KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dan syukur kepada Allah swt yang telah memberikan taufiq
dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul ”Penerapan Model Pembelajaran
Perubahan Konseptual Pada Materi Segiempat di MTsN Beureunuen”, telah dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Shalawat dan salam tak lupa penulis sampaikan kepada junjungan alam
Muhammad SAW yang telah membawa ummatnya dari alam jahiliyah ke alam yang penuh
dengan khazanah keilmuan, serta menjadi panutan dan tauladan kepada manusia
melalui sunnahnya.
Adapun tujuan dari penulisan
skripsi ini adalah untuk meraih gelar kesarjanaan dalam bidang pendidikan
matematika. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Baik dari segi bahasa, penyajian maupun isinya. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif.
Dan sepenuhnya bahwa
rampungnya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak
dalam bentuk moral dan materil, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Tanpa bantuan tersebut, hampir bisa dipastikan skripsi ini akan mengalami
kesulitan untuk diselesaikan. Karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapakan terimakasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang terkait
secara akademis maupun non akademis.
Selanjutnya tanpa mengurangi
rasa penghormatan kepada pihak lain, penulis ingin menyampaikan terima kasih
secara khusus kepada:
1. Ibunda tercinta serta
ayahanda tersayang yang telah memberikan bantuan moral maupun materil sehingga
penulis masih bisa mencicipi ilmu pengetahuan, serta kepada kakak dan abang
yang telah memberi dorongan bagi saya, tak lupa kepada para keponakan yang selalu menghibur
saya selama ini.
2. Ibu Dr. Rahmah Johar, M.Pd
selaku pembimbing I dan bapak Jasmadi Ali, S. Psi,Psi selaku pembimbing II,
yang telah menyisihkan banyak waktu di tengah-tengah kesibukannya guna
membimbing dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi sedalam-dalamnya,
semoga jasa beliau mendapat balasan di sisi Allah SWT.
3. Bapak Drs. M.Duskri, M.Kes
dan Ibu Dra. Hafriani, M.Pd, masing-masing sebagai ketua jurusan Pendidikan Matematika dan
Penasehat Akademik penulis yang senantiasa memberi bantuan, motivasi, dan
arahan bagi penulis untuk menyelesaikan studi dan skripsi ini.
4. Sahabat-sahabat penulis, semua
teman Pendidikan Matematika angkatan 2004, dan lain-lain baik di lingkungan
fakultas maupun di luar fakultas, yang tidak mungkin penulis sebutkan semuanya.
Terimakasih karena telah memberikan banyak inspirasi dan motivasi.
Kepada Allah
jualah dikembalikan segala sesuatu, agar mereka yang telah berjasa mendapatkan
balasan yang sepatutnya. Semoga segala yang telah penulis capai mendapat ridha
dari Allah SWT. Amin Ya Rabbal ’Alamin.
Banda Aceh, 19 Juli 2008
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... ...... v
DAFTAR ISI................................................................................................................. ..... vii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................. .... viii
ABSTRAK.................................................................................................................... ...... ix
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ ...... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................... ...... 1
B. Pertanyaan Penelitian.................................................................................... ...... 3
C. Tujuan Penelitian........................................................................................... ...... 4
D. Manfaat Penelitian........................................................................................ ...... 4
E. Penjelasan Istilah.......................................................................................... ...... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA........................................................................................ ...... 7
A. Pendidikan Matematika ............................................................................... ...... 7
B. Pembelajaran Matematika
dalam Pandangan Konstruktivisme........................ ...... 8
C. Miskonsepsi dalam
Pembelajaran Matematika............................................... .... 12
D. Model Pembelajaran Perubahan
Konseptual................................................. .... 14
E.
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran
Perubahan Konseptual............ 17
F. Materi Bangun Segiempat.................................................................................. 19
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................................... 27
A. Jenis Penelitian................................................................................................... 27
B. Waktu dan Lokasi Penelitian.............................................................................. 28
C. Subjek Penelitian............................................................................................... 28
D. Teknik Pengumpulan Data................................................................................. 28
E. Teknik Analisis Data ......................................................................................... 30
BAB IV HASIL PENELITIAN........................................................................................... 32
A. Deskripsi Hasil Penelitian................................................................................... 32
B. Analisis Hasil Penelitian...................................................................................... 34
1. Analisis Konsepsi Awal Siswa
tentang jajargenjang, persegipanjang, dan
persegi 32
2. Analisis Konsepsi Siswa tentang Segiempat Sesudah Diterapkan
Model Pembelajaran Perubahan Konseptual.................................................................................................. 38
BAB V PEMBAHASAN................................................................................................... 48
A. Pengembangan Konsepsi Siswa......................................................................... 49
B. Persepsi Siswa terhadap
model Pembelajaran Perubahan Konseptual................. 51
C. Keterbatasan Penelitian..................................................................................... 53
BAB VI PENUTUP........................................................................................................... 54
A. Kesimpulan....................................................................................................... 54
B. Saran-saran....................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 56
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Soal tes awal
Lampiran 2. Soal tes akhir
Lampiran 3. Instrumen Penelitian
Lampiran 4. RPP
Lampiran 5. LKS
Lampiran 6. Lembaran jawaban tes
awal siswa
Lampiran 7. Lembaran jawaban LKS siswa
Lampiran 8. Lembaran jawaban tes akhir siswa
Lampiran 9. Lembaran jurnal refleksi
siswa
Lampiran 10. SK Pembimbing
Lampiran 11. Surat izin mengumpulkan data skripsi dari Dekan Fakultas
Tarbiyah IAIN Ar-Raniry
Lampiran 12. Surat keterangan telah melakukan penelitian pada MTsN Beureunuen
DAFTAR GAMBAR
ABSTRAK
Memahami konsepsi awal siswa adalah
penting karena konsepsi awal bersifat individual dan juga sering tidak sesuai
dengan konsep ilmuwan. Jika guru tidak memperhatikan konsepsi awal siswa akan
mengakibatkan munculnya sumber kesulitan belajar selanjutnya. Proses mengubah
konsepsi awal siswa yang salah maka perlu dirancang kegiatan belajar mengajar
yang dapat membangkitkan perubahan konsepsi siswa dengan melibatkan siswa
secara aktif. Aliran yang berpandangan untuk mengaktifkan siswa disebut
konstruktivisme dan model pembelajarannya disebut model pembelajaran perubahan
konseptual. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsepsi awal siswa MTsN
Beureunuen sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran perubahan
konseptual pada materi segiempat. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa
kelas VII-1 pada tahun ajaran 2007/2008. Teknik pengumpulan data dengan
memberikan tes untuk tes awal dan tes akhir. Hasil penelitian dianalisis secara
kualitatif dan jawaban siswa dikelompokkan berdasarkan konsepsi yang sesuai
dengan konsep ilmiah, hampir sesuai dengan konsep ilmiah, dan tidak sesuai
dengan konsep ilmiah. Hasil jawaban tertulis siswa diperjelas dengan wawancara
dan jurnal refleksi. Konsepsi awal siswa tentang konsep segiempat bervariasi,
ada yang sesuai dengan konsep ilmiah, hampir sesuai dengan konsep ilmiah, dan
yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah. Penyebabnya adalah karena konsepsi awal
siswa masih terbatas dan dipengaruhi oleh pengetahuan yang diperoleh pada
pendidikan sebelumnya. Secara umum terdapat perkembangan konsepsi siswa sesudah
diterapkan model pembelajaran perubahan konseptual tentang konsep segiempat.
Salah satu contoh pada soal tes awal jajargenjang
terdapat 0% konsepsi awal siswa yang sesuai dengan konsep ilmiah dan pada soal tes
akhir jajargenjang terdapat 54,05% yang sudah sesuai dengan konsep ilmiah.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu
upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah ialah melalui perbaikan
proses belajar mengajar. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang proses
belajar mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang seiring pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai personel yang
menduduki posisi strategis dalam rangka pengembangan sumber daya manusia
dituntut untuk terus mengikuti
berkembangnya konsep-konsep baru dalam dunia pendidikan tersebut. Hal
ini disebabkan karena tanggung jawab guru adalah merangsang, membimbing, dan
memajukan pengetahuan siswa.
Pengetahuan yang disampaikan kepada siswa berupa
pengetahuan-pengetahuan yang dibangun oleh para ilmuwan kemudian disusun oleh
penyusun kurikulum. Selanjutnya guru menelaah dan memahami materi yang telah
disusun tersebut melalui buku teks dan diteruskan kepada siswa dalam proses
belajar mengajar. Sebelum mengikuti pengajaran formal, siswa pun telah memiliki
pengetahuan awal yang diperoleh dari hasil interaksinya dengan lingkungan atau
hasil membaca buku-buku teks. Akhirnya di dalam proses belajar mengajar terjadi
interaksi antara pengetahuan guru dengan pengetahuan siswa.[1]
Berdasarkan uraian di atas, berarti siswa memasuki
pelajaran baru tidak dengan kepala kosong, bahkan mungkin sudah terisi
pengetahuan awal yang berhubungan dengan pengetahuan yang akan dipelajari.
Pengetahuan awal tersebut diperoleh dari lingkungan atau dapat juga diperoleh
melalui jenjang pendidikan sebelumnya. Pengetahuan awal siswa dapat berupa
pengetahuan yang sudah sesuai dengan pengetahuan yang akan dipelajari, bisa
juga berbeda sama sekali. Dalam tulisan ini, pengetahuan awal siswa tentang
suatu konsep disebut dengan konsep awal (prakonsepsi), sedangkan pengetahuan awal
siswa yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah disebut miskonsepsi.[2]
Berikut adalah beberapa contoh miskonsepsi
1.
Miskonsepsi tentang “himpunan”
Anak
menyatakan bahwa “banyak anggota himpunan bilangan asli lebih sedikit dari
banyak anggota himpunan bilangan cacah, karena bilangan asli tidak memiliki
anggota 0”.[3]
2.
Miskonsepsi tentang “segitiga”
Berdasarkan
pengalaman penulis, “anak-anak menyatakan bahwa alas segitiga adalah sisi yang
selalu berada di bawah, jika ada segitiga yang sisinya tidak terletak di bawah
maka segitiga tersebut tidak ada alas”
3. Miskonsepsi tentang
“segiempat”
Berdasarkan
pengalaman penulis, “anak-anak menyatakan bahwa persegi bukan persegipanjang
dan persegipanjang bukan jajargenjang.
Setelah
mengikuti pengajaran di sekolah akan timbul berbagai kemungkinan, antara lain
pengetahuan siswa sama dengan pengetahuan awalnya. Agar pengetahuan awal siswa
dapat berkembang optimal, sesuai dengan perkembangan intelektualnya, maka guru
perlu mengetahui konsepsi awal siswa sebelum mengikuti proses belajar mengajar.
Memahami
konsepsi awal adalah penting antara lain karena konsepsi awal bersifat
individual, dan juga sering tidak sesuai dengan konsep ilmuwan. Jika guru tidak
memperhatikan konsepsi awal siswa akan mengakibatkan munculnya sumber kesulitan
belajar selanjutnya.[4]
Proses
mengubah konsep awal siswa yang salah perlu dirancang kegiatan belajar mengajar
yang dapat membangkitkan perubahan konseptual siswa dengan melibatkan siswa
secara aktif. Aliran yang berpandangan seperti ini disebut konstruktivisme dan
model pembelajarannya disebut model pembelajaran perubahan konseptual.
Hasil
penelitian Johar tentang penerapan model pembelajaran perubahan konseptual
kelas II SMP Khadijah Surabaya tentang topik perbandingan menunjukkan bahwa
profil konsepsi awal setelah belajar dengan model pembelajaran perubahan
konseptual termasuk kategori tinggi[5].
Berdasarkan dari uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji tentang
penerapan model pembelajaran perubahan konseptual pada materi bangun segiempat
di kelas VII MTsN Beureunuen.
B.
Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan pertanyaan dalam penelitian ini
adalah:
1.
Bagaimanakah konsepsi awal siswa kelas VII-1 MTsN Beureunuen tentang bangun segiempat sebelum diterapkan
model pembelajaran perubahan konseptual?
2.
Bagaimanakah konsepsi awal siswa kelas VII-1 MTsN Beureunuen tentang bangun segiempat sesudah belajar
dengan model pembelajaran perubahan konseptual?
C.
Tujuan Penelitian
Penelitian
ini bertujuan:
1
Untuk mengetahui konsepsi awal siswa kelas VII MTsN Beureunuen tentang
bangun segiempat sebelum diterapkan model pembelajaran perubahan konseptual.
2
Untuk mengetahui konsepsi siswa kelas VII MTsN Beureunuen tentang bangun
segiempat sesudah belajar dengan menerapkan model pembelajaran perubahan
konseptual.
D.
Manfaat Penelitian
Penelitian
ini diharapkan memberikan manfaat bagi upaya peningkatan mutu proses belajar
mengajar guna menghasilkan anak didik yang berkualitas untuk MTsN/SLTP umumnya
dan MTsN Beureunuen khususnya. Manfaat yang diharapkan tersebut adalah:
1. Bagi pengembangan ilmu
pengetahuan, teori model pembelajaran perubahan konseptual bisa diterapkan pada
pelajaran lain yang ada miskonsepsi.
2.
Bagi MTsN Beureunuen, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran pada sekolah dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran
matematika di kelas.
3. Bagi guru MTsN Beureunuen,
hasil penelitian ini bisa memberikan beberapa manfaat antara lain:
a.
Dapat memberikan informasi kepada guru tentang konsepsi awal siswa sebelum
mempelajari materi bangun segiempat
b.
Dapat memberikan informasi kepada guru tentang penerapan model pembelajaran
perubahan konseptual untuk mengetahui konsepsi awal siswa tentang bangun segi
empat.
4.
Bagi siswa MTsN Beureunuen, hasil penelitian ini dapat merubah miskonsepsi siswa
terhadap materi bangun segiempat.
E.
Penjelasan Istilah
Untuk
memudahkan memahami maksud dari keseluruhan
penelitian, maka peneliti perlu memberikan penjelasan beberapa istilah
yang digunakan dalam penelitian ini:
1.
Konstruktivisme adalah aliran psikologi kognitif yang berpandangan perlu
memberikan penekanan kepada siswa untuk mengkonstruk sendiri pengetahuan yang
akan dipelajari.
2.
Model pembelajaran perubahan konseptual dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran yang bertujuan untuk meluruskan konsepsi awal siswa yang kurang
jelas atau berbeda sama sekali dengan konsep ilmiah dan sekaligus membentuk
pengetahuan baru.
3.
Konsep ilmiah adalah ide kerangka berfikir yang bersifat ilmiah (sesuai
dengan konsep ilmuwan)
4.
Konsepsi dalam penelitian ini diartikan sebagai pemahaman/pengertian siswa
tentang konsep. Sedangkan konsep adalah pengertian yang telah disepakati oleh
banyak ilmuwan. Dalam penelitian ini kosepsi siswa dikelompokkan menjadi tiga
macam adalah konsepsi sesuai dengan konsep ilmiah, hampir sesuai dengan konsep
ilmiah, dan tidak sesuai dengan konsep ilmiah.
Catatan:
“Bangun segiempat yang dimaksud di atas
dan dalam tulisan selanjutnya adalah jajargenjang, persegipanjang, dan persegi”
[1] Rahmah Johar, Penerapan Model Belajar
Perubahan Konseptual dengan CLS pada Topik Perbandingan, Tesis (IKIP
Surabaya : Program Pasca Sarjana, 1997 ), hal 116
[2]
Ibid…,hal 3
[3]
R.Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika Indonesia, (DEPDIKNAS : 1999/2000),
Hal 159
[4]
Hasweh dalam Rahmah Johar, Penerapan...,
hal 3
[5] Rahmah Johar, Penerapan Model Belajar Perubahan Konseptual dengan CLS
pada Topik Perbandingan, Tesis (IKIP Surabaya : Program Pasca Sarjana, 1997
), hal 116
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan Matematika
Pendidikan matematika adalah unsur-unsur atau
bagian-bagian dari matematika yang dipilih berdasarkan kepada kepentingan
pendidikan dan perkembangan IPTEK. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendidikan matematika
tidaklah sepenuhnya sama dengan matematika sebagai ilmu.
Tujuan pendidikan matematika yang dimaksudkan di sini
adalah tujuan secara umum alasan matematika diajarkan di berbagai jenjang
pendidikan. Selain itu juga dikemukakan tujuan pembelajaran matematika yang
ingin dicapai oleh suatu institusi atau sekolah melalui kurikulum yang
ditetapkan.
Tujuan pendidikan matematika secara umum adalah.
- Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efisien.
- Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan berbagai ilmu pengetahuan.[1]
Selanjutnya tujuan khusus pengajaran matematika di
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) adalah:
1.
Memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika.
2.
Memiliki kemampuan matematika sebagai bekal untuk melanjutkan ke pendidikan
menengah.
3.
Mempunyai keterampilan matematika sebagai peningkatan dan perluasan dari
matematika sekolah dasar untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
4.
Mempunyai pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap logis, kritis,
kreatif, dan disiplin serta menghargai kegunaan matematika.[2]
Apabila
diperhatikan secara cermat terlihat bahwa tujuan yang dikemukakan di atas
memuat nilai-nilai tertentu yang dapat mengarahkan klasifikasi atau
penggolongan tujuan pembelajaran matematika di semua jenjang pendidikan menjadi
tujuan yang bersifat formal dan tujuan yang bersifat material. Adapun tujuan
yang bersifat formal lebih menekankan kepada menata penalaran dan membentuk
kepribadian. Sedangkan tujuan yang bersifat material lebih menekankan kepada kemampuan menerapkan matematika
dan keterampilan matematika.
Hal yang
sangat perlu diperhatikan adalah bahwa selama ini dalam praktek pembelajaran di
kelas, guru lebih menekankan kepada tujuan yang bersifat material, antara lain
karena tuntutan lingkungan yang sangat dipengaruhi oleh sistem evaluasi
regional ataupun nasional. Ini mengakibatkan banyak orang menganggap bahwa
tujuan pendidikan matematika hanyalah di domain kognitif saja. Sedangkan tujuan
yang bersifat formal dianggap akan dicapai dengan sendirinya.
B.
Pembelajaran Matematika dalam Pandangan
Konstruktivisme
Dalam
beberapa tahun terakhir, banyak penelitian pendidikan yang memusatkan perhatian
pada pendekatan konstruktivisme. Berbeda dengan pandangan lama tentang
proses pembelajaran yang melihat proses pembelajaran sebagai proses memindahkan
konsep dari guru ke siswa. Konstruktivisme menyatakan bahwa proses pembelajaran adalah proses siswa berperan
aktif dalam membentuk struktur kognitif berdasarkan konsep yang telah
dimilikinya.
Menurut
Crowter, sebenarnya konstruktivisme bukan teori baru. Aspek-aspek dari
konstruktivisme dapat ditemukan dalam hasil kerja Socrates, Plato, dan
Aristoteles sekitar tahun 470-320 BC. Tetapi, dalam beberapa tahun terakhir
konstruktivisme menjadi sangat populer seiring dengan munculnya teori Piaget
dan teori Vygotsky, yang didukung pula oleh berbagai teori dalam psikologi
kognitif, di antaranya teori Kintsch tentang representasi proposisi, teori ACT
dari Anderson, teori Tulving tentang memori, dan teori pemrosesan informasi.[3]
Hal yang
sama juga dinyatakan oleh Resnick bahwa seorang yang belajar itu membentuk
pengertian.[4]
Orang yang belajar tidak hanya meniru atau mencerminkan apa yang
diajarkan atau yang dibaca, melainkan membangun pengertian, jadi, pengetahuan
itu dibentuk oleh siswa secara aktif, dan tidak hanya diterima dari guru secara
pasif. Piaget menyatakan bahwa proses pembentukan ini berjalan terus menerus,
berkembang dan setiap kali mengadakan reorganisasi karena adanya satu pemahaman
yang baru.[5]
Berbeda
dengan konsep di atas, proses pembelajaran yang berlangsung selama ini umumnya dilakukan melalui penyampaian
informasi, bukan pada proses pembentukan konsep. Di sekolah, guru masih tetap
merupakan sumber informasi yang paling dominan, padahal sangat banyak sumber
informasi lain yang dapat dimanfaatkan. Proses pembelajaran sebagian besar
masih berpusat pada kegiatan mendengarkan dan
menghafalkan, bukan memberikan interpretasi dan makna terhadap apa yang
dipelajari dalam upaya untuk membangun pengetahuannya sendiri.[6]
Dalam proses
pembelajaran dengan konstruktivisme, siswa harus aktif mengembangkan
pengetahuan mereka dengan bantuan guru. Proses pembelajaran dengan
penekanan siswa belajar aktif ini sangat penting dan perlu dikembangkan karena
keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan
kognitifnya. Mereka juga akan
terbantu menjadi orang kritis dalam menganalisis suatu hal karena mereka
berpikir dan bukan meniru saja.
Pendekatan
ini menekankan agar murid mengkonstruksikan sendiri pengetahuannya, memerlukan
waktu belajar yang relatif lama, dan penanganan yang berbeda-beda untuk setiap
murid. Ini dapat menjadi hambatan terutama bila berhadapan dengan kurikulum
yang sarat muatan. Kendala lain dalam pelaksanaan konstruktivisme di Indonesia
adalah situasi dan kondisi setiap sekolah tidak sama. Ada beberapa sekolah yang
mempunyai sedikit sarana, dalam situasi seperti ini kita harus tetap memilih dan
mencoba beberapa hal yang dapat dilakukan untuk melibatkan siswa agar aktif
membangun pengetahuan mereka sendiri.[7]
Kegiatan kelompok seperti diskusi, menulis dan mempresentasikan hasil
diskusi atau makalah, serta meneliti di lapangan dapat menantang siswa untuk
aktif berpikir dan membangun pengetahuan mereka.
Dalam
konstruktivisme, mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru
ke murid, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri
pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis dan mengadakan
justifikasi. Guru selalu berusaha agar seorang siswa mempunyai cara berpikir
yang baik, dalam arti bahwa cara berpikirnya dapat digunakan untuk menghadapi
suatu fenomena baru, dan dapat memecahkan persoalan yang lain. Sementara
itu seorang siswa yang sekedar menemukan jawaban benar belum tentu dapat
menyelesaikan persoalan baru karena mungkin ia tidak mengerti cara menemukan
jawaban itu. Mengajar dalam konteks ini adalah membantu seseorang berpikir
secara benar dan membimbingnya.
Dalam proses belajar mengajar, guru harus sadar bahwa
siswa sudah mempunyai pengetahuan awal, yaitu pengetahuan yang akan menjadi
dasar untuk membangun pengetahuan mereka selanjutnya. Jadi, dalam hal ini guru
harus mengetahui taraf pengetahuan siswa.
Adapun jawaban siswa terhadap suatu persoalan adalah
jawaban yang terbaik bagi mereka saat itu. Kalaupun jawaban tersebut salah,
guru harus membantu atau memberi jalan kepada siswa sehingga dengan demikian
diharapkan jawaban menjadi lebih baik. Untuk itu, guru perlu menciptakan
suasana yang menyenangkan. Guru perlu membantu mengaktifkan siswa untuk berpikir
dengan memberikan orientasi dan arah, tetapi tidak memaksakan. Cara ini cukup
memakan waktu tapi siswa menemukan dan menyelesaikan sendiri dan ia akan siap
untuk menghadapi persoalan baru.
Peran guru dalam pembelajaran dengan konstruktivisme
adalah sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar murid
berjalan dengan baik. Peran ini dapat dijabarkan dalam beberapa tugas berikut:
1.
Menyediakan kondisi/pengalaman belajar
yang sesuai dengan kebutuhan siswa, mendukung proses belajar siswa, memberi
semangat, dan berpastisipasi aktif pada setiap kegiatan siswa.
2.
Menyediakan konflik kognitif dalam upaya
mengubah miskonsepsi yang dibawa siswa menuju kepada konsep ilmiah.
3.
Menyediakan sarana yang memungkinkan
siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya, merangsang siswa berpikir secara
produktif atau membantu siswa dalam mengekspresikan atau mengkomunikasikan
gagasannya.
4.
Memonitor, mengevaluasi, dan memberikan
umpan balik kepada siswa untuk menunjukkan apakah pemikiran siswa berhasil atau
tidak.[8]
Perlu kita ketahui bahwa tidak semua model
pembelajaran dapat digunakan di mana saja dan dalam situasi apa saja. Seorang
guru yang konstruktivis harus dapat mengembangkan metode dalam suatu model
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan awal siswanya.
Terdapat model pembelajaran yang bertolak dari
pandangan konstruktivis tentang pembentukan pengetahuan, salah satunya adalah model
pembelajaran perubahan konseptual. Sebelum mempelajari model pembelajaran
tersebut, ada baiknya penulis paparkan sedikit tentang miskonsepsi dalam
pembelajaran matematika.
C. Miskonsepsi dalam Pembelajaran Matematika
Dalam pembelajaran matematika sering sekali terjadi
kesalahan-kesalahan konsep, kesalahan konsep tersebut dikenal dengan istilah
miskonsepsi. Jadi, secara umum miskonsepsi itu adalah konsep yang tidak sesuai
atau tidak cocok dengan konsep ilmuwan.
Perlu diketahui bahwa konsep awal yang dimiliki oleh
seorang anak tentang suatu objek , tidak mustahil sangat berbeda dengan konsep
yang diajarkan di sekolah tentang objek yang sama. Juga bukan suatu hal yang
mengherankan kalau konsep yang diterima di SLTP tidak tepat dengan konsep yang
diajarkan di SLTA. Dalam keadaan semacam itulah konsep awal (prakonsepsi)
menjadi miskonsepsi.[9]
Contoh miskonsepsi dalam matematika:
1.
Miskonsepsi tentang “himpunan”
Anak
menyatakan bahwa “banyak anggota himpunan bilangan asli lebih sedikit dari
banyak anggota himpunan bilangan cacah, karena bilangan asli tidak memiliki
anggota 0”.[10]
2. Miskonsepsi tentang bilangan
Karena
seringnya orang menggunakan bilangan, sampai-sampai ada pihak ataupun pejabat
yang berpendapat (sadar ataupun tidak) bahwa bilangan itu konkret. Hal itu
masih saja terungkap dalam uraian wawancara atau ungkapan di media massa.[11]
3.
Miskonsepsi tentang segiempat
|
Seperti gambar kedua dengan mengatakan “ini bukan
Persegipanjang”.[12]
Masih
banyak contoh lain tentang miskonsepsi. Hal tersebut sangat penting untuk
diperhatikan karena matematika bukan hanya mengajar berhitung dan keterampilan
mengerjakan soal, tetapi matematika mengajarkan aspek lain berupa kecermatan,
ketelitian, berpikir logis, tanggung jawab, dan disiplin. Untuk meluruskan
konsepsi awal siswa supaya tidak banyak terjadinya miskonsepsi, model
pembelajaran perubahan konseptual lebih cocok digunakan.[13]
D.
Model Pembelajaran Perubahan Konseptual
Model
pembelajaran perubahan konseptual merupakan salah satu model pembelajaran yang
menganut paham konstruktivis. [14]
Strike dan Posner memandang bahwa belajar merupakan pemahaman ide, menilai
kebenaran ide ini, dan menilai konsistennya dengan ide yang lain. Anggapan
dasarnya adalah bahwa konsepsi yang dibawa oleh siswa berpengaruh pula pada ide
yang akan dipelajari.
Toulmin menguraikan bagian terpenting dari pemahaman
manusia adalah perkembangan konsep revolutif. Dalam perkembangan konsep itu
seseorang mengubah ide-idenya.[15]
Menurut Posner dkk, dalam proses belajar ada proses perubahan konsep yang mirip
dengan filsafat sains tersebut. Tahap pertama perubahan konsep itu disebut
asimilasi dan tahap kedua disebut akomodasi. Dengan asimilasi siswa menggunakan
konsep-konsep yang telah mereka punyai untuk berhadapan dengan fenomena yang
baru. Dengan akomodasi siswa mengubah konsepnya yang tidak cocok lagi dengan
fenomena baru yang mereka hadapi. Akomodasi disebut juga perubahan konseptual
secara radikal.[16]
Supaya terjadi perubahan radikal atau akomodasi
dibutuhkan beberapa keadaan dan syarat seperti berikut:
1. Harus ada ketidakpuasan
terhadap konsep yang telah ada. Siswa mengubah konsepnya jika mereka yakin
bahwa konsep mereka yang lama tidak dapat digunakan lagi untuk menelaah
situasi, pengalaman, dan gejala yang baru.
2. Konsep yang baru harus dapat
dimengerti, rasional, dan dapat memecahkan persoalan atau fenomena yang baru.
3. Konsep yang baru harus masuk
akal, dapat memecahkan dan menjawab persoalan yang terdahulu, dan juga
konsisten dengan teori-teori atau pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.
4. Konsep baru harus berdaya
guna bagi perkembangan penelitian dan penemuan yang baru.[17]
Johar
menjelaskan bahwa model pembelajaran
perubahan konseptual berpijak pada rasionalisasi bahwa siswa memasuki pelajaran
baru tidak dengan kepala kosong, bahkan sudah terisi pengetahuan awal yang
berhubungan dengan pengetahuan yang akan dipelajari. Pengetahuan tersebut
diperoleh dari lingkungan atau dapat juga diperoleh dari jenjang pendidikan
sebelumnya. Umumnya pengetahuan awal siswa ini berbeda dengan pengetahuan yang
akan dipelajari (pengertian ilmiah). Oleh karena itu pengetahuan awal cukup
berpengaruh dalam konstruksi pengetahuan yang baru. Dalam pelaksanaan di kelas
siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan ide-idenya (prakonsepsinya) agar mereka lebih sadar mengenai konsepsi
yang dimilikinya, bernegosiasi makna, dan memunculkan cognitive conflic
guna menggoyahkan stabilitas miskonsepsi siswa. Kemudian masing-masing konsepsi
awal siswa dikembangkan ke arah yang benar (mengkonstruk konsep ilmiah).[18]
Johar
menyimpulkan bahwa fase-fase model pembelajaran perubahan konseptual tersebut
sebagai berikut.
1.
Orientasi (orientation). Siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan
motivasi dalam mempelajari suatu topik, yaitu dengan memberi kesempatan untuk
mengadakan observasi terhadap topik yang akan dipelajari
2.
Pemunculan ide ( elicitation of
ideas). Siswa dibantu mengungkapkan idenya secara jelas dengan berdiskusi,
menulis, membuat poster, dan lain-lain, yaitu dengan memberikan kesempatan
untuk mendiskusikan masalah yang diobservasi, dalam wujud lisan, tulisan gambar
ataupun poster
3.
Penyusunan ulang ide (restructuring of ideas), meliputi aktivitas
yang memberi kesempatan kepada siswa untuk:
a.
Klarifikasi ide (clarification and exchange), yaitu saling bertukar
pikiran dengan teman.
b.
Memunculkan situasi konflik (exposure to conflict situation), yaitu ketika
berhadapan dengan ide-ide lain, seseorang dapat terangsang untuk merekonstruksi
idenya kalau tidak cocok atau sebaliknya menjadi lebih yakin apabila gagasannya
cocok.
c. Membangun ide yang baru (construction of new ideas). Ini terjadi
apabila dalam diskusi itu idenya bertentangan dengan ide lain atau idenya tidak
dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan teman-teman.
d. Mengevaluasi ide baru (evaluation). Ada baiknya bila ide yang baru dibentuk itu
diuji dengan suatu percobaan atau persoalan yang baru.
4.
Penerapan ide (application of ideas).
Ide atau pengetahuan yang telah dibentuk oleh siswa perlu diaplikasikan pada
bermacam-macam situasi yang dihadapi. Hal ini akan membuat pengetahuan siswa
lengkap dan bahkan lebih rinci dengan segala macam pengecualiannya.
5.
Review perubahan ide (review change in
idea), yaitu siswa mengkaji
ulang perubahan ide dengan cara membandingkan ide yang telah dipelajari dengan
ide awal.[19]
Berdasarkan ilustrasi mengenai model pembelajaran
perubahan konseptual di atas berikut ini disajikan contoh pelaksanaan model
pembelajaran perubahan konseptual pada materi jajargenjang.
Tabel 1. Fase-fase model pembelajaran perubahan konseptual
Fase-fase model pembelajaran perubahan
konseptual
|
Langkah-langkah
Pembelajaran
|
1.
Orientasi
|
Pendahuluan
a.
Tanya jawab tentang segiempat
b.
Tanya jawab tentang segitiga
|
2.
Pemunculan ide
|
Kegiatan
Inti
a. Menunjukkan alat peraga
jajargenjang, pergipanjang, dan persegi
b.
Pre-tes
|
3.
Penyusunan ulang ide
a.
Klarifikasi ide
b.
Memunculkan situasi konflik
c.
Membangun ide baru
d.
Mengevaluasi ide baru
|
c. Membagikan kelompok yang
beranggotakan 5-6 siswa dan
membagikan LKS untuk masing-
masing kelompok ( LKS dapat dilihat pada lampiran)
d. Mendikusikan LKS bagian A
e.
Mendiskusikan LKS bagian B
|
4.
Penerapan ide
|
a. Mendiskusikan LKS bagian C
b. Mempresentasikan hasil diskusi
dengan kelompoknya masing-
masing
|
5.
Review perubahan ide
|
Penutup
a.
Siswa mengkaji ulang perubahan
ide dengan cara membandingkan
ide yang telah dipelajari dan
menuliskan dalam jurnal refleksi
b. Guru bersama siswa membuat
rangkuman tentang hubungan jajar
genjang dengan persegipanjang,
persegi, dan belahketupat.
|
E. Kelebihan dan Kekurangan Model
Pembelajaran Perubahan Konseptual
Setiap
model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dan kekurangan model pembelajaran
perubahan konseptual adalah sebagai berikut :
1.
Kelebihan
a.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan pikiran, pendapat, pemahamannya
tentang suatu konsep sebelum dipelajari secara formal. Dengan demikian siswa
dilibatkan dalam merencanakan pengajarannya.
b.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk peduli dengan konsepsi awalnya
(terutama konsepsi awal yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah). Dengan
demikian siswa diharapkan menyadari kekeliruannya dan bersedia memperbaiki
kekeliruaan tersebut.
c.
Dapat menciptakan suasana kelas yang
hidup karena siswa dituntut untuk aktif berdiskusi dengan teman dan gurunya.
Dengan demikian cara belajar siswa aktif dapat terlaksana.
d.
Siswa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri pengetahuan yang diajarkan
dengan memperhatikan konsepsi awalnya. Dengan demikian akan terjadi pembelajaran
yang bermakna.
e.
Guru yang mengajar menjadi kreatif karena harus berusaha mencarikan
alternatif untuk meluruskan konsepsi awal siswa yang tidak sesuai dengan konsep
ilmiah.
2.
Kekurangan
a.
Karena untuk menerapkan model pembelajaran perubahan konseptual menggali
konsepsi awal siswa sebelum siswa belajar secara formal, maka bagi siswa yang
belum terbiasa pada situasi ini merasa ”takut” dengan beberapa pertanyaan
berkenaan dengan materi yang belum dipelajari. Namun ini bisa diatasi dengan
memberikan informasi bahwa tes awal tidak mempengaruhi nilai siswa.
b.
Membutuhkan waktu yang banyak, namun ini bisa diatasi dengan membatasi
waktu ketika membagikan kelompok.
c.
Bagi guru yang kurang berpengalaman akan merasa kesulitan karena pengajaran
disusun berdasarkan pada konsepsi awal siswa yang beragam, namun ini bisa
diatasi dengan seringnya menerapkan model pembelajaran perubahan konseptual
pada materi yang ada miskonsepsinya.
F.
Materi
Bangun Segiempat
Segiempat
merupakan bentuk segi-n yang paling banyak jenisnya. Segiempat mempunyai empat
sisi yang membentuk empat sudut. Beberapa bentuk segiempat yang dipelajari di
SMP antara lain jajargenjang, persegi panjang, persegi, layang-layang,
belahketupat, dan trapesium. Cara membedakan bangun-bangun segiempat adalah
dengan memahami definisi dan sifat-sifat bangun segiempat.
Definisi
dalam istilah matematika adalah ungkapan yang membatasi suatu konsep. Dengan
adanya definisi orang dapat membuat ilustrasi atau gambar atau konsep yang
didefinisikan. Definisi dalam matematika ada 2 yaitu definisi analitis dan
genetik[20].
Definisi analitis adalah definisi yang menyebutkan genus proksimum (genus
terdekat) dan diferensia spesifika (pembeda khusus)[21].
Misalnya definisi trapesium adalah segiempat yang tepat sepasang sisinya
sejajar. Sedangkan definisi genetik adalah definisi yang menyebutkan bagaimana
konsep itu terbentuk atau terjadi.[22]
Misalnya definisi jajargenjang adalah bangun segiempat yang dibentuk dari
gabungan segitiga dan bayangannya setelah diputar setengah putaran dengan pusat
titik tengah salah satu sisinya.
Uraian
berikut akan menjelaskan definisi dan sifat segiempat yang dipelajari di SMP.
1. Jajargenjang
Jajargenjang
adalah bangun segiempat yang dibentuk dari gabungan segitiga dan bayangannya
setelah diputar setengah putaran dengan pusat titik tengah salah satu sisinya.
Sifat-sifat jajargenjang adalah :
a. Sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang
b. Sudut-sudut yang berhadapan
sama besar
c. Jumlah besar sudut yang berdekatan adalah 180°
d. Kedua diagonal saling
membagi dua sama panjang
Bukti
Perhatikan gambar 2, jajargenjang ABCD
diputar setengah putaran pada O, maka :
AB→CD
Jadi, AB=CD dan AB//CD
|
|
Jadi, BC=DA dan BC //DA
Karena AB # CD dan BC # DA (# dibaca sama dan
sejajar, maka dapat disimpulkan bahwa:
Pada setiap
jajargenjang, sisi-sisi yang berhadapan
sama panjang dan sejajar.
Pada gambar di atas,
jajargenjang ABCD diputar setengah putaran pada O, maka:
ÐABC→ ÐCDA. Jadi, Ð ABC = ÐCDA.
ÐBAD →ÐDCB. Jadi,
Ð BAD =ÐDCB.
Karena ÐABC = ÐCDA dan Ð BAD =ÐDCB, maka dapat disimpulkan bahwa :
Pada setiap
jajargenjang, sudut-sudut yang berhadapan sama besar.
Jajargenjang ABCD pada gambar 3, AB//CD
dan AD//BC. Karena AB//CD,
maka :
ÐA + ÐD = 180° (sudut dalam sepihak)
|
ÐA + ÐD = 180° (sudut dalam sepihak)
ÐB + ÐC = 180° (sudut dalam sepihak)
Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa ;
Pada setiap jajargenjang jumlah besar
sudut-sudut yang berdekatan adalah 180°
|
Pada gambar 4,
Jajargenjang ABCD diputar setengah putaran pada O, maka :
OA → OC
Jadi, OA =
OC
OB →
OD
Jadi, OB =
OD
Karena OA =
OC dan OB = OD.
Karena OA =
OC dan OB = OD, maka dapat disimpulkan bahwa :
Kedua
diagonal pada setiap jajargenjang saling membagi dua sama panjang.
2.
Persegipanjang
Persegipanjang adalah jajargenjang yang
dibentuk dari gabungan segitiga siku-siku dan bayangannya.
Sifat-sifat
persegi panjang adalah :
a.
sisi-sisi yang berhadapan sama panjang.
b.
sisi-sisi yang berhadapan sejajar.
c.
tiap sudutnya sama besar.
d.
tiap-tiap sudutnya merupakan sudut siku- siku.
e.
Diagonal-diagonal dalam setiap persegi panjang sama panjang
Bukti :
|
menurut sumbu simetri PQ, maka :
A menempati B, ditulis A → B
|
AD → BC
|
Pada gambar 6, persegi panjang ABCD
dibalik menurut sumbu
simetri RS , maka :
|
B menempati C, ditulis B→C
A
AB→CD
Jadi, AB=CD
Sifat 1 : Dalam setiap persegi
panjang, sisi-sisi yang berhadapan sama panjang.
Sifat 2 : Dalam setiap persegi
panjang, sisi-sisi yang berhadapan sejajar.
Sifat
sudut-sudut persegi panjang
Perhatikan gambar 7!
ÐA menempati ÐB, ditulis ÐA → ÐB
ÐC menempati ÐD, ditulis
ÐC → ÐD
Jadi, ÐA = ÐB.............1)
|
Perhatikan gambar 8!
ÐA menempati
ÐD, ditulis ÐA → ÐD
ÐB menempati
ÐC, ditulis ÐB → ÐC
Jadi, ÐA = ÐD..........1)
|
Dari
bentuk persamaan 1) sampai 4), dapat disimpulkan hal berikut ini.
ÐA = ÐB..................1)
ÐB = ÐC...................2)
ÐC = ÐD...................3)
Jadi, ÐA =Ð B = ÐC = ÐD
Sifat 3 : Dalam setiap persegi
panjang, tiap sudutnya sama besar
Sifat 4 : Dalam setiap persegi panjang, tiap-tiap sudutnya merupakan sudut
siku- siku
|
||||
|
||||
|
|
|
A→B
|
|
|
|
|
|
Jadi, AC = BD
Dengan demikian, dapat disimpulkan hal berikut ini.
Sifat 5 :
Diagonal-diagonal dalam setiap persegi panjang sama panjang
3.
Persegi
Persegi
merupakan persegi panjang yang khusus, sehingga sifat-sifat yang dimiliki oleh
persegi panjang berlaku untuk persegi.
Sifat-sifat
persegi yang dimiliki oleh persegi panjang adalah
a.
Sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar
- Diagonalnya sama panjang
- Diagonalnya berpotongan sama panjang.
Sifat-sifat lain yang dimiliki
persegi adalah sebagai berikut:
a
Panjang sisi-sisi setiap persegi adalah sama.
b. Sudut-sudut dalam setiap persegi dibagi dua
sama besar oleh diagonal-diagonalnya merupakan sumbu simetri.
Jadi dapat disimpulkan persegi adalah persegipanjang yang sisi-sisinya sama
panjang.
Bukti:
Pada gambar 10, persegi ABCD dibalik
menurut diagonal AC, maka :
A → A C→C
B→D B→D
AB→AD CB→CD
|
CB=CD........2)
Pada
gambar 11, persegi ABCD dibalik menburut diagonal BD, maka :
|
B → B D → D
A B →
CB CD → AD
Jadi, AB = AD..........3), CD = AD........4)
Dari hasil tersebut didapat :
Panjang sisi-sisi setiap persegi
didapat :
1)
AB = AD
2)
AD = CD
3)
CD = CD
Jadi, AB =
AD = CD = CB
Sifat 1: panjang sisi-sisi
setiap persegi adalah sama
Sifat diagonal-diagonal persegi
Pada
gambar 11, persegi ABCD dibalik menurut diagonal AC, maka :
ÐBAC → ÐDAC Ð ACB →
ÐACD
|
Karena ÐBAC = ÐDAC dan
ÐACB = ÐACD, maka diagonal AC membagi sudut A dan sudut C menjadi dua bagian yang
sama besar.
Pada gambar 12, persegi ABCD dibalik
menurut diagonal BD, maka:
ÐABD → ÐCBD Ð ADB → ÐACD
Jadi, ÐABD = ÐCBD Jadi, ÐADB = ÐCDB
|
Sifat
2 : Sudut-sudut dalam setiap persegi
dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya merupakan sumbu simetri.
[1]
R.Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika Indonesia, (DEPDIKNAS : 1999/2000),
Hal 43
[2]
Ibid, hal 44
[3] Tanwey Gerson Ratumanan, Belajar dan
Pembelajaran. (Unesa University Press: Ambon,
2004), hal 104
[4] Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam
Pendidikan, ( Kanisius : Yogyakarta, 1997), hal. 11
[5]
Ibid, hal 18
[6] Sukro Muhab, Model-model Pembelajaran Bidang
Sains, Makalah, (UNJ: Jakarta,
2006), hal 5
[7]
Ibid., hal 6
[8]
Ibid, hal 7
[9] R.
Soedjadi…,hal 157
[10] Ibid, hal 159
[11]
R. Soedjadi,Kiat…, hal 158
[12]
Ibid, hal 158
[13] Ibid , hal 163
[14]
Rahmah Johar, Cut Nurfadhillah, Latifah Hanum, Strategi belajar mengajar, (Unsyiah: FKIP,2006), hal 57
[15] Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme
dalam Pendidikan, (Pustaka Filsafat: Kanisius, 1997), hal 50
[16]
Ibid, hal 50
[17]Ibid, hlm 51.
[18] Rahmah Johar, Cut Nurfadhillah,
Latifah Hanum, Strategi belajar mengajar, (Unsyiah: FKIP,2006), hal. 58
[19] Ibid, hal. 59
[20] R.
Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, (Dirjen PT Depdiknas
1999/2000), hal 14
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Merujuk pada rumusan masalah
yang telah dikemukakan, maka jenis penelitian ini adalah eksperimen. Menurut
Arikunto penelitian eksperimen adalah suatu penelitian untuk mengetahui ada
tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenakan pada subjek selidik.[1]
subjek penelitian ini adalah
siswa kelas VII-1 MTsN Beureunuen. Jenis penelitian eksperimen yang penulis
maksud adalah quasi eksperimen dengan model one
group pre-test - post-test design, yaitu eksperimen yang dilaksanakan pada
satu kelas saja tanpa kelas kontrol.[2] Skema model one group pre-test – post-test design seperti berikut :
Keterangan :
= tes awal untuk melihat konsepsi awal
siswa tentang bangun segiempat sebelum menerapkan model pembelajaran perubahan
konseptual
X = Perlakuan, yaitu menerapkan model
pembelajaran perubahan konseptual.
= tes akhir untuk melihat konsepsi awal
siswa tentang bangun segiempat sesudah belajar dengan menerapkan model
pembelajaran perubahan konseptual.
B.
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4-15 Maret 2008 di Madrasah
Tsanawiyah Negeri Beureunuen kecamatan Mutiara Timur, kabupaten Pidie.
C.
Subjek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah kelas VII-1 MTsN
Beureunuen, karena menurut informasi dari guru matematika, siswa kelas VII-1
lebih aktif dalam proses pembelajaran dibandingkan dengan kelas-kelas lain,
karena di MTsN tersebut tidak ada kelas unggul sehingga subjek penelitian
diambil secara acak dan pengambilan siswa yang aktif supaya memudahkan
komunikasi pada saat wawancara. Subjek penelitian sebanyak 37 orang.
D.
Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan memberikan tes untuk pre-tes
dan pos-tes, kemudian peneliti melaksanakan wawancara untuk mengungkap lebih
jelas jawaban siswa pada tes awal dan tes akhir. Adapun pertanyaan, alternatif jawaban siswa, dan
kriteria konsepsi siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2. Pertanyaan, alternatif jawaban siswa, dan
kriteria konsepsi siswa
Pertanyaan
|
AlternatifJawaban Siswa
|
Kriteria Konsepsi Siswa
|
||||||||||||||||||||||
1. a. Apakah persegipanjang merupakan
jajargenjang?
|
1. ia, karena per-segipanjang merupakan
jajargenjang yang dibentuk dari segitiga siku-siku.
|
Sesuai dengan
konsep ilmiah
|
||||||||||||||||||||||
2. ia, karena jajargenjang dan persegipanjang
adalah segiempat yana keempat sudutnya siku-siku
|
Hampir sesuai
dengan konsep ilmiah
|
|||||||||||||||||||||||
3. tidak, karena
perseipanjang tidak sama bentuknya dengan jajargenjang
|
Tidak sesuai dengan konsep ilmiah
|
|||||||||||||||||||||||
b. Apakah persegi merupakan jajar genjang
|
1. ia, karena
persegi merupakan jajargenjang yang dibentuk dari segitiga siku-siku.
|
Sesuai dengan
konsep ilmiah
|
||||||||||||||||||||||
2. ia, karena jajargenjang dan persegi
adalah segiempat yang keempat sudutnya siku-siku
|
Hampir sesuai dengan konsep ilmiah
|
|||||||||||||||||||||||
3. tidak, karena persegi tidak sama
bentuknya dengan jajargenjang
|
Tidak sesuai dengan konsep ilmiah
|
|||||||||||||||||||||||
2.
Manakah gambar berikut ini yang merupakan jajargenjang
?
a b c d
|
1. semua gambar
|
Sesuai dengan
konsep ilmiah
|
||||||||||||||||||||||
2. b dan c
|
Hampir sesuai dengan konsep ilmiah
|
|||||||||||||||||||||||
3. b
|
tidak sesuai dengan konsep
ilmiah
|
|||||||||||||||||||||||
3.
Perhatikan gambar
berikut !
a b c d e
Berdasarkan gambar diatas,
manakah yang merupakan persegipanjang? Berikan alasannya.!
|
1. a,b,c, dan e
|
Sesuai dengan
konsep ilmiah
|
||||||||||||||||||||||
2. a,b, dan c
|
Hampir sesuai dengan konsep ilmiah
|
|||||||||||||||||||||||
3.a,c, dan d
|
Tidak sesuai dengan konsep ilmiah
|
|||||||||||||||||||||||
4.
Apakah persegi termasuk persegipanjang? Jelaskan!
|
1. Ia, karena
persegi merupakan jajargenjang yang terbentuk dari gabungan segitiga
siku-siku yang sisinya sama panjang
|
Sesuai dengan
konsep ilmiah
|
||||||||||||||||||||||
2. ia, karena jajargenjang dan persegi
sama bentuknya
|
Hampir sesuai dengan konsep ilmiah
|
|||||||||||||||||||||||
3. bukan, karena gambarnya tidak sama
|
Tidak sesuai dengan konsep ilmiah
|
Siswa
yang tidak memberikan jawaban secara tertulis dikategorikan pada konsepsi yang
tidak sesuai dengan konsep ilmiah Untuk mengetahui adanya perubahan pengetahuan
sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran perubahan konseptual maka
peneliti meminta siswa membuat jurnal refleksi.
E.
Teknik Analisis Data
Tahap analisis data merupakan
tahap yang paling penting dalam suatu penelitian, karena pada tahap ini hasil
penelitian dapat dirumuskan. Setelah semua data terkumpul maka untuk
mendeskripsikan data penelitian dilakukan analisis sebagai berikut.
1.
Untuk mengetahui konsepsi awal siswa, diperoleh data melalui tes awal. Data
yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dan jawaban siswa dikelompokkan
berdasarkan konsepsi yang sesuai dengan konsep ilmiah, hampir sesuai dengan
konsep ilmiah dan tidak sesuai dengan konsep ilmiah. Hasil analisis akan
diperkuat dengan wawancara dan jurnal refleksi.
2.
Untuk mengetahui konsepsi siswa setelah
belajar dengan menerapkan model pembelajaran perubahan konseptual tentang
bangun segiempat, diperoleh data melalui tes akhir. Data yang diperoleh
dianalisis secara kualitatif dan jawaban siswa dikelompokkan berdasarkan
konsepsi yang sesuai dengan konsep ilmiah, hampir sesuai dengan konsep ilmiah
dan tidak sesuai dengan konsep ilmiah. Hasil analisis akan diperkuat dengan
wawancara dan jurnal refleksi.
[1]
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta, 2005), hal 207
[2]
Ibid, hal 210
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTsN Beureunuen pada tanggal 4-15 Maret
2008. Penerapan model pembelajaran perubahan konseptual dalam penelitian ini
dilaksanakan dengan beberapa tahap, yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan
kegiatan, dan tahap evaluasi hasil belajar.
1. Tahap Persiapan
Pada tahap
ini, peneliti mempersiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari perangkat
pembelajaran, dan instrumen pengumpulan data. Perangkat pembelajaran yang
dipersiapkan adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS),
dan media pembelajaran. Instrumen pengumpulan data yang dipersiapkan
adalah lembaran tes awal dan tes akhir, pertanyaan wawancara, dan jurnal
refleksi. Pada tahap ini peneliti juga melakukan observasi langsung ke sekolah
untuk melihat situasi dan kondisi sekolah serta konsultasi dengan guru bidang
studi matematika tentang siswa yang akan diteliti. Observasi ini berlangsung
dari tanggal 4-5 Maret 2008.
2.
Tahap Pelaksanaan Proses
Proses pembelajaran sebanyak tiga kali pertemuan,
masing-masing pertemuan 2x40 menit. Peneliti bertindak sebagai guru dalam
proses pembelajaran.
Uraian
berikut menjelaskan tentang proses pembelajaran selama penelitian berlangsung.
- Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 6 Maret 2008.
Pertemuan pertama ini berpedoman
pada RPP-1. Sebelum memulai proses pembelajaran guru menginformasikan tentang
model pembelajaran beserta langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam proses
pembelajaran. Kemudian peneliti mengadakan tanya jawab tentang segitiga dan
segiempat. Setelah itu membagi lembaran pre-tes tentang materi jajargenjang
kepada masing-masing siswa. Kemudian peneliti membagikan siswa ke dalam beberapa
kelompok yang terdiri dari 6-7 orang.
- Pertemuan Kedua
Pertemuan
kedua dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 8 Maret 2008. Proses pembelajaran
ini merupakan lanjutan dari pertemuan I dan masih berpedoman pada RPP-1 karena pada
pertemuan pertama waktunya tidak cukup untuk meyelesaikan kegiatan pada RPP-1. Pada pertemuan ini guru membagikan LKS-1, masalah yang
diajukan dalam LKS-1 adalah masalah yang berhubungan dengan definisi dan
sifat-sifat jajargenjang. Kemudian guru meminta siswa untuk bekerja kelompok
dan menyelesaikan masalah menurut cara mereka masing-masing. Kemudian siswa
diminta untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dan membandingkan hasil
kerja mereka dengan kelompok lain. Setelah itu siswa mengkaji ulang perubahan
ide dengan cara membandingkan ide yang telah dipelajari dan menuliskan dalam
jurnal refleksi. Diakhir pertemuan guru bersama siswa membuat rangkuman tentang
hubungan jajargenjang dengan persegipanjang, persegi, dan belah ketupat.
- Pertemuan Ketiga
Pertemuan
ketiga dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 11 Maret 2008. Pada pertemuan
ketiga ini berpedoman pada RPP-2. Pada awal pertemuan guru memberikan pre-tes
persegipanjang dan persegi. Setelah itu membagikan LKS-2. Masalah yang dibahas
dalam LKS-2 adalah tentang definisi dan sifat-sifat persegipanjang dan persegi.
Guru meminta siswa untuk berdiskusi dengan kelompok masing-masing. Kemudian
mempresentasikan hasil diskusi mereka dan kelompok lain menanggapinya. Setelah
itu siswa mengkaji ulang perubahan ide dengan cara membandingkan ide yang telah
dipelajari dan menuliskan dalam jurnal refleksi. Di akhir pertemuan guru
bersama siswa membuat rangkuman tentang hubungan persegipanjang dan persegi.
3.
Tes Hasil Belajar
Tahap evaluasi hasil belajar
dilakukan untuk melihat konsepsi awal
siswa. Setelah mengalami model pembelajaran perubahan konseptual selama 3 kali
pertemuan pada materi segiempat. Evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan
berupa pos-tes yang terdiri 4 soal essay. Pos-tes ini dilaksanakan padatanggal
15 Maret 2008. Setelah siswa selesai mengerjakan soal, guru membahas soal-soal
pos-tes.
B. Analisis Hasil Penelitian
1. Analisis Konsepsi Awal Siswa tentang Jajargenjang, Persegipanjang, dan Persegi
Untuk mengetahui konsepsi awal siswa tentang konsep
segiempat sebelum diterapkan model pembelajaran perubahan konseptual, jawaban
siswa pada tes awal bisa dilihat pada lampiran 6, konsepsi awal siswa
dikelompokkan berdasarkan jawaban dan alasan yang sama, selanjutnya dilakukan
analisis. Analisis ini dilengkapi dengan petikan wawancara terhadap 6 siswa.
Dari hasil analisis akan diketahui banyak siswa yang sudah mempunyai konsepsi
awal yang ”sesuai dengan konsep ilmiah”, “hampir sesuai dengan konsep ilmiah”,
dan yang “belum sesuai dengan konsep ilmiah “ beserta penyebab dan alasannya.
Persentase jawaban tes awal siswa
dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini.
Tabel 3 Persentase jawaban tes awal siswa
|
Pertanyaan
|
Konsepsi siswa terhadap konsep ilmiah
|
||
Sesuai
|
Hampir sesuai
|
Tidak sesuai
|
||
1.a
|
Apakah persegipanjang
merupakan jajargenjang?
|
0 %
|
10,81 %
|
89,20 %
|
1.b
|
Apakah persegi
merupakan jajargenjang?
|
0 %
|
5,41 %
|
94,59 %
|
2
|
Berdasarkan gambar di atas (a. Gambar persegi, b.
Jajargenjang, c. Belahketupat, dan d. Persegipanjang), manakah yang merupakan
jajargenjang?
|
0 %
|
2,7 %
|
97,3 %
|
3
|
Berdasarkan gambar diatas (a. Gambar persegipanjang tegak,
b. Persegipanjang miring, c. Persegi panjang datar, d. Jajargenjang, e. persegi),
manakah yang merupakan persegipanjang?
|
0 %
|
13,51 %
|
86,49 %
|
4
|
Apakah persegi
merupakan persegipanjang?
|
21,62 %
|
43,24 %
|
35,14 %
|
Sumber: Tes awal siswa
Berdasarkan pertanyaan 1a pada
tabel 3 di atas diketahui bahwa belum ada konsepsi awal siswa yang ”sesuai
dengan konsep ilmiah” maksudnya jawaban siswa adalah ia karena persegipanjang terbentuk dari gabungan
segitiga dan bayangannya setelah diputar 180º dengan pusat titik tengah salah
satu sisinya, hanya 4 siswa (10,81%) yang ”hampir sesuai dengan konsep ilmiah”,
maksudnya jawaban siswa adalah ia, karena persegipanjang dan jajargenjang
adalah segiempat yang keempat sudutnya siku-siku dan mempunyai dua panjang sisi
yang berhadapan sama panjang dan sejajar, dan 33 siswa (89,20%) yang ”belum
sesuai dengan konsep ilmiah” maksudnya jawaban siswa adalah bukan jajargenjang.
Penyebab konsepsi awal siswa tidak sesuai dengan konsep ilmiah adalah karena
siswa belum bisa mendefinisikan persegipanjang dan persegi ditinjau dari
definisi analitik maupun genetik. Jadi,
siswa tidak memperhatikan persamaan sifat-sifat yang dimiliki jajargenjang,
persegipanjang, dan persegi. Berikut petikan wawancara terhadap siswa
kode 16 .
G : (Kepada MY diperlihatkan soal nomor 1,
pertanyaannya adalah “apakah
persegipanjang merupakan jajargenjang?”). Ibu belum mengerti jawabanmu,
apa yakin jawaban MY seperti ini?
S : Iya
G : Kenapa
?
S : Karena
gambarnya tidak sama dengan jajargenjang, kalau jajargenjang gambarnya agak
miring sedangkan persegipanjang lurus
G : (Menggunting
persegipanjang menurut diagonalnya), coba perhatikan, ini gambar
apa ( menunjuk gambar segitiga)?
S : Segitiga
G : Coba
MY definisikan jajargenjang setelah dibentuk gambarnya dari gabungan segitiga
ini !
S : Tidak
bisa bu
Berdasarkan pertanyaan
1b pada tabel 3 di atas diketahui bahwa belum ada konsepsi awal siswa yang ”
sesuai dengan konsep ilmiah” maksudnya jawaban siswa adalah ia, karena persegi
terbentuk dari gabungan segitiga dan bayangannya setelah diputar 180º dengan
pusat titik tengah salah satu sisinya, hanya 2 siswa (5,41%) yang ”hampir
sesuai dengan konsep ilmiah” maksudnya jawaban siswa adalah ia, karena ada
gabungan seginya, dan 35 siswa (94,59%) yang ”belum sesuai dengan konsep
ilmiah” maksudnya jawaban siswa adalah bukan. Penyebab sebagian besar kesalahan
siswa adalah hampir sama dengan nomor 1.a karena siswa belum bisa
mendefinisikan persegi secara analitik dan definisi jajargenjang secara
genetik. Berikut petikan wawancara terhadap siswa kode 28.
G : (Memperlihatkan jawaban pre-tes). Kemudian
menggambarkan segitiga siku-siku samakaki, kemudian diputar sesuai dengan
definisi jajargenjang? Apakah ini
merupakan jajargenjang?
S : Bukan,
karena sudut-sudut dalam setiap persegi dibagi dua sama besar oleh diagonalnya,
sehingga diagonalnya sumbu simetri.
G : (Menggambarkan
persegi ABCD), coba perhatikan gambar ini! Tunjukkan yang mana diagonal
?
S : Tidak tahu bu
G : Tapi
alasan RM tadi menurut diagonal?
S : Nyontek
di buku bu
G : Kalau
jawaban RM sekarang, apakah persegi merupakan jajargenjang?
S : Bukan,
karena gambarnya tidak sama dengan jajargenjang, kalau persegi lurus dan sejajar sedangkan jajargenjang
miring
G : Sekarang
coba RM sebutkan garis-garis sejajar pada persegi ABCD!
S : AB
// CD
DA // CB
Berdasarkan
variasi jawaban siswa pada soal nomor 2 diketahui bahwa belum ada jawaban siswa
yang mempunyai konsepsi awal “sesuai dengan konsep ilmiah” maksudnya jawaban
siswa adalah gambar a, b, c, dan d, hanya 1 siswa (2,7%) yang “hampir sesuai dengan konsep ilmiah” maksudnya
jawaban siswa adalah gambar b, c , dan 36
siswa (97,3%) yang “ belum sesuai dengan konsep ilmiah” maksudnya
jawaban siswa adalah gambar b. Penyebab sebagian besar konsepsi awal siswa
belum sesuai dengan konsep ilmiah adalah karena masih terfokus pada gambar
jajargenjang yang miring, tapi pernyataan ini berubah saat diwawancara. Berikut
ini petikan wawancara dengan siswa kode 11
G : (Menggambar persegi (no a), jajargenjang (no
b), belahketupat (no c)), menurut HS yang mana merupakan jajargenjang?
S : Nomor
b, karena gambarnya agak miring, sedangkan yang lain tidak
G : Kalau belahketupat bagaimana? Kan miring
juga?
S : Tapi
belahketupat bukan jajargenjang
G : Kenapa?
S : Karena
waktu SD, gambar jajargenjang cuma gambar b
G : (Menggambar
segitiga sembarang, siku-siku samakaki, siku-siku sembarang dan segitiga sama
sisi, kemudian membuat gambar sesuai definisi jajargenjang), apakah ini
jajargenjang?
S : Ya
G : Kalau
ini gambar apa ?
S : Persegi
G : Apakah
merupakan jajargenjang?
S : Diam
G : Kalau
masih bingung, coba perhatikan gambar berikutnya, gambar apa aja?
S : Belahketupat
dan persegipanjang
G : Sekarang,
bagaimana kesimpulan HS dari gambar-gambar tersebut? Apakah merupakan
jajargenjang?
S : Iya
bu, karena cara membuatnya sama.
Berdasarkan tabel
3, pertanyaan nomor 3 adalah “berdasarkan gambar di atas (gambar a. Persegipanjang
tegak, b.persegipanjang miring, c. persegipanjang datar, d. jajargenjang, e.
persegi), manakah yang merupakan persegipanjang? Berdasarkan variasi jawaban
siswa diketahui bahwa belum ada jawaban siswa yang konsepsi awal “sesuai dengan konsep
ilmiah” maksudnya jawaban siswa gambar a, b, c, dan e, hanya 5 siswa (13,51%) “hampir sesuai dengan
konsep ilmiah” maksudnya jawaban siswa adalah gambar a dan c, dan 32 siswa
(86,49%) yang “belum sesuai dengan konsep ilmiah” maksudnya jawaban siswa
adalah gambar c. Ada beberapa penyebab konsepsi awal siswa tidak sesuai dengan
konsep ilmiah. Berikut wawancara dengan siswa kode 34.
G : (Memperlihatkan
lembaran jawaban pre-tes), mengapa ZR menjawab gambar a dan c?
S : Karena
gambar tersebut mempunyai empat sudut siku-siku dan sudut yang berhadapan sejajar dan sama panjang
G : Bagaimana
yang dikatakan dua garis sejajar ?
S : Tidak
tahu bu
Berdasarkan
petikan wawancara di atas dapat kita simpulkan bahwa salah satu penyebab
kesalahan konsepsi pada soal nomor 1 tes awal persegipanjang dan persegi adalah
karena belum mengerti konsep garis-garis sejajar.
Berikut
petikan wawancara dengan siswa kode 35
G : (Menggambar
bangun seperti pada soaltes awal), menurut ZT yang mana merupakan
persegipanjang?
S : a,
b, c
G : Mengapa?
S : Karena
mempunyai sumbu simetri putar dan simetri lipat dua dan sudutnya siku-siku
G : Nomor
e kan sudutnya siku-siku juga, kenapa bukan persegipanjang?
S : Itu
gambar persegi bu, bukan persegipanjang
G : ZT,
apakah syarat persegipanjang terdapat pada persegi?
S : Ya
G : Apakah kita bisa mengatakan bahwa persegi itu
merupakan persegipanjang?
S : Bisa
bu, tapi persegipanjang yang sisinya sama panjang bu.
Berdasarkan petikan wawancara
di atas dapat kita simpulkan bahwa penyebab konsepsi awal siswa tidak
sesuai dengan ilmiah adalah karena menyebut nama bangun yang ditinjau dari
sifat sisinya saja dan mengabaikan sifat yang lain, tetapi jawaban siswa
berubah saat diwawancara.
Berdasarkan
tabel 3, pertanyaan nomor 4 adalah “apakah persegi merupakan persegipanjang?” Berdasarkan
variasi jawaban siswa diketahui bahwa 8 siswa (21,62%) yang konsepsi awalnya
“sesuai dengan konsep ilmiah” maksudnya jawaban siswa adalah ia, karena
sifat-sifat yang dimiliki persegipanjang berlaku untuk persegi, hanya 16 siswa (43,24%) yang “hampir sesuai
dengan konsep ilmiah” maksudnya jawaban siswa adalah ia, karena sisi yang
berhadapan sama panjang dan sejajar, dan 13 siswa (35,14%) yang “belum sesuai
dengan konsep ilmiah” maksunya jawaban siswa adalah bukan.. Penyebab
konsepsi awal siswa tidak sesuai dengan konsep ilmiah adalah karena menyebutkan
sifat-sifat persegi hanya pada sisinya saja dan mengabaikan sifat-sifat lain
yang dimiliki oleh persegipanjang.
Berikut petikan wawancara
dengan siswa kode 36.
G : Menurut
ZI , Apakah persegi merupakan persegipanjang?
S : Bukan
G : Mengapa
?
S : Karena
persegi mempunyai sisi-sisi yang sama panjang dan mempunyai empat sudut
siku-siku, sedangkan persegipanjang sisinya tidak sama dan mempunyai panjang
dan lebar.
G : Persegikan
mempunyai sudut siku-siku juga ?
S : Iya
G : Menurut
ZI persegi tidak mempunyai lebar dan panjang ya ?
S : Iya
bu, persegi hanya mempunyai
sisi.
2. Analisis Konsepsi Siswa
tentang Segiempat Sesudah Diterapkan Model
Pembelajaran Perubahan
Konseptual.
Untuk mengetahui konsepsi awal
siswa setelah diterapkan model pembelajaran perubahan konseptual tentang
jajargenjang, persegipanjang dan persegi sesudah diterapkan model pembelajaran
perubahan konseptual, jawaban siswa pada tes akhir dapat dilihat pada lampiran
8. Karena bentuk soal essay, konsepsi siswa dikelompokkan berdasarkan
jawaban dan alasan yang sama selanjutnya dilakukan analisis. Analisis ini
dilengkapi dengan petikan wawancara terhadap 6 siswa yang terpilih pada
wawancara tes awal. Dari hasil analisis akan diketahui banyak siswa yang sudah
mempunyai konsepsi yang “sesuai dengan konsep ilmiah”, yang “hampir sesuai
dengan konsep ilmiah” dan yang “belum sesuai dengan konsep ilmiah” berserta
penyebab/alasannya. Persentase jawaban
tes akhir siswa dapat dilihat pada tabel 3 berikut:
Tabel 4. Persentase jawaban tes akhir siswa
|
Pertanyaan
|
Konsepsi siswa terhadap konsep ilmiah
|
||
Sesuai
|
Hampir sesuai
|
Tidak sesuai
|
||
1
|
Berdasarkan gambar diatas (a. Jajargenjang, b.
Persegipajang datar, c. Persegipanjang miring, d.persegipanjang tegak, e.
Persegi), manakah yang merupakan persegipanjang?
|
21,62%
|
35,14%
|
43,24%
|
2
|
Apakah persegi merupakan persegipanjang?
|
78,38%
|
0
|
21,62%
|
3
|
a. Apakah persegi
merupakan jajargenajng?Mengapa?
b.
Apakah persegi merupakan jajargenjang?Mengapa?
|
54.05%
75,68%
|
0
0
|
45,95%
24,32%
|
4
|
Berdasarkan gambar di atas (a. Gambar persegi, b.
Jajargenjang, c. Belahketupat, dan d. Persegipanjang), manakah yang merupakan
jajargenjang?
|
16,27%
|
0
|
83,78%
|
Sumber: Tes akhir Siswa
Berdasarkan tabel
4 pertanyaan 1, diketahui bahwa 8 siswa (21,62 %) mempunyai konsepsi tentang
persegipanjang “sesuai dengan konsep ilmiah” maksudnya jawaban siswa adalah
gambar b, c, d, dan e, 13 siswa (35,14%) mempunyai jawaban yang “hampir sesuai
dengan konsep ilmiah” maksudnya jawaban siswa adalah gambar b, c, dan d, dan
hanya 16 siswa (43,24 %) mempunyai jawaban yang “belum sesuai dengan konsep ilmiah”
maksudnya jawaban siswa adalah semua gambar.
Penyebab
kesalahan siswa adalah konsepsi siswa yang mendefinisikan persegipanjang sama
dengan jajargenjang. Berikut petikan wawancara dengan siswa kode 34.
G : Coba
perhatikan jawaban pada tes kemarin! Mengapa menjawab semua gambar?
S : Menyebutkan
definisi jajargenjang.
G : Masih
ingat sifat persegipanjang?
S : Masih
bu
- Sisi-sisi yang sejajar sama
panjang dan sejajar.
-
Sudutnya siku-siku dan sudut-sudut yang berdekatan jumlahnya 180
G : Tadi
menyebutkan bahwa salah satu sifat-sifat persegipanjang “sudutnya
siku-siku”. Perhatikan gambar A,
apakah sudutnya siku-siku?
S : Bukan bu.
Penyebab kesalahan lain adalah karena tidak bisa membedakan
besar sudut-sudut pada bangun segiempat. Tetapi jawaban siswa berubah pada
saat wawancara.
Berdasarkan tabel 4, pertanyaan nomor 2 adalah “apakah persegi merupakan
persegipanjang?” berdasarkan variasi jawaban siswa diketahui bahwa sebagian
besar jawaban siswa (29 siswa = 78,38 %)
sudah “sesuai dengan konsep ilmiah” maksudnya jawaban siswa adalah ia, karena
sifat-sifat persegipanjang dimiliki oleh persegi, dan hanya 8 siswa (21,62
%) mempunyai jawaban yang “belum sesuai
dengan konsep ilmiah” maksudnya jawaban siswa adalah bukan, karena gambar persegi tidak sama dengan persegipanjang.
Salah satu penyebab kesalahan siswa adalah karena tidak
mengetahui bahwa sifat yang dimiliki persegipanjang terdapat pada persegi. Berikut petikan wawancara dengan siswa
kode 2.
G : Apakah
persegi merupakan persegipanjang ?
S : Bukan,
karena persegi mempunyai sisi yang sama panjang.
G : Menurut
AH, sifat-sifat yang dimiliki persegipanjang, ada tidak pada persegi?
S : Diam
Penyebab kesalahan lain adalah
karena mereka beranggapan bahwa persegi memiliki sisi sedangkan persegipanjang
memilki panjang dan lebar.
Pertanyaan nomor 3.a pada
tabel 3 adalah “Apakah persegipanjang merupakan jajargenjang?”. Berdasarkan
jawaban siswa, diketahui bahwa sebagian besar jawaban siswa (20 siswa =54,05 %)
sudah mempunyai konsepsi “sesuai dengan konsep ilmiah maksudnya jawaban siswa
adalah ia, karena persegipanjang terbentuk dari gabungan segitiga dan
bayangannya setelah diputar 180 dengan pusat titik
tengah salah satu sisinya, hanya 17 siswa (45,95%) yang jawabannya belum sesuai
dengan konsep ilmiah, maksudnya jawaban siswa adalah bukan, karena jajargenjang
berbentuk miring, sedangkan persegipanjang tidak.
Penyebab kesalahan siswa
adalah karena belum bisa mendefinisikan jajargenjang berdasarkan definisi
genetik.
Berikut petikan wawancara
dengan siswa kode 34
G : Menurut
ZR, apakah persegipanjang merupakan jajargenjang ?
S : Iya
bu
G : Kenapa
?
S : Karena
persegipanjang dibentuk dari gabungan segitiga yang sisinya sama panjang,
sejajar dan sudutnya berbentuk siku-siku (90º).
Penyebab
kesalahan lain adalah karena tidak bisa menyebutkan sifat-sifat jajargenjang.
Pertanyaan
nomor 3.b pada tabel 4 adalah “ Apakah persegi merupakan jajargenjang ?
Berdasarkan pernyataan siswa, diketahui bahwa
28 jawaban siswa ( 75,68 % ) sudah mempunyai konsepsi “ sesuai dengan
konsep ilmiah “ maksudnya jawaban siswa adalah ia, karena persegi terbentuk
dari gabungan segitiga dan bayangannya setelah diputar 180 dengan pusat titik tengah salah satu sisinya ,
hanya 9 siswa ( 24,32% ) yang “belum sesuai dengan konsep ilmiah “ maksudnya
jawaban siswa adalah bukan, karena persegi bentuknya tidak miring seperti
jajargenjang.
Penyebab kesalahan konsepsi siswa adalah karena tidak
memahami konsep-konsep garis sejajar.
Berikut petikan wawancara dengan siswa
kode 11:
G : Apakah
persegi merupakan jajargenjang ?
S : Iya
bu ?
G : Kenapa
?
S : Karena
persegi merupakan gabungan segitiga.
Penyebab kesalahan konsepsi
siswa yang lain adalah karena belum tahu definisi jajargenjang secara genetik.
Pertanyaan nomor 4 pada tabel
3 adalah tentang jajargenjang. Siswa diminta untuk memilih gambar yang
merupakan jajargenjang (lihat lampiran soal pos-tes), 6 jawaban siswa (16,27%)
sudah mempunyai konsepsi “sesuai dengan
konsep ilmiah” maksudnya jawaban siswa adalah gambar a, b, c, dan d, hanya 31 jawaban
siswa (83,78%) yang “belum sesuai dengan konsep ilmiah” maksudnya jawaban siswa
adalah gambar b.
Penyebabnya adalah karena masih terfokus pada gambar jajargenjang yang
dipelajari di jenjang pendidikan sebelumnya dan belum memahami proses
terbentuknya jajargenjang.
Berikut petikan wawancara
dengan siswa kode 11
G : (Memperlihatkan
soal nomor 4 pada lembaran pos-tes), menurut HS, mana yang merupakan
jajargenjang?
S : Diam
G : Masih
ingat sifat jajargenjang?
S : Lupa
bu
G : Sekarang
ibu menggambarkan macam-macam segitiga dan proses terbentuknya sesuai dengan
definisinya. Apakah ini jajargenjang?
S : Diam
G : Kemarin
HS menjawab gambar b
S : Karena
waktu SD gambar jajargenjang seperti itu.
Penyebab
lain kesalahan konsepsi siswa adalah karena tidak mengingat sifat-sifat
jajargenjang.
3.
Analisis Jurnal Refleksi
Dalam jurnal refleksi yang akan dianalisis adalah jawaban-jawaban siswa
terhadap pertanyaan yang telah peneliti siapkan. Kemudian jawaban siswa
dikelompokkan berdasarkan jawaban dan alasan yang sama.
Berdasarkan jurnal refleksi siswa yang ditulis 37 siswa setelah mengikuti
pembelajaran pada submateri jajargenjang, persegipanjang, persegi dengan model
pembelajaran perubahan konseptual, maka diperoleh hasil dengan rincian seperti
berikut.
a.
Pertanyaan 1
Bagaimanakah perubahan pengetahuan kamu sebelum dan sesudah belajar
tentang hubungan antara jajargenjang, persegipanjang dan persegi
Tabel 5. Persentase
ada-tidaknya perubahan pengetahuan siswa sebelum dan sesudah belajar dengan model pembelajaran
perubahan konseptual.
Jenis Alasan
|
Banyak Siswa
|
1.
Sebelum saya belajar tadi, saya tidak
tahu bahwa persegipanjang dan persegi adalah jajargenjang, tetapi setelah
belajar atau diskusi, saya menjadi lebih tahu persegipanjang, dan persegi
merupakan jajargenjang
2.
Perubahan pengetahuan saya sebelum dan
sesudah belajar antara jajargenjang, persegipanjang, dan persegi adalah
banyak sekali perubahan yang saya alami, dari tidak mengerti menjadi ngerti
dan saya dapat ilmu lagi dari hasi belajar ini
3.
Sebelum saya belajar tentang
jajargenjang, persegipanjang, dan persegi, saya belum memahaminya tetapi
sesudah besudah belajar saya mulai memahaminya
4.
Sebelumnya saya tidak tahu kalau
segitiga bisa dibuat jajargenjang tapi sekarang saya sudah mengerti sedikit.
5.
Sudah banyak perubahan sesudah belajar tentang
hubungan jajargenjang, dan persegipanjang, persegi
|
9 siswa (24,32 %)
11 siswa (29,79%)
5 siswa (13,51%)
1 siswa (2,7%)
8 siswa (29,73)
|
Sumber : Jurnal refleksi
Berdasarkan
tabel 5, dapat disimpulkan bahwa semua siswa (37 siswa =100%) mengalami
perubahan konsepsi setelah belajar dengan model pembelajaran perubahan
konseptual.
b.
Pertanyaan 2
Apakah kamu senang belajar dengan cara
diskusi tadi?
Tabel 6. Persentase
perasaan siswa belajar dengan model pembelajaran perubahan konseptual
Jenis Alasan
|
Banyak Siswa
|
1.
Saya sangat senang dengan cara diskusi
tadi, karena belajar dengan diskusi itu, kita dapat belajar bersama-sama
dengan teman dan pengetahuan
2.
Ia, saya senang. Karena lebih banyak
teman dan enak berdiskusi daripada belajar sendiri-sendiri.
3.
Ya, karena dengan kerja kelompok ilmu
pengetahuan saya dapat bertambah dan meningkat.
4.
Senang, karena waktu saya belajar
dengan cara diskusi itu bisa mengerti dan bisa bertanya sama teman atau guru
5. Ia, karena belajar dengan
kelompok itu kalau kita nggak bisa kita jadi bisa, karena sama-sama belajar.
6.
Ya senang, karena kalau kita diskusi itu mengerti
dan bisa ditanya sama teman atau guru
7. Senang, karena dengan adanya
belajar kelompok, kita lebih semangat bagi belajar dan bisa menanyakan pada
teman-teman
8. Saya sangat senang , karena
belajar kelompok itu dapat memberi
penjelasan untuk teman yang tidak bisa
9. Senang
10. Sangat
senang, karena dengan berdiskusi tadi, kami tidak susah-susah menjawab
jawabannya
|
23 siswa (56,76%)
1
siswa (2,7%)
1 siswa (2,7%)
2
siswa ( 5,4%)
1 siswa (2,7
%)
1
siswa (2,7%)
3
siswa (8,11%)
2
siswa (5,4%)
1 siswa (2,7%)
1
siswa (2,7%)
|
Sumber
: Jurnal refleksi
Berdasarkan tabel 6 dapat
disimpulkan bahwa semua siswa senang belajar (37 siswa = 100%) dengan model
pembelajaran perubahan konseptual.
·
Pertanyaan nomor 4
Siapakah yang membantu kamu
belajar dalam kelompok di kelas?
Tabel 7. Persentase yang membantu siswa
dalam belajar
Jenis alasan
|
Banyak siswa
|
1.
Guru dan teman-teman kelompok
2.
Teman-teman kelompok
3. Saya tidak mengikutinya
|
28
siswa (75,68%)
8
siswa (21,62%)
1
siswa (2,7%)
|
Sumber : Jurnal refleksi
Berdasarkan tabel 7; 75,68% tanggapan bahwa guru dan teman-teman yang
membantu siswa belajar; 21,64% yang menyatakan bahwa teman saja yang membantu
belajar, dan 2,7% yang tidak mengikuti proses pembelajaran.
BAB V
PEMBAHASAN
A. Pengembangan
Konsepsi Siswa
Jika diperhatikan perubahan
konsepsi siswa (analisis pre-tes dan pos-tes) ternyata masih ada siswa yang
mempunyai konsepsi sama dengan konsepsi awalnya tetapi sebagian besar sudah
berubah. Penyebab konsepsi siswa
berubah adalah setelah belajar dengan model pembelajaran perubahan konseptual
karena dalam model pembelajaran tersebut interaksi siswa dengan guru berlangsung
sangat baik.. Walaupun demikian ada juga beberapa siswa yang konsepsi sama
dengan konsepsi awal. Penyebabnya karena
siswa susah melepaskan konsepsi awal yang mereka dapatkan ketika belajar di
jenjang pendidikan sebelumnya. Untuk lebih jelasnya perubahan konsepsi siswa
dapat dilihat pada tabel halaman berikut :
Tabel 8
|
|
|||||||||
PENGEMBANGAN KONSEPSI SISWA
|
|
|||||||||
(Berdasarkan nomor urut soal
pos-tes)
|
|
|||||||||
No
kode
|
No soal
|
Jumlah
|
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
+
|
-
|
V
|
X
|
|
||
a
|
b
|
|
|
|
|
|
||||
1
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
0
|
0
|
0
|
5
|
|
2
|
X
|
V
|
V
|
+
|
+
|
2
|
0
|
2
|
1
|
|
3
|
X
|
+
|
+
|
V
|
X
|
2
|
0
|
1
|
2
|
|
4
|
X
|
X
|
-
|
-
|
X
|
0
|
2
|
0
|
3
|
|
5
|
-
|
X
|
+
|
+
|
X
|
2
|
1
|
0
|
2
|
|
6
|
x
|
V
|
+
|
X
|
X
|
1
|
0
|
1
|
3
|
|
7
|
+
|
+
|
+
|
+
|
X
|
4
|
0
|
0
|
1
|
|
8
|
X
|
+
|
V
|
-
|
X
|
1
|
1
|
1
|
2
|
|
9
|
+
|
V
|
+
|
+
|
X
|
3
|
0
|
1
|
1
|
|
10
|
X
|
+
|
X
|
X
|
X
|
1
|
0
|
0
|
4
|
|
11
|
X
|
+
|
+
|
+
|
X
|
3
|
0
|
0
|
2
|
|
12
|
X
|
V
|
+
|
+
|
+
|
3
|
0
|
1
|
1
|
|
13
|
X
|
+
|
-
|
-
|
X
|
1
|
2
|
0
|
2
|
|
14
|
-
|
X
|
+
|
+
|
X
|
2
|
1
|
0
|
2
|
|
15
|
X
|
+
|
X
|
X
|
X
|
1
|
0
|
0
|
4
|
|
16
|
X
|
+
|
+
|
+
|
X
|
3
|
0
|
0
|
2
|
|
17
|
X
|
+
|
+
|
+
|
X
|
3
|
0
|
0
|
2
|
|
18
|
X
|
V
|
X
|
X
|
X
|
0
|
0
|
1
|
4
|
|
19
|
X
|
+
|
+
|
-
|
X
|
2
|
1
|
0
|
2
|
|
20
|
X
|
-
|
X
|
X
|
X
|
0
|
1
|
0
|
4
|
|
21
|
X
|
V
|
V
|
-
|
X
|
0
|
1
|
2
|
2
|
|
22
|
X
|
+
|
+
|
+
|
X
|
3
|
0
|
0
|
2
|
|
23
|
X
|
X
|
V
|
V
|
+
|
1
|
0
|
2
|
2
|
|
24
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
0
|
0
|
0
|
5
|
|
25
|
+
|
+
|
X
|
X
|
X
|
2
|
0
|
0
|
3
|
|
26
|
+
|
V
|
+
|
+
|
X
|
3
|
0
|
0
|
1
|
|
27
|
+
|
X
|
X
|
X
|
X
|
1
|
0
|
0
|
4
|
|
28
|
X
|
V
|
V
|
+
|
+
|
2
|
0
|
2
|
1
|
|
29
|
-
|
V
|
V
|
+
|
X
|
1
|
1
|
2
|
1
|
|
30
|
X
|
+
|
+
|
V
|
X
|
2
|
0
|
1
|
2
|
|
31
|
+
|
X
|
+
|
X
|
X
|
2
|
0
|
0
|
3
|
|
32
|
-
|
V
|
+
|
-
|
X
|
1
|
2
|
1
|
1
|
|
33
|
+
|
+
|
+
|
+
|
X
|
0
|
0
|
4
|
1
|
|
34
|
X
|
V
|
V
|
V
|
+
|
1
|
0
|
3
|
1
|
|
35
|
X
|
V
|
X
|
X
|
X
|
0
|
0
|
1
|
4
|
|
36
|
X
|
V
|
V
|
+
|
+
|
2
|
0
|
2
|
1
|
|
37
|
+
|
V
|
V
|
+
|
X
|
2
|
0
|
2
|
1
|
|
+
|
8
|
15
|
18
|
15
|
6
|
62
|
|
|
|
|
-
|
4
|
1
|
2
|
6
|
0
|
|
13
|
|
|
|
V
|
0
|
14
|
8
|
5
|
0
|
|
|
27
|
|
|
X
|
25
|
7
|
9
|
11
|
31
|
|
|
|
83
|
|
Sumber : Hasil Analisis Data
|
|
|
|
|
|
|
||||
|
Keterangan:
|
|
|
|
|
|
|
|
||
|
+
|
berarti jawaban pre-tes salah dan
pos-tes benar
|
||||||||
|
-
|
berarti jawaban pre-tes benar dan
pos-tes salah
|
||||||||
|
V
|
berarti jawaban pre-tes dan pos-tes
benar
|
||||||||
|
X
|
berarti jawaban pre-tes dan pos-tes
salah
|
Dari
tabel di atas dapat dilihat dengan jelas pengembangan konsepsi siswa seperti di
bawah ini.
1. Ditinjau
dari soal yang diberikan.
Ternyata
tanda “x” yang berarti jawaban pre-tes dan pos-tes tetap saja salah banyak
ditemukan pada soal nomor 1 (sebanyak 25 siswa), nomor 2 (sebanyak 7 siswa),
nomor 3a (sebanyak 9 siswa), nomor 3b (sebanyak 11 siswa), nomor 4 (sebanyak 31
siswa).
Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa :
a.
Untuk soal nomor 1, ternyata
siswa belum dapat mendefinisikan persegipanjang secara analitik dan siswa juga
belum memahami sifat-sifat persegipanjang.
b.
Untuk soal nomor 2, siswa belum
bisa mengingat bahwa sifat persegipanjang terdapat pada persegi.
c.
Untuk soal nomor 3a dan 3b,
siswa belum bisa menyebutkan sifat-sifat jajargenjang, persegipanjang dan
persegi.
d.
Untuk soal nomor 4, siswa masih
terpengaruh dengan gambar jajargenjang yang selalu miring, sehingga mereka
mengabaikan sifat-sifat jajargenjang juga dimiliki oleh persegi, belah ketupat
dan persegipanjang.
Secara
umum konsepsi siswa sudah berkembang cukup baik, terlihat dari banyaknya siswa
yang memperoleh tanda “+” dan “v”. bahkan pada soal nomor 2, 3a, 3b lebih
banyak siswa memperoleh tanda “+” daripada tanda “x”. Dengan demikian untuk
definisi beserta sifat persegipanjang, persegi dan jajarangenjang konsepsi
siswa sudah berkembang menjadi sesuai dengan konsep ilmiah.
2. Ditinjau
dari siswanya.
Sebagian
besar siswa masih belum mampu melepas konsepsi awalnya yang tidak sesuai dengan
konsep ilmiah, siswa kode 1 (memperoleh tanda “x” sebanyak 5 buah). Terutama
terlihat pada siswa kode 1 (memperoleh tanda “x” sebanyak 4 buah), siswa kode
18 (memperoleh tanda “x” sebanyak 4 buah), siswa kode 24 (memperoleh tanda “x”
sebanyak 5 buah), siswa kode 35 (memperoleh tanda “x” sebanyak 5 buah), siswa
kode 35 (memperoleh tanda “x” sebanyak 4 buah).
Hal ini
terlihat pada siswa yang diwawancarai seperti berikut :
1. Siswa
kode 34.
Siswa ini belum bisa membedakan ukuran
sudut-sudut pada bangun segiempat
2. Siswa
kode 2
Siswa ini tidak mengetahui bahwa
sifat-sifat yang dimiliki persegipanjang terdapat pada persegi.
3. Siswa
kode 11
Siswa ini masih terfokus pada gambar
jajargenjang yang dipelajari di jenjang pendidikan sebelumnya dan belum
memahami proses terbentuknya jajargenjang.
B. Persepsi
Siswa terhadap Model Pembelajaran Perubahan Konseptual
Berdasarkan
jawaban siswa pada jurnal refleksi diketahui bahwa 100% siswa mengalami
perubahan pengetahuan sesudah belajar dengan model pembelajaran perubahan
konseptual. Ini berarti bahwa penerapan model pembelajaran perubahan konseptual
dapat mengubah konsepsi awal siswa yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah,
walaupun konsepsi siswa tidak 100% berubah. Hal ini menunjukkan bahwa kerjasama
siswa dan guru dalam kelompok sangat membantu dalam menyelesaikan soal-soal
jajargenjang, persegi panjang dan persegi.
|
|
Gambar. 13 Gambar.
14.
Gambar 13 dan 14.
Siswa Sedang Antusias Mengerjakan LKS dan Berusaha Menyelesaikan Masalah dalam
LKS.
|
|
Gambar. 15 Gambar.
16
Gambar. 15 dan 16. Siswa sedang mempresentasikan Hasil
Kerja Kelompok Mereka.
C.
Keterbatasan
Penelitian.
Penelitian
ini tidak terlepas dari adanya keterbatasan-keterbatasan, diantaranya adalah
sebagai berikut.
1. Penelitian
ini tidak menggunakan kelas kontrol, sehingga hasil penelitian ini tidak bisa
dibandingkan dengan model pembelajaran lainnya.
2. Pada penelitian ini, peneliti belum
pernah mengajar di sekolah tersebut. Akibatnya ada beberapa siswa
yang kurang terbuka/berani menjelaskan konsepsinya.
3. Sebelum
melaksanakan penelitian, peneliti tidak melakukan ujicoba secara maksimal.
Akibatnya pada saat penelitian, peneliti merasa sulit dalam menerapkan model
pembelajaran perubahan konseptual
4. Dalam penelitian ini tidak ada
pengamat, sebenarnya keberadaan pengamat dan lembar pengamatan sangat penting supaya
data yang diperoleh lebih akurat.
5. Peneliti tidak mewawancarai siswa yang
tidak memberikan jawaban tertulis pada pertanyaan tertentu, seharusnya
salah satu dari mereka dijadikan sebagai
responden pada saat wawancara.
BAB VI
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan analisis data pada
bab sebelumnya dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut :
1.
Konsepsi awal siswa tentang
konsep segiempat bervariasi, ada yang “sesuai dengan konsep ilmiah, “hampir
sesuai dengan konsep ilmiah “, dan yang ”tidak sesuai dengan konsep ilmiah”.
Diantara penyebab ketidaksesuaian konsepsi awal siswa dengan konsep ilmiah
adalah karena konsepsi awal siswa masih terbatas dan dipengaruhi oleh
pengetahuan yang diperoleh pada jenjang pendidikan sebelumnya.
2.
Konsepsi siswa sesudah
diterapkan model pembelajaran perubahan konseptual tentang konsep segiempat ada
perkembangannya. Hal ini bisa dilihat pada persentase jawaban siswa antara lain
jawaban siswa yang sesuai dengan konsep ilmiah, yang belum sesuai dengan konsep
ilmiah dan tidak sesuai dengan konsep ilmiah. Persentase jawaban siswa sebagai
berikut:
a.
Hasil analisis jawaban siswa
pada soal nomor 1 diketahui bahwa 21,62% mempunyai konsepsi tentang
persegipanjang “sesuai dengan konsep ilmiah”, 39,39% hampir sesuai dengan
konsep ilmiah, dan 43,24 % yang belum sesuai dengan konsep ilmiah.
b.
Hasil analisis jawaban siswa
pada soal nomor 2 diketahui bahwa 78,38 % yang “sesuai dengan konsep ilmiah”; 21,62%
yang “belum sesuai dengan konsep ilmiah”.
c. Hasil
analisis jawaban siswa pada soal nomor 3a diketahui bahwa 78,38% suda mempunyai
konsepsi yang “sesuai dengan konsep ilmiah”, 21,62% yang “belum sesuai dengan
konsep ilmiah”.
d. Hasil
analisis jawaban siswa pada soal nomor 3b diketahui bahwa 54,05 % sudah
mempunyai konsepsi “sesuai dengan konsep ilmiah”, hanya 45,95% yang “belum
sesuai dengan konsep ilmiah”.
e. Hasil
analisis jawaban siswa pada soal nomor 4 diketahui bahwa 16,27% yang sudah mempunyai konsepsi awal
yang “sesuai dengan konsep ilmiah”; 83,78% yang “belum sesuai dengan konsep
ilmiah”.
Dari keterangan di atas bisa
disimpulkan bahwa perubahan konsepsi siswa bervariasi artinya masih ada juga
konsepsi siswa sama dengan konsepsi awal, salah satu penyebabnya adalah
sulitnya siswa melepas konsepsi yang telah terbentuk.
B.
Saran
Berdasarkan pengalaman
penelitian, saran-saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut :
1. Sebelum
melakukan penelitian, diharapkan peneliti lain melakukan ujicoba dahulu
terhadap model pembelajaran yang akan diterapkan
2. Disarankan
kepada guru untuk dapat melakukan analisis konsepsi awal siswa sebagai bagian
yang penting dalam proses belajar mengajar matematika.
3.
Disarankan
kepada peneliti untuk melakukan penelitian yang sama pada materi lain sebagai
bahan perbandingan dengan hasil penelitian ini.
4. Diharapkan
kesadaran setiap guru matematika dapat menerapkan model pembelajaran yang
bervariasi sesuai dengan karakter materi.
DAFTAR PUSTAKA
Amirul Hadi, H.Haryono. Metodologi Penelitian Pendidikan,
Bandung: Pustaka Setia, 2005
Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 1995
Jammiati. Penerapan Pendekatan Matematika Realistic (PMR)
Dalam Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Pada Siswa SMP Negeri 1
Simpang Keuramat Aceh Utara, Tesis, 2008
Kamarullah. Buku Penuntun Matematika
Perkuliahan, Banda Aceh, 2006
Mukhtar
A.Karim, Djamus Widagdo. Pendidikan
Matematika II, Malang: Universitas
Terbuka, 2002
Paul Suparno. Filsafat
Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta:
Kanisius, 1997
R.Soedjadi. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia,
Jakarta: Dirjen PT Depdiknas, 2000
Rahmah Johar. Dkk.
Strategi Belajar Mengajar,
Banda Aceh: Unsyiah FKIP, 2006
Rahmah Johar. Penerapan Model Pembelajaran Perubahan
Konseptual dengan Cls pada Topik Perbandingan
di Kelas II SMP Khadijah Surabaya (Tesis), 1997
Seymour
Lipschurtz, Harc Lars Lipson. chaum’s
Easy Outlines Geometry, Jakarta:
Erlangga, 2004
Suharsimi Arikunto. Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka
Cipta, 2005
Sukro Muhab. Model-Model Pembelajaran Bidang Sains
(Makalah), Jakarta: Sampoerna, 2006
Sumadi Suryabrata. Metodologi Penelitian, Jakarta: Rineka
Cipta, 2003
Tanwey Gerson Ratumanan. Belajar dan Pembelajaran, Ambon: Unesa Press, 2004
Tim MKPBM. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer,
Bandung: JICA, 2001
RIWAYAT HIDUP PENULIS
A. Identitas Diri
Nama :
Nurul Husna
Tempat /Tanggal lahir : Tiba Raya/10 Juli 1986
Jenis Kelamin :
Perempuan
Agama :
Islam
Kebangsaan/Suku : Indonesia/Aceh
Status :
Belum Kawin
Alamat :
Jl. Tgk. Di Blang II No.40, Tanjong Slamat, A. Besar.
B.
Indentitas Orang Tua
Nama Ayah : Marzuki
Pekerjaan :
Tani
Nama Ibu :
Syammah
Pekerjaan :
Pegawai Negeri
Alamat :
Ds. Tiba Raya, Kec. Mutiara Timur, Kab. Pidie
C.
Jenjang Pendidikan
SD :
SD Negeri Kampong Cot (1991-1998)
MTsN :
MTsN Beureunuen (1998-2001)
MAN :
MAN Beureunuen (2001-2004)
Perguruan Tinggi :
IAIN Ar-Raniry Pendidikan Matematika (2004-2008)
Banda Aceh, 24 Juli 2008
Tertanda
(Nurul Husna)
Instrumen
Penelitian
A.
Test
i.
Tes awal
Jawablah pertanyaan berikut ini menurut
pengetahuanmu masing-masing!
1.
a. Apakah bangun persegipanjang merupakan jajargenjang? Mengapa?
b. Apakah persegi merupakan
jajargenjang? Mengapa?
2. Manakah gambar berikut ini
yang merupakan jajargenjang ?
|
|
|
|
3.
Perhatikan gambar berikut !
|
|
|
Berdasarkan gambar diatas,
manakah yang merupakan persegipanjang ?berikan alasannya.!
4. Apakah persegi termasuk
persegipanjang? Jelaskan!
- Tes akhir
Jawablah pertanyaan berikut ini menurut
pengetahuan kalian masing-masing !
1.
Perhatikan gambar berikut!
|
|
|
|
|
Berdasarkan gambar diatas,
manakah yang merupakan gambar persegipanjang? berikan alasannya.!
2.
Apakah persegi termasuk persegi panjang? Jelaskan!
3.
Apakah bangun persegipanjang dan persegi merupakan jajargenjang ? Mengapa
?
4. Manakah gambar berikut ini
yang merupakan jajargenjang ?
|
|
|
|
B.
Wawancara
Berikut ini beberapa pertanyaan dalam wawancara
1. Jika siswa salah menjawab
soal nomor 1 pada pre-test maka peneliti akan menanyakan: Ibu telah membaca
jawabanmu tapi ibu belum begitu mengerti alasannya, bisa dijelaskan mengapa?
2. (Peneliti menuliskan gambar-gambar
persegipanjang), kemudian menanyakan: coba kamu jelaskan yang mana jajargenjang
merupakan persegipanjang?
3. Menurut kamu apakah persegi
merupakan persegipanjang?
C.
Jurnal Refleksi
1. Bagaimanakah perubahan
pengetahuan kamu sebelum dan sesudah belajar tentang hubungan antara
jajargenjang, persegipanjang dan persegi?
2.
Apakah kamu senang belajar dengan cara diskusi tadi? Mengapa?
3. Siapa yang membantu kamu
belajar dalam kelompok di kelas ?
Lembaran Kerja Siswa (LKS)
Jajargenjang
Kelompok :
Anggota :
Bagian A
|
|
|
|
Definisi :
|
Jajargenjang adalah bangun yang dibentuk dari sebuah segitiga dan
bayangannya setelah diputar setengah putaran dengan pusat titik tengah salah
satu sisinya.
|
Sifat-sifat Jajargenjang
1. Pada setiap jajargenjang,
sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar
2. Pada setiap jajargenjang,
sudut-sudut yang berhadapan sama besar
3. Pada setiap jajargenjang,
jumlah besar sudut-sudut yang berdekatan 180°
4. Kedua diagonal pada setiap
jajargenjang berpotongan dan saling membagi dua sama panjang.
Tugas:
1. Diskusikan definisi dan
sifat-sifat jajargenjang di atas dengan
kelompokmu
2. a. Apakah persegipanjang
merupakan jajargenjang?
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
b. Apakah persegi merupakan jajargenjang?
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
Bagian B
Buatlah jajargenjang dari segitiga-segitiga
berikut!
|
|||||||||||||
|
|||||||||||||
|
|||||||||||||
|
|||||||||||
|
|
||||||||||
Bagian C
1. Perhatikan gambar berikut!
|
|||||||||||||||
|
|||||||||||||||
|
|||||||||||||||
|
|||||||||||||||
Berdasarkan gambar di atas manakah yang merupakan jajargenjang? Jelaskan!
2. a. Apakah persegipanjang merupakan
jajargenjang? Jelaskan!
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
b.
Apakah persegi merupakan jajargenjang? Jelaskan!
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
c.
Apakah belahketupat merupakan jajargenjang? Jelaskan!
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
“SELAMAT BEKERJA”
Lembaran Kerja Siswa (LKS)
Persegipanjang dan Persegi
Kelompok :
Anggota :
Bagian A
Pahamilah sifat-sifat persegipanjang berikut ini!
|
|
||||||
|
||||
|
||||
Definisi :
|
Persegipanjang adalah jajargenjang yang dibentuk
dari gabungan segitiga siku-siku dan bayangannya.
|
Sifat-sifat
Persegipanjang
1. Dalam setiap persegipanjang
sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar.
2. Dalam persegipanjang
tiap-tiap sudut-sudutnya merupakan sudut siku-siku (90°)
Tugas
Buatlah persegipanjang dari segitiga-segitiga
berikut!
Perhatikan gambar berikut!
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
Berdasarkan gambar di atas, manakah yang memenuhi sifat-sifat persegipanjang?
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Bagian B
|
|
Gambar di atas adalah bangun persegi:
1. Coba diskusikan dengan
kelompokmu tentang sifat-sifat yang dimiliki persegi!
Jawab:
Sifat-sifat persegi adalah:
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………........
2.
Definisikan persegi berdasarkan persegipanjang!
Jawab:
Persegi adalah
persegipanjang yang ……………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Bagian C
Apakah persegi merupakan persegipanjang? Mengapa?
Jawab:
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
SOAL MATEMATIKA
Jawablah pertanyaan berikut ini menurut
pengetahuanmu masing-masing
1.
a. Apakah persegipanjang merupakan jajargenjang? Mengapa
b. Apakah persegi merupakan
jajargenjang? Mengapa?
2.
Perhatikan gambar berikut!
|
|||||||||||||||
|
|||||||||||||||
|
|||||||||||||||
|
|||||||||||||||
Berdasarkan gambar di atas,
manakah yang merupakan jajargenjang? Jelaskan!
Jawaban:
SOAL MATEMATIKA
Jawablah pertanyaan berikut ini menurut
pengetahuanmu masing-masing
1.
Perhatikan gambar berikut!
|
||||||||||||||||||||
|
|
|
||||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||||
Berdasarkan gambar di atas,
manakah yang merupakan persegipanjang? Jelaskan!
2. Apakah persegi merupakan
persegipanjang? Jelaskan!
Jawaban
DAFTAR
WAWANCARA DENGAN ORANG TUA
Hari / Tanggal :
Jam :
Tempat :
Responden :
Jabatan :
Pertanyaan-pertanyaan
1.
Apa pekerjaan Bapak/Ibu sehari hari?.
…………………………………………………………………………….
2.
Bagaimana caranya Bapak/Ibu menerapkan
pola beribadah bagi anak anak
………………………………………………………………………………
3.
Menurut Bapak/Ibu sejak kapan dan
bagaimana cara membina ibadah pada anak anak remaja?
……………………………………………………………………………….
4.
Sebagai orang tua apakah Bapak/Ibu selalu
mengawasi kedisiplinan ibadah anak anak remaja Bapak/Ibu?
………………………………………………………………………………
5.
Bagaimana sikap anak Bapak/Ibu bila anak
remaja anda kurang senang melakukan ibadah?
……………………………………………………………………………….
6.
Langkah-langkah apa saja yang Bapak/Ibu
terapkan untuk pembinaan beribadah bagi remaja Bapak/Ibu sendiri?
………………………………………………………………………………..
7.
Sebagai anggota masyarakat apa yang
pernah Bapak / Ibu lakukan demi terbinanya Ibadah bagi semua remaja di desa
ini?
……………………………………………………………………………….
8.
Apakah menurut Bapak / Ibu masyarakat
Desa Mali Cot mendukung upaya pembinaan Ibadah bagi remaja?
……………………………………………………………………………….
9.
Menurut Bapak/Ibu apa saja kendala dalam
pembinaan beribadah bagi remaja di desa ini
………………………………………………………………………………..
10. Sebagai anggota masyarakat apasaja yang telah Bapak/Ibu lakukan untuk
mengatasi kendala kendala dalam pembinaan ibadah bagi remaja di desa ini?
DAFTAR ANGKET REMAJA
A. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan sejujurnya dengan memberi
tanda silang (X) pada alternatif jawaban yang tersedia.
B. Isilah biodata saudara dengan sejujurnya
1. Nama :
2. Kelas :
3. Alamat :
C. Pertanyaan – pertanyaan
1. Sejak umur berapa anda dituntun melaksanakan shalat dan puasa.
a. 5 tahun c. 10 Tahun
b. 7
Tahun-sekarang d. …………
2. Apakah Bapak/Ibu anda pernah mengajarkan anda tentang agama
a. Pernah c.
Kadang-kadang
b. Tidak pernah d. ……………….
3. Adakah orang tua anda menyuruh anda untuk pergi mengaji
a. Pernah c.
Kadang-kadang
b. Tidak pernah d. ……………….
4. Apa tingkat pendidikan anda sekarang
a. SD/MI c. SMA/MA
b. SMP/MTsN d. ………….
5. Siapakah orang yang pertama kali memperkenalkan pola ibadah kepada anda
a. Orang tua c. Tidak ada
b. Guru d. …………
6. Apakah anda mampu melaksanakan Ibadah tepat waktu?
a. Ya c.
Kadang-kadang
b. Tidak d. ……………….
7. Apakah anda sering mengalami masalah dalam urusan ibadah?
a. Sering c. Kadang
kadang
b. Tidak d. ……………….
8. Upaya upaya apa saja yang sering dilakukan orang tua untuk membina pola
beribadah pada anda?
a. Memberikan nasehat c. Memberikan
pengarahan tentang agama
b. Memberikan dorongan d.
……………..
9. Adakah orang tua anda mengawasi pelaksanaan ibadah anda sehari hari?
a. Ada c. Tidak
b. Kadang kadang d. …..
10. Seringkah masyarakat mengajak anda untuk mengadakan aktivitas aktivitas
Ibadah?
a. Sering c. Tidak
b. Kadang kadang d. ……
11. Bagaimana bentuk-bentuk pembinaan ibadah bagi remaja.
a. Shalat c. Shalat,
puasa, zakat, sadaqah
b. Shalat dan
puasa d. ……………………
12. Usaha apa saja yang telah dilakukan masyarakat desa Mali Cot dalam
meningkatkan kemampuan beribadah pada remaja.
a. Mendirikan lembaga pengajian
b. Mengadakan bimbingan dan penyuluhan
c. Mengadakan majlis taklim
d. ………………………….
13. Bagaimana peranan orang-orang desa Mali Cot dalam membina kemampuan
beribadah remaja?.
a. Aktif c. Biasa saja
b. Tidak aktif d. ………..
14. Faktor-faktor apa saja yang sering menghambat pembinaan keagamaan dalam
masyarakat desa anda.
a. Kurang pendidikan c.
Kurang kesempatan
b. Kurang bersaudara d.
……………..
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : MTsN Beureunuen
Pelajaran :
Matematika
Alokasi Waktu : 4 x 40 menit
Kelas : VII-1
Semester : II (dua)
I.
Standar Kompetensi
Memahami konsep segiempat serta menentukan ukurannya
II.
Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi sifat-sifat persegipanjang,
persegi, jajargenjang, belahketupat, dan layang-layang
III. Indikator
- Menyebutkan
sifat-sifat jajargenjang
- Menyebutkan definisi
jajargenjang
IV. Tujuan Pembelajaran
-
Siswa dapat menyebutkan sifat-sifat jajargenjang
-
Siswa dapat menyebutkan definisi dari jajargenjang
V.
Materi Pembelajaran
Bangun segiempat
Sub Materi: Jajargenjang
VI. Model Pembelajaran :
Perubahan konseptual
Pendekatan : Konstruktivis
Metode :
Diskusi, tanya jawab, penugasan
VII.
Langkah-langkah Pembelajaran
Fase-fase model pembelajaran perubahan
konseptual
|
Langkah-langkah
Pembelajaran
|
1.
Orientasi
|
Pendahuluan
a.
Tanya jawab tentang segiempat
b.
Tanya jawab tentang segitiga
|
2.
Pemunculan ide
|
Kegiatan Inti
a. Menunjukkan alat peraga
jajargenjang, pergipanjang, dan persegi
b.
Pre-tes
|
3.
Penyusunan ulang ide
a.
Klarifikasi ide
b.
Memunculkan situasi konflik
c.
Membangun ide baru
d.
Mengevaluasi ide baru
|
c. Membagikan kelompok yang
beranggotakan 5-6 siswa dan
membagikan LKS untuk masing-
masing kelompok
d. Mendikusikan LKS bagian A
e.
Mendiskusikan LKS bagian B
|
4.
Penerapan ide
|
a. Mendiskusikan LKS bagian C
b. Mempresentasikan hasil diskusi
dengan kelompoknya masing-
masing
|
5.
Review perubahan ide
|
Penutup
a.
Siswa mengkaji ulang perubahan
ide dengan cara membandingkan
ide yang telah dipelajari dan
menuliskan dalam jurnal refleksi
b. Guru bersama siswa membuat
rangkuman tentang hubungan jajar
genjang dengan persegipanjang,
persegi dan belahketupat.
|
VIII. Sumber Belajar
- Buku Matematika M. Cholik
Adinawan, dkk. Kelas VII, Semester II
- LKS
- Alat peraga, yaitu bangun segitiga
dan jajargenjang yang terbuat dari karton.
IX. Evaluasi
-
Tes tertulis (Essay)
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah
: MTsN Beureunuen
Pelajaran : Matematika
Alokasi
Waktu : 4 x 40 menit
Kelas : VII-1
Semester : II (dua)
I.
Standar Kompetensi
Memahami konsep segiempat serta menentukan ukurannya
II.
Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi sifat-sifat persegipanjang,
persegi, jajargenjang, belahketupat, dan layang-layang
III.
Indikator
- Menyebutkan sifat-sifat persegipanjang dan
persegi
- Menyebutkan definisi
persegipanjang dan persegi
IV.
Tujuan Pembelajaran
-
Siswa dapat menyebutkan sifat-sifat persegipanjang
dan persegi
-
Siswa dapat menyebutkan definisi dari persegipanjang dan persegi
V.
Materi Pembelajaran
Bangun segiempat
Sub Materi: Persegipanjang dan
persegi
VI.
Model Pembelajaran : Perubahan konseptual
Pendekatan : Konstruktivis
Metode :
Diskusi, tanya jawab, penugasan
VII.
Langkah-langkah Pembelajaran
Fase-fase model pembelajaran perubahan
konseptual
|
Langkah-langkah
Pembelajaran
|
1.
Orientasi
|
Pendahuluan
a.
Tanya jawab tentang segiempat
b.
Tanya jawab tentang segitiga
|
2.
Pemunculan ide
|
Kegiatan Inti
a.
Menunjukkan alat peraga jajargenjang, pergipanjang, dan persegi
b.
Pre-tes
|
3.
Penyusunan ulang ide
a.
Klarifikasi ide
b.
Memunculkan situasi konflik
c.
Membangun ide baru
d.
Mengevaluasi ide baru
|
c. Mendikusikan LKS bagian A
d. Mendiskusikan LKS bagian B
|
4.
Penerapan ide
|
a.
Mendiskusikan LKS bagian C
b.
Mempresentasikan hasil diskusi
dengan kelompoknya masing-
masing
|
5.
Review perubahan ide
|
Penutup
a.
Siswa mengkaji ulang perubahan
ide dengan cara membandingkan
ide yang telah dipelajari dan
menuliskan dalam jurnal refleksi
b.
Guru bersama siswa membuat
rangkuman tentang hubungan jajar
genjang dengan persegipanjang,
persegi dan belahketupat.
|
VIII. Sumber Belajar
- Buku Matematika M. Cholik
Adinawan, dkk. Kelas VII, Semester II
- LKS
- Alat peraga, yaitu bangun persegipanjang dan
persegi yang terbuat dari karton.
IX. Evaluasi
-
Tes tertulis (Essay)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar