-tahap Penelitian
BAB IV HASIL PENELITIAN
BAB V PEMBAHASAN
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta,
Pustaka Setia, 1985.
Aiyub, Pembelajaran
Lingkaran Melalui Pemecahan Masalah Model Polya Di Kelas
II SLTP Laboratorium Universitas Negeri Malang 2003[1]
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1990 Suriyono, Teknik
Belajar Mengajar Dalam CBSA, Jakarta:
Rineka Cipta, 1992.
Anselm
Strauss dan Juliet Corbin,.Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, (Pustaka
Pelajar Ofset, 2003),hal 30
Bill Tein, A Problem
Solving Approach To Mathhematics For Elementary School, Amsterdam, University Of Mautana, 1981
Departemen Pendidikan
Nasional, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SMA dan MA, Jakarta: Depdiknas,
2003
DR. Paul Suparno, Filsafat
Kontruksitivisme Dalam Pendidikan, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1997
E. Mulyasa, Kurikulum
Berbasis Kompetensi: konsep, karakteristik dan implementasi,
Bandung: Rosda Karya, 2005
G. Polya, How To Solve
It.Princeton, (University Press, New Jersey,1973), hal 49
Herman Hodoyo, Srategi
Pembelajaran Matematika.
Hosnan, Pengembangan
Instrumen Penskoran Pemecahan Masalah Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP),2007
Moleong, L. J, Metodologi
Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2001, hal
Niniwati, Pembelajaran
Pemecahan Masalah Persamaan Kuadrat Pada Siswa kelas I SMA Negeri I Padang ,Tesis PPS Malang, 2005
Prof. Dr. Sugiyono, Memahami
Penelitian Kualitatif penerbit
Alfabeta, Bandung
Prof. Sukardi, Ph. D, Metodologi
Penelitian Pendidikan, penerbit Bumi Aksara, September 2003
R. Soejadi, Kiat
Pendidikan Matematika di Indonesia, Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi, 2000
Rini Fajarina, “penerapan langkah-langkah
pemecahan masalah model Polya untuk menyelesaikan
soal cerita Aritmatika sosial di MTsN Beureunuen, skripsi, Banda
Aceh : IAIAN Ar-Raniry, 2007
Siti hawa, Pembelajaran
Soal Cerita Matematika Dengan Model Polya Pada Kelas II Sekolah Dasar,
Tesis Malang: PPS IKIP Malang, 1999
Sriyono, teknik Belajar
Mengajar dalam CBSA, Jakarta, Rineka
cipta, 1992
Stanley A smith, Addison Wesley
Algebra, America, The United States, 1990
Sutawijaya,
A, Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika. Makalah dalam
Seminar Nasional Pendidikan Matematika di PPS IKIP Malang, 1998
Wardhani, Pelaksanaan LK
Untuk Mempermudah Siswa Menyelesaikan Soal Cerita Dalam Paket Pembinaan Penataran Guru Sekolah Dasar, Yogyakarta: Depdikbud,1990
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..................................................................................... ........
ABSTRAK....................................................................................................... ........
DAFTAR ISI................................................................................................... ........
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................... ........ 1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................... ........ 1
B. Rumusan Masalah................................................................... ........ 5
C. Tujuan Penelitian..................................................................... ........ 6
D. Manfaat Penelitian................................................................... 6
E. Penjelasan Istilah..................................................................... ........ 6
BAB II KAJIAN
PUSTAKA .................................................................. 8
A. Belajar Menurut Pandangan
Konstruktivis................................ ........ 8
B. Tujuan Pembelajaran
Matematika di MTs................................ ........ 10
C. Strategi Menggunakan
Langkah-langkah Model Polya.............. ........ 12
D. Menyelesaikan Soal Cerita
Perbandingan dengan Model Polya. ........ 17
E. Kelebihan dan Kekurangan
Langkah-langkah Pemecahan Masalah 21
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... ........ 23
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian.............................................. ........ 23
B. Subjek Penelitian..................................................................... ........ 25
C. Lokasi dan waktu Penelitian..................................................... ........ 25
D. Instrumen Penelitian................................................................. ........ 26
E. Teknik Pengumpulan Data....................................................... ........ 27
F. Pengecekan Keabsahan Data.................................................. ........ 28
G. Teknik Analisis Data................................................................ ........ 29
H. Tahap-tahap Penelitian............................................................ ........ 31
BAB IV
HASIL PENELITIAN ................................................................ ........ 38
BAB V PEMBAHASAN.......................................................................... ........ 73
BAB VI PENUTUP .................................................................................. ........ 81
A. Kesimpulan............................................................................. ........ 81
B. Saran-saran............................................................................. ........ 82
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... ........
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
2.1 Pedoman Penskoran Pemecahan Masalah.............................. 16
4.1 Skor Tes Pra Syarat............................................................... 41
4.2 Daftar Nama-Nama Kelompok.............................................. 42
4.3 Skor Akhir Tindakan I........................................................... 47
4.4 Hasil Observasi Pengamat Terhadap Aktivitas
Peneliti
Tindakan I............................................................................. 52
4.5 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Tindakan I............................ 53
4.6 Rekapitulasi Hasil Tes Tindakan I Kelompok
Phytagoras........ 55
4.7 Skor Akhir Tes Tindakan II.................................................... 63
4.8 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Peneliti
Tindakan II.......... 66
4.9 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Tindakan I............................ 67
4.10 Hasil
Angket Respons Siswa................................................. 68
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
Diagram Alir Rancangan Penelitian Tindakan
.................................... 37
PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN LANGKAH-LANGKAH POLYA DALAM PEMECAHAN
SOAL CERITA PADA MATERI PERBANDINGAN
DI MTs DARUL ‘ULUM
Skripsi
Diajukan oleh :
INTAN ELLYANI
Mahasiswi Fakultas Tarbiyah
Jurusan Pendidikan Matematika
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ar-Raniry
NIM : 260414566
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI IAIN
AR- RANIRY
DARUSSALAM BANDA ACEH
20008 M
/ 1429 H
[1] NCTM,.Principles And Standards for
school mathematics. Virginia: the NCTM inc, 2000
[2] Herman Hodoyo, Srategi Pembelajaran
Matematika, hal. 25
[3] Sutawijaya, A, Pemecahan Masalah dalam
Pembelajaran Matematika. Makalah dalam Seminar Nasionala Pendidikan
Matematika di PPS IKIP Malang, 1998
[4] Siti hawa, Pembelajaran Soal Cerita
Matematika Dengan Model Polya Pada Kelas II Sekolah Dasar, (Tesis Malang:
PPS IKIP Malang, 1999), hal 10
[5] Anselm Strauss dan Juliet Corbin,.Dasar-Dasar
Penelitian Kualitatif, (Pustaka Pelajar Ofset, 2003),hal 30
[6] G. Polya, How To Solve It.Princeton,
(University Press, New Jersey,1973), hal 49
[7] Aiyub , Pembelajaran Lingkaran Melalui
Pemecahan Masalah Model Polya Di Kelas II SLTP Laboratorium Universitas Negeri
Malang 2003
[8] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1990)
[9] Suriyono, Teknik Belajar Mengajar
Dalam CBSA, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hal 119
[10] Bill Tein, A Problem Solving Approach
To Mathhematics For Elementary School, Amsterdam, (University Of Mautana,
1981) hal 241
[11] DR. Paul Suparno, Filsafat
Kontruksitivisme Dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,
1997), hal 61
[12] Ibid.,
hal. 63
[13] E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis
Kompetensi: konsep, karakteristik dan implementasi, (Bandung: Rosda Karya,
2005), hal. 43.
[14] R. Soejadi, Kiat Pendidikan Matematika
di Indonesia, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi, 2000), hal. 43.
[15] Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum
2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SMA dan MA, (Jakarta:
Depdiknas, 2003), hal. 1.
[16] Sriyono, teknik Belajar Mengajar dala
CBSA, ( Jakarta, Rineka cipta, 1992 ) hal. 76
[17] Stanley A smith, Addison Wesley Algebra,
( America, The United States, 1990) hal. 186
[18] Rini Fajarina, “penerapan langkah-langkah
pemecahan masalah model Polya untuk menyelesaikan soal cerita Aritmatika sosial
di MTsN beureunuen, skripsi,(Banda Aceh : IAIAN Ar-Raniry, 2007) Hal. 20
[19] Niniwati, Pembelajaran Pemecahan
Masalah Persamaan Kuadrat Pada Siswa kelas I SMA Negeri I Padang (Tesis PPS
Malang, 2005), hal.19
[20] Hosnan, Pengembangan
Instrumen Penskoran Pemecahan Masalah Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama
(SMP),2007 hal. 47
[21] Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar,
(Jakarta, Pustaka Setia, 1985) hal.284
[22] Herman Hudoyo, strategi ….,hal.91
[23] Ibid., hal. 93
[24] Wardhani, pelaksanaa LK untuk mempermudah
siswa menyelesaikan soal cerita dalam paket pembinaan penataraan guru sekolah
dasar, ( yogyakarta: depdikbud,1990), hal. 3
[25] Sriyono, dkk, Teknik mengajar dalam CBSA,
Jakarta Rineka Cipta, 1992
[26] Sriyono, dkk, Teknik…, hal. 119
[27] Prof. Dr. Sugiyono, Memahami
Penelitian Kualitatif, (Penerbit Alfabeta Bandung, april 2007), hal 59
[28] Moleong, L. J, Metodologi Kualitatif,
(Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2001), hal 35
[29] Moleong, L. J, Metodologi Kualitatif,
(Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2001), hal 49
[30] Prof. Dr. Sugiyono, Memahami
Penelitian Kualitatif (penerbit Alfabeta, Bandung) hal 91
[31] Prof. Sukardi, Ph. D, Metodologi
Penelitian Pendidikan (penerbit Bumi Aksara, September 2003) hal 212
[32] Prof. Sukardi , Ph. D , Metodologi
Penelitian Pendidikan ( Penerbit Bumi Aksara, September 2003, hal 214)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi
Sekolah
Lokasi penelitian adalah di
MTs Darul ‘Ulum, kecamatan Syiah Kuala, kota Banda Aceh. Berikut ini gambaran
umum tentang MTs Darul ‘Ulum yang dimaksud. MTs Darul ‘Ulum didirikan pada
tahun 1990 di atas tanah seluas 3920m2, yang terletak di jalan Syiah
Kuala. Sebelah barat berbatasan dengan jalan Kasturi Kp. Keramat, sebelah utara
berbatasan dengan jalan T. Nyak Arief, sebelah timur berbatasan dengan jalan
Syiah Kuala, dan sebelah selatan berbatasan dengan MIN Banda Aceh.
Keadaan fisik sekolah sudah
sangat baik, yang terdiri dari ruang belajar sebanyak 16 ruang, ruang kepala
sekolah, ruang guru, ruang tata usaha, perpustakaan, laboratorium dan kantin.
Jumlah guru yang mengajar adalah 31 orang, yang terdiri dari 11 guru tetap, 1
guru kontrak dan 19 guru honor, di samping itu juga dibantu oleh pegawai lainnya. Kepala sekolah adalah Dra.
Hj. Muniran Husin. Jumlah guru yang mengajar mata pelajaran matematika adalah 2
orang dengan tingkat pendidikan masing-masing adalah strata satu. MTs Darul
‘Ulum pada tahun ajaran 2008/2009 memiliki jumlah siswa yang terdiri dari 369
laki-laki dan 380 perempuan, dengan rincian sebagai berikut, 160 jumlah siswa
kelas VII, 262 jumlah siswa kelas VIII dan 197 jumlah siswa kelas IX.
B. Pelaksanaan Penelitian
Langkah penulis dalam
pelaksanaan penelitian menggunakan model Polya, terlebih dahulu mendapatkan
izin pembimbing, selanjutnya memperoleh surat izin dari Dekan Tarbiyah dan
surat izin dapat mengumpulkan data dari MTs Darul ‘Ulum. Sebelum peneliti
melakukan tindakan sesuai dengan RPP yang telah disusun, peneliti terlebih
dahulu mengobservasi kondisi sekolah dan kegiatan belajar mengajar mata
pelajaran matematika pada kelas VII-1 yang di sampaikan oleh guru.
Pada tanggal 25 Agustus 2008
peneliti menemui kembali guru matematika kelas VII di sekolah dan menjelaskan
kembali secara garis besar mengenai tujuan penelitian tersebut. Dalam pertemuan
tersebut peneliti dan guru matematika berdiskusi tentang rencana kegiatan yang
dilaksanakan dan disepakati, (1) kelas yang akan dijadikan sebagai subjek
penelitian adalah kelas VII-1, karena kelas tersebut merupakan kelas inti,(2)
tes awal akan diadakan pada tanggal 27 Agustus 2008 pada pukul 10.00 s/d 10.45,
(3) pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan jadwal mata pelajaran kelas VII-1.
dalam pertemuan ini Ibu Syarifah mengatakan bahwa secara tidak langsung langkah
Polnya telah diterapkan, namun tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, dan
langkah tersebut tidak terstruktur, pada materi sebelumnya.
Di samping itu dari Ibu Syarifah
diperoleh keterangan bahwa kelas VII-1 merupakan siswa terpilih, atau dengan
kata lain kelas VII-1 merupakan kelas inti.
Tanggal 26 Agustus 2008
peneliti kembali menemui Ibu Syarifah untuk membicarakan tentang teknis pelaksanaannya. Penelitian
yang akan dilakukan dengan 2 tindakan. Dari Ibu Syarifah juga diperoleh jadwal
mengajar beliau adalah hari Rabu kelas VII-1 (jam 07.30 s/d 09.30), hari Jum’at
kelas VII-2 (jam 07.30 s/d 08.50) dan VII-1 (jam 08.50 s/d 10.10) dan hari
Sabtu kelas VII-2 (jam 07.30 s/d 08.50).
Tanggal 27 Agustus 2008 hari
Rabu peneliti bersama guru matematika menuju ruang kelas VII-1 untuk mengadakan
tes awal, beliau memperkenalkan peneliti sebagai mahasiswi IAIN yang akan mengadakan penelitian di kelas
tersebut. Tes awal yang peneliti berikan membuat siswa kaget, karena tidak
diberitahukan sebelumnya sebab selama ini mereka terbiasa kalau akan ada
ulangan selalu diberitahukan terlebih dahulu, sehingga mereka dapat menyiapkan
diri dengan baik. Tes awal ini merupakan materi pra syarat, untuk mengetahui
tentang pemahaman siswa pada materi yang sudah mereka pelajari, jika materi pra
syarat tidak tuntas maka tidak boleh melanjutkan materi perbandingan senilai.
Tes awal ini peneliti
rencanakan dalam waktu 60 menit, yang terdiri dari 5 soal essay, ternyata di
luar dugaan dalam waktu 30 s/d 50 menit seluruh siswa selesai mengumpulkan
kertas jawaban mereka. Mengenai jawaban mereka benar atau salah belum peneliti
ketahui. Setelah jawaban terkumpul, sisa waktu
10 menit peneliti gunakan untuk menjelaskan bahwa nilai tes awal ini
digunakan untuk menentukan kelompok.
Tes awal atau tes pra syarat dimaksudkan
untuk menjaring untuk pembentukan kelompok, dan untuk mengetahui pemahaman
siswa. Hasil tes awal atau tes pra syarat diurutkan mulai dari skor tertinggi
dapat dilihat pada tabel 1.3 berikut :
Tabel 4.1 Skor Tes Pra syarat
NO
|
KODE SISWA
|
JENIS
KELAMIN
|
SKOR TES AWAL
|
1
|
AM
|
Laki-laki
|
100
|
2
|
FR
|
Laki-laki
|
100
|
3
|
FY
|
Laki-laki
|
100
|
4
|
AA
|
Perempuan
|
100
|
5
|
SR
|
Perempuan
|
100
|
6
|
ZN
|
Laki-laki
|
100
|
7
|
IZ
|
Laki-laki
|
95
|
8
|
AS
|
Laki-laki
|
95
|
9
|
ZA
|
Laki-laki
|
95
|
10
|
FU
|
Perempuan
|
90
|
11
|
AU
|
Perempuan
|
90
|
12
|
RR
|
Perempuan
|
85
|
13
|
MA
|
Laki-laki
|
85
|
14
|
YC
|
Laki-laki
|
85
|
15
|
AF
|
Perempuan
|
85
|
16
|
MN
|
Perempuan
|
80
|
17
|
CV
|
Perempuan
|
80
|
18
|
CS
|
Perempuan
|
80
|
19
|
NF
|
Perempuan
|
80
|
20
|
RK
|
Laki-laki
|
80
|
21
|
KF
|
Laki-laki
|
80
|
22
|
ZA
|
Laki-laki
|
75
|
23
|
MZ
|
Perempuan
|
75
|
24
|
NL
|
Perempuan
|
70
|
25
|
DM
|
Perempuan
|
70
|
26
|
RM
|
Perempuan
|
65
|
27
|
LA
|
Laki-laki
|
65
|
28
|
OM
|
Perempuan
|
60
|
29
|
RI
|
Perempuan
|
55
|
30
|
NR
|
Perempuan
|
55
|
31
|
MM
|
Perempuan
|
50
|
32
|
SF
|
Laki-laki
|
50
|
33
|
HJ
|
Laki-laki
|
50
|
34
|
MM
|
Laki-laki
|
50
|
35
|
NS
|
Perempuan
|
50
|
36
|
AB
|
Laki-laki
|
45
|
37
|
ME
|
Perempuan
|
45
|
Hasil tes awal ini digunakan
sebagai pertimbangan dalam membentuk kelompok belajar. Pemberitahuan kelompok
tersebut berdasarkan pada hasil tes awal. Soal tes awal terdiri dari 5 soal
isian (terlampir). Dalam proses pembentukan kelompok belajar, skor siswa terlebih
dahulu diurutkan dari skor tertinggi ke skor yang terendah. Berdasarkan urutan
skor pra syarat tersebut, siswa dibagi dalam tiga bagian yaitu, diambil 27%
dari siswa yang memperoleh skor tinggi adalah kelompok kemampuan tinggi, 27%
dari siswa yang memperoleh skor terendah adalah kelompok kemampuan rendah, dan
selain itu adalah kelompok kemampuan sedang.
Masing-masing kelompok
dibentuk dengan memilih secara acak dari setiap bagian kemampuan tersebut,
sehingga terbentuk 9 kelompok dengan anggotanya terdiri dari 4 siswa, dan ada
satu kelompok berjumlah 5 siswa. Daftar nama-nama kelompok dapat dilihat pada
tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2 Daftar Nama-nama Kelompok
NAMA
KELOMPOK
|
KODE SISWA
|
JENIS
KELAMIN
|
KEMAMPUAN
|
PHYTAGORAS
|
AM
|
Laki-Laki
|
Tinggi
|
AA
|
Perempuan
|
Tinggi
|
|
RR
|
Perempuan
|
Sedang
|
|
RM
|
Laki-laki
|
rendah
|
|
POLYA
|
FR
|
Laki-laki
|
Tinggi
|
SR
|
Perempuan
|
Tinggi
|
|
MA
|
Perempuan
|
Sedang
|
|
LA
|
Laki-laki
|
Rendah
|
|
PASCAL
|
ZN
|
Laki-laki
|
Tinggi
|
NF
|
Perempuan
|
Sedang
|
|
KF
|
Laki-laki
|
Sedang
|
|
OM
|
Perempuan
|
Rendah
|
|
ALGEBRA
|
FY
|
Laki-laki
|
Tinggi
|
MZ
|
Perempuan
|
Sedang
|
|
RI
|
Perempuan
|
Rendah
|
|
SF
|
Laki-laki
|
Rendah
|
|
ALKHAWARISMI
|
IZ
|
Laki-laki
|
Tinggi
|
YC
|
Laki-laki
|
Sedang
|
|
AF
|
Perempuan
|
Sedang
|
|
ME
|
Perempuan
|
Rendah
|
|
PLATO
|
AS
|
Laki-laki
|
Tinggi
|
MN
|
Laki-laki
|
Sedang
|
|
CV
|
Perempuan
|
Sedang
|
|
NR
|
Perempuan
|
rendah
|
|
EUCLIDE
|
ZA
|
Perempuan
|
Tinggi
|
RK
|
Laki-laki
|
Sedang
|
|
DM
|
Perempuan
|
Sedang
|
|
HS
|
Perempuan
|
Rendah
|
|
CAUCHY
|
FU
|
Perempuan
|
Tinggi
|
CS
|
Perempuan
|
Sedang
|
|
HJ
|
Laki-laki
|
Rendah
|
|
NZ
|
Laki-laki
|
Rendah
|
|
HOPITAL
|
AU
|
Perempuan
|
Tinggi
|
ZA
|
Laki-laki
|
Sedang
|
|
MM
|
Laki-laki
|
Rendah
|
|
AB
|
Laki-laki
|
Rendah
|
|
RD
|
Perempuan
|
Sedang
|
Untuk memperoleh informasi
tentang kelemahan dan kelebihan pelaksanaan tindakan sebagai bahan refleksi
dalam rangka memperbaiki pelaksanaan tindakan berikutnya dilakukan Observasi
dengan mengisi format pengamatan dan catatan lapangan. Lembar Observasi
diberikan kepada 2 orang, salah satunya dari teman sejawat dari IAIN dan
dibantu oleh seorang mahasiswa pratikan, yang bertugas mengamati aktivitas
peneliti dan siswa selama pembelajaran berlangsung. Pemberian lembar observasi ini dimaksudkan agar
pengamat dapat memahami tugasnya dengan baik sehingga dapat melaksanakan
pengamatan sesuai dengan yang diharapkan.
1. Paparan Data Tindakan I
Kegiatan
yang dilakukan pada tindakan I meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
refleksi. Masing-masing kegiatan dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Pada
kegiatan ini beberapa hal yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan rencana dan
skenario pembelajaran, lembar observasi, format wawancara dan catatan lapangan.
2. Menyiapkan Lembar Kerja
Siswa (LKS)
3. Menyiapkan soal tes akhir
tindakan I.
4. melakukan koordinasi dengan
pengamat
b.
Pelaksanaan tindakan I
Pembelajaran
ini dilaksanakan pada tanggal 08 Oktober 2008. pada tindakan ini peneliti
menerapkan pembelajaran dengan menggunakan langkah-langkah Polya dalam
memecahkan soal cerita pada materi perbandingan. Sesuai dengan rencana dan
skenario pembelajaran yang telah disusun maka pembelajaran dalam penelitian ini
dibagi dalam tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
akhir. Rencana dan skenario (terlampir).
Pada
kegiatan awal, siswa masih berada pada posisi duduk seperti biasa (tanpa
kelompok), lalu peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
memberikan motivasi tentang pentingnya materi perbandingan senilai dalam kehidupan
sehari-hari. Membangkitkan pengetahuan siswa dengan mengajukan beberapa
pertanyaan tentang materi perbandingan senilai. Dalam kegiatan ini siswa juga
diminta untuk memberikan beberapa contoh perbandingan senilai dalam kehidupan
sehari-hari. Beberapa siswa dapat memberikan contoh dengan benar dan ada juga
yang kurang tepat. Selanjutnya peneliti menjelaskan 4 langkah pemecahan masalah
menurut Polya secara garis besar saja, karena keempat langkah ini hanya
digunakan untuk menjawab soal yang akan dikerjakan siswa. Peneliti menyuruh
siswa berdiskusi dalam kelompok masing-masing untuk memilih pengurus kelompok
yaitu ketua dan sekretaris kelompok. Setelah itu guru memberikan tata tertib
(aturan main) dalam kelompok, yaitu (1) ketua kelompok ditugaskan untuk memimpin
dan mengatur jalannya diskusi, (2) sekretaris kelompok bertugas mencatat
laporan hasil-hasil yang didapat sewaktu diskusi berlangsung, (3) tanggung
jawab semua siswa sama terhadap keberhasilan kelompok mereka, (4) setiap
anggota dalam masing-masing kelompok harus saling membantu jika menghadapi
masalah sebelum meminta pertolongan guru, (5) setiap anggota kelompok harus
menghargai dan menerima pendapat anggota masing-masing, dan (6) setiap kelompok
tidak diizinkan untuk mengakhiri diskusi sebelum semua anggota kelompok
menguasai masalah yang menjadi tanggung jawab kelompok kecuali jika waktu yang
tersedia sudah habis.
Kegiatan
awal diakhiri dengan pengaturan tempat duduk menjadi 7 kelompok. Pada saat
pengaturan ini terjadi sedikit kegaduhan karena ada beberapa siswa yang
menyeret-nyeret kursi dan meja, mereka saling berebut tempat duduk. Melihat hal
itu peneliti memberikan bantuan dengan menempatkan nama-nama kelompok pada
masing-masing meja. Kegiatan awal ini membutuhkan waktu 25 menit sesuai dengan yang
diharapkan.
Setelah
suasana kelas menjadi tenang peneliti dibantu pengamat membagikan LKS kepada
masing-masing kelompok untuk didiskusikan pada kelompok masing-masing. Pada
saat siswa mengerjakan LKS suasana sedikit agak ramai, karena siswa saling
bertanya dan saling bertukar pendapat dalam menyelesaikan soal yang ada di LKS.
LKS untuk tindakan I dapat dilihat pada lampiran.
Pada saat
siswa mempelajari LKS peneliti berkeliling
mengamati aktivitas siswa dalam kelompoknya. Apabila ada kelompok yang
kurang memahami maksud soal, peneliti memberikan bimbingan dan menuntun mereka
untuk memahami maksud soal. Masing-masing anggota kelompok saling bertanya
mengenai soal yang sedang mereka bahas. Di sini terlihat adanya kerja sama
antar sesama anggota kelompok. Waktu yang dibutuhkan untuk memahami dan
berdiskusi adalah 25 menit, sesuai dengan rencana sebelumnya.
Kegiatan
berikutnya, peneliti meminta satu orang siswa dari setiap kelompok untuk
memprestasikan hasil diskusi mereka di depan kelas. Waktu untuk memprestasikan
jawaban siswa tidak cukup, karena pada saat siswa memprestasikan hasil kerja
mereka, ada sebagian dari siswa yang lain membuat kegaduhan, sehingga waktu
presentasi tersita untuk mengatasi siswa yang membuat kegaduhan.
Ketika
waktu menunjukkan 09.30 WIB peneliti memberitahukan bahwa waktu presentasi
telah usai selanjutnya peneliti memberitahukan bahwa pada pertemuan berikutnya
pada tanggal 10 Oktober 2008 akan ada diadakan tes tindakan I. Pembelajaran
hari itu peneliti akhiri dengan mengucapkan salam.
Pada hari
Jum’at, 10 Oktober 2008 peneliti melakukan tes I yang dibantu oleh 1 orang
pengamat, yaitu teman sejawat untuk membagikan lembar soal yang terdiri dari 4
soal essay serta meminta siswa untuk mengumpulkan buku catatan, dan buku paket
ke depan kelas. Soal tes tindakan I (terlampir).
Pada waktu
tes berlangsung peneliti berkeliling mengawasi siswa yang senang bekerja untuk
memastikan apakah ada siswa yang curang dalam melakukan tes. Dalam pelaksanaan
tes tidak ada satu pun siswa yang curang.
Mereka berdebar-debar
menunggu hasil tes yang akan peneliti bagikan. Akhirnya peneliti membagikan
kertas hasil tes mereka satu persatu, ada yang gembira menerimanya, ada yang
sedih dan ada yang hanya diam menerima kertas jawaban mereka. Setelah semua
jawaban mereka peneliti kembalikan, barulah dimulai dengan pembahasan soal tes.
Peneliti menyuruh beberapa orang siswa untuk mengerjakan soal-soal yang tidak
dapat mereka kerjakan waktu tes. Kegiatan pembahasan ini sebenarnya tidak ada
dalam rencana yang akan peneliti susun, ini dilakukan karena siswa yang
menginginkan.
Hasil tes
akhir tindakan I dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3 Skor Tes Akhir Tindakan I
No. Urut
|
Inisial siswa
|
Nomor soal
|
Skor total
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
1
|
AM
|
10
|
10
|
10
|
10
|
100
|
2
|
IZ
|
10
|
10
|
10
|
10
|
100
|
3
|
ZA
|
10
|
10
|
10
|
10
|
100
|
4
|
CV
|
10
|
10
|
10
|
10
|
100
|
5
|
MZ
|
10
|
10
|
10
|
10
|
98
|
6
|
NL
|
10
|
9
|
10
|
10
|
98
|
7
|
OM
|
10
|
10
|
10
|
9
|
98
|
8
|
CR
|
10
|
10
|
10
|
9
|
98
|
9
|
SR
|
10
|
10
|
10
|
10
|
95
|
10
|
NR
|
10
|
10
|
10
|
10
|
95
|
11
|
AU
|
10
|
10
|
10
|
9
|
95
|
12
|
YC
|
10
|
10
|
9
|
10
|
95
|
13
|
RK
|
9
|
9
|
10
|
10
|
95
|
14
|
SY
|
10
|
10
|
10
|
8
|
95
|
15
|
PB
|
9
|
10
|
10
|
9
|
95
|
16
|
FR
|
9
|
9
|
9
|
9
|
90
|
17
|
AA
|
10
|
9
|
9
|
8
|
90
|
18
|
RR
|
10
|
10
|
10
|
6
|
90
|
19
|
FY
|
9
|
10
|
6
|
9
|
88
|
20
|
MA
|
9
|
9
|
9
|
8
|
88
|
21
|
CS
|
9
|
9
|
9
|
8
|
88
|
22
|
SR
|
9
|
8
|
9
|
8
|
80
|
23
|
ZN
|
9
|
9
|
9
|
7
|
80
|
24
|
FU
|
9
|
9
|
8
|
7
|
80
|
25
|
MM
|
9
|
9
|
8
|
9
|
80
|
26
|
AH
|
9
|
8
|
8
|
7
|
80
|
27
|
KF
|
7
|
9
|
7
|
8
|
78
|
28
|
RM
|
8
|
8
|
8
|
7
|
78
|
29
|
MR
|
9
|
10
|
6
|
6
|
75
|
30
|
SF
|
6
|
8
|
8
|
8
|
70
|
31
|
RD
|
8
|
7
|
7
|
7
|
60
|
32
|
LA
|
7
|
7
|
6
|
4
|
60
|
33
|
ZP
|
6
|
6
|
6
|
6
|
60
|
34
|
NF
|
7
|
8
|
7
|
-
|
50
|
35
|
AS
|
8
|
7
|
6
|
-
|
40
|
36
|
RZ
|
8
|
4
|
-
|
-
|
30
|
37
|
DM
|
6
|
6
|
-
|
-
|
30
|
Jumlah
|
3022
|
|||||
Rata-rata Nilai
|
81,68
|
Berdasarkan hasil tes akhir
tindakan I, jumlah skor yang diperoleh pada tes akhir tindakan I dari 37 siswa
adalah 3022 . Jadi, rata-rata skor tes akhir tindakan I adalah 81,68 pada skala
100. Dengan demikian sesuai dengan kriteria hasil yang ditetapkan pada tindakan
I, jika rata-rata skor tes akhir siswa minimal 65 pada skala 100, maka tindakan
I berdasarkan hasil tes akhir tindakan I sudah berhasil.
c. Hasil Observasi tindakan
I
Berdasarkan
hasil pengamatan peneliti dan 2 orang pengamat selama kegiatan berlangsung
ditemui beberapa hal sebagai berikut :
1. Pada saat membentuk pengurus
kelompok ada beberapa orang siswa yang menunggu kehadiran peneliti untuk
membantu dalam penelitian untuk membantu
dalam pemilihan pengurus kelompok. Masih ada dijumpai beberapa orang siswa yang
menolak waktu dipilih sebagai ketua kelompok, dengan alasan tidak begitu pandai
dalam pelajaran matematika.
2. Pada saat siswa diskusi
kelompok, aktivitas diskusi masih kaku. Karena di antara siswa ada yang kurang
percaya diri.
3. Pada tindakan I peneliti
menemui beberapa orang siswa laki-laki yang kurang bersemangat dalam diskusi,
sehingga mereka memutuskan mereka untuk berdiam diri dan tidak memberikan
komentar apa-apa serta menerima saja apa yang disampaikan teman lain.
Siswa-siswa seperti ini hanya memberikan ekspresi mengangguk, pada saat
peneliti menanyakah apakah sudah paham atau belum tentang apa yang mereka
kerjakan dalam LKS. Di samping itu, mereka juga mengakui waktu yang disediakan
untuk diskusi masih jurang, sehingga dalam mengerjakan soal-soal yang ada dalam
LKS terpaksa terburu-buru.
4. Pada saat pelaksanaan tes
tidak dijumpai siswa yang membuka buku catatan, tapi masih ada beberapa orang
siswa yang bertanya dan bekerja sama dengan teman sebangkunya. Karena waktu
yang disediakan dalam mengerjakan tes sangat terbatas maka banyak siswa yang
tidak mau menjawab ketika teman bertanya.
Dari laporan hasil diskusi
yang diserahkan masing-masing kelompok pada peneliti dapat di kemukakan sebagai
berikut :
1. Dari 9 kelompok, 7 kelompok
menyerahkan laporan hasil diskusi dengan lengkap dan 2 kelompok memberikan
laporan diskusi belum lengkap.
2. Dari cara-cara mereka
menjawab soal dengan menggunakan 4 langkah pemecahan masalah menurut Polya,
mereka mengaku langkah yang paling sulit mereka pahami adalah langkah kedua
yaitu membuat rencana bagaimana
menyelesaikan masalah tersebut. Ada sebagian siswa mengatakan bahwa langkah
4 yang paling sulit, yaitu memeriksa kembali.
3. Soal tes I yang diberikan
sebagian siswa menyatakan soalnya tidak terlalu sulit, namun kadang-kadang
dalam perhitungan mereka sering kurang teliti sehingga mengurangi nilai mereka.
Masing-masing langkah yang dilakukan siswa dalam menjawab soal No. 1 s/d 4,
peneliti nilai dengan langkah 1 diberi skor maksimal 2, langkah 2 skor maksimal
4, langkah 3 skor maksimal 2 dan langkah 4 skor maksimal 2 sesuai dengan
pedoman perskoran pemecahan masalah. Sehingga nilai tes I masing-masing nomor
bernilai 10, karena soal tes tersebut berjumlah 4 maka jumlah semuanya adalah
berjumlah 40. karena nilai tes yang peneliti gunakan berkisar antara 0 s/d 100
maka jumlah nilai tersebut dikalikan dengan 2,5.
Selain itu hasil observasi
pengamat terhadap pelaksanaan pembelajaran juga menunjukkan bahwa pembelajaran
sudah berlangsung dengan baik. Hasil observasi pengamat meliputi aktivitas guru
dan siswa dalam berdiskusi. Untuk lebih jelasnya hasil observasi pengamat
terhadap aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Hasil observasi terhadap
aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran
Analisis
data hasil observasi menggunakan analisis persentase. Adapun skor untuk jawaban
“ ya “ adalah 1, sedangkan skor untuk jawaban “ tidak ” adalah 0. skor yang
didapat dari masing-masing indikator dijumlahkan dan hasilnya disebut skor.
Selanjutnya dihitung persentase nilai rata-rata dengan membagi jumlah skor
dengan skor maksimal dikalikan dengan 100% atau dapat ditulis sebagai berikut :
Persentase Nilai Rata-Rata ( NR ) =
Kriteria taraf keberhasilan
tindakan ditentukan sebagai berikut :
90 % £ NR < 100% : Sangat baik
80 % £ NR < 90% : Baik
70 % £ NR < 80% : Cukup baik
60 % £ NR < 70% : Kurang
0 % £ NR < 60% : Sangat kurang
Hasil
observasi pengamat terhadap aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran dengan
menggunakan model Polya dapat dilihat pada tabel di bawah ini , lembar
observasi guru dan siswa dalam pembelajar dengan menggunakan model Polya (
terlampir ).
Tabel 4.4 : Hasil Observasi Pengamat
Terhadap Aktivitas Peneliti
No
|
Keg.
|
Indikator
|
Pengamat I
|
Pengamat II
|
||
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
|||
|
Awal
|
a.
Memberi salam
b.
Menyampaikan tujuan pembelajaran/tujuan yang ingin dicapai untuk topik
perbandingan senilai
c.
Memberikan motivasi tentang pentingnya materi perbandingan senilai dalam
kehidupan sehari-hari
d.
Menggali Potensi/pemahaman siswa
e.
Pengenalan 4 langkah pemecahan masalah model Polya
|
Ö
Ö
Ö
Ö
|
Ö
|
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
|
|
|
Inti
|
f.
Menginformasikan materi ajar
g.
Kemampuan dalam membagikan siswa dalam kelompok
h.
Membagi LKS pada masing-masing kelompok
i.
Menyuruh siswa bekerja sama/berdiskusi dengan teman sekelompok untuk
menyelesaikan tugas dalam LKS
j.
Kemampuan dalam mengontrol kelompok belajar
k.
Kemampuan mengarahkan siswa untuk menemukan jawaban dan cara menjawab
soal, dengan memberikan bantuan terbatas
l.
Kemampuan mengamati cara kerja siswa dalam menyelesaikan soal dengan
menggunakan langkah-langkah Polya
m. Kemampuan mengoptimalkan
interaksi siswa dalam bekerja kelompok
n. Kemampuan mendorong siswa
untuk membandingkan jawaban dengan kelompok lain
o. Meminta perwakilan dari
kelompok masing-masing untuk memprestasikan hasil kerja kelompok di depan
kelas
|
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
|
Ö
Ö
Ö
|
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
|
Ö
Ö
Ö
|
|
Akhir
|
p.
Memberikan kuis/tes akhir tindakan secara perorangan /individu
q.
Memaparkan perkembangan siswa selama pembelajaran berlangsung
r.
Memberikan koreksi terhadap kerja siswa
s.
Menyampaikan salam penutup
|
Ö
Ö
Ö
Ö
|
|
Ö
Ö
Ö
|
Ö
|
Berdasarkan data observasi ke
dua pengamat pada tabel di atas, jumlah skor yang didapat 15,5 sedangkan skor
maksimal 19. Dengan demikian persentase nilai rata-rata adalah 81,5%. Ini
berarti taraf keberhasilan aktivitas peneliti sebagai guru berdasarkan ke dua
pengamat termasuk dalam kategori baik.
Tabel 4.5 : Hasil Observasi Aktivitas Siswa
No
|
Keg.
|
Indikator
|
Pengamat I
|
Pengamat II
|
||
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
|||
|
Awal
|
a. Menjawab Salam
b. Memperhatikan Dan Mencatat
Tujuan Pembelajaran yang disampaikan Guru
c. Merespon Penjelasan Guru
d. Mengajukan Pertanyaan
Tentang Hal-Hal Yang Belum Dimengerti Tentang Pemecahan Masalah Model Polya
|
Ö
Ö
Ö
|
Ö
|
Ö
Ö
Ö
Ö
|
|
|
Inti
|
e. Menerima LKS masing-masing
f.
Menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru
g. Menyelesaikan tugas yang
ada di dalam LKS dengan menggunakan model Polya
h. Meminta bimbingan guru
dengan mengajukan pertanyaan mengenai materi yang kurang dipahami
|
Ö
Ö
Ö
Ö
|
|
Ö
Ö
|
Ö
Ö
|
|
Akhir
|
i.
Mengerjakan kuis/tes
j.
Mengetahui kemajuan, setelah tindakan
k. Menjawab salam penutup
|
Ö
Ö
Ö
|
|
Ö
Ö
Ö
|
|
Berdasarkan data observasi
kedua pengamat pada tabel di atas, jumlah skor yang didapat adalah 9 sedangkan
skor maksimal 11. dengan demikian persentase senilai rata-rata adalah 81,8%.
Berarti taraf keberhasilan aktivitas siswa berdasarkan kedua pengamat termasuk
dalam kategori yang baik.
Dari hasil analisis data
observasi terhadap kegiatan peneliti dan siswa, maka dapat disimpulkan bahwa
kegiatan peneliti dalam mengajar dan kegiatan siswa dalam mengajar sudah baik.
Namun berdasarkan hasil observasi dua orang pengamat masih ada indikator yang
masih kurang yaitu kurangnya memberikan motivasi pada siswa.
d. Hasil wawancara
Wawancara
dilakukan untuk mengetahui respons siswa terhadap pembelajaran dan pemahaman
siswa terhadap materi. Pedoman wawancara dapat dilihat pada lampiran. Wawancara
hanya dilakukan pada subjek setelah pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan
hasil wawancara diperoleh bahwa semua subjek wawancara menyatakan materi
perbandingan senilai ada kaitannya dengan pengetahuan sebelumnya, yaitu materi perjumlahan,
pengurangan dan bilangan bulat. Subjek
wawancara menyatakan senang bahwa materi perbandingan senilai dikaitkan dengan
pengetahuan sebelumnya.
Berdasarkan
hasil tes I yang diberikan, dari 4 orang siswa yang diamati secara mendalam
tersebut 2 orang siswa menjawab ke 4
soal dengan benar 1 orang menjawab 3 soal dengan benar dan 1 orang menjawab 2 soal dengan
benar. Di bawah ini dapat secara
terperinci nilai tes akhir tindakan I tersebut yang dinilai berdasarkan skor
pemecahan masalah.
Tabel 4.6 : Rekapitulasi Hasil Tes
Tindakan I kelompok Phytagoras
No Soal
|
Kode siswa
|
Skor yang diperoleh
|
|||
L1
|
L2
|
L3
|
L4
|
||
1
|
AM
|
2
|
4
|
2
|
2
|
2
|
2
|
4
|
2
|
2
|
|
3
|
2
|
4
|
2
|
2
|
|
4
|
2
|
4
|
2
|
2
|
|
1
|
AA
|
2
|
4
|
2
|
2
|
2
|
2
|
4
|
2
|
2
|
|
3
|
2
|
4
|
2
|
2
|
|
4
|
2
|
4
|
2
|
2
|
|
1
|
RR
|
2
|
3
|
2
|
2
|
2
|
2
|
3
|
2
|
2
|
|
3
|
2
|
3
|
2
|
2
|
|
4
|
2
|
3
|
2
|
2
|
|
1
|
RM
|
2
|
3
|
2
|
2
|
2
|
2
|
3
|
2
|
2
|
|
3
|
2
|
3
|
-
|
-
|
|
4
|
2
|
-
|
-
|
-
|
Dari hasil tes yang dilakukan
dapat dilihat bahwa dari keempat orang siswa yang diamati secara mendalam hanya
1 orang yang tidak dapat menjawab soal nomor 4 dengan keempat langkah pemecahan
masalah model Polya, hanya langkah 1 yang dapat bisa dijawabnya. Pada soal
nomor 4 dalam mengerjakan langkah ke 2 salah menggunakan rumus sehingga langkah
3 dan 4 otomatis menjadi salah.
Semua
subjek wawancara senang dengan pembelajaran setting belajar kelompok.
Berikut ini petikan alasan masing-masing subjek wawancara mengapa mereka senang
belajar secara kelompok.
AM : Karena bila ada masalah
yang sulit dipecahkan dengan belajar kelompok akan lebih mudah. Melalui belajar
kelompok dapat saling tukar pikiran dalam belajar.
AA : Karena belajar sambil
bermain dan memikirnya tidak sendiri
RR : Karena bisa tukar
pikiran dengan teman
RM : Mudah memecahkan masalah
sulit dengan belajar kelompok
Semua subjek wawancara juga
menyatakan senang jika pembelajaran soal cerita perbandingan senilai diajarkan
dengan menggunakan model Polya. Alasan subjek
wawancara sebagai berikut:
AM : Belajar dengan
menggunakan model Polya membuat kita
lebih teliti dalam menyelesaikan soal cerita
AA : Cara dengan model Polya
membuat saya bisa lebih hati-hati, dan cara mendapatkan ilmu yang baru dari
model ini
RR : Cara ini membuat saya berfikir lebih kreatif
RM : Sebenarnya cara ini
menyenangkan, tapi memakan waktu yang lama, kan kemampuan siswa itu
berbeda-beda, sampai-sampai tes kemarin 1 soal yang tidak sempat saya kerjakan
karena waktunya udah habis.
Semua subjek wawancara juga
menyatakan senang jika pada materi lain diajarkan dengan menggunakan model
Polya, khususnya pada soal cerita. Alasan
subjek wawancara sebagai berikut:
AM : saya senang belajar
dengan model ini, dapat ilmu baru, terus walau sedikit pusing tapi asik, polya
ini cocok banget jika diterapkan dalam soal cerita
AA : boleh-boleh aja
RR : Cara ini membuat saya berfikir lebih kreatif
RM : Sebenarnya cara ini menyenangkan, tapi memakan waktu yang
lama, kan kemampuan siswa itu berbeda-beda, sampai-sampai tes kemarin 1 soal
yang tidak sempat saya kerjakan karena waktunya
Ketika
subjek wawancara diminta untuk menjelaskan hasil kerjanya, mereka dapat
menjelaskan dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa mereka memahami apa yang
telah mereka kerjakan.
Dari
hasil wawancara ke empat siswa tersebut mereka menyatakan bahwa cara
menyelesaikan soal cerita dengan polya menyenangkan, apalagi dilakukan dengan
kerja kelompok. Sebahagian siswa ada yang menyatakan bahwa langkah-langkah
Polya pernah mereka dapati, akan tetapi tidak mengikuti prosedur polya yang
sebenarnya.
e. Hasil catatan lapangan
Berdasarkan
pengamatan peneliti dan 2 orang pengamat selama
kegiatan pembelajaran diperoleh beberapa informasi sebagai berikut :
1. Pada waktu mengumpulkan
tugas hasil diskusi kelompok masih ada yang tidak lengkap dan tuntas
mengerjakan.
2. Pada saat pengaturan kursi
masih terjadi kegaduhan, ini terlihat pada saat pembentukan kelompok.
3. Pada saat mengerjakan tugas
yang ada di LKS, sebahagian siswa hanya diam saja, mereka serahkan pada ketua
kelompok.
4. Pada saat mempresentasikan
hasil kerjanya pada tindakan I, tidak tuntas, hal ini disebabkan karena tidak
cukup waktu, karena pada saat presentasi ada sebahagian siswa membuat
keributan, jadi waktu yang tersedia untuk presentasi terbuang begitu saja,
untuk mendiamkan siswa yang berbuat keributan.
f.
Refleksi
Refleksi
dilakukan untuk mengetahui apakah tindakan I sudah berhasil atau tidak. Jika
belum berhasil maka penelitian dilanjutkan pada tindakan berikutnya dengan
materi yang sama. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, pada pelaksanaan
diskusi semua kelompok telah dapat menyelesaikan semua soal yang ada di LKS
dengan menggunakan 4 langkah pemecahan masalah model Polya yang telah peneliti
jelaskan.
Berdasarkan tes yang diberikan, siswa sudah dapat
menyelesaikan soal-soal perbandingan senilai dengan menggunakan 4 pemecahan
masalah menurut Polya. Hasil tes akhir tindakan II siswa yang mendapat nilai ≥
65 sebanyak 33 0rang dari 37 siswa yang ada. Pada tindakan I diperoleh bahwa
rata-rata nilai tes akhie tindakan II adalah 83,4 pada skala 100. Dengan
demikian sesuaia dengan kriteria hasil yang ditetapkan pada tindakan I, jika
rata-rata skor tes akhir siswa minimal 65, maka tindakan I berdasarakan hasil
tes akhir tindakan I sudah berhasil.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap subjek wawancara,
diperoleh bahwa pemahaman tentang materi sudah baik dan semakin meningkat, respons mereka terhadap
pembelajaran juga sangat positif. Keberhasilan tindakan II ini juga dapat
dilihat dari hasil angket yang diberikan pada siswa. Secara umum siswa
menyatakan dengan belajar kelompok memberi semangat untuk belajar, dengan
belajar menggunakan pemecahan masalah model Polya mereka menjadi lebih teliti
dalam memecahkan masalah dalam matematika, khususnya dalam bentuk soal cerita.
Berdasarkan hasil refleksi yang telah diuraikan di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tindakan I telah mencapai kriteria
keberhasilan baik dari segi proses maupun dari segi hasil. Untuk itu
disimpulkan bahwa tindakan I tidak perlu diulang. Dengan demikian penelitian
telah usai.
2. Paparan Tindakan II
Kegiatan yang dilakukan pada waktu
tindakan II meliputi perencanaan,pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Masing-masing kegiatan dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Perencanaan
Pada
kegiatan ini beberapa hal yang dilakukan peneliti adalah.
1. Menyiapkan rencana dan skenario
pembelajaran, bahan ajar, lembar observasi, format wawancara dan catatan
lapangan serta angket.
2. Menyiapkan Lembar
Kerja Siswa ( LKS )
3. Menyiapkan soal tes akhir
tindakan I
4. Melakukan koordinasi dengan
guru matematika dan 2 orang pengamat.
b.
Pelaksanaan tindakan II
Sebelum
tindakan II dimulai, bahan ajar telah peneliti bagikan tugas hari sebelumnya.
Bahan ajar ini dibagikan lebih cepat dua hari dari bahan ajar I. Semua siswa
harus membaca, memahami dan mempelajari materi yang ada di dalamnya.
Pembelajaran dilaksanakan pada hari Senin, 15 Oktober 2008. Dalam tindakan II
peneliti menerapkan pembelajaran pemecahan masalah dengan menggunakan
langkah-langkah Polya dengan sub pokok bahasan yang sama, yaitu perbandingan
senilai. Dalam tindakan II merevisi kekurangan pada tindakan I. Kekurangan
siswa pada tindakan I yaitu, dalam menerapkan langkah 2 dan langkah 4
Sesuai dengan rencana dan skenario
pembelajaran yang telah di susun maka pembelajaran dalam penelitian ini dibagi
dalam tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
Pada
kegiatan awal, siswa masih berada pada posisi duduk seperti biasa (tidak
berkelompok), lalu peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan di
capai, memberikan kembali motivasi tentang pentingnya persamaan kuadrat dalam
kehidupan sehari-hari. Selanjutnya peneliti mengingatkan kembali tentang 4
langkah pemecahan masalah menurut Polya, namun siswa mengulang sekilas cara
menggunakan langkah-langkah Polya. Seperti pada tindakan I, kegiatan awal diakhiri
dengan pembentukan kelompok. Pengaturan tempat tidak lagi gaduh seperti pada
tindakan I, siswa sudah mulai tertib dalam menyusun tempat duduk dengan baik.
Kegiatan awal ini membutuhkan waktu 15 menit.
Pada
kegiatan ini, peneliti meminta siswa untuk menuju kelompok masing-masing, saat
menuju kelompok ini suasana tidak lagi segaduh tindakan I. Dengan bantuan guru
matematika, peneliti membagikan LKS kepada masing-masing ketua kelompok untuk
dibagikan pada anggota kelompoknya untuk didiskusikan.
Pada waktu siswa
mempelajari LKS, suasana masih terlihat gaduh .menghadapi hal demikian peneliti
memberikan jalan keluar dengan mengatakan jika nanti ada diskusi yang
memerlukan tambahan waktu akan kita pertimbangkan. Mendengar hal ini siswa
mulai tenang kembali. Suasana pada saat berkumpul dan mempelajari LKS ini
tampak tenang, kadang-kadang terdengar suara dari beberapa siswa yang saling
bertanya pada temanya tentang soal yang tidak jelas dan tidak mereka pahami.
Hal ini menunjukkan siswa senang dalam melakukan kegiatannya. Tidak lagi
terlihat siswa-siswa yang bekerja sendiri-sendiri seperti pada tindakan I,
semua sudah nampak saling bertukar pikiran.
Dalam
kegiatan awal ini, peneliti berkeliling mengamati aktivitas siswa dalam
kelompoknya sambil mengingatkan pada mereka akan pentingnya mengerjakan semu
tugas yang ada dalam LKS.
Dalam
diskusi ini aktivitas diskusi sudah berjalan dengan baik, yaitu terlihat adanya
pembagian tugas dalam kelompok. Akhirnya waktu untuk diskusi sudah berakhir.
Setelah tugas LKS sudah terkumpul, peneliti meminta salah satu siswa dari
setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Dalam tindakan II
presentasi berjalan dengan baik, semua kelompok dapat mempresentasikan hasil
kerjanya. Akhirnya pembelajaran hari ini berakhir, peneliti memberitahukan
siswa pada pertemuan berikutnya akan dilaksanakan tes tindakan II dan akhirnya untuk menutup pertemuan hari itu
peneliti mengucapkan salam.
Pada hari
Rabu 17 Oktober 2008, akhirnya tes tindakan II dilaksanakan dalam waktu 60
menit. Dalam tes ini peneliti dibantu oleh seorang pengamat (1 orang pengamat
berhalangan hadir) untuk membagikan tes yang juga terdiri dari 4 soal essay
(terlampir).sebelum tes dilaksanakan seperti bisa biasa peneliti meminta siswa
mengumpulkan semua catatan, dan buku cetak ke depan kelas.
Suasana
ujian tampak tenang dan berjalan dengan lancar, tidak ada lagi siswa yang
bertanya pada temannya. Masing-masing siswa sibuk menyelesaikan soal meskipun
mereka menyatakan waktu masih kurang, namun
dengan penuh rasa tanggung jawab mereka tetap melaksanakan tes. Setelah
waktu 60 menit berlalu, peneliti meminta siswa untuk mengumpulkan hasil
pekerjaan mereka.
Peneliti
juga menginformasikan pertemuannya berikutnya hari Kamis, 17 Oktober 2008
kegiatan siswa adalah pengisian angket. Pada hari Kamis 17 Oktober 2008
peneliti membagikan angket pada semua siswa untuk mereka isi dan serahkan pada
hari itu juga. Selesai pengisian angket peneliti berdialog dengan beberapa
orang siswa. Akhirnya peneliti mengakhiri pertemuan dengan mengucapkan salam.
Hasil tes
akhir tindakan II dapat dilihat pada tabel 4.7berikut:
Tabel 4.7 Skor Tes Akhir Tindakan II
No. Urut
|
Inisial siswa
|
Nomor soal
|
Skor total
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
1
|
AM
|
10
|
10
|
10
|
10
|
100
|
2
|
IZ
|
10
|
10
|
10
|
10
|
100
|
3
|
ZA
|
10
|
10
|
10
|
10
|
100
|
4
|
CV
|
10
|
10
|
10
|
10
|
100
|
5
|
MZ
|
10
|
10
|
10
|
10
|
100
|
6
|
NL
|
10
|
10
|
10
|
10
|
100
|
7
|
OM
|
10
|
10
|
10
|
10
|
100
|
8
|
CR
|
10
|
10
|
10
|
10
|
100
|
9
|
SR
|
10
|
10
|
10
|
10
|
100
|
10
|
NR
|
10
|
10
|
10
|
10
|
100
|
11
|
AU
|
10
|
10
|
10
|
9
|
98
|
12
|
YC
|
10
|
10
|
9
|
10
|
98
|
13
|
RK
|
9
|
9
|
10
|
10
|
95
|
14
|
SY
|
10
|
10
|
10
|
8
|
95
|
15
|
PB
|
9
|
10
|
10
|
9
|
95
|
16
|
FR
|
9
|
9
|
9
|
9
|
90
|
17
|
AA
|
10
|
9
|
9
|
8
|
90
|
18
|
RR
|
10
|
10
|
10
|
6
|
90
|
19
|
FY
|
9
|
10
|
6
|
9
|
88
|
20
|
MA
|
9
|
9
|
9
|
8
|
88
|
21
|
CS
|
9
|
9
|
9
|
8
|
88
|
22
|
SR
|
9
|
8
|
9
|
8
|
80
|
23
|
ZN
|
9
|
9
|
9
|
7
|
80
|
24
|
FU
|
9
|
9
|
8
|
7
|
80
|
25
|
MM
|
9
|
9
|
8
|
9
|
80
|
26
|
AH
|
9
|
8
|
8
|
7
|
80
|
27
|
KF
|
7
|
9
|
7
|
8
|
78
|
28
|
RM
|
8
|
8
|
8
|
7
|
78
|
29
|
MR
|
9
|
10
|
6
|
6
|
75
|
30
|
SF
|
6
|
8
|
8
|
8
|
70
|
31
|
RD
|
8
|
7
|
7
|
7
|
60
|
32
|
LA
|
7
|
7
|
6
|
4
|
60
|
33
|
ZP
|
6
|
6
|
6
|
6
|
60
|
34
|
NF
|
7
|
8
|
7
|
-
|
50
|
35
|
AS
|
8
|
8
|
6
|
-
|
50
|
36
|
RZ
|
8
|
4
|
-
|
-
|
40
|
37
|
DM
|
6
|
6
|
6
|
-
|
30
|
Jumlah
|
3071
|
|||||
Rata-rata Nilai
|
83
|
Berdasarkan
hasil tes akhir tindakan II, jumlah skor yang diperoleh pada tes akhir tindakan
II dari 37 siswa adalah 3071 . Jadi, rata-rata skor tes akhir tindakan II
adalah 83 pada skala 100. Dengan demikian sesuai dengan kriteria hasil yang
ditetapkan pada tindakan II, jika rata-rata skor tes akhir siswa minimal 65
pada skala 100, maka tindakan I berdasarkan hasil tes akhir tindakan I sudah
berhasil.
c
Hasil Observasi Tindakan II
Berdasarkan
hasil pengamatan peneliti dan 2 orang pengamat sealam kegiatan pembelajaran
berlangsung terlihat siswa sangat senang dalam belajar. Hasil analisis 2
pengamat terhadap pelaksanaan pembelajaran juga
menunjukkan bahwa pembelajaran sudah berlangsung dengan baik, hasil
observasi pengamat meliputi aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran. Untuk
lebih jelasnya hasil observasi 2 orang pengamat terhadap aktivitas guru dan
siswa dapat di uraikan sebagai berikut:
Analisis
data hasil observasi menggunakan analisis persentase. Adapun skor untuk jawaban
“ya“ adalah 1, sedangkan skor untuk jawaban “tidak” adalah 0. skor yang didapat
dari masing-masing indikator dijumlahkan dan hasilnya disebut skor. Selanjutnya
dihitung persentase nilai rata-rata dengan membagi jumlah skor dengan skor
maksimal dikalikan dengan 100% atau dapat ditulis sebagai berikut :
Persentase
Nilai Rata-Rata ( NR ) =
Kriteria
taraf keberhasilan tindakan ditentukan sebagai berikut :
90 % £ NR < 100% : Sangat baik
80 % £ NR < 90% : Baik
70 % £ NR < 80% : Cukup baik
60 % £ NR < 70% : Kurang
0 % £ NR < 60% : Sangat kurang
Hasil
observasi pengamat terhadap aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran dengan
menggunakan model Polya dapat dilihat pada tabel di bawah ini, lembar observasi
guru dan siswa dalam pembelajar dengan menggunakan model Polya
(terlampir).
Tabel 4.8 : Hasil Observasi Pengamat
Terhadap Aktivitas Peneliti
No
|
Keg.
|
Indikator
|
Pengamat I
|
Pengamat II
|
||
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
|||
|
Awal
|
a.
Memberi salam
b.
Menyampaikan tujuan pembelajaran/tujuan yang ingin dicapai untuk topik
perbandingan senilai
c.
Memberikan motivasi tentang pentingnya materi perbandingan senilai dalam
kehidupan sehari-hari
d.
Menggali Potensi/pemahaman siswa
e.
Pengenalan 4 langkah pemecahan masalah model Polya
|
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
|
|
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
|
|
|
Inti
|
a.
Menginformasikan materi ajar
b.
Kemampuan dalam membagikan siswa dalam kelompok
c.
Membagi LKS pada masing-masing kelompok
d.
Menyuruh siswa bekerja sama/berdiskusi dengan teman sekelompok untuk
menyelesaikan tugas dalam LKS
e.
Kemampuan dalam mengontrol kelompok belajar
f.
Kemampuan mengarahkan siswa untuk menemukan jawaban dan cara menjawab
soal, dengan memberikan bantuan terbatas
g. Kemampuan mengamati cara
kerja siswa dalam menyelesaikan soal dengan menggunakan langkah-langkah Polya
h. Kemampuan mengoptimalkan
interaksi siswa dalam bekerja kelompok
i.
Kemampuan mendorong siswa untuk membandingkan jawaban dengan kelompok
lain
j.
Meminta perwakilan dari kelompok masing-masing untuk memprestasikan hasil
kerja kelompok di depan kelas
|
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
|
Ö
|
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
|
|
|
Akhir
|
a.
Memberikan kuis/tes akhir tindakan secara perorangan /individu
b.
Memaparkan perkembangan siswa selama pembelajaran berlangsung
c.
Memberikan koreksi terhadap kerja siswa
d.
Menyampaikan salam penutup
|
Ö
Ö
Ö
Ö
|
|
Ö
Ö
Ö
Ö
|
|
Berdasarkan
data observasi ke dua pengamat pada tabel di atas, jumlah skor yang didapat 18,5
sedangkan skor maksimal 19. Dengan demikian persentase nilai rata-rata adalah
97,3%. Ini berarti taraf keberhasilan aktivitas peneliti sebagai guru
berdasarkan ke dua pengamat termasuk dalam kategori sangat baik..
Tabel
4.9 : Hasil Observasi Aktivitas Siswa
No
|
Keg.
|
Indikator
|
Pengamat I
|
Pengamat II
|
||
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
|||
|
Awal
|
a.
Menjawab salam
b.
Memperhatikan dan mencatat tujuan pembelajaran yang disampaikan guru
c.
Merespon penjelasan guru
d.
Mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang belum dimengerti tentang
pemecahan masalah model polya
|
Ö
Ö
Ö
Ö
|
|
Ö
Ö
Ö
Ö
|
|
|
Inti
|
a.
Menerima LKS masing-masing
b.
Menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru
c.
Menyelesaikan tugas yang ada di dalam LKS dengan menggunakan model Polya
d.
Meminta bimbingan guru dengan mengajukan pertanyaan mengenai materi yang
kurang dipahami
|
Ö
Ö
Ö
Ö
|
|
Ö
Ö
Ö
Ö
|
|
|
Akhir
|
a.
Mengerjakan kuis/tes
b.
Mengetahui kemajuan, setelah tindakan
c.
Menjawab salam penutup
|
Ö
Ö
Ö
|
|
Ö
Ö
Ö
|
|
Berdasarkan
data observasi kedua pengamat pada tabel di atas, jumlah skor yang didapat
adalah 11 sedangkan skor maksimal 11. dengan demikian persentase senilai
rata-rata adalah 100%. Berarti taraf keberhasilan aktivitas siswa berdasarkan
kedua pengamat termasuk dalam kategori yang sangat baik.
Berdasarkan
hasil analisis data observasi terhadap kegiatan guru dan siswa, maka dapat
disimpulkan bahwa kegiatan peneliti dalam mengajar dan kegiatan siswa dalam
belajar sudah sangat baik dalam pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan.
Berdasarkan
hasil beberapa analisis data yang diuraikan di atas, maka disimpulkan bahwa
pembelajaran tindakan II telah mencapai kriteria keberhasilan baik dari segi
proses maupun dari segi hasil. Dengan demikian disimpulkan bahwa tindakan
II tidak perlu diulang.
d. Hasil Wawancara
Wawancara
dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dan pemahaman
siswa terhadap materi. Pedoman wawancara dapat dilihat pada lampiran 14.
Wawancara hanya dilakukan pada subjek wawancara setelah pembelajaran
berlangsung.
Berdasarkan
hasil wawancara diperoleh bahwa semua subjek wawancara menyatakan senang jika
pembelajaran materi perbandingan senilai dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari.
Alasan subjek wawancara sebagai berikut :
AM : Kita lebih mudah memahaminya.
AA : Kita lebih mudah
berpikirnya, karena sering kita lihat dilingkungan kita
RR : Belajarnya lebih serius, kita dapat terapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
RM : Kita lebih mengetahui gunanya perbandingan dalam
kehidupan sehari-hari.
Semua subjek wawancara
menyatakan setuju jika langkah-langkah Polya diterapkan pada materi lain,
terutama soal cerita.
AM : Saya setuju, karena
langkah-langkah Polya itu sangat bagus
AA : Karena Polya dapat membuat kita berpikir secara lebih jauh
lagi.
RR : bisa diterapakan dimateri lain, membuat kita lebih kritis
alam menjawab soal.
RM : Bisa, tapi kalau waktunya singkat itu menjadi rumit.
e. Hasil Angket Respon Siswa
Untuk
melengkapi data mengenai respons siswa terhadap pembelajaran, peneliti memberi
angket kepada seluruh siswa. Angket respons siswa dapat dilihat pada lampiran.
Hasil respons siswa terhadap pelaksanaan tindakan dapat dilihat pada tabel 4.11
berikut:
Tabel 4.10 : Hasil Angket Respon Siswa
No. Pernyataan
|
Sifat pernyataan
|
Respons Siswa
|
Jumlah Siswa
|
Skor Rata-rata
|
|||
SS
|
S
|
TS
|
STS
|
||||
1
|
Positif
|
15
|
22
|
0
|
0
|
37
|
3,4
|
2
|
Positif
|
20
|
21
|
1
|
0
|
37
|
3,5
|
3
|
Positif
|
21
|
10
|
5
|
1
|
37
|
3,3
|
4
|
Positif
|
10
|
25
|
1
|
1
|
37
|
3,1
|
5
|
Positif
|
10
|
27
|
0
|
0
|
37
|
3,2
|
6
|
Positif
|
12
|
20
|
3
|
2
|
37
|
3,1
|
7
|
Positif
|
32
|
5
|
0
|
0
|
37
|
3,8
|
8
|
Positif
|
27
|
10
|
0
|
0
|
37
|
3,7
|
9
|
Positif
|
16
|
13
|
8
|
0
|
37
|
3,2
|
10
|
Positif
|
10
|
16
|
8
|
3
|
37
|
2,8
|
11
|
Positif
|
26
|
11
|
0
|
0
|
37
|
3,7
|
12
|
Positif
|
22
|
12
|
3
|
0
|
37
|
3,5
|
Semua
pernyataan dalam angket bersifat positif. Oleh karena itu, STS diberi skor 1,
TS diberi skor 2, S diberi skor 3 dan SS diberi skor 4. Analisis data angket
untuk masing-masing indikator. Skor total yang diperoleh masing-masing
indikator dibagi dengan banyak siswa.
Hasil perhitungan ini disebut skor rata-rata. Untuk menentukan respons siswa
digunakan kriteria sebagai berikut:
3 < SR
≤ 4 : sangat positif
2 < SR ≤ 3 :
positif
1 < SR ≤ 2 :
negatif
0 ≤ SR ≤ 1 :
sangat negatif
Berdasarkan tabel 4.7, respons siswa terhadap
masing-masing pernyataan dalam pelaksanaan tindakan, diartikan dalam uraian
berikut:
Pernyataan
1 memperoleh skor rata-rata 3,4. Sesuai
dengan kriteria, berarti respons siswa sangat positif. Artinya, dengan belajar
kelompok siswa lebih mudah memecahkan masalah perbandingan senilai.
Pernyataan
2 memperoleh skor rata-rata 3,5. Sesuai dengan kriteria, berarti respons siswa
sangat positif. Artinya,materi Perbandingan sangat berguna dalam kehidupan
sehari-hari
Pernyataan 3 memperoleh skor rata-rata 3,3. Sesuai dengan kriteria, berarti
respons siswa sangat positif. Artinya, belajar kelompok memberi semangat untuk belajar
pemecahan masalah perbandingan senilai.
Pernyataan 4 memperoleh skor rata-rata 3,1. sesuai dengan
kriteria, berarti respons siswa sangat positif. Artinya, teman dalam satu
kelompok memberi semangat dan dorongan dalam pemecahan masalah.
Pernyataan 5 memperoleh skor rata-rata 3,2. Sesuai dengan
kriteria, berarti respons siswa sangat positif. Artinya, siswa senang belajar
kelompok untuk menyelesaikan masalah perbandingan.
Pernyataan 6 memperoleh skor rata-rata 3,1. Sesuai dengan
kriteria, berarti respons siswa sangat positif. Artinya, penempatan siswa dalam
kelompok membuat termotivasi untuk menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah
perbandingan senilai.
Pernyataan 7 memperoleh skor rata-rata 3,8. Sesuai dengan kriteria, berarti respons
siswa sangat positif. Artinya, siswa senang guru membantunya dan kelompok saat
mengalami kesulitan.
Pernyataan 8 memperoleh skor rata-rata 3,7. Sesuai dengan
kriteria, berarti respons siswa sangat positif. Artinya, jika mengalami
kesulitan siswa mencoba untuk membicarakan dengan teman kelompoknya.
Pernyataan 9 memperoleh skor rata-rata 3,2. Sesuai dengan
kriteria, berarti respons siswa sangat positif. Artinya, siswa senang
pembelajaran konsep perbandingan senilai diajarkan dengan model Polya.
Pernyataan 10 memperoleh skor rata-rata 2,8. Sesuai
dengan kriteria, berarti respons siswa positif. Artinya, siswa setuju jika
langkah-langkah Polya diterapkan pada materi lain.
Pernyataan 11 memperoleh skor 3,7. Sesuai dengan
kriteria, berarti respons siswa sangat positif. Artinya, belajar dengan
menggunakan model Polya membuat siswa lebih paham.
Pernyataan 12 memperoleh skor 3,5. Sesuai dengan
kriteria, berarti respons siswa sangat positif. Artinya, pembelajaran dengan
menggunakan model Polya membutuhkan waktu lama, tetapi membuat siswa lebih
teliti dalam memecahkan masalah.
f.
Refleksi
Refleksi dilakukan
untuk mengetahui apakah tindakan II sudah berhasil atau tidak. Jika belum
berhasil maka penelitian dilanjutkan pada tindakan berikutnya dengan materi
yang sama. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, pada pelaksanaan diskusi
semua kelompok telah dapat menyelesaikan semua soal yang ada di LKS dengan menggunakan
4 langkah pemecahan masalah model Polya yang telah peneliti jelaskan.
Berdasarkan tes yang diberikan, siswa sudah dapat
menyelesaikan soal-soal perbandingan senilai dengan menggunakan 4 pemecahan
masalah menurut Polya. Hasil tes akhir tindakan II siswa yang mendapat nilai ≥
65 sebanyak 30 0rang dari 35 siswa yang ada dengan kata lain siswa mendapat skor ≥ 65 dan rata-rata skor
siswa adalah (skala 1-100) adapun
kriteria keberhasilan tindakan adalah 80% siswa memperoleh skor ≥ 65. ini
berari keberhasilan tindakan telah terpenuhi.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap subjek wawancara, diperoleh
bahwa pemahaman tentang materi sudah baik dan semakin meningkat, respons mereka terhadap
pembelajaran juga sangat positif. Keberhasilan tindakan II ini juga dapat
dilihat dari hasil angket yang diberikan pada siswa. Secara umum siswa menyatakan
dengan belajar kelompok memberi semangat untuk belajar, dengan belajar menggunakan
pemecahan masalah model Polya mereka menjadi lebih teliti dalam memecahkan
masalah dalam matematika, khususnya dalam bentuk soal cerita.
Berdasarkan analisis data yang telah diuraikan di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tindakan II telah mencapai kriteria
keberhasilan baik dari segi proses maupun dari segi hasil. Untuk itu
disimpulkan bahwa tindakan II tidak perlu diulang. Dengan demikian penelitian
telah usai.
BAB V
PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Tes Prasyarat
Tes pra syarat dilakukan untuk
memperoleh informasi tentang pengetahuan pra syarat siswa yang berkaitan dengan
materi perbandingan. Melalui tes pra syarat yang memuat materi pendukung dalam
pembelajaran materi yang ingin diteliti, dapat dilihat kelemahan apa saja yang
dihadapi siswa. Untuk itu dapat diberikan bimbingan agar materi pra syarat tersebut
dapat dipahami oleh siswa. Dengan demikian diharapkan pada saat pelaksanaan
tindakan tidak terdapat kesalahan yang dilakukan oleh siswa berkaitan dengan pengetahuan
pra syarat sehingga data yang diperoleh sesuai dengan hasil atau sasaran yang
diharapkan. Tes pra syarat yang diberikan adalah berupa materi pendukung pada
materi perbandingan.
Dengan penguasaan siswa
tentang materi pra syarat diharapkan siswa mampu menggunakan dalam
menyelesaikan soal cerita dalam materi perbandingan senilai pada saat proses
pembelajaran. Soal yang ditanyakan pada tes prasyarat adalah tentang operasi
penjumlahan,operasi perkalian dan aljabar.
Jawaban siswa pada tes pra syarat
memberikan informasi berikut ini :
a) Siswa telah mempelajari
materi pra syarat, pemahaman siswa sudah baik dan memadai sebagai bekal
mengikuti pembelajaran materi perbandingan senilai dengan menggunakan model
Polya.
b) Pada umumnya siswa dapat
menyelesaikan operasi perkalian bilangan bulat dan bentuk aljabar.
Berdasarkan hasil tes pra syarat menunjukkan
bahwa pada umumnya siswa sudah menguasai materi pra syarat. Karena itu, siswa
memenuhi syarat untuk mengikuti pembelajaran soal cerita dalam materi perbandingan
senilai dengan menggunakan
langkah-langkah polnya.
B. Pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan langkah-langkah Polya dalam menyelesaikan soal
cerita perbandingan senilai
Pelaksanaan materi
perbandingan senilai dilaksanakan dengan menggunakan 4 langkah-langkah Polya
untuk menyelesaikan soal cerita, langkah-langkah yaitu, memahami masalah, merencanakan
penyelesaian, melakukan perhitungan, dan memeriksa kembali. Dalam penelitian
ini, materi yang dibuat berbentuk masalah dalam bentuk soal cerita, sehingga
siswa termotivasi untuk mempelajari dan menyelesaikannya. Hal ini didukung oleh
Hudojo, bahwa matematika yang di sajikan guru kepada siswa hendaknya berupa
masalah agar dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk mempelajari pelajaran
tersebut.[1]
Pelaksanaan penelitian ini menerpakan
belajar kooperatif dengan beberapa aktivitas siswa yaitu (a) membaca, (b)
diskusi kelompok, (c) laporan kelompok dan (d) tes
a. Membaca
Sebelum
pembelajaran dimulai, siswa-siswa diberi kesempatan untuk membaca sehingga
mendapatkan informasi yang jelas tentang sesuatu yang dipelajari. Bahan yang
akan dibaca oleh siswa terdapat dalam buku paket mereka masing-masing.
b. Diskusi kelompok
Pembetulan
kelompok dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti . hal ini dilakukan untuk
menjamin keheterogen anggota kelompok. Jika pembentukan kelompok diserahkan
kepada siswa, maka dikhawatirkan kelompok yang terbentuk akan bersifat homogen.
Siswa
bekerja sama dalam kelompok belajar yang terdiri dari ketua dan empat anggota lainnya.
Tujuan pengelompokan siswa dalam belajar adalah agar siswa dapat bekerja sama.
Dengan pembentukan kelompok siswa dapat membahas materi yang ada dalam LKS
secara bersama-sama
c. Laporan kelompok
Perwakilan
siswa dari tiap-tiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok di
depan kelas
d. Tes
Tes yang
diberikan kepada siswa mencakup semua materi yang telah dipelajari.
Tes ini diberikan secara individu/perorangan.
e. Penyajian Materi oleh Guru
Guru
menyajikan konsep dan prinsip dasar yang membekali siswa untuk dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan secara garis besar saja. Kegiatan ini
dilakukan untuk mempersiapkan siswa dalam menghadapi diskusi kelompok serta
laporan dari tiap-tiap kelompok. Kegiatan yang dilakukan untuk menyiapkan siswa
antara lain adalah menyampaikan tujuan pembelajaran, menyampaikan materi dan
pentingnya materi perbandingan dalam kehidupan sehari-hari, menjelaskan 4
langkah model Polya .
Penyampaian
tujuan pembelajaran yang hendak dicapai bertujuan agar siswa dapat mengetahui
arah kegiatan belajar dan apa yang dipelajari, sehingga siswa dapat
terarah/terfokus pada satu tujuan yang hendak dicapai, termotivasi dan terpusat
perhatian dalam belajar
Penjelasan
4 langkah model Polnya bertujuan agar dalam setiap mengerjakan LKS dan tes
siswa harus menggunakan 4 langkah tersebut yaitu memahami masalah, merencanakan
penyelesaian, melakukan perhitungan, dan memeriksa kembali. Apabila siswa
dihadapi pada suatu masalah sementara siswa itu sendiri tidak memahami masalah
maka mustahil dia akan menyelesaikan masalah tersebut. Tetapi jika memahami
amsal, tentulah siswa tersebut akan membuat rencana bagaimana supaya masalah
itu dapat diselesaikan. Setelah itu siswa akan melaksanakan rencana itu untuk
melakukan perhitungan. Setelah perhitungan dilakukan siswa akan memeriksa
kembali apakah perhitungan yang dilakukan itu benar atau tidak.
Penyampaian
pentingnya materi perbandingan ini bertujuan agar siswa termotivasi untuk
belajar dan menyadari bahwa pada dasarnya ada permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari yang dapat diterjemahkan ke dalam suatu model matematika sehingga
memudahkan kita untuk mencari solusinya.
C. Kerja Sama Siswa Dalam
Kelompok
Kerja sama yang dilakukan
siswa dalam pembelajaran ini berlangsung dengan baik ditinjau dari segi kemampuan. Dalam bekerja sama mereka
tidak memandang kemampuan anggotanya, tetapi mereka saling bekerja sama dengan
baik antara satu dengan yang lainnya dalam satu kelompok, mereka dapat
bersosialisasi dan bekerja sama dengan baik. Meskipun pada awal tindakan I
masih ada beberapa siswa yang cenderung berbaur dengan teman-teman yang
disukainya saja, tetapi tidak untuk semua kelompok. Pada tindakan II semua
siswa sudah dapat bekerja sama, sehingga tugas yang diberikan guru dapat
diselesaikan dengan baik dan cepat.
Dari segi kemampuan, kerja
sama siswa tetap dapat berlangsung dengan baik, karena siswa yang pandai
membantu siswa lain dalam kelompoknya untuk memahami tugas kelompok. Siswa yang belum mengerti
tidak malu dan tidak segan-segan bertanya pada temannya yang sudah dimengerti,
begitu juga sebaliknya. Siswa yang benar-benar sudah mengerti bersedia
menjelaskan kepada teman-temannya yang belum mengerti. Kadang-kadang siswa malu
untuk bertanya pada gurunya, tetapi mereka bertanya pada temannya. Dalam
belajar kelompok siswa akan belajar lebih banyak dari temannya daripada guru[2].
D. Respon Siswa Terhadap
Pembelajaran
Respons yang diberikan siswa
terhadap pembelajaran materi perbandingan dengan menggunakan langkah-langkah
Polya sangat positif. Hal ini sesuai dengan hasil angket yang menyatakan bahwa
siswa senang terhadap kegiatan pembelajaran tersebut.
Rasa senang siswa terhadap
pembelajaran menunjukkan bahwa pembelajaran ini menimbulkan rasa puas bagi
siswa dengan mengatakan mereka ingin langkah-langkah model Polya digunakan pada
materi lain, terutama pada soal cerita, walaupun membutuhkan waktu yang lama,
tapi membuat kita lebih teliti dalam memahami soal cerita.
Rasa senang siswa juga
disebabkan oleh adanya kerja sama dalam kelompok dalam menyelesaikan tugas pada
LKS. Dalam kelompok peran siswa dihargai oleh siswa lain. Perasaan yang
diberikan siswa lain ini menimbulkan rasa senang pada diri mereka sendiri.
Berdasarkan hasil angket
respon siswa dapat diketahui bahwa pada umumnya siswa sangat senang dalam
pembelajaran materi perbandingan senilai dengan
menggunakan langkah-langkah Polya.
E. Laporan Kelompok
Dalam kegiatan belajar ini,
setiap perwakilan kelompok harus
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Karena mengingat
waktu, maka dalam mempresentasikan hasil kerja siswa tidak semua kelompok yang
mempresentasikannya, kelompok yang hasil diskusinya sama cukup diwakili oleh
satu kelompok. Penyajian dari setiap kelompok berjalan dengan yang diharapkan,
siswa sudah sedikit mulai tenang, berbeda pada saat presentasi pada tindakan I.
F. Tes/Kuis
Dalam penelitian ini penilaian
dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. Adapun
penilaian yang telah ditetapkan dalam penelitian adalah penilaian proses dan
hasil. Penilaian proses yang dilaksanakan meliputi observasi terhadap aktivitas siswa dan guru selama
proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan penilaian tidak hanya dilakukan oleh
peneliti tetapi juga dilakukan oleh 2 orang pengamat.
Berdasarkan hasil pengamatan
guru dan 2 orang pengamat, bahwa tindakan I aktivitas siswa termasuk dalam kategori
sangat baik, meskipun dalam tindakan I masih ada siswa yang bekerja sendiri
dalam kelompoknya dan kurang bersosialisasi.
Untuk mengatasi hal di atas,
maka pada tindakan selanjutnya peneliti melakukan pendekatan secara individual
kepada siswa-siswa tersebut dan memberikan arahan serta motivasi untuk dapat
bekerja sama dan aktif dalam berdiskusi. Berdasarkan hasil pengamatan 2 orang
pengamat, pada tindakan II aktivitas siswa dalam pembelajaran termasuk dalam
kategori yang sangat baik
Penilaian hasil yang telah
dilaksanakan dalam penelitian ini adalah pemberian tes pada siswa. Tes ini
dilaksanakan pada setiap akhir pembelajaran, pelaksanaan tes dimaksudkan untuk
mengetahui hasil belajar yang telah dicapai setelah mengikuti pembelajaran. Tes
tersebut harus dikerjakan sendiri oleh siswa tidak boleh dibantu oleh teman
dalam kelompoknya. Soal tes individual yang diberikan terdiri dari 4 soal
berbentuk essay dengan alokasi waktu yang disediakan untuk tes tindakan I dan
II adalah 60 menit.
G. Kendala Penelitian Dan Solusinya
Pembelajaran pemecahan soal
cerita pada materi perbandingan senilai dengan
menggunakan langkah-langkah Polya
dalam penelitian tidak terlepas dari kendala dalam pelaksanaannya. Untuk
itu kendala yang dihadapi dalam penelitian ini harus segera dicari solusinya
agar tidak menjadi hambatan dalam melaksanakan penelitian. Kendala penelitian
dan solusinya dapat dilihat pada uraian
berikut ini :
1. Dalam proses pembelajaran,
masih ada siswa yang kesulitan dan belum terbiasa mengikuti pola belajar dengan
menggunakan langkah Polya, sehingga dalam proses pembelajaran sangat menyita
waktu yang telah direncanakan.
Untuk mengatasinya, guru senantiasa mengingatkan penggunaan
waktu selama pembelajaran berlangsung.
2. Dalam tindakan I siswa yang
pandai berdominasi dalam diskusi kelompok, meskipun tidak dominan serta masih
ada siswa yang pasif.
Untuk mengatasinya, guru sering memberi pengarahan dan
motivasi agar siswa yang pandai memberikan kesempatan pada siswa yang lain.
3. Pada tindakan I, persentase
hasil kerja kelompok tidak dilaksanakan sesuai dengan rencana.
Untuk mengatasinya, guru menambah waktu pada diskusi
berikutnya.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang
telah diuraikan pada Bab IV dan pembahasan pada Bab V, maka kesimpulan yang
dapat diambil dari penelitian ini adalah :
a. Pembelajaran dengan
menggunakan langkah Polya dapat memahamkan siswa dalam memahami materi
perbandingan senilai, sehingga penerapan model ini dapat digunakan pada siswa
tingkat MTs, khususnya materi soal cerita.
b. Berdasarkan hasil penelitian
kemampuan siswa 80% telah menguasai materi. Hasil observasi dan respons siswa
terhadap materi perbandingan senilai dapat dimengerti oleh siswa dan siswa
memiliki keinginan untuk mengikuti pelajaran berikutnya dengan langkah-langkah
masalah model Polya.
c. Penerapan dengan menggunakan
langkah-langkah Polya sangat memberi pengaruh yang positif terhadap pemahaman
siswa pada materi soal cerita pada sub pokok bahasan perbandingan senilai
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian
ini, beberapa saran yang perlu disampaikan sebagai berikut :
a. Kepada guru agar dalam mengajarkan
matematika dapat menerapkan metode yang tepat terhadap materi yang akan
diajarkan.
b.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar