ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP
FUNGSI PADA MAHASISWA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
ANGKATAN 2005
SKRIPSI
Diajukan Oleh:
NAFA SURAIYA
Mahasiswa Fakultas
Tarbiyah
Jurusan Pendidikan
Matematika
Nim : 260414585
FAKULTAS
TARBIYAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM-BANDA
ACEH
2008
OUT
LINE
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
ABSTRAK
BAB I :
PENDAHLUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
B.
Rumusan Masalah
C.
Tujuan Penelitian
D.
Manfaat Penelitian
E.
Postulat Penelitian
F.
Definisi Operasional
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
A.
Belajar matematika
B.
Pengetahuan
konseptual
C.
Pengetahuan
prosedural
D.
Hubungan pengetahuan
konseptual dan prosedural
E. Pemahaman
F. Materi fungsi pada kalkulus I
BAB III :
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Pendekatan dan Jenis
Penelitian
B.
Kehadiran Peneliti
C.
Data dan Sumber Data
D.
Prosedur Pengumpulan
Data
E.
Analisis Data
F.
Pengecekan Keabsahan
data
BAB IV : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A.
Gambaran Umum Objek
Penelitian
B.
Proses Penelitian
C.
Pengetahuan
Konseptual
D.
Pengetahuan
Prosedural
E.
Pengetahuan
Konseptual dan Pengetahuan Prosedural
BAB V :
PEMBAHASAN
BAB VI : PENUTUP
A.
kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
OUTLINE MAKALAH
FUNGSI
KUADRAT
A.
Pengertian fungsi
kuadrat
§
Definisi fungsi
kuadrat
§
Bentuk umum fungsi
kuadrat
§
Contoh fungsi
kuadrat
§
Contoh yang bukan
fungsi kuadrat
B.
Karakteristik fungsi
kuadrat
- Titip potong dengan sumbu x dan sumbu y
- Sumbu simetri
- Titik puncak
- Contoh soal
C.
Pengaruh koefisien
a, b, c dan D (Diskriminan) pada grafik y = ax2 + bx + c
- Pengaruh nilai a, disertai ilustrasi gambarnya
- Pengaruh nilai c, disertai ilustrasi gambarnya
- Pengaruh nilai D, disertai ilustrasi gambarnya
- Pengaruh nilai a dan D, disertai ilustrasi gambarnya
- Pengaruh nilai a dan b, disertai ilustrasi gambarnya
- Pengaruh nilai a dan c, disertai ilustrasi gambarnya
D.
Menggambarkan sketsa
grafik fungsi kuadrat
1.
Cara pergeseran;
konsep. Langkah-langkah penyelesaian dan contoh soal.
2.
Menggunakan karakteristik fungsi kuadrat;
langkah-langkah penyelesaian dan contoh soal.
E.
Menyusun fungsi
kuadrat
1.
Jika tiga titik
sembarang diketahui; rumus dan contoh soal.
2.
Jika koordinat titik
potong dengan sumbu x dan satu koordinat titik sembarang diketahui rumus dan
contoh soal.
3.
Jika koordinat titik
singgung dengan sumbu x dan satu koordinat titik sembarang diketahui rumus dan
contoh soal.
4.
Jika koordinat titik
puncak dan satu koordinat titik sembarang diketahui rumus dan contoh soal.
F.
Aplikasi fungsi
kuadrat dalam kehidupan.
- Langkah-langkah menyelesaikan soal aplikasi persamaan kuadrat dalam kehidupan, disertai contoh soal.
G.
Peta konsep meteri
fungsi kuadrat
H.
Soal-soal fungsi
kuadrat
Kisi-kisi soal;
mencakup semua materi fungsi kuadrat yang ada di outline.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Matematika
sebagai ilmu pengetahuan bertujuan untuk melatih manusia dalam berpikir logis, kritis,
dan bertanggung jawab. Matematika juga suatu kebenaran yang dikembangkan
berdasarkan atas dasar logika dengan menggunakan pembuktian deduktif.
Sebagaimana dikatakan oleh Heman Hudojo “Matematika berkenaan dengan ide-ide,
gagasan-gagasan, struktur dan hubungannya yang diatur secara logis sehingga
matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak.”[1]
Pembelajaran
matematika menuntut kemampuan untuk dapat menguasai setiap konsep yang ada di
dalamnya. Hal ini dikarenakan antara satu konsep dengan konsep matematika
lainnya memiliki hubungan yang saling berkaitan dan berkesinambungan.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Mulyono: ”Konsep adalah pemahaman dasar
mahasiswa dalam menguasai suatu mata pelajaran.”[2]Dengan demikian penguasaan
konsep dasar menjadi tolak ukur terhadap penguasaan suatu materi pelajaran.
Konsep
matematika tersusun secara hirarkis, terstruktur, logis dan sistematis, mulai
dari konsep yang sederhana sampai konsep yang komplek. Pemahaman suatu konsep yang
menjadi prasyarat harus benar-benar dikuasai oleh mahasiswa agar dapat memahami
konsep-konsep selanjutnya, adapun beberapa konsep matematika yang harus dipahami
oleh setiap mahasiswa jurusan pendidikan matematika, adalah konsep geometri, trigonometri, aljabar, kalkulus
dan berbagai konsep matematika lainnya.
Kalkulus
adalah cabang dari matematika yang sangat penting dan banyak diterapkan secara
luas pada cabang-cabang ilmu pengetahuan yang lain misalnya pada cabang sains dan
teknologi, pertanian, kedokteran, perekonomian dan sebagainya. Pada kalkulus I terdapat beberapa materi yang
dipelajari seperti: ”fungsi, limit, turunan, penggunaan turunan dan fungsi
transenden.”[3]
Fungsi sebagai salah satu
materi matematika yang dipelajari pada mata kuliah kalkulus I harus dipahami secara benar-benar oleh
mahasiswa, karena pemahaman konsep fungsi akan sangat mempengaruhi pada
pembelajaran matematika selanjutnya misalnya, pada penggunaan turunan dan
fungsi transenden. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh Hermah Hudojo “
Mempelajari matematika harus bertahap dan beruntun serta berdasarkan pengalaman
belajar yang lalu”.[4]
Pada saat mempelajari
matematika tidak hanya dengan mengetahui pengertiannya saja tetapi juga harus memahami
konsep suatu materi itu untuk memudahkan dalam belajar matematika selnjutnya. Untuk
memahami suatu materi dalam matematika diperlukan dua pengetahuan yang
seharusnya dikuasai oleh mahasiswa yaitu pengetahuan konseptual dan pengetahuan
prosedural. Kedua pengetahuan tersebut saling terkait didalam mencari selesaian
suatu soal(masalah) matematika. Dalam mempelajari konsep fungsi dalam kalkulus
I, mereka harus bisa mengkonstruktivis pengetahuan matematika konseptual
sebelum mereka dapat memahami pengetahuan prosedural.
Hiebert dan Leverfe mendefinisikan
”pengetahuan konseptual sebagai suatu pengetahuan yang kaya akan
hubungan-hubungan.”[5]Hubungan-hubungan
itu meliputi fakta-fakta dan sifat-sifat. Mahasiswa dikatakan telah memiliki
pengetahuan konseptual jika mampu menghubungkan fakta-fakta yang memenuhi
syarat untuk dapat dinyatakan dalam
definisi fungsi. Fakta fakta yang memenuhi syarat memiliki hubungan dan
keterkaitan satu sama lainnya, serta mampu mendeskripsikan karakteristik fungsi
itu sendiri untuk mengenali hubungan konsep dengan konsep yang lain.
Sedangkan pengetahuan
prosedural adalah ”semua maklumat berkenaan cara, kaedah atau prosedur melakukan
sesuatu.”[6]Prosedur ini dilakukan
secara bertahap dari soal(masalah) matematika menuju selesaiannya. Mahasiswa yang
memiliki pengetahuan prosedural maka mereka dapat menyelesaikan masalah
matematika dengan proses yang berurutan dan langkah-langka yang saling
berhubungan dengan langkah sebelum dan sesudahnya.
Tetapi jika mahasiswa tidak
memahami pengetahuan konseptual dan pengetahuan prosedural, mereka tidak akan
bisa menghubungkan fakta-fakta dan prosedur masalah matematika dengan tepat,
melainkan mereka mampu melakukan itu semua tanpa memahami makna konsep
sebenarnya yang terkandung dalam permasalahan tersebut. Sehingga pengetahuan
konseptual dan pengetahuan prosedural harus sejalan dalam menciptakan pemahaman
matematika.
Jika salah satunya saja yang
dikuasai mahasiswa, mereka tidak akan bisa mamahami tentang materi yanga akan
mereka pelajari, misalnya meraka hanya menguasai pemahaman prosedural saja dan
tidak menguasai pemahaman konseptual, hal ini akan membawa dampak yang buruk
bagi mahasiswa itu sendiri yang menganggap materi matematika yang mereka
pelajari merupakan materi yang paling sulit dipahami. Seperti yang diungkapkan
Wayan Sadra ”selama ini guru lebih banyak menanamkan pemahaman prosedural
tentang bagaimana siswa dapat mengerjakan soal matematika.”[7] Langkah-langkah pengerjaan
soal yang lebih banyak ditekankan merupakan salah satu penyebab sulitnya
matematika dipahami. Berdasarkan masalah tersebut peneliti ingin meneliti
pemahaman fungsi mahasiswa angkatan 2005 jurusan pendidikan matematika fakultas
tarbiyah IAIN Ar-Raniry.
Mahasiswa jurusan matematika angkatan
2005 merupakan mahasiswa yang baru saja mempelajari mata kuliah Kalkulus I. Sehingga
daya berpikir mereka masih baru dan tidak asing ketika ada permasalahan
matematika terutama jika diajukan permasalahan konsep fungsi.
Berdasarkan
latar belakang diatas penulis ingin mengadakan suatu penelitian dengan judul “Analisis
Pemahaman konsep fungsi Pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan
2005”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah yang telah peneliti uraikan, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1.
Bagaimanakah penguasaan pengetahuan konseptual fungsi mahasiswa jurusan
pendidikan matematika angkatan 2005?
2.
Bagaimanakah penguasaan pengetahuan prosedural fungsi mahasiswa jurusan
pendidikan matematika angkatan 2005?
C. Tujuan Penelitian
Untuk memberikan
arah dalam pelaksanaan penelitian ini kiranya peneliti perlu merumuskan tujuan
yang akan dicapai, sehubungan dengan hal di atas.
1.
Mendeskripsikan
pengetahuan konseptual fungsi mahasiswa angkatan 2005?
2. Mendeskripsikan pengetahuan prosedural fungsi
mahasiswa angkatan 2005?
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian adalah sebagai bahan informasi
dan pedoman bagi penulis, juga menjadi bahan masukan bagi jurusan pendidikan
matematika.Hasil dari penelitian dapat memberikan kontribusi, yang berarti
dosen yang mengajar di jurusan pendidikan matematika dapat menjadi bahan pemikiran
untuk meningkatkan kemampuan prestasi mahasiswa dalam belajar matematika, diharapkan
juga dosen dapat mengevaluasi metode mengajarnya.
E.
Anggapan Dasar
Postulat atau anggapan dasar ”merupakan tumpuan segala
pandangan kegiatan terhadap masalah yang akan diteliti, diterima kebenarannya
dan tidak perlu dibuktikan.”[8]Yang
menjadi anggapan dasar alam penelitian ini adalah:
1.
Materi fungsi dalam kalkulus I dipelajari oleh mahasiswa di jurusan
matematika.
2.
Setiap mahasiswa angkatan 2005 mendapat kesempatan yang sama dalam
mempelajari materi fungsi dalam kalkulus I di jurusan pendidikan matamatika.
F. Defenisi Operasional
Istilah yang digunakan
dalam suatu penelitian mempunyai makna tersendiri, maka untuk menghindari
kesalahaan-kesalahan dan penafsiran pembaca, penulis perlu memberi penjelasan
yang terdapat dalam judul ini, yaitu:
1. Analisis
·
Penyelidikan terhadap suatu peristiwa(karangan perbuatan dan sebagainya)
untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.
·
Penguraian sesuatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu
sendiri serta hubungan untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman
arti keseluruhan.
·
Penjelasan sesudah dikaji sebaik-baiknya.
·
Proses pemecahan persoalan yang dimulai dengan dugaan akan kebenarannya.
·
Proses akal yang memecahkan masalah kedalam bagian-bagiannya menurut metode
yang konsisten untuk mencapai pengertian tentang prinsip-prinsip dasarnya.[9]
Dengan demikian analisis yang penulis
maksud dalam penelitian ini adalah menyelidiki atau memeriksa tentang pemahaman
mahasiswa tentang konsep fungsi.
2.
Pemahaman
Pemahaman
adalah: proses, perbuatan, cara memahami atau memahamkan.[10]sedangkan pemahaman yang penulis maksudkan
yaitu: sejauh mana mahasiswa angkatan 2005 memahami konsep fungsi yang telah
mereka pelajari dalam kalkulus I dalam hal:
2.1. Pengetahuan Konseptual
”pengetahuan konseptual
sebagai suatu pengetahuan yang kaya akan hubungan-hubungan.”[11]sedangkan pengetahuan yang penulis maksudkan
adalah cara mahasiswa untuk memahami keterhubungan antar ide dan
keterkaitannya dalam hal:
a.
Menyatakan definisi fungsi secara
simbolik
b.
Mencari daerah asal, daerah hasil dan
range dengan menggunakan konsep fungsi
2.2. Pengetahuan
Prosedural
Pengetahuan
prosedural adalah ”semua maklumat berkenaan cara, kaedah atau prosedur
melakukan sesuatu.”[12]sedangkan pengetahuan prosedural yang penulis
maksudkan adalah cara mahasiswa melakukan langkah-langkah yang membentuk suatu
prosedur(algoritma) yang dapat digunakan dalam menyelesaikan soal/masalah
matematika dalam hal mencari nilai fungsi dengan cara operasi pada fungsi.
3. Konsep fungsi
Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari
peristiwa kongkret.[13]Fungsi adalah besaran yang berhubungan,
jika besaran berubah, maka yang lain juga berubah.[14]
Pengertian konsep dalam matematika adalah ide abstrak
yang memungkinkan seseorang menggolongkan objek atau kejadian dalam menentukan
apakah objek atau kejadian merupakan contoh atau bukan contoh ide abstrak itu.[15]
Berdasarkan
pengertian diatas, maka yang penulis maksudkan dengan konsep fungsi adalah
ruang lingkup materi yang sesuai dengan yang tercantum di silabus matakuliah
kalkulus I jurusan pendidikan matematika angkatan 2005.
4.
Jurusan Pendidikan Matematika
Jurusan pendidikan matematika adalah salah satu jurusan
yang ada di fakultas tarbiyah IAIN Ar-Raniry. Sedangkan jurusan pendidikan
matematika yanng peneliti maksudkan adalah tempat mendidik mahasiswa-mahasiswa islam
tentang berbagai disiplin ilmu pengetahuan khususnya di bidang eksak.
[1] Hermah Hudojo, Pengembangan kurikulum
matematika dan pelaksanaan didepan kelas, (Bandung: Usaha Nasional. 1990),
hal. 3.
[2]
Abdurrahman Mulyono, Pendidikan bagi anak kesulitan belajar, (jakarta:
Rineka Cipta, 2003), hal. 254.
3 Edwin
J. Purcel Dale Varberg, Kalkulus dan Geometri Analitis,(Jakarta:
Erlangga, 1999), hal. i.
[5] Heru
Sujiarto, pemahaman tentang limit fungsi aljabar pada siswa kelas II smu
salahuddin malang,
Tesis (malang: Pendidikan matematika, Pasca sarjana, 1999), hal. 2.
.
[6] Http: //
documents. Scribd. Com/ docs
[7] http.//www..
cybertokoh. Com diakses tanggal 7 mai 2008
[8] Suharsimi Arikunto, Prosodur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
1991), hal. 60.
[9] Departemen pendidikan dan kebudayaan, Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai pustaka.
1989), hal. 32.
[12] Http: //
documents. Scribd. Com/ docs
[13] Ibid.,
hal. 456
[14] Ibid.,
hal. 245
[15] Karso, pendidikan Mipa (Jakarta:
Depdikbud. 1993), hal. 212.
BELAJAR KONSEP MELIBATKAN
BELAJAR PENGETAHUAN KONSEPTUAL DAN PROSEDURAL
Pengetahuan
konseptual adalah kemampuan pebelajar untuk mendefinisikan sebuah konsep
berdasarkan pada beberapa kriteria (sebagai contoh, kharakteristik atau
hubungan fisik) dan untuk mengenali hubungan konsep dengan konsep yang lain.
Itu menyiratkan pemahaman tipikal atau kejadian terbaik dari kelas, yang
bergantung pada definisi atribut. Sebagai contoh, jika kamu mengidentifikasi
tipikal atau contoh terbaik dari laki-laki dewasa dalam terminologi tinggi,
kamu kemungkinan akan menggunakan prototipe kamu seseorang dengan tinggi
sekitar 6 kaki. Kamu tidak akan menggunakan tinggi pemain basket sekitar 7 kaki
6 inchi atau tingi joki 4 kaki 8 inchi.
Pengetahuan
prosedural konsep mengacu pada kemampuan siswa untuk menggunakan konsep dalam
membeda-bedakan fashion. Itu melibatkan kemampuan untuk menggunakan
pendefinisian atribut konsep untuk membandingkan (compare dan contrast) dengan yang
serupa tetapi dengan konsep berbeda. Pengetahuan prosedural mengenai laki-laki
akan mengijinkan perbandingan dengan konsep yang serupa seperti perempuan, anak
perempuan, anak laki-laki, orang tua, anak muda, dan orang tinggi.
Untuk memahami
perbedaan antara pengetahuan konseptual dengan prosedural, berpikir lagi
tentang konsep segitiga sama sisi. Belajar konsep segitiga sama sisi melibatkan
kedua akuisisi pengetahuan konseptual dan pengembangan pengetahuan prosedural.
Pengetahuan konseptual ada ketika siswa mengetahui definisi atribut dari
segitiga sam sisi dan dapat berbicara dengan jelas mengenai itu semua. Siswa
dengan pengetahuan konseptual dari sebuah segitiga sama sisi akan
mendefinisikan itu sebagai bidang datar, yang digambarkan dengan tiga sudut
yang sama dan tiga sisi yang sama panjang. Siswa ini akan dapat
menggeneralisasi kejadian tunggal dari segitiga sama sisi ke dalam semua kelas.
Siswa dengan pengetahuan prosedural, bagaimanapun, dapat menerapkan definisi
dan dapat membedakan kelas segitiga dari kelas yang lain dari segitiga dan
bangun tertutup lainnya, gambar bidang datar sederhana, seperti segi empat atau
segi delapan. Siswa juga dapat menggeneralisasi dan membedakan antar kejadian
baru yang dihadapi pada segitiga sama sisi.
Lebih jauh lagi ahli konstruktivis merekomendasi untuk menyediakan
lingkungan belajar dimana siswa dapat mencapai konsep dasar. Confray
mendefinisikan, “dalam mengkontruksi pengertian matematika melalui pengalaman,
ia mengidentifikasikan 10 karakteristik dari powerful constraction berfikir siswa yaitu:
1.
Sebuah struktur dengan ukuran
kekonsistenan internal
2.
Suatu keterpaduan dengan bermacam-macam
konsep
3.
Suatu kekonvergenan diantara aneka bentuk
dan konteks
4.
Kemampuan untuk merefleksi dan
menjelaskan
5.
Sebuah kesinambungan sejarah
6.
Terikat kepada bermacam-macam system
symbol
7.
Suatu yang cocok dengan pendapat experts(ahli)
8.
Suatu yang potensial untuk bertindak
sebagai alat untuk konstruksi lebih lanjut
9.
Sebagai petunjuk untuk tindakan
berikutnya
10.
Suatu kemampuan untuk menjustifikasi dan
mempertahankan.”[1]
Semua cirri-ciri diatas dapat
digunakan dalam proses belajar mengajar dikelas, Confray mengatakan
“sebagai seorang
kontruktivis ketika saya mengajarkan matematika , saya tidk mengajarkan siswa
tentang struktur matematika yang objeknya ada di dunia ini. Saya mengajar
mereka , bagaimana mengembangkan kognisi mereka, bagimana melihat dunia dengan
sekumpulan lensa kuantitatif yang saya percaya akan menyediakan suatu cara yang
powerful untuk memahami dunia, bagaimana merefleksikan lensa-lensa itu untuk
menciptakan lensa-lensa yang lebih kuat, dan bagaimana mengapresiasi peranan
dari lensa dalam memainkan pengembangan kultur mereka. Saya mencoba untuk
mengajarkan mereka untuk mengembangkan satu alat intelektual, yaitu
matematika.”[2]
PELAJARAN
matematika kerap dianggap sulit dimengerti siswa. Padahal, matematika sangat
akrab dengan kehidupan sehari-hari karena segala sesuatu cenderung menggunakan
hitungan. Namun, setelah memahami konsep pembelajarannya kelak matematika bukan
lagi pelajaran yang sulit. Kunci utama sukses belajar matematika adalah
pemahaman konseptual.
Ada dua pemahaman yang perlu diterapkan guru, yaitu pemahaman konseptual dan pemahaman prosedural.
Banyaknya pemahaman prosedural yang masih diterapkan di sekolah dipandang menjadi salah satu alasan mengapa matematika menjadi pelajaran yang paling ditakuti siswa. Hal itu diungkapkan Drs. Wayan Sadra, M.Ed, Dosen Pendidikan Matematika Undiksha Singaraja. “Selama ini guru lebih banyak menanamkan pemahaman prosedural tentang bagaimana siswa dapat mengerjakan soal matematika. Langkah-langkah pengerjaan soal yang lebih banyak ditekankan. Ini salah satu penyebab sulitnya matematika dimengerti siswa,” terang Wayan Sadra.
Pemahaman konseptual, yaitu pemahaman yang disertai alasan. Sadra menyontohkan melalui penjumlahan angka 3 + 3 = 6. “Ini harus disertai alasan mengapa 3 + 3 = 6?. Kalau konsep dipahami dan dimengerti, apapun jenis soal yang disuguhkan tak menjadi masalah buat siswa,” jelasnya.
Dari hasil penelitian yang dilakukannya dengan mengambil objek dua puluh sekolah di Buleleng, terbukti soal cerita paling dikeluhkan siswa karena siswa sulit memahami. Dari penelitiannya itu, soal cerita matematika masih dipisahkan dengan konsep dasar. Meteri penjumlahan, misalnya. Hal pertama yang disuguhkan pada siswa adalah penjumlahan. Setelah itu siswa akan dihadapkan pada soal cerita. “Nah, metode ini harus di balik. Soal cerita yang pertama diberikan dan biarkan siswa mengerjakan dan mengemukakannya secara gamblang. Setelah itu, tanamkan konsep penjumlahan. Siswa akan lebih mudah mengerti,” terang kandidat doktor di Universitas Negeri Surabaya ini.
Banyak guru yang belum memahami soal cerita matematika ini. Soal cerita ini tak diintegrasikan dengan konsep pembelajarannya. “Sebaliknya bila diintegrasikan, hasilnya akan bagus. Siswa tak lagi takut dengan soal cerita,” katanya. —put
Ada dua pemahaman yang perlu diterapkan guru, yaitu pemahaman konseptual dan pemahaman prosedural.
Banyaknya pemahaman prosedural yang masih diterapkan di sekolah dipandang menjadi salah satu alasan mengapa matematika menjadi pelajaran yang paling ditakuti siswa. Hal itu diungkapkan Drs. Wayan Sadra, M.Ed, Dosen Pendidikan Matematika Undiksha Singaraja. “Selama ini guru lebih banyak menanamkan pemahaman prosedural tentang bagaimana siswa dapat mengerjakan soal matematika. Langkah-langkah pengerjaan soal yang lebih banyak ditekankan. Ini salah satu penyebab sulitnya matematika dimengerti siswa,” terang Wayan Sadra.
Pemahaman konseptual, yaitu pemahaman yang disertai alasan. Sadra menyontohkan melalui penjumlahan angka 3 + 3 = 6. “Ini harus disertai alasan mengapa 3 + 3 = 6?. Kalau konsep dipahami dan dimengerti, apapun jenis soal yang disuguhkan tak menjadi masalah buat siswa,” jelasnya.
Dari hasil penelitian yang dilakukannya dengan mengambil objek dua puluh sekolah di Buleleng, terbukti soal cerita paling dikeluhkan siswa karena siswa sulit memahami. Dari penelitiannya itu, soal cerita matematika masih dipisahkan dengan konsep dasar. Meteri penjumlahan, misalnya. Hal pertama yang disuguhkan pada siswa adalah penjumlahan. Setelah itu siswa akan dihadapkan pada soal cerita. “Nah, metode ini harus di balik. Soal cerita yang pertama diberikan dan biarkan siswa mengerjakan dan mengemukakannya secara gamblang. Setelah itu, tanamkan konsep penjumlahan. Siswa akan lebih mudah mengerti,” terang kandidat doktor di Universitas Negeri Surabaya ini.
Banyak guru yang belum memahami soal cerita matematika ini. Soal cerita ini tak diintegrasikan dengan konsep pembelajarannya. “Sebaliknya bila diintegrasikan, hasilnya akan bagus. Siswa tak lagi takut dengan soal cerita,” katanya. —put
Dalam proses itu
seseorang dapat memperkembangkan skema yang ada dan mengubahnya. Dalam proses
belajar ini mahasiswa mengkontruksi apa yang ia pelajari sendiri sehingga bisa
mengasosiasikan pengalaman, fonomena dan fakta-fakta baru kedalam pengetahuan
yang telah dipunyai.
[1] Ibid.,
hal. 72.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Belajar Matematika
Belajar adalah
“berusaha(berlatih dan sebagainya) supaya mendapat suatu pengetahuan.”[16]
Sedangkan Nasution menyatakan “belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai
akibat dari pengalaman dan latihan.”[17]
Dalam proses belajar tentunya terjadi proses berpikir. sebagaimana Hudoyo
mengatakan “seseorang dikatakan berpikir matematika apabila orang tersebut
melakukan kegiatan mental, yang dalam prosesnya selalu menggunakan abstraksi
dan generalisasi.”[18] Sehingga
seseorang dikatakan belajar matematika apabila orang tersebut melakukan
kegiatan mental dengan menggunakan kegiatan abstraksi yaitu suatu proses
menyimpulkan hal-hal yang sama dari sejumlah objek atau situasi yang berbeda,
dan juga mempunyai kemampuan membuat generalisasi yaitu membuat perkiraan
berdasarkan kepada pengetahuan yang dikembangkan melalui contoh-contoh khusus.
Belajar berdasarkan pemahaman merupakan isu
yang mendasar dan mendapat perhatian dari para praktisi pendidikan matematika.
Salah satu alasannya adalah seperti yang dikemukakan oleh Kartona “bahwa
belajar dengan memahami lebih sukses dari pada belajar dengan hafalan.”[19]
Demikian pula yang dikatakan Hiebert dan Carpenter “bahwa pemahaman merupakan
aspek yang fundamental dalam belajar dan setiap pembelajaran matematika
seharusnya fokus utamanya adalah bagaimana menanamkan konsep matematika
berdasarkan pemahaman.”[20]
Hal yang sama juga diungkapkan Asdar “bahwa agar dapat merasakan manfaat
matematika dalam kehidupan sehari-hari, seseorang yang belajar matematika harus
mencapai pemahaman yang mendalam.”[21]
Menurut pandangan kontruktivisme pengetahuan merupakan kontruksi atau bentukan dari
mengetahui sesuatu, sebagaimana dikatakan oleh Resnick “ seseorang yang belajar
itu membentuk pengetahuan.”[22]
Bettencourt juga mengatakan “Orang yang belajar itu tidak hanya meniru atau
mencerminkan apa yang diajarkan atau yang ia baca, melainkan menciptakan
pengertian.” [23] jadi pangetahuan
ataupun pengertian dibentuk oleh siswa secara aktif, bukan hanya secara pasif
dari guru mereka.
Coob mengatakan bahwa “belajar matematika bukanlah suatu proses
pengepakan pengetahuan secara hati-hati, melainkah hal mengorganisir aktivitas
dimana kegiatan ini diinterpretasikan secara luas termasuk aktivitas dan
berpikir konseptual”[24].
Sehingga belajar matematika merupakan proses dimana siswa secara aktif
mengkonstruksi pengetahuan matematika.
Hal ini mencerminkan
matematika hanyalah sebagai alat untuk berfikir, fokus utama belajar matematika
adalah memberdayakan siswa untuk berfikir mengkonstruksi pengetahuan
matematika. Dengan demikian dalam pembelajaran matematika perlu mengetahui
objek-objek matematika, menurut Bell
“Objek
matematika ada 2 macam yaitu objek langsung dan objek tidak langsung. Objek
langsung terdiri dari 4 macam yaitu fakta,
konsep, skill dan prinsip. Sedangkan
objek tidak langsung terdiri atas 8 macam yaitu pembuktian teorema(theorema proving), pemecahan masalah (problem solving), transfer belajar ( transfer of learning), belajar
bagaimana belajar (learning how to learn),
perkembangan intelektual (intelectual
development) kerja kelompok(working
in groups) dan sikap positif (positive
attitude).”[25]
Objek objek tersebut saling terkait satu sistem, sedangkan inti
matematika terletak pada sistem ini, oleh karena itu mahasiswa harus
diperkenalkan keempat objek matematika dalam rangka penguasaan materi secara
menyeluruh. Pada penelitian ini, yang ditelaah adalah objek langsung, mengenai
objek langsung yang terdapat pada meteri
fungsi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.
Fakta adalah konvensi-konvensi
sebarang dalam matematika. Misalnya lambang-lambang dalam hukum matematika.
Apabila kita mengucapkan angka “3” maka akan terbayang simbol “3”. Demikian
pula jika kita melihat “3”, maka kita akan terbayang dan memadankan dengan kata
“tiga”, dalam hal ini kata “tiga”dan simbol “3” merupakan fakta.
Fakta yang lebih komplek pada materi fungsi misalnya:
a.
Cara penulisan
bentuk fungsi seperti f(x), h(x), g(x), f(x + h), (g ◦ f)(x)
b.
≠ ( tidak sama dengan), (anggota), ( lebih dari), (kurang dari), R
(bilangan real), Z (bilangan bulat), dan C (bilangan cacah).
Mahasiswa dikatakan
telah memahami fakta, bila dapat menuliskan fakta dengan benar dan dapat
menggunakan dengan tepat dalam situasi berbeda.
2. Konsep dalam
matematika adalah ide abstrak yang memungkinkan kita untuk dapat mengklasifikasikannya(menggolongkan)
objek atau kejadian dan menerangkan apakah objek atau kejadian itu merupakan
contoh atau bukan contoh dari ide tersebut. Salah satu contoh konsep adalah
konsep fungsi. Konsep-konsep dalam matematika pada umumnya di susun dari
konsep-konsep terdahulu dan juga dari fakta-fakta, sedangkan untuk menunjukkan
suatu konsep tertentu digunakan batasan atau defenisi, misalnya definisi fungsi.
3.
Skil adalah prosedur atau kumpulan
aturan-aturan yang digunakan untuk menyelesaikan soal-soal matematika, sehingga
mahasiswa diharapkan dapat menggunakan dengan cepat dan cermat. Berarti skil
adalah prosedur atau kumpulan aturan yang digunakan untuk menyelesaikan
masalah/soal matematika, misalnya untuk mencari nilai suatu fungsi dapat
dilakukan dengan cara subtitusi langsung daerah asal alamiahnya atau dengan
operasi fungsi. Dalam belajar matematika
pengembangan penguasaan skil mahasiswa sangat diperlukan oleh guru,
tetapi skill tersebut harus berlandaskan pengertian dan tidak hanya penghafalan
semata-mata.
4. Prinsip
menurut Soedjadi “adalah objek matematika yang komplek.”[26]
Prinsip dapat terdiri dari fakta, beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu
relasi maupun operasi, atau sering disebut hubungan antara berbagai objek dasar
matematika. Prinsip dapat berupa definisi, aksioma ,teorema, sifat dan sebagainya.
Misalnya adalah pada rumus fungsi
B. Pengetahuan
Konseptual
Hiebert dan Leverve mendefenisikan “konseptual sebagai
suatu pengetahuan yang kaya akan hubungan-hubungan itu meliputi fakta-fakta dan
prinsip-prinsip, sehingga semua potongan informasi terkait pada suatu jaringan.”[27]Hiebert
dan Weana mendefenisikan “penngetahuan konseptual sebagai pengetahuan dasar
yang menghubungkan antara informasi-informasi.”[28]
Potongan-potongan informasi itu bisa merupakan objek matematika, yaitu fakta,
skill, konsep atau prinsip, selanjutnya dikatakan bahwa pengetahuan konseptual sebagai
pengetahuan yang kaya akan
hubungan-hubungan. Hubungan itu meliputi fakta-fakta dan sifat-sifat sehingga
semua potongan informasi itu terkait pada satu jaringan. Pengetahuan
konseptual mahasiswa terdiri dari
pengetahuan yang diperoleh sebelumnya sesuai dengan masalah yang dihadapi dan
pengetahuan yang baru diterima.
Menurut Ausubel bahwa “konsep-konsep dapat diperoleh dengan
dua cara yaitu pembentukan/ formasi konsep(concept
formation) dan asimilasi atau perpaduan konsep(concept assimilation).”[29]
Formasi konsep dapat dipandang sebagi belajar konsep-konsep kongkret, sedangkan
asimilasi relevan dengan belajar konsep abstrak. Menurut Ausebel “seseorang
belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru kedalam skema yang telah ia
punyai.”[30]
Berdasarkan uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa pembentukan konsep merupakan proses induktif, misalnya
penanaman konsep fungsi mahasiswa dikenalkan beberapa contoh, kemudian membuat
kesimpulan sendiri untuk kasus yang
sama, sedangkan asimilasi konsep bersifat deduktif, misalnya untuk menjelaskan
bentuk harus
berdasarkan kepada konsep-konsep yang telah diketahui sebelumnya tentang konsep
fungsi. Pada proses ini seseorang belajar konsep berpangkal kepada pengenalan
istilah atau nama dari konsep tersebut beserta sifat-sifatnya.
Dienes dalam Hudojo “berpendapat
bahwa setiap konsep atau prinsip matematika dapat dimengerti secara sempurna
hanya jika pertama-tama disajikan kepada peserta didik dalam bentuk kongkret.”[31]
dengan kata lain, abstraksi didasarkan kepada intuisi dan pengalaman-pengalaman
kongkret.
Seseorang dikatakan telah memiliki
pengetahuan konseptual tentang pemahaman konsep fungsi apabila ia telah mampu menghubungkan
fakta-fakta yang memenuhi untuk dapat dinyatakan sebagai pemahaman konsep
fungsi. Selanjutnya dalam pikiran orang tersebut pemahaman konsep fungsi dan
fakta-fakta yang memenuhi mempunyai hubungan dan keterkaitan satu sama lainya.
Pada penelitian ini, pengetahuan konseptual yang diinginkan
adalah: pertama mahasiswa dapat
menyatakan definisi konsep fungsi dengan lengkap dan secara simbolik, kedua mahasiswa dapat menyebutkan contoh
fungsi dan contoh yang bukan fungsi.
C.
Pengetahuan Prosedural
Prosedural adalah semua
maklumat berkenaan cara, kaedah atau prosedur melakukan sesuatu.[32] Hiebert dan leverfe dan Hiabert dan Wearne “menyatakan bahwa
pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan tentang urutan, kaidah-kaidah,
algoritma-algoritma atau prosedur-prosedur digunakan untuk menyelesaikan
soal-soal matematika, prosedur ini dilakukan secara bertahap dari pernyatan
soal(masalah) menuju penyelesaiannya.” Prosedur ini dilakukan secara bertahap dari soal(masalah) matematika
menuju selesaiannya. Salah satu ciri pengetahuan prosedural adalah adanya
urutan langkah yang ditempuh, yaitu sesudah langkah dilakukan akan didikuti
langkah selanjutnya. Mahasiswa yang memiliki pengetahuan prosedural dapat
menyelesaikan masalah(soal) matematika dengan proses yang berurutan.
Algoritma adalah ”urutan logis
pengambilan putusan untuk pemecahan masalah.”[33]Sedangkan
yang peneliti maksudkan adalah cara mudah melakukan masalah/soal matematika
sesuai dengan aturan-aturan matematika.
Sedangkan prosedur adalah ”tahap- tahap kegitan untuk menyelesaikan suatu
aktivitas atau metode langkah demi langkah secara eksak dalam memecahkan suatu
problem.”[34] Prosedur
yang penulis maksudkan adalah cara melakukan langkah-langkah penyelesaian terhadap
permasalahan/soal matematika.
Pengetahuan prosedural mungkin
didukung atau mungkin juga tidak didukung oleh pengetahuan konseptual.
Pengetahuan prosedural yang tidak di dukung oleh pengetahuan konseptual ini
sebagai pemahaman instrumental(instrumental
understanding) yang digambarkannya sebagai mengetahui aturannya tanpa
mengetahui mengapa aturan itu bisa digunakan.
Secara umum pengetahuan
prosedural lebih cenderung kepada penguasaan keterampilan komputasional dan
pengetahuan tentang langkah-langkah untuk mengidentifikasi komponen-komponen
matematika, algoritma, dan defenisi. Langkah-langkah tersebut mencakup
bagaimana mengidentifikasi masalah serta bagaimana menyelesaikan masalah.
Secara khusus pengetahuan prosedural
menurut Owen dan Super terdiri dari dua
bagian yaitu: “pertama pengetahuan
mengenai format dan kalimat dari suatu representasi simbol. Kedua
pengetahuan tentang aturan-aturan algoritma yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah.”[35]
Sedangkan Jensen dan Williams merinci pengetahuan kedalam beberapa tahap yaitu “(1)
mengingat aturan-aturan dan algoritma, (2) melakukan perhitungan diatas kertas
dengan pensil secara berulang-ulang. (3) menemukan bentuk asli dari jawaban dan
(4) mengingat prosedur tanpa memahami.”[36]
Berdasarkan penjelasan diatas
jelaslah bahwa pengetahuan prosedural adalah pengetahuan yang kaya dengan
langkah-langkah dan teknik dalam menyelesaikan masalah, tetapi tidak kaya
dengan keterhubungan antara objek matematika.
Berkaitan dengan penelitian ini,
pengetahuan prosedural yang diinginkan adalah, pertama
mahasiswa dapat mencari nilai suatu fungsi
dengan cara subtitusi langsung daerah asal alamiahnya, kedua mahasiswa dapat menyatakan suatu fungsi
dengan cara diagram panah, diagram cartesius, pasangan berurutan, rumus atau notasi.
D. Hubungan Pengetahuan Konseptual dan
Prosedural
Owen dan Super menggambarkan tiga
tipe keterkaitan antara pengetahuan konseptual dengan pengetahuan prosedural
yang dapat meningkatkan belajar mahasiswa. “Pertama,
makna dihubungkan dengan symbol matamatika.”[37]
sebagai contoh mahasiswa harus dapat
memahami symbol x dan f(x) dan mengerti keterkaitan antara
nilai x dan f(x). Tanpa keterkaitan antara simbol dengan konsep tersebut mahasiswa
akan mengalami kesulitan dan memahami konsep fungsi. “Kedua, keterkaitan antara langkah-langkah internal dari prosedur
dengan pendukung konseptualnya.”[38]
misalnya dengan mengetahui rumus suatu fungsi yaitu , dengan mengetahui syarat untuk daerah asalnya tidak boleh
sama dengan tiga untuk menghindari pembagian dengan nol, maka mahasiswa dapat
dengan mudah menyelesaikan masalah/soal matematika pada contoh diatas, sehingga
dapat diperoleh nilai x yang memenuhi
syarat tersebut dan kemudian dengan menstubtitusikan harga x tersebut kedalam f(x). “Ketiga mengecek kelayakan jawabannya.”[39]
Brownell
(dalam Kloosterman dan Gainey) “menyamakan antara pengetahuan prosedural dengan
driil.”[40]
Selanjutnya ia mengemukakan bahwa, driil tidak mengembangkan makna, pengulangan
tidak menuntun terbentuknya pemahaman. Ini berarti bahwa pengetahuan yang
dipelajari yang melalui driil yang
berulang-ulang tidak akan membangun pemahaman kepada siswa.
Meskipun
Brownell menganggap pengetahuan prosedural tidak membangun makna, tetapi dalam
memecahkan suatu masalah diperlukan pengetahuan konseptual dan prosedural.
Sedangkan Hiebert dn Liverfe (dalam Cramer, Post, dan Currier) mengunggkapkan
bahwa: “apabila tidak ada kaitan antara pengetahuan konseptual dan pengetuan prosedural, maka
kemungkinan yang akan terjadi adalah siswa akan mempunyai intuisi yang baik
terhadap matematika tetapi tidak dapat menyelesaikan masalah, atau mungkin
siswa dapat membangun suatu jawaban tetapi tidak memahami apa yang mereka
lakukan.”[41]
Pendapat
Hiebert dan Livefre ini dapat diilustrasikan pada contoh berikut. Tentukan daerah asal alamiah fungsi
ini: . Mahasiswa yang hanya memiliki pengetahuan konseptual
mengetahui bahwa nilai x yang dimaksud adalah nilai x yang memenuhi syarat semua himpunan bilangan real kecuali 1
(satu), yaitu untuk menghindari pembagian dengan 0 (nol), tetapi tidak dapat menemukan
bagaimana cara untuk menemukan nilai f(x) tersebut. Sebaliknya mahasiswa yang
hanya memiliki pengetahuan prosedural dapat menemukan nilai f(x), tetapi tidak mengetahui aturan
yang mendasari prosedur yang digunakan.
Perlunya
kedua pengetahuan tersebut didukung pula oleh pendapat Eisenhart yang
mengemukakan bahwa, “pengetahuan prosedural dan pengetahuan konseptual
merupakan aspek yang penting pada pemahaman matematika.”[42]
oleh karenanya mengajar untuk memahami matematika harus memasukkan pengetahuan
tersebut.
Berdasarkan
beberapa pendapat tentang pengetahuan
konseptual dan pengetahuan prosedural yang telah dikemukakan diatas, dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan konseptual dalam matematika adalah pengetahuan yang
kaya dengan keterhubungan antar ide, tetapi tidak kaya dengan teknik untuk
menyelesaikan masalah. Sebaliknya, pengetahuan prosedural adalah pengetahuan
yang kaya dengan teknik untuk menyelesaikan masalah tetapi tidak kaya dengan
keterhubungan antar ide. Namun kenyataanya dalam menyelesaikan masalah kedua
pengetahuan tersebut sulit untuk dipisahkan satu dengan lainnya, karena
keduanya terkait dan saling mendukung.
E. Pemahaman
Menurut Bloom “pemahaman diartikan
sebagai penyerapan arti dari materi atau bahan yang telah dipelajarinya.”[43]
Pada aspek kognitif salah satu yang harus
dikuasai dalam belajar matematika adalah pemahaman. Menurut Gagne “fase
peahaman adalah fase belajar pertama dimana peserta didik menyadari adanya
stimulus atau sekumpulan yang disajikan dalam situasi belajar.”[44]
Kesadaran itu akan mengantarkan peserta didik untuk mengerti karakteristik
kumpulan stimulus itu. Segala sesuatu yang dipahami peserta didik itu akan
dikodekan tersendiri oleh setiap
individu dan akan dicatat/disimpan dalam ingatan.
Bloom (dalam Rusefendi) “pemahaman
meliputi tiga hal yaitu: pengubahan (translation),
pemberian arti(interpretation)
dan ekstrapolasi(ekstrapolation).”[45]
dalam memahami konsep fungsi mampu untuk menangkap makna dari fungsi tersebut,
kemudian dapat mengubahnya kedalam permasalahan sehari-hari dan sebaliknya.
Serta mampu memikirkan suatu pola kecenderungannya.
Menurut
kontruktivime pieget seseorang mencapai pengertian/pemahaman yaitu: “skema/skemata, asimilasi, akomodasi dan equilibration.”[46]
Skemata adalah suatu struktur mental
atau kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan
mengkoordinasi lingkungan sekitarnya. Wadsworth
mengemukakan “skemata adalah hasil kesimpulan atau bentukan mental, kontruksi
hipotesis, seperti intelek kreativitas, kemampuan dan naluri.”[47]
Asimilasi adalah proses kognitif yang
dengannya seseorang mengitegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru
kedalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. seseorang tidak dapat
mengasimilasi pengalaman yang baru itu dengan skema yang telah ia punyai sehinnga
ia akan mengadakan akomodasi. Akomodasi
adalah membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan yang baru dan
momodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Equlibration adalah pengaturan diri secara mekanis untuk mengatur
keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi.
Dari
kajian pustaka yang telah dikemukakan diatas, perilaku pemahaman pada
penelitian ini dapat dilihat dari adanya kemampuan internal seperti dapat
mengenal, dapat menerangkan serta dapat
mengartikan atau mengiterpretasikan pada materi fungsi.
F. Materi Fungsi pada Kalkulus I
Pembahasan tentang fungsi pada
kalkulus I, dijadikan dasar dalam penelitian ini. Konsep-konsep dasarnya adalah
sebagai berikut.
1. Definisi fungsi dalam kalkulus I
Fungsi adalah “satuan aturan padanan yang menghubungkan
tiap obyek x dalam suatu himpunan,
yang disebut daerah asal, dengan sebuah nilai unik f(x) dari himpunan kedua. Himpunan nilai yang diperoleh disebut
daerah nilai.”[48]Suatu
fungsi variabel x merupakan suatu
aturan yang menguraikan bagaimana suatu nilai variabel x tersebut dimanipulasi untuk menghasilkan suatu nilai variabel y, aturan itu sering dinyatakan dalam
bentuk persamaan y = f(x), dengan
syarat bahwa untuk sembarang input(daerah asal) x terdapat nilai unik untuk y.
Output(daerah hasil) yang berbeda dikaitkan dengan input yang berbeda, karena
untuk input yang diberikan hanya terdapat satu output.
Contoh:
a.
b.
atau
Contoh A merupakan fungsi karena
setiap aturan subtitusi satu nilai x menghasilkan satu keluaran nilai y.
sedangkan pada contoh B, aturan ini
bukanlah fungsi karena untuk setiap nilai subtitusi x > 0 terdapat dua nilai y yang berbeda, misalkan untuk x = 1, maka nilai y = 1È y =
-1
Grafik
y
6
4
2
0 10 20 30 x
-2
-4
-6
Jika
garis tegak ditarik melalui sumbu-x (
untuk x > 0) grafik tersebut akan
memotong grafiknya lebih dari satu titik. Lambang-lambang lain untuk menyatakan
fungsi diantaranya adalah : h, f, g, f dll.
D K D K
( a ) (b)
Gambar
1.1
D K
Gambar 1.2
Selanjutnya fungsi juga dapat didefinisikan sebagai aturan
yang menetapkan bahwa setiap satu anggota himpunan D berpasangan dengan tepat
satu anggota himpunan K (lihat Gambar 1.1).
. Jika terdapat suatu hubungan yang tidak memenuhi definisi
diatas maka hubungan tersebut bukan suatu fungsi tetapi disebut relasi (lihat
Gambar 1.2). Jadi fungsi sama seperti sebuah proses yang menghasilkan tepat
satu keluaran untuk setiap masukan tertentu. Sedangkan relasi dapat dimisalkan
seperti sebuah proses yang menghasilkan dua keluaran untuk setiap masukan
tertentu.
2. Daerah asal (domain)
Daerah asal adalah “himpunan
elemen-elemen pada fungsi yang mendapat nilai.”[49]
Daerah asal juga disebut sebagai domain.
Aturan padanan merupakan pusat dari suatu fungsi, tetapi sebuah fungsi belum
secara lengkap ditentukan sampai daerah asalnya diberikan, misalnya: jika f
adalah sebuah fungsi dengan aturan , jika daerah asal{ -1, 0, 1, 2, 3 }. Bilamana untuk sebuah
fungsi daerah asalnya tidak diketahui, maka kita menggunakan himpunan bilangan
real terbesar yang disebut daerah asal alamiah, contoh maka daerah asal
alamiahnya adalah : , karena tidak diberikan selang pada daerah asalnaya, y =
f(x) (misalkan , x seringkali
disebut peubah bebas dan y peubah
tidak bebas, sebarang daerah asal boleh dipilih sebagai nilai dari peubah bebas
x, tetapi pilihan daerah asal
menentukan daerah nilai pada padanan dari peubah tidak bebas, sehingga nilai y tergantung dari pilihan nilai x.
f
1 a
2 b
3
4 c
Daerah asal
3.
Daerah nilai(range)
Daerah nilai adalah “himpunan nilai yang diperoleh dari subtitusi daerah
asal.”[50]
daerah nilai(range) misalnya: jika F
adalah sebuah fungsi dengan aturan , jika daerah asal{ -1, 0, 1, 2, 3 } maka daerah nilainya{1,
2, 5, 10 }.
Daerah
nilai (range) disebut juga kumpulan semua bilangan y yang berkaitan dalam domain. Sedangkan semua anggota himpunan baik yang merupakan pasangan dari anggota
himpunan itu maupun yang bukan adalah kodomain.
K D
w a
x b Daerah nilai(range)
y c
z d
Domain Kodomain
(daerah asal) (daerah kawan)
Pemahaman yang jelas tentang cara menuliskan fungsi adalah hal yang
sangat penting dalam kalkulus. Untuk memberi nama sebuah fungsi dipakai sebuah
huruf tunggal, seperti f (atau g atau f ), maka f(x) yang di
baca”f dari x” atau “f pada x”, menunjukkan nilai yang diberikan
oleh f kepada x
contoh .
5.
Cara menyatakan fungsi
Fungsi dapat dinyatakan melelui 4
cara, yaitu:
a.
Diagram panah
Diagram
panah adalah”Anggota himpunan A, yang berelasi dengan anggota himpunan B
ditunjukkan dengan arah panah.”[51]
Cara ini dilakukan dengan merelasikan
antara dua himpunan A dan B yang dapat dinyatakan dengan diagram panah.
Misalkan himpunan
A = {Warna pada lampu lalu lintas}, himpunan B = {Berhenti, berjalan,
berhati-hati}, merah mempunyai arti berhenti, hijau mempunyai arti berjalan,
kuning mempunyai arti berhati-hati, maka diagram panah yang menunjukkan relasi
“mempunyai arti” dari himpunan A ke
himpunan B adalah.
A
mempunyai arti B
merah berhenti
hijau berjalan
kuning berhati-hati
Diberikan
sebuah fungsi dengan daerah asal {-2,
-1, 0, 1, 2}dan daerah nilai {2, -2}.Maka diagram panahnya
x f(x)
-2 2
-1 -2
0
2
1
b.
Diagram Cartesius
Diagram Cartesius
adalah “Relasi antara anggota dua himpunan A dan B, dimana anggota himpunan A
sebagai himpunan pertama berada pada
sumbu mendatar(horisontal) dan
anggota himpunan B sebagai himpunan kedua
berada pada sumbu tegak(vertikal), setiap pasangan anggota himpunan pertama yang
berelasi dengan anggota himpunan kedua dinyatakan dengan sebuah noktah.”[52]
Misalkan himpunan A
= {Tias, Jamal, Farid, Dika}, himpunan B = { Voli, Basket, Tenis}. Tias hoby
voly, Jamal dan Farid hoby basket, dan Dika hoby tenis. Relasi dari himpunan A ke himpunan B dinyatakan
sebagai hoby maka pasangan dari A ke
B dapat dinyatakan dengan diagram cartesius, yaitu:
hoby
tenis
basket
voli
siswa
Tias
jamal farid dika
Misalkan sebuah fungsi f(x) = 2x + 1 dengan daerah asal M= {0, 1, 2, 3, 4}, maka dapat dinyatakan
dalam bentuk diagram cartesius berikut.
y
|
|||||||||
9
|
|||||||||
8
|
|||||||||
7
|
|||||||||
6
|
|||||||||
5
|
|||||||||
4
|
|||||||||
3
|
|||||||||
2
|
|||||||||
1
|
|||||||||
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9 x
|
C.
Himpunan pasangan berurutan
Himpunan pasangan berurutan adalah
“Relasi antara anggota dua himpunan A dan B dapat dinyataka sebagai pasangan
berurutan ( x, y ) dengan x A dan y
B yang berpasangan.”[53]
Relasi yang ditunjukkan dengan diagram panah dan diagram cartesius dapat
dinyatakan sebagai himpunan pasangan berurutan.
Misalkan himpunan A = {Tias, Jamal, Farid, Dika}, himpunan
B = { Voli, Basket, Basket, Tenis}. Tias
hoby voly, Jamal dan Farid hoby basket, dan Dika hoby tenis. Relasi dari himpunan A ke himpunan B dinyatakan
sebagai hoby maka pasangan dari A ke
B dapat dinyatakan sebagai: {(Tias, voli), (Jamal, basket), (Farid, basket),
(Dika, tenis)}.
Misalkan himpunan A
= { Bilangan cacah}, himpunan B = {Bilangan asli}
Himpunan
A dan himpunan B berkorespondensi satu-satu. Relasi dari himpunan A ke himpunan
B dapat dinyatakan sebagai pasangan berurutan.{(0,1), (1, 2), (2, 3), (3, 4),
(4, 5),...}
d.
Rumus atau Notasi
Rumus fungsi adalah “jika fungsi f
memetakkan setiap x anggota
himpunan A ke y anggota himpunan B,
maka dapat ditulis sebagai berikut: f
: x ® y ,bentuk f : x
® y dibaca: fungsi f memetakan x ke y . dalam hal ini y disebut
bayangan( peta ) dari x oleh f.”[54]
A B
x f(x)
Gambar ini menunjukkan fungsi f dari A ke B, jika x anggota daerah asal A maka bayangan dari x oleh fungsi f
dinyatakan dengan f(x), dibaca fungsi
dari x.
A B
x x + 2
Gambar ini
menunjukkan fungsi f : x ® x + 2 karena bayangan dari x oleh fungsi f dapat dinyatakan dengan f( x ), diperoleh hubungan f(x) = x + 2.
Misalkan
himpunan A = {Hardi, Fitri, Nanda, Angga, Indri, Aldi}, himpunan B = {Pak
Manan, Pak Udin, Pak Drajat}. Hardi dan Fitri Anak Pak Manan, Nanda anak Pak
udin, Angga, Indri dan Aldi anak Pak Drajat. Himpunan A dan himpunan B dapat di bentuk dalam bentuk rumus atau notasi
sebagai berikut.
Anak(Hardi) = Pak Manan
Anak (Fitri) = Pak Manan
Anak (Nanda) = Pak Udin
Anak ( Angga) = Pak Drajat
Anak ( Indri) = Pak Drajat
Anak ( Aldi) = Pak Drajat
Misalkan
sebuah fungsi dalam bentuk maka rumus fungsinya
adalah ,
[16] Poerwadarminta, W. J. S, Kamus
Besar Bahasa Indonesia(Jakarta: Balai Pustaka,
2005),
hal. 121.
[17] Lasmi Nurdin, kumpulan kajian
pustaka tesis matematika (Malang:
2005), hal. 104.
[18] Hermah Hudojo, Pengembangan
kurikulum matematika dan pelaksanaan didepan kelas,
(Bandung: Usaha Nasional. 1990), hal. 5.
[19] Heru Sujiarto, pemahaman tentang limit fungsi aljabar pada siswa kelas
II smu salahuddin
malang, Tesis (malang: Pendidikan matematika, Pasca sarjana, 1999), hal.
1.
[20] Ibid hal., 104.
[21] Ibid hal., 105.
[22] Paul Suparno, filsafat
kontruktivisme dalam pendidikan (kanisius: yogyakarta 2001),
hal.
11.
[23] Ibid ,.hal. 11
[24] Ibid., hal 71.
[25] Heru Sujiarto, pemahaman
tentang..., hal. 10-11.
[26] Lasmi Nurdin , kumpulan...
hal. 107.
[27] Heru Sujiarto, pemahaman
tentang..., hal. 1.
[28] Lasmi Nurdin,kumpulan...,
hal. 115.
[29] Ibid., hal 115.
[30] Paul Suparno, Filsafat..., hal. 54
[31] Lasmi Nurdin , kumpulan...,
hal. 116.
[33] Tim penyusunan kamus pusat pembinaan dan pengembangan
bahasa, kamus..., hal.
22.
[34] Ibid., hal. 703.
[35] Ibid., hal. 118.
[36] Ibid., hal. 118.
[37] Heru Sujiarto, pemahaman
tentang ..., hal. 16.
[38] Ibid., hal. 16.
[39] Ibid., hal. 16.
[40] Ibid., hl. 17
[41] Ibid., hal 17.
[42] Ibid., hal 17.
[43] Ibid., hal. 18
[44] Hermah Hudojo, Pengembangan ..., hal. 32.
[45] Heru Sujiarto, pemahaman tentang ..., hal. 19.
[46] Paul Suparno, Filsafat...,
hal . 30-32.
[47] Ibid., hal. 31
[48] Edwin J. Purcel Dale Varberg, Kalkulus dan..., hal. 44.
[49] Edwin J. Purcel Dale Varberg, Kalkulus dan..., hal. 45.
[50] Ibid., hal. 45.
[51] M. Cholik Adinawan Sugijono, Matematika kelas VIII,( Erlangga
:Jakarta, 2002), hal. 43.
[52] M. Cholik Adinawan Sugijono, Matematika..., hal. 43
[53] [53] M. Cholik Adinawan Sugijono, Matematika..., hal. 43
[54] M. Cholik Adinawan Sugijono, Matematika..., hal. 50.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Pendekatan dan Jenis
Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap mahasiswa
matematika angkatan 2005. Berdasarkan tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa jurusan pendidikan matematika angkatan
2005 dalam menguasai konsep fungsi pada
matakuliah kalkulus I, maka penelitian ini menggunakan rancangan penelitian survei
deskriptif penelitian hanya memaparkan situasi dan peristiwa dengan melakukan pengamatan secara langsung
pada obyek yang menjadi sumber data penelitian., Furchan
menjelaskan bahwa “penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh
informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan.”[54]
Analisis datanya
menggunakan pendekatan kualitatif.
Menurut Bogdan dan Taylor medefinisikan “penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.”[55]
Dengan rancangan penelitian ini, diharapkan berbagai data dan informasi yang
berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menguasai konsep fungsi dapat
dikumpulkan dan dianalisa.
Penelitian ini diharapkan akan
menemukan pertama, mendeskripsikan
pengetahuan konseptual mahasiswa siswa dalam menyatakan definisi konsep fungsi
dengan lengkap dan simbolik, kedua
mendeskripsikan pengetahuan proseduaral mahasiswa dalam mencari nilai suatu
fungsi dengan cara subtitusi langsung daerah asal alamiahnya dan menyatakan
fungsi dengan cara diagram panah, diagram cartesius, pasangan berurutan, rumus atau notasi. Untuk memperoleh data,
dilaksanakanlah tes tertulis dan wawancara semi terstruktur. Kajian yang
ditelaah adalah berdasarkan jawaban tertulis subjek dan hasil wawancara berupa
jawaban subjek yang direkam oleh peneliti.
B.
Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti di lokasi
penelitian sangat diutamakan karena pengumpulan data harus dilakukan dalam
situasi sesungguhnya. Disamping itu peneliti selain sebagai instrumen utama
dalam penelitian ini, sekaligus sebagai pengumpul data, penganalisis data,
pengevaluasi dan pelopor hasil penelitian. Karena itu peneliti harus berusaha
sebaik mungkin dan hati-hati dalam menjaring data yang benar-benar relevan dan
terjamin keabsahannya.
Pengamatan dilakukan secara
terbuka, yakni kehadiran peneliti diketahui oleh subjek dan dosen yang mengajar
unit 3 sebagai informan. Dengan suasana seperti ini subjek secara sukarela
memberi kesempatan kepada peneliti mengamati peristiwa yang terjadi. Hal ini
dimaksudkan untuk menghilangkan kesalahpahaman peneliti dengan subjek. Kehadiran
peneliti di lokasi penelitian berlangsung selama proses pengumpulan data yaitu
kegiatan yang dimulai dari observasi, kemudian data dari tes tertulis dan wawancara.
C.
Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
sebagai berikut:
1. Data yang diperoleh dari
pelaksanaan tes tertulis, mengenai konsep fungsi.
2. Data yang diperoleh dari
hasil wawancara terstruktur, yakni jawaban verbal atau tulisan yang diberikan
selama wawancara, jawaban verbal subjek direkam dengan tape recorder dan
kemudian diurutkan.
Pada penelitian ini instrumen penelitian
yang digunakan adalah seperangkat tes tentang kemampuan mahasiswa dalam
menguasai konsep fungsi pada angkatan 2005 jurusan pendidikan matematika dan
wawancara. Hadjar mengatakan “Instrumen merupakan alat
ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi
karakteristik variabel secara obyektif.”[56]
Jadii instrumen penelitian
merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan.
Penyusunan soal tes tertulis berpedoman
pada buku kalulus I. Soal tes tertulis dirancang oleh peneliti sendiri dalam
bentuk uraian. Data hasil test tertulis yang dijaring adalah memuat pengetahuan
konseptual dan pengetahuan prosedural. Sebelum pengumpulan data dilakukan instrumen
penelitian dinilai kesahihannya dengan menggunakan validitas logis agar data
yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan.validitas tersebut ditentukan
menurut tiga hal, yaitu: (1) kesesuaian isi, (2) ketepatan kalimat dan (3)
waktu yang diperlukan.
Dalam hal ini peneliti menyusun kisi-kisi
instrumen sebagai berikut.
Tabel 3. 1 kisi-kisi instrumen penilaian
Materi
|
Variabel
penelitian
|
Sasaran
/ tujuan
|
Nomor soal
|
Pengetahuan konseptual
|
Konsep Fungsi
a. Pengertian fungsi
|
§ Menyatakan definisi fungsi
secara verbal dan simbolik.
§
Memberikan contoh fungsi dan bukn fungsi
§
Menyelidiki fungsi dari contoh-contoh yang diberikan
|
1
2a
2b
3
4
|
Pengetahuan prosedural
|
b. Menentukan fungsi
c. Menyatakan fungsi
|
§
Mencari nilai suatu fungsi
§
Mencari nilai suatu fungsi pada suatu selang
§
Menyatakan fungsi dalam bentuk diagram panah dan diagram cartesius
|
5
8
6
7
|
Pengetahuan
prosedural dan pengetahuan konseptual
|
d. Menentukan fungsi
|
§
Mencari nilai suatu fungsi
|
9
10
|
Untuk
melihat validitas instrumen peneliti terlebih dahulu berkonsultasi dengan dua orang
dosen pembimbing. Dari hasil validasi tersebut, dengan 10 soal yang dijadikan
instrumen penelitian akan di ujikan pada subjek penelitian. Dengan mencermati
setiap jawaban siswa dalam soal tes, diperoleh data tentang kemampuan siswa dalam
menguasai konsep fungsi. Waktu yang diberikan untuk menyelesaikan soal tes
adalah 90 menit, skor yang diberikan untuk setiap butir soal berbeda, sesuai
dengan tingkat kesulitan soal. Dengan
demikian jika siswa mampu menjawab semua soal dengan benar, maka skor maksimal
yang diperoleh siswa adalah 100, adapun instrumen dari penelitian ini adalah
terlampir.
Wawancara dilakukan
penulis melalui wawancara informal dan semi terstruktur, peneliti membuat
serangkaian pertanyaan yang diarahkan kepada penelusuran pemahaman mahasiswa
pada konsep fungsi. Penyusunan format wawancara dibuat sendiri oleh peneliti
dengan meminta persetujuan pada dosen pembimbing.
Sumber data dalam penelitian
ini adalah mahasiswa angkatan 2005 unit 3, karena angkatan 2005 merupakan angkatan
yang baru saja mengambil matakuliah kalkulus I , alasan lain karena angkatan
2005 merupakan angkatan yang berbeda dengan angkatan lain, darisegi belajar dan
hubungan dengan dosen-dosen di jurusan pendidikan matematika menurut observasi
peneliti sendiri. Subjek adalah keseluruhan obyek yang secara teoritis dikenai
penelitian. sebagaimana dijelaskan oleh Sudjana bahwa “subjek adalah totalitas
semua hasil perhitungan ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif
mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan
jelas yang ingin dipelajari
sifat-sifatnya, namun sehubungan dengan berbagai keterbatasan peneliti,
maka tidak semua elemen yang terdapat dalam subjek dapat diteliti.”[57]
Adapun yang menjadi subjek dalam
penelitian ini adalah seluruh mahasiswa angkatan 2005 jurusan pendidikan
matematika, dari data jurusan diperoleh bahwa jumlah mahasiswa angkatan 2005
adalah 95 orang. , penulis mengambil salah satu unit saja sebagai subjek
penelitian secara purposif sampling yaitu unit 3.
D.
Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dengan
melakukan teknik sebagai berikut:
a.
Tes tertulis
Tes tertulis diperlukan untuk
mengumpulkan informasi tentang penguasaan mahasiswa terhadap pengetahuan konseptual dan
pengetahuan prosedural yang terkandung dalam materi konsep fungsi. Untuk
mengungkap hal itu penulis membuat soal dalam bentuk uraian.
b.
Wawancara
Wawancara diperlukan untuk
mendapatkan informasi lebih mendalam dari data-data yang diperoleh dari data
hasil tes tertulis. Wawancara dilakukan pada beberapa subjek, ini berdasarkan
katagori jawaban subjek pada tes tertulis yaitu mereka yang menuliskan jawaban
berbeda dari siswa lainnya sehingga diharapkan diperoleh informasi pengetahuan
konseptual dan pengetahuan prosedural subjek pada materi konsep fungsi.
Daftar
pertanyaan dalam wawancara tersebut sebelummya telah disiapkan secara
terstruktur oleh peneliti, meliputi garis-garis besar tentang apa yang akan di
ungkap dari subjek. Pertanyaan mengacu kepada hasil pekerjaan subjek pada saat
tes tertulis. Pelaksanaan wawancara ini menggunakan waktu diluar jam
perkuliahan dengan maksud tidak menggannggu kegiatan belajar mengajar
mahasiswa. Untuk menjaga kesahihan hasil wawancara digunakan alat perekam yaitu
tape recorder, yang kemudian hasil wawancara diurutkan.
E.
Analisis Data
Analisi data adalah “proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, katagori dan satuan uraian
dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan ide seperti yang disarankan oleh data.”[58]Seluruh
data penelitian diperoleh oleh penulis yang terdiri dari hasil tes tertulis dan
wawancara, selanjutnya data penelitian yang terkumpul terdiri dari hasil tes
tertulis dan wawancara. Teknik analisis data akan mengacu pada pendapat Miles
dan Huberman meliputi: “(1). Reduksi data, (2). Penyajian data, (3).
Verifikasi/ penarikan kesimpulan.”[59]
Berdasarkan
pendapat diatas peneliti akan melakukan langkah-langkah sebagai berikut.
1.
Menelaah semua data yang terkumpul dari data dan sumber data. Hasil
penelitian ini berupa deskripsi data, yang meliputi hasil tes tertulis, dan
hasil wawancara.
2.
Membuat klasifikasi dari hasil tes tertulis menurut kesalahan yang
dilakukan mahasiswa dalam menyelesaikan soal, yaitu kesalahan konseptual dan
kesalahan prosedural.
3.
Mengurutkan data hasil wawancara dibuat menurut urutan penguasaan subjek.
Urutan ini mencerminkan bagaimana penguasaan subjek dalam memahami konsep
fungsi.
4.
Melakukan verifikasi(penarikan kesimpulan) dari data dan sumber data yang
sudah diklasifikasikan dan diurutkan pada penyajian/ paparan data. Pada proses
verifikasi ini, peneliti menggunakan teknik analisi deskriptif yaitu
menafsirkan, dan memberi makna yang penekanannya adalah menggunakan uraian
mendalam dikaitkan kajian kepustakaaan.
F. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk mengecek keabsahan data
digunakan tehnik triangulasi, Moleog “menjelaskkan triangulasi adalah tehnik
pemeriksaan keabsahan data yang memenfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data.”[60]
Tehnik
triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengkonfirmasi data yang
diperoleh dari suatu sumber dengan sumber lainnya dengan cara membandingkan data
hasil tes dan wawancara di tempat penelitian, dalam hal ini bisa mengetahui
adanya lasan-alasan terjadinya perbedaan tersebut. Triangulasi dengan sumber sebagaimana yang dikemukakan oleh Patton
yaitu “membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian
kualitatif.”[61] Jadi triangulasi adalah
cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan kontruksi kenyataan yang
ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai
kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Keabsahan data yang dimaksud
difokuskan pada data tentang pemahaman konsep fungsi, semua temuan penelitian
ini pada akhirnya dikonsultasikan kepada dua orang dosen pembimbing untuk
memperoleh masukan dan keabsahan data penelitian ini.
[55] Lexy j. Moleong, Metodologi
penelitian kualitatif,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1989).
Hal. 3.
[56]
www:// Geocities.com. diakses tanggal 2 juli 2008.
[57] www:// Geocities.com. diakses tanggal 2
juli 2008.
[58] Lexy j. Moleong, Metodologi
penelitian kualitatif(Edisi revisi)(Bandung:
PT Remaja Rosdakarya,
2004). Hal. 280.
[59] Heru Sujiarto, pemahaman
tentang..., hal. 36.
[60] Lexy j. Moleong, Metodologi…, hal. 330.
[61]
Ibid., hal .330.
BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A.
Gambaran
Umum Lokasi Penelitian
IAIN
Ar-Raniry merupakan salah satu Perguruan
Tinggi Negeri yang ada di Indonesia yang berciri khas Agama Islam yang
dikelola oleh Departeman Agama. IAIN
Ar-Raniry resmi berdiri pada tanggal 5
Oktober 1963. Dalam sejerah berdiri IAIN di Indonesia, IAIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Sebelum resmi berdiri, lembaga pendidikan Islam yang berada di jantung
kota Serambi Mekkah, Darussalam Banda Aceh
ini, lebih dahulu berdiri Fakultas
Syari’ah pada tanggal 1960 dan Fakultas Tarbiyah pada tahun 1962 sebagai cabang
IAIN Sunan Kalijaga Yogjakarta. Kumudian pada tahun 1962 telah berdiri pula
Fakultas ke-3 di Banda Aceh dengan status swasta.
Setelah
beberapa tahun menjadi cabang dari IAIN Yogjakarta, pada tahun 1963
fakultas-fakultas tersebut bercabang ke IAIN Syarif Hidayatullah di Jakarta sekitar 6 bulan
dengan kedudukan demikian barulah IAIN Ar-Raniry resmi di dirikan, tepatnya
pada tanggal 15 Oktober 1963. Dengan demikian, ketika diresmikan, IAIN
Ar-Raniry telah memiliki tiga Fakultas yaitu Fakultas Syari’ah, Tarbiyah dan
Ushuluddin. Kemudian dalam gerak majunya IAIN Ar-Raniry menjadi lebih lengkap,
dengan bertambahnya dua Fakultas baru yaitu Dakwah yang diresmikan berdiri pada
tahun 1963 dan Fakultas Adap pada tahun 1983. IAIN dalam bahasa arab disebut
Al-Jami’ah al-Islamiyah Al_Hukumiah. Sebagaimana institute-institut lainnya, Institut Agama
Islam Negeri adalah sebuah lembaga
pendidikan tinggi yang mengelola pendidikan tinggi yang mengelola satu bidang
dasar agama Islam dengan sejumlah cabang dan sub makan keilmuannya.
IAIN
Ar-Raniry berada di bawah jajaran Departemen Agama RI yang pengawasan dan
pelaksanaannya diserahkan kepada Direktorat Jenderal kelembagaan agama Islam
melalui Direktoran Peguruan Tinggi Agama Islam.
Sebutan IAIn Ar-Raniry berada dibawah
jajaran Departemen Agama RI yang pengawasan dan pelaksanaan diserahkan kepada
Direktorat Jenderal kelembagaan agama Islam melalui Direktorat Perguruan Tinggi
Agama Islam.
Sebutan
IAIN Ar-Raniry, dinisbahkan pada kepada ujung nama seseorang ulama besar dan
mufti Kerajaan Aceh Darussalam yang sangat berpengaruh pada masa Sultan
Iskandar Tsani ( 1637-1641 ). Ulama tersebut nama lengkapnya adalah Syeikh
Nuruddin Ar-Raniry yang berasal dari Ranir ( Sekarang Rander ) di India dan
telah memberikan sumbangan besar dan meramaikan bursa percaturan pemikiran Islam di nusantara di Aceh pada khususnya.
Berdasarkan
historisitasnya sejak berdiri IAIN Ar-Raniry sebagai lembaga pendidikan tinggi
Islam, telah menunjukkan peran signifikansinya yang strategis bagi pembangunan
dan perkembangan masyarakat dengan misi melalui alumninya yang sudah merata
ditemukan pada hamper seluruh instansi pemerintah dan swasta tidaklah merata
berlebihan untuk disebutkan kalau lembaga ini telah berada dan menjadi “jantung
rakyat aceh”.
IAIN
Ar-Raniry di samping terus membenahi, mengembangkan dan menyempurkan sistem
pembelajarannya, juga telah membuka sejumlah jurusan yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat tidak hanya itu dalam upaya penyempurnaan keberadaannya,
IAIN Ar-Raniry telah pula membuka program pasca sarjana (S.2) pada tahun 1989
dan S3 pada tahun 2002 dengan strata 1 sampai 3 dan jurusan serta program studi
yang sudah dibuka diharapkan akan melahirkan pendidik, pemikir, da’i atau ulama
yang dapat memahami tanda-tanda perkembangan zaman.
Satu
hal yang tidak kalah pentingnya dan telah dihasilkan oleh IAIN Ar-Raniry adalah
berhasil dicapai Memory of Understanding (MOU) dengan sejumlah lembaga
pemerintah dan swasta baik dalam maupun dalam negeri yang tidak dapat disebut
satu persatu. Dengan MOU telah membuka prospek yang bermakna ganda
misalnya membuka peluang lapangan kerja alumni dan beasiswa baik mahasiswa yang
masih aktif kuliah maupun yang sudah alumni untuk meneruskan studi ke jenjang
selanjutnya. Dengan keberhasilan dimaksud mempercepat penjumlahan staf pengajar
lembaga ini yang berijazah S.2 dan S.3.
Sejak diresmikan pada tahun 1963, IAIN Ar-Raniry
telah dipimpin oleh beberapa orang Rektor, yaitu:
1.
A. Hasjmy (1963-1965)
2.
Drs. H. Ismuha (1965-1972)
3.
Drs. Ahmad Daudy. MA (1972-1976) sekarang Prof Dr. H. Ahmad Daudy MA
4.
Prof A. Hasjmy (1976-1982)
5.
Prof H. Ibrahim Husein, MA (1982-1987 dan 1987-1990)
6.
Drs. H. Abdul Fattah (1990-1996)
7.
Prof Dr. H. Safwan Idris, MA (1996)
8.
Prof. Dr. H Al-Yasa Abu Bakar (Oktober 2000-April 2001)
9.
Prof. Dr. H. Rusdji Ali Muhammad, SR (sejak bulan Mei 2001-2005)
10.
Prof. Dr. H Yusni Saby (2005- sekarang)
Fakultas
Tarbiyah bertujuan mendidik saijana muslim yang taqwa, ahli pendidikan dan
pengajaran Islam yang mampu mengembangkan dan cakap menerapkan pengetahuannya
dalam berbagai lembaga pendidikan Fakultas Tarbiyah sekarang ini mempunyai
delapan jurusan dan dua program S1 PGMI yaitu:
1.
Jurusan Pendidikan Agama Islam
2.
Jurusan Pendidikan Bahasa Arab
3.
Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris
4.
Jurusan Pendidikan Matematika
5.
Jurusan Kependidikan Islam
6.
Jurusan geografi
7.
Jurusan Pendidikan Fisika
8.
Jurusan Pendidikan Biologi
9.
Jurusan Pendidikan Kimia
10.
Program S1 PGMI
Jurusan
Pendidikan Matematika merupakan salah satu jurusan eksata di Fakultas Tarbiyah
dalam lingkungan IAIN Ar-Raniry yang pertama sekali dibuka pada tahun 1988 dan
telah diketuai oleh beberapa ketua jurusan. Adapun rincian ketuajurusan sebagai
berikut:
Tabel 4.1 Daftar Nama Ketua Jurusan
Pendidikan Matematika Fakultas Tabiyah IAIN Ar-Raniry
No
|
Nama dosen
|
Jabatan
|
1
2
3
4
5
6
|
Drs. Adnan Ismail
Drs. Abdullah Saidi
Drs. M. Duskri, M.Kes
Nuralam, S.Ag, M.Pd
Dra. Hafriani, M.Pd
|
Ketua Jurusan
Ketua Jurusan
Ketua jurusan
Ketua jurusan
Ketua jurusan
Ketua Jurusan Sekarang
|
Sumber: Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas
Tarbiyah IAIN
Ar-Raniry
Namun Jurusan Pendidikan Matematika (JPMA)
memiliki beberapa dosen pengajar tetap dan ada juga dosen di luar lingkup IAIN
Ar-Raniry. Adapun rincian dosen-dosen tetap sebagai berikut:
Tabel 4.2 Daftar Dosen Tetap Jurusan
Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry
No
|
Nama dosen
|
Jabatan
|
1
2
3
4
5
6
7
8
|
Drs.Lukman Ibrahim M. Pd
Drs.Abdullah Saidi
Drs. M.Duskri, M. Kes
Nuralam, S.Ag, M.Pd
Dra. Hafriani, M.Pd
Zainal Abidin,S.Ag, M. Pd
Kamarullah, S.Ag., M.Pd
Cut Intan Salasiyah, S.Ag., M.Pd
|
Pendidikan Statistik
Pendidikan
Matematika
Matematika
Matematika
Matematika
Matematika
Matematika
|
Sumber: Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah
IAIN Ar-Raniry
B.
Proses Penelitian
Peneliti
mengumpulkan data pemahaman konsep fungsi pada mahasiswa jurusan pendidikan
matematika angkatan 2005 pada tanggal 24 – 31 Oktober 2008. Jumlah mahasiswa
angkatan 2005 seluruhnya berjumlah 95 mahasiswa. Mahasiswa. Maka jumlah
mahasiswa yang diambil datanya adalah 22 mahasiswa jumlah dari unit 3. Ketika penelitian
berlangsung peneliti sangat kesusahan dalam mencari sampel penelitian, karena
unit 3 saat ini mahasiswanya berbeda dengan unit 3 pada waktu mereka mengambil
mata kuliah kalkulus I. Hal ini membuat peneliti harus bersabar ketika proses
penelitian berlangsung karena harus mencari sampel satu persatu yang saat ini tidak lagi sama unitnya.
Mahasiswa
yang menjadi sampel penelitian, pada saat penelitian berlangsung sedang
melakukan pembelajaran praktek lapangan(PPL), sehingga jadwal mereka ke kampus
hanya pada siang hari, juga ada mahasiswa yang tidak mengikuti perkuliahan karena kelelahan, ini merupakan usaha yang
keras dari peneliti ketika melakukan penelitian yang meliputi soal tes dan
wawancara.
Pada
bagian ini akan dipaparkan data dan temuan yang diperoleh selama penelitian.
Data dan temuan penelitian tersebut adalah:
1. Pengetahuan konseptual
mahasiswa dalam menyatakan secara lengkap, secara simbolik dan penggunaan
prinsip mahasiswa pada materi fungsi, serta dapat menyebutkan contoh fungsi dan
contoh yang bukan fungsi.
2. Pengetahuan prosedural
mahasiswa dalam mencari nilai fungsi dengan
cara subtitusi langsung daerah asal alamiahnya dan mahasiswa dapat menyatakan suatu fungsi dengan cara diagram panah,
diagram cartesius, pasangan berurutan,
rumus atau notasi.
Dalam penelitian ini yang
ditelaah atau dikaji adalah jawaban tertulis yang disusun subjek dan juga
transkripsi wawancara subjek. Peneliti mengadakan tes tertulis yang
dilaksanakan pada tanggal 17 oktober 2008 di unit 3 yang diikuti oleh 22 orang mahasiswa.
Adapun soal tes tertulis tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Dari 10
soal tes yang diberikan pada tes pemahaman konsep fungsi pada kalkulus I, data yang dijaring
adalah sebagai berikut.
Pertama, pengetahuan
konseptual yaitu penguasaan mahasiswa dengan melihat keterhubungan antara ide
dan memuat keterkaitannya dalam hal menyatakan definisi fungsi dengan lengkap
dan secara simbolik terdapat pada soal nomor 1, memberikan contoh fungsi dan
contoh bukan fungsi terdapat pada soal nomor 2a dan 2b. Sedangkan menyelidiki
fungsi dari contoh-contoh yang diberikan terdapat pada nomor 3 dan 4.
Kedua pengetahuan prosedural
yaitu ketrampilan mahasiswa dengan melakukan langkah-langkah yang membentuk
suatu prosedural atau algoritma yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam hal mencari nilai suatu
fungsi dengan cara menstubtitusikan nilai fungsi terdapat pada soal nomor 5,
mencari nilai suatu fungsi pada suatu selang dengan menstubtisukan nilai pada
suatu selang terdapat pada soal nomof 8,
menyatakan fungsi dalam bentuk diagram panah dan diagram cartesius
terdapat pada soal pada nomor 6 dan nomor 7.
Adapun banyaknya mahasiswa
yang menjawab benar secara simbolik, penggunaan prinsip, subtitusi langsung
daerah asal alamiahnya dan mahasiswa
dapat menyatakan suatu fungsi dengan cara diagram panah, diagram cartesius,
pasangan berurutan, rumus atau notasi
disajikan dalam table 2.1.
Table 4. 3 Banyaknya mahasiswa yang
menjawab benar secara simbolik ,penggunaan prinsip, subtitusi langsung daerah
asal alamiahnya(SLDAA) dan mahasiswa
dapat menyatakan suatu fungsi dengan cara diagram panah(DP), diagram cartesius(DC),
pasangan berurutan(PB), rumus(R) atau
notasi(N).
Nomor soal
|
Konseptual
|
Prosedural
|
Prosedural dan konseptual
|
||||
simbolik
|
prinsip
|
SLDA
|
DP
|
DC
|
PB
|
R atau N
|
|
1
2a
2b
3a
3b
3c
3d
4
5a
5b
5c
6a
6b
7a
7b
8
9
10
|
11
21
18
|
17
8
9
8
3
11
|
22
22
22
5
5
22
|
2
22
|
2
22
|
|
6
6
|
Pada
tabel 4. 3 diatas, secara umum dapat dilihat bahwa mahasiswa mampu menyatakan
konsep fungsi secara simbolik, yaitu untuk soal nomor 1 sebanyak 11 mahasiswa
atau 50% yang menjawab benar, juga secara prinsip mahasiswa belum mampu
menyelidiki manakah fungsi pada nomor 3a sebanyak 9 orang atau 40% dan 3d
sebanyak 3 orang atau 13%, mahasiswa yang mampu untuk mencari nilai suatu
fungsi dengan cara menstubtitusi langsung yaitu untuk nomor 5 sebanyak 22 orang
atau 100%, akan tetapi sebagian besar mahasiswa yang belum mampu mencari
selesaian nilai suatu fungsi dengan cara menstubtitusi langsung pada soal nomor 7 sebanyak 5 orang atau 22%,
pada nomor 6a sebanyak 2 orang atau 9%. Akan tetapi ada juga mahasiswa yang belum mampu mencari
nilai suatu fungsi berdasarkan prinsip yang ada pada nomor 9 sebanyak 6 orang
atau 27%.
Selanjutnya
akan diuraikan secara lebih rinci, temuan-temuan penelitian yang bertujuan
untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini
C. Pengetahuan konseptual
Untuk lebih memperjelas
bagaimanakah mahasiswa dikatakan telah memahami secara konseptual konsep
fungsi, penelitian ini melakukan telaah atau mengkaji pada butir-butir soal
yang berkaitan dengan hal tersebut. Dari soal pemahaman konsep fungsi yang
diberikan kepada mahasiswa pada waktu tes tertulis, ada 4 soal yang dirancang
secara khusus untuk mengetahui pengetahuan konseptual yang terbagi atas dua kelompok yaitu dua soal nomor 1 dan 2 untuk melihat
pemahaman mahasiswa secara simbolik dan dua soal lagi nomor 3 dan 4 untuk
melihat pemahaman mahasiswa menggunakan prinsip dalam menyelesaikan persoalan.
Berikut disajikan soal-soal tersebut.
1. Pengertian fungsi dengan
bahasa sendiri dan secara smbolik
Ditulis y = f(x)
2. Berikan dua contoh fungsi
dan dua contoh yang bukan fungsi.
3. Selidiki manakah diantar
fungsi berikut yang merupakan fungsi dan bukan fungsi
a.
b.
c.
d. f : Q® Q dengan ,
4.
Misalkan himpunan W = {1, 2, 3, 4 },
dan himpunan Y = {5 , 2, } jika relasi W ke Y dinyatakan dengan pasangan berurutan:
{(1,1), (1, 2), (1,
3), (1, 4)}
{(1, 2), (3, 4), (4, 1)}
{(2, 1), (4, 4), (3, 1), (2, 3)}
{(2, 2), (1, 2), (3, 2), (4, 5)}
Nyatakan
manakah pernyataan-pernyataan yang diatas merupakan fungsi dari W ke Y.
Dari jawaban yang diberikan mahasiswa pada saat
tes tertulis, diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 4.4 Banyaknya mahasiswa yang menjawab benar
secara simbolik pada penggunaan prinsip
Nomor soal
|
Simbolik
|
Nomor soal
|
Penggunaan prinsip
|
1
1
2a
2b
|
11
17
21
18
|
3a
3b
3c
3d
4
|
8
9
8
3
11
|
Tabel
4.4 menunjukkan banyaknya mahasiswa yang menjawab benar secara simbolik konsep
fungsi secara simbolik yaitu untuk nomor
1 sebanyak 11 mahasiswa atau 50% yang menjawab benar, sedangkan untuk pengertian
untuk bahasa sendiri sebanyak 17 mahasiswa atau 17%, untuk soal nomor 2a sebanyak 21 atau 95%, nomor 2b
sebanyak 81%, juga secara prinsip mahasiswa belum mampu menyelidiki manakah
fungsi pada nomor 3a sebanyak 9 mahasiswa atau 40%, 3b sebanyak 9 mahasiswa
atau 40%, 3c sebanyak 8 mahasiswa atau 36% dan 3d sebanyak 3 orang atau 13%,
sedangkan banyaknya mahasiswa yang menjawab benar dengan penggunaan prinsip
untuk soal nomor 4 sebanyak 11 orang atau 50%.
Soal nomor 1.
Berikut
ini peneliti sajikan pemaparan data berupa kesalahan – kesalahan yang dilakukan
subjek terteliti pada keempat soal diatas adalah sebagai berikut.
Subjek yang melakukan kesalahan
dengan bahasa sendiri dan simbolik
adalah SY dan SH, yang mewakilinya.
Jawaban subjek SY
Fungsi adalah suatu pemetaan,
Sedangkan fungsi secara simbolik adalah
suatu pemetaan yang mempunyai komponoen A habis dipetakan keanggota komponen B
dengan syarat komponen A memetakan tepat satu ke anggota himpunan B.
Pada
jawaban diatas terlihat bahwa subjek belum dapat memahami pengertian fungsi
dengan bahasa sendiri dan dengan cara simbolik. Hal ini diperjelas dengan hasil
wawancara yang cuplikannya sebagai berikut.
P = Mengapa anda menuliskan
pengertian fungsi secara simbolik tidak dalam bentuk simbolik tetapi dalam
bentuk bahasa
= sudah tidak ingat lagi.....
P = yang dikatakan pemetaan itu apa?
= ya itu( pegertian simbolik yang telah ia tuliskan)
P = jadi apakah sama pengertian fungsi dengan
bahasa sendiri dengan simbolik?
= diam...........
P =
apa beda pernyataan yang kamu tulis dengan pernyataan y= f(x)
= sama
Berdasarkan hasil tes tertulis dan wawancara
dengan subjek SY di atas, terlihat bahwa subjek kesulitan membedakan pengertian fungsi dengan bahasa sendiri dan
dengan simbolik. Oleh sebab itu subjek mengalami kesulitan dalam memahami
pengertian fungsi secara simbolik dan dengan bahasa sendiri. Hal ini disebabkan
karena subjek tidak mempelajari lagi fungsi pada saat sekarang.
Jawaban subjek SH
Fungsi adalah: Suatu himpunan yang selalu
mempunyai kawan, misalnya himpunan A dan himpunan B dikatakan fungsi. Fungsi
secara simbolik tidak dijawab.
pada
jawaban diatas, terlihat bahwa subjek tidak memahami definisi fungsi dengan bahasa sendiri dan secara
simbolik, walaupun subjek sebenarnya sudah memiliki pemahaman, meskipun tidak
sempurna. Hal ini diperjelas pada hasil wawancara yang cuplikannya sebagai
berikut.
P = Bagaimana maksud anda dengan pengertian
fungsi dengan suatu himpunan yang selalu mempunyai kawan, misalnya himpunan A
dan himpunan B
= (berpikir
sejenak)................ ya,,,dipetakan dari himpunan A ke himpunan B.
P = apa beda pernyataan yang kamu tulis dengan
pernyataan pada gambar ini
1 1
a 2 2 a
= diam.......
|
= diam....
Berdasarkan
hasil tes tertulis dan wawancara dengan subjek KH di atas, terlihat bahwa
subjek belum dapat memahami ide yang terkandung pada pengertian fungsi dengan
bahasa sendiri dan tidak memahami pengertian fungsi secara simbolik, sehingga
subjek mengalami kesulitan untuk menghubungkan keterkaitan ide
dengan fakta-fakta yanga ada pada fungsi untuk menyatakan definisi fungsi secara lengkap.
Soal nomor 2a
Subjek
yang melakukan kesalahan adalah subjek SH
sebagai yang mewakilinya. Maka pemaparanya sebagai berikut.
Jawaban subjek SH
Contoh fungsi
Pada
jawaban diatas, terlihat subjek tidak bisa membedakan mana contoh fungsi dan
mana contoh bukan fungsi. Hal ini terungkap pada hasil wawancara yang cuplikannya
sebagai berikut.
P
= Dapatkah anda membedakan fungsi dan bukan fungsi
= diam
P = kenapa
ini dikatakan fungsi(dari jawaban yang telah ia buat)
= diam....
Berdasarkan
hasil tes tertulis dan wawancara dengan subjek SK di atas, terlihat bahwa
subjek tidak dapat memahami contoh fungsi dan contoh bukan fungsi. Sehingga
subjek mengalami kesulitan-kesulitan ketika membedakan mana fungsi dan mana
bukan fungsi. Hal ini disebabkan karena
kurangnya pemahaman mereka terhadap fungsi.
Soal nomor 2b
Subjek
yang melekukan kesalahan adalah subjek
KH dan SH. Karena subjek-subjek ini memiliki pola kesalahan yang sejenis
maka pemaparanya sebagai berikut.
Jawaban subjek KH
D K D K
Jawaban Subjek SD
Yang bukan fungsi adalah ,
Pada
jawaban diatas, terlihat subjek tidak memahami contoh fungsi, karena mereka
tidak bisa membedakan mana fungsi dan mana bukan fungsi, meskipun mereka sudah
bisa menggambarkan dalam bentuk himpunan. Hal ini terungkap pada hasil
wawancara yang cuplikannya sebagai berikut.
P
= dapatkah anda membedakan fungsi dan bukan fungsi
= bisa
= diam
P = kenapa
ini dikatakan fungsi dan ini kenapa bukan fungsi( dari jawaban yang telah ia
buat)
= yang fungsi yang dipetakan satu aja dari himpunan a ke
himpunan b, jadi kalau ada yang bercabang-cabang bukan fungsi namanya.
= diam....kemudian menjawab tidak tau
Berdasarkan
hasil tes tertulis dan wawancara dengan subjek KH dan SD di atas, terlihat
bahwa kedua subjek tidak dapat memahami bagaimana yang dikatakan fungsi.
Sehingga subjek mengalami kesulitan-kesulitan ketika membedakan mana fungsi dan
mana bukan fungsi. Hal ini disebabkan pemahaman mereka tentang fungsi hanya
mengingat definisi dan tidak mengerti ide apa yang terkandung dalam pengertian
tersebut.
Soal nomor 3a
Subjek yang melakukan
kesalahan adalah 14 orang, karena melakukan kesalahan yang sama, maka subjek yang di wawancara adalah yang mewakilinya saja yaitu SW dan SF, maka pemaparannya sebagai berikut.
Jawaban subjek SW
a.
Jawaban subjek SF
b.
Kedua
jawaban diatas adalah sama, subjek melakukan kesalahan di dalam penerapan
selang untuk , yang seharusnya jawaban yang diinginkan adalah,
, Syarat x + 1 ≠ 0 untuk x ≠ -1,
Terlihat subjek belum dapat menggunakan
fakta- fakta yang ada dalam prinsip fungsi, hal ini diperjelas dengan hasil
wawancara yang cuplikannya sebagai berikut.
P = apakah pada nomor 3a ini tentang selidiki fungsi, termasuk fungsi atau
bukan?
Sedangkan anda menjawabnya
dengan fungsi, coba perhatikan sekali lagi.
dan = emmm,,,,,memperhatikan
P
= memberikan soal yang sama
dan = mereka mengerjakan, dan memperhaikan selangnya sehingga tmerubah
argumennya menjadi fungsi.
P = apakah kalian memahami untuk
dan = paham
P =
bagaimana menurut kalian, bisa dijelaskan?
dan = yaitu anggota x nya adalah harus seluruh bilangan
real.
Berdasarkan
hasil tes tertulis dan wawancara dengan subjek SW dan SF diatas, terlihat bahwa
subjek telah memahami prinsip dari konsep fungsi, tetapi subjek kurang hati- hati ketika menyelidiki keberadaan fungsi pada
nomor 3a ini.
Soal nomor 3b
Subjek
yang melakukan kesalahan adalah subjek YT dan SW. Karena kedua subjek memiliki
pola kesalahan yang yang sejenis, maka pemaparannya sebaga berikut.
Jawaban subjek SW
Jawaban subjek YT
Pada jawaban ini subjek
melakukan kesalaha dalam menetapkan fakta(simbol) yang ada dalam operasi
fungsi, sedangkan satu lagi subjek memang tidak memahami akan bentuk fungsi
tersebut. Hal ini terungkap melalui cuplikan wawancara berikut.
P = bagaimanakah anda memastikan kalau soal
seperti( menampakkan soal yang sama) merupakan fungsi atau bukan fungsi.
= dia menguraikan kembali soal tersebut menjadi
bentuk y = f(x)
= dengan membuat gambar berupa diagram panah
P = peneliti mendengarkan jawaban diya ketika
dia menjelaskan dan kemudian merubah argumennya menjadi bukan fungsi.
= iya, ini bukan fungsi.....
P = nah penulis menanyakan kepada YT, kenapa
anda hanya menguraikan sebaris saja?
= saya telah menguraikannya tapi say bingung,
ini termasuk fungsi atau bukan, akhirnya saya tidak menuliskannya karena ragu,
meninggalkan soal tersebut dan mengerjakan soal yang lainnya.
P = nah penulis menanyakan kepada SW,,, pada
soal ini kamu menuliskan , kenapa kmu tidak menuliskan ?
= tidak konsentrasi.
P = apakah tanda ini mempengaruhi
dan = iya
Berdasarkan
hasil tes tertlis dan wawancara dengan subjek SW dan YT diatas, terlihat bahwa subjek SW telah memahaminya,
sedangkan subjek YT masi ragu pada masalah tersebut, subjek hanya terpaku dalam
menyelidiki keberadaan fungsi dan bukan fungsi melalui diagram panah. Oleh karenanya
subjek mengalami kesulitan didalam menghubungkan keterkaitan konsep fungsi yang
mendasari pada penggunaannya jika dihadirkan dalam masalah yang lain untuk
membedakan mana fungsi dan mana yang bukan fungsi.
Soal nomor 3c
Subjek yang melakukan kesalaha adalah KA untuk
yang mewakilinya, karena kedua subjek melakukan kesalahan yang sejenis maka
pemaparannya sebagai berikut.
Jawaban subjek KA
Tidak tau
Pada jawaban mereka mereka sama sekali tidak
memahami bentuk fungsi tersebut. Berikut diperjelas dengan wawancara.
P =
kenapa pada soal nomor 3d ini anda tidak menjawab
= pada soal nomor 3a
dan 3b saya paham, tetapi pada sol nomor 3c ini bingung dengan batas daerah
asalnya, hanya sekdar coba- coba aja
P = setelah
kmu coba- coba soal ini merupakan fungsi atau bukan?
= setelah itu saya
tambah bingung, karena saya nga yakin dengan jawaban saya,
Berdasarkan
hasil tes tertulis dan wawancara diatas terlihat bahwa, subjek walaupun sudah
mengerti tentang fungsi, mereka bingung jika disuruh gambarkan fungsi dalam
tiga bentuk sekaligus, sehingga subjek mengalami kesulitan dalam menyelidiki
fungsi dan bukan fungsi dikarenakan mereka tidak bisa menggabungkan fakta-
fakta dengan prinsip- prinsip yang ada dalam menentukan nilai fungsi. Hal ini
dikarenakan karena mereka tidak terbiasa jika dihadirkan dalam masalah(soal)
seperti noomor 3c.
Soal nomor 3d
Subjek
yang melkukan kesalahan ada 19 orang, namun karena semua subjek melakukan
kesalahan yang sama, yaitu mereka tidak menuliskan jawaban mereka satupun.
Untuk mewakilinya diambil satu orang saja yaitu sabjek RT, inilah pemaparannya
Jawaban subjek RT
Tidak ada jawaban.
P = kenapa kamu tidak menjawab pada nomor 3d
ini?
= karena saya bingung cara menyelesaikanya,
kenapa bisa A dibagi B sama dengan A.
P =
jadi, menurut anda soal ini fungsi atau
bukan fungsi?
= fungsi
P = pernahkah
anda mencoba untuk menguraikannya
= pernah, tapi hasilnya tidak sesuai harapan
Berdasarkan
hasil tes tertulis dan wawancara diatas terlihat bahwa, subjek tidak mengerti mereka bingung masalah(soal) dalam bentuk
rasional, sehingga subjek mengalami kesulitan dalam menyelidiki fungsi dan
bukan fungsi dikarenakan mereka tidak bisa menggabungkan fakta- fakta dengan
prinsip- prinsip yang ada dalam menentukan nilai fungsi. Mereka terpaku pada
masalah(soal) kepa A bagi B samadengan A, sehingga ketika mereka mencari
selesaiannya, hasilnya tidak semua A bagi B samadengan A.
Soal nomor 4
Subjek
yang melakukan kesalahan ada 11 orang, namun karena semua subjek melakukan
kesalahan yang sama, maka diambil satu orang saja yang mewakilinya, inilah
pemaparannya
Jawaban subjek WN
{(1, 2), (3, 4), (4, 1)}
{(2, 2), (1, 2), (3, 2), (4, 5)
Jawaban subjek RM
Tidak
ada satupun pernyataan tersebut yang merupakan fungsi
Pada
jawaban ini subjek tidak dapat membedakan fungsi dalam pasangan berurutan,
sehingga mereka mengalami kesulitan dalam menentukan fungsi dan bukan fungsi.
Hal ini terungkap dalam cuplikan wawancara berikut.
P = mengapa
anda mengatakan yang merupakan fungsi disini adalah ?
oya, tunggu dulu(dia memperhatikan sekali lagi)
P = mengapa
anda mengatakan disini tidak ada satupun fungsi?
emm.....
P = bagaimana,,,coba
perhatikan sekali lagi,?
diam....
P = sekarang coba kmu perhatikan
pada himpunan W dan pada himpunan Y,
apakah disini memiliki stu, dua, atu semuanya fungsi?
iya ada satu.... salah
Berdasarkan
hasil tes tertulis dan wawancara dengan subjek WN dan RM, terlihat bahwa subjek
masi bingung dengan pasangan berurutan, karena mereka selalu terbayang fungsi dipetakan
tepat satu hanya dalam diagram panah. Oleh karenanya subjek mengalami kesulitan
dalam memahami konsep fungsi jika dihadirkan dalam masalah (soal) yang agak
berbeda , ini menendakan pemahaman mereka dalam menyelidiki keberadaan suatu
fungsi masi kurang.
D. Pengetahuan Prosedural
Untuk
lebih memperjelas bagaimanakah siswa dikatakan telah memahami secara prosedural
selesaian fungsi, peneliti melakukan telaah atau mengkaji pada butir– butir
soal yang berkaitan dengan hal tersebut.
Dari
soal tentang pemahaman konsep fungsi yang diberikan kepada mahasiswa pada waktu
tes tertulis dilaksanakan, ada 4 soal yang dirancang khusus untuk mengetahui
pemahaman mahasiswa secara prosedural. Soal pemahaman mahasiswa secara
prosedural terbagi atas tiga kelompok,
yaitu soal nomor 5 dan nomor 7 adalah untuk melihat pemahaman mahasiswa dalam
mencari nilai suatu suatu fungsi dengan menstubtitusi langsung, sedangkan soal
nomor 6 untuk melihat pemahaman mahasiswa dalam mencari nilai suatu fungsi
dalam suatu selang dalam bentuk diagram panah dan diagram cartesius, dan soal
nomor 8 untuk melihat pemahaman mahasiswa dalam mencari nilai fungsi pada suatu
selang.
Berikut
disajikan soal – soal berikut:
1.
Jika , maka tentukan nilai:
a. f(-6) b.
2.
Nyatakan bentuk berikut dalam bentuk diagram panah dan diagram cartesius.
a.
pada selang,
b.
pada selang,
3.
, hitunglah masing- masing nilai.
a. g (2) b. g
4.
Misalkan fungsi mendefinisikan suatu fungsi pada selang tertutup Carilah nilai
fungsi pada selang tersebut.
Dari jawaban yang diberikan mahasiswa pada saat tes
tertulis, diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 4.5 Banyaknya
mahasiswa yang menjawab benar dalam menyelesaikan konsep fungsi dengan cara
stubtitusi langsung (SL), diagram panah dan diagram cartesius(DPC) dan
subtitusi langsung daerah asal pada suatu selang(SLD)
Nomor soal
|
SL
|
Nomor soal
|
DPC
|
Nomor soal
|
SLD
|
5
7a
7b
|
22
5
5
|
6a
6b
|
3
22
|
8
|
22
|
Tabel
4.5 menunjukkan banyaknya mahasiswa yang menjawab benar dengan cara stubtitusi langsung (SL) untuk
soal nomor 5 adalah 22 orang atau 100%, untuk soal nomor 7a adalah 5 orang atau
22%. Sedangkan mahasiswa yang menjawab benar untuk diagram panah dan diagram
cartesius(DPC) untuk soal nomor 6a adalah 3 orang atau 9%, dan untuk soal nomor
6b adalah 22 orang atau 100%. Demikian pula banyaknya mahasiswa yang menjawab benar untuk subtitusi langsung daerah asal pada
suatu selang(SLD) untuk nomor 8 adalah 22 orang atau 100%.
Berikut
ini peneliti sajikan pemaparan data berupa kesalahan – kesalahan yang dilakukan
subjek terteliti pada keempat soal diatas adalah sebagai berikut.
Karena soal nomor 5 benar semua maka tidak
dianalisis lagi, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa telah memahami konsep
fungsi.
Soal nomor 7a
Subjek yang melakukan kesalahan dalam hal mencari nilai
fungsi dengan cara subtitusi langsung
adalah subjek SW dan ST, jawaban yang mereka buat adalah sebagai
berikut.
Jawaban subjek SW
a. f(2)
= 5
Jawaban subjek ST
b. f(2)
= - 240
Terlihat
bahwa subjek melakukan kesalahan dalam
prosedur menentukan nilai suatu fungsi, walaupun sebenarnya subjek telah
mengerti operasi bentuk aljabar. Hal ini terungkap pada cuplikan wawancara
berikut.
P = Apakah
menurut anda soal ini terlalu susah atau bagaimana?
dibilang susah tidak susah, dibilabg mudah saya pun tidak
yakin dengan jawabanya.
P = Tanda kurung dalam soal ini
berpengaruh dengan nilai akhir suatu fungsi?
Mempengaruhi
P = jika menurut anda seperti
itu, mengapa anda tidak melakukan pada soal nomor 6a untuk g(2)
saya kurang teliti
Berdasarkan
hasil tes tertulis dan wawancara dengan subjek SW dan ST, terlihat bahwa subjek
tidak teliti dalam melakukan prosedur pengerjaan dalam mencari nilai suatu
fungsi, sehingga subjek melakukan
kesalahan pada prosedur untuk mencari selesaian nilai suatu fungsi
dengan cara stubtitusi langsung nilai yang diberikan.
Soal nomor 7 b
Subjek
yang melakukan kesalahan dalam hal mencari nilai fungsi dengan cara subtitusi
langsung adalah subjek UV dan YD,
jawaban yang mereka buat adalah sebagai berikut.
Jawban subjek UV
a.
f
=
Terlihat bahwa subjek
melakukan kesalahan pada mengoperasikan bentuk aljabarnya, meskipun sebenarnya
mereka telah memahaminya. Hal ini diperjelas dengan hasi wawancara yang
cuplikannya sebagai berikut.
P = bagaimana cara anda menyelesaikan bentuk seperti pada jawaban
anda pada nomor 7a?
= menyelesaikan dulu yang ada didalam kurung
P = apa alasan anda
= diam sejenak.........ooooo salah
P = sekarang coba teliti lagi apakah hasilnya
= iya....salah kak.
Berdasarkan
hasil tes tertulis dan wawancara dengan subjek UV, terlihat bahwa subjek tidak
teliti pada waktu mengoperasika bentuk aljabarnya. Sehingga subjek melakukan
kesalahan pada prosedur untuk mencari selesaian nilai suatu fungsi.
Jawaban subjek YT
b. f
=
Terlihat bahwa subjek
melakukan kesalahan pada mengoperasikan bentuk aljabarnya, meskipun sebenarnya
mereka telah memahaminya. Hal ini diperjelas dengan hasi wawancara yang
cuplikannya sebagai berikut.
P = Apakah soal seperti nomor 7a ini susah
atau bagaimana?
= Sebenarnya soal yang sangat mudah kalau kita
perhatikan
P = peneliti mendengarkan jawaban subjek,
dengan menyodorkan jawaban yang telah subjek buat
= Disini saya salah
menjawab, dikarenakan adalah dalam penandaan tanda kurung yang bisa
mempengaruhi perkalian, karena tanda kurungya lebih dari satu
P = Peneliti mengiyakan jawaban subjek, dan
menyuruh memperhatikan jawaban apakah sudah benar seperti itu.
= saya keliru, karena saya tergesa-gesa yang menyebabkan lupa
pada tanda kurung yang menyebabkan hasilnya salah.
Berdasarkan
hasil tes tertulis dan wawancara terlihat bahwa subjek YD melakukan kesalahan
pada prosedur pengerjaan untuk mencari nilai selesaian nilai suatu fungsi,
terutama masalah aljabarnya, hal ini disebabkan karena kurang hati – hati
dengan tanda kurung yang terlalu banyak yang bisa mempengaruhi perkaliannya.
Sehingga subjek mengabaikan akan kesilapan yang akan terjadi dalam mencari
nilai suatu fungsi.
Soal nomor 6a.
Subjek
yang melakukan kesalahan dalam
menentukan nilai suatu fungsi dengan cara diagran panah dan diagram cartesius
adalah subjek SN. Jawaban yang mereka
buat adalah sebagai berikut.
Jawaban subjek SN
a. pada selang,
f(-3) = 7, f(-2) = 5, f(1) =
3, f(0) = 1, f(1) = -1, f(2) = -3, f(3) = -5
Diagram panahnya
-3
7
-2
5
-1 3
0 1
1 -1
2 -3
3 -5
Diagram cartesiusnya
Terlihat
bahwa subjek sudah dapat memahami konsep fungsi, namun subjek masih mengalami
kesulitan dalam menerapkan fakta-fakta yang ada dalam prinsip konsep fungsi.
Hal ini diperjelas dengan hasil wawancara yang cuplikannya sebagai berikut.
P = Coba
perhatikan kembali soal nomor 6a , apakah semua selang mempengaruhi untuk soal
nomor 6a ini?
Ya....
P = Coba
perhatikan sekali lagi, apakah ada pengaruh pada selang .
Oh......ada..?
P = Jadi, mengapa kamu
menuliskan pada jawaban kmu semua selang yang diberikan pada soal.
saya tidak melihat ada
terdapat
P
= Jadi kamu hanya melihat pada
selang yang diberikan pada soal
ya...
Berdasarkan
hasil te tertulis dan wawancara dengan subjek SN, terlihat bahwa subjek
melakukan kesalahan dengan tidak melakukan prosedur yang benar. Sehingga subjek melakukan
kesalahan dalam mencari nilai suatu fungsi dalam bentu diagram panah dan
diagram cartesius.
Soal nomor 6b
Berdasarkan
hasil tes mahasiswa mampu mencari nilai
suatu fungsi dengan menstubtitusikan nilai suatu fungsi pada suatu selang dan
mampu membuat diagram panah dan diagram cartesius.
Soal nomor 8
Berdasarkan
hasil tes mahasiswa mampu mencari nilai
suatu fungsi dengan menstubtitusikan nilai suatu fungsi pada suatu selang yang diberikan.
E. Pengetahuan
Konseptual dan Pengetahuan Prosedural
Untuk
lebih memperjelas bagaimana mahasiswa dikatakan telah memahami pengetahuan
konseptual dan pengetahuan prosedural konsep fungsi, peneliti melakukan telaah
atau mengkaji pada butir – butir soal yang berkaitan dengan hal tersebut.
Dari
soal pemahaman konsep fungsi yang diberikan kepada mahasiswa ada 2 soal khusus
yang dirancang secara khusus untuk mengetahui pengetahuan konseptual dan
pengetahuan mahasiswa, yang terdiri atas dua kelompok soal pada nomor 9 dan
nomor 10. berikut disajikan soal – soal tersebut.
1.
Tentukan
nilai dari: (a) f(2), (b) f(4), (c) f(-1), (d) f(-3).
2.
Carilah daerah asal alamiah untuk
Dari
jawaban yang diberikan mahasiswa pada saat tes tertulis, diperoleh data sebagai
berikut.
Tabel
4.6 banyaknya mahasiswa yang menjawab benar dalam menyelesaikan konsep fungsi
secara pengetahuan konseptual dan prosedural.
Nomor soal
|
Konseptual dan prosedural
|
Nomor soal
|
Prosedural dan konseptual
|
9
|
6
|
10
|
6
|
Tabel
4.1 banyaknya mahasiswa yang menjawab benar dalam menyelesaikan konsep fungsi
secara pengetahuan konseptual dan prosedural cara stubtitusi langsung (SL)
untuk soal nomor 9 adalah 6 orang atau 27%. Sedangkan mahasiswa yang menjawab
benar untuk konsep fungsi secara pengetahuan prosedural dan nprosedural cara
stubtitusi langsung daerah asal alamianya(SLDA) untuk soal nomor 10 adalah 6
orang atau 27%.
Berikut
ini peneliti sajikan pemaparan data berupa kesalahan – kesalahan yang dilakukan
subjek terteliti pada keempat soal diatas adalah sebagai berikut.
Soal nomor 9
Subjek
yang melakukan kesalahan dalam hal mencari selesaian nilai suatu fungsi adalah
subjek RM, UV
Jawaba subjek RM adalah
·
·
·
·
Jawaba UV
Pada
jawaban diatas terlihat bahawa subjek belum memahami maksud dari daerah asal
yang diberikan, yang harus distubtitusikan kedalam persamaan yang telah
diberikan, hal ini diperjelas dengan hasil wawancara yang cuplikannya sebagai
berikut.
Jawaban subjek RM
P = Coba perhatikan soal nomor 9, jika
ditanyakan (a) f(2), (b) f(4), (c) f(-1), (d) f(-3). Apakah langsung dimasukkan
kedalam fungsi nilainya?
ya....
P = Bukankah pada setiap fungsi ada daerah asal,
apakah tidak mempengaruhinya?
Pada soal ini diketahi ada 3 fungsi dan disuruh cari nilai
dari (a) f(2), (b) f(4), (c) f(-1), (d) f(-3).
P = apakah menurut anda selang yang diberikan pada
setiap fungsi ini berpengaruh
diam .....tanpa jawaban
P =
Jadi,,,,langsung saja dimasukkan nilai yang diberikan?
Ya....kan berdasarkan soal, jika f(2) dalam fungsi 3x
ganti aja nilai x nya dengan 2,
selesai
P = jadi
selang ini tidak mempengaruhi
diam....
Jawaban
subjek UV
P =
mengapa pada nomor 9 ini anda menstubtitusi kan setiap nilai pada satiap fungsi
memang pada soal itu yang ditanyakan
P = coba
perhatikan pada soal sekali lagi, bukankah pada setiap soal ada diberikan
daerah asal masing-masing
ooo...maksunya nilai yang diberikan distubtitusikan pada
semua fungsi secra sekaligus
P = apakah
menurut kamu daerah sal yang diberikan ada pengaruhnya
diam sebentar,,,,,,ada..tapi saya bingung dengan itu
Berdasarkan
hasil tes tertulis dan wawancara denga subjek RM dan UV diatas, terlihat bahwa kedua subjek belum
memahami betul daerah asal yang diberikan jika dihadirkan dalam bentuk fungsi
yang berbeda. Sehingga subjek mengalami kesulitan didalam mencari nilai suatu
fungsi.
Soal nomor 10
Subjek yang melakukan kesalahan dalam hal mencari daerah
asal alamiahnya adalah SN, SK dan SL
Jawaban SN
daerah asal alamiahnya
adalah semua bilangan real dari
atau -1, 0, 1, 2, 3, 4.........
Pada
jawaban diatas terlihat bahawa subjek belum memahami maksud dari daerah asal
alamiah, hal ini diperjelas dengan hasil wawancara yang cuplikannya sebagai
berikut.
P = fungsi , ditanyakan daerah asal alamiahnya, sedangkan jawaban kmu
hanya bilangan real, bagaimana maksudnya?
jika bilangan real
dimasukkan kedalam soal ini, dibawah tanda akar tidak boleh ada bilangan
negatif.
P = yang menjadi masalah pada kmu
apa, pada soal ini.
yaitu bingung dengan
daerah asal alamiahnya.
P =
jadi,,,,yang biasa kmu dapatkan soal seperti apa?
daerah sal, daerah hasil dan
range
P = Apakah itu semua cari sendiri
atau diberikan
diberikan
Berdasarkan
hasil tes tertulis dan wawancara denga subjek SN diatas, terlihat bahwa subjek
belum memahami apa yang dikatakan dengan daerah asal alamiah, karena yang sering mereka dengar
hanya daerah asal, daerah nilai dan daerah hasil(range), jika ada daerah
asal langsung diberikan pada soal. Hal
ini menyebabkan kesulitan bagi subjek didalam
mencari nilai suatu fungsi.
Jawaban SK
syarat dibawah tanda
akar harus lebih besar dari nol.
2x + 3
2x
Jadi daerah asalnya adalah ,
Pada
jawaban diatas terlihat bahawa subjek belum memahami maksud dari daerah asal
alamiah, hal ini diperjelas dengan hasil wawancara yang cuplikannya sebagai
berikut.
P = mengapa daerah asal alamiah pada nomor 10 ini , ?
iya memank itu
P = apakah
waktu kmu melakukan penjumlahan aljabar sudah betul seperti itu
diam....memperhatikan jawaban, iya disini negatif, saya
kurang teliti
Berdasarkan
hasil tes tertulis dan wawancara denga subjek SK diatas, terlihat bahwa kurang
hati- hati dalam melakukan proses aljabarnya. Sehingga subjek melakukan
kesalahan dalam mencari nilai suatu fungsi.
BAB V
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini, akan difokuskan pada
pengetahuan konseptual dan pengetahuan prosedural berdasarkan hasil-hasil
temuan yang telah dipaparkan pada bab IV dengan subjek penelitian mahasiswa
jurusan pendidikan matematika angkatan 2005. penelitian ini akan menggunakan
teknik analisis deskriptif, adalah penelitian yang
dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan.”[1]
Secara terinci pembahasan akan dianalis sebagai berikut.
A.
Pengetahuan konseptual mahasiswa Angkatan 2005
Mahasiswa jurusan pendidikan
matematika angkatan 2005
Untuk menjaring pengetahuan
konseptual, yaitu penguasaan mahasiswa dalam melihat keterhubungan antara ide
dan memuat keterkaitannya dalam hal menyatakan definisi fungsi dengan bahasa
sendiri dan secara simbolik terdapat pada soal nomor 1. Memberikan 2 contoh
fungsi dan 2 contoh yang bukan fungsi terdapat pada nomor 2. Menyelidiki fungsi dan bukan fungsi
berdasarkan berdasarkan fakta- fakta dan prinsip fungsi terdapat pada nomor 3a,
3b, 3c, dan 3d dan nomor 4.
Telaah
atau kajian dari pengetahuan konseptual mahasiswa ini, terungkap dan menjadi
lebih jelas pada hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan subjek penelitian. Hasil temuan
penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman
mahasiswa secara simbolik belum cukup baik, hal ini terlihat pada Tabel 4. 4 yang menunjukkan banyaknya
mahasiswa yang menjawab benar secara simbolik pengertian konsep fungsi secara
simbolik yaitu untuk nomor 1 sebanyak 11
mahasiswa atau 50%, dan penggunaan prinsip untuk soal nomor 4 sebanyak 11 orang
atau 50%. Temuan tersebut diperjelas pada subjek SY untuk soal nomor 1, bahwa subjek belum dapat membedakan
pengertian fungsi dengan bahasa dan dengan simbolik.
Demikian pula yang dialami oleh subjek SH,
bahwa subjek belum dapat memahami pengertian fungsi baik secara simbolik maupun
secara verbal. Kedua hal tersebut dimungkinkan karena subjek tidak lagi
mempelajari masalah fungsi pada semester sekarang ini di perkuliahan, sehingga
ketika ada masalah(soal) tentang fungsi terasa asing bagi mereka, karena mereka
hanya mempelajari pada waktu matakuliah tersebut diajarkan, juga hal itu dimungkinkan
subjek-subjek tersebut selalu mempelajari fungsi hanya pengertian secara umum
dan tidak memperhatikan pengertian fungsi secara simbolik, sehingga ketika ada
kata-kata simbolik bagi mereka terasa masi baru
bagi mereka. Pengertian fungsi
harus dikuasai baik secara bahasa maupun secara simbolik sebagai pemahaman dasar konsep
fungsi yang berkenaan dengan ide-ide abstrak
dalam menyelesaikan prinsip fungsi. Pendapat ini sejalan dengan pendapat
ruseffendi bahwa” untuk memahami suatu konsep dengan baik mahasiswa harus mampu
mengaitkan simbol-simbol, dimana simbol-simbol itu penting untuk membantu
memanipulasi aturan-aturan dengan operasi yang ditetapkan.” [2]
Hasil
temuan lainnya mengenai pemahaman mahasiswa
dalam menyelidiki keberadaan suatu fungsi yang diberikan daerah asal dan
daerah hasil pada suatu himpunan yang disusun dalam pasangan berurutan pada
soal nomor 4, diperjelas pada subjek WN dan RM
yaitu subjek kurang memahami
dalam bentuk pasangan berurutan, karena mereka selalu menyelidiki fungsi dalam
bentuk diagram panah dan prinsip fungsi, hal ini disebabkan ketika mereka
mempelajari materi fungsi mereka sering mengabaikannya karena menganngap mudah.
Pemahaman
mahasiswa pada menyelidiki keberadaan suatu fungsi cenderung rendah, hal ini
terlihat pada Tabel 4.4 yang menunjukkan banyaknya mahasiswa yang menjawab
benar secara prinsip fungsi mahasiswa belum mampu menyelidiki manakah termasuk
fungsi dan manakah yang termasuk bukan fungsi pada nomor 3a sebanyak 9 orang
atau 40%, 3b sebanyak 9 mahasiswa atau 40%, 3c sebanyak 8 mahasiswa atau 36%
dan 3d sebanyak 3 mahasiswa atau 13%.
Temuan
tersebut diperjelas pada subjek SW dan SF untuk soal nomor 3a bahwa subjek
melakukan kesalahan didalam menentukan nilai pada daerah asal yang diberikan,
sebenarnya subjek telah memahami bilangan real itu sendiri, namu karena kurang
teliti dalam membaca soal dan mengerjakannya, juga untuk subjek SW dan YT untuk
soal nomor 3b, subjek SW telah
memahaminya hanya kurang teliti saja dalam menjawab soal, sedangjkan subjek YT
masih terpaku ketika menyelidiki keberadaan fungsi dan bukan fungsi melalui
diagram panah. Hal ini dimungkinkah subjek ketika menyelidiki keberadaan suatu
fungsi tidak pernah menyelidiki dalam bentuk laen, serta subjek belum bisa
menghubungkan keterkaita pengertian baik secara simbolik maupun secara verbal
dengan prinsip fungsi itu sendiri.
Mahasiswa
yang melakukan kesalahan adalah KA untuk
soal nomor 3c, bahwa subjek tidak memahami untuk soal tersebut karena
dihadirkan dalam tiga fungsi, sehingga subjek merasa kebingungan dalam
menggambar grafik fungsinya, hal ini dikarenakan subjek dalam proses belajar
mengajar hanya melakukan prosedur penyelesaian soal tanpa memahami makna yang
terkandung ketika menyelesaikan bentuk seperti itu. Hal ini dikarenakan karena
mereka tidak terbiasa jika dihadirkan dalam masalah(soal) seperti noomor 3c.
Mahasiswa
yang melakukan kesalahan adalah RT untuk
soal nomor 3d, bahwa subjek tidak memahami soal tersebut karena dihadirkan
dalam masalah(soal) rasional, dikarenakan mereka tidak bisa menggabungkan
fakta- fakta dengan prinsip- prinsip yang ada dalam menentukan nilai fungsi. hal
ini mengakibatkan subjek tidak mampu untuk mengaitkan keterhubungan pengertian
dan makna dari simbol-simbol tersebut, pendapat ini sejalan dengan yang
dikemukakan oleh Booth yaitu “ dalam proses belajar mengajar seringkali makna
dari simbol-simbol yang dikerjakan diabaikan, sehingga banyak mahasiswa yang hanya mempelajari aturan manipulasi
tanpa memahami makna dari simbol yang dimanipulasi.”[3]
Pemahaman mahasiswa dalam memberikan
contoh fungsi dan contoh bukan fungsi adalah baik, hal ini terlihat pada Tabel 4. 4 yang menunjukkan banyaknya
mahasiswa yang menjawab benar untuk soal
nomor 2a sebanyak 21 atau 95% dan nomor 2b sebanyak 81%, juga untuk soal
nomor 1 untuk pengertian fungsi dengan bahasa sendiri sebanyak 17 mahasiswa
atau 77%.
Temuan
tersebut diperjelas pada subjek KH dan SH pada soal nomor 2, yaitu subjek tidak
bisa membedakan contoh fungsi dan contoh bukan fungsi, ini dikarenakan subjek
tidak bisa menghubungkan ide, yang sesungguhnya dapat dipandang sebagai suatu
jaringan pengetahuan yang memuat keterkaitan
antara satu dengan yang lainnya. Hal ini sesuai yng dikatakan oleh Hiebert dan
Levefre yaitu ”objek matematka yaitu fakta, skill, konsep atau prinsip sebagai
pengetahuan dasar yang kaya akan hubungan-hubungan , dimana keterhubunganitu
memuat keterkaitan satu dengan lainnya.”[4]
Dari
hasil – hasil temuan yang telah dikemukakan diatas, mengenai pemahaman secara
simbolik , bahasa sendiri dan
menyelidiki keberadaan suatu fungsi, dapatlah dikatakan bahwa keempat
pemahaman tersebut adalah pemahaman konseptual. Seperti yang dikemukakan oleh
Hiebert dan Wearne yaitu “pengetahuan konseptual merupakan pengetahuan yang
kaya dengan keterhubungan anta ride, ie tersebut dapat berupa fakta(simbol),
skill, konsep atau prinsip.”[5]
Keterhubungan antara ide tersebut dapat dipandang sebagai suatu jaringan
pengetahuan yang memuat keterkaitan antara beberapa pemahaman.
Dengan
demikian dapatlah dikatakan bahwa pemahaman secara konseptual mahasiswa jurusan
pendidikan matematika angkatan 2005 secara umum belum cukup baik, kurangnya
pemahaman konseptual ini, mungkin disebabkan tidak dikuasainya konsep yang
mendasari atau mendahuluinya, karena konsep dalam matematika berperan sebagai
prasyarat penguasaan materi matematika yang lebih tinggi, oleh karena itu
kesalahan konsep dalam matematika akan mengakibatkan lemahnya penguasaan materi
secara utuh, sesuai yang dikatakan oleh Soejadi yaitu “konsep baru dapat
terbentuk karena adanya pemahaman terhadap konsep sebelumnya, sehingga
matematika itu konsep konsepnya disusun secara hirarkis.”[6]
Dengan
demikian dapatlah dikatakan bahwa pemahaman mahasiswa secara konseptual
mahasiswa jurusan pendidikan matematika angkatan 2005 masi tergolong belum cukup baik. Ada beberapa kelemahan
yang dapat disebutkan dari pemahama secara konseptual pada subjek penelitian
antara lain mungkin disebabkan tidak dikuasainya konsep yang mendasari atau
mendahuluinya, karena konsep dalam matematika akan berakibat lemahnya penguasaan materi secara utuh.
B.
Pengetahuan prosedural
mahasiswa angkatan 2005
Mahasiswa jurusan pendidikan
matematika angkatan 2005
Untuk menjaring pengetahuan
prosedural, yaitu penguasaan mahasiswa dalam melakukan langkah-langkah yang
membentuk suatu prosedur atau algoritma yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah, dalam hal ini peneliti telah merancang dalam bentuk tes
tertulis pada butir-butir soal nomor 5, 6, 7 dan 8. kemudian pengetahuan prosedural ini, terbagi
atas tiga kelompok yaitu dua soal pada nomor 5 dan nomor 7 adalah untuk melihat
pemahaman mahasiswa dalam mencari nilai suatu fungsi dengan cara menstubtitusi
langsung nilainya, satu soal pada nomor 6 untuk melihat pemahaman mahasiswa
dalam mencari nilai suatu fungsi dalam suatu selang dalam bentuk diagram panah
dan diagram cartesius, dan satu soal lagi pada nomor 8 untuk melihat pemahaman
mahasiswa dalam mencari nilai fungsi pada suatu selang. Telaah atau kajian dari
pemahaman mahasiswa secara prosedural ini, terungkap dan menjadi jelas pada
hasil wawancara yang dilakukan peneliti
dengan subjek penelitian
Hasil
temuan penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman mahasiswa dalam mencari nilai
suatu fungsi dengan menstubtitusikan langsung nilai fungsi yang diberikan
tergolong istimewa. Hal ini seperti terlihat pada Tabel 4.5 yang
menunjukkan banyaknya mahasiswa yang menjawab benar dalam menentukan nilai
suatu fungsi dengan cara stubtitusi langsung fungsi yang diberikan pada soal
nomor 5, 6b dan 8 sebanyak 22 mahasiswa
atau 100%.
Pemahaman
mahasiswa dalam mencari nilai suatu fungsi dengan cara diagram panah dan
diagram cartesius cenderung rendah. Hal ini seperti terlihat pada Tabel Tabel 4.4
yang menunjukkan banyaknya mahasiswa yang menjawab benar dalam mencari nilai suatu fungsi dengan cara diagram panah
dan diagram cartesius pada soal nomor 6a sebanyak 3 orang atau 9%, dan soal nomor
untuk soal nomor 7a dan 7b adalah sebanyak
5 mahasiswa atau 22%, dalam mencari nilai suatu fungsi dengan
menstubtitusi langsung daerah yang diberikan.
Temuan
tersebut diperjelas pada subjek SN untuk soal nomor 6a bahwa subjek melakukan
kesalahan dengan tidak melakkukan prosedur yang benar dalam mencari nilai suatu
fungsi dalam bentuk diagram panah dan diagram cartesius, yaitu subjek
mengabaikan simbol yang diberikan pada soal, sehingga subjek hanya terpaku pada
selang yang diberikan, hal ini mengakibatkan subjek tidak mampu untuk
mengaitkan keterhubungan pengertian dan makna dari simbol-simbol tersebut.
Temuan
tersebut diperjelas pada subjek SA, UV, YD dan ST untuk soal nomor 7 bahwa
subjek melakukan kesalahan dalam prosedur menentukan nilai suatu fungsi, hal
ini terjadi karena subjek tidak teliti didalam prosedur pengerjaan dalam
mencari nilai sutu fungsi, sebagaimana dikatakan oleh Darmiati “banyak
mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam menentukan prosedur pengerjaan
tertentu, dalam arti bahwa mahasiswa tidak mengetahui urutan langkah pengerjaan yang harus dilakukannya terlebih dahulu.”[7]
Dengan
demikian dapatlah dikatakan bahwa pemahaman mahasiswa secara prosedural
mahasiswa jurusan pendidikan matematika angkatan 2005 masi tergolong cukup baik. Ada beberapa kelemahan
yang dapat disebutkan dari pemahama secara konseptula dan prosedural, juga
pemahaman secara prosedural dan konseptual pada subjek penelitian antara lain
disebabkan sebahagian besar subjek mengabaikan fakta(simbol) yanga ada dalam
konsep fungsi, juga kurang telitinya mereka dalam mengerjakan prosedur dalam
mengerjakan selesian nilai suatu fungsi, yang akan membawa dampak yang besar
bagi subjek itu sendiri terhadap pemahaman mereka.
C.
Pengetahuan konseptual dan Pengetahuan
prosedural mahasiswa angkatan 2005
Mahasiswa jurusan pendidikan
matematika angkatan 2005
Untuk menjaring pengetahuan konseptual dan pengetahuan prosedural
yaitu penguasaan mahasiswa untuk melihat keterhubungan antara ide dan memuat
keterkaitannya dalam hal menyatakan konsep fungsi dan penguasaan mahasiswa
dalam melakukan langkah-langkah yang membentuk suatu prosedur atau algoritma
yang dapat digunakan untuk mencari nilai suatu fungsi. Dalam hal ini penulis
telah merancang dalam bentuk tes tertulis pada butur-butir soal nomor 9 dan 10.
Soalnya terbagi kepada dua kelompok untuk soal nomor 9 untuk melihat pemahaman
mahasiswa secara konseptual dan prosedural, sedangkan soal nomor 10 untuk melihat
penguasaan mahasiswa secara prosedural dan konseptual. Telaah atau kajian dari
pemahaman mahasiswa secara konseptual ke prosedural dan prosedural ke
konseptual ini, terungkap dan menjadi
jelas pada hasil wawancara yang dilakukan
peneliti dengan subjek penelitian.
Hasil
temuan penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman mahasiswa dalam mencari nilai
fungsi dari pengetahuan konseptual dan pengetahuan prosedural dengan cara
menstubtitusikan langsung nilai fungsi yang diberikan tergolong rendah. Hal ini seperti yang terlihat pada
Tabel 4.6 banyaknya mahasiswa yang menjawab benar dalam menyelesaikan konsep
fungsi secara pengetahuan konseptual dan prosedural cara stubtitusi langsung
(SL) untuk soal nomor 9 adalah 6 mahasiswa atau 27%. Sedangkan mahasiswa yang
menjawab benar untuk konsep fungsi secara pengetahuan prosedural dan pengetahuan
konseptual dengan cara menstubtitusi langsung daerah asal alamianya(SLDA) untuk
soal nomor 10 adalah 6 orang atau 27%.
Temuan
tersebut diperjelas pada subjek RM dan UV untuk soal nomor 9 bahwa subjek belum
dapat menetapkan suatu cara mencari nilai suatu fungsi , disini subjek
melakukan kesalahan pada selesaian mencari nilai suatu fungsi, subjek tidak
memahami makna selang yang diberikan pada tiap-tiap fungsi dan subjek tidak
memahami ide apa yang terkandung pada soal tersebut dengan langsung melakukan
prosedur penyelesaiannya.
Temuan
tersebut diperjelas pada subjek SN dan RH untuk soal nomor 10, bahwa subjek
melakukan kesalahan ketika mencari daerah asal alamiahnya, karena tidak
memahaminya. Hal ini menyebabkan kesulitan
bagi subjek didalam mencari nilai suatu fungsi.
Dengan
demikian dapatlah dikatakan bahwa pemahaman mahasiswa secara konseptual dan
prosedural, juga pemahaman mahasiswa secara prosedural dan konseptual mahasiswa jurusan pendidikan matematika
angkatan 2005 masi tergolong rendah. Ada beberapa kelemahan yang
dapat disebutkan dari pemahama secara konseptual dan prosedural, juga pemahaman
secara prosedural dan konseptual pada subjek penelitian antara lain sebagai
berikut.
1.
Sebagai langkah awal mahasiswa tidak terbiasa dengan bentuk prinsip fungsi dalam tiga bentuk dengan
diberikan daerah asal pada setiap fungsi. Sehingga untuk langkah selanjutnya
mahasiswa mengalami kesulitan didalam menetapkan langkah apa yang harus
dilakukan, apakah selang yang diberikan berpengaruh atau hanya menstubtitusikan
langsung nilai fungsi yang diberikan.
2.
Lemahnya pemahaman mahasiswa pada daerah asal alamiah, hal tersebut
mengakibatkan mahasiswa mengalami kesulitan pada prosedur dan menghubungkan ide
didalam mencari selesaiannya
BAB VI
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan dalam
penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada Bab IV dan Bab V, maka
berikut akan diuraikan keimpulan yang diperoleh pada penelitian ini, perlu
ditekankan bahwa lingkup jelajah berlakunya kesimpulan yang diambil tidak
keluar dari semestanya, yaitu mahasiswa jurusan pendidikan matematika angkatan
2005.
1.
Pemahaman konsep fungsi mahasiswa secara umum belum cukup baik. Pemahaman
secara konseptual ini dapat dirinci lagi pada pemahaman secara simbolik dan
pemahaman pengguanaan prinsip sehingga secara lebih khusus dapa disimpulkan
berikut ini.
1. 1 pemahaman mahasiswa
secara simbolik dan dengan bahasa sendiri
Belum cukup baik.
1.
2 pemahaman mahasiswa pada penggunaan prinsip fungsi dalam menyelidiki keberadaan fungsi
cenderung rendah.
2.
Pemahaman prosedural mahasiswa pada konsep fungsi secara umum baik.
Secara lebih khusus pemahaman secara prosedural ini diperoleh kesimpulan
berikut.
2. 1 pemahaman mahasiswa dalam mencari nilai suatu
fungsi dengan diberikan fungsinya istimewa.
2. 2 pemahaman mahasiswa dalam mencari nilai
fungsi dalam bentuk diagram panah dan diagram cartsius tergolong
belum cukup baik
2. 3 pemahaman mahasiswa dalam
mencari selesaian nilai fungsi dengan stubtiusi langsung nilai fungsi yang
diberikan dengan prinsip fungsi yang berbeda cenderung rendah
3. pemahaman mahasiswa secara konseptual dan
prosedural serta pemahaman prosedural dan konseptual mahasiswa. pada konsep
fungsi secara umum rendah. Secara lebih khusus pemahaman secara
prosedural ini diperoleh kesimpulan berikut:
3. 1Pemahama mahasiswa secara stubtitusi langsung daerah
asal alamianya(SLDA)
konsep fungsi tergolong rendah
3. 2 Pemahaman mahasiswa cara stubtitusi langsung pada konsep fungsi
tergolong rendah.
B.
Saran – Saran
Berdasarkan temuan – temuan
diatas, maka berikut disarankan hal –
hal sebagai berikut.
1.
Karena pengetahuan konseptual merupakan pengetahuan yang kaya dengan
keterhububgan ide, oleh karenanya mahasswa mahasiswa dibiasakan dan dilatih
diberikan soal yang menuntut pemikiran untuk dapat menghubungkan keterkaitan antara ide tersebut pada materi
fungsi. Dengan demikian mahasiswa terlatih dan terbiasa untuk mengaitkan
keterhubungan antara ide tersebut pada materi fungsi.
2.
Pada pembelajaran materi fungsi, sebaiknya mahasiswa tidak hanya dilatih
untuk dapat memanipulasi simbol – simbol tanpa memahami makna dari simbol –
simbol yang dimanipulasikan. Karena hal ini mengakibatkan mahasiswa tidak mampu
mengaitkan keterhubungan pengertian dan makna dari simbol – simbol tersebut.
3.
karena mahasiswa masi ada yang mengalami kesulitan pada prosedur untuk
mencari selesaian nilai fungsi, bik stubtitusi langsung nilai yang diberikan ,
nilai pada suatu selang, juga dengan diagran panah dan diagram cartesius. Oleh
karnanya sebaiknya guru dapat menyinggung atau mengingatkan kembali materi
prasyarat yang dapat mendukung dengan materi yang sedang diajarkan.
4.
juga masi banyak mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam hal mengaitkan
ide- ide yang berhubungan dengan prosedur mencari selesaian nilai fungsi maupun
sebaliknya, diharapkan banyak diberikan latihan terhadap masalah(soal) yang
seperti itu, sehingga mereka terbiasa
jika ada masalah yang lain mereka bisa menghubungkan ide dan prosedur
pengerjaannya maupun sebaliknya.
Berkaitan dengan saran diatas,
kepada dosen yang mengajarkan materi fungsi khususnya ada dalam kalkulus I
diharapkan dosen yang mengajarkan materi fungsi khususnya pada kalkulus I,
dapat menyajikan setiap gagasan ataupun soal yang mengarah pada penguasaan mahasiswa
terhapa pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, pengetahuan konseptual
dan prosedural serta pengetahuan prosedural dan konseptul juga keterkaitannya.
Hal ini sebagai upaya peningkatan pemahaman mahasisawa jurusan pendidikan
matematika untuk angkatan – angkatan yang lain.
Instrumen Penelitian
1.
Jelaskan pengertian fungsi dengan bahasa kamu sendiri dan pengertian fungsi
secara simbolik.
2.
Berikan:
a. 2 contoh fungsi dan
b. 2 contoh yang bukan fungsi.
3.
Selidikilah manakah fungsi dan manakah yang bukan fungsi
a.
b.
c.
d. f : Q® Q dengan ,
4.
Misalkan himpunan W = {1, 2, 3, 4 },
dan himpunan Y = {5 , 2, } jika relasi W ke Y dinyatakan dengan pasangan berurutan:
{(1,1), (1, 2), (1,
3), (1, 4)}
{(1, 2), (3, 4), (4, 1)}
{(2, 1), (4, 4), (3, 1), (2, 3)}
{(2, 2), (1, 2), (3, 2), (4, 5)}
Nyatakan apakah
pernyataan-pernyataan diatas merupakan fungsi dari W ke Y.
5. Jika
, maka tentukan nilai:
a.
f(-6) b. f c.
6. Nyatakan bentuk berikut dalam
bentuk diagram panah dan diagram cartesius.
a. pada selang,
b. pada selang,
7. , hitunglah masing- masing nilai.
a. g (2) b. g
8. Misalkan fungsi mendefinisikan suatu fungsi pada selang tertutup Carilah nilai fungsi pada selang tersebut.
9.
Tentukan
nilai dari: (a) f(2), (b) f(4), (c) f(-1), (d) f(-3).
10. Carilah daerah asal alamiah untuk
No
|
Soal
|
Nilai
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
1
|
y = f(x)
dengan bahasa sendiri
|
3
2
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Bobot
|
5
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2
|
a. 2 contoh
fungsi
b. 2 contoh yang bukan fungsi
|
1
1
1
1
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Bobot
|
4
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3
|
selidiki fungsi
a.
Ini
merupakan bukan fungsi
b.
Ini bukan
fungsi
c.
Untuk maka untuk
nilai y adalah bilangan bulat negatif,
untuk , maka yuntuk nilai y adalah 1, sedangkan untuk maka nilai y adalah dari 2 sampai tak terhingga. Merupakan
fungsi
d. f : Q® Q dengan ,
, , ,
Maka ini merupakan bukan
suatu fungsi.
D K
|
2
2
1
1
2
3
4
2
3
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Bobot
|
15
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
4
|
Misalkan
himpunan W = {1, 2, 3, 4 }, dan himpunan Y = {5 , 2, } jika relasi W ke Y dinyatakan dengan pasangan berurutan:
{(1,1), (1, 2), (1,
3), (1, 4)}
{(1, 2), (3, 4), (4, 1)}
{(2, 1), (4, 4), (3, 1), (2, 3)}
{(2, 2), (1, 2), (3, 2), (4, 5)}
Nyatakan apakah
pernyataan-pernyataan diatas merupakan fungsi dari W ke Y.
bukan fungsi, karena pasangan berurutan yang berbeda,
memiliki elemen pertama yang sama
bukan fungsi, karena elemen 2 W tidak muncul sebagai elemen pertama dalam pasangan
terurut.
bukan fungsi, karena elemen 1 W tidak muncul sebagai elemen pertama dalam pasangan
terurut
merupakan fungsi, karena semua elemen W muncul sebagai elemen pertama dalam pasangan terurut,
begitu juga Y muncul sebagai
elemen kedua dalam pasangan terurut.
Jadi yang
merupakan fungsi merupakan
|
2
2
2
3
1
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Bobot
|
10
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
5
|
Jika , maka tentukan nilai:
a. f(-6)=
b. f=
c. =
=3(
|
1
1
1
1
1
1
2
1
1
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Bobot
|
10
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
6
|
Nyatakan bentuk berikut dalam bentuk diagram panah dan diagram cartesius.
a. pada selang,
f(-3) = 7, f(-2) = 5, f(1) =
3, f(0) = 1, f(1) = -1, f(2) = -3, f(3) = -5
Diagram panahnya
1 -1
2 -3
3
Diagram cartesiusnya
b. pada selang,
f(-1) = 8, f(0) = 3, f(1) =
0, f(2) = -1, f(3) = -1, f(4) = 3, f(5) = 8
Diagram panahnya
-1
0 9
1 3
2 0
3 -1
4 8
5
Diagram Cartesiusnya
|
2
2
3
2
2
3
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Bobot
|
14
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
7
|
, hitunglah masing- masing nilai.
a. f(2)
b. f
|
1
2
1
2
1
1
2
1
1
1
1
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Bobot
|
14
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
8
|
Misalkan fungsi mendefinisikan suatu fungsi pada selang tertutup Carilah nilai
fungsi pada selang tersebut untuk .Maka daerah asalnya dari -2 sampai 3
|
1
1
1
1
1
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Bobot
|
6
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
9
|
Tentukan
nilai dari: (a) f(2), (b) f(4), (c) f(-1), (d) f(-3).
a) Karena 2 termasuk selang
tertutup [-2, 3] maka kita pergunakan rumus . Oleh karena itu
= 4 – 2
= 2
b) Karena 4 termasuk selang
(3, ∞ ), maka kita pergunakan rumus , jadi
= 12
c) Karena -1 berada pada
selang [ -2, 3 ], maka kita pergunakan rumus
= 1 – 2
= -1
d) Karena -3 lebih kecil
daripada -2, yang berarti -3 termasuk selang terbuka (-∞, -2 ) maka kita
pergunakan rumus . Jadi
= -6 + 3
= -3
|
2
1
2
1
2
1
2
1
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Bobot
|
12
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
10
|
Carilah daerah asal alamiah untuk
Maka daerah asalnya adalah
|
5
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Bobot
|
5
|
Pertanyaan Waktu Wawancara
Untuk mengungkap pemahaman
subjek mengenai konsep fungsi, hal-hal yang dilakukan peneliti selama wawancara
adalah.
1. Menanyakan kepada subjek
apakah sudah pernah mendapatkan materi fungsi pada matakuliah Kalkulus I.
2. Meminta subjek untuk
menyatakan beberapa simbol yang sering dijumpai pada materi fungsi.
3. Meminta subjek untuk
menyatakan makna dan fungsinya dari simbol-simbol pada nomor 2.
4. Meminta subjek untuk
menuliskan definisi konsep fungsi secara simbolik.
5. Meminta subjek untuk menyatakan
secara verbal definisi konsep fungsi setelah dapat menuliskannya di nomor 4.
6. Meminta subjek untuk
memberikan contoh fungsi dan contoh yang bukan
fungsi.
7. Meminta subjek untuk
memberikan alasan terhadap jawaban pada nomor
6.
8. Meminta subjek untuk menyelesaikan
persoalan fungsi serta menyebutkan daerah asal dan daerah hasil yang telah dituliskan pada nomor 6.
9. Meminta subjek
menyelesaikannya dalam bentuk diagram panah, diagram cartesius , pasangan
berurutan dan dalam bentuk rumus atau notasi pada jawaban nomor 6.
10. Menanyakan kepada subjek
didik kenapa ada nomor yang tidak dijawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar