BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah
satu disiplin ilmu pengetahuan yang memiliki peranan penting
sebagai salah satu pengetahuan dasar yang menjadi pendukung bagi kemajuan
teknologi dewasa ini. Oleh sabab itu matematika perlu diberikan sebagai bekal bagi peserta didik
sejak dari sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi.
Sehubungan dengan itu
pemerintah terus berusaha meningkatkan pengajaran
matematika. Hal ini disebabkan mutu pengajaran matematika
mempunyai peran yang penting bagi kemajuan bangsa dan
negara.
Matematika sebagai salah satu
disiplin ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk melatih manusia berfikir
logis, kritis, bertanggung jawab dan mampu menyelesaikan permasalahan dengan
menggunakan aksioma dan hukum logika, sebagaimana dijelaskan oleh W
Soedjana bahwa “pada hakekatnya matematika merupakan suatu ilmu yang diadakan
atas dasar akal (rasio) yang berhubungan dengan
benda-benda abstrak.[1] Hal ini sesuai dengan karakteristik yang dimiliki matematika
yaitu memiliki objek kajian abstrak, bertumpu pada kesepakatan, berpola pikir deduktif, memiliki simbol yang kosong dari arti,
memperhatikan semesta pembicaraan serta konsisten dalam sistemnya.[2] Matematika dapat juga dipergunakan secara praktis dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan hal ini E.T. Russeffendi
bahwa pribadi yang diharapkan mempelajani matematika diantaranya mempunyai sifat-sifat kreatif, kritis, berfikir ilmiah, hemat dan berkeprikemanusiaan.[3]
Salah satu disiplin ilmu
pengetahuan yang diajarkan di perguruan tinggi adalah matematika. Jurusan Pendidikan Matematika (PMA) merupakan salah satu jurusan yang ada
di Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry yang pertama sekali dibuka pada tahun 1988.
Jurusan ini bertujuan untuk mendidik sarjana ahli pendidikan
dan pengajaran dalam bidang matematika yang mampu mengembangkan dan menerapkan
pengetahuannya di berbagai lembaga pendidikan.
Turunan (Deferensial) adalah cabang
matematika yang diajarkan pada setiap Sekolah Lanjutan Tingkat Atas sampai peguruan
tinggi, yang berkenaan tentang turunan jumlah, selisih, hasil kali, dan hasil
bagi dua fungsi.
Materi Turunan (Deferensial)
dalam pengajaran matematika di Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Matematika,
merupakan salah satu komponen materi yang ada dalam ruang lingkup pembahasan
mata kuliah Kalkulus I. Adapun topik pembahasan materi Turunan berdasarkan
silabus pada mata kuliah Kalkulus I meliputi:
1. Turunan, Aturan Mencari Turunan, Turunan Sinus
dan Cosinus.
2. Aturan Rantai, Turunan Tingkat Tinggi, Pendeferensial
implinsit.
3. Fungsi Tresenden: Fungsi Logaritma Asli, Fungsi Eksponensial Asli, Fungsi
Eksponen Umum dan Turunannya.
4. Fungsi Trigonometri Balikan dan Turunan Fungsi Trigonometri.
5. Penerapan Turunan pada Beberapa Masalah.
6. Teorema Nilal Rata-Rata.[4]
Manfaat dan menguasai konsep Turunan bagi mahasiswa pada umumnya diantaranya memudahkan dalam memahami
pelajaran, seperti pada masiswa fakultas ekonomi yaitu dalam menentukan biaya
optimum produksi dan penentuan keuntungan maksimum, atau untuk menentukan kecepatan
sesaat dan kecepatan rata-rata (jarak/waktu) (fisika), serta yang lebih utama
dalam hal ini adalah dengan menguasai konsep dasar Turunan,
mahasiswa jurusan Pendidikan Matematika diharapkan mampu
mempergunakannya dalam mempelajari dan menyelesaikan soal-soal pada mata kuliah
matematika lainnya.
Matematika merupakan ilmu yang
tersusun atas sejumlah konsep-konsep. Dalam pengajaran matematika, konsep
adalah hal yang sangat mendasar untuk dipahami. R. Soedjadi
menyebutkan bahwa konsep adalah: “Ide abstrak yang dapat digunakan untuk
menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek. Apakah objek tertentu
merupakan contoh konsep atau bukan.[5]
Bila kita mempelajari matematika konsep merupakan hal yang utama yang harus dipahami dan dikuasai
oleh setiap mahasiswa, pada dasarnya matematika merupakan kumpulan dan
konsep-konsep seperti konsep penjumlahan, konsep pengurangan,
konsep perkalian, konsep luas, konsep keliling, konsep isi (volume), dan berbagai konsep lainnya. Karena
kosep-konsep tersebut mempunyai hubungan erat dengan turuna, diantaranya untuk
mencari turunan jumlah, selisih ,hasil kali, dan hasil bagi dua fungsi. Apabila
peserta didik telah mampu menguasai konsep dasar matematika, maka
untuk selanjutnya akan lebih mudah untuk melanjutkan ke konsep yang lebih umum
lagi. Hal ini sesuai yang diungkapkan Heman Hudojo:
“Mempelajari konsep B yang mendasar pada konsep A, seseorang perlu konsep A.
Tanpa memahami konsep A tidak mungicin memahami konsep B. Ini berarti, mempelajari
matematika harus bertahap dan berurutan serta mendasar
pada pengalaman yang lalu”.[6]
Dalam mempelajari matematika,
konsep selanjutnya yang menjadi prasyarat harus benar-benar dikuasai agar
benar-benar menguasai konsep
selanjutnya. Dalam hal ini pengajaran kalkulus I merupakan prasyarat untuk dapat mengambil mata
kuliah kalkulus II yang didalamnya berisikan materi Integral.
Konsep-konsep matematika
tersusun secara hierarki, terstruktur, logis dan sistematis mulai dan konsep
yang sederhana sampai pada konsep yang paling komplek. Dalam matematika
terdapat kompleks atau prasyarat sebagai dasar untuk memahami konsep atau topik selanjutnya.[7]
Pengajaran matematika pada
jurusan Pendidikan Matematika di IAIN Ar-Raniry terdapat
banyak sekali mata kuliah yang materi didalamnya merupakan aplikasi dan konsep turunan yang telah dipelajari pada mata kuliah Kalkulus I, diantaranya yaitu mata kuliah Kalkutus II, Matematika Ekonomi, Persamaan Deferensial, Analisis
Vektor Serta Statistik Matematika. Hal ini tentu saja menuntut mahasiswa yang sedang mengambil mata kuliah tersebut
harus memiliki kemampuan dan ketrampilan dalam memahami dan menguasai konsep
turuna.
Materi Deferensial (Turunan)
sangat erat kaitanya dengan materi Integral, hal ini disebabkan karena
pada hakikatnya materi Turunan merupakan modal awal atau merupakan materi dasar
untuk mempelajari Integral. Untuk itu diperlukan pentransperan pengetahuan
sebelumnya untuk pengetahuan yang akan datang. Slameto mengatakan bahwa “ Transfer
adalah pengaruh hasil belajar yang diperoleh pada waktu yang lalu terhadap proses hasil belajar yang diperoleh kemudian”.[8]
Sehubungan dengan masalah di atas,
Muhammad Thoib menulis bahwa: “Anti Turunan adalah
proses dan kebalikan Turunan. Sejalan dengan itu maka rumus untuk Turunan adalah
merupakan rumus dan penurunan tersebut”.[9]
Berdasarkan rumus diatas dapat
disimpulkan bahwa antara materi Turunan dengan materi Integral punya kaitan
yang sangat erat. Sebab secara sederhana dapat disimpulkan bahwa hitung Integral
merupakan lawan (invers) dan hitung Deferensial. Akibatnya
sebelum mempelajari integral maka harus mampu mempelajari turunan dengan mahir dan benar.
Berdasarkan penjelasan di atas jelaslah bahwa, pembahasan
konsep dasar turunan merupakan pembahasan yang sangat penting dipelajari oleh
mahasiswa jurusan Pendidikan Matematika. Hal ini disebabkan karena materi Turunan merupakan salah satu materi yang banyak
menunjang dan banyak terdapat pada materi kuliah lainya. Jika seorang mahasiswa
yang kurang mampu memahami dan menguasai konsep Turunan pada unit mata kuliah kalkulus I, maka mahasiswa tersebut akan mengalami
kesulitan belajar pada mata kuliah lainnya, sehingga akan mempengaruhi
prestasi belajar mahasiswa tersebut. Sebaliknya bila mahasiswa tersebut mampu
memahami konsep dasar Turunan dalam unit Kalkulus I akan memudahkan mahasiswa
tersebut dalam mempelajari mata kuliah lainya. Oleh karena itu pemahaman dan penguasaan konsep dasar pada materi Turunan itu sangat
diperlukan untuk memudahkan proses berlangsungnya perkulian pada mata kuliah
yang terkait.
Berdasarkan uraian diatas penulis ingin mengadakan penelitian
yang membahas tentang bagaimana kesulitan Mahasiswa Pendidikan Matematika
terhadap materi Turunan. Untuk menjawab permasalahan tersebut, penulis mencoba
mengadakan penelitian dengan judul: “Analisis Kesulitan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Maternatika Terhadap Materi Turunan”.
B. Rumusan Masalah
Bedasarkan
rumusan masalah yang telah penulis uraikan diatas maka masalah yang timbul
adalah: “Kesulitan-Kesulitan Apa Saja
Yang Dihadapi Oleh Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matimatika Dalam Mempelajari
Turunan”.
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan
penelitian dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui jenis-jenis
kesulitan mahasiswa jurusan Pendidikan Matematika dalam mempelajari materi Turunan.
2. Untuk mengetahui
faktor-faktor penyebab kesulitan
terhadap materi Turunan.
3. Untuk mengetahui cara-cara
bagaimana mengatasi kesulitan dalam mempelajari materi Turunan.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian
dalam penelitian ini adalah :
1. Dapat dijadikan sebagai
bahan informasi dan pedoman bagi peneliti sendiri,
2. Juga untuk mengatasi kesulitan
mahasiswa jurusan pendidikan matematika dalam mempelajari materi Turunan
3. Sebagai bahan masukan bagi
lembaga-lembaga pendidikan lainnya dan fakultas tarbiyah lainnya dalam usaha
meningkatkan mutu pedidikan bagi masa yang akan datang.
Hasil penelitian ini
diharapkan berguna dan bermamfaat bagi mahasiswa Pendidikan Matematika sendiri
untuk mengetahui letak dan faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan dalam
mempelajari materi Turunan.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya
kesalahpahaman dalam memahami istilah-istilah yang terdapat dalam judul ini,
maka penulis perlu menjelaskan beberapa istilah berikut:
1. Analisis
Dalam
kamus besar indonesia disebut bahwa analisia adalah “menyelidiki terhadap suatu
peristiwa untuk mengetahui keadaan sebenarnya”.[10] Jadi yang dimaksud dengan
Analisis dalam penulisan ini adalah menyelidiki atau memeriksa tentang
kesulitan mahasiswa jurusa pendidikan matematika IAIN Ar-Raniry terhadap materi
Turunan.
2. Kesulitan.
Kesulitan adalah sukar sekali
atau dalam keadaan sulit, menurut tim penelitian bahasa indonesia, kesulitan
adalah “Keadaan yang sulit, sesuatu yang sutit, kesukaran. dan kesusahan”.[11] Mahasiswa dalam menghadapi suatu mata
kuliah pasti mengalami suatu kendala atau hambatan. Hambatan inilah yang merupakan kesulitan bagi mahasiswa dalam belajar matematika. Kesulitan yang
dihadapi mahasiswa dapat diartikan bahwa mahasiswa dalam menghadapi suatu mata
kuliah merasa sukar untuk menguasai mata kuliah tersebut
3. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika
Mahasiswa
jurusan pendidikan Matematika adalah sekolompok mahasiswa yang belajar di
jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry sebagai
calon-calon guru matematika dimasa yang akan datang.
4. Materi turunan.
Menurut arti kata dalam kamus
bahasa indonesia bahwa materi adalah “sesuatu yang menjadi bahan (berpikir,
merunding dan mengarang )”.[12] Adapun materi yang dimaksudkan disini
adalah materi yang dibatasi pada materi turunan saja, materi tersebut meliputi:
Turunan, Aturan Mencari Turunan, Turunan Sinus dan Cosinus, Aturan Rantai,
Turunan Tingkat Tinggi, Pendeferensial Inflisit, Fungsi Transenden yang
mencakup Turunan Inflisit yang mencakup Fungsi Logaritma Asli, Fungsi
Eksponensial Asli, serta Fungsi Eksponen Umum dan Turunannya, Fungsi
Trigonometri Balikan dan Turunan Fungsi Trigonometri, Penerapan Turunan Pada
Beberapa Masalah dan Teorema Nilai Rata-rata, Teorema Nilai Rata-rata.
Dengan demikian yang di maksud
dengan kesulitan mahasiswa di dalam mempelajari materi Turunan adalah kekurangmampuan
mahasiswa dalam mempelajari materi turunan itu disebabkan oleh adanya kesukaran
di dalam mempelajari materi-materi turunan.
[1] Soedjana, Strategi Mengajar Matematika, modul 1-3, (Jakarta: Depdikbud Universitas Terbuka). hal.
[2] R. Soejadi, Kiat
Pendidikan di Indonesia Konstatasi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan (Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas, 2000), hal. 13.
[3] Et Rusefendi, Pendidikan
Matematika- 3, Ppp 6 2431, Buku- 1, Modul 1-5, (Jakarta Depdikbud
Universitas Terbuka. 1994), hal .16.
[4] Silabus Jurusan TMA Fakultas Tarbiyah Tahun
Akademik 2003/2004
[7] Ema Suherman,
Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika, Modol 1-6. cet. 2 (Jakarta:
Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. 2001).
[9] Muhammad Thoib, Matematika Teknik I dan Kalkulus, Jakarta: Depdikbud, 1989.
[10] Tim
Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta, Balai Pustaka, 1988), hal. 32.
[11] W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976). hal.
529.
[12] Ibid ..., hal. 638
BAB II
LANDASAN
TEORITIS
A. Pengertian Turunan
Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang
pengertian Turunan, terlebih dahulu kita
maelihat sejarah Matematika itu sendiri. Kata "matematika" berasal
dari kata μάθημα(máthema) dalam bahasa Yunani yang diartikan sebagai
"sains, ilmu pengetahuan, atau belajar" juga μαθηματικός
(mathematikós) yang diartikan sebagai "suka belajar". Disiplin utama
dalam matematika didasarkan pada kebutuhan perhitungan dalam perdagangan,
pengukuran tanah dan memprediksi peristiwa dalam astronomi. Ketiga kebutuhan
ini secara umum berkaitan dengan ketiga pembagian umum bidang matematika: studi
tentang struktur, ruang dan perubahan. Bidang matematika tentang struktur
dimulai dengan bilangan, pertama dan yang sangat umum adalah bilangan natural
dan bilangan bulat dan operasi arimetikanya, yang semuanya itu dijabarkan dalam
aljabar dasar. Ilmu
tentang ruang berawal dari geometri, yaitu geometri Euclid dan trigonometri
dari ruang tiga dimensi (yang juga dapat diterapkan ke dimensi lainnya),
kemudian belakangan juga digeneralisasi ke geometri Non-euclid yang memainkan
peran sentral dalam teori relativitas umum. Sedangkan
matematika perubahan mendeskripsikan perubahan pada kuantitas yang dapat
dihitung adalah suatu yang biasa dalam ilmu pengetahuan alam, dan kalkulus
dibangun sebagai alat untuk tujauan tersebut. Konsep utama yang digunakan untuk
menjelaskan perubahan variabel adalah fungsi. Pada zaman pertengahan,
matematikawan India, Arya Bhata, menggunakan konsep
kecil tak terhingga pada tahun 499 SM dan mengekspresikan masalah astronomi
dalam bentuk persamaan diferensial dasar. Persamaan ini
kemudian mengantar Bhāskara II di abad ke-12
mengembangkan bentuk awal Turunan yang mewakili perubahan yang sangat kecil tak
terhingga dan menjelaskan bentuk awal dari “Teorema Rolle“.[1] Ketika Newton dan Leibniz
mempublikasikan hasil mereka untuk pertama kali, timbul kontroversi antara
matematikawan mana yang pantas untuk diberikan kredit terhadap kerja mereka.
Newton menurunkan hasil kerjanya terlebih dahulu, namun Leibniz yang pertama kali
mempublikasikannya. Newton mengklaim bahwa Leibniz mencuri pemikirannya dari
catatan-catatan yang tidak dipublikasikan, yang mana Newton sering
meminjamkannya kepada beberapa anggota dari Royal Society.
Pemeriksaan secara terperinci menunjukkan bahwa keduanya bekerja secara
terpisah, dengan Leibniz memulai dari integral dan Newton dari Turunan.
Sekarang, baik Newton dan Leibniz diberikan kredit mengembangkan kalkulus
secara terpisah. Adalah Leibniz yang memberikan nama kepada ilmu cabang
matematika ini sebagai kalkulus, sedangkan Newton menamakannya “The science of
fluxions”.[2] Dengan demikian dari sejarah perkembangan matematika adalah
terutama berupa penyelidikan terhadap asal usul temuan baru di dalam
matematika, di dalam ruang lingkup yang lebih sempit berupa penyelidikan
terhadap metode dan notasi matematika baku di masa silam. Sehingga dengan
perkembangan zaman lahirlah bermacam-macam bidang matematiaka salah satunya yaitu
Turunan Menurut Wahyu Permadi
Turunan merupakan cabang Kalkulus yang mengukur kepekaan dari satu variabel
terhadap perubahan kecil dalam variabel lain.[3] Sedangkan menurut Team Wikipedia
Indonesia Diferensial kalkulus adalah ilmu yang mempelajari definisi, properti,
dan aplikasi dari turunan atau kemiringan dari sebuah
grapfik.[4]
1. Manfaat Turunan dalam Kehidupan
Kalau kita mencermati
konsep-konsep yang terdapat dalam Turunan, kita akan berkesimpulan bahwa
sebenamya konsep-konsep tersebut diambil dan diangkat dari persoalan kehidupan
sehari-hari. Jadi. kalau kita berbicara tentang manfaat Turunan dalam
kehidupan, sama halnya kita kembali pada pangkal persoalan Turunan itu sendiri.
Adapun beberapa manfaat
Turunan dari sekian banyak manfaat dalam kehidupan
yang secara langsung terasa.
a. Penerapan
Turunan (Deferensial ) pada bidang Ekonomi antara lain:
1. Untuk menentukan Biaya Total, Biaya
Marginal dan Biaya Rata -rata
- Biaya Total
(Total Cost = TC = Q) adalah keseluruhan biaya yang dipergunakan untuk
memproduksi jenis barang, yaitu jumlah dari biaya variabel dengan biaya tetap.[5] Jadi Biaya Total dapat
dinyatakan dengan persamaan : TC = VC + FC atau Q = VC + FC atau Q = f(x) + k
- Biaya Marginal
(Marginal Cost = MC) adalah tingkat perubahan biaya total
yang diakibatkan
perubahan produksi 1 unit.[6]
Dalam Kalkulus,
pengertian marginal adalah turunan dari suatu fungsi.[7] Jadi Biaya Marginal adalah
turunan dari Biaya Total, atau MC = Q'.[8]
- Biaya Rata-rata (Average
Total Cost = ATC = q) adalah biaya yang
digunakan untuk
memproduksi setiap unit barang.[9] Jadi jika biaya total
adalah Q dan jumlah barang yang diproduksi adalah x, maka :
Persoalan yang timbul dalam biaya biasanya
adalah meminimumkan biaya
yang perhitungannya
menggunakan konsep nilai maksimum dan minimum.
2. Pendapatan Total dan Pendapatan Marjinal
Apabila fungsi permintaan adalah D : p = f(x)
untuk x = jumlah barang yang diminta dan p = harga perunit maka pendapatan
total adalah TR = x . p atau TR = x . f(x) Pendapatan Marjinal (MR) = TR'.[10]
Persoalan yang timbul dalam pendapatan biasanya
adalah memaksimumkan
pendapatan yang perhitungannya
menggunakan konsep nilai maksimum
dan minimum.
3. Laba Maksimum
Laba = Pendapatan Total – Biaya Total, jika L menyatakan fungsi Laba, R
menyatakan fungsi Pendapatan total dan Q menyatakan fungsi Biaya total, maka L
= R – Q Syarat Laba Maksimum adalah L' = 0 dan L'' < 0.[11]
b. Penerapan Turunan
(Deferensial) pada bidang fisika yaitu:
Untuk menentukan kecepatan sesaat, pada
sembarang waktu sesaat, tidak hanya kecepatan rata-rata selama suatu interval
waktu. Lebih formal, diferensial mendefinisikan laju perubahan sesaat (turunan)
dari nilai fungsi matematika, berkaitan dengan perubahan variabel. Adapun manfaat
lain turunan yaitu Hukum gerak Newton, gaya = massa x percepatan, memiliki
makna dalam kalkulus karena percepatan adalah turunan.
2. Ruang Lingkup Turunan Pada Jurusan Pendidikan Matematika
Pada Jurusan Pendidikan
Matematika IAIN Ar-Raniry terdapat salah satu mata kuliah Kalkulus I yang diantaranya
terdapat materi Turunan (Deferensial) dan mempunyai ruang lingkup tersendiri.
Adapun ruang lingkup materi Turunan tersebut adalah :
- Turunan, Aturan Mencari Turunan, Turunan Sinus dan Cosinus.
- Aturan Rantai, Turunan Tingkat Tinggi, Pendeferensial implinsit.
- Fungsi Tresenden: Fungsi Logaritma Asli, Fungsi Eksponensial Asli, Fungsi
Eksponen
Umum dan Turunannya.
- Fungsi Trigonometri Balikan dan Turunan Fungsi Trigonometri.
- Penerapan Turunan pada Beberapa Masalah.
- Teorema Nilal Rata-Rata.[12]
Yang semua ruang lingkup materi turuna
tersebut diatas diajarkan dalam Kalkulus
I selama 3 (tiga) jam pelajaran perminggu atau lebih dikenal dengan 3 SKS
(Sistem Kredit Semester).
B. Metodologi Pembelajaran Turunan
Salah satu tugas dosen yang
sangat penting sebelum melaksanakan proses belajar dan mengajar adalah menyusun
program kerja. Dengan program kerja yang baik, diharapkan kegiatan belajar
mengajar akan berhasil dengan baik pula. Program kerja yang harus disusun
seorang dosen mencakup; analisis materi pembelajaran, salah satu yang harus
diperhatikan adalah memilih berbagai macam metode yang dianggap sesuai dengan
materi yang sedang dikerjakan, keadaan mahasiswa, waktu dan kemampuan yang ada
pada dosen itu sendiri. Rohani dan Ahmadi mengemukakan bahwa: metode merupakan
suatu cara kerja yang sistematis dan umum. Ia berfungsi sebagai alat untuk
mencapai tujuan, makin baik suatu metode makin efektif pula dalam pencapaiannya.
1. Metode Ekspositori
Metode ekspositori merupakan
suatu metode yang dapat digunakan dalam menyajikan materi pelajaran matematika
yaitu dosen hanya menjelaskan pada bagian-bagian tertentu saja, misalnya pada
permulaan topik baru dan penekanan pada hal-hal penting. Dalam hal ini Tim
lnstruktur PKG matematika mengatakan hahwa:
Karakteristik yang membedakan model ekspositori
adalah bahwa dosen dominan yaitu dosen mengontrol alur pelajaran dengan
menyajikan informasi dan mendemonstrasikan penyajian soal. Model ini cocok
untuk mengerjakan soal matematika karena materinya dapat diatur dan disajikan
dalam ruangan dengan cara yang efisien.[13]
Dalam kutipan di atas, jelas
bahwa metode ekspositori sangat tepat digunakan dalam pengajaran matematika
termasuk Turunan, karena dosen di samping menjelaskan juga mendemonstrasikan
cara-cara penyelesaian soal-soal.
2. Metode pemberian tugas
Metode pemberian tugas disebut
juga metode resitasi, dimana dosen memberikan tugas kepada mahasiswa baik
perorangan maupun kelompok. Tugas yang diberikan tidak hanya di kampus tetapi
juga di luar jam perkuliahan yang nantinya dapat dipertanggung jawabkan di
depan dosen. Roestiyah dan Yumiati mengemukakan bahwa: “Teknik pemberian tugas
atau resitasi biasanya digunakan dengan tujuan agar mahasiswa memiliki hasil
belajar yang mantap, karena mahasiswa melaksanakan latihan-latihan selama
melakukan tugas, sehingga pengalaman mahasiswa dalam mempelajari sesuatu yang
lebih terintegrasi”.[14] Penggunaan metode ini dapat
memungkinkan mahasiswa terampil, kritis, dan percaya diri serta menambah
wawasan dan pengetahuan tentang Turunan.
Dengan
demikian jelas bahwa metode pemberian tugas cocok digunakan dalam proses
belajar Turunan terutama dalam menyelesaikan soal-soal.
3. Metode pemecahan soal
Metode
pemecahan soal atau masalah (problem solving) adalah suatu metode dalam
pendidikan dan pengajaran dengan jalan melatih mahasiswa untuk menghadapi
masalah-masalah dari paling sederhana sampai kepada masalah yang sulit. Dengan
metode pemecahan masalah ini mahasiswa terlatih dalam mengembangkan kebiasaan
untuk menentukan keputusan, mempertimbangkan bukti-bukti yang ada dan menarik
suatu kesimpulan sementara. Mahasiswa akan lebih kritis terhadap
pertanyaan-pertanyaan orang lain yang tidak didukung oleh teori yang tepat.
Bedasarkan
uraian di atas, maka metode pemecahan masalah ini sangat cocok digunakan dalam
proses belajar mengajar matematika terutama pada materi Turunan. Mahasiswa akan
lebih terlatih untuk membuktikan rumus-rumus serta menyelesaikan soal-soal
latihan baik diperkuliahan maupun di rumah.
4. Metode tanya jawab dan diskusi
Metode tanya jawab merupakan
salah satu metode dimana penyampaian pelajaran dengan cara dosen mengajukan
pertanyaan dan mahasiswa menjawab.
Menurut Subari metode tanya jawab digunakan untuk:
a. Perhatian mahasiswa terpusat
kembali
b. Menarik perhatian mahasiswa
untuk mengikuti perkuliahan atau meninjau perkuliahan yang lalu agar untuk
mendapatkan kerja sama mahasiswa
c. Menangkap perhatian
mahasiswa. Dan
d. Memimpin pengamatan dan pemikiran
mahasiswa.
Sedangkan metode diskusi merupakan
suatu metode di dalam mempelajari atau menyampaikan bahan pelajaran dengan
jalan mendiskusikannya, sehingga dapat menimbulkan pengertian serta perubahan
tingkah laku mahasiswa. Metode ini dapat merangsang mahasiswa untuk berfikir
dan mengeluarkan pendapat sendiri serta ikut memberikan pikiran dalam suatu
masalah bersama. Menurut Subari kebaikan metode dengan menggunakan metode
diskusi adalah:
a.
Mempertinggi partisipasi ruangan sebagai keseluruhan,
b.
Mahasiswa akan memperoleh pengetahuan lebih mempertinggi partisipasi
mahasiswa secara individual, dan
c.
Luas dan menganalisa masalah secara spesifik.
Berdasarkan uraian tentang
beberapa kedua metode tersebut baik diterapkan dalam pengajaran Turunan, karena
sebelum memulai pekuliahan, terlebih dahulu mahasiswa harus menguasai/memahami
konsep-konsep dasar.
C. Kesulitan Mahasiswa Dalam Mempelajari
Turunan
Turunan
sebagai cabang dari matematika yang dirasakan paling sulit oleh orang yang
mempelajari matematika terutama dalam belajar dan memahami konsep-konsepnya.
Kesulitan tersebut berbeda antara yang dialami satu mahasiswa dengan mahasiswa
yang lain, meskipun ada kesulitan-kesulitan yang sama.
Adapun
kesulitan yang dihadapi mahasiswa antara lain :
1) Kurang menguasai atau
memahami konsep dasar dari materi Turunan
Konsep dasar dari materi
turunan tersebut yang merupakan prasyarat untuk mempelajari konsep-konsep
berikutnya. Limit merupakan syarat dasar yang harus dikuasai bagi mahasiswa
untuk memudahkan kekonsep yang berikutnya.
2) Kesulitan dalam memahami
dalil dan rumus
Kesulitan ini merupakan kesulitan
yang paling susah dalam suatu materi Turunan. Dikarenakan semua materi Turunan
didahului oleh suatu dalil yang kemudian darisana diturunkan menjadi rumus.
3) Kesulitan dalam membuktikan
suatu dalil atau rumus
Mahasiswa hanya mampu untuk
menggunakan rumus-rumus tersebut tanpa mampu membuktikan atau tidak mengetahui
dari mana asalnya.
4) Kesulitan dalam mengikuti
irama dosen mengajar
Cara mengajar dosen akan
sangat mempengaruhi kemampuan mahasiswa dalam memahami suatu konsep. Cepat
lambatnya mengajar akan berpengaruh terhadap penguasaan konsep materi Turunan yang
bagus.
5) Kesulitan penggabungan dua
konsep atau lebih
Hal ini barangkali disebabkan
oleh tidak adanya penguasaan konsep sebelumnya yang merupankan prasyarat dari
konsep yang akan dipelajari.[15]
D. Fase Dan Teknik Yang Efektif Dalam
Mempelajari Turunan
Fase belajar pada umumnya
dapat di bagi ke dalam tiga fase; fase persiapan belajar, fase proses belajar
dan fase evaluasi. Dalam tiaptiap fase tersebut terdapat cara atau teknik
belajar tersendiri
1. Fase Persiapan Belajar
Pada
fase persiapan belajar dosen dituntut agar sebelum memberikan materi kepada
mahasiswa, agar telebih dahulu menyiapkan materi dan cara-cara penyampaian yang
lebih mudah untuk dimengerti oleh mahasiswa. Sebaliknya mahasiswa juga dituntut
membaca terlebih dahulu materi yang akan diberikan oleh dosen tersebut agar pada
waktu penyampainnya bisa lebih dimengerti.
Fase ini merupakan fase tahap belajar.
Landasan utama bagi pembentukan cara belajar yang baik adalah sikap mental yang
baik, yaitu sikap mental yang ditumbuhkan dan dipelihara dengan sebaik-baiknya
agar mahasiswa mempunyai kesadaran berupa kesediaan mental. Tanpa kesediaan
mental mahasiswa dalam belajar Turunan tidak akan bertahan menghadapi berbagai
kesukaran, terutama pada saat mahasiswa tersebut dihadapkan pada berbagai
masalah yang harus dipecahkan.
Sikap mental yang perlu
diusahakan dalam rangka persiapan belajar sekurang-kurangnya mencakup empat
segi yaitu tujuan belajar, minat terhadap pelajaran, kepercaaan terhadap diri
sendiri dan keuletan.
a. Tujuan belajar
Belajar di perkuliahan perlu
di arahkan pada suatu cita-cita tertentu, cita-cita yang diperjuangkan dengan
kegiatan belajar. Tujuan belajar perlu diketahui oleh mahasiswa, agar mahasiswa
siap menenima pelajaran. Winarno Surachmad menjelaskan bahwa: ”Tujuan itu
penting anda ketahui lebih dahulu, sebab jika anda sudah mengetahui tujuan itu
maka mental andapun siap menerima, mengolah dan mengatur semua mata kuliah sesuai
dengan tujuan itu”.[16]
Menyadari Turunan itu berguna
dalam kehidupan sehani-hari maka seseorang akan menjadikan pengetahuan Turunan
(deferensial) sebagai suatu alat untuk memudahkan dalam mempelajari ilmu
lainnya sehingga secara otomatis ia akan belajar Turunan secara
sungguh-sungguh.
b. Minat terhadap pelajaran
Setiap mahasiswa seharusnya
menaruh minat yang besar terhadap materi pelajaran yang mareka ikuti, karena
minat selain memusatkan pikiran juga menimbulkan kegembiraan untuk belajar. The
Liang Gie mengemukakan bahwa:
”Keriangan dalam hati akan membesarkan kemampuan
belajar seseorang dan juga membantunya tidak melupakan apa yang dipelajarinya
itu”.[17]
Mata kuliah Turunan dapat
dipelajari dengan baik bila mahasiswa dapat rnemusatkan pikirannya dan
menyenangi mata kuliah tersebut. Kekurang-berhasilan seseorang mahasiswa umumnya
disebabkan tidak tertarik kepada matematika, seperti dikemukakan oleh E.T.
Rusefendi bahwa: ”seseorang yang lemah dalam matematika atau seseorang yang
tidak tertarik kepada matematika umumnya dalam mempelajari matematika tidak
akan berhasil”. Dan pernyataan diatas dapat kita simpulkan mahasiswa yang belajar
matematika khususnya materi Turunan dengan perasaan tidak akan senang, akan
menyebabkan ia sanga sulit dalam belajar Turunan.
c. Keuletan
Hidup seorang mahasiswa selama
belajar di perkuliahan penuh dengan kesukaran-kesukaran. Oleh karena itu setiap
mahasiswa perlu memiliki keuletan baik jasmani maupun rohani. Untuk memupuk
keuletan tersebut hendaknya mahasiswa seslalu menganggap setiap persoalan yang
muncul adalah tantangan yang harus diatasi. Mahasiswa harus berpendapa bahwa
mereka sedang memperjuangkan kepentingan yang besar yaitu berhasil tidaknya
dalam kuliah.
Materi Turunan yang diberikan
dosen masih mengharuskan mahasiswa melaksanakan aktititas mental untuk
menanamkan konsep Turunan yang lehih baik. Untuk itu Herman Hudoyo menyarankan:
“belajar haruslah aktif, tidak sekedar pasif saja menerima apa yang diberikan.
Dapat diharapkan jika mahasiswa aktif melibatkan diri dalam prinsip dasar, anak
itu akan mengerti konsep lebih baik, ingat lebih lama dan akan mampu
menggunakan konsep tersebut dikontek yang lain”.[18]
Dalam belajar mahasiswa haruslah giat dalam mencari
segala yang berhubungan dengan segala yang dapat meningkatkan keberhasilannya.
Mahasiswa setidaknya mau menyelesaikan tugas-tugas perkuliahannya sendiri tanpa
mengharapkan penyelesaian dari orang lain.
2. Fase Proses Belajar
Fase ini sangat menentukan
seorang mahasiswa berhasil tidaknya dalam rnenguasai materi Turunan. Fase proses
belajar dituntut pada mahasiswa untuk menerapkan cara-cara belajar dengan
sebaik mungkin. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalarn fase ini antara lain
seperti uraian berikut.
a. Pedoman dalam belajar
Pedoman belajar perlu dibuat
sebagai petunjuk dalam melakukan kegiatan belajar. Setiap usaha apapun tentu ada
azas-azas yang dijadikan sebagai pedoman demi suksesnya acara tersebut.
Demikian pula dalam belajar The Liang Gie menyarankan bahwa: “prinsip-prinsip belajar
itu sekurang-kurangnya menyangkut tiga hal, yaitu keteraturan, disiplin dan
konsentrasi”.[19]
Keteraturan dalam belajar sangat penting apabila mahasiswa ingin belajar materi
Turunan dengan baik. Hal ini sesuai dengan yang disarankan Al-Falasani bahwa:
“keteraturan belajar adalah pangkal utama dan cara belajar yang baik”.[20] Didalam belajar Trunan
mahasiswa akan berhadapan dengan rintangan yang dapat menghambat usaha
belajarnya, tetapi dengan mendisiplinkan diri ia akan dapat mengatasi semua
itu. Al-Falasani juga mengemukakan: “dengan kemauan yang keras dan disiplin
yang tinggi ia dapat menjauhi godaan dan gangguan yang mendorongnya malas
belajar, ogah-ogahan dan menunda-nunda studi”.[21]
Selain dari kedua faktor
tersebut, konsentrasi juga sangat diperlukan pada saat berada dalam proses
belajar. Setiap mahasiswa yang belajar Turunan perlu konsentrasi yang tinggi,
karena tanpa konsentrasi ia tidak dapat menguasai materi Turunan. Hal ini
sesuai dengan pernyataan The Liang Gie: “sukses dalam belajar tidak semala-mata
bergantung kepada banyaknya waktu belajar yang digunakan, melainkan juga kepada
intensitas konsentrasi yang diciptakan, Belajar dengan kosentrasi selama satu
jam misalnya akan memberikan hasil yang banyak dan pada belajar dua atau tiga
jam dengan pemikiran yang tidak mantap”.[22]
Kunci dari belajar adalah
keseriusan atau konsentrasi terhadap apa yang dipelajari. Tanpa keseriusan
walaupun belajar dengan menghabiskan waktu yang lama tidak akan berguna dan
sia-sia belaka saja.
b. Cara mengikuti perkuliahan
Untuk dapat mengikuti mateni
Turunan dengan baik di perkuliahan, maka diharapkan kepada mahasiswa agar memusatkan
pikiran dan perhatiannya pada materi Turunan yang sedang disajikan oleh dosen.
E.T.Russeffendi mengemukakan bahwa: ”anak-anak harus belajar berbuat sendiri
dan merasakan sendiri. Makin banyak indera yang dipakai makin efesien anak
belajar”.[23]
Mahasiswa akan memperoleh pengalaman
belajar yang lebih banyak bila ia dapat mengikuti pelajaran dengan tertib, penuh
perhatian, mencatat dengan baik serta mau bertanya jika ada penjelasan yang
kurang dimengerti. Dengan demikian dapat diharapkan, jika mahasiswa aktif
melibatkan diri dalam menemukan prinsip-prinsip dasar maka mahasiswsa akan
mengerti konsep itu lebib baik.
Untuk mempermudah mahasiswa memahami
konsep-konsep Turunan yang diajarkan diperkuliahan, sebaiknya mahasiswa
mempersiapkan dirinya dengan pengetahuan materi yang sebelumnya. Herman Hudoyo menekankan
hahwa: “pada waktu mahasiswa mempelajari suatu konsep matematika yang
benar-benar baru, untuk mudah pemahaman untuk konsep-konsep tersebut, mahasiswa
perlu berorientasi pada pangalaman yang lampau”.[24] Selanjutnya dalam mengikuti
mata kuliah kalkulus I khsusnya Turunan mahasiswa perlu mencatat dengan baik.
Kalimat yang digunakan untuk meringkas hendaknya pendek-pendek dengan menggunakan
katakata sendiri, kecuali catatan yang berupa defenisi atau rumus-rumus.
c. Cara mengulang pelajaran
Setelah di perkuliahan mahasiswa
yang mengambil mata kuliah kalkulus khususnya pada materi Turunan dan jika
ingin mendapatkan pengertian dengan baik, maka ia harus mengkaji, mengulangi,
membaca kembali dan mencari soal-soal yang ada hubungannya dengan mateni
tersebut.
Adapun tujuan mengulanginya
kembali di rumah adalah untuk memperkuat ingatan mahasiswa terhadap materi
konsep Turunan yang akan dipergunakan untuk memecahkan soal-soal. Di sini Herman
Hudoyo menegaskan bahwa: “ingatan memegang peranan penting di dalam belajar matematika
jika mahasiswa harus mencari jalan untuk menyelesaikan suatu masalah”.[25]
Disamping usaha mengulang
kembali materi yang telah diberikan dosen di perkuliahan, mahasiswa dianjurkan
untuk memperluas wawasannya dengan jalan membaca buku-buku yang efisien dan
menggunakan cara yang baik. Cara membaca buku yang baik seperti yang disarankan
Oemar Hamalik ada tiga yaitu “1. membaca buku, 2. menggaris bawahi hal-hal yang
penting, dan 3. membuat garis-garis besar buku”.[26]
Tetapi yang perlu diingat
dalam belajar Turunan, baik itu dalam mengulang pelajaran maupun dalam membaca
buku-buku, mahasiswa tidak diinginkan belajar dengan cara menghafal tanpa
mendapatkan suatu pengertian. Herman Hudoyo mengernukakan bahwa: “Jika materi
dipelajari dengan hafalan, maka mahasiswa akan menjumpai kesulitan, sebab bahan
perkuliahan yang dipelajari dengan hafalan belum siap pakai untuk menyelesaikan
masalah, bahkan juga dalam situasi yang mirip dengan bahan perkuliahan itu”.[27] Belajar bukanlah menghafal
tetapi yang terpenting adalah mengerti apa yang telah dipelajari. Mahasiswa
yang belajar dengan cara menghafal ia tidak akan berhasil dalam belajar.
d. Belajar kelompok
Dalam belajar Turunan ada
dampak positif kalau mahasiswa belajar berkelompok. Belajar seperti ini lebih
efektif, karena dalam belajar kelompok dapat saling mengisi dan membantu sesama
anggota kelompok untuk mengerti dan mendalami konsep Turunan. Karena sering
terjadi seorang mahasiswa segan menanyakan kapada dosennya apabila ia tidak
mengerti suatu konsep atau masalah turunan, namun mahasiswa tersebut tanpa
malu-malu menanyakan pada temannya. Temannya yang lebib pandai itu
kadang-kadang lebih mudah cara menerangkan dari pada dosennya, karena itu ia tau
letak kesukaran yang dialami oleh temannya.
Jadi jelaslah bahwa banyak manfaat
yang diperoleh mahasiswa bila mereka belajar secara kelompok, karena dengan
cara ini mahasiswa saling menutupi kekurangan: mahasiswa yang kurang paham
dapat menanyakan kepada mahasiswa yang lebih memahami materi tersebut.
3. Fase Evaluasi
Fase ini merupakan fase
penilaian di dalam belajar. Setiap semester, dalam sistem perkuliahan SKS
selalu diadakan kuis, midterm dan final yang dalam mata kuliah Kalkulus I
paling sering diadakan dalam bentuk tulisan. Sering terjadi dalam ujian
mahasiswa yang pandai materi Turunan pada saat belajar mengalami kegagalan
dalam ujiannya, hal ini disebabkan karena kurangnya persiapan untuk mengikuti
ujian.
Oleh karena itu persiapan yang
paling utama untuk menghadapi ujian adalah belajar dengan baik dan teratur,
penuh disiplin, konsentrasi jauh sebelum belajar. Belajar Turunan pada saat
mendekati ujian tidak akan banyak menolong.
Lamanya waktu belajar dalam menghadapi ujian
disarankan oleh The Liang Gie sebagai berikut:
Langkah yang dilakukan ialah menghitung setiap
pokok soal dan tiap mata pelajaran dan menetapkan lamanya watu rata-rata yang
diperlukan untuk mengulangi, mempelajani setiap pokok soal itu dengan waktu
rata-rata mengulanginya serta menambahkan dengan 10% dan jumlah waktu itu guna
menjamin persiapan yang lebih matang, dengan ini diperoleh ancang-ancang jangka
waktu yang diperlukan untuk mempersiapkan suatu mata pelajaran.[28]
Dari kutipan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
dalam menyongsong ujian, seseorang sangat perlu mengalokasikan waktu untuk
setiap materi. Pengalokasian waktu untuk pokok soal dapat dilakukan dengan
menambah 10% dan rata-rata waktu yang ditetapkan. Hal ini bertujuan agar
kesiapannya terhadap materi atau pokok soal tersebut lebih matang.
Dalam mempelajari materi
Turunan mendekati ujian, hendaknya semua materi diulang secara keseluruhan,
jangan mereview (mengulang) sebagian-sebagian. Membuka kembali ujian kuis atau
midterm dan mencarinya kembali, akan sangat membantu pada hari ujian. Biasanya
soal ujian final tidak akan jauh berbeda dengan soal-soal kuis dan midterm.
Pada saat malam ujian,
hendaknya seorang mahasiswa istirahat yang cukup (sesuai dengan kebiasan).
Memaksakan diri untuk belajar sampai larut malam pada malam ujian merupakan hal
yang kurang baik. Kita tidak akan bisa mengingat semua yang kita pelajari dalam
waktu yang sesingkat itu.
Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa mempelajari Turunan memerlukan suatu teknik yang tepat.
Teknik yang digunakan berbeda antara satu fase belajar dengan fase belajar yang
lain. Hal ini disebabkan oleh proses yang berbeda dari fase-fase tersebut.
Namun demikian penggunaan teknik yang efektif pada fase persiapan akan angat
mendukung efektifnya penggunaan teknik fase proses belajar. Demikian juga efektif
teknik yang digunakan pada fase proses akan sangat mendukung penggunaan teknik
efektif pada fase evaluasi. Dengan efektifnya penggunaan teknik yang tepat pada
fase ketiga belajar tersebut, maka kesulitan-kesulitan mempelajari Turunan akan
dapat diminimalkan.
E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Kesulitan Belajar
Umumnya sebagai mahasiswa dalam belajar baik
diperkuliahan maupun diluar perkuliahan telah berusaha untuk belajar secara
baik dan efektif, meskipun dernikian derajat atau kadar kesuksesannya secara
efektif umumnya masih berkurang.
Pada dasarnya basil belajar
yang dicapai oleh seseorang dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari diri
sendiri dan faktor yang datang dari luar atau lingkungan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sujana bahwa: “hasil belajar di sekolah 70% dipengaruhi oleh
kernampuan dan 30% dipengaruhi oleh faktor luar yakni lingkungan, sehagaimana
beliau kutip dari karangan Clark”.[29]
Faktor-faktor yang datang dari
dalam diri sendiri terutama kemampuan yang dimiliki. Faktor kemampuan besar
sekali pengaruhnya terhadap kesuksesan belajar yang dicapai. Disamping faktor
kemampuan yang dimiliki terdapat juga faktor lain :
a. Faktor- faktor Intern
Menurut Muhibbin Syah: “Faktor
intern muncul dikarenakan mahasiswa mengalami gangguan atau kekurangmampuan
psiko-fisik mahasiswa, yakni rendahnya intelegensi, jasmaniah dan labilnya
emosi dan sikap”.[30] Dan pendapat ini
diketahui faktor intern bisa muncul dikarenakan mahasiswa mengalami masalah
jasmaniah, psikologis dan kelelahan.
Salah satu faktor intern yang
sangat berpengaruh yaitu jasmaniah, apabila jasmaniah kita tidak mendukung maka
sulit untuk keberhasilan belajar seorang individu salah satunya kesehatan
jasmaniah kita.
Sehat berarti kesehatan baik
bagi segenap anggota badan yang terbebas dari penyakit. Kesehatan adalah hal
sehat. Proses belajar akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain
itu individu tersebut akan cepat mengalami kelelahan, kurang bersemangat, mudah
pusing, ngantuk jika badannya lemah ataupun mengalami gangguan-gangguan yang lainnya.
Omar Hamalik mengemukakan bahwa:
Badan yang sering sakit-sakitan, kurang vitamin
merupakan faktor yang bisa menghambat kemajuan studi seseorang, adanya gangguan
emosional, rasa tidak senang. khawatir, mudah tersinggung, sikap agresif,
gangguan dalam proses berfikir, sermuanya menjadi kegiatan belajar yang
terganggu. Faktor kesehatan jasmani dan rohani turut menentukan apakah studi
akan lancar atau tidak.[31]
Oleh karena itulah agar seseorang dapat belajar
dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap sehat dan fit
sepanjang hari.
Yang mendukung terhadap
suksesnya belajar. Menurut Ramly Maha faktor-faktor yang mendukung dan sangat
berpengaruh besar, yaitu motivasi belajar, minat dan perhatian,sikap dan
kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis, faktor
lingkungan, faktor bakat yang dimiliki, waktu yang tersedia untuk belajar,
kualitas pengajaran kemampuan individu dalam belajar, sarana dan prasarana.[32]
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern yang
berpangaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga faktor
yaitu: keluarga, kurikulum dan hubungan
dosen dengan mahasiswa.
1). Keluarga
Cara orang tua mendidik
anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Hal ini seperti pernyataan
Sutjipto Wirowidjoyo dalam bukunya yang berjudul
Penantar Ilmu Pendidikan: “keluarga adalah lembaga
pendidikan yang tertua dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya bagi
pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan bagi pendidikan dalam
ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia”.[33]
Orang tua yang tidak
memperhatikan pendidikan anaknya akan menyebabkan anak kurang berhasil dalam
belajar. Hasil yang didapat tidak akan memuaskan dalam hasil studinya. Dalam
belajar Turunan, orang tua harus memperhatikan bagaimana cara anak dalam
mempelajari Turunan. Anak harus dibimbing apabila menghadapi masalah dalam
belajar dan menyelasaikan soal-soal materi Turunan. Orang tua jangan terlalu
memaksa anak untuk belajar Turunan, karena bisa mengakibatkan anak mengalami
ketakutan dan membenci Kalkulus khususnya materi Turunan.
2). Kurikulum
Kurikulum sangat berpengaruh
terhadap maju mundurnya pendidikan. Menurut Hendyat: “dalam proses belajar
jelas bahwa kurikulum sangat penting, karena dengan kurikulum maka anak sebagai
individu yang berkembang akan mendapat manfaat”.[34] Penyusunan kurikulum yang
baik bukanlah hal yang mudah dan dapat disepelekan. Kurikulum tidak bersifat
statis, akan tetapi bersifat dinamis dan senantiasa dipengaruhi oleh perubahan
dalam faktor-faktor yang mendasarinya.
3). Hubungan dosen dengan mahasiswa
Proses belajar terjadi antara
pendidik dengan yang dididik. Dosen yang kurang berinteraksi dengan mahasiswa
menyebabkan proses belajar kurang lancar, karena ia merasa jauh dengan dosen
sehingga ia akan kurang berpartisipasi aktif dalam belajar. Nasution
mengemukakan bahwa: “dosen akan lebih hanyak mempengaruhi kelakuan mahasiswa
bila dalam memberi materi dalam ruangan hubungan itu tidak sepihak, seperti
terdapat dalam metode ceramah, akan hubungan interaktif dengan partisipasi yang
sebanyak-banyaknya”.[35] Dalam mengajar Turunan,
dosen harus mampu memberi intervensi yang cocok dan menguasai dengan baik.
Pengajar juga seyogyanya juga harus memahami teori belajar sehingga apa yang
diajarkan menjadi bermakna bagi peserta didik.
F. Metode dalam Mempelajari Materi Turunan
Berbicara
metode belajar, pada umumnya banyak orang memilih metode yang lebih mudah untuk
mempelajari sesuatu teori ataupun materi.
Dari bermacam-macam metode yang
ada, setiap individu mahasiswa berbeda untuk
memilih metode yang tepat dalam mempelajari materi Turunan, supaya nantinya ia
mudah dan gampang dalam belajar Turunan. Adapun metode atau lebih khususnya
sistem belajar yang efektif yang dapat
berguna bagi setiap mahasiswa:
- Sebelum mulai belajar, aturlah konsep yang menunjang untuk belajar. Oleh karena itu pilih waktu, lingkungan dan sikap yang tepat. Misalnya kalau kita merasa lebih nyaman belajar pakai musik yang lembut, siapkan saja beberapa lagu untuk diputar setiap kali kita belajar. Satu yang pasti, tempat kita belajar dan lampu penerangan harus mendukung supaya kita bisa betah belajar dan tidak terganggu.
2. Tandai semua bahan yang
kurang dimengerti supaya bisa lebih fokus ketika belajar. Supaya tidak ada yang
terlewat ketika belajar, tak ada salahnya mencatat poin-poin yang akan
dipelajari.
3. Setelah mempelajari suatu
topik tertentu, cobalah mengulang kembali yang telah dipelajari dengan
kata-kata sendiri.
4. Bila masih ada topik atau
materi yang tidak dimengerti, jangan sungkan - sungkan untuk mengulang topik
tersebut. Carilah referensi dari beragam sumber, bisa dari buku pendukung lain
atau mungkin orang lain yang lebih ahli dalam bidang tersebut seperti dosen.
- Setelah
menguasai materi, jangan langsung buru-buru menutup buku, tapi cobalah
untuk mengembangkan materi yang ada. Tujuannya supaya materi yang baru
dipelajari bisa meresap benar ke pemahaman kita. Materi bisa lebih mudah
masuk di memori kita tanpa perlu menghafal 100%. Caranya:
Buatlah pertanyaan atau kritik apa yang bakal kita sampaikan kalau seandainya kita bertemu langsung dengan pengarang atau penemu teori yang sedang dipelajari.
- Pikirkan bagaimana teori ini
dapat diterapkan ke hal-hal yang sesuai dengan
minat pribadi.
- Cobalah membuat informasi
yang menarik buat orang lain tentang materi
yang baru dipelajari itu.[36]
Berdasarkan uraian di atas,
maka metode ini baik dan cocok diterapkan bagi setiap individu mahasiswa dalam
proses belajar matematika yang memiliki kesulitan dalam mempelajari materi
Turunan. Sehingga mahasiswa akan lebih rileks (santai) dan nyaman dalam belajar.
G. Metode Kuantitatif dan Kualitatif
Ketika
metode-metode Kualitatif berperan sebagai penunjang dalam suatu proyek,
metode-metode itu tampaknya mempunyai fungsi-fungsi tertentu. Pertama,
metode-metode itu dapat berlaku sebagai sumber dugaan atau hipotesis yang akan
diajukan sebagai penelitian kuantitatif.[37] Pemakaian kedua adalah
dalam pengembangan dan pemanduan instrumen-instrumen penelitian kuesioner,
skala, dan indeks.[38] Pemakaian ketiga dan
seringkali samar-samar adalah dalam interpretasi dan klarifikasi data
kuantitatif.[39]
Disini peneliti kuantitatif bisa mengambilnya tetapi tidak mesti menjawab
materi kualitatif ketika dia “berspekulasi” tentang sifat-sifat
hubungan-hubungan yang ditemukan signifikan secara statistik. Barangkali
pemakaiannya yang paling lazim adalah sebagai pembanding temuan kuantitatif,
khususnya dalam perluasan kategori-kategori ubahan.
Ketika metode-metode kualitatif berperan marjinal, tampaknya pemisahan
keterampilan-keterampilan penelitian pada tim proyek. Umumnya, karena para
peneliti kuantitatif jarang mempunyai banyak pengamalan dalam metode-metode
kualitatif, maka keterampilan-keterampilan itu sering kali diimpor dari luar.
Secara khas penelitian kualitatif dilaksanakan sebagai pendahuluan dari
penelitian kuantitatif yang pokok. Seraca umum, tampaknya lebih sering terjadi
peneliti kualitatif menggunakan kuantitatif ketimbang peneliti-peneliti kuantitatif
menempuh pendekatan-pendekatan kualitatif.
Dalam study utama yang diikuti, tim peneliti dituntut melakukan
wawancara-wawancara mendalam dengan menggunakan daftar pertanyaan semi
tersuktur, diberikan latar belakang menyeluruh tentang konsep-konsep dan
ukuran-ukuran empirisnya. Mereka kemudian dituntut menggolongkan
komentar-komentar kata demi kata dari rekaman wawancara taoe menurut
kategori-kategori konseptual yang dipahami dan menyalin komentar-komentar yang
relevan. Atas dasar kategori awal, masing-masing responden dirating menurut
maisng-masing kategori konseptual pada empat butir skala. Latihan terinci yang
menggunakan momen ini menuntut para pewawancara untuk memegang erat data
kualitatif kasa pada tahap analisis awal. Tetapi apabila data dikuantifikasi
maka tidak begitu banyak lagi peran bagi data dalam bentuk kata demi kata
kualitatif, juga tidak dalam analisis ataupun dalam temuan-temuan yang
dipublikasikan.
H. Kelebihan Metode Kualitatif atas Metode
Kuantitatif
Apabila metode-metode
kuantitatif menjadi penunjang bagi metode kualitatif maka metode kuantitatif
cenderung mengisi tiga fungsi. Pertama, metode kuantitatif memberikan data
latar belakang yang terukur untuk mengkontekstualisasi studi-studi intensif
skala kecil.[40]
Kedua, metode-metode kuantitatif dapat digunakan untuk menguji hipotesis yang
dilepaskan oleh survei kualitatif.[41] Tetapi apabila hal ini
terjadi, maka peranan survei cenderung menjadi dominan.
Ketiga, survei kuantitatif
dapat memberikan landasan bagi sampling kasus-kasus dan kelompok-kelompok
pembanding yang membentuk studi intensif.[42] Data yang secara
statistik representatif memungkinkan peneliti untuk memutuskan apakah perlu
membuat sampel kasus-kasus dengan kriteria representatif atau kriteria lain.
Penting dicatat bahwa apabila
aspek kualitatif penelitian lebih menonjol, maka penelitian kuantitatif
biasanya dikerjakan oleh peneliti-peneliti yang berpengalaman dalam
metode-metode kualitatif, sebagaimana terjadi dalam studi kasus yang terakhir.
I. Postulat dan Hipotesis Penelitian
Postulat atau anggapan dasar
merupakan hal yang sangat diperlukan dalam suatu penelitian karena postulat merupakan
titik tolak untuk menyusun landasan teori dalam suatu penelitian. Winarno
Surachmad menyebutkan bahwa “Anggapan dasar
atau postulat menjadi tumpua segala pandangan dan
kegiatan terhadap masalah yang dihadapi. Postulat inilah yang menjadi titik pangkal,
titik dimana tidak lagi menjadi keragu-raguan peneliti”.[43]
Mengingat pentingnya postulat
dalam penelitian, maka yang menjadi postulat dalam penelitian ini bahwa
kelemahan dalam penguasaan suatu konsep menimbulkan kesulitan dalam memahami
dengan mengklasifikasikan konsep tersebut.
Selain postulat, dalam suatu
penelitian juga perlu dirumuskan hipotesis, adapun yang menjadi hipotesis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa jurusan Pendidikan
Matematika mengalami kesulitan dalam mempelajari materi Turunan.
2. Terdapat banyak faktor yang
menyebabkan mahasiswa jurusan Pendidikan Matematika mengalami kesulitan dalam
mempelajari materi Turunan.
[1] Team Wikipedia Indonesia, Sejarah Perkembangan
Kalkulus, pada tanggal 11 Febuari 2008, hal. 2.
[2] Ibid, hal. 2
[3] Wahyu Permadi, Apa Itu Matematika, pada April 18, 2007
[4] Team Wikipedia Indonesia, Sejarah Perkembangan Kalkulus, pada tanggal 11 Febuari 2008, hal. 4.
[5] Depdiknas,
Matematika Bisnis Manajemen, (Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan, 2005),
hal. 67-68.
[6] Ibid , hal. 67.
[7] Edwin J. Purcell, Kalkulus
dan Geometri Analitis, Jilid 1, 1972, hal. 98
[8] Ibid, hal. 67.
[9] Ibid , hal. 67.
[10] Ibid, hal. 68.
[11] Ibid, hal. 68.
[13] Team Instruktur PKG Matematika, Beberapa Metode dan
Ketrampilan dalam Pengajaran Matematika, (Jakarta: Depdikbud, 1987), hal.
7.
[14] Roestiyah N.K dan
Yumiati, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta, Bina Aksara, 1985), hal
133.
[15] Armia Jawahir, Model Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika,
(Jakarta, Bina Aksara), hal. 54
[16] Winarno Surachmad, Pengantar
metodelogi Ilmiah, (Bandung: Tarsito, 1978), hal.99
[17] The Liang Gie, Cara
Belajar Yang Efesien, (Yogya: Gajab Mada University Press, 1983), hal 12.
[18] Herma Hudoyo, Pengembangan
Kurikulum Matematika Dan Pelaksanaannya Didepan Kelas, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1979), hal.109.
[19] The Liang Gie,
Cara Belajar Yang Efisien ...hal. 49
[21] Ibid, hal. 16.
[22] Ibid, hal. 15.
[23] E.T.Russeffendi, Dasar-dasar Matematika Modern dan
Komputer Untuk Guru, (Bandung:
Tarsito Bandung, 1982). hal. 18
[24] Herman Hudoyo,
Pengembangan kurikulum Matematika dan pelaksanaannya di Depan Kelas,
(Surabaya: Usaha Nasional, 1979), hal.284
[25] Ibid, hal. 285.
[26] Oemar Hamalik,
Metode Belajar dan Kesulitan-kesuIitan Belajar, (Bandung.Tarsito, 1982),
hal. 63.
[27] Ibid, hal.10.
[28] Ibid, hal. 145.
[29] Nana Sujana, Dasar-Dasar
Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Sinar Baru, 1989). hal.39
[30] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos,
1990), hal. 166.
[31] Oemar Hamalik, Metode
Belajar dan Kesulilan-kesuliran Belajar, (Bandung: Tarsito, 1980), hal. 40
[32] Ramli Maha, Psikologi
Belajar, (Jakarta, Logos, 1990), hal. 166
[33] Sutjipto Wirowidjoyo, Penantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1987, hal. 59.
[34] Hendyat Soetopo, Pembinaa,, Dan Pengemhcmgan Kurikuhim,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hal. 16.
[35] S.Nasution, Sosiologi Pendidikan hal. 90
[36] Kios Banii Sallam, Sistem Belajar Yang Efektif, Bamboo
Media on Net vol. 2, 2007.
[37] Sugiono, Memahami
Penelitian Kualitatif, (Bandung, Alfabeta, 2007), hal. 24.
[38] Ibid, hal. 2
[39] Ibid, hal 24
[40] Sugiono, Memahami
Penelitian Kualitatif, (Bandung, Alfabeta, 2007), hal. 34.
[41] Ibid, hal. 34.
[42] Ibid, hal. 34.
[43] Winarno
Surachmad, Dasar dan Teknik Research, (Bandung: Tarsito, 1973), hal. 97.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Populasi atau universe
adalah “jumlah keseluruhan dan unit yang ciri-cirinya akan diduga”.[1] Adapun
yang menadi populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan mahasiswa jurusan Pendidikan
Matematika Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry yang berjumlah 344 orang. Kesemua
itu adalah mahasiswa jurusan Tadris Matematika yang sudah atau sedang mengikuti
mata kuliah Kalkulus I khususnya pada materi Turunan. Populasi tersebut dari semua angkatan mulai dari angkatan 2003 yang belum selesai sampai
leting 2005 yang baru masuk.
Mengingat keterbatasan waktu dan dana serta tidak
praktis dan efisiennya pengambilan seluruh populasi, maka penulis tidak mungkin
meneliti semua populasi yang dimaksud diatas, tetapi penulis akan memilih
sejumlah sampel. Hal ini sesuai dengan ungkapan Amudi Pasaribu yang menyatakan
bahwa “kita malakukan pengambilan sampel adalah karena tidak mungkin mengamati
seluruh anggota populasi itu atau karena pengamatan seluruh populasi tidak
praktis dan efisien”.[2][3]
Untuk pengambilan sampel dari populasi peneliti
menggunakan teknik random sampling. Mengenai jumlah sampel yang diambil dari
populasi, penulis mengambil sebanyak 60 orang atau 17% dari keseluruhan
mahasiswa Pendidikan Matematika yang sudah atau sedang mengikuti mata kuliah
Kalkulus I khususnya pada materi Turunan.
Menurut penulis jumlah sampel tersebut respresentatif
untuk mewakili populasi. Hal ini sebagaimana diungkap oleh Suharsirni Arikunto bahwa
“jika jumlah subjeknva besar dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25 % atau
lebih”.[4]
B. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, untuk mengumpulkan data penulis menggunakan
metode sebagai barikut:
a.
Library research
(penelitian pustaka), yaitu penelitian yang dilakukan dengan mempelajari dan
mengumpulkan teori para ahli yang berkenaan dan mendukung skripsi ini.
b.
Field research
(penelitian lapangan), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara pengumpulan
data langsung dilokasi penelitian.
Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan antara
lain :
1. Angket (questionary)
Suharsimi Arikunto memberikan pengertian tentang angket,
yaitu :”Sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi
dan responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang
diketahui”.[5]
Adapun tipe questioner
yang penulis pakai adalah tipe respon yang diminta. Questioner respon yang
ditentukan mengandung sejumlah soal (peryataan atau pertanyaan) dengan sejumlah penelitian yang
ditentukan. Responden diminta menandai respon yang paling cocok bagi dirinya.[6]
2.
Wawancara
Wawancara (Interview)
adalah suatu alat pengumpulan data dengan cara mewawancarai langsung para
informasi. Wawancara dimaksud kepada mahasiswa jurusan Pendidikan Matematika
yang mengambil mata kuliah Kalkulus I, khususnya materi Turunan.
D. Teknik Pengolahan Dan
Analisa Data
Setelah data diperoleh dari questioner yang telah diberikan
respon terhadap semua alternatif jawaban pada setiap penyataan atau pertanyaan
oleh responden. Data tersebut
diolah dan dianalisa dengan menggunakan rumus persentase yang dikemukakan oleh
Sudjana, yaitu:
P =[7]
dimana: P = Persentase
f = Frekuensi
n =
Bilangan tetap, dalam hal mi adalah jumlah responden
Sesuai dengan teknik
pengumpulan data yang dipergunakan maka data dari angket yang diolah akan
dicari perbandingan persentase untuk diadakan penafsiran terhadap jawaban yang
ada dan setiap pertanyaan dan ditarik kesimpulan untuk menguji kebenaran
hipotesis penelitian yang telah ditetapkan.
Langkah-langkah yang
dilakukan dalam mengolah data adalah:
1. Sesudah mengumpulkan
data dan angket yang sudah diedarkan lalu dibuat tabulasi sesuai dengan
pertanyaan dan angket
2. Tabulasi di buat
menurut jumlah jawaban pertanyaan yang telah disi dan dijawab oleh responden.
3. Selanjutnya penulis
menarasikan secara verbal jumlah persentase yang didapatkan agar
jawaban-jawaban responden dapat dibaca dan dipahami oleh pembaca tulisan ini.
4. Untuk data yang penulis
dapat dari jawaban pertanyaan wawancara, penulis menarasikan sebagaimana adanya.
Penarasian tersebut penulis lakukan dengan menggunakan bahasa sendiri tanpa
mengurangi atau menambah maksud dan jawaban responden.
[1] Masri Singarimbun
dan Sofyan Effendi, Metode Peneltiian
Survai, (Jakarta: PT. Pustaka LP3ES Indonesia, 1995), hal 152.
[3] Amudi
Pasaribu, Pengantar Skitislika,
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981), hal. 219
[5] Ibid, hal.124.
[6] James A. Black dan Dean J. Champion, Methods and Issues In Social Researh (Metode dan Masalah Penelitian Sosial).
Diterjemahkan oleh E. Koeswara dkk., (Bandung: PT Eresco, 1992). hal.328.
[7] Sudjana, Metode Stalistika, (Bandung: Tarsito Bandung 1982), hal. 49.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Populasi atau universe
adalah “jumlah keseluruhan dan unit yang ciri-cirinya akan diduga”.[1] Adapun
yang menadi populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan mahasiswa jurusan Pendidikan
Matematika Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry yang berjumlah 344 orang. Kesemua
itu adalah mahasiswa jurusan Tadris Matematika yang sudah atau sedang mengikuti
mata kuliah Kalkulus I khususnya pada materi Turunan. Populasi tersebut dari semua angkatan mulai dari angkatan 2003 yang belum selesai sampai
leting 2005 yang baru masuk.
Mengingat keterbatasan waktu dan dana serta tidak
praktis dan efisiennya pengambilan seluruh populasi, maka penulis tidak mungkin
meneliti semua populasi yang dimaksud diatas, tetapi penulis akan memilih
sejumlah sampel. Hal ini sesuai dengan ungkapan Amudi Pasaribu yang menyatakan
bahwa “kita malakukan pengambilan sampel adalah karena tidak mungkin mengamati
seluruh anggota populasi itu atau karena pengamatan seluruh populasi tidak
praktis dan efisien”.[2][3]
Untuk pengambilan sampel dari populasi peneliti
menggunakan teknik random sampling. Mengenai jumlah sampel yang diambil dari
populasi, penulis mengambil sebanyak 60 orang atau 17% dari keseluruhan
mahasiswa Pendidikan Matematika yang sudah atau sedang mengikuti mata kuliah
Kalkulus I khususnya pada materi Turunan.
Menurut penulis jumlah sampel tersebut respresentatif
untuk mewakili populasi. Hal ini sebagaimana diungkap oleh Suharsirni Arikunto bahwa
“jika jumlah subjeknva besar dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25 % atau
lebih”.[4]
B. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, untuk mengumpulkan data penulis menggunakan
metode sebagai barikut:
a.
Library research
(penelitian pustaka), yaitu penelitian yang dilakukan dengan mempelajari dan
mengumpulkan teori para ahli yang berkenaan dan mendukung skripsi ini.
b.
Field research
(penelitian lapangan), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara pengumpulan
data langsung dilokasi penelitian.
Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan antara
lain :
1. Angket (questionary)
Suharsimi Arikunto memberikan pengertian tentang angket,
yaitu :”Sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi
dan responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang
diketahui”.[5]
Adapun tipe questioner
yang penulis pakai adalah tipe respon yang diminta. Questioner respon yang
ditentukan mengandung sejumlah soal (peryataan atau pertanyaan) dengan sejumlah penelitian yang
ditentukan. Responden diminta menandai respon yang paling cocok bagi dirinya.[6]
2.
Wawancara
Wawancara (Interview)
adalah suatu alat pengumpulan data dengan cara mewawancarai langsung para
informasi. Wawancara dimaksud kepada mahasiswa jurusan Pendidikan Matematika
yang mengambil mata kuliah Kalkulus I, khususnya materi Turunan.
D. Teknik Pengolahan Dan
Analisa Data
Setelah data diperoleh dari questioner yang telah diberikan
respon terhadap semua alternatif jawaban pada setiap penyataan atau pertanyaan
oleh responden. Data tersebut
diolah dan dianalisa dengan menggunakan rumus persentase yang dikemukakan oleh
Sudjana, yaitu:
P =[7]
dimana: P = Persentase
f = Frekuensi
n =
Bilangan tetap, dalam hal mi adalah jumlah responden
Sesuai dengan teknik
pengumpulan data yang dipergunakan maka data dari angket yang diolah akan
dicari perbandingan persentase untuk diadakan penafsiran terhadap jawaban yang
ada dan setiap pertanyaan dan ditarik kesimpulan untuk menguji kebenaran
hipotesis penelitian yang telah ditetapkan.
Langkah-langkah yang
dilakukan dalam mengolah data adalah:
1. Sesudah mengumpulkan
data dan angket yang sudah diedarkan lalu dibuat tabulasi sesuai dengan
pertanyaan dan angket
2. Tabulasi di buat
menurut jumlah jawaban pertanyaan yang telah disi dan dijawab oleh responden.
3. Selanjutnya penulis
menarasikan secara verbal jumlah persentase yang didapatkan agar
jawaban-jawaban responden dapat dibaca dan dipahami oleh pembaca tulisan ini.
4. Untuk data yang penulis
dapat dari jawaban pertanyaan wawancara, penulis menarasikan sebagaimana adanya.
Penarasian tersebut penulis lakukan dengan menggunakan bahasa sendiri tanpa
mengurangi atau menambah maksud dan jawaban responden.
[1] Masri Singarimbun
dan Sofyan Effendi, Metode Peneltiian
Survai, (Jakarta: PT. Pustaka LP3ES Indonesia, 1995), hal 152.
[3] Amudi
Pasaribu, Pengantar Skitislika,
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981), hal. 219
[5] Ibid, hal.124.
[6] James A. Black dan Dean J. Champion, Methods and Issues In Social Researh (Metode dan Masalah Penelitian Sosial).
Diterjemahkan oleh E. Koeswara dkk., (Bandung: PT Eresco, 1992). hal.328.
[7] Sudjana, Metode Stalistika, (Bandung: Tarsito Bandung 1982), hal. 49.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan dikemukakan hasil-hasil penelitian tentang kesulitan-kesulitan
yang dihadapi oleh Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah IAIN
Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh dalam mempelajari Turunan. Selain kesulitan-kesulitan
tersebut, pada bab ini juga akan dikemukakan faktor-faktor yang menyebabkan
kesulitan-kesulitan tersebut muncul. Di samping itu juga akan dipaparkan tentang
cara atau teknik yang digunakan oleh responden dalam belajar Turunan.
Sebelum mengemukakan hasil-hasil penelitian tersebut, terlebih dahulu
akan digambarkan keadaan umum tentang identitas responden yang mengisi angket
penelitian ini.
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini penulis lakukan pada jurusan Pendidikan Matematika. Jurusan
pendidikan Matematika merupakan salah satu jurusan di lingkungan fakultas Tarbiyah
IAIN Ar-Raniry yang mempersiapkan lulusan sebagai calon-calon guru matematika
yang profesional serta dibekali dengan ilmu-ilmu agama.
Sampai saat ini jurusan Pendidikan Matematika terus berkembang. Hal ini
tidak terlepas dari usaha-usaha yang dilakukan oleh ketua jurusan, baik ketua jurusan
yang pertama kali menjabat yaitu Drs. Adnan Ismail maupun ketua jurusan sekarang
yaitu Dra. Hafriani, M.Pd. Berdasarkan dari data yang diperoleh dan buku
laporan keadaan mahasiswa semester genap tahun akademik 2007/2008, pada jurusan
matematika sudah memiliki 344 mahasiswa
yang terdiri dan angkatan 2003 sampai dengan angkatan 2005. Mengenai jumlah mahasiswa
tiap angkatan dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.1 Identitas Responden
NO ANGKATAN JUMLAH MAHASISWA JUMLAH RESPONDEN
1. 2003 84 23
2. 2004 85 25
3. 2005 87 12
Jumlah 344 60
Sumber: Buku Laporan Keadaan
Mahasiswa semester Genap Tahun Akadeinik
2006/2007 yang disusun oleh
bagian akadeinik dan kemahasiswaan IAIN Ar-Raniry
Darussalam Banda Aceh.
B. Deskripsi Kesulitan Mahasiswa PMA
1. Cara yang Digunakan Oleh
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika dalam Mempelajari Materi Turunan
Seorang mahasiswa yang ingin menguasai Turunan (deferensial) secara
maksimal tidak akan hanya mengandalkan belajar diruang kuliah saja. Jika ia
mengharapkan penguasaan yang maksimal terhadap materi-materi Turunan, ia harus
belajar maksimal di luar jadwal kuliah. Banyak penggunaan waktu di luar jadwal
kuliah menjamin untuk menguasai Turunan lebih mantap. Mengenai waktu yang
digunakan oleh mahasiswa Jurusan pendidikan Matematika untuk mempelajari materi
Turunan di luar jadwal kulian setiap minggu terdapat perbeaaan antara mereka. Untuk
lebih jelasnya perhatikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.2 Lamanya penggunaan waktu untuk belajar
Turunan di luar jadwal Kuliah setiap minggu
No Alternatif
Jawaban f %
1. 90-150 menit 22 37
2. 30-90
menit 18 30
3. Kurang dari 30 menit 15 25
4. Tidak pernah 5 8
Jumlah 60 100
Berdasarkan tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa mahasiswa
jurusan pendidikan matematika sudah dapat menggunakan waktu yang optimal dalam
penggunaan belajar turunan. Ini berarti waktu yang digunakan sudah dapat
menyelesaikan suatu materi dan beberapa contoh soal.
Tabel 3.3 Ada tidaknya mencatat materi
kuliah yang diberikan oleh Dosen
No Alternatif
Jawaban f %
1. Selalu 8 13
2. Kadang-kadang 28 47
3. Jarang 18 30
4. Tidak
pernah 6 10
Jumlah 60 100
Dari tabel di atas dapat di simpukan bahwa kebanyakan responden kadang-kadang
mencatat materi Turunan yang diberikan oleh dosen. Hal ini barangkali mereka belum
mengerti pentingnya mencatat dalam belajar Turunan. Hal ini didukung hasil wawancara dengan
beberapa responden yang berpendapat bahwa, yang perlu dicatat adalah
contoh-contoh soal dan penyelesaiannya saja.[1] Di
samping itu ada juga yang mencatat semua materi yang diberikan oleh dosen, dan
ada juga yang mencatat hal-hal yang dianggap penting saja.[2]
Tabel 3.4 Ada tidaknya meringkas
materi kuliah dirumah
No Alternatif Jawaban f %
1. Selalu 12 20
2. Kadang-kadang 25 42
3. Jarang 17 28
4. Tidak
pernah 6 10
Jumlah 60 100
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas dari responden
kebanyakan kadang-kadang meringkas materi kuliah yang diterimanya di ruang
kuliah atau buku bacaan lainnya. Hal ini bisa saja disebabkan karena mereka
sedang mempunyai gairah belajar yang tinggi atau ketika mereka sedang teringat.
Namun sangat disayangkan masih ada di antara responden yang tidak pernah
meringkas materi-materi yang telah dia dapatkan di ruang kuliah. Barangkali
mereka belum mengetahui pentingnya ringkasan materi.
Tabel 3.5 Ada tidaknya belajar Turunan
dengan belajar kelompok
No Alternatif Jawaban f %
1. Selalu 8 13
2. Kadang-kadang 19 32
3. Jarang 17 28
4. Tidak
pernah 16 27
Jumlah 60 100
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden hanya kadang-kadang belajar Turunan dengan belajar kelompok. Seharusnya
belajar Turunan dilakukan dengan belajar kelompok. Karena jika tidak, maka
mahasiswa hanya menguasai materi Turunan sebatas apa yang sudah dimilikinya
saja. Dengan belajar kelompok ia akan dapat saling melengkapi dengan anggota
kelompok lain.
Tabel 3.6 Pencarian kembali soal-soal
kuis dan soal midterm
No Alternatif
Jawaban f %
1. Selalu 7 12
2. Kadang-kadang 24 40
3. Jarang 17 28
4. Tidak pernah 12 20
Jumlah 60 100
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden hanya
kadang-kadang saja mencari soal-soal kuis dan soal midterm. Hal ini terjadi
karena kabanyakan mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika marasa malas untuk
mencari kembali soal-soal ujian. Karena prinsip sebagian mahasiswa bahwa setelah
ujian selesai maka ia sudah merdeka, meski ia tidak pernah menjawabnya. Hal ini juga didukung
hasil interview dengan beberapa responden. Ada di antara responden
yang belajar Turunan dengan mencari kembali soal-soal yang pernah diberikan
oleh dosen atau pernah didapatkan penyelesaiannya.[3] Ada
juga responden yang hanya mencari kembali soal-soal yang dirasakan sulit saja.[4]
2. Kesulitan-kesulitan yang Dihadapi Mahasiswa Jurusan
Pendidikan Matematika dalam Mempelajari
Turunan
Belajar sesuatu bukan hal yang mudah seperti membalikkan telapak tangan.
Demikian juga dalam mempelajari suatu materi Turunan. Turunan (Deferensial) sebagai
cabang matematika yang dirasakan paling sulit oleh mahasiswa yang mempelajani
matematika terutama dalam belajar dan memahami konsep-konsepnya. Kesulitan
tersebut berbeda antara yang dialami oleh satu mahasiswa dengan yang lain.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua responden mengalami kesulitan dalam memahami
dan belajar konsep Turunan. Kesulitan yang dihadapi oleh satu orang responden
dengan yang dihadapi oleh responden lain berbeda, meskipun ada
kesulitan-kesulitan yang hampir sama. Untuk lebih jelas kita lihat tabel
berikut ini :
Tabel 3.8 Kesulitan dalam mempelajari
materi Turunan
No Alternatif
Jawaban f %
1. Ada 19 31
2. Kadang-kadang 28 47
3. Jarang 13 22
4. Tidak
pernah 0 0
Jumlah 60 100
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar reponden
kadang-kadang mengalami kesulitan dalam mempelajari Turunan. Jadi bisa kita
katakan dari mahasiswa yang kadang-kadang mengalami kesulitan dalam mempelajari
materi Turunan disebabkan mahasiswa tersebut tidak mampu membuktikan
rumus-rumus atau tidak mengetahui dari mana asalnya. Hal ini juga didukung hasil interview dengan
beberapa mahasiswa Matematika yang menyatakan bahwa sulit memahami dalil-dalil, teorema-teorema dan
rumus-rumus.[5] Di
samping itu ada juga responden yang kesulitan membuktikan suatu dalil ataupun
suatu rumus.[6] Ini
berarti ia hanya mampu untuk menggunakan rumus-rumus tersebut tanpa mampu
membuktikan atau mengetahui dari mana asalnya.
Tabel 3.9 Penerapan konsep Turunan
untuk menyelesaikan soal-soal Turunan
No Alternatif
Jawaban f %
1. Sangat sulit 11 18
2. Sulit 43 72
3. Mudah 6 10
4. Sangat mudah 0 0
Jumlah 60 100
Dari tabel di atas bisa disimpulkan
banyak responden yang mengalami kesulitan dalam menerapkan konsep Turunan dalam
menyelesaikan soal-soal Turunan, hal ini juga dukung dari pengakuan beberapa responden yang mengatakan bahwa kesulitan
dalam menyelesaikan soal yang bagian rumusnya tidak diketahui.[7]
Ada juga kesulitan yang dihadapi responden adalah kesulitan menyelesaikan
soal-soal yang berhubungan dua konsep atau lebih.[8]
Dari pembahasan-pembahasan di atas dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu
sebagai berikut:
- Mayoritas responden belajar Turunan antara 90-150 menit setiap minggu. Ini berarti waktu yang digunakan sudah lumayan optimal, karena dengan waktu 90-150 menit mereka sudah dapat menyelesaikan satu materi dan beberapa contoh soal.
- Kebanyakan responden selalu mencatat materi Turunan yang diberika oleh dosen. Namun mereka hanya kadang-kadang saja bahkan tidak pernah meringkas materi kuliah tersebut.
- Mengenai cara belajar Turunan yang diperaktekkan oleh mahasiswajurusan Pendidikan Matematika, sedikit sekali dan mereka yang malakukannya dengan belajar kelompok. Ini berarti mereka belajar Turunan secara sendiri-sendiri. Dalam belajar Turunan, responden jarang mencari soal-soal yang telah ditemukan pada saat ujian kuis atau midterm. Dan pada malam ujian mereka kebanyakan memporsir balajar semalam suntuk, yaitu mulai dan halaman pertama sampai halaman terakhir.
- Semua responden mengalami kesulitan dalam belajar dan memahami konsep-konsep Turunan. Di antara kesulitan-kesulitan tersebut adalah kesulitan dalam memahami dalil, teorema dan rumus, kesulitan dalam membuktikan dalil dan rumus. Bahkan kesulitan dalam mengingat rumus dan kesulitan penggabungan dua konsep atau lebih.
Demikianlah kesimpulan-kesimpulan yang dapat diambil dan pembahasan bab
tiga tulisan ini. Kesimpulan-kesimpulan tersebut diambil berdasarkan data yang
diperoleh dan hasil penelitian dan sesuai dengan pendapat responden.
C. Analisis Hasil Penelitian
1. Cara yang Digunakan Mahasiswa Jurusan Pendidikan
Matematika dalam Mempelajari Materi Turunan
Seperti kita ketahui bahwa belajar Turunan tidak bisa disamakan dengan
belajar mata kuliah lainnya. Sebagai mata kuliah kalkulus I cabang matematika yang sulit,
belajar Turunan memerlukan cara atau teknik tertentu. Apabila teknik-teknik
tersebut diikuti dan dilaksanakan, maka kasulitan belajar Turunan akan dapat
dikurangi dan kesuksesan balajar dapat diwujudkan.
Hasil penelitian menginformasikan kepada kita bahwa kebanyakan mahasiswa jurusan
Pendidikan Matematika menggunakan 90-150 menit waktu setiap minggu untuk
belajar Turunan diluar jadwal kuliah. Waktu yang digunakan sudah cukup meskipun
belum begitu optimal. Dengan waktu antara 90-150 menit mereka sudah dapat
manyelesaikan satu materi dan beberapa contoh soal. Kebanyakan mahasiswa jurusan
Pendidikan Matematika juga sudah mencatat materi-materi kuliah yang diberikan
oleh dosen, meski tidak sedikit di antara mereka yang hanya kadang-kadang saja
mencatatnya. Mengenai apa yang telah dicatat, dapat disimpulkan bahwa
kebanyakan mahasiswa jurusan Pendidikan Matematika mencatat semua materi yang
diberikan oleh dosen. Hal ini dapat dibuktikan ketika kita melihat buku catatan
mereka, yaitu semua catatan mereka adalah sama. Seyogianya mereka mencatat
hal-hal yang dirasa penting saja.
Ternyata hasil penelitian juga memberi informasi kepada kita bahwa
setelah mencatat materi kuliah, mahasiswa jurusan Pendidikan Matematika hanya
kadang-kadang saja meringkasnya kembali. Seharusnya materi-materi tersebut
selalu diringkas, agar balajar Turunan labih praktis dan dapat menggunakan
waktu dengan efisien. Kebanyakan mahasiswa jurusan Pendidikan Matematika dalam
belajar Turunan juga kadang-kadang saja melakukannya dengan belajar kelompok. Ini
merupakan suatu kekeliruan yang dilakukan oleh mahasiswa jurusan Pendidikan
Matematika. Seharusnya mereka belajar Turunan dengan belajar kelompok, karena
dengan balajara kelompok mereka dapat malengkapi satu sama lain. Sehingga
kesulitan-kesulita belajar yang akan di alami akan dapat dikurangi atau
dihilangkan.
Tentang cara belajar Turunan yang diperaktekkan oleh mahasiswa jurusan Pendidikan
Matematika, ada di antara mereka yang hanya mengandalkan belajar di ruang
kuliah saja. Artinya mereka tidak mengulanginya lagi dirumah. Namun kebanyakan
mereka belajar kambali dirumah, meski lama dan caranya bervariasi.
Adapun cara belajar Turunan yang diperaktekkan adalah dengan mencoba
menggambarkan setiap ada soal dan menganalisanya untuk kemudian menemukan rumus
untuk soal tersebut. Cara belajar Turunan lain yang diperaktekkan adalah dengan
menghafal rumus-rumus. Cara belajar seperti ini marupakan cara belajar yang
salah, karena dengan menghafal rumus tidak akan membantu dalam menguasai Turunan.
Hal ini dikarenakan menguasai rumus hanya mampu menguasai rumus saja tanpa bisa
menggunakannya. Namun begitu, inilah hal yang sering diperaktekkan oleh
mahasiswa jurusan Pendidikan Matematika.
Ada juga mahasiswa jurusan Pendidikan Matematika yang sudah
memperaktekkan cara belajar Turunan yang baik yaitu dengan mencoba membuktikan
rumus-rumus, meringkas materi dan dengan memperbanyak menyelesaIkan soal-soal.
Namun hal ini hanya kadang-kadang saja dilakukan dan bahkan ada yang tidak
melakukannya sama sekali. Hal seperti ini yang mengakibatkan kesulitan dalam
belajar Turunan yang akan dialami oleh mahasiswa jurusan Pendidikan Matematika.
Selanjutnya, pada malam ujian kebanyakan mahasiswa jurusan Pendidikan
Matematika belum memperaktekkan cara belajar yang tepat. Cara belajar Turunan
yang diperaktekkan adalah dengan belajar semua materi semalaman tanpa
menyisakan waktu untuk istirahat, hanya mencari soal-sola yang pernah dibahas
oleh dosen dan belajar sambil membuat kopean serta ada juga menghafal
rumus-rumus.
Seharusnya mereka mereka belajar Turunan pada malam ujian dengan mereview
semua materi. Tetapi dilakukan dengan mengalokasikan waktu untuk setiap pokok
materi, sehingga adanya suatu control. Namun hanya sedikit mahasiswa jurusan Pendidikan
Matematikan yang memperaktekkan cara belajar seperti itu. Akibatnya, mahasiswa jurusan
Pendidikan Matematika selalu kesulitan dalam mengikuti ujian final kalkulus I
khususnya materi Turunan.
2. Kesulitan-kesulitan yang Dihadapi
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika Mempelajari Materi Turunan
Sebagaimana telah diketahui bahwa Turunan merupakan cabang matematika
yang dirasakan paling sulit oleh mahasiswa. Karena itu seorang dosen matematika
harus benar-henar siap dan menguasai Turunan. Hal ini diperlukan agar ketika
dosen tersebut sampai dilapangan tidak mengalami kesulitan mengajarkannva
kepada mahasiswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada mahasiswa jurusan Pendidikan
Matematika yang tidak mengalami kesulitan dalam mempelajari Turunan. Kesulitan yang
dihadapi oleh mahasiswa jurusan Pendidikan Matematika dalam belajar Turunan
terdapat variasi (meski ada yang sama) antara satu sama lain, baik kesulitan
dalam belajar dan memahami konsep, kesulitan dalam menerapkan konsep maupun
kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal Turunan.
Kesuliatan-kesulitan yang dihadapi mahasiswa jurusan Pendidikan
Matematika dalam belajar dan memahami konsep adalah dalam hal memahami teorema,
dalil dan rumus serta membuktikannya. Kesulitan ini merupakan kesulitan yang
paling fatal dalam belajar Turunan. Hal ini dikarenakan ketiga hal tersebut merupakan
konsep yang paling mendasar dalam Turunan. Kesuliatan dalam membuktikan rumus
berarti mahasiswa jurusan Pendidikan Matematika hanya mampu menggunakan rumus
tersebut, tetapi mereka tidak dapat membuktikan dan mana datangnya. Ada juga
mahasiswa jurusan Pendidikan Matematika yang kesulitan dalam mengingat rumus-rumus
Turunan, dan ada juga yang mengalami kendala dalam memahami konsep bila konsep
tersebut menghubungkan konsep-konsep lain.
Kalau kita melihat kesulitan yang dialami mahasiswa jurusan Pendidikan
Matematika dalam menerapkan konsep, kita akan berkesimpulan bahwa kesulitan
tersebut muncul karena mereka kurang menguasai konsep Turunan itu sendiri. Penguasan
konsep Turunan oleh mereka hanya sebatas teoritis saja tanpa mampu
mengaplikasikannya dalam hal yang diperlukan atau dalam hal yang berhubungan.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Bedasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian, penulis telah merumuskan
hipotesis. Hipotesis-hipotesis tersebut
akan penulis uji kebenarannya berdasarkan data dari hasil penelitian yang telah
penulis peroleh. Adapun hipotesis yang akan dibuktikan kebenaranya adalah
sebagai berikut.
Hipotesis : Mahasiswa jurusan Pendidikan Matematika
mengalami kesulitan dalam mempelajari materi Turunan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan mahasiswa jurusan Pendidikan
Matematika mengalami kesulitan dalam mempelajari dan memahami konsep-konsep
Turunan. Mahasiswa juga mengalami kesulitan-kesulitan dalam menerapkan konsep-konsep
Turunan yang sudah mereka kuasai dalam menyelesaikan soal-soal yang berhubungan
dengan konsep tersebut. Dengan demikian hipotesis ini terbukti. Hal ini didukung
oleh table 3.8 dan tabel 3.9 serta jawaban-jawaban responden yang sudah
dibahas.
[1] Hasil
wawancara penulis dengan responden tanggal 4 juni 2008 di Darussalam
[2] Hasil
wawancara penulis dengan responden tanggal 4 juni 2008 di Darussalam
[3] Hasil
wawancara penulis dengan responden tanggal 5 Juni 2008 di Darussalam
[4]
Hasil wawancara penulis dengan responden tanggal 5 Juni 2008 di Darussalam
[5] Hasil
wawancara penulis dengan responden tanggal 12 Juni 2008 di Darussalam
[6]
Hasil wawancara penulis dengan responden tanggal 12 Juni 2008 di Darussalam
[7]
Hasil wawancara penulis dengan responden tanggal 15 Juni 2008 di Darussalam
[8]
Hasil wawancara penulis dengan responden tanggal 15 Juni 2008 di Darussalam
BAB V
PENUTUP
Sebagai penutup pembahasan
dari bab-bab terdahulu. Maka dalam bab ini penulis akan mengemukakan beberapa
kesimpulan tentang pembahasan dibelakang dan hasil penelitian. Penulis juga
akan memberikan saran-saran demi usaha perbaikan di masa-masa mendatang.
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat
penulis kemukakan adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa jurusan Pendidikan Matematika belum
mempraktekkan teknik atau cara belajar Turunan yang tepat, sehingga mereka
banyak sekali mengalami kesulitan-kesulitan dalam mempelajari materi Turunan.
2. Mahasiswa jurusan Pendidikan matematika belum
maksimal dalam penggunaan waktu belajar khususnya materi Turunan diluar jadwal
kuliah.
3. Hasil penelitian dari 60 mahasiswa Jurusan
Pendidikan Matematika 13 orang mahasiswa berkemampuan kurang dan 47 lainnya
berkemampuan baik.
4.
Kesulitan-kesulitan belajar Turunan yang dialami oleh mahasiswa jurusan
Pendidikan Matematika dalam mempelajari materi Turunan meliputi kesulitan dalam
belajar dan memahami konsep, kesulitan menerapkan konsep dalam menyelesaikan
soal-soal, dan kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal Turunan dalam
penggabungan dua konsep.
5. Adapun kesulitan-kesulitan mahasiswa jurusan
Pendidikan Matematika, timbul karena kurangnya pemahaman konsep dasar dari
materi Turunan, penggunaan waktu untuk belajar belum maksimal, serta jarangnya
mencatat dan meringkas materi-materi kuliah.
B. Saran-saran
Sesuai dengan judul skripsi
ini dan hasil penelitian, sebagai usaha mengurangi kesulitan-kesulitan
mempelajari Turunan yang dihadapi oleh mahasiswa jurusan Pendidikan Matematika,
maka penulis mencoba memberikan saran. Harapan penulis, semoga saran tersebut
dapat direspon dan ditidak lanjuti oleh semua pihak agar dapat dijadikan acuan
perbaikan ke depan. Adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Diharapkan kepada semua mahasiswa jurusan Pendidikan Matematika agar dapat memperaktekkan
cara belajar Turunan yang baik, yaitu selalu melakukan persiapan belajar dengan
menambah jadwal belajar dirumah, selalu mencatat dan meringkas materi kuliah
serta memperbanyak menyelesaikan soal-soal.
2. Dan juga diharapkan supaya mahasiswa jurusan
Pendidikan Matematika agar sering belajar
kelompok baik dengan mencari kembali soal-soal kuis ataupun midterm.
4. Kepada
para Penasehat Akadernik mahasiswa PMA dan dosen agar dapat membimbing dan
memotivasi mahasiswa asuhannya untuk lebih giat belajar, kususnya dalam
mempelajari materi Turunan.
5. Kepada siswa-siswa sekolah menengah dan
sederajat yang mempunyai keinginan untuk melanjutkan studinya pada jurusan PMA
agar dapat mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Persiapan tersebut perlu
dilakukan agar ketika sampai dibangku kuliah tidak lagi mangalami
kesuliatan-kesuliatan.
Demikianlah kesimpulan dan
saran-saran yang dapat panulis rumuskan. Semoga dengan kesimpulan dan saran
tersebut dapat kita gunakan sebagai suatu patokan untuk perbaikan kedepan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar