OUTLINE
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
ABSTRAK
BAB I : PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
- Rumusan Masalah
- Tujuan Penelitian
- Manfaat Penelitian
- Definisi Operasional
- Postulat
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
- Tujuan Pembelajaran Matematika di SLTP
- Model Pembelajaran Kooperatif TPS
- Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif TPS
- Materi Operasi Pecahan
- Pembelajaran Materi Operasi Pecahan dengan Model TPS
BAB III : METODE PENELITIAN
- Rancangan Penelitian
- Subjek Penelitian
- Teknik Pengumpulan Data
- Teknik Analisis Data
BAB IV : HASIL PENELITIAN
A. Analisis kemampuan Guru dalam Mengelola
Pembelajaran
B. Analisis aktifitas Siswa dalam Pembelajaran
C. Analisis hasil belajar siswa secara Klasikal
D. Analisis hasil Respon Siswa
BAB V : PEMBAHASAN
BAB VI : PENUTUP
- Kesimpulan
- Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah.
Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendaliaan diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia serta keterampilan.
Pendidikan merupakan kebutuhan
sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan
dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia
akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan
harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan
mampu bersaing, disamping memiliki budi pekerti yang baik dan moral yang baik.
Pencapaian suatu pendidikan sangat tergantung bagaimana proses pembelajaran itu
berlangsung, salah satunya adalah pembelajaran matematika.
Matematika merupakan salah
satu mata pembelajaran yang diajarkan oleh guru di berbagai tingkat pendidikan,
mulai dari SD, SMP, SMA sampai Perguruan Tinggi. Pada umumnya pelajaran
Matematika kurang menarik minat siswa, ini karena pelajaran Matematika memiliki
sederetan rumus abstrak dan dapat membosankan siswa, sehingga siswa cenderung
malas dalam mempelajari Matematika.
Berkaitan
dengan masalah tersebut di atas, sesuai dengan hasil wawancara yang penulis
lakukan dengan salah satu guru Matematika di SMP Negeri 2 Kuala Simpang, maka
ditemukan keragaman masalah pada pembelajaran Matematika antara lain sebagai
berikut:
1. Keaktifan siswa dalam
mengikuti pembelajaran masih belum nampak,
2. Kemampuan siswa dalam
mengerjakankan soal-soal latihan pada proses pembelajaran juga masih kurang.[1]
Penulis
juga melakukan wawancara terhadap beberapa siswa kelas satu mengenai
ketidaktertarikan siswa terhadap pelajaran Matematika, didapatkan bahwa guru
Matematika, kurang menerapkan pendekatan-pendekatan yang menarik dalam kelangsungan
proses pembelajaran sehingga siswa merasa bosan yang berakibat siswa tidak lagi
berminat untuk memperhatikan paparan sang guru[2].
Penulis
juga mengambil beberapa pendapat dari para peneliti sebelumnya tentang model
pembelajaran TPS, salah satunya adalah:
“Metode TPS dapat
meningkatkan prestasi belajar, yakni dengan adanya tahap thinking (berfikir), dapat menggalakkan kegiatan berfikir siswa. TPS juga dapat meningkatkan partisipasi
siswa dan meningkatkan banyaknya informasi yang dapat diingat oleh siswa. Sebab
siswa saling belajar satu sama lain dan berupaya bertukar ide dengan
pasangannya sebelum mengemukakan idenya ke kelompok yang lebih besar. Rasa
percaya diri siswa meningkat dan semua siswa mempunyai kesempatan
berpartisipasi di kelas”.[3]
Salah satu
upaya yang harus dilakukan guru Matematika untuk mengatasi permasalahan di atas
adalah mengoptimalkan keberadaan siswa sebagai objek sekaligus subjek
pembelajaran. Maksud objek pembelajaran karena siswalah yang menerima materi
pembelajaran. Sedangkan subjek pembelajaran adalah karena yang aktif dalam
kegiatan pembelajaran tidak selalu guru. Artinya siswa pun perlu diaktifkan
dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran
kooperatif adalah salah satu cara yang dapat digunakan guru untuk mengaktifkan
siswa. Pembelajaran kooperatif lebih menempatkan siswa sebagai subjek dalam
kegiatan dan bukan sebagai objek. Model pembelajaran kooperatif dapat membuat
siswa menerima siswa lain yang berkemampuan dan latar belakang yang berbeda.
Banyak
konsep pembelajaran Matematika yang harus diikuti oleh siswa SMP kelas VII,
salah satunya adalah operasi pecahan. Pada pembelajaran operasi bilangan
pecahan meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
Pendekatan
TPS (Think-Pair-Share) merupakan
salah satu model pembelajaran kooperatif. Oleh karena itu dengan adanya model
pembelajaran kooperatif tipe TPS pada materi operasi pecahan, maka diharapkan
akan tercapai hasil belajar yang efektif.
Pembelajaran
ini merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa. Siswa dituntut bekerja saling membantu dalam kelompok
kecil (2-6 anggota) dan lebih dicirikan oleh penghargaan kelompok dari pada
penghargaan individual.
Berdasarkan
hasil wawancara tersebut di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti apakah
model pembelajaran kooperatif tipe TPS efektif dalam membelajarkan materi operasi
pecahan di kelas VII SMP Negeri 2 Kuala Simpang, Aceh Tamiang. Untuk menjawab
permasalahan tersebut, maka dilakukan suatu penelitian dengan judul “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Think-Pair-Share (TPS) Pada Materi Operasi Pecahan di Kelas VII SMP Negeri
2 Kuala Simpang, Aceh Tamiang”.
- Rumusan Masalah.
Rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimanakah keefektifan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS pada materi operasi pecahan di kelas VII SMP
Negeri 2 Kuala Simpang, Aceh Tamiang.
- Tujuan dan Manfaat Penelitian.
Adapun yang
menjadi tujuan dalam penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut:
- Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mempelajari materi persegi panjang melalui pendekatan model pembelajaran tipe think-pair-share.
- Untuk mengetahui efektifitas pembelajaran tipe think-pair-share pada materi operasi pecahan di kelas VII SMP Negeri 2 Kuala Simpang, Aceh Tamiang.
D. Manfaat Penelitian
Adapun
manfaat penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan
informasi bagi guru, khususnya guru mata pelajaran Matematika tentang penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe TPS,
2. Bagi penulis berguna
untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat dari bangku kuliah ke dunia pendidikan,
3. dapat digunakan
sebagai bahan rujukan untuk studi penelitian lanjutan.
E.
Definisi Operasional.
Untuk
menghindari kesalahpahaman dan judul proposal skripsi ini, maka penulis perlu
memberikan definisi operasional beberapa istilah yang digunakan dalam
penelitian ini. Adapun istilah tersebut sebagai berikut:
1. Efektivitas
Pembelajaran
Yang dimaksud efektivitas
pembelajaran adalah pembelajaran yang direncanakan akan tercapai. Ketercapaian
pembelajaran matematika didasarkan pada: (a) ketuntasan belajar, (b) kemampuan
guru mengelola pembelajaran, (c) aktivitas siswa dan (d) respon siswa terhadap
pembelajaran. Jika paling sedikit tiga aspek dari empat aspek tersebut
terpenuhi, dengan syarat aspek ketuntasan belajar terpenuhi, maka pembelajaran
tersebut dikatakan efektif[4].
2. Model Pembelajaran
kooperatif tipe TPS
Semua model pembelajaran
ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur
penghargaan. Struktur tugas mengacu pada dua hal, yaitu pada cara pembelajaran
itu diorganisasikan dan jenis kegiatan yang dilakukan siswa di dalam kelas.
Menurut Balkcom[5],
kooperatif adalah sebuah strategi yang sukses di dalam tim kecil, penggunaan
sebuah variasi dari aktivitas belajar untuk memperbaiki pemahaman subjek.
Setiap anggota tim tidak hanya bertanggung jawab pada pembelajaran yang sudah
diajarkan tapi juga membantu kawan belajar setim, jadi membuat kondisi berprestasi.
Pembelajaran kooperatif
tipe TPS adalah suatu pembelajaran yang menempatkan siswa secara berpasangan
untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik melalui tiga tahap, yaitu:
Tahap I: Think (berfikir)
Guru mengajukan pertanyaan
atau permasalah dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir secara
mandiri.
Tahap II: Pair (berpasangan)
Guru meminta siswa
berpasangan untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada tahap I.
Tahap III: Share (berbagi)
Guru meminta beberapa
pasangan secara acak untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah
didiskusikan pada tahap II[6].
3. Bilangan Pecahan
Bilangan pecahan merupakan bilangan yang terdiri dari dua bagian angka,
yaitu angka sebagai pembilang (numerator) dan angka sebagai pembagi (denominator)
dimana kedua bagian angka ini dipisahkan dengan simbol garis miring ( / ).
Format penulisan bilangan pecahan adalah sebagai berikut : A/B, A adalah
pembilang dan B adalah pembagi. Terkadang format penulisan ini menggunakan
tanda garis bawah ( - ). Cara membaca bilangan pecahan pada contoh di atas
dibaca A per B.
F. Postulat
Postulat atau anggapan dasar adalah
sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai
tempat untuk berpijak bagi peneliti dalam melakukan penelitian.[7]
Adapun yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
Postulat dari
penelitian ini adalah:
- Setiap siswa kelas VII SMP memiliki kesempatan belajar yang sama pada materi operasi bilangan pecahan.
- TPS merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran.
[1] Hasil wawancara dengan guru SMP Negeri 2 Kuala
Simpang, tgl 18 Februari 2009
[2] Hasil wawancara dengan siswa SMP Negeri 2
Kuala Simpang, tgl 18 Februari 2009
[3] http://jurnaljpi.wordpress.com/2007/11/14/nina-septriana-dan-budi-handoyo/
[4] Mulyana, KTSP Sebuah Panduan Praktis,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006
[6] Mukhtiyani, Pembelajaran Kooperatif Tipe
TPS Untuk Materi Pokok Statistik dan Peluang di Kelas IX SMP, (Surabaya: UNESA,
2004)
[7]
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi
V, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Hal .64.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tujuan
Pembelajaran Matematika di SLTP
Pendidikan adalah salah satu
sarana terpenting yang akan menentukan kedudukan sebuah bangsa, karena
hakikatnya pendidikan adalah tempat pengembangan sumber daya manusia,membangun
dan mengolah segala potensi yang ada menjadi manusia-manusia yang berkualitas
yang akan memegang peranan sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya
masing-masing. Tidak ada satu bangsa pun dapat berkembang menjadi bangsa yang
maju dan besar kecuali memiliki sistem pendidikan yang baik pula. Realitasnya
bangsa-bangsa yang memiliki sistem pendidikan yang maju, ditopang oleh tenaga
pendidik yang berkualitas dan fasilitas yang memadai, akan mengalami
perkembangan dan kemajuan yang drastis menjadi bangsa yang kuat dan disegani
dunia dan akan mendatangkan kemakmuran bagi rakyatnya.
Secara umum pendidikan
nasional bertujuan membentuk organisasi pendidikan yang bersifat memberikan
kebebasan. Sehingga organisasi pendidikan tersebut mampu melakukan inovasi
dalam pendidikan. Organisasi pendidikan dapat menjadi suatu lembaga yang
beretika, apabila selalu menggunakan nalar, berkemampuan komunikasi sosial yang
positif serta memiliki sumber daya manusia yang sehat dan tangguh.
Secara khusus pendidikan
nasional bertujuan membentuk manusia menjadi:
1. Beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Beretika (beradab dan
berwawasan budaya bangsa Indonesia)
3. Memiliki nalar (maju,
cakap, kreatif, inovatif dan bertanggungjawab)
4. Berkemampuan
komunikasi sosial (tertib dan sadar hukum, kooperatif dan kompetitif,
demokratis) dan berbadan sehat sehingga menjadi manusia mandiri.[1]
sehingga dari pendidikan tersebut diharapkan
seseorang menjadi manusia mandiri yang mampu melakukan perubahan dalam dirinya
ke arah yang lebih baik.
Dalam sistem pendidikan Nasional
(UU RI No. 2 Tahun 1989) dikemukakan bahwa:
“Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia. Indonesia seutuhnya, yaitu manusia
yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan”.[2]
Matematika sebagai salah satu
ilmu pengetahuan yang diajarkan mulai dari pendidikan dasar, menengah dan
perguruan tinggi. Masing-masing memiliki fungsi dan tujuan tersendiri. Adapun
fungsi dan tujuan matematika di SMP atau MTs adalah sebagai berikut:
Matematika berfungsi
mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus
matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan-kemampuan
tersebut dapat diperoleh melalui materi pengukuran, geometri, aljabar dan
trigonometri. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan
mengkomunikasikan gagasan melalui metode matematika berupa kalimat matematika,
persamaan matematika, diagram, grafik dan tabel.
Dalam kurikulum berbasis
kompetensi (KBK) tujuan pembelajaran matematika di SMP Mendiknas adalah:
- Melatih cara berfikir dan menalar dalam menarik kesimpulan misalnya melalui kegiatan pendidikan, penyelidikan, eksplorasi, eksperimen menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsisten.
- Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi intuisi dan penemuaan dengan mengembangkan pemikiran divergen, original, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta coba-coba.
- Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
- Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau komunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan[3].
Dari kutipan di atas, jelas
bahwa tujuan diberikannya pelajaran matematika di SMP adalah membentuk sikap
berfikir logis, cermat, kreatif, dan disiplin kepada siswa, juga untuk
mempersiapkan siswa dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi, serta berguna
untuk membantu siswa dalam mempelajari ilmu pengetahuan.
B. Model Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share
(TPS)
1. Model Pembelajaran
Menurut
Soekamto dalam Rahmi:
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pembelajaran, dan pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.[4]
Model pembelajaran didefinisikan sebagai suatu
pola pembelajaran yang dapat menerangkan proses, menyebutkan dan menghasilkan
lingkungan belajar tertentu sehingga siswa dapat berinteraksi yang selanjutnya
berakibat terjadinya perubahan tingkah laku siswa secara khusus. Melalui
pemahaman berbagai model pembelajaran yang banyak dikembangkan di kelas,
seorang guru dapat mengembangkan strategi pembelajaran lewat pemikiran di atas
meja sebelum yang bersangkutan menghadapi siswa. Model pembelajaran dapat
membantu guru dalam penguasaan kemampuan dan keterampilan yang berkaitan dengan
upaya mengubah tingkah laku siswa sejalan dengan rencana yang telah ditetapkan.
(http//pembelajaranguru.wordpress.com).
Berdasarkan
pengertian model pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik
dalam mengorganisasikan pengalaman balajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para
guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran.
2. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif merupakan suatu pembelajaran dengan penekanan pada aspek sosial dan
menggunakan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 siswa yang sederajat
tetapi heterogen untuk menghasilkan satu pemikiran. Ini berarti bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
pembelajaran yang didasarkan pada faham kontruktivis.
Teori
pembelajaran kontruktivis pada dasarnya menekankan pada siswa membangun sendiri
pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar
mengajar. Proses belajar lebih diwarnai pada pembelajaran yang berpusat pada
siswa (Student Contered) dibandingkan
kegiatan yang berpusat pada guru (Teacher
Contered).
Pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar
dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang
berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama
dan membantu memahami suatu bahan pembelajaran dan memiliki cirri-ciri,
manfaat, keterampilan-keterampilan dan tipe-tipenya yaitu Student Team Achievement Divisons (STAD), Team Games Tournament (TGT), jigsaw, Think-Pair-Share (TPS) dan Numbered
Head Together (NHT).(http//www.trisnimath.blogspot.com)
Pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa
juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut
keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif berfungsi melancarkan hubungan
kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan
komunikasi antar anggota kelompok, sedangkan peranan tugas dilakukan dengan
membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan.
Terdapat
6 fase atau langkah utama dalam pembelajaran Depdikbud, dalam Rahmi,
langkah-langkah pembelajaran kooperatif.
Tabel langkah-langkah pembelajaran kooperatif
Fase
|
Kegiatan Guru
|
1. Menyampaikan tujuan dan memotivas siswa.
|
1. Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivisasi siswa belajar.
|
2. Menyajikan informasi.
|
2. Guru menyajikan informasi kepada siswa baik dengan peragaan
(demonstrasi) atau teks.
|
3.Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
|
3. Guru menjelaskan siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar
dan membantu setiap kelompok agar melakukan perubahan yang efesien.
|
4. Membantu kerja kelompok dalam belajar.
|
4. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat siswa mengerjakan
tugas.
|
5. Mengevaluasi materi.
|
5. Guru mengevaluasi materi pelajaran atau kelompok menyajikan
hasil-hasil pekerjaan siswa.
|
6. Memberikan penghargaan.
|
6. Guru memberikan penghargaan dari hasil belajar siswa.
|
(Sumber: Rahmi ,2008:15)[5]
3. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Menurut
Arends, pembelajaran yang menggunakan model kooperatif memiliki beberapa
karakteristik sabagai berikut:[6]
- Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi belajar,
- Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah,
- Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda,
- Penghargaan lebih berorentasi pada kelompok dari pada individu.
Menurut Lundgren, dalam Rahmi
(2008:16), ”Pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang amat positif terhadap
siswa yang rendah hasil belajarnya. Manfaat pembelajaran kooperatif untuk siswa
dengan hasil belajar rendah, antara lain dapat meningkatkan motivasi,
meningkatka hasil belajar, retensi atau penyimpanan materi pembelajaran lebih
lama”.[7]
4. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran kooperatif
Roger
dan Jonhson, dalam Rahmi (2008:16), menyatakan bahwa tidak semua kerja kelompok
bisa dianggap cooperatif learning.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong-royong
harus diterapkan.
- Saling ketergantungan positif antara satu dengan yang lainnya.
- Tanggung jawab perseorangan, unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika pola dan penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran cooperativ learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.
- Tatap muka, setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan diskusi, kegiatan ini akan memberi para siswa untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota.
- Komunikasi antar anggota, unsur ini juga menghendaki agar para siswa dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi.
- Evaluasi proses kelompok, pengajar perlu memberikan waktu bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama lebih efektif[8].
5. Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif Dengan Kelompok Belajar
Tradisional
Abdurrahman
dan Bintaro, dalam Indriani (2008:14), mengemukakan perbedaan-perbedaan antara
kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar tradisional adalah:
Tabel Perbedaan-Perbedaan
Antara Kelompok Belajar Kooperatif
Dengan Kelompok Belajar Tradisional
No
|
Kelompok Belajar Kooperatif
|
Kelompok Belajar Tradisional
|
1
|
Adanya saling ketergantungan positif, salimh membantu dan saling memberi
sehingga ada interaksi promotif.
|
Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau
menggantungkan diri pada kelompok.
|
2
|
Kelompok belajar heterogen baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin,
ras dan sebagainya.
|
Kelompok belajar biasanya homogen.
|
3
|
Pemimpin kelompok dipilih secara demokrasi atau bergilir untuk memberikan
pengalaman memimpin bagi para anggota kelompoknya.
|
Pemimpin sering dipilih oleh guru.
|
4
|
Guru memperhatikan secara langsung proses kelompok yang terjadi dalam
kelompok-kelompok belajar.
|
Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam
kelompok-kelompok belajar
|
5
|
Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung, guru terus melakukan
pemantauan melalui observasi dan melakukan intetrvensi jika terjadi masalah
dalam kerja sama antar anggota kelompok.
|
Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh
guru pada saat kerja kelompok berlangsung.
|
6
|
Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas, tetapi juga hubungan
interpersonal.
|
Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.
|
Sumber: Indriani (2008:14)
6. Peran Guru Dalam Pembelajaran Kooperatif
Dalam
pembelajaran kooperatif, peran guru sangat berpengaruh dalam menyukseskan kerja
sama antar siswa. Peran guru dalam pembelajaran kooperatif dapat dilakukan
antara lain:
- Merumuskan tujuan pembelajaran. Ada dua tujuan pembelajaran yang perlu diperhatikan oleh guru, yaitu tujuan akademik dan tujuan keterampilan bekerja sama. Tujuan akademik dirumuskan sesuai dengan taraf perkembangan siswa, sedangkan tujuan keterampilan bekerja sama yaitu mempercayai orang lain dan mengelola konflik.
- Menentukan jumlah anggota dalam kelompok. Jumlah angoota dalam kelompok tidak boleh terlalu besar, biasanya antara dua sampai enam siswa dengan melihat taraf kemampuan siswa.
- Menentukan tempat duduk siswa. Susunan tempat duduk siswa perlu perhatian guru agar tiap anggota kelompok dapat saling bertatap muka untuk memudahka interaksi.
- Menjelaskan tugas akademik.
- Menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan dan keharusan bekerja sama.
- Menjelaskan kriteria keberhasilan.
- Menjelaskan perilaku siswa yang diharapkan.
- Memantau perilaku siswa.
- Memberi arahan kapada siswa dalam menyelesaikan tugas.
- Menutup pelajaran dengan mengklarifikasi permasalahan belajar.
- Menilai kualitas hasil belajar siswa.
- Menilai kualitas kerja sama antar anggota kelompok.
Cara melaksanakan pembelajaran
kooperatif dapat digunakan beberapa metode pembelajaran kooperatif dengan
berbagai tipe, salah satunya adalah kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS).
7. Pengertian
Model Pembelajaran Kooperatif TPS
Salah satu strategi pembelajaran kooperatif adalah pendekatan TPS, pertama
kali dikembangkan oleh Frank Lyman dan sahabat-sahabatnya di Universitas Maryland
pada tahun 1985. Mereka menyatakan bahwa TPS merupakan suatu cara yang efektif
untuk menggantikan suasana pola diskusi di kelas dengan asumsi bahwa semua
diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan.
Adapun tahap-tahap yang
diterapkan pada TPS adalah sebagai berikut:
Tahap I: Thinking
(berpikir)
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau permasalahan
yang berhubungan dengan pembelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan
permasalahan tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
Tahap II: Pairing
(berpasangan)
Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang
lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama.
Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.
Tahap III: Sharing
(berbagi)
Pada tahap terakhir, guru meminta pada pasangan
untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Ini
efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutka
sampai seperempat pasangan telah mendapatkan kesempatan untuk memaparkan
pendapat mereka.
Model
pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share
merupakan salah satu model dari pendekatan pembelajaran kooperatif yang mampu
mengubah asumsi bahwa metode diskusi perlu dilakukan dalam setting kelompok
kelas secara keseluruhan.
C. Keunggulan
dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif TPS
Dalam
pendekatan TPS guru memberikan permasalahan kepada siswa untuk dipikir
terlebih dahulu sebelum dibagikan kelompok(pasangan) dan membahasnya bersama.
Sehingga siswa menemukan sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan dan keterampilan dalam berfikir matematika.
Keunggulan
dari pembelajaran kooperatif TPS adalah sebagai berikut:
- Siswa berperan aktif selama pembelajaran berlangsung,
- Dengan memberikan kesempatan kepada siswa melalui kelompoknya memungkinkan siswa mengkontruksi pengetahuannya,
- Dapat meningkatkan siswa untuk belajar sendiri,
- Memotivasi siswa untuk belajar.
Adapun
kelemahan dari pendekatan kooperatif tipe TPS adalah:
- Tidak mungkin semua kelompok mendapat giliran untuk menjelaskan hasil pekerjaannya atau menjawab semua pertanyaannya baik dari siswa maupun dari guru,
- Bagi kelompok yang mengalami kesulitan atau hambatan dalam mengkomukasikan ide-idenya, akan merasa ketakutan jika mendapat giliran untuk menjelaskan tentang jawaban dari penyelesaian pekerjaannya,
- Hanya kelompok yang pandai saja yang mampu menjawab pertanyaan dari guru yang menuntut kelompok untuk berpikir tingkat tinggi.
Dari paparan di atas,
pendekatan TPS sangat baik diterapkan dalam proses belajar mengajar karena
memiliki keunggulan-keunggulan tersendiri yaitu dengan pendekatan TPS siswa
dapat membangun sendiri pengetahuannya, dengan demikian siswa tidak mudah lupa
dengan pengetahuannya walaupun ada kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam
pendekatan TPS akan tetapi lebih banyak kelebihan-kelebihan dari pada
kekurangannya.
D. Materi Operasi Pecahan
1. Memberikan contoh pecahan
Untuk memahami pecahan,
perhatikan gambar berikut ini:
|
Gambar: Contoh
pecahan
Setelah kita memperhatikan gambar di atas tampaklah:
- Pada gambar (1) lingkaran dibagi menjadi empat tiga sama besar, daerah yang diarsir besarnya 1 bagian dari 4 bagian yang ada, ditulis (dibaca satu per empat).
- Pada gambar (2) lingkaran dibagi menjadi tiga bagian sama besar, daerah yang diarsir besarnya 2 bagian dari 3 bagian yang ada, ditulis (dibaca dua per tiga).
- Pada gambar (3) lingkaran yang diarsir besarnya 1 bagian dari 2 bagian yang tersedia, ditulis (dibaca satu per dua).
2. Pecahan yang senilai
Untuk memahami
pecahan-pecahan yang senilai perhatikan gambar berikut:
Dengan memperhatikan gambar di atas maka luas
daerah yang berarsir pada gambar tersebut adalah:
, apabila kita simak ternyata:
, begitu juga dengan
Boleh juga kita gunakan cara seperti ini:
, begitu juga dengan
3. Mengubah bentuk pecahan
a. Mengubah pecahan biasa ke pecahan campuran
Contoh: Ubahlah
bentuk pecahan di bawah ini ke bentuk pecahan campuran
a. b.
Penyelesaian:
a. didapat dari
b. didapat dari
b. Mengubah
pecahan campuran ke pecahan biasa
Contoh: Ubahlah
pecehan campuran berikut ini ke pecahan biasa
a. b.
Penyelesaian:
a. b.
4. Menyelesaikan operasi hitung yang melibatkan
pecahan
a. Operasi penjumlahan dan pengurangan
Apabila pecahan-pecahan
yang akan dijumlahkan atau dikurangkan memiliki penyebut yang berbeda, maka
penyebut-penyebut itu harus disamakan dahulu dengan mencari kelipatan
persekutuan terkecil (KPK) dari penyebut-penyebut itu.
Contoh: Hitunglah
1. 2.
Penyelesaian:
1.
2.
b. Operasi perkalian
Hasil
perkalian dua pecahan diperoleh dengan mengalikan pembilang dengan pembilang dan
penyebut dengan penyebut.
Untuk
sembarang dan berlaku :
dengan b0 dan d 0
Contoh: Selesaikanlah
1.
2.
(-0,25)x
Penyelesaian:
1. 2.
c. Operasi pembagian
Membagi
dengan suatu pecahan sama artinya dengan mengalikan pecahan itu.
Contoh: Selesaikanlah
1.
2.
Penyelesaian:
1. 2.
d. Operasi gabungan perkalian dan pembagian
Contoh: Selesaikanlah
Penyelesaian:
E. Pembelajaran Materi
Operasi Pecahan dengan Model Think-Pair-Share
Pengajaran
materi operasi pecahan dengan pembelajaran konvensional biasanya kurang
melibatkan siswa secacara aktif dalam menemukan beberapa konsep, sifat atau
hubungan-hubungan, konsep-konsep yang terdapat dalam materi operasi pecahan hanya sekedar ditransfer dari guru ke siswa
dan siswa secara pasif menerima informasi dari guru tanpa ada suatu keinginan
untuk menemukan variasi-variasi baru. Pembelajaran operasi pecahan dengan
pendekatan TPS melibatkan siswa secara aktif.
Langkah-langkah yang
diterapkan pada TPS adalah sebagai berikut:
Tahap I: Thinking
(berpikir)
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau permasalahan
yang berhubungan dengan pembelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan
permasalahan tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
Tahap II: Pairing
(berpasangan)
Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang
lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama.
Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.
Tahap III: Sharing
(berbagi)
Pada tahap terakhir, guru meminta pada pasangan
untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Ini
efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutka
sampai seperempat pasangan telah mendapatkan kesempatan untuk memaparkan
pendapat mereka.
[1] E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis
Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan Implementasi, (Bandung: Rosda Karya,
2005) hal. 21.
[2]Oemar Hamalik, Proses
Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal. 79
[3]Kurikulum Berbasis Kompetensi, Standar
Kompetensi, (Jakarta, Departemen Pendidikan Nasional, 2003). Hal. 6.
[4] Masru Rahmi, Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share
(Think-Pair-Share) Pada Garis-Garis
Materi Pada Segitiga Di Kelas VII SMP Negeri 2 Banda Aceh Tahun Ajaran
2007/2008, (Banda Aceh, Unsyiah: 2007)
[5]Ibid
[6]http://anwarholil.blogspot.com
[7] Masru
Rahmi, Efektivitas Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (Think-Pair-Share) Pada Garis-Garis Materi Pada Segitiga Di
Kelas VII SMP Negeri 2 Banda Aceh Tahun Ajaran 2007/2008, (Banda Aceh,
Unsyiah: 2007)
[8]Ibid
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Rancangan
Penelitian
Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan kelas (Action Research) yang terdiri dari empat
langkah utama yaitu: Plan (perencanaan), act (tindakan), observe
(pengamatan) dan reflect (refleksi).[1]
Adapun langkah-langkah atau persiapan yang harus dilakukan
terlebih dahulu untuk melakukan penelitian tindakan kelas adalah:
1.
Penyusunan
Rencana
Adapun pada penelitian
ini tahap penyusunan rencana yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:
a.
Menetapkan
materi yang diajarkan, yaitu materi operasi bilangan
b.
Rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP)
c.
Menyusun alat
evaluasi atau tes yang berbentuk essay
2.
Tindakan
Melakukan tindakan berupa kegiatan belajar mengajar sesuai
dengan (RPP) siklus I. Setelah siklus I selesai dilaksanakan, peneliti
melakukan refleksi dan mengkaji kembali hasil pembelajaran tersebut, dengan
berkonsultasi dengan pengamat.
Jika pada siklus I siswa tidak mencapai ketuntasan belajar,
maka akan dilaksanakan siklus II, dengan merevisi kembali kekurangan pada
siklus I, selanjutnya dirancang kembali (RPP) untuk siklus II. Kemudian
peneliti melakukan kegiatan mengajar sesuai dengan (RPP) siklus II dan
dilakukan refleksi lagi. Melalui siklus ini, diharapkan siswa mencapai
ketuntasan belajar, apabila siklus pertama siswa sudah mencapai ketuntasan
belajar, maka siklus II tidak perlu dilanjutkan. Selanjutnya peneliti akan
melakukan tindakan pada sub materi II.
Pada akhir
pembelajaran setiap sub materi diadakan ujian postest yaitu tes untuk
mengetahui penguasan materi kedua sub materi yang diajarkan dengan pendekatan TPS
(Think-Pair-Share).
3.
Observasi
Observasi dilakukan pada penelitian ini adalah pada saat
kegiatan sub materi I sampai dengan sub materi II berlangsung. Observasi ini
dilakukan oleh pengamat terhadap aktivitas peneliti dan anak didik dalam proses
belajar mengajar dalam kerangka pembelajaran.
4.
Refleksi
Refleksi yang dimaksud adalah mengingat dan merenungkan
kembali tindakan yang sama seperti yang telah dicatat dalam observasi, yang
berusaha memahami proses, masalah persoalan, dan kendala yang nyata dalam
tindakan.
Siklus
Rancangan Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research)
B.
Subjek
Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII
B SMP Negeri 2 Kuala Simpang tahun ajaran 2009/2010. Alasan dipilih kelas VII B
sebagai subjek penelitian, karena kelas tersebut bukan merupakan kelas inti dan
memiliki kemampuan yang heterogen.
C.
Metode
Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dikumpulkan
dengan cara sebagai berikut:
1.
Observasi
(pengamatan)
Lembar observasi digunakan untuk memperoleh informasi yang
berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar selama penelitian. Lembar observasi
ini terdiri dari:
a.
Lembar Observasi (Pengamatan)
Observasi
yaitu mengumpulkan data dengan cara mengamati langsung terhadap objek yang akan
diteliti. Lembar observasi yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar
observasi kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan model pendekatan TPS dan lembar aktifitas siswa
selama pembelajaran. Lembar observasi kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran dan lembar observasi aktifitas siswa diberikan kepada pengamat
untuk diisi sesuai dengan keadaan yang diamati di lapangan.
b.
Tes
Tes yaitu
memberikan soal berbentuk essay kepada siswa kelas VII B SMP Negeri 2 Kuala
Simpang yang dijadikan sebagai subjek penelitian. Tes yang dilakukan berbentuk
postest untuk melihat tingkat penguasaan siswa terhadap materi operasi bilangan
dengan mengunakan pedekatan TPS.
c.
Angket Respon siswa
Angket digunakan untuk
mengetahui respon siswa terhadap perangkat pembelajaran dengan mengunakan model
pendekatan TPS. Angket diberikan setiap setelah selesai kegiatan pembelajaran.
D.
Metode
Pengolahan Data
Tahap pengolahan data merupakan tahap yang paling penting dalam suatu
penelitian karena pada tahap ini hasil penelitian dapat dirumuskan. Setelah
semua data terkumpul maka untuk mendeskripsikan data penelitian dilakukan
perhitungan sebagai berikut:
1.
Analisis Data
Aktivitas Siswa
Dari hasil pengamatan
aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung dianalisis dengan
menggunakan presentase. La Siara dalam Rozanna menyatakan bahwa:
“Persentase pengamatan
aktivitas siswa yaitu rata-rata frekuensi setiap aspek pengamatan dibagi jumlah rata-rata frekuensi semua aspek
pengamatan dikali 100 %.
Penentuan kesesuaian aktivitas siswa berdasarkan pada pencapaian waktu ideal yang ditetapkan dalam penyusunan
rencana pembelajaran dengan TPS”.
Table:
Kriteria Waktu Ideal Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
No.
|
Aspek
Pengamatan Aktivitas Siswa
|
Persentase
kesesuaian (P)
|
|
Waktu
ideal
|
Toleransi
5 %
|
||
1.
|
Mendengar/memperhatikan
penjelasan guru/teman
|
13
%
|
7
% £ P £ 18 %
|
2.
|
Membaca/memahami
masalah konstekstual di LKS
|
10
%
|
5
% £ P £ 15 %
|
3.
|
Menyelesaikan
masalah atau menemukan cara penyelesaian masalah
|
27
%
|
22
% £ P £ 32%
|
4.
|
Membandingkan
jawaban dalam diskusi kelompok atau diskusi kelas bertanya/menyampaikan
|
30
%
|
25
% £ P £ 35 %
|
5.
|
Bertanya/menyampaikan
pendapat/ide kepada guru atau teman
|
10
%
|
5
% £ P £ 15 %
|
6.
|
Menarik
kesimpulan suatu konsep atau prosedur
|
10
%
|
5
% £ P £ 15 %
|
7.
|
Perilaku
yang tidak relevan dengan KBM
|
0
%
|
0
% £ P £ 5 %
|
Aktivitas siswa dikatakan baik/efektif bila waktu yang
digunakan untuk melakukan setiap kategori aktivitas sesuai dengan alokasi waktu
yang termuat dalam rencana pembelajaran (RP) dengan toleransi 5 %.[2]
2.
Analisis data
kemampuan guru mengelola pembelajaran
Data tentang kemampuan guru mengelola pembelajaran
dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dengan skor rata-rata.
Menurut Hasratuddin dalam Rozanna mengatakan bahwa:
Pendeskripsian skor rata-rata
tingkat kemampuan guru sebagai berikut:
1,00 £ TKG < 1,50 tidak baik
1,50 £ TKG < 2,50 kurang baik
2,50 £ TKG < 3,50 cukup baik
3,50 £ TKG < 4,50 baik
Kemampuan guru mengelola pembelajaran dikatakan efektif
jika skor dari setiap aspek yang dinilai berada pada kategori baik atau sangat
baik.
3.
Analisis data
angket respon siswa
Menentukan respon siswa dihitung melalui angket yang
dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dengan persentase. Menurut
Mukhlis (dalam Rozanna), persentase dari setiap respons siswa dihitung dengan
rumus:
Respon siswa dikatakan efektif jika jawaban siswa terhadap
pernyataan positif untuk setiap aspek yang direspon pada setiap komponen
pembelajaran diperoleh persentase ³ 80 %.[4]
4.
Analisis data
tes hasil belajar
Efektivitas pembelajaran ditentukan dengan menggunakan
analisis data tes hasil belajar siswa secara deskriptif yang bertujuan untuk
mendeskripsikan ketuntasan hasil belajar siswa. Data yang dianalisis untuk
mendeskripsikan ketuntasan hasil belajar siswa adalah data post tes. Seorang
siswa dikatakan tuntas belajar bila
memiliki daya serap paling sedikit 65 %. Sedangkan ketuntasan belajar secara
klasikal tercapai bila paling sedikit 85 % siswa di kelas tersebut telah tuntas
belajar.
Berdasarkan uraian di atas efektivitas pendekatan TPS
ditentukan oleh empat aspek berikut :
1.
Ketuntasan
belajar
2.
Kemampuan
guru dalam mengelola pembelajaran
3.
Aktivitas
siswa
4.
Respon siswa
Pembelajaran dengan TPS dikatakan efektif jika tiga dari
empat aspek di atas dipenuhi, dengan syarat ketuntasan hasil belajar siswa
terpenuhi.
[1]Rahma, Maulida, Skripsi Penerapan
Metode Accelerated Learning pada Materi Himpunan di Kelas VII MTsN Beureunuen (Darussalam,
2008), hal. 26.
[2] Rozanna, Skripsi Efektivitas Model Pembelajaran Kuantum Teaching
Untuk Mengajarkan Jaring-jaring Kubus dan Balok di Kelas VII MTsN Kuta Baro
Aceh Besar (Darussalam, 2008), hal.27
[3] Ibid. hal. 28.
[4] Ibid. hal.28.
LEMBARAN KERJA
SISWA 1
Kelas / Semester : VII /
Ganjil
Materi Pokok : Operasi
pecahan
Waktu :
2 x 40 Menit
Kelompok : Tanggal
:
1.
2.
3.
4.
5.
Topik :
1. Menemukan
rumus keliling persegi panjang.
2. Menemukan
rumus luas persegi panjang.
Tujuan
Pembelajaran:
1.
Siswa dapat menemukan rumus keliling persegi panjang.
2.
Siswa dapat menemukan rumus luas persegi panjang.
Petunjuk :
Menemukan rumus
keliling dan luas persegi panjang
1. Sediakan
alat peraga berupa segi empat yang terbuat
karton
2. Amatilah
alat peraga yang disajikan!
Benda-benda
tersebut adalah berbentuk ……………..
3. Gambarkan hasil
nya, kemudian tentukan titik pada persegi panjang tersebut.
4. perhatikan
gambar tersebut, dapatkah kamu menemukan rumus keliling dan luas pesegi
panjang !
· keliling
suatu persegi panjang adalah jumlah sisi-sisi bangun tersebut,karena persegi
panjang mempunyai sepasang sisi yang sama panjang yaitu panjang dan lebar, jika
:
p
= panjang
l = lebar
maka
: K = .... + .... + .... +....
K = 2 .... + 2....
K = 2 (....+....)
jadi
keliling persegi panjang adalah ...................
· luas
daerah suatu persegi panjang adalah hasil perkalian dari ukuran panjang dan
lebar persegi panjang tersebut. jika :
p
= panjang
l = lebar
maka
: L = .....x.....
jadi
keliling persegi panjang adalah ...................
Kerjakan soal-soal berikut :
1.
perhatikan gambar dari alat peraga yang telah
dibagikan pada masing – masing kelompok , hitunglah keliling dan luas dari
persegi panjang tersebut?
jawab
Dik : p = ......
l
=........
Dit : a. hitunglah keliling persegi
panjang...?
b. hitunglah
luas persegi panjang...?
penyelesaian :
a.
keliling persegi panjang
keliling =..................
keliling = 2 (.... +......)
k = 2 (....+......)
k = ................
b.
Luas persegi panjang
Luas = ...............
Luas = .......x.....
L = ..............
2.
Perhatikan tabel dibawah ini.
kerjakanlah kegiatan ini secara berkelompok.Gunakan rumus Luas
persegipanjang kemudian salin
dan lengkapilah tabel dibawah ini :
Persegipanjang
|
Panjang
|
Lebar
|
Luas
|
A
B
C
D
|
.................
.................
................
.................
|
.....................
.....................
...................
...................
|
12
40 c
24 d
60
|
3. Diketahui
sebuah persegi panjang memiliki lebar 3
meter sedangkan panjangnya 4 meter. hitunglah keliling persegi panjang tersebut
?
jawab :
§ Jawaban siswa dengan variasi (1)
Dik: p = 4 m = .... cm
l
=
3 m = .... cm
Dit
:hitunglah keliling persegi panjang ?
penyelesaian
K = 2 p + 2
l
K = 2 (......cm +.....cm)
K = ........cm +.........cm
K = .........cm
jadi keliling nya adalah .........cm
§ Jawaban siswa dengan variasi (2)
Dik: p = 4 m = .... dm
l
=
3 m = .... dm
Dit
:hitunglah keliling persegi panjang ?
penyelesaian
K = 2 p + 2
l
K = 2 (......dm +.....dm)
K = ........dm +.........dm
K = .........dm
jadi keliling nya adalah .........dm
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SMPN 2 Kuala Simpang
Pelajaran :
Matematika
Kelas /Semester : VII/I
Pokok Bahasan : Operasi Bilangan
Alokasi Waktu : 2x40 Menit
I.
Standar Kompetensi
Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan penggunaannya dalam
pemecahan masalah.
II.
Kompetensi Dasar
- Melakukan operasi hitung
bilangan pecahan.
- Menggunakan sifat-sifat operasi
pecahan dalam pemecahan masalah.
III. Indikator
- Menyebutkan contoh-contoh bilangan pecahan.
-
Menemukan rumus operasi pecahan.
-
Menggunakan rumus-rumus operasi
pecahan dalam penyelesaian soal.
IV. Tujuan Pembelajaran
-
Siswa dapat menyebutkan contoh bilangan pecahan.
-
Siswa dapat menemukan rumus operasi pecahan.
-
Siswa dapat menggunakan rumus operasi pecahan.
V.
Materi Pembelajaran
Pecahan.
Sub Materi: operasi pecahan.
VI. Model Pembelajaran
Pendekatan : Think-Pair-Share (TPS).
Metode :
Ceramah, penemuan, diskusi.
VII. Langkah-langkah
Pembelajaran
Kegiatan
Pembelajaran
|
Kegiatan Siswa
|
Waktu (menit)
|
Ket
|
Pendahuluan
|
|
10
|
|
·
Guru
membuka pelajaran dan meminta siswa untuk menyiapkan buku dan alat tulis.
·
menjelaskan
tujuan pembelajaran.
·
memotivasi
siswa dalam menyelesaikan masalah
|
·
Siswa
mendengarkan guru dan diikuti sambil membuka buku dan menyiapkan alat tulis
·
Siswa
mendengar dan memahami tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan cara
menjawab pertanyaan dari guru
|
|
|
Kegiatan Inti
|
|
60
|
|
·
Guru
memberikan permasalahan untuk dapat dipikirkan oleh siswa
·
Guru mengelompokkan
siswa menjadi berpasang-pasang (pair)
·
Guru membimbing siswa dalam menyelesaikan masalah yang ada pada LKS 2
bila siswa mengalami kesulitan.
·
Guru meminta
salah satu pasangan untuk mempresentasikan hasil kerja nya dan meminta
pasangan lain untuk memberikan tanggapan terhadap hasil kerja pasangan tersebut.
·
Guru memberi kesempatan bertanya mmengenai
materi yang sudah dijelaskan.
·
Guru
memberikan penghargaan kepada pasangan terbaik dalam diskusi
·
Guru membantu siswa untuk mengkaji kembali
hasil kerja siswa dan membimbing siswa dalam merangkum materi hasil diskusi.
|
·
Siswa secara individu memikirkan (think) soal yang ada pada LKS 1 (LKS
individu)
·
Siswa mulai memperhatikan LKS 2 (LKS
berpasangan) yang telah diberikan guru.
·
Siswa membahas materi yang
sedang dipelajari bersama-sama dengan pasangannya.
·
Salah satu pasangan mempresentasikan hasil
kerja. sedangkan pasangan yang lain memberikan tanggapan dan mengoreksi bila
ada yang tidak sesuai.
·
Siswa mencatat beberapa hal penting dan semua hasil yang telah
disepakati bersama.
·
Siswa merangkum materi
|
|
|
Penutup
|
|
10
|
|
·
Guru
menganjurkan siswa untuk melanjutkan belajar di rumah sebagai persiapan untuk
mempelajari materi selanjutnya
|
|
|
|
VIII. Sumber Belajar
- Buku Matematika Sukino dan
Wilson Siamangunsong Kelas VII, Semester I
- LKS
- Alat peraga
Hal : Mohon Izin
Penelitian Darussalam,
11 April 2009
Kepada
Yth,
Dekan
Fakultas Tarbiyah
IAIN
Ar-Raniry Darussalam
Di
Darussalam
Assalam’alaikum
Wr. Wb.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Zulkifli Yasin
NIM :
260414626
Jurusan/Semester :
TMA / X (genap)
Alamat :
Jl. Tgk. A. Rahman No.3 Lr. C Beurawe
Dalam rangka penyelesaian KKU saya yang berjudul :
PERBANDINGAN PRESTASI
BELAJAR SISWA ANTARA PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE NHT MATERI SEGITIGA DI KELAS VII MTsS DARUL AITAM AL-KAMAL
SEULIMUM
Saya akan mengadakan penelitian/mengumpulkan data pada :
MTsS DARUL AITAM AL-KAMAL SEULIMUM ACEH BESAR
Untuk itu mohon
keizinan dan surat pengantar dari Bapak Dekan, sebagai bahan pertimbangan
bersama ini saya lampirkan :
- Instrumen Pengumpulan Data (IPD)
- Foto Copy Rekening SPP
Demikian
permohonan ini saya sampaikan, atas pertimbangan Bapak saya ucapkan terima
kasih banyak.
|
|
Hal : Mohon Izin
Penelitian Darussalam, Febuari 2009
Kepada
Yth,
Dekan
Fakultas Tarbiyah
IAIN
Ar-Raniry Darussalam
Di
Darussalam
Assalam’alaikum
Wr. Wb.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Azzauli
NIM :
260414544
Jurusan/Semester :
TMA / X (genap)
Alamat :
Jl. Lawang No.160 Meusara Agung, Kec. Darul Imarah
Dalam rangka penyelesaian KKU saya yang berjudul :
PEMBELAJARAN MATERI SEGITIGA DENGAN MENGGUNAKAN TEORI VAN HIELE DI SMPN 1
BIREUEN.
Saya akan mengadakan penelitian/mengumpulkan data pada :
SMPN 1 BIREUEN KEC. JEUMPA KAB. BIREUEN
Untuk itu mohon
keizinan dan surat pengantar dari Bapak Dekan, sebagai bahan pertimbangan
bersama ini saya lampirkan :
- Instrumen Pengumpulan Data (IPD)
- Foto Copy Rekening SPP
Demikian
permohonan ini saya sampaikan, atas pertimbangan Bapak saya ucapkan terima
kasih banyak.
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar