View My Stats

Senin, 06 Februari 2012

(SKRIPSI DAN KELENGKAPANNYA) = = = PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PERUBAHAN KONSEPTUAL PADA MATERI SEGIEMPAT DI MTsN BEUREUNUEN


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dan syukur kepada Allah swt yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul ”Penerapan Model Pembelajaran Perubahan Konseptual Pada Materi Segiempat di MTsN Beureunuen”, telah dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Shalawat dan salam tak lupa penulis sampaikan kepada junjungan alam Muhammad SAW yang telah membawa ummatnya dari alam jahiliyah ke alam yang penuh dengan khazanah keilmuan, serta menjadi panutan dan tauladan kepada manusia melalui sunnahnya.
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk meraih gelar kesarjanaan dalam bidang pendidikan matematika. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Baik dari segi bahasa, penyajian maupun isinya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif.
Dan sepenuhnya bahwa rampungnya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak dalam bentuk moral dan materil, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tanpa bantuan tersebut, hampir bisa dipastikan skripsi ini akan mengalami kesulitan untuk diselesaikan. Karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapakan terimakasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang terkait secara akademis maupun non akademis.
Selanjutnya tanpa mengurangi rasa penghormatan kepada pihak lain, penulis ingin menyampaikan terima kasih secara khusus kepada:
1.      Ibunda tercinta serta ayahanda tersayang yang telah memberikan bantuan moral maupun materil sehingga penulis masih bisa mencicipi ilmu pengetahuan, serta kepada kakak dan abang yang telah memberi dorongan bagi saya, tak lupa  kepada para keponakan yang selalu menghibur saya selama ini.
2.      Ibu Dr. Rahmah Johar, M.Pd selaku pembimbing I dan bapak Jasmadi Ali, S. Psi,Psi selaku pembimbing II, yang telah menyisihkan banyak waktu di tengah-tengah kesibukannya guna membimbing dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi sedalam-dalamnya, semoga jasa beliau mendapat balasan di sisi Allah SWT.
3.      Bapak Drs. M.Duskri, M.Kes dan Ibu Dra. Hafriani, M.Pd, masing-masing sebagai  ketua jurusan Pendidikan Matematika dan Penasehat Akademik penulis yang senantiasa memberi bantuan, motivasi, dan arahan bagi penulis untuk menyelesaikan studi dan skripsi ini.
4.      Sahabat-sahabat penulis, semua teman Pendidikan Matematika angkatan 2004, dan lain-lain baik di lingkungan fakultas maupun di luar fakultas, yang tidak mungkin penulis sebutkan semuanya. Terimakasih karena telah memberikan banyak inspirasi dan motivasi.
Kepada Allah jualah dikembalikan segala sesuatu, agar mereka yang telah berjasa mendapatkan balasan yang sepatutnya. Semoga segala yang telah penulis capai mendapat ridha dari Allah SWT. Amin Ya Rabbal ’Alamin.     

Banda Aceh, 19 Juli 2008

Penulis









DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... ...... v           
DAFTAR ISI................................................................................................................. ..... vii           
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................. .... viii
ABSTRAK.................................................................................................................... ...... ix
BAB I   PENDAHULUAN............................................................................................ ...... 1
A.     Latar Belakang Masalah............................................................................... ...... 1
B.     Pertanyaan Penelitian.................................................................................... ...... 3
C.     Tujuan Penelitian........................................................................................... ...... 4
D.     Manfaat Penelitian........................................................................................ ...... 4
E.      Penjelasan Istilah.......................................................................................... ...... 5

BAB II  KAJIAN PUSTAKA........................................................................................ ...... 7
A.     Pendidikan Matematika ............................................................................... ...... 7
B.     Pembelajaran Matematika dalam Pandangan Konstruktivisme........................ ...... 8
C.     Miskonsepsi dalam Pembelajaran Matematika............................................... .... 12
D.     Model Pembelajaran Perubahan Konseptual................................................. .... 14
E.      Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Perubahan Konseptual............ 17           
F.      Materi Bangun Segiempat.................................................................................. 19

BAB III METODE PENELITIAN...................................................................................... 27
A.     Jenis Penelitian................................................................................................... 27
B.     Waktu dan Lokasi Penelitian.............................................................................. 28
C.     Subjek Penelitian............................................................................................... 28
D.     Teknik Pengumpulan Data................................................................................. 28
E.      Teknik Analisis Data ......................................................................................... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN........................................................................................... 32
A.     Deskripsi Hasil Penelitian................................................................................... 32
B.     Analisis Hasil Penelitian...................................................................................... 34
1.      Analisis Konsepsi Awal Siswa tentang jajargenjang, persegipanjang,    dan persegi                     32
2.      Analisis Konsepsi  Siswa tentang Segiempat Sesudah Diterapkan Model Pembelajaran Perubahan Konseptual.................................................................................................. 38

BAB V  PEMBAHASAN................................................................................................... 48
A.    Pengembangan Konsepsi Siswa......................................................................... 49
B.    Persepsi Siswa terhadap model Pembelajaran Perubahan Konseptual................. 51
C.    Keterbatasan Penelitian..................................................................................... 53


BAB VI  PENUTUP........................................................................................................... 54
A.     Kesimpulan....................................................................................................... 54
B.     Saran-saran....................................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 56
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP












DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.  Soal tes awal
Lampiran 2.  Soal tes akhir
Lampiran 3.  Instrumen Penelitian
Lampiran 4.  RPP
Lampiran 5.  LKS
Lampiran 6. Lembaran jawaban tes awal siswa
Lampiran 7.  Lembaran jawaban LKS siswa
Lampiran 8.  Lembaran jawaban tes akhir siswa
Lampiran 9.  Lembaran jurnal refleksi siswa
Lampiran 10.  SK Pembimbing
Lampiran 11. Surat izin mengumpulkan data skripsi dari Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN     Ar-Raniry
Lampiran 12. Surat keterangan telah melakukan penelitian pada MTsN Beureunuen


















DAFTAR GAMBAR












 
ABSTRAK
Memahami konsepsi awal siswa adalah penting karena konsepsi awal bersifat individual dan juga sering tidak sesuai dengan konsep ilmuwan. Jika guru tidak memperhatikan konsepsi awal siswa akan mengakibatkan munculnya sumber kesulitan belajar selanjutnya. Proses mengubah konsepsi awal siswa yang salah maka perlu dirancang kegiatan belajar mengajar yang dapat membangkitkan perubahan konsepsi siswa dengan melibatkan siswa secara aktif. Aliran yang berpandangan untuk mengaktifkan siswa disebut konstruktivisme dan model pembelajarannya disebut model pembelajaran perubahan konseptual. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsepsi awal siswa MTsN Beureunuen sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran perubahan konseptual pada materi segiempat. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-1 pada tahun ajaran 2007/2008. Teknik pengumpulan data dengan memberikan tes untuk tes awal dan tes akhir. Hasil penelitian dianalisis secara kualitatif dan jawaban siswa dikelompokkan berdasarkan konsepsi yang sesuai dengan konsep ilmiah, hampir sesuai dengan konsep ilmiah, dan tidak sesuai dengan konsep ilmiah. Hasil jawaban tertulis siswa diperjelas dengan wawancara dan jurnal refleksi. Konsepsi awal siswa tentang konsep segiempat bervariasi, ada yang sesuai dengan konsep ilmiah, hampir sesuai dengan konsep ilmiah, dan yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah. Penyebabnya adalah karena konsepsi awal siswa masih terbatas dan dipengaruhi oleh pengetahuan yang diperoleh pada pendidikan sebelumnya. Secara umum terdapat perkembangan konsepsi siswa sesudah diterapkan model pembelajaran perubahan konseptual tentang konsep segiempat. Salah satu contoh pada soal  tes awal jajargenjang terdapat 0% konsepsi awal siswa yang sesuai dengan konsep ilmiah dan pada soal tes akhir jajargenjang terdapat 54,05% yang sudah sesuai dengan konsep ilmiah.













 
BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah ialah melalui perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang proses belajar mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang seiring pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai personel yang menduduki posisi strategis dalam rangka pengembangan sumber daya manusia dituntut untuk terus mengikuti  berkembangnya konsep-konsep baru dalam dunia pendidikan tersebut. Hal ini disebabkan karena tanggung jawab guru adalah merangsang, membimbing, dan memajukan pengetahuan siswa.
            Pengetahuan yang disampaikan kepada siswa berupa pengetahuan-pengetahuan yang dibangun oleh para ilmuwan kemudian disusun oleh penyusun kurikulum. Selanjutnya guru menelaah dan memahami materi yang telah disusun tersebut melalui buku teks dan diteruskan kepada siswa dalam proses belajar mengajar. Sebelum mengikuti pengajaran formal, siswa pun telah memiliki pengetahuan awal yang diperoleh dari hasil interaksinya dengan lingkungan atau hasil membaca buku-buku teks. Akhirnya di dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi antara pengetahuan guru dengan pengetahuan siswa.[1]
            Berdasarkan uraian di atas, berarti siswa memasuki pelajaran baru tidak dengan kepala kosong, bahkan mungkin sudah terisi pengetahuan awal yang berhubungan dengan pengetahuan yang akan dipelajari. Pengetahuan awal tersebut diperoleh dari lingkungan atau dapat juga diperoleh melalui jenjang pendidikan sebelumnya. Pengetahuan awal siswa dapat berupa pengetahuan yang sudah sesuai dengan pengetahuan yang akan dipelajari, bisa juga berbeda sama sekali. Dalam tulisan ini, pengetahuan awal siswa tentang suatu konsep disebut dengan konsep awal (prakonsepsi), sedangkan pengetahuan awal siswa yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah disebut miskonsepsi.[2]
            Berikut adalah beberapa contoh miskonsepsi
1.      Miskonsepsi tentang “himpunan”
Anak menyatakan bahwa “banyak anggota himpunan bilangan asli lebih sedikit dari banyak anggota himpunan bilangan cacah, karena bilangan asli tidak memiliki anggota 0”.[3]
2.      Miskonsepsi tentang “segitiga”
Berdasarkan pengalaman penulis, “anak-anak menyatakan bahwa alas segitiga adalah sisi yang selalu berada di bawah, jika ada segitiga yang sisinya tidak terletak di bawah maka segitiga tersebut tidak ada alas”
3.      Miskonsepsi tentang “segiempat”
Berdasarkan pengalaman penulis, “anak-anak menyatakan bahwa persegi bukan persegipanjang dan persegipanjang bukan jajargenjang.
Setelah mengikuti pengajaran di sekolah akan timbul berbagai kemungkinan, antara lain pengetahuan siswa sama dengan pengetahuan awalnya. Agar pengetahuan awal siswa dapat berkembang optimal, sesuai dengan perkembangan intelektualnya, maka guru perlu mengetahui konsepsi awal siswa sebelum mengikuti proses belajar mengajar.
Memahami konsepsi awal adalah penting antara lain karena konsepsi awal bersifat individual, dan juga sering tidak sesuai dengan konsep ilmuwan. Jika guru tidak memperhatikan konsepsi awal siswa akan mengakibatkan munculnya sumber kesulitan belajar selanjutnya.[4]
Proses mengubah konsep awal siswa yang salah perlu dirancang kegiatan belajar mengajar yang dapat membangkitkan perubahan konseptual siswa dengan melibatkan siswa secara aktif. Aliran yang berpandangan seperti ini disebut konstruktivisme dan model pembelajarannya disebut model pembelajaran perubahan konseptual.
Hasil penelitian Johar tentang penerapan model pembelajaran perubahan konseptual kelas II SMP Khadijah Surabaya tentang topik perbandingan menunjukkan bahwa profil konsepsi awal setelah belajar dengan model pembelajaran perubahan konseptual termasuk kategori tinggi[5]. Berdasarkan dari uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji tentang penerapan model pembelajaran perubahan konseptual pada materi bangun segiempat di kelas VII MTsN Beureunuen.

B.     Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan pertanyaan dalam penelitian ini adalah:
1.      Bagaimanakah konsepsi awal siswa kelas VII-1 MTsN Beureunuen  tentang bangun segiempat sebelum diterapkan model pembelajaran perubahan konseptual?
2.      Bagaimanakah konsepsi awal siswa kelas VII-1 MTsN Beureunuen  tentang bangun segiempat sesudah belajar dengan model pembelajaran perubahan konseptual?

C.     Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
1          Untuk mengetahui konsepsi awal siswa kelas VII MTsN Beureunuen tentang bangun segiempat sebelum diterapkan model pembelajaran perubahan konseptual.
2          Untuk mengetahui konsepsi siswa kelas VII MTsN Beureunuen tentang bangun segiempat sesudah belajar dengan menerapkan model pembelajaran perubahan konseptual.

D.    Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi upaya peningkatan mutu proses belajar mengajar guna menghasilkan anak didik yang berkualitas untuk MTsN/SLTP umumnya dan MTsN Beureunuen khususnya. Manfaat yang diharapkan tersebut adalah:
1.    Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, teori model pembelajaran perubahan konseptual bisa diterapkan pada pelajaran lain yang ada miskonsepsi.
2.        Bagi MTsN Beureunuen, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran pada sekolah dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran matematika di kelas.
3.      Bagi guru MTsN Beureunuen, hasil penelitian ini bisa memberikan beberapa manfaat antara lain:
a.       Dapat memberikan informasi kepada guru tentang konsepsi awal siswa sebelum mempelajari materi bangun segiempat
b.      Dapat memberikan informasi kepada guru tentang penerapan model pembelajaran perubahan konseptual untuk mengetahui konsepsi awal siswa tentang bangun segi empat.
4.        Bagi siswa MTsN Beureunuen, hasil penelitian ini dapat merubah miskonsepsi siswa terhadap materi bangun segiempat. 

E.     Penjelasan Istilah
Untuk memudahkan memahami maksud dari keseluruhan  penelitian, maka peneliti perlu memberikan penjelasan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini:
1.      Konstruktivisme adalah aliran psikologi kognitif yang berpandangan perlu memberikan penekanan kepada siswa untuk mengkonstruk sendiri pengetahuan yang akan dipelajari.
2.      Model pembelajaran perubahan konseptual dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang bertujuan untuk meluruskan konsepsi awal siswa yang kurang jelas atau berbeda sama sekali dengan konsep ilmiah dan sekaligus membentuk pengetahuan baru.
3.      Konsep ilmiah adalah ide kerangka berfikir yang bersifat ilmiah (sesuai dengan konsep ilmuwan)
4.      Konsepsi dalam penelitian ini diartikan sebagai pemahaman/pengertian siswa tentang konsep. Sedangkan konsep adalah pengertian yang telah disepakati oleh banyak ilmuwan. Dalam penelitian ini kosepsi siswa dikelompokkan menjadi tiga macam adalah konsepsi sesuai dengan konsep ilmiah, hampir sesuai dengan konsep ilmiah, dan tidak sesuai dengan konsep ilmiah.
Catatan:
“Bangun segiempat yang dimaksud di atas dan dalam tulisan selanjutnya adalah jajargenjang, persegipanjang, dan persegi”


[1] Rahmah Johar, Penerapan Model Belajar Perubahan Konseptual dengan CLS pada Topik Perbandingan, Tesis (IKIP Surabaya : Program Pasca Sarjana, 1997 ), hal 116
[2] Ibid…,hal 3
[3] R.Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika Indonesia, (DEPDIKNAS : 1999/2000), Hal 159
[4] Hasweh dalam Rahmah Johar, Penerapan..., hal 3
[5] Rahmah Johar, Penerapan Model Belajar Perubahan Konseptual dengan CLS pada Topik Perbandingan, Tesis (IKIP Surabaya : Program Pasca Sarjana, 1997 ), hal 116















BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.     Pendidikan Matematika
Pendidikan matematika adalah unsur-unsur atau bagian-bagian dari matematika yang dipilih berdasarkan kepada kepentingan pendidikan dan perkembangan IPTEK. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendidikan matematika tidaklah sepenuhnya sama dengan matematika sebagai ilmu.
Tujuan pendidikan matematika yang dimaksudkan di sini adalah tujuan  secara umum alasan  matematika diajarkan di berbagai jenjang pendidikan. Selain itu juga dikemukakan tujuan pembelajaran matematika yang ingin dicapai oleh suatu institusi atau sekolah melalui kurikulum yang ditetapkan.
Tujuan pendidikan matematika secara umum adalah.
  1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efisien.
  2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan berbagai ilmu pengetahuan.[1]

Selanjutnya tujuan khusus pengajaran matematika di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) adalah:
1.         Memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan      matematika.
2.         Memiliki kemampuan matematika sebagai bekal untuk melanjutkan ke pendidikan menengah.
3.         Mempunyai keterampilan matematika sebagai peningkatan dan perluasan dari matematika sekolah dasar untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
4.         Mempunyai pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap logis, kritis, kreatif, dan disiplin serta menghargai kegunaan matematika.[2]

Apabila diperhatikan secara cermat terlihat bahwa tujuan yang dikemukakan di atas memuat nilai-nilai tertentu yang dapat mengarahkan klasifikasi atau penggolongan tujuan pembelajaran matematika di semua jenjang pendidikan menjadi tujuan yang bersifat formal dan tujuan yang bersifat material. Adapun tujuan yang bersifat formal lebih menekankan kepada menata penalaran dan membentuk kepribadian. Sedangkan tujuan yang bersifat material lebih  menekankan kepada kemampuan menerapkan matematika dan keterampilan matematika.
Hal yang sangat perlu diperhatikan adalah bahwa selama ini dalam praktek pembelajaran di kelas, guru lebih menekankan kepada tujuan yang bersifat material, antara lain karena tuntutan lingkungan yang sangat dipengaruhi oleh sistem evaluasi regional ataupun nasional. Ini mengakibatkan banyak orang menganggap bahwa tujuan pendidikan matematika hanyalah di domain kognitif saja. Sedangkan tujuan yang bersifat formal dianggap akan dicapai dengan sendirinya.

B.     Pembelajaran Matematika dalam Pandangan Konstruktivisme
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak penelitian pendidikan yang memusatkan perhatian pada pendekatan konstruktivisme. Berbeda dengan pandangan lama tentang proses pembelajaran yang melihat proses pembelajaran sebagai proses memindahkan konsep dari guru ke siswa. Konstruktivisme menyatakan bahwa proses  pembelajaran adalah proses siswa berperan aktif dalam membentuk struktur kognitif berdasarkan konsep yang telah dimilikinya.
Menurut Crowter, sebenarnya konstruktivisme bukan teori baru. Aspek-aspek dari konstruktivisme dapat ditemukan dalam hasil kerja Socrates, Plato, dan Aristoteles sekitar tahun 470-320 BC. Tetapi, dalam beberapa tahun terakhir konstruktivisme menjadi sangat populer seiring dengan munculnya teori Piaget dan teori Vygotsky, yang didukung pula oleh berbagai teori dalam psikologi kognitif, di antaranya teori Kintsch tentang representasi proposisi, teori ACT dari Anderson, teori Tulving tentang memori, dan teori pemrosesan informasi.[3]     
Hal yang sama juga dinyatakan oleh Resnick bahwa seorang yang belajar itu membentuk pengertian.[4]  Orang yang belajar tidak hanya meniru atau mencerminkan apa yang diajarkan atau yang dibaca, melainkan membangun pengertian, jadi, pengetahuan itu dibentuk oleh siswa secara aktif, dan tidak hanya diterima dari guru secara pasif. Piaget menyatakan bahwa proses pembentukan ini berjalan terus menerus, berkembang dan setiap kali mengadakan reorganisasi karena adanya satu pemahaman yang baru.[5]  
Berbeda dengan konsep di atas, proses pembelajaran yang berlangsung  selama  ini umumnya dilakukan melalui penyampaian informasi, bukan pada proses pembentukan konsep. Di sekolah, guru masih tetap merupakan sumber informasi yang paling dominan, padahal sangat banyak sumber informasi lain yang dapat dimanfaatkan. Proses pembelajaran sebagian besar masih berpusat pada kegiatan mendengarkan dan  menghafalkan, bukan memberikan interpretasi dan makna terhadap apa yang dipelajari dalam upaya untuk membangun pengetahuannya sendiri.[6]
Dalam proses pembelajaran dengan konstruktivisme, siswa harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka dengan bantuan guru. Proses pembelajaran dengan penekanan siswa belajar aktif ini sangat penting dan perlu dikembangkan karena keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitifnya. Mereka juga akan terbantu menjadi orang kritis dalam menganalisis suatu hal karena mereka berpikir dan bukan meniru saja.
Pendekatan ini menekankan agar murid mengkonstruksikan sendiri pengetahuannya, memerlukan waktu belajar yang relatif lama, dan penanganan yang berbeda-beda untuk setiap murid. Ini dapat menjadi hambatan terutama bila berhadapan dengan kurikulum yang sarat muatan. Kendala lain dalam pelaksanaan konstruktivisme di Indonesia adalah situasi dan kondisi setiap sekolah tidak sama. Ada beberapa sekolah yang mempunyai sedikit sarana, dalam situasi seperti ini kita harus tetap memilih dan mencoba beberapa hal yang dapat dilakukan untuk melibatkan siswa agar aktif membangun pengetahuan mereka sendiri.[7]  Kegiatan kelompok seperti diskusi, menulis dan mempresentasikan hasil diskusi atau makalah, serta meneliti di lapangan dapat menantang siswa untuk aktif berpikir dan membangun pengetahuan mereka.
Dalam konstruktivisme, mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke murid, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis dan mengadakan justifikasi. Guru selalu berusaha agar seorang siswa mempunyai cara berpikir yang baik, dalam arti bahwa cara berpikirnya dapat digunakan untuk menghadapi suatu fenomena baru, dan dapat memecahkan persoalan yang lain. Sementara itu seorang siswa yang sekedar menemukan jawaban benar belum tentu dapat menyelesaikan persoalan baru karena mungkin ia tidak mengerti cara menemukan jawaban itu. Mengajar dalam konteks ini adalah membantu seseorang berpikir secara benar dan membimbingnya.
Dalam proses belajar mengajar, guru harus sadar bahwa siswa sudah mempunyai pengetahuan awal, yaitu pengetahuan yang akan menjadi dasar untuk membangun pengetahuan mereka selanjutnya. Jadi, dalam hal ini guru harus mengetahui taraf pengetahuan siswa.
Adapun jawaban siswa terhadap suatu persoalan adalah jawaban yang terbaik bagi mereka saat itu. Kalaupun jawaban tersebut salah, guru harus membantu atau memberi jalan kepada siswa sehingga dengan demikian diharapkan jawaban menjadi lebih baik. Untuk itu, guru perlu menciptakan suasana yang menyenangkan. Guru perlu membantu mengaktifkan siswa untuk berpikir dengan memberikan orientasi dan arah, tetapi tidak memaksakan. Cara ini cukup memakan waktu tapi siswa menemukan dan menyelesaikan sendiri dan ia akan siap untuk menghadapi persoalan baru.
Peran guru dalam pembelajaran dengan konstruktivisme adalah sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar murid berjalan dengan baik. Peran ini dapat dijabarkan dalam beberapa tugas berikut:
1.      Menyediakan kondisi/pengalaman belajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa, mendukung proses belajar siswa, memberi semangat, dan berpastisipasi aktif pada setiap kegiatan siswa.
2.      Menyediakan konflik kognitif dalam upaya mengubah miskonsepsi yang dibawa siswa menuju kepada konsep ilmiah.
3.     Menyediakan sarana yang memungkinkan siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya, merangsang siswa berpikir secara produktif atau membantu siswa dalam mengekspresikan atau mengkomunikasikan gagasannya.
4.      Memonitor, mengevaluasi, dan memberikan umpan balik kepada siswa untuk menunjukkan apakah pemikiran siswa berhasil atau tidak.[8]

Perlu kita ketahui bahwa tidak semua model pembelajaran dapat digunakan di mana saja dan dalam situasi apa saja. Seorang guru yang konstruktivis harus dapat mengembangkan metode dalam suatu model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan awal siswanya.
Terdapat model pembelajaran yang bertolak dari pandangan konstruktivis tentang pembentukan pengetahuan, salah satunya adalah model pembelajaran perubahan konseptual. Sebelum mempelajari model pembelajaran tersebut, ada baiknya penulis paparkan sedikit tentang miskonsepsi dalam pembelajaran matematika.

C.     Miskonsepsi dalam Pembelajaran Matematika
Dalam pembelajaran matematika sering sekali terjadi kesalahan-kesalahan konsep, kesalahan konsep tersebut dikenal dengan istilah miskonsepsi. Jadi, secara umum miskonsepsi itu adalah konsep yang tidak sesuai atau tidak cocok dengan konsep ilmuwan.
Perlu diketahui bahwa konsep awal yang dimiliki oleh seorang anak tentang suatu objek , tidak mustahil sangat berbeda dengan konsep yang diajarkan di sekolah tentang objek yang sama. Juga bukan suatu hal yang mengherankan kalau konsep yang diterima di SLTP tidak tepat dengan konsep yang diajarkan di SLTA. Dalam keadaan semacam itulah konsep awal (prakonsepsi) menjadi miskonsepsi.[9]
Contoh miskonsepsi dalam matematika:
1.      Miskonsepsi tentang “himpunan”
     Anak menyatakan bahwa “banyak anggota himpunan bilangan asli lebih sedikit dari banyak anggota himpunan bilangan cacah, karena bilangan asli tidak memiliki anggota 0”.[10]
2.      Miskonsepsi tentang bilangan
Karena seringnya orang menggunakan bilangan, sampai-sampai ada pihak ataupun pejabat yang berpendapat (sadar ataupun tidak) bahwa bilangan itu konkret. Hal itu masih saja terungkap dalam uraian wawancara atau ungkapan di media massa.[11]
3.      Miskonsepsi tentang segiempat
Gambar 1
 
Kata “panjang”, seorang guru SD yang telah 6 tahun mengajar menunjukkan kepada muridnya sehelai kertas folio seperti gambar 1 dengan mengatakan “ ini persegipanjang”. Kemudian ketas  folio itu juga ditegakkan
Seperti gambar kedua dengan mengatakan “ini bukan
Persegipanjang”.[12]
Masih banyak contoh lain tentang miskonsepsi. Hal tersebut sangat penting untuk diperhatikan karena matematika bukan hanya mengajar berhitung dan keterampilan mengerjakan soal, tetapi matematika mengajarkan aspek lain berupa kecermatan, ketelitian, berpikir logis, tanggung jawab, dan disiplin. Untuk meluruskan konsepsi awal siswa supaya tidak banyak terjadinya miskonsepsi, model pembelajaran perubahan konseptual lebih cocok digunakan.[13]

D.    Model Pembelajaran Perubahan Konseptual
Model pembelajaran perubahan konseptual merupakan salah satu model pembelajaran yang menganut paham konstruktivis. [14] Strike dan Posner memandang bahwa belajar merupakan pemahaman ide, menilai kebenaran ide ini, dan menilai konsistennya dengan ide yang lain. Anggapan dasarnya adalah bahwa konsepsi yang dibawa oleh siswa berpengaruh pula pada ide yang akan dipelajari.
            Toulmin menguraikan bagian terpenting dari pemahaman manusia adalah perkembangan konsep revolutif. Dalam perkembangan konsep itu seseorang mengubah ide-idenya.[15] Menurut Posner dkk, dalam proses belajar ada proses perubahan konsep yang mirip dengan filsafat sains tersebut. Tahap pertama perubahan konsep itu disebut asimilasi dan tahap kedua disebut akomodasi. Dengan asimilasi siswa menggunakan konsep-konsep yang telah mereka punyai untuk berhadapan dengan fenomena yang baru. Dengan akomodasi siswa mengubah konsepnya yang tidak cocok lagi dengan fenomena baru yang mereka hadapi. Akomodasi disebut juga perubahan konseptual secara radikal.[16]
            Supaya terjadi perubahan radikal atau akomodasi dibutuhkan beberapa keadaan dan syarat seperti berikut:
1.      Harus ada ketidakpuasan terhadap konsep yang telah ada. Siswa mengubah konsepnya jika mereka yakin bahwa konsep mereka yang lama tidak dapat digunakan lagi untuk menelaah situasi, pengalaman, dan gejala yang baru.
2.      Konsep yang baru harus dapat dimengerti, rasional, dan dapat memecahkan persoalan atau fenomena yang baru.
3.      Konsep yang baru harus masuk akal, dapat memecahkan dan menjawab persoalan yang terdahulu, dan juga konsisten dengan teori-teori atau pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.
4.    Konsep baru harus berdaya guna bagi perkembangan penelitian dan penemuan yang baru.[17]

Johar menjelaskan bahwa model pembelajaran perubahan konseptual berpijak pada rasionalisasi bahwa siswa memasuki pelajaran baru tidak dengan kepala kosong, bahkan sudah terisi pengetahuan awal yang berhubungan dengan pengetahuan yang akan dipelajari. Pengetahuan tersebut diperoleh dari lingkungan atau dapat juga diperoleh dari jenjang pendidikan sebelumnya. Umumnya pengetahuan awal siswa ini berbeda dengan pengetahuan yang akan dipelajari (pengertian ilmiah). Oleh karena itu pengetahuan awal cukup berpengaruh dalam konstruksi pengetahuan yang baru. Dalam pelaksanaan di kelas siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan ide-idenya (prakonsepsinya)  agar mereka lebih sadar mengenai konsepsi yang dimilikinya, bernegosiasi makna, dan memunculkan cognitive conflic guna menggoyahkan stabilitas miskonsepsi siswa. Kemudian masing-masing konsepsi awal siswa dikembangkan ke arah yang benar (mengkonstruk konsep ilmiah).[18]
Johar menyimpulkan bahwa fase-fase model pembelajaran perubahan konseptual tersebut sebagai berikut.
1.        Orientasi (orientation). Siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari suatu topik, yaitu dengan memberi kesempatan untuk mengadakan observasi terhadap topik yang akan dipelajari
2.        Pemunculan ide ( elicitation of ideas). Siswa dibantu mengungkapkan idenya secara jelas dengan berdiskusi, menulis, membuat poster, dan lain-lain, yaitu dengan memberikan kesempatan untuk mendiskusikan masalah yang diobservasi, dalam wujud lisan, tulisan gambar ataupun poster
3.        Penyusunan ulang ide (restructuring of ideas), meliputi aktivitas yang memberi kesempatan kepada siswa untuk:
a.       Klarifikasi ide (clarification and exchange), yaitu saling bertukar pikiran dengan teman.
b.       Memunculkan situasi konflik (exposure to conflict situation), yaitu ketika berhadapan dengan ide-ide lain, seseorang dapat terangsang untuk merekonstruksi idenya kalau tidak cocok atau sebaliknya menjadi lebih yakin apabila gagasannya cocok.
c.       Membangun ide yang baru (construction of new ideas). Ini terjadi apabila dalam diskusi itu idenya bertentangan dengan ide lain atau idenya tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan teman-teman.
d.       Mengevaluasi ide baru (evaluation). Ada baiknya bila ide yang baru dibentuk itu diuji dengan suatu percobaan atau persoalan yang baru.
4.      Penerapan ide (application of ideas). Ide atau pengetahuan yang telah dibentuk oleh siswa perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi yang dihadapi. Hal ini akan membuat pengetahuan siswa lengkap dan bahkan lebih rinci dengan segala macam pengecualiannya.
5.      Review perubahan ide (review change in idea), yaitu siswa mengkaji ulang perubahan ide dengan cara membandingkan ide yang telah dipelajari dengan ide awal.[19]

Berdasarkan ilustrasi mengenai model pembelajaran perubahan konseptual di atas berikut ini disajikan contoh pelaksanaan model pembelajaran perubahan konseptual pada materi jajargenjang.
Tabel 1. Fase-fase model pembelajaran perubahan konseptual

Fase-fase model pembelajaran perubahan konseptual
Langkah-langkah Pembelajaran
1.       Orientasi


Pendahuluan
a.       Tanya jawab tentang segiempat
b.       Tanya jawab tentang segitiga
2.       Pemunculan ide
Kegiatan Inti
a.       Menunjukkan alat peraga jajargenjang, pergipanjang, dan persegi
b.       Pre-tes
3.       Penyusunan ulang ide
a.       Klarifikasi ide 




b.      Memunculkan situasi konflik
c.       Membangun ide baru
d.      Mengevaluasi ide baru
c.   Membagikan kelompok yang 
      beranggotakan 5-6 siswa dan 
      membagikan LKS untuk masing- 
      masing kelompok ( LKS dapat     dilihat pada lampiran)
d.   Mendikusikan LKS bagian A



e.   Mendiskusikan LKS bagian B

4.       Penerapan ide
a.   Mendiskusikan LKS bagian C
b.   Mempresentasikan hasil diskusi
      dengan kelompoknya masing-
      masing 
5.       Review perubahan ide
Penutup
a.     Siswa mengkaji ulang perubahan
      ide dengan cara membandingkan
      ide yang telah dipelajari dan
      menuliskan dalam jurnal refleksi   
b.  Guru bersama siswa membuat
     rangkuman tentang hubungan jajar
     genjang dengan persegipanjang,
     persegi, dan belahketupat.

E.     Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Perubahan Konseptual
Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dan kekurangan model pembelajaran perubahan konseptual adalah sebagai berikut :
1.    Kelebihan
a.      Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan pikiran, pendapat, pemahamannya tentang suatu konsep sebelum dipelajari secara formal. Dengan demikian siswa dilibatkan dalam merencanakan pengajarannya.
b.     Memberikan kesempatan kepada siswa untuk peduli dengan konsepsi awalnya (terutama konsepsi awal yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah). Dengan demikian siswa diharapkan menyadari kekeliruannya dan bersedia memperbaiki kekeliruaan tersebut.
c.      Dapat menciptakan suasana kelas  yang hidup karena siswa dituntut untuk aktif berdiskusi dengan teman dan gurunya. Dengan demikian cara belajar siswa aktif dapat terlaksana.
d.     Siswa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri pengetahuan yang diajarkan dengan memperhatikan konsepsi awalnya. Dengan demikian akan terjadi pembelajaran yang bermakna.
e.      Guru yang mengajar menjadi kreatif karena harus berusaha mencarikan alternatif untuk meluruskan konsepsi awal siswa yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah.
2.     Kekurangan
a.      Karena untuk menerapkan model pembelajaran perubahan konseptual menggali konsepsi awal siswa sebelum siswa belajar secara formal, maka bagi siswa yang belum terbiasa pada situasi ini merasa ”takut” dengan beberapa pertanyaan berkenaan dengan materi yang belum dipelajari. Namun ini bisa diatasi dengan memberikan informasi bahwa tes awal tidak mempengaruhi nilai siswa.
b.     Membutuhkan waktu yang banyak, namun ini bisa diatasi dengan membatasi waktu ketika membagikan kelompok.
c.      Bagi guru yang kurang berpengalaman akan merasa kesulitan karena pengajaran disusun berdasarkan pada konsepsi awal siswa yang beragam, namun ini bisa diatasi dengan seringnya menerapkan model pembelajaran perubahan konseptual pada materi yang ada miskonsepsinya.

F.       Materi Bangun Segiempat
Segiempat merupakan bentuk segi-n yang paling banyak jenisnya. Segiempat mempunyai empat sisi yang membentuk empat sudut. Beberapa bentuk segiempat yang dipelajari di SMP antara lain jajargenjang, persegi panjang, persegi, layang-layang, belahketupat, dan trapesium. Cara membedakan bangun-bangun segiempat adalah dengan memahami definisi dan sifat-sifat bangun segiempat.
Definisi dalam istilah matematika adalah ungkapan yang membatasi suatu konsep. Dengan adanya definisi orang dapat membuat ilustrasi atau gambar atau konsep yang didefinisikan. Definisi dalam matematika ada 2 yaitu definisi analitis dan genetik[20]. Definisi analitis adalah definisi yang menyebutkan genus proksimum (genus terdekat) dan diferensia spesifika (pembeda khusus)[21]. Misalnya definisi trapesium adalah segiempat yang tepat sepasang sisinya sejajar. Sedangkan definisi genetik adalah definisi yang menyebutkan bagaimana konsep itu terbentuk atau terjadi.[22] Misalnya definisi jajargenjang adalah bangun segiempat yang dibentuk dari gabungan segitiga dan bayangannya setelah diputar setengah putaran dengan pusat titik tengah salah satu sisinya.
Uraian berikut akan menjelaskan definisi dan sifat segiempat yang dipelajari di SMP.
1.      Jajargenjang
Jajargenjang adalah bangun segiempat yang dibentuk dari gabungan segitiga dan bayangannya setelah diputar setengah putaran dengan pusat titik tengah salah satu sisinya.
Sifat-sifat jajargenjang adalah :
a.       Sisi-sisi  yang berhadapan sejajar dan sama panjang
b.      Sudut-sudut yang berhadapan sama besar
c.       Jumlah besar sudut  yang berdekatan adalah 180°
d.      Kedua diagonal saling membagi dua sama panjang
Bukti
Perhatikan gambar 2, jajargenjang ABCD diputar setengah putaran pada O, maka :
AB→CD
Jadi, AB=CD dan AB//CD
Gambar 2. Jajargenjang  
 
Gambar 1. Jajargenjang  
 
BC→DA
Jadi, BC=DA dan BC //DA
Karena AB # CD dan BC # DA (# dibaca sama dan sejajar, maka dapat disimpulkan bahwa:
Pada setiap jajargenjang, sisi-sisi  yang berhadapan sama panjang dan sejajar.
               Pada gambar di atas, jajargenjang ABCD diputar setengah putaran pada O, maka:
ÐABC→ ÐCDA. Jadi, Ð ABC = ÐCDA.
ÐBAD →ÐDCB. Jadi,  Ð BAD =ÐDCB.
Karena ÐABC = ÐCDA dan Ð BAD =ÐDCB, maka dapat disimpulkan bahwa :
Pada setiap jajargenjang, sudut-sudut yang berhadapan sama besar.
Jajargenjang ABCD pada gambar 3, AB//CD dan AD//BC. Karena AB//CD, maka :
       ÐA + ÐD = 180° (sudut dalam sepihak)
Gambar 3. Jajargenjang  
 
       ÐB + ÐC = 180° (sudut dalam sepihak)   Karena AD//BC dan ÐA  dengan  ÐB maupun  ÐC  dengan  ÐD merupakan  sudut dalam sepihak, maka :
  ÐA + ÐD = 180° (sudut dalam sepihak)
 ÐB + ÐC = 180° (sudut dalam sepihak)
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ;
Pada setiap jajargenjang jumlah besar sudut-sudut yang berdekatan adalah 180°
                                   




Gambar 4. Jajargenjang
 
 


Pada gambar 4, Jajargenjang ABCD diputar setengah putaran pada O, maka :
OA → OC
Jadi, OA = OC
OB → OD
Jadi, OB = OD
Karena OA = OC dan OB = OD.
Karena OA = OC dan OB = OD, maka dapat disimpulkan bahwa :
Kedua diagonal pada setiap jajargenjang saling membagi dua sama panjang.
2.       Persegipanjang
 Persegipanjang adalah jajargenjang yang dibentuk dari gabungan segitiga siku-siku dan bayangannya.
Sifat-sifat persegi panjang adalah :
a.      sisi-sisi yang berhadapan sama panjang.
b.     sisi-sisi yang berhadapan sejajar.
c.      tiap sudutnya sama besar.
d.     tiap-tiap sudutnya merupakan sudut siku- siku.
e.       Diagonal-diagonal dalam setiap persegi panjang sama panjang
  Bukti :        
P
 
            Perhatikan gambar 5. Persegi panjang ABCD dibalik
            menurut sumbu simetri PQ, maka :
            A menempati B, ditulis A → B
Q
 
            D menempati C, ditulis D → C
            AD → BC
Gambar 5. Persegipanjang
 
            Jadi, AD = BC


      Pada gambar 6, persegi panjang ABCD dibalik menurut sumbu
      simetri RS , maka :
Gambar 6. Persegipanjang
 
      A menempati D, ditulis A→D
      B menempati C, ditulis B→C
      A       AB→CD
      Jadi, AB=CD
Sifat 1 : Dalam setiap persegi panjang, sisi-sisi yang berhadapan sama panjang.
Sifat 2 : Dalam setiap persegi panjang, sisi-sisi yang berhadapan sejajar.
  Sifat sudut-sudut persegi panjang
Perhatikan gambar 7!
ÐA menempati   ÐB, ditulis ÐA → ÐB
ÐC menempati  ÐD,  ditulis ÐC → ÐD
Jadi, ÐA = ÐB.............1)
Gambar 7. Persegipanjang
 
    Ð C = Ð D..............2)
Perhatikan gambar 8!
ÐA menempati  ÐD, ditulis  ÐA →  ÐD
ÐB menempati  ÐC, ditulis ÐB → ÐC
Jadi, ÐA = ÐD..........1)
Gambar 8. Persegipanjang
 
        Ð B = ÐC...........2)

Dari bentuk persamaan 1) sampai 4), dapat disimpulkan hal berikut ini.
ÐA = ÐB..................1)
ÐB = ÐC...................2)
ÐC = ÐD...................3)
Jadi, ÐA =Ð B = ÐC = ÐD
Sifat 3 : Dalam setiap persegi panjang, tiap sudutnya sama besar
Sifat 4 : Dalam setiap persegi panjang, tiap-tiap sudutnya merupakan sudut siku- siku






C
 

D
 

 

P
 
D
 
C
 
Pada gambar 9, persegi panjang  ABCD dibalik menurut sumbu PQ, maka:
A→B
A
 
Q
 
B
 
B
 
A
 
C→D
Gambar 9. Persegipanjang
 
AC → BD
Jadi, AC = BD
Dengan demikian, dapat disimpulkan  hal berikut ini.
Sifat 5 : Diagonal-diagonal dalam setiap persegi panjang sama panjang 
         
3.      Persegi
Persegi merupakan persegi panjang yang khusus, sehingga sifat-sifat yang dimiliki oleh persegi  panjang berlaku untuk persegi.
Sifat-sifat persegi yang dimiliki oleh persegi panjang adalah
a.       Sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar
  1. Diagonalnya sama panjang
  2. Diagonalnya berpotongan sama panjang.
Sifat-sifat lain yang dimiliki persegi adalah sebagai berikut:
a         Panjang sisi-sisi setiap persegi adalah sama.
b.   Sudut-sudut dalam setiap persegi dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya merupakan sumbu simetri.
Jadi dapat disimpulkan persegi adalah persegipanjang yang sisi-sisinya sama panjang.
Bukti:
Pada gambar 10, persegi ABCD dibalik menurut diagonal AC, maka :
A → A               C→C
B→D                 B→D
AB→AD          CB→CD
Gambar 10. Persegipanjang
 
Jadi, AB=AD........1)

      CB=CD........2)
Pada gambar 11, persegi ABCD dibalik menburut diagonal BD, maka :
Gambar 11. Persegipanjang
 
A → C              C → A
B → B               D → D
A B → CB         CD → AD
Jadi, AB = AD..........3),  CD = AD........4)
Dari hasil tersebut didapat :
Panjang sisi-sisi setiap persegi didapat :
1)      AB = AD
2)      AD = CD
3)      CD = CD
Jadi, AB = AD = CD = CB
Sifat 1: panjang sisi-sisi setiap persegi adalah sama

Sifat diagonal-diagonal persegi
Pada gambar 11, persegi ABCD dibalik menurut diagonal AC, maka :
ÐBAC → ÐDAC                       Ð ACB →  ÐACD
Gambar 11. Persegi panjang
 
Jadi, ÐBAC = ÐDAC                        Jadi, ÐACB = ÐACD

              Karena ÐBAC = ÐDAC dan  ÐACB =  ÐACD, maka diagonal AC membagi sudut A dan sudut C menjadi dua bagian yang sama besar.
Pada gambar 12, persegi ABCD dibalik menurut diagonal BD, maka:
ÐABD → ÐCBD                  Ð ADB → ÐACD
Jadi, ÐABD = ÐCBD             Jadi, ÐADB = ÐCDB
Gambar 12. Persegipanjang
 
Karena ÐABD = ÐCBD dan ÐADB = ÐCDB, maka diagonal BD membagi ÐB dan ÐD menjadi dua bagian yang sama besar.
Sifat 2 :    Sudut-sudut dalam setiap persegi dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya merupakan sumbu simetri.


[1] R.Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika Indonesia, (DEPDIKNAS : 1999/2000), Hal 43
[2] Ibid, hal 44
[3] Tanwey Gerson Ratumanan, Belajar dan Pembelajaran. (Unesa University Press: Ambon, 2004), hal 104
[4] Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, ( Kanisius : Yogyakarta, 1997), hal. 11
[5] Ibid, hal 18
[6] Sukro Muhab, Model-model Pembelajaran Bidang Sains, Makalah, (UNJ: Jakarta, 2006),  hal 5
[7] Ibid., hal 6
[8] Ibid, hal 7
[9] R. Soedjadi…,hal 157
[10] Ibid, hal 159
[11] R. Soedjadi,Kiat…, hal 158
[12] Ibid, hal 158
[13] Ibid , hal 163
[14] Rahmah Johar, Cut Nurfadhillah, Latifah Hanum, Strategi belajar mengajar, (Unsyiah: FKIP,2006), hal 57
[15] Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, (Pustaka Filsafat: Kanisius, 1997), hal 50
[16] Ibid, hal 50
[17]Ibid, hlm 51.
[18] Rahmah Johar, Cut Nurfadhillah, Latifah Hanum, Strategi belajar mengajar, (Unsyiah: FKIP,2006), hal. 58
[19] Ibid, hal. 59
[20] R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, (Dirjen PT Depdiknas 1999/2000), hal 14
                [21] Ibid, hal 15
                [22] Ibid, hal 15











BAB III
METODE PENELITIAN

A.     Jenis Penelitian
Merujuk pada rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka jenis penelitian ini adalah eksperimen. Menurut Arikunto penelitian eksperimen adalah suatu penelitian untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenakan pada subjek selidik.[1]
subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-1 MTsN Beureunuen. Jenis penelitian eksperimen yang penulis maksud adalah quasi eksperimen dengan model one group pre-test - post-test design, yaitu eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelas saja tanpa kelas kontrol.[2] Skema model one group pre-test – post-test design seperti berikut :
                 
Keterangan :
       = tes awal untuk melihat konsepsi awal siswa tentang bangun segiempat sebelum menerapkan model pembelajaran perubahan konseptual
X         =  Perlakuan, yaitu menerapkan model pembelajaran perubahan konseptual.
       = tes akhir untuk melihat konsepsi awal siswa tentang bangun segiempat sesudah belajar dengan menerapkan model pembelajaran perubahan konseptual.

B.     Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4-15 Maret 2008 di Madrasah Tsanawiyah Negeri Beureunuen kecamatan Mutiara Timur, kabupaten Pidie.

C.     Subjek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah kelas VII-1 MTsN Beureunuen, karena menurut informasi dari guru matematika, siswa kelas VII-1 lebih aktif dalam proses pembelajaran dibandingkan dengan kelas-kelas lain, karena di MTsN tersebut tidak ada kelas unggul sehingga subjek penelitian diambil secara acak dan pengambilan siswa yang aktif supaya memudahkan komunikasi pada saat wawancara. Subjek penelitian sebanyak 37 orang.

D.    Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan memberikan tes untuk pre-tes dan pos-tes, kemudian peneliti melaksanakan wawancara untuk mengungkap lebih jelas jawaban siswa pada tes awal dan tes akhir. Adapun pertanyaan, alternatif jawaban siswa, dan kriteria konsepsi siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2. Pertanyaan, alternatif jawaban siswa, dan kriteria konsepsi siswa
Pertanyaan

AlternatifJawaban Siswa
Kriteria Konsepsi Siswa
1.   a.  Apakah persegipanjang merupakan jajargenjang?
1. ia, karena per-segipanjang merupakan jajargenjang yang dibentuk dari segitiga siku-siku.
Sesuai dengan konsep ilmiah
2. ia, karena jajargenjang dan persegipanjang adalah segiempat yana keempat sudutnya siku-siku

Hampir sesuai dengan konsep ilmiah




3. tidak, karena perseipanjang tidak sama bentuknya dengan jajargenjang
Tidak sesuai dengan konsep ilmiah
     b.  Apakah persegi merupakan jajar genjang
1. ia, karena persegi merupakan jajargenjang yang dibentuk dari segitiga siku-siku.
Sesuai dengan konsep ilmiah
2.         ia, karena jajargenjang dan persegi adalah segiempat yang keempat sudutnya siku-siku
Hampir sesuai dengan konsep ilmiah
3.         tidak, karena persegi tidak sama bentuknya dengan jajargenjang
Tidak sesuai dengan konsep ilmiah
2.     Manakah gambar berikut ini yang merupakan jajargenjang ?















 



           a               b                  c               d
1. semua gambar
Sesuai dengan konsep ilmiah
2. b dan c
Hampir sesuai dengan konsep ilmiah
3. b
tidak sesuai dengan konsep ilmiah
3.     Perhatikan gambar berikut !
 


a          b             c               d             e
Berdasarkan gambar diatas, manakah yang merupakan persegipanjang? Berikan alasannya.!
1. a,b,c, dan e
Sesuai dengan konsep ilmiah
2. a,b, dan c
Hampir sesuai dengan konsep ilmiah
3.a,c, dan d
Tidak sesuai dengan konsep ilmiah
4.     Apakah persegi termasuk persegipanjang? Jelaskan!

1. Ia, karena persegi merupakan jajargenjang yang terbentuk dari gabungan segitiga siku-siku yang sisinya sama panjang
Sesuai dengan konsep ilmiah

2.         ia, karena jajargenjang dan persegi sama bentuknya
Hampir sesuai dengan konsep ilmiah
3.         bukan, karena gambarnya tidak sama
Tidak sesuai dengan konsep ilmiah
  Siswa yang tidak memberikan jawaban secara tertulis dikategorikan pada konsepsi yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah Untuk mengetahui adanya perubahan pengetahuan sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran perubahan konseptual maka peneliti meminta siswa membuat jurnal refleksi.

E.     Teknik Analisis Data

Tahap analisis data merupakan tahap yang paling penting dalam suatu penelitian, karena pada tahap ini hasil penelitian dapat dirumuskan. Setelah semua data terkumpul maka untuk mendeskripsikan data penelitian dilakukan analisis sebagai berikut.
1.    Untuk mengetahui konsepsi awal siswa, diperoleh data melalui tes awal. Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dan jawaban siswa dikelompokkan berdasarkan konsepsi yang sesuai dengan konsep ilmiah, hampir sesuai dengan konsep ilmiah dan tidak sesuai dengan konsep ilmiah. Hasil analisis akan diperkuat dengan wawancara dan jurnal refleksi.
2.      Untuk mengetahui konsepsi siswa setelah belajar dengan menerapkan model pembelajaran perubahan konseptual tentang bangun segiempat, diperoleh data melalui tes akhir. Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dan jawaban siswa dikelompokkan berdasarkan konsepsi yang sesuai dengan konsep ilmiah, hampir sesuai dengan konsep ilmiah dan tidak sesuai dengan konsep ilmiah. Hasil analisis akan diperkuat dengan wawancara dan jurnal refleksi.




[1] Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta, 2005), hal 207
[2] Ibid, hal 210











BAB IV
HASIL PENELITIAN


A.     Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTsN Beureunuen pada tanggal 4-15 Maret 2008. Penerapan model pembelajaran perubahan konseptual dalam penelitian ini dilaksanakan dengan beberapa tahap, yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan kegiatan, dan tahap evaluasi hasil belajar.
1.  Tahap Persiapan
Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari perangkat pembelajaran, dan instrumen pengumpulan data. Perangkat pembelajaran yang dipersiapkan adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan media pembelajaran. Instrumen pengumpulan data yang dipersiapkan adalah lembaran tes awal dan tes akhir, pertanyaan wawancara, dan jurnal refleksi. Pada tahap ini peneliti juga melakukan observasi langsung ke sekolah untuk melihat situasi dan kondisi sekolah serta konsultasi dengan guru bidang studi matematika tentang siswa yang akan diteliti. Observasi ini berlangsung dari tanggal 4-5 Maret 2008.
2.      Tahap Pelaksanaan Proses
Proses pembelajaran sebanyak tiga kali pertemuan, masing-masing pertemuan 2x40 menit. Peneliti bertindak sebagai guru dalam proses pembelajaran.
Uraian berikut menjelaskan tentang proses pembelajaran selama penelitian berlangsung.

  1. Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 6 Maret 2008. Pertemuan pertama ini berpedoman pada RPP-1. Sebelum memulai proses pembelajaran guru menginformasikan tentang model pembelajaran beserta langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Kemudian peneliti mengadakan tanya jawab tentang segitiga dan segiempat. Setelah itu membagi lembaran pre-tes tentang materi jajargenjang kepada masing-masing siswa. Kemudian  peneliti membagikan siswa ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 6-7 orang.
  1. Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 8 Maret 2008. Proses pembelajaran ini merupakan lanjutan dari pertemuan I dan masih berpedoman pada RPP-1 karena pada pertemuan pertama waktunya tidak cukup untuk meyelesaikan kegiatan pada RPP-1. Pada  pertemuan ini guru membagikan LKS-1, masalah yang diajukan dalam LKS-1 adalah masalah yang berhubungan dengan definisi dan sifat-sifat jajargenjang. Kemudian guru meminta siswa untuk bekerja kelompok dan menyelesaikan masalah menurut cara mereka masing-masing. Kemudian siswa diminta untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dan membandingkan hasil kerja mereka dengan kelompok lain. Setelah itu siswa mengkaji ulang perubahan ide dengan cara membandingkan ide yang telah dipelajari dan menuliskan dalam jurnal refleksi. Diakhir pertemuan guru bersama siswa membuat rangkuman tentang hubungan jajargenjang dengan persegipanjang, persegi, dan belah ketupat.

  1. Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 11 Maret 2008. Pada pertemuan ketiga ini berpedoman pada RPP-2. Pada awal pertemuan guru memberikan pre-tes persegipanjang dan persegi. Setelah itu membagikan LKS-2. Masalah yang dibahas dalam LKS-2 adalah tentang definisi dan sifat-sifat persegipanjang dan persegi. Guru meminta siswa untuk berdiskusi dengan kelompok masing-masing. Kemudian mempresentasikan hasil diskusi mereka dan kelompok lain menanggapinya. Setelah itu siswa mengkaji ulang perubahan ide dengan cara membandingkan ide yang telah dipelajari dan menuliskan dalam jurnal refleksi. Di akhir pertemuan guru bersama siswa membuat rangkuman tentang hubungan persegipanjang dan persegi.
3.      Tes Hasil Belajar
            Tahap evaluasi hasil belajar dilakukan untuk melihat  konsepsi awal siswa. Setelah mengalami model pembelajaran perubahan konseptual selama 3 kali pertemuan pada materi segiempat. Evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan berupa pos-tes yang terdiri 4 soal essay. Pos-tes ini dilaksanakan padatanggal 15 Maret 2008. Setelah siswa selesai mengerjakan soal, guru membahas soal-soal pos-tes.

B.     Analisis Hasil Penelitian
1.  Analisis Konsepsi Awal Siswa tentang Jajargenjang, Persegipanjang, dan Persegi

Untuk mengetahui konsepsi awal siswa tentang konsep segiempat sebelum diterapkan model pembelajaran perubahan konseptual, jawaban siswa pada tes awal bisa dilihat pada lampiran 6, konsepsi awal siswa dikelompokkan berdasarkan jawaban dan alasan yang sama, selanjutnya dilakukan analisis. Analisis ini dilengkapi dengan petikan wawancara terhadap 6 siswa. Dari hasil analisis akan diketahui banyak siswa yang sudah mempunyai konsepsi awal yang ”sesuai dengan konsep ilmiah”, “hampir sesuai dengan konsep ilmiah”, dan yang “belum sesuai dengan konsep ilmiah “ beserta penyebab dan alasannya.
Persentase jawaban tes awal siswa dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini.
Tabel 3  Persentase jawaban tes awal siswa

Pertanyaan
Konsepsi siswa terhadap konsep ilmiah
Sesuai
Hampir sesuai
Tidak sesuai
1.a
Apakah persegipanjang merupakan jajargenjang?
0 %
10,81 %
89,20 %
1.b
Apakah persegi merupakan jajargenjang?
0 %
5,41 %
94,59 %
2
Berdasarkan gambar di atas (a. Gambar persegi, b. Jajargenjang, c. Belahketupat, dan d. Persegipanjang), manakah yang merupakan jajargenjang?
0 %
2,7 %
97,3 %
3
Berdasarkan gambar diatas (a. Gambar persegipanjang tegak, b. Persegipanjang miring, c. Persegi panjang datar, d. Jajargenjang, e. persegi), manakah yang merupakan persegipanjang?
0 %
13,51 %
86,49 %
4
Apakah persegi merupakan persegipanjang?
21,62 %
43,24 %
35,14 %
Sumber: Tes awal siswa
Berdasarkan pertanyaan 1a pada tabel 3 di atas diketahui bahwa belum ada konsepsi awal siswa yang ”sesuai dengan konsep ilmiah” maksudnya jawaban siswa adalah ia  karena persegipanjang terbentuk dari gabungan segitiga dan bayangannya setelah diputar 180º dengan pusat titik tengah salah satu sisinya, hanya 4 siswa (10,81%) yang ”hampir sesuai dengan konsep ilmiah”, maksudnya jawaban siswa adalah ia, karena persegipanjang dan jajargenjang adalah segiempat yang keempat sudutnya siku-siku dan mempunyai dua panjang sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar, dan 33 siswa (89,20%) yang ”belum sesuai dengan konsep ilmiah” maksudnya jawaban siswa adalah bukan jajargenjang. Penyebab konsepsi awal siswa tidak sesuai dengan konsep ilmiah adalah karena siswa belum bisa mendefinisikan persegipanjang dan persegi ditinjau dari definisi analitik maupun genetik.  Jadi, siswa tidak memperhatikan persamaan sifat-sifat yang dimiliki jajargenjang, persegipanjang, dan persegi. Berikut petikan wawancara terhadap siswa kode 16 .
G       :   (Kepada MY diperlihatkan soal nomor 1, pertanyaannya adalah “apakah  persegipanjang merupakan jajargenjang?”). Ibu belum mengerti jawabanmu, apa yakin jawaban MY seperti ini?
S       :   Iya 
G       :   Kenapa ?
S       :   Karena gambarnya tidak sama dengan jajargenjang, kalau jajargenjang gambarnya agak miring sedangkan persegipanjang lurus
G       :   (Menggunting persegipanjang menurut diagonalnya), coba perhatikan, ini  gambar  apa ( menunjuk gambar segitiga)?
S       :   Segitiga
G       :   Coba MY definisikan jajargenjang setelah dibentuk gambarnya dari gabungan segitiga ini !
S       :   Tidak bisa bu

Berdasarkan pertanyaan 1b pada tabel 3 di atas diketahui bahwa belum ada konsepsi awal siswa yang ” sesuai dengan konsep ilmiah” maksudnya jawaban siswa adalah ia, karena persegi terbentuk dari gabungan segitiga dan bayangannya setelah diputar 180º dengan pusat titik tengah salah satu sisinya, hanya 2 siswa (5,41%) yang ”hampir sesuai dengan konsep ilmiah” maksudnya jawaban siswa adalah ia, karena ada gabungan seginya, dan 35 siswa (94,59%) yang ”belum sesuai dengan konsep ilmiah” maksudnya jawaban siswa adalah bukan. Penyebab sebagian besar kesalahan siswa adalah hampir sama dengan nomor 1.a karena siswa belum bisa mendefinisikan persegi secara analitik dan definisi jajargenjang secara genetik. Berikut petikan wawancara terhadap siswa kode 28.
G       :   (Memperlihatkan jawaban pre-tes). Kemudian menggambarkan segitiga siku-siku samakaki, kemudian diputar sesuai dengan definisi jajargenjang?   Apakah ini merupakan jajargenjang?
S       :   Bukan, karena sudut-sudut dalam setiap persegi dibagi dua sama besar oleh diagonalnya, sehingga diagonalnya sumbu simetri.
G       :   (Menggambarkan persegi ABCD), coba perhatikan gambar ini! Tunjukkan yang mana diagonal ?
S       :   Tidak tahu bu
G       :   Tapi alasan RM tadi menurut diagonal?
S       :   Nyontek di buku bu
G       :   Kalau jawaban RM sekarang, apakah persegi merupakan jajargenjang?
S       :   Bukan, karena gambarnya tidak sama dengan jajargenjang, kalau persegi   lurus dan sejajar sedangkan jajargenjang miring
G       :   Sekarang coba RM sebutkan garis-garis sejajar pada persegi ABCD!
S       :   AB // CD
             DA // CB

Berdasarkan variasi jawaban siswa pada soal nomor 2 diketahui bahwa belum ada jawaban siswa yang mempunyai konsepsi awal “sesuai dengan konsep ilmiah” maksudnya jawaban siswa adalah gambar a, b, c, dan d, hanya 1 siswa (2,7%) yang “hampir  sesuai dengan konsep ilmiah” maksudnya jawaban siswa adalah gambar b, c , dan 36  siswa (97,3%) yang “ belum sesuai dengan konsep ilmiah” maksudnya jawaban siswa adalah gambar b. Penyebab sebagian besar konsepsi awal siswa belum sesuai dengan konsep ilmiah adalah karena masih terfokus pada gambar jajargenjang yang miring, tapi pernyataan ini berubah saat diwawancara. Berikut ini petikan wawancara dengan siswa kode 11
G       :   (Menggambar persegi (no a), jajargenjang (no b), belahketupat (no c)), menurut HS yang mana merupakan jajargenjang?
S       :   Nomor b, karena gambarnya agak miring, sedangkan yang lain tidak
G       :   Kalau belahketupat bagaimana? Kan miring juga?
S       :   Tapi belahketupat bukan jajargenjang
G       :   Kenapa?
S       :   Karena waktu SD, gambar jajargenjang cuma gambar b
G       :   (Menggambar segitiga sembarang, siku-siku samakaki, siku-siku sembarang dan segitiga sama sisi, kemudian membuat gambar sesuai definisi jajargenjang), apakah ini jajargenjang?
S       :   Ya
G       :   Kalau ini gambar apa ?
S       :   Persegi
G       :   Apakah merupakan jajargenjang?
S       :   Diam
G       :   Kalau masih bingung, coba perhatikan gambar berikutnya, gambar apa aja?
S       :   Belahketupat dan persegipanjang
G       :   Sekarang, bagaimana kesimpulan HS dari gambar-gambar tersebut? Apakah merupakan jajargenjang?
S       :   Iya bu, karena cara membuatnya sama.


Berdasarkan tabel 3, pertanyaan nomor 3 adalah “berdasarkan gambar di atas (gambar a. Persegipanjang tegak, b.persegipanjang miring, c. persegipanjang datar, d. jajargenjang, e. persegi), manakah yang merupakan persegipanjang? Berdasarkan variasi jawaban siswa diketahui bahwa belum ada jawaban  siswa yang konsepsi awal “sesuai dengan konsep ilmiah” maksudnya jawaban siswa gambar a, b, c, dan e,  hanya 5 siswa (13,51%) “hampir sesuai dengan konsep ilmiah” maksudnya jawaban siswa adalah gambar a dan c, dan 32 siswa (86,49%) yang “belum sesuai dengan konsep ilmiah” maksudnya jawaban siswa adalah gambar c. Ada beberapa penyebab konsepsi awal siswa tidak sesuai dengan konsep ilmiah. Berikut wawancara dengan siswa kode 34.
G       :   (Memperlihatkan lembaran jawaban pre-tes), mengapa ZR menjawab gambar a dan c?
S       :   Karena gambar tersebut mempunyai empat sudut siku-siku dan sudut yang    berhadapan sejajar dan sama panjang
G       :   Bagaimana yang dikatakan dua garis sejajar ?
S       :   Tidak tahu bu

Berdasarkan petikan wawancara di atas dapat kita simpulkan bahwa salah satu penyebab kesalahan konsepsi pada soal nomor 1 tes awal persegipanjang dan persegi adalah karena belum mengerti konsep garis-garis sejajar.
            Berikut petikan wawancara dengan siswa kode 35
G       :   (Menggambar bangun seperti pada soaltes awal), menurut ZT yang mana merupakan persegipanjang?
S       :   a, b, c
G       :   Mengapa?
S       :   Karena mempunyai sumbu simetri putar dan simetri lipat dua dan sudutnya siku-siku
G       :   Nomor e kan sudutnya siku-siku juga, kenapa bukan persegipanjang?
S       :   Itu gambar persegi bu, bukan persegipanjang
G       :   ZT, apakah syarat persegipanjang terdapat pada persegi?
S       :   Ya
G      :   Apakah  kita bisa mengatakan bahwa persegi itu merupakan persegipanjang?
S       :   Bisa bu, tapi persegipanjang yang sisinya sama panjang bu.

Berdasarkan petikan wawancara di atas dapat kita simpulkan bahwa penyebab konsepsi awal siswa tidak sesuai dengan ilmiah adalah karena menyebut nama bangun yang ditinjau dari sifat sisinya saja dan mengabaikan sifat yang lain, tetapi jawaban siswa berubah saat diwawancara.
Berdasarkan tabel 3, pertanyaan nomor 4 adalah “apakah persegi merupakan persegipanjang?” Berdasarkan variasi jawaban siswa diketahui bahwa 8 siswa (21,62%) yang konsepsi awalnya “sesuai dengan konsep ilmiah” maksudnya jawaban siswa adalah ia, karena sifat-sifat yang dimiliki persegipanjang berlaku untuk persegi,  hanya 16 siswa (43,24%) yang “hampir sesuai dengan konsep ilmiah” maksudnya jawaban siswa adalah ia, karena sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar, dan 13 siswa (35,14%) yang “belum sesuai dengan konsep ilmiah” maksunya jawaban siswa adalah bukan.. Penyebab konsepsi awal siswa tidak sesuai dengan konsep ilmiah adalah karena menyebutkan sifat-sifat persegi hanya pada sisinya saja dan mengabaikan sifat-sifat lain yang dimiliki oleh persegipanjang.
Berikut petikan wawancara dengan siswa kode 36.
G       :   Menurut ZI , Apakah persegi merupakan persegipanjang?
S       :   Bukan
G       :   Mengapa ?
S       :   Karena persegi mempunyai sisi-sisi yang sama panjang dan mempunyai empat sudut siku-siku, sedangkan persegipanjang sisinya tidak sama dan mempunyai panjang dan lebar.
G       :   Persegikan mempunyai sudut siku-siku juga ?
S       :   Iya
G       :   Menurut ZI persegi tidak mempunyai lebar dan panjang ya ?
S       :   Iya bu, persegi hanya mempunyai sisi.



2.      Analisis Konsepsi Siswa tentang Segiempat Sesudah Diterapkan Model     Pembelajaran Perubahan Konseptual.

Untuk mengetahui konsepsi awal siswa setelah diterapkan model pembelajaran perubahan konseptual tentang jajargenjang, persegipanjang dan persegi sesudah diterapkan model pembelajaran perubahan konseptual, jawaban siswa pada tes akhir dapat dilihat pada lampiran 8. Karena bentuk soal essay, konsepsi siswa dikelompokkan berdasarkan jawaban dan alasan yang sama selanjutnya dilakukan analisis. Analisis ini dilengkapi dengan petikan wawancara terhadap 6 siswa yang terpilih pada wawancara tes awal. Dari hasil analisis akan diketahui banyak siswa yang sudah mempunyai konsepsi yang “sesuai dengan konsep ilmiah”, yang “hampir sesuai dengan konsep ilmiah” dan yang “belum sesuai dengan konsep ilmiah” berserta penyebab/alasannya. Persentase jawaban tes akhir siswa dapat dilihat pada tabel 3 berikut:


Tabel 4. Persentase jawaban tes akhir siswa

Pertanyaan
Konsepsi siswa terhadap konsep ilmiah
Sesuai
Hampir sesuai
Tidak sesuai
1
Berdasarkan gambar diatas (a. Jajargenjang, b. Persegipajang datar, c. Persegipanjang miring, d.persegipanjang tegak, e. Persegi), manakah yang merupakan persegipanjang?
21,62%
35,14%
43,24%
2
Apakah persegi merupakan persegipanjang?
78,38%
0
21,62%
3
a.     Apakah persegi merupakan jajargenajng?Mengapa?
b.     Apakah persegi merupakan jajargenjang?Mengapa?
54.05%

75,68%
0

0
45,95%

24,32%
4
Berdasarkan gambar di atas (a. Gambar persegi, b. Jajargenjang, c. Belahketupat, dan d. Persegipanjang), manakah yang merupakan jajargenjang?
16,27%
0
83,78%
Sumber: Tes akhir Siswa
Berdasarkan tabel 4 pertanyaan 1, diketahui bahwa 8 siswa (21,62 %) mempunyai konsepsi tentang persegipanjang “sesuai dengan konsep ilmiah” maksudnya jawaban siswa adalah gambar b, c, d, dan e, 13 siswa (35,14%) mempunyai jawaban yang “hampir sesuai dengan konsep ilmiah” maksudnya jawaban siswa adalah gambar b, c, dan d, dan hanya 16 siswa (43,24 %) mempunyai jawaban  yang “belum sesuai dengan konsep ilmiah” maksudnya jawaban siswa adalah semua gambar.
Penyebab kesalahan siswa adalah konsepsi siswa yang mendefinisikan persegipanjang sama dengan jajargenjang. Berikut petikan wawancara dengan siswa kode 34.
G       :   Coba perhatikan jawaban pada tes kemarin! Mengapa menjawab semua gambar?
S       :   Menyebutkan definisi jajargenjang.
G       :   Masih ingat sifat persegipanjang?
S       :   Masih bu
             - Sisi-sisi yang sejajar sama panjang dan sejajar.
            - Sudutnya siku-siku dan sudut-sudut yang berdekatan jumlahnya 180­­­
G       :   Tadi menyebutkan bahwa salah satu sifat-sifat persegipanjang “sudutnya siku-siku”.  Perhatikan gambar A, apakah sudutnya siku-siku?
S       :   Bukan bu.

Penyebab kesalahan lain adalah karena tidak bisa membedakan besar sudut-sudut pada bangun segiempat. Tetapi jawaban siswa berubah pada saat wawancara.
Berdasarkan tabel 4, pertanyaan nomor 2  adalah “apakah persegi merupakan persegipanjang?” berdasarkan variasi jawaban siswa diketahui bahwa sebagian besar jawaban siswa  (29 siswa = 78,38 %) sudah “sesuai dengan konsep ilmiah” maksudnya jawaban siswa adalah ia, karena sifat-sifat persegipanjang dimiliki oleh persegi, dan hanya 8 siswa (21,62 %)  mempunyai jawaban yang “belum sesuai dengan konsep ilmiah” maksudnya jawaban siswa adalah bukan, karena gambar  persegi tidak sama dengan persegipanjang.
Salah satu penyebab kesalahan siswa adalah karena tidak mengetahui bahwa sifat yang dimiliki persegipanjang terdapat pada persegi. Berikut petikan wawancara dengan siswa kode 2.
G       :   Apakah persegi merupakan persegipanjang ?
S       :   Bukan, karena persegi mempunyai sisi yang sama panjang.
G       :   Menurut AH, sifat-sifat yang dimiliki persegipanjang, ada tidak pada persegi?
S       :   Diam

Penyebab kesalahan lain adalah karena mereka beranggapan bahwa persegi memiliki sisi sedangkan persegipanjang memilki panjang dan lebar.

Pertanyaan nomor 3.a pada tabel 3 adalah “Apakah persegipanjang merupakan jajargenjang?”. Berdasarkan jawaban siswa, diketahui bahwa sebagian besar jawaban siswa (20 siswa =54,05 %) sudah mempunyai konsepsi “sesuai dengan konsep ilmiah maksudnya jawaban siswa adalah ia, karena persegipanjang terbentuk dari gabungan segitiga dan bayangannya setelah diputar 180 dengan pusat titik tengah salah satu sisinya, hanya 17 siswa (45,95%) yang jawabannya belum sesuai dengan konsep ilmiah, maksudnya jawaban siswa adalah bukan, karena jajargenjang berbentuk miring, sedangkan persegipanjang tidak.
Penyebab kesalahan siswa adalah karena belum bisa mendefinisikan jajargenjang berdasarkan definisi genetik.
Berikut petikan wawancara dengan siswa kode 34
G       :   Menurut ZR, apakah persegipanjang merupakan jajargenjang ?
S       :   Iya bu
G       :   Kenapa ?
S       :   Karena persegipanjang dibentuk dari gabungan segitiga yang sisinya sama panjang, sejajar dan sudutnya berbentuk siku-siku (90º).

Penyebab kesalahan lain adalah karena tidak bisa menyebutkan sifat-sifat jajargenjang.

Pertanyaan nomor 3.b pada tabel 4 adalah “ Apakah persegi merupakan jajargenjang ? Berdasarkan pernyataan siswa, diketahui bahwa  28 jawaban siswa ( 75,68 % ) sudah mempunyai konsepsi “ sesuai dengan konsep ilmiah “ maksudnya jawaban siswa adalah ia, karena persegi terbentuk dari gabungan segitiga dan bayangannya setelah diputar 180 dengan pusat titik tengah salah satu sisinya , hanya 9 siswa ( 24,32% ) yang “belum sesuai dengan konsep ilmiah “ maksudnya jawaban siswa adalah bukan, karena persegi bentuknya tidak miring seperti jajargenjang.
Penyebab kesalahan konsepsi siswa adalah karena tidak memahami konsep-konsep garis sejajar.
Berikut petikan wawancara dengan siswa kode 11:
G       :   Apakah persegi merupakan jajargenjang ?
S       :   Iya bu ?
G       :   Kenapa ?
S       :   Karena persegi merupakan gabungan segitiga.

Penyebab kesalahan konsepsi siswa yang lain adalah karena belum tahu definisi jajargenjang secara genetik.
Pertanyaan nomor 4 pada tabel 3 adalah tentang jajargenjang. Siswa diminta untuk memilih gambar yang merupakan jajargenjang (lihat lampiran soal pos-tes), 6 jawaban siswa (16,27%) sudah mempunyai konsepsi  “sesuai dengan konsep ilmiah” maksudnya jawaban siswa adalah gambar a, b, c, dan d, hanya 31 jawaban siswa (83,78%) yang “belum sesuai dengan konsep ilmiah” maksudnya jawaban siswa adalah gambar b.
Penyebabnya adalah karena masih terfokus pada gambar jajargenjang yang dipelajari di jenjang pendidikan sebelumnya dan belum memahami proses terbentuknya jajargenjang.
Berikut petikan wawancara dengan siswa kode 11
G       :   (Memperlihatkan soal nomor 4 pada lembaran pos-tes), menurut HS, mana yang merupakan jajargenjang?
S       :   Diam
G       :   Masih ingat sifat jajargenjang?
S       :   Lupa bu
G       :   Sekarang ibu menggambarkan macam-macam segitiga dan proses terbentuknya sesuai dengan definisinya. Apakah ini jajargenjang?
S       :   Diam
G       :   Kemarin HS menjawab gambar b
S       :   Karena waktu SD gambar jajargenjang seperti itu.
Penyebab lain kesalahan konsepsi siswa adalah karena tidak mengingat sifat-sifat jajargenjang.
3.      Analisis Jurnal Refleksi
Dalam jurnal refleksi yang akan dianalisis adalah jawaban-jawaban siswa terhadap pertanyaan yang telah peneliti siapkan. Kemudian jawaban siswa dikelompokkan berdasarkan jawaban dan alasan yang sama.
Berdasarkan jurnal refleksi siswa yang ditulis 37 siswa setelah mengikuti pembelajaran pada submateri jajargenjang, persegipanjang, persegi dengan model pembelajaran perubahan konseptual, maka diperoleh hasil dengan rincian seperti berikut.
a.       Pertanyaan 1
Bagaimanakah perubahan pengetahuan kamu sebelum dan sesudah belajar tentang hubungan antara jajargenjang, persegipanjang dan persegi
Tabel 5.       Persentase ada-tidaknya perubahan pengetahuan siswa sebelum dan  sesudah belajar dengan model pembelajaran perubahan konseptual.
Jenis Alasan
Banyak Siswa
1.      Sebelum saya belajar tadi, saya tidak tahu bahwa persegipanjang dan persegi adalah jajargenjang, tetapi setelah belajar atau diskusi, saya menjadi lebih tahu persegipanjang, dan persegi merupakan jajargenjang
2.      Perubahan pengetahuan saya sebelum dan sesudah belajar antara jajargenjang, persegipanjang, dan persegi adalah banyak sekali perubahan yang saya alami, dari tidak mengerti menjadi ngerti dan saya dapat ilmu lagi dari hasi belajar ini
3.      Sebelum saya belajar tentang jajargenjang, persegipanjang, dan persegi, saya belum memahaminya tetapi sesudah besudah belajar saya mulai memahaminya
4.      Sebelumnya saya tidak tahu kalau segitiga bisa dibuat jajargenjang tapi sekarang saya sudah mengerti sedikit.
5.       Sudah banyak perubahan sesudah belajar tentang hubungan jajargenjang, dan persegipanjang, persegi

9 siswa (24,32 %)







11 siswa (29,79%)






5 siswa (13,51%)



1 siswa (2,7%)



8 siswa (29,73)
Sumber : Jurnal refleksi
Berdasarkan tabel 5, dapat disimpulkan bahwa semua siswa (37 siswa =100%) mengalami perubahan konsepsi setelah belajar dengan model pembelajaran perubahan konseptual.
b.      Pertanyaan 2
Apakah kamu senang belajar dengan cara diskusi tadi?
Tabel 6.    Persentase perasaan siswa belajar dengan model pembelajaran perubahan konseptual
Jenis Alasan
Banyak Siswa
1.      Saya sangat senang dengan cara diskusi tadi, karena belajar dengan diskusi itu, kita dapat belajar bersama-sama dengan teman dan pengetahuan
2.      Ia, saya senang. Karena lebih banyak teman dan enak berdiskusi daripada belajar sendiri-sendiri.
3.      Ya, karena dengan kerja kelompok ilmu pengetahuan saya dapat bertambah dan meningkat.
4.      Senang, karena waktu saya belajar dengan cara diskusi itu bisa mengerti dan bisa bertanya sama teman atau guru
5.      Ia, karena belajar dengan kelompok itu kalau kita nggak bisa kita jadi bisa, karena sama-sama belajar.
6.      Ya senang, karena kalau kita diskusi itu mengerti dan bisa ditanya sama teman atau guru
7.      Senang, karena dengan adanya belajar kelompok, kita lebih semangat bagi belajar dan bisa menanyakan pada teman-teman
8.      Saya sangat senang , karena belajar kelompok itu dapat  memberi penjelasan untuk teman yang tidak bisa
9.      Senang
10.  Sangat senang, karena dengan berdiskusi tadi, kami tidak susah-susah menjawab jawabannya

23 siswa (56,76%)


1 siswa (2,7%)

1 siswa (2,7%)

2 siswa ( 5,4%)


1 siswa (2,7 %)

1 siswa (2,7%)

3 siswa (8,11%)

2 siswa (5,4%)

1 siswa (2,7%)

1 siswa (2,7%)
Sumber : Jurnal refleksi
Berdasarkan tabel 6 dapat disimpulkan bahwa semua siswa senang belajar (37 siswa = 100%) dengan model pembelajaran perubahan konseptual.
·        Pertanyaan nomor 4
Siapakah yang membantu kamu belajar dalam kelompok di kelas?
Tabel 7. Persentase yang membantu siswa dalam belajar
Jenis alasan
Banyak siswa
1.      Guru dan teman-teman kelompok
2.      Teman-teman kelompok
3.       Saya tidak mengikutinya
28 siswa (75,68%)
8 siswa (21,62%)
1 siswa (2,7%)
Sumber : Jurnal refleksi
Berdasarkan tabel 7; 75,68% tanggapan bahwa guru dan teman-teman yang membantu siswa belajar; 21,64% yang menyatakan bahwa teman saja yang membantu belajar, dan 2,7% yang tidak mengikuti proses pembelajaran.













BAB   V 
PEMBAHASAN

A.       Pengembangan Konsepsi Siswa
Jika diperhatikan perubahan konsepsi siswa (analisis pre-tes dan pos-tes) ternyata masih ada siswa yang mempunyai konsepsi sama dengan konsepsi awalnya tetapi sebagian besar sudah berubah. Penyebab konsepsi siswa berubah adalah setelah belajar dengan model pembelajaran perubahan konseptual karena dalam model pembelajaran tersebut interaksi siswa dengan guru berlangsung sangat baik.. Walaupun demikian ada juga beberapa siswa yang konsepsi sama dengan konsepsi awal. Penyebabnya  karena siswa susah melepaskan konsepsi awal yang mereka dapatkan ketika belajar di jenjang pendidikan sebelumnya. Untuk lebih jelasnya perubahan konsepsi siswa dapat dilihat pada tabel halaman berikut :    











Tabel 8

PENGEMBANGAN KONSEPSI SISWA

(Berdasarkan nomor urut soal pos-tes)


No kode
No soal
Jumlah

1

2

3
4

+
-
V
X

a
b





1
X
X
X
X
X
0
0
0
5

2
X
V
V
+
+
2
0
2
1

3
X
+
+
V
X
2
0
1
2

4
X
X
-
-
X
0
2
0
3

5
-
X
+
+
X
2
1
0
2

6
x
V
+
X
X
1
0
1
3

7
+
+
+
+
X
4
0
0
1

8
X
+
V
-
X
1
1
1
2

9
+
V
+
+
X
3
0
1
1

10
X
+
X
X
X
1
0
0
4

11
X
+
+
+
X
3
0
0
2

12
X
V
+
+
+
3
0
1
1

13
X
+
-
-
X
1
2
0
2

14
-
X
+
+
X
2
1
0
2

15
X
+
X
X
X
1
0
0
4

16
X
+
+
+
X
3
0
0
2

17
X
+
+
+
X
3
0
0
2

18
X
V
X
X
X
0
0
1
4

19
X
+
+
-
X
2
1
0
2

20
X
-
X
X
X
0
1
0
4

21
X
V
V
-
X
0
1
2
2

22
X
+
+
+
X
3
0
0
2

23
X
X
V
V
+
1
0
2
2

24
X
X
X
X
X
0
0
0
5

25
+
+
X
X
X
2
0
0
3

26
+
V
+
+
X
3
0
0
1

27
+
X
X
X
X
1
0
0
4

28
X
V
V
+
+
2
0
2
1

29
-
V
V
+
X
1
1
2
1

30
X
+
+
V
X
2
0
1
2

31
+
X
+
X
X
2
0
0
3

32
-
V
+
-
X
1
2
1
1

33
+
+
+
+
X
0
0
4
1

34
X
V
V
V
+
1
0
3
1

35
X
V
X
X
X
0
0
1
4

36
X
V
V
+
+
2
0
2
1

37
+
V
V
+
X
2
0
2
1

+
8
15
18
15
6
62




-
4
1
2
6
0

13



V
0
14
8
5
0


27


X
25
7
9
11
31



83

Sumber : Hasil Analisis Data







Keterangan:








+
berarti jawaban pre-tes salah dan pos-tes benar

-
berarti jawaban pre-tes benar dan pos-tes salah

V
        berarti jawaban pre-tes dan pos-tes benar

X
        berarti jawaban pre-tes dan pos-tes salah

Dari tabel di atas dapat dilihat dengan jelas pengembangan konsepsi siswa seperti di bawah ini.
1.    Ditinjau dari soal yang diberikan.
Ternyata tanda “x” yang berarti jawaban pre-tes dan pos-tes tetap saja salah banyak ditemukan pada soal nomor 1 (sebanyak 25 siswa), nomor 2 (sebanyak 7 siswa), nomor 3a (sebanyak 9 siswa), nomor 3b (sebanyak 11 siswa), nomor 4 (sebanyak 31 siswa).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa :
a.       Untuk soal nomor 1, ternyata siswa belum dapat mendefinisikan persegipanjang secara analitik dan siswa juga belum memahami sifat-sifat persegipanjang.
b.      Untuk soal nomor 2, siswa belum bisa mengingat bahwa sifat persegipanjang terdapat pada persegi.
c.       Untuk soal nomor 3a dan 3b, siswa belum bisa menyebutkan sifat-sifat jajargenjang, persegipanjang dan persegi.
d.      Untuk soal nomor 4, siswa masih terpengaruh dengan gambar jajargenjang yang selalu miring, sehingga mereka mengabaikan sifat-sifat jajargenjang juga dimiliki oleh persegi, belah ketupat dan persegipanjang.

Secara umum konsepsi siswa sudah berkembang cukup baik, terlihat dari banyaknya siswa yang memperoleh tanda “+” dan “v”. bahkan pada soal nomor 2, 3a, 3b lebih banyak siswa memperoleh tanda “+” daripada tanda “x”. Dengan demikian untuk definisi beserta sifat persegipanjang, persegi dan jajarangenjang konsepsi siswa sudah berkembang menjadi sesuai dengan konsep ilmiah.

2.      Ditinjau dari siswanya.
Sebagian besar siswa masih belum mampu melepas konsepsi awalnya yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah, siswa kode 1 (memperoleh tanda “x” sebanyak 5 buah). Terutama terlihat pada siswa kode 1 (memperoleh tanda “x” sebanyak 4 buah), siswa kode 18 (memperoleh tanda “x” sebanyak 4 buah), siswa kode 24 (memperoleh tanda “x” sebanyak 5 buah), siswa kode 35 (memperoleh tanda “x” sebanyak 5 buah), siswa kode 35 (memperoleh tanda “x” sebanyak 4 buah).
Hal ini terlihat pada siswa yang diwawancarai seperti berikut :
1.      Siswa kode 34.
Siswa ini belum bisa membedakan ukuran sudut-sudut pada bangun segiempat
2.      Siswa kode 2
Siswa ini tidak mengetahui bahwa sifat-sifat yang dimiliki persegipanjang terdapat pada persegi.
3.      Siswa kode 11
Siswa ini masih terfokus pada gambar jajargenjang yang dipelajari di jenjang pendidikan sebelumnya dan belum memahami proses terbentuknya jajargenjang.

B.       Persepsi Siswa terhadap Model Pembelajaran Perubahan Konseptual
Berdasarkan jawaban siswa pada jurnal refleksi diketahui bahwa 100% siswa mengalami perubahan pengetahuan sesudah belajar dengan model pembelajaran perubahan konseptual. Ini berarti bahwa penerapan model pembelajaran perubahan konseptual dapat mengubah konsepsi awal siswa yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah, walaupun konsepsi siswa tidak 100% berubah. Hal ini menunjukkan bahwa kerjasama siswa dan guru dalam kelompok sangat membantu dalam menyelesaikan soal-soal jajargenjang, persegi panjang dan persegi.
H:\epi gambar\DSC00114.JPG
 
 
Berdasarkan jurnal refleksi, juga diketahui bahwa 100% siswa senang belajar dengan model pembelajaran perubahan konseptual, salah satu penyebabnya adalah karena siswa dapat berdiskusi dengan kawan-kawan dalam kelompok masing-masing. Kemudian jawaban diskusi dalam kelompok, mereka presentasikan di depan kelas, ini bisa melatih keberanian siswa untuk mengungkap ide-ide mereka. Berikut ini disajikan beberapa gambar aktivitas siswa selama pembelajaran.





Gambar. 13                                                      Gambar. 14.
Gambar 13 dan 14. Siswa Sedang Antusias Mengerjakan LKS dan Berusaha Menyelesaikan Masalah dalam LKS.





H:\foto ngajar\DSC00127.JPG
 

C:\Documents and Settings\Ren@e\Local Settings\Temporary Internet Files\Content.Word\DSC00133.jpg
 
 







Gambar. 15                                                                Gambar. 16

Gambar. 15  dan 16. Siswa sedang mempresentasikan Hasil Kerja Kelompok Mereka.

C.     Keterbatasan Penelitian.
Penelitian ini tidak terlepas dari adanya keterbatasan-keterbatasan, diantaranya adalah sebagai berikut.
1.  Penelitian ini tidak menggunakan kelas kontrol, sehingga hasil penelitian ini tidak bisa dibandingkan dengan model pembelajaran lainnya.
2.  Pada penelitian ini, peneliti belum pernah mengajar di sekolah tersebut. Akibatnya ada beberapa siswa yang kurang terbuka/berani menjelaskan konsepsinya.
3.  Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti tidak melakukan ujicoba secara maksimal. Akibatnya pada saat penelitian, peneliti merasa sulit dalam menerapkan model pembelajaran perubahan konseptual
4.  Dalam penelitian ini tidak ada pengamat, sebenarnya keberadaan pengamat dan lembar pengamatan sangat penting supaya data yang diperoleh lebih akurat.
5.  Peneliti tidak mewawancarai siswa yang tidak memberikan jawaban tertulis pada pertanyaan tertentu, seharusnya salah  satu dari mereka dijadikan sebagai responden pada saat wawancara.












BAB VI
PENUTUP


A.       Kesimpulan
Berdasarkan analisis data pada bab sebelumnya dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut :
1.         Konsepsi awal siswa tentang konsep segiempat bervariasi, ada yang “sesuai dengan konsep ilmiah, “hampir sesuai dengan konsep ilmiah “, dan yang ”tidak sesuai dengan konsep ilmiah”. Diantara penyebab ketidaksesuaian konsepsi awal siswa dengan konsep ilmiah adalah karena konsepsi awal siswa masih terbatas dan dipengaruhi oleh pengetahuan yang diperoleh pada jenjang pendidikan sebelumnya.
2.         Konsepsi siswa sesudah diterapkan model pembelajaran perubahan konseptual tentang konsep segiempat ada perkembangannya. Hal ini bisa dilihat pada persentase jawaban siswa antara lain jawaban siswa yang sesuai dengan konsep ilmiah, yang belum sesuai dengan konsep ilmiah dan tidak sesuai dengan konsep ilmiah. Persentase jawaban siswa sebagai berikut:
a.         Hasil analisis jawaban siswa pada soal nomor 1 diketahui bahwa 21,62% mempunyai konsepsi tentang persegipanjang “sesuai dengan konsep ilmiah”, 39,39% hampir sesuai dengan konsep ilmiah, dan 43,24 % yang belum sesuai dengan konsep ilmiah.
b.         Hasil analisis jawaban siswa pada soal nomor 2 diketahui bahwa 78,38 % yang “sesuai dengan konsep ilmiah”; 21,62% yang “belum sesuai dengan konsep ilmiah”.
c.       Hasil analisis jawaban siswa pada soal nomor 3a diketahui bahwa 78,38% suda mempunyai konsepsi yang “sesuai dengan konsep ilmiah”, 21,62% yang “belum sesuai dengan konsep ilmiah”.
d.      Hasil analisis jawaban siswa pada soal nomor 3b diketahui bahwa 54,05 % sudah mempunyai konsepsi “sesuai dengan konsep ilmiah”, hanya 45,95% yang “belum sesuai dengan konsep ilmiah”.
e.       Hasil analisis jawaban siswa pada soal nomor 4 diketahui bahwa  16,27% yang sudah mempunyai konsepsi awal yang “sesuai dengan konsep ilmiah”; 83,78% yang “belum sesuai dengan konsep ilmiah”.

Dari keterangan di atas bisa disimpulkan bahwa perubahan konsepsi siswa bervariasi artinya masih ada juga konsepsi siswa sama dengan konsepsi awal, salah satu penyebabnya adalah sulitnya siswa melepas konsepsi yang telah terbentuk.

B.       Saran
Berdasarkan pengalaman penelitian, saran-saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut :
1.      Sebelum melakukan penelitian, diharapkan peneliti lain melakukan ujicoba dahulu terhadap model pembelajaran yang akan diterapkan
2.      Disarankan kepada guru untuk dapat melakukan analisis konsepsi awal siswa sebagai bagian yang penting dalam proses belajar mengajar matematika.
3.      Disarankan kepada peneliti untuk melakukan penelitian yang sama pada materi lain sebagai bahan perbandingan dengan hasil penelitian ini.
4.      Diharapkan kesadaran setiap guru matematika dapat menerapkan model pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan karakter materi.














DAFTAR PUSTAKA

Amirul Hadi, H.Haryono. Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2005
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1995
Jammiati. Penerapan Pendekatan Matematika Realistic (PMR) Dalam Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Pada Siswa SMP Negeri 1 Simpang Keuramat Aceh Utara, Tesis, 2008
Kamarullah. Buku Penuntun Matematika  Perkuliahan, Banda Aceh, 2006
Mukhtar A.Karim, Djamus Widagdo. Pendidikan Matematika II,  Malang: Universitas Terbuka, 2002
Paul Suparno. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta: Kanisius, 1997
R.Soedjadi. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, Jakarta: Dirjen PT Depdiknas, 2000
Rahmah Johar. Dkk.  Strategi Belajar Mengajar, Banda Aceh: Unsyiah FKIP, 2006
Rahmah Johar. Penerapan Model Pembelajaran Perubahan Konseptual dengan Cls pada Topik Perbandingan  di Kelas II SMP Khadijah Surabaya (Tesis), 1997
Seymour Lipschurtz, Harc Lars Lipson. chaum’s Easy Outlines Geometry, Jakarta: Erlangga, 2004
Suharsimi Arikunto. Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2005
Sukro Muhab. Model-Model Pembelajaran Bidang Sains (Makalah), Jakarta: Sampoerna, 2006
Sumadi Suryabrata. Metodologi Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2003
Tanwey Gerson Ratumanan. Belajar dan Pembelajaran, Ambon: Unesa Press, 2004
Tim MKPBM. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung: JICA, 2001














 
RIWAYAT HIDUP PENULIS
A.     Identitas Diri
Nama                                       : Nurul Husna
Tempat /Tanggal lahir                : Tiba Raya/10 Juli 1986
Jenis Kelamin                           : Perempuan
Agama                                     : Islam
Kebangsaan/Suku                     : Indonesia/Aceh
Status                                       : Belum Kawin
Alamat                                     : Jl. Tgk. Di Blang II No.40, Tanjong Slamat, A. Besar.
B.     Indentitas Orang Tua
Nama   Ayah                            : Marzuki
Pekerjaan                                 : Tani
Nama Ibu                                 : Syammah
Pekerjaan                                 : Pegawai Negeri
Alamat                                     : Ds. Tiba Raya, Kec. Mutiara Timur, Kab. Pidie
C.     Jenjang Pendidikan
SD                                           : SD Negeri Kampong Cot (1991-1998)
MTsN                                      : MTsN Beureunuen (1998-2001)
MAN                                       : MAN Beureunuen (2001-2004)
Perguruan Tinggi                       : IAIN Ar-Raniry Pendidikan Matematika (2004-2008)

Banda Aceh, 24 Juli 2008
Tertanda

(Nurul Husna)















Instrumen Penelitian

A.     Test
               i.      Tes awal
Jawablah pertanyaan berikut ini menurut pengetahuanmu masing-masing!
1.      a. Apakah bangun persegipanjang merupakan jajargenjang? Mengapa?
b. Apakah persegi merupakan jajargenjang? Mengapa?
2.      Manakah gambar berikut ini yang merupakan jajargenjang ?














 











a
 

b
 

c
 

d
 
 


3.      Perhatikan gambar berikut !

































a
 



d
 

e
 






Berdasarkan gambar diatas, manakah yang merupakan persegipanjang ?berikan alasannya.!
4.      Apakah persegi termasuk persegipanjang? Jelaskan!






  1. Tes akhir
Jawablah pertanyaan berikut ini menurut pengetahuan kalian masing-masing !
1.       Perhatikan gambar berikut!






























d
 
e
 
c
 
b
 
a

 
                                                                                                                                  
           
Berdasarkan gambar diatas, manakah yang merupakan gambar persegipanjang? berikan alasannya.!

2.      Apakah persegi termasuk persegi panjang? Jelaskan!
3.      Apakah bangun persegipanjang dan persegi merupakan jajargenjang ? Mengapa ?
4.      Manakah gambar berikut ini yang merupakan jajargenjang ?














 











a
 

b
 

c
 

d
 
 




B.     Wawancara
Berikut ini beberapa pertanyaan dalam wawancara
1.      Jika siswa salah menjawab soal nomor 1 pada pre-test maka peneliti akan menanyakan: Ibu telah membaca jawabanmu tapi ibu belum begitu mengerti alasannya, bisa dijelaskan mengapa?
2.      (Peneliti menuliskan gambar-gambar persegipanjang), kemudian menanyakan: coba kamu jelaskan yang mana jajargenjang merupakan persegipanjang?
3.      Menurut kamu apakah persegi merupakan persegipanjang?

C.     Jurnal Refleksi
1.      Bagaimanakah perubahan pengetahuan kamu sebelum dan sesudah belajar tentang hubungan antara jajargenjang, persegipanjang dan persegi?
2.      Apakah kamu senang belajar dengan cara diskusi tadi? Mengapa?
3.      Siapa yang membantu kamu belajar dalam kelompok di kelas ?



















Lembaran Kerja Siswa (LKS)
Jajargenjang


Kelompok        :
Anggota           :





Bagian A
D
 
C
 
Pahamilah sifat-sifat jajargenjang berikut ini!


 








A
 

B
 
 




Definisi :

Jajargenjang adalah bangun yang dibentuk dari sebuah segitiga dan bayangannya setelah diputar setengah putaran dengan pusat titik tengah salah satu sisinya.

Sifat-sifat Jajargenjang
1.      Pada setiap jajargenjang, sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar
2.      Pada setiap jajargenjang, sudut-sudut yang berhadapan sama besar
3.      Pada setiap jajargenjang, jumlah besar sudut-sudut yang berdekatan 180°
4.      Kedua diagonal pada setiap jajargenjang berpotongan dan saling membagi dua sama panjang.

Tugas:
1.      Diskusikan definisi dan sifat-sifat jajargenjang  di atas dengan kelompokmu
2.      a. Apakah persegipanjang merupakan jajargenjang?
          ………………………………………………………………………………
    ………………………………………………………………………………
    ………………………………………………………………………………


b. Apakah persegi merupakan jajargenjang?
          ………………………………………………………………………………
    ………………………………………………………………………………
    ………………………………………………………………………………

Bagian B
Buatlah jajargenjang dari segitiga-segitiga berikut!


























(a)
 



(c)
 



(b)
 


 



























(f)
 


(e)
 


(g)
 

 







Bagian C

1.      Perhatikan gambar berikut!


























(d)
 


(c)
 


(b)
 


(a)
 











Berdasarkan gambar di atas manakah yang merupakan jajargenjang? Jelaskan! 

2.      a.   Apakah persegipanjang merupakan jajargenjang? Jelaskan!
          ………………………………………………………………………………
    ………………………………………………………………………………
    ………………………………………………………………………………
b.      Apakah persegi merupakan jajargenjang? Jelaskan!
          ………………………………………………………………………………
    ………………………………………………………………………………
    ………………………………………………………………………………

c.        Apakah belahketupat merupakan jajargenjang? Jelaskan!
          ………………………………………………………………………………
    ………………………………………………………………………………
    ………………………………………………………………………………






“SELAMAT BEKERJA”


























Lembaran Kerja Siswa (LKS)
Persegipanjang dan Persegi


Kelompok        :
Anggota           :




Bagian A
Pahamilah sifat-sifat persegipanjang berikut ini!







D
 

C
 



 










B
 

A
 

 



Definisi :

Persegipanjang adalah jajargenjang yang dibentuk dari gabungan segitiga siku-siku dan bayangannya.

Sifat-sifat Persegipanjang
1.      Dalam setiap persegipanjang sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar.
2.      Dalam persegipanjang tiap-tiap sudut-sudutnya merupakan sudut siku-siku (90°)




Tugas


 

Buatlah persegipanjang dari segitiga-segitiga berikut!








 





Perhatikan gambar berikut!























a
 



b
 




c
 


 






Berdasarkan gambar di atas, manakah yang memenuhi sifat-sifat persegipanjang?
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………








Bagian B










A
 

B
 
 






Gambar di atas adalah bangun persegi:
1.      Coba diskusikan dengan kelompokmu tentang sifat-sifat yang dimiliki persegi!
Jawab:
Sifat-sifat persegi adalah:
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………........
2.      Definisikan persegi berdasarkan persegipanjang!
Jawab:
Persegi adalah persegipanjang yang ……………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………  





Bagian C
Apakah persegi merupakan persegipanjang? Mengapa?
Jawab:
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………


















SOAL MATEMATIKA

Jawablah pertanyaan berikut ini menurut pengetahuanmu masing-masing
1.      a. Apakah persegipanjang merupakan jajargenjang? Mengapa
b. Apakah persegi merupakan jajargenjang? Mengapa?
2.      Perhatikan gambar berikut!


























(d)
 


(c)
 


(b)
 


(a)
 









Berdasarkan gambar di atas, manakah yang merupakan jajargenjang? Jelaskan!

Jawaban:














SOAL MATEMATIKA

Jawablah pertanyaan berikut ini menurut pengetahuanmu masing-masing
1.      Perhatikan gambar berikut!




































(c)
 




(a)
 

(b)
 


(e)
 





(d)
 









Berdasarkan gambar di atas, manakah yang merupakan persegipanjang? Jelaskan!
2.      Apakah persegi merupakan persegipanjang? Jelaskan!

Jawaban





















DAFTAR WAWANCARA DENGAN ORANG TUA
Hari / Tanggal            :
Jam                             :
Tempat                       :
Responden                 :
Jabatan                       :
Pertanyaan-pertanyaan
1.      Apa pekerjaan Bapak/Ibu sehari hari?.
…………………………………………………………………………….
2.      Bagaimana caranya Bapak/Ibu menerapkan pola beribadah bagi anak anak
………………………………………………………………………………
3.      Menurut Bapak/Ibu sejak kapan dan bagaimana cara membina ibadah pada anak anak remaja?
……………………………………………………………………………….
4.      Sebagai orang tua apakah Bapak/Ibu selalu mengawasi kedisiplinan ibadah anak anak remaja Bapak/Ibu?
………………………………………………………………………………
5.      Bagaimana sikap anak Bapak/Ibu bila anak remaja anda kurang senang melakukan ibadah?
……………………………………………………………………………….
6.      Langkah-langkah apa saja yang Bapak/Ibu terapkan untuk pembinaan beribadah bagi remaja Bapak/Ibu sendiri?
………………………………………………………………………………..
7.      Sebagai anggota masyarakat apa yang pernah Bapak / Ibu lakukan demi terbinanya Ibadah bagi semua remaja di desa ini?
……………………………………………………………………………….
8.      Apakah menurut Bapak / Ibu masyarakat Desa Mali Cot mendukung upaya pembinaan Ibadah bagi remaja?
……………………………………………………………………………….
9.      Menurut Bapak/Ibu apa saja kendala dalam pembinaan beribadah bagi remaja di desa ini
………………………………………………………………………………..
10.  Sebagai anggota masyarakat apasaja yang telah Bapak/Ibu lakukan untuk mengatasi kendala kendala dalam pembinaan ibadah bagi remaja di desa ini?
DAFTAR ANGKET REMAJA

A.     Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan sejujurnya dengan memberi tanda silang (X) pada alternatif jawaban yang tersedia.
B.     Isilah biodata saudara dengan sejujurnya
1. Nama                :
2. Kelas                :
3. Alamat              :
C.     Pertanyaan – pertanyaan
1.      Sejak umur berapa anda dituntun melaksanakan shalat dan puasa.
a. 5 tahun                                 c. 10 Tahun
b. 7 Tahun-sekarang                 d. …………   
2.      Apakah Bapak/Ibu anda pernah mengajarkan anda tentang agama
a. Pernah                                  c. Kadang-kadang
b. Tidak pernah                        d. ……………….
3.      Adakah orang tua anda menyuruh anda untuk pergi mengaji
a. Pernah                                  c. Kadang-kadang
b. Tidak pernah                        d. ……………….
4.      Apa tingkat pendidikan anda sekarang
a. SD/MI                                  c. SMA/MA
b. SMP/MTsN                         d. ………….
5.      Siapakah orang yang pertama kali memperkenalkan pola ibadah kepada anda
a. Orang tua                             c. Tidak ada
b. Guru                         d. …………
6.      Apakah anda mampu melaksanakan Ibadah tepat waktu?
a. Ya                                        c. Kadang-kadang
b. Tidak                                   d. ……………….
7.      Apakah anda sering mengalami masalah dalam urusan ibadah?
a. Sering                                   c. Kadang kadang       
b. Tidak                                   d. ……………….
8.      Upaya upaya apa saja yang sering dilakukan orang tua untuk membina pola beribadah pada anda?
a.       Memberikan nasehat           c. Memberikan pengarahan tentang agama
b.      Memberikan dorongan        d. ……………..
9.      Adakah orang tua anda mengawasi pelaksanaan ibadah anda sehari hari?
a. Ada                                      c. Tidak
b. Kadang kadang                    d. …..
10.  Seringkah masyarakat mengajak anda untuk mengadakan aktivitas aktivitas Ibadah?
a. Sering                                   c. Tidak
b. Kadang kadang                    d. ……
11.  Bagaimana bentuk-bentuk pembinaan ibadah bagi remaja.
a. Shalat                                   c. Shalat, puasa, zakat, sadaqah
b. Shalat dan puasa                   d. ……………………
12.  Usaha apa saja yang telah dilakukan masyarakat desa Mali Cot dalam meningkatkan kemampuan beribadah pada remaja.
a.       Mendirikan lembaga pengajian
b.      Mengadakan bimbingan dan penyuluhan
c.       Mengadakan majlis taklim
d.      ………………………….
13.  Bagaimana peranan orang-orang desa Mali Cot dalam membina kemampuan beribadah remaja?.
a. Aktif                         c. Biasa saja
b. Tidak aktif                            d. ………..
14.  Faktor-faktor apa saja yang sering menghambat pembinaan keagamaan dalam masyarakat desa anda.
a. Kurang pendidikan                c. Kurang kesempatan
b. Kurang bersaudara               d. ……………..
















RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Nama Sekolah            : MTsN Beureunuen
Pelajaran                    : Matematika 
Alokasi Waktu           : 4 x 40 menit
Kelas                          : VII-1
Semester                    : II (dua)

I.       Standar Kompetensi
Memahami konsep segiempat serta menentukan ukurannya


II.    Kompetensi Dasar 
Mengidentifikasi sifat-sifat persegipanjang, persegi, jajargenjang, belahketupat, dan layang-layang     

III. Indikator
- Menyebutkan sifat-sifat jajargenjang
- Menyebutkan definisi jajargenjang


IV. Tujuan Pembelajaran
-         Siswa dapat menyebutkan sifat-sifat jajargenjang
-         Siswa dapat menyebutkan definisi dari jajargenjang

V.    Materi Pembelajaran
Bangun segiempat

Sub Materi: Jajargenjang 


VI. Model Pembelajaran        : Perubahan konseptual
Pendekatan                         : Konstruktivis
Metode                              : Diskusi, tanya jawab, penugasan                    


VII.                  Langkah-langkah Pembelajaran

Fase-fase model pembelajaran perubahan konseptual
Langkah-langkah Pembelajaran
1.       Orientasi


Pendahuluan
a.       Tanya jawab tentang segiempat
b.       Tanya jawab tentang segitiga
2.       Pemunculan ide
Kegiatan Inti
a.       Menunjukkan alat peraga jajargenjang, pergipanjang, dan persegi
b.       Pre-tes
3.       Penyusunan ulang ide
a.       Klarifikasi ide 



b.      Memunculkan situasi konflik
c.       Membangun ide baru
d.      Mengevaluasi ide baru
c.   Membagikan kelompok yang 
      beranggotakan 5-6 siswa dan 
      membagikan LKS untuk masing- 
      masing kelompok
d.   Mendikusikan LKS bagian A
e.   Mendiskusikan LKS bagian B

  
4.       Penerapan ide
a.   Mendiskusikan LKS bagian C
b.   Mempresentasikan hasil diskusi
      dengan kelompoknya masing-
      masing 
5.       Review perubahan ide
Penutup
a.     Siswa mengkaji ulang perubahan
      ide dengan cara membandingkan
      ide yang telah dipelajari dan
      menuliskan dalam jurnal refleksi   
b.  Guru bersama siswa membuat
     rangkuman tentang hubungan jajar
     genjang dengan persegipanjang,
     persegi dan belahketupat.

VIII. Sumber Belajar
        - Buku Matematika M. Cholik Adinawan, dkk. Kelas VII, Semester II
        - LKS
        - Alat peraga, yaitu bangun segitiga dan jajargenjang yang terbuat dari karton.


IX. Evaluasi
-         Tes tertulis (Essay)























RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Nama Sekolah            : MTsN Beureunuen
Pelajaran                    : Matematika 
Alokasi Waktu           : 4 x 40 menit
Kelas                          : VII-1
Semester                    : II (dua)

             I.      Standar Kompetensi
Memahami konsep segiempat serta menentukan ukurannya


          II.      Kompetensi Dasar 
Mengidentifikasi sifat-sifat persegipanjang, persegi, jajargenjang, belahketupat, dan layang-layang     

       III.      Indikator
- Menyebutkan sifat-sifat persegipanjang dan persegi
- Menyebutkan definisi persegipanjang dan persegi


        IV.      Tujuan Pembelajaran
-         Siswa dapat menyebutkan sifat-sifat  persegipanjang dan persegi
-         Siswa dapat menyebutkan definisi dari persegipanjang dan persegi

           V.      Materi Pembelajaran
Bangun segiempat

Sub Materi: Persegipanjang dan persegi


        VI.      Model Pembelajaran             : Perubahan konseptual
Pendekatan                         : Konstruktivis
Metode                              : Diskusi, tanya jawab, penugasan                    


     VII.      Langkah-langkah Pembelajaran

Fase-fase model pembelajaran perubahan konseptual
Langkah-langkah Pembelajaran
1.        Orientasi


Pendahuluan
a.       Tanya jawab tentang segiempat
b.       Tanya jawab tentang segitiga
2.      Pemunculan ide
Kegiatan Inti
a.        Menunjukkan alat peraga jajargenjang, pergipanjang, dan persegi
b.    Pre-tes
3.        Penyusunan ulang ide
a.       Klarifikasi ide 




b.      Memunculkan situasi konflik
c.       Membangun ide baru
d.      Mengevaluasi ide baru

 c.  Mendikusikan LKS bagian A




d.  Mendiskusikan LKS bagian B

  
4.        Penerapan ide
a.   Mendiskusikan LKS bagian C
b.   Mempresentasikan hasil diskusi
      dengan kelompoknya masing-
      masing 
5.        Review perubahan ide
Penutup
a.       Siswa mengkaji ulang perubahan
      ide dengan cara membandingkan
      ide yang telah dipelajari dan
      menuliskan dalam jurnal refleksi   
b.  Guru bersama siswa membuat
     rangkuman tentang hubungan jajar
     genjang dengan persegipanjang,
     persegi dan belahketupat.

VIII. Sumber Belajar
        - Buku Matematika M. Cholik Adinawan, dkk. Kelas VII, Semester II
        - LKS
        - Alat peraga, yaitu bangun persegipanjang dan persegi yang terbuat dari karton.


IX. Evaluasi
-         Tes tertulis (Essay)
















Tidak ada komentar: