View My Stats

Senin, 06 Februari 2012

(SKRIPSI MATEMATIKA) = =PEMBELAJARAN PERUBAHAN KONSEPTUAL UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI PERSAMAAN KUADRAT DI KELAS X SMU 1 BARONA JAYA ACEH BESAR


PEMBELAJARAN PERUBAHAN KONSEPTUAL
UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA
PADA MATERI PERSAMAAN KUADRAT DI KELAS X SMU 1
  BARONA JAYA  ACEH BESAR



PROPOSAL SKRIPSI



Diajukan Oleh:


WINARIGA

Mahasiswa Fakultas Tarbiyah
Jurusan Pendidikan Matematika
NIM: 260  515 419






















FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM - BANDA ACEH
2008M











PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan disetiap jenjang pendidikan, mempuyai peran yang dominan dalam mencerdaskan perserta didik dengan jalan mengembangkan kemampuan berpikir logis, sistematis, kritis dan konsisten. Bell (dalam hamdani, 2000) mengatakan bahwa matematika dapat digunakan untuk menyusun pemikiran yang teliti, tepat dan taat asas (konsisten).
Banyak kenyataan bahwa siswa tidak bisa menganalisis dan menjawab pertanyaan dari pembelajaran matematika, sehingga siswa mengalami miskonsepsi. Kenyataan lain yang mungkin sebagai penyebab rendahnya pemahaman terhadap matematika adalah persepsi siswa yang kurang tepat terhadap matematika. Seperti yang dikemukakan oleh Dossey dalam Journal for Research in Mathematics Education, bahwa siswa memandang matematika sebagai ilmu yang statis, hanya untuk dicontoh saja. Hal ini akan turut mewarnai cara belajar maupun cara berpikir dalam matematika.
Untuk mengatasi hal tersebut diatas agar tidak menimbulkan kesalahan yang lebih patal atau menjaga agar tidak terjadi phobia matematika dikemudiaan hari, diperlukan strategi khusus terutama untuk jenis miskonsepsi yang sulit untuk disembuhkan. Oleh karena itu perlu dirancang kegiatan mengajar yang dapat membangkitkan perubahan konseptual siswa dengan mendorong untuk berinisiatif sendiri serta telibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga pada akhirnya siswa dapat membentuk atau membangun sendiri pengetahuannya. Sebagaimana disarankan Dewey (1996) bahwa keseluruhan kehidupan dalam pembelajaran seyogiyanya diorganisasikan sebagai bentuk kecil atau miniatur kehidupan demokrasi, pelajar mendapat kesempatan untuk mengembangkan konsep yang telah dimiliki sebelumnya. Aliran semacam ini disebut konstruktivisme dan salah satu model pembelajarannya adalah pembelajaran perubahan konseptual.     
Berbagai pengamatan dan hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran perubahan konseptual masih sangat jarang dilaksanakan karena masih ada guru yang menganggap bahwa ketika melakukan tugasnya didalam kelas, ia harus menyajikan materi (umumnya dalam bentuk ceramah ), karena tanpa ceramah guru merasa belum mengajar, sehingga yang terbentuk pada diri siswa adalah pengetahuaan koknitif arah rendah. Pencapaian tujuan jangka panjang yang dicanangkan seperti kemampuan berfikir kritis dan kreatif, bekerja sama, mandiri, berbudaya dan berketerampilan, inovatif dan kompetitif, hampir terabaikan.[1]
Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitiaan pembelajaran perubahan konseptual pada materi persamaan kuadrat di SMUN 1 Barona Jaya Aceh Besar sehingga dapat dijadiakn patokan dalam mencapai efektifitas belajar siswa pada khususnya dan pencapaian tujuan pada umumnya. Sehubungan  dengan hal tersebut, peneliti akan melakukan suatu penelitian dengan judul “Pembelajaran Perubahan Konseptual untuk Meningkatkan Pretasi Belajar Siswa pada Materi Persamaan Kuadrat di Kelas X SMUN 1 Barona Jaya Aceh Besar”  
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut “Bagaimanakah bentuk pembelajaran perubahan konseptual pada materi persamaan kuadrat di kelas X SMUN 1 Barona Jaya Aceh Besar”

C. Tujuan
Tujuan penelitian mengungkapakan sasaran yang ingin dicapai yang mengacu pada isi dan rumusan masalah. Oleh karena itu sesuai dengan permasalahan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk pembelajaran perubahan konseptual pada materi persamaan kuadrat di kelas X SMUN 1 Barona Jaya Aceh Besar

D. Definisi Operasional
Untuk memudahkan memahami maksut dari keseluruhan penelitian maka peneliti perlu memberikan definisi operasional beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini
1. Pembelajaran Perubahan Konseptual
Pembelajaran perubahan konseptual yang dimaksut dalam penelitian ini adalah suatu model pembelajaran yang disusun berdasarkan konsepsi siswa dan dapat diterapkan oleh pengajar untuk meluruskan konsepsi siswa yang kurang jelas atau berbeda sekali dengan konsep ilmiah dan sekaligus membangun konsep baru.

2. Persamaan Kuadrat
Persamaan kuadrat ialah suatu persamaan yang bentuk umumnya              ax² + bx + c = 0, dengan a,b,c € R dan a ≠ 0.

E. Metodelogi Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka untuk mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan perubahan konseptual pada materi persamaan kuadrat , data yang dibutuhkan adalah aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran merupakan suatu hal yang diamati secara langsung. Data berupa hasil tes awal dan tes akhir, hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran dan hasil wawancara serta catatan lapangan akan dipaparkan sesuai dengan kejadian yang terjadi dalam penelitian. Penelitian ini  menggunakan pendekatan kualitatif dan Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK).

1.Objek Penelitian
Yang menjadi objek dalam penelitian ini di dipilih secara random satu kelas dari seluruh kelas X yang ada di SMUN 1 Barona Jaya Aceh Besar.



2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data terhadap efektifitas model pembelajaran ini adalah dengan menggunakan soal tes, observasi dan pembagian angket dan wawancara.
  1. Tes
Tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui ketuntasan belajar dalam materi persamaan kuadrat mengunakan pembelajaran perubahan konseptual . Materi tes disesuaikan dengan pokok bahasan persamaan kuadrat dari buku matematika kelas X SMUN semester I. Tes ini dalam bentuk essay yang berjumlah 5 butir soal

  1. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan peninjauan langsung kelokasi penelitian untuk mendapatkan informasi tentang aktifitas siswa ketika belajar mengunakan pembelajaran perubahan konseptual pada materi persamaan kuadrat.

  1. Angket
Angket adalah daftar pertanyaan tertulis mengenai masalah tertentu dengan ruang untuk jawaban bagi setiap pertanyaan.
Dalam skripsi ini pembagiaan angket dilakukan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran perubahan konseptual  pada materi persamaan kuadrat.

  1. Wawancara
Wawancara dilakukan hanya kepada 4 orang siswa yang terpilih untuk di wawancarai yang dilakukan untuk menelusuri dan mengetahui pemahaman siswa pada materi persamaan kuadrat dengan menggunakan pembelajaran perubahan konseptual. Disamping itu wawancara dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran yang diikuti
3. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul terdiri dari hasil pekerjaan siswa yang berupa tes, wawancara, pengamatan dan catatan lapangan. Analisis data dilakukan setiap kali setelah pemberian suatu tindakan. Teknik analisa data yang digunakan adalah model alir yang dikemukakan oleh Miles & Huberman (1992:18) yang meliputi kegiatan (1) mereduksi data, (2) menyajikan data, dan (3) menarik kesimpulan serta verifikasi









DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, PT. Bina Aksara, Jakarta, 1985
Edusaintek (Jurnal Pendidikan Sains dan Teknologi) Vol.3, Agustus 2007
Tampomas, Husen, Persamaan Kuadrat dan Pertidaksamaan, PT Grasindo, Jakarta, 2003
Johar, Rahma, Dr, M.Pd, Strategi Belajar Mengajar, Unsyiah
Sudjana, Metode Stasistik, Bandung, 1992









[1] Edusaintek, (Jurnal Pendidikan, Sains dan Teknologi), hal.2.























 
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Rancangan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka untuk mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan teori APOS pada pokok bahasan fungsi, data yang dibutuhkan adalah aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran merupakan suatu hal yang diamati secara langsung. Data berupa hasil tes awal dan tes akhir, hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran dan hasil wawancara serta catatan lapangan akan dipaparkan sesuai dengan kejadian yang terjadi dalam penelitian dan analisi secara induktif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini pendekatan penelitian kualitatif karena memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan penelitian kualitataif, hal ini juga dikarenakan dalam pelasanaan penelitian ini menggunakan prinsip metodologi dan penelitian kualitatif (Bogdan & Biklen, 1982). Beberapa konsep dan prinsip metodologi yang dimaksud, diantaranya beberapa konsep tentang sumber data, pengumpulan data, keabsahan data, dan analisis data. Adapun penggunaan beberapa konsep dan prinsip yang dimaksud disesuaikan dengan keperluan penelitian.
Jenis penelitian ini adalah Jenis penelitian tindakan partisipan,  karena peneliti terlibat langsung mulai dari awal hingga akhir penelitian. Peneliti bertindak sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis data, dan penyusun laporan penelitian.
B. Kehadiran Peneliti
           Sesuai dengan pendekatan dan jenis penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka kehadiran peneliti di lapangan mutlak diperlukan. Peneliti
bertindak sebagai instrumen utama dan pemberi tindakan dalam penelitian.
            Sebagai pemberi tindakan dalam penelitian, peneliti bertindak sebagai guru yang membuat rancangan pembelajaran dan sekaligus menyampaikan bahan ajar selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Di samping itu, peneliti juga sebagai pengumpul dan penganalisis data, serta sebagai penyusun laporan  penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti juga bertindak langsung sebagai pewawancara kepada subjek wawancara yang dipilih secara acak empat siswa dari berbagai kemampuan dengan berpedoman pada hasil tes dan hasil audiensi dengan guru matematika SMA Negeri 3 Banda Aceh. Selanjutnya selama kegiatan pengamatan dan pengumpulan data peneliti dibantu oleh  seorang teman sejawat.
C. Lokasi Penelitian
            Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas XI  SMA Negeri 3 Banda Aceh, Lokasi ini dipilih sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan sebagai berikut.
1.       Siswa mengalami kesulitan tentang pokok bahasan fungsi di sekolah tersebut.
2.       Pembelajaran yang dilakukan cenderung bersifat konvensional, dalam artian guru dalam menyampaikan materi biasanya hanya melalui tahap-tahap mengajar konsep, memberi contoh dan menyelesaikan soal.
3.       Keterbukaan kepala sekolah dan guru kelas dalam merespon kehadiran peneliti serta keinginan baik untuk melakukan inovasi terhadap pembelajaran.
4.       Belum pernah dilaksanakan pembelajaran dengan pendekatan teori APOS pada pokok bahasan fungsi di SMA Negeri 3 Banda Aceh.
D. Data dan Sumber Data
            Sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka data yang dikumpulkan  dalam penelitian ini adalah
1.      jawaban siswa dalam mengerjakan hasil tes yang diberikan. Meliputi   tes awal
      dan tes pada akhir pembelajaran
2.      pernyataan verbal siswa yang diperoleh dari hasil wawancara tentang pemahaman terhadap meteri  dan perasaan siswa dalam mengikuti pembalajaran
3.      hasil pengamatan terhadap kegiatan siswa dan guru dalam proses pembelajaran, apakah siswa aktif  dan apakah guru dapat  memposisikan diri sebagai pembimbing dan fasilitator dalam  pembelajaran.
Sumber data dalam penelitian ini adalah guru (pemberi tindakan) dan  siswa kelas XI SMA Negeri 3 Banda Aceh, Untuk memperoleh pengamatan yang lebih terfokus maka dipilih 4 siswa yang dianggap mewakili dengan kualifikasi, 1 siswa berkemampuan tinggi, 2 siswa berkemampuan sedang dan 1 siswa berkemampuan rendah yang ditinjau dari kemampuan akademik secara keseluruhan anggota kelas melalui hasil tes awal dan konsultasi dengan guru matematika kelas XI.
E. Prosedur pengumpulan data
Prosedur pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1.     Tes.
Tes dilaksanakan untuk melihat pengetahuan yang telah dimiliki siswa dan
mengumpulkan informasi tentang pemahaman siswa terhadap pokok bahasan fungsi, tes yang dilakukan meliputi tes awal dan tes akhir. Tes awal dimaksudkan untuk mengetahui pemahaman materi prasyarat. Materi yang disajikan dalam tes awal adalah mengingat diagram panah, produk kartesius dan relasi, tes awal ini juga digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pembentukan kelompok dan menentukan subjek wawancara. Tes akhir dilakukan pada setiap akhir tindakan, selanjutnya tes akhir tindakan dimaksudkan untuk mengukur pemahaman yang diperoleh siswa setelah pemberian tindakan, adapun keriteria dan butir soal pemahaman siswa tentang fungsi disusun berdasarkan kerangka teori APOS, dengan maksud untuk melihat tingkat pemahaman siswa terhadap materi dan kepentingan analisis, serta merumuskan refleksi pada tindakan selanjutnya. Tes tertulis yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk uraian. Adapun kriteria dan butir soal pemahaman siswa tentang konsep fungsi berdasarkan kerangka teori APOS dapat dilihat dalam Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Kerangka teori APOS
Materi
Kerangka
Teori APOS
Kreteria
No Soal
Fungsi
Aksi
Siswa dapat :
·     Menentukan fungsi dari beberapa relasi dengan mentrasformasikasikan  pasangan berurut kebentuk diagram panah atau dengan memperhatikan relasi pasangan berurut
·     Menghitung nilai-nilai yang diperoleh dari persamaan rumus fungsi pada f(x) untuk xR.

1.a




2.a
Proses
Siswa dapat menjelaskan :
·     Cara menentukan fungsi dari beberapa relasi dengan mentransformasikasikan  pasangan berurut kebentuk diagram panah atau dengan memperhatikan relasi pasangan berurut
·     Cara menghitung nilai-nilai yang diperoleh dari persamaan rumus fungsi pada f(x) untuk xR.
·     Cara menggambarkan grafik fungsi dengan membayangkan nilai-nilai yang terdapat pada Df sebagai titik di sumbu-X dan nilai-nilai f(x) sebagai titik-titik di sumbu-Y

1.b




2,3,4


2.b


Objek
Siswa dapat:
·     Menyatakan pengertian fungsi.
·     Menyatakan contoh fungsi.
·     Menyatakan suatu persamaan dengan rumus f(x) apakah merupakan fungsi atau bukan.

1.c
1.d
2.c

Skema
Siswa dapat:
·     Menghubungkan aksi, proses, dan objek fungsi dengan  objek matematika lainnya yaitu dari fungsi persamaan kuadrat.
·     Menentukan domain dari  suatu fungsi, dengan (dengan mengorganisir aksi, proses dan objek fungsi tersebut)

3


4


2.     Wawancara.
Wawancara dilakukan untuk memperoleh secara mendalam tentang tingkat pemahaman siswa (subjek wawancara) pada materi fungsi. Selain itu wawancara juga dilakukan untuk mengetahui respon siswa (subjek wawancara) terhadap pembelajaran yang telah diikuti. Wawancara ini dilakukan pada setiap akhir pembelajaran dan didasarkan pada format wawancara yang disediakan peneliti dan untuk menghindari agar tidak ada data yang terlewatkan, dalam hal ini digunakan tape recorder.
3.     Pengamatan.
Pengamatan dilakukan untuk mengamati kegiatan di kelas selama kegiatan pembelajaran. Kegiatan yang diamati meliputi aktivitas peneliti sebagai pengajar dan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Pengamatan dimaksudkan untuk mengetahui adanya kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tindakan serta untuk menjaring data aktivitas siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar. Pengamatan dilakukan oleh peneliti, guru matematika
dan teman sejawat dengan menggunakan lembar pengamatan.
4.     Catatan Lapangan.
     Catatan lapangan dilakukan untuk melengkapi data yang tidak terekam dalam lembar pengamatan dan wawancara, hasil pencatatan lapangan ini digunakan untuk melengkapi data.
F. Teknik Analisis Data
            Data yang terkumpul terdiri dari hasil pekerjaan siswa yang berupa tes, wawancara, pengamatan dan catatan lapangan. Analisis data dilakukan setiap kali setelah pemberian suatu tindakan. Teknik analisa data yang digunakan adalah model alir yang dikemukakan oleh Miles & Huberman (1992:18) yang meliputi kegiatan (1) mereduksi data, (2) menyajikan data, dan (3) menarik kesimpulan serta verifikasi

1.      Mereduksi data
      Mereduksi data dilakukan dengan pemilihan, memfokuskan, menyederhanakan, mengabsraksikan dan mentransformasikan data yang relevan terhadap pembelajaran materi fungsi dengan langkah pembelajaran aksi, proses, objek dan skema (APOS). Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi yang jelas sehingga peneliti dapat menarik kesimpulan.
2.   Penyajian data
      Penyajian data dilakukan dengan mengorganisasikan data hasil reduksi dalam
      bentuk naratif sehingga memungkinkan penarikan kesimpulan dan keputusan
      pengambilan tindakan. Data tersebut ditafsirkan dan dievaluasi untuk dapat
      merencanakan tindakan lebih lanjut. Hasil penafsiran dan evaluasi dapat
berupa (1) perbedaan antara rancangan penelitian dan pelaksanaan tindakan.(2) perlunya perubahan tindakan. (3) alternatif tindakan yang dianggap tepat. (4) persepsi peneliti, guru, dan teman sejawat mengenai tindakan yang telah dilaksanakan. (5) kendala‑kendala yang muncul dan alternatif pemecahannya.
3.  Penarikan kesimpulan dan verifikasi data
     Penarikan kesimpulan adalah memberikan kesimpulan terhadap hasil penafsiran dan evaluasi. Penarikan kesimpulan diikuti dengan pengecekan  keabsahan hasil analisis atau tafsiran data dengan melakukan diskusi dengan teman sejawat sebagai mitra peneliti, meninjau ulang catatan lapangan dan  memikirkan kembali bagian-bagian tulisan yang penting. Dan dalam Penarikan kesimpulan juga meliputi pencarian makna data serta memberi penjelasan. Sedangkan verifikasi merupakan validasi dari data yang disimpulkan (Miles & Huberman, 1992:19). Kegiatan yang dilakukan adalah menguji kebenaran, kekokohan, dan kecocokan makna‑makna yang muncul dari data.
G. Pengecekan Keabsahan Data
            Keabsahan data dalam penelitian ini difokuskan pada pemahaman siswa
terhadap konsep fungsi. Untuk menjamin keabsahan data digunakan teknik kriteria derajat kepercayaan (Moleong, 2001:176). Derajat kepercayaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3 cara dari 7 cara yang dikembangkan oleh Moleong (2001:177-180), yaitu : (1) ketekunan pengamatan, (2) triangulasi, dan (3) pemeriksaan sejawat.
            Ketekunan pengamat dilakukan dengan cara peneliti mengadakan pengamatan secara teliti, rinci, dan terus menerus selama kegiatan pembelajaran. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Dalam penelitian ini triangulasi yang diperlukan adalah triangulasi sumber. Triangulasi sumber digunakan untuk memeriksa keabsahan data dengan membandingkan data yang diperoleh dengan sesuatu di luar data tersebut dengan cara : (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data pengamatan sejawat, (2) membandingkan data hasil wawancara dengan konfirmasi guru mata pelajaran dan wali kelas, dan (3) membandingkan data hasil tes akhir tindakan dengan data hasil tes awal sebagai pengetahun prasyarat dan meminta konfirmasi dari guru matematika sebagai sumber lain tentang kemampuan akademik yang dimiliki oleh subyek penelitian.
H. Tahap-Tahap Penelitian 
            Seperti yang telah dikemukakan diatas bahwa penelitian ini merupakan penelitian tindakan. Maka tahap-tahap yang dilaksanakan dalam penelitian ini meliputi:
1.      Tahap Perencanaan 
Berdasarkan masalah yang terjadi di lapangan yang telah diuraikan dalam latar belakang penelitian ini, peneliti melakukan kajian teori sebagai pertimbangan memilih alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman siswa pada pokok bahasan fungsi di kelas  XI  SMA Negeri 3 Banda Aceh dengan pendekatan teori APOS, peneliti menyusun rencana kegiatan sebagai berikut.
a.       Menyusun rencana pembelajaran untuk tindakan pembelajaran.
b.      Menyiapkan lembar kerja siswa.
c.       Menyiapkan instrumen pengumpulan data.
d.      Menentukan kriteria keberhasilan untuk setiap tindakan.
e.       Mengkoordinasikan program kerja pelaksanaan tindakan dengan guru matematika di kelas  XI  SMA Negeri 3 Banda Aceh.
2.      Tahap Pelaksanaan Tindakan
            Pelaksanaan tindakan yang dimaksud adalah melaksanakan pembelajaran pokok bahasan fungsi dengan pendekatan teori APOS. Dalam pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang telah susun pada tahap perencanaan.
3.      Tahap Observasi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mendokumentasikan segala
sesuatu yang berkaitan dengan pemberian tindakan. Observasi dilakukan oleh teman sejawat dan seorang guru matematika yang meliputi aktivitas peneliti sebagai pengajar dan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan sebelumnya. Pengamatan juga dimaksudkan untuk mengetahui adanya kesesuaian antara perencanaan dan pelaksana tindakan serta untuk menjaring data aktivitas siswa dalam pembelajaran. Selain lembar observasi, disediakan catatan lapangan untuk melengkapi data hasil observasi. Untuk menindaklanjuti hasil observasi dan hasil tes akhir tindakan dilakukan wawancara terhadap subjek penelitian.
4.      Tahap Refleksi
Refleksi dilakukan untuk melihat keseluruhan proses pelaksanaan tindakan dan hasil pemahaman siswa. Refleksi merupakan kegiatan menganalisis, memahami, dan membuat kesimpulan berdasarkan hasil tes, pengamatan, dan wawancara. Jika telah tercapai maka siklus berhenti, tetapi bila belum berhasil maka peneliti melakukan pengulangan siklus dengan perbaikan-perbaikan yang dianggap perlu.
Dua indikator yang digunakan dalam menentukan sukses tidaknya siklus tindakan pada penelitian ini yaitu indikator  kesuksesan dari proses pembelajaran dan hasil belajar siswa melalui tes akhir yang dilakukan pada setiap akhir siklus. Indikator pertama, proses pembelajaran dikatakan berhasil dilihat dari hasil pengamatan tentang berhasilnya guru dalam melakukan proses pembelajaran dengan baik sesuai dengan perencanaan pembelajaran, guru aktif sebagai pembimbing dan fasilitator dan juga guru tidak mengalami masalah yang serius pada saat melaksanakan kegiatan proses pembelajaran baik dalam hal penyampaian materi, penguasaan kelas dan membimbing siswa belajar.
Indikator kedua untuk melihat berhasil tidaknya siklus tindakan pada penelitian adalah dari keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan hasil belajar siswa, tindakan pada setiap siklus dinilai berhasil bila setelah berlangsungnya kegiatan pembelajaran, siswa telah memperoleh rata-rata skor tes akhir  75 % dari skor maksimal dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari siswa aktif  dalam diskusi, menayakan hal-hal yang tidak diketahui siswa dan mengerjakan tugas yang diberikan dengan baik, keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan diamati oleh observer.













Siklus penelitian tindakan yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (dalam Hopkins, 1985:34).
 
















Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan











1Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Medan, Jl Pancing Pasar V Medan, Sumatera Utara

ABSTRACT
The objective this Research are to design, to describe and to evaluate the conceptual change learning models on limit topic base on constructivism. The sample of research comes from 40 student of mathematic department. Result of research found that the conceptual change learning model can be doing by cooperative learning strategy (CLS) with five members each groups. The result show that this method better then conventional method. This Matter shown that the used in determining effectiveness of study not reaching., although that is reaching complete individually 65 % or more, and is complete of  tired clasical 85 % or more. While is complete of  yielded clasical at  this research is  82,5 %.

Key word: learning; model; chang; concept; constructivisme.


 
Pendahuluan
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan disetiap jenjang pendidikan, mem-punyai peran yang dominan dalam mencerdaskan pe-serta didik dengan jalan mengembangkan kemampuan berpikir logis, sistematis, kritis dan konsisten. Bell (dalam Hamdani, 2000) mengatakan bahwa matemati-ka dapat digunakan untuk menyusun pemikiran yang jelas, teliti, tepat dan taat asas (konsisten). Kalkulus merupakan bagian dari matematika yang harus dipelajari dan dikuasi oleh mahasiswa Jurusan mate-matika FMIPA Unimed Medan. Topik dalam kalkulus merupakan topik-topik dasar matematika yang terdiri dari bilangan, fungsi, limit fungsi, derivative dan integral. Melihat kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa hasil perolehan nilai mahasiswa secara keseluruhan pada matakuliah kalkulus di jurusan matematika FMIPA Unimed adalah sangat rendah, dengan persentase kelulusan berkisar 46,54%, maka hal ini menunjukkan adanya suatu masalah yang harus segera diselesaikan dalam pembelajaran mata kuliah tersebut.
Upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran di lingkungan FMIPA Unimed selalu dan telah lama di-lakukan seperti peningkatan sarana pembelajaran, pem-bentukan kelempok matakuliah, dan sebagainya, na-mun keluhan tentang kesulitan belajar matematika khu-susnya kalkulus masih saja dijumpai. Kesulitan belajar yang timbul bukan semata karena materi yang sulit, tetapi dapat juga disebabkan oleh cara pengajar dalam menyampaikan maetri yang sulit diterima mahasiswa atau terjadi miskonsep antara konsep awal dengan konsep ilmiah.
Suatu pengalaman mengajar dilapangan selama tiga tahun belakangan ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kalkulus pada Jurusan Matematika FMIPA Unimed, mahasiswa tidak bisa menganalisis dan menjawab pertanyaan, sedemikian sehingga maha-siswa mengalami miskonsepsi. Kenyataan lain yang mungkin sebagai penyebab rendahnya pemahaman ter-hadap matematika adalah persepsi mahasiswa yang ku-rang tepat terhadap matematika. Seperti yang dikemu-kakan oleh Dossey dalam Journal for Research in Mathematics Education, bahwa mahasiswa meman-dang matematika sebagai ilmu yang statis, hanya untuk  dicontoh saja. Hal ini akan turut mewarnai cara belajar maupun cara berpikir dalam bermatematika.
Untuk mengatasi hal tersebut di atas agar tidak menimbulkan kesalahan yang lebih patal atau menjaga agar tidak terjadi phobia matematika dikemudian hari, diperlukan strategi khusus terutama untuk jenis mis-konsepsi yang sulit disembuhkan. Oleh karena itu perlu dirancang kegiatan mengajar yang dapat mem-bangkitkan perubahan konseptual mahasiswa  dengan mendorong untuk berinisiatif sendiri serta terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga pada akhirnya mahasiswa dapat membentuk atau membangun sendiri pengetahuannya. Sebagaimana disarankan oleh Dewey (1996) bahwa keseluruhan kehidupan dalam pem-belajaran seyogiyanya diorganisasikan sebagai bentuk kecil atau miniatur kehidupan demokrasi, pebelajar mendapat kesempatan untuk mengembangkan konsep yang telah dimilikinya sebelumnya. Aliran semacam ini disebut konstruktivisme dan salah satu model pembelajarannya adalah pembelajaran perubahan kon-septual model Cooperative Learning Strategies (CLS). Dalam hal ini maka perlu dilakukan penelitian mengenai model pembelajaran perubahan konseptual model CLS berdasarkan konstruktivisme.
Tradisi konstruktivis menurut Wheatley (1991 :10) mengandung prinsip utama bahwa pengetahuan tidak diterima secara pasif, melainkan dibangun secara aktif oleh individu yang belajar. Gagasan atau pemi-kiran tidak dapat dikomunikasikan maknanya melalui kata-kata atau kalimat, atau diberikan langsung kepada seseorang, melainkan individu itu sendiri yang mem-bentuk makna tersebut. Soedjadi (1995:42) mengatakan bahwa dengan menggunakan pendekatan konstruk-tivisme kemungkinan banyak miskonsepsi siswa yang dapat ditiadakan atau dihilangkan. Berg (1991:12) menyatakan bahwa menurut konstruktivisme materi atau pelajaran baru; 1) harus bersambung dengan kon-sepsi siswa yang sudah ada, atau 2) membongkar konsepsi lama dengan membangun kembali konsep ter-sebut. Selanjutnya Berg mengatakan bahwa setiap pe-ngajar harus menyadari dulu prakonsepsi dan pengalaman yang sudah ada pada siswa, dan kemudian guru harus menyesuaikan pelajaran dan cara mengajarnya dengan “pra” pengetahuan tersebut.
Merujuk dari pandangan di atas, maka dalam proses pembelajaran guru tidak lagi menempatkan siswa sebagai individu yang pasif dan siap menerima sesuatu pengetahuan baru kapan saja, tanpa memahami apa yang telah dimilikinya sebagai bekal untuk berinteraksi dengan pengetahuan baru tersebut. Untuk mengkonstruk pengetahuan pelajar, pengajar harus mengidentifikasi, menguji dan menafsirkan makna dan pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki dan kemudian menyesuaikannya dengan situasi atau masalah yang dihadapinya. Dari pandangan di atas tampak bahwa tradisi konstruktivism tidak hanya sebagai aktivitas individu tetapi sebagai interaksi antara satu dengan yang lain.
Ada bebeapa model pembelajaran yang bertolak dari pandangan konstruktivisme tentang pembentukan pengetahuan, salah satu diantaranya adalah model pembelajaran perubahan konseptual (conceptual change). Davidson (dalam Hudojo, 2001:7) menje-laskan bahwa pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme menekankan pada proses perubahan konseptual pelajar. Dalam hal ini konsepsi-konsepsi yang dimiliki pelajar sebelum mengikuti pelajaran harus digali terlebih dahulu.
Konsep adalah pengertian umum sedangkan konsepsi adalah pendapat seseorang tentang konsep. Dalam hal ini konsepsi yang telah dimiliki siswa sebelum mengikuti pelajaran secara formal disebut “konsepsi awal”. Pada umumnya konsepsi ini tidak sesuai dengan konsepsi ilmuan (Driver and Oldam, dalam Sutrisno, 1994:1).
Ada bebeapa istilah untuk mengungkapkan konsepsi awal siswa, antara lain:
a)                                Children Science yang diungkapkan oleh Osborne (1980:1), untuk menggambarkan pengetahuan para siswa tentang dunia dan arti dari istilah-istilah yang mereka gunakan. Para siswa mengembangkannya untuk lebih memahami sesuatu yang ada di lingkungannya.
b)                                Alternative Pre-Conception yang diungkapkan oleh Clernent (1982:66), yang dikembangkan dengan alasan bahwa konsepsi alternatif dimiliki para siswa sebelum mengikuti kegiatan belajar secara formal.
c)                                Alternative Framework yang diungkapkan oleh Driver (1986:443), untuk mengasumsikan bahwa para siswa memiliki kerangka berpikir yang berlainan dengan kerangka berpikir ilmuan.
d)                                Common Mis-conception yang diungkapkan oleh MC. Dermott (dalam Sutrisno, 1997:2), untuk menyatakan pandangan (konsepsi) para siswa yang tidak sesuai dengan pandangan para ilmuan. Dalam hal ini konsepsi awal siswa dianggap sebagai konsepsi yang keliru.
e)                                Prior Knowledge  yang diungkapkan oleh Bell (dalam Sutrisno, 1997:4), diartikan sebagai pengetahuan yang dimiliki para siswa sebelum mengikuti kegiatan pembelajaran.
Dari pengertian konsepsi awal di atas, maka disimpulkan bahwa konsepsi awal mahasiswa adalah pengetahuan awal mahasiswa tentang suatu konsep yang sudah diperoleh dan dimiliki mahasiswa sebelum mengikuti perkuliahan. Sedangkan konsepsi mahasiswa adalah pemahaman atau pengertian, pendapat, atau kerangka berpikir mahasiswa tentang suatu konsep yang diperoleh dan dimiliki mahasiswa sesudah mengikuti perkuliahan.
Terkait dengan konsepsi awal (prakonsepsi)  dan miskonsepsi sering juga dipandang sebagai padanan satu sama lain, meskipun tidak bisa dianggap tepat sama maknanya. Dalam hal ini yang dimaksud dengan prakonsepsi adalah konsep awal yang dimiliki oleh seseorang tentang sesuatu objek. Konsep awal ini dapat diperoleh seseorang dari pendidikan formal dan dari pendidikan secara tidak formal.
Konsep awal tentang sesuatu objek yang dimiliki oleh seseorang, tidak mustahil apabila berbeda dengan konsep yang diajarkan di sekolah tentang objek yang sama. Juga bukan suatu yang mengherankan kalau konsep yang diterima siswa di sekolah tidak tepat sama dengan konsep yang diajarkan di perguruan tinggi. Dalam semacam inilah kemudian “prakonsepsi” itu dapat menjadi suatu miskonsepsi. Soedjadi (1999 :44) mengatakan bahwa dalam pembelajaran matema-tika, miskonsepsi dapat dijumpai dalam beberapa sumber antara lain; makna kata, aspek praktis, sim-plifikasi, ketunggalan struktur matematika, dan gam-bar. Dan tentu masih mungkin terdapat sumber lain sebagai penyebab terjadinya miskonsepsi. Berg (1991 :10) mengemukakan bahwa apabila guru mengajar tanpa memperhatikan miskonsepsi yang sudah ada da-lam proses berpikir siswa sebelum pelajaran dilaksa-nakan, guru tidak akan berhasil menanamkan konsep yang benar. Oleh karena itu, dibagian lain Berg mengatakan bahwa kunci untuk memperbaiki mis-konsepsi siswa dan konsepsi siswa yang sudah hampir benar adalah interaksi dengan siswa melalui latihan, pertanyaan dan soal. Tanpa interaksi dengan siswa, guru tidak dapat mengetahui miskonsepsi siswa, kon-sepsi siswa yang hampir benar dan tidak dapat memperbaikinya. Berg (1991:10) mengatakan bahwa miskonsepsi adalah konsepsi siswa yang bertentangan dengan konsep para ilmuan. Sedangkan Soemasdi (2000:6) mengatakan bahwa konsep awal siswa yang tidak sesuai dalam struktur deduktif aksiomatik mate-matika. Berdasarkan pendapat di atas, maka yang dimaksud miskonsepsi mahasiswa adalah pemahaman atau pengertian mahasiswa tentang konsep yang sudah dipelajari yang tidak sesuai dengan pengertian konsep ilmuwan.
Strike dan Porner (dalam Sutrisno, 1994:2) mengatakan bahwa belajar merupakan pemahaman suatu ide baru, menilai kebenaran ide dan konsistennya dengan ide yang lain. Anggapan dasarnya adalah bahwa konsepsi yang dibawa oleh pelajar berpengaruh pada kemampuan untuk belajar dan berpengaruh pada ide yang akan dipelajari. Lonning (1993:1090) menga-takan bahwa “belajar perubahan konseptual digam-barkan sebagai assimilasi, yaitu perubahan konsep-konsep baru pada pengetahuan yang telah ada dan sebagai akomodasi yaitu penyususnan ulang dan peng-gantian ide baru dengan konsep yang lebih tepat”. Soedjadi (1995:45) mengatakan bahwa model peru-bahan konseptual kemungkinan lebih sesuai digunakan untuk meluruskan suatu miskonsepsi. Hal ini disebab-kan suatu model pembelajaran yang dimulai dengan menggali terlebih dahulu konsepsi-konsepsi pelajar sebelum mengikuti pembelajaran di kelas dan menuntut pelajar untuk menyempurnakan pengetahuan yang sudah dimilikisertamerubah, menyusun ulang atau mengganti pengetahuan yang sudah dimiliki tetapi ssalah dengan pengetahuan baru yang benar. Jadi model pembelajaran perubahan konseptual yang dimaksud dalam tulisan ini adalah suatu model peng-ajaran yang disusun berdasarkan konsepsi mahasiswa dan dapat diterapkan oleh pengajar untuk meluruskan konsepsi mahasiswa yang kurang jelas atau berbeda sekali dengan konsep ilmiah dan sekaligus membangun konsepsi baru. Melalui perubahan konseptual dalam ke-giatan pembelajaran, para pelajar (mahasiswa) diharap-kan aktif membentuk pengetahuannya sendiri dengan cara memodifikasi konsepsi yang telah dimilikinya.
Model pembelajaran yang digunakan sebagai alternatif dalam penelitian ini adalah metode diskusi (diskusi kelompok). Hal ini sesuai dengan Davidson (dalam Hudojo, 2001:7) yang mengatakan bahwa be-lajar kooperatif yang dilakukan dalam belajar kelom-pok akan dapat memperlancar komunikasi matematika secara efektif baik pemahaman konsep, problem solving maupun alasan-alasan logik.
Lonning (1993:1087) mengemukakan Coope-rative Learning Strategy (CLS) digunakan untuk membangkitkan perubahan konseptual siswa di kelas pada mata pelajaran sain,menggunakan empat langkah dalam pembelajaran, yaitu:
1)                                                      Orientasi (Orientation), yaitu pengenalantopik yang akan dipelajari.
2)                                                      Pemunculan ide (elicitation of ide), siswa diberi kesempatan untuk menyetakan secara eksplisit ide mereka kepada teman, guru, dan yang terpenting pada diri mereka sendiri.
3)                                                      Penyusunan ulang, perubahan dan perluasan ide (restructuring, modification and extension), meli-puti aktivitas yang memberi kesempatan kepada siswa untuk saling bertukar pikiran dengan teman sebaya dan membentuk serta menlai ide yang baru diperoleh pada saat bertukar pikiran tersebut.
4)                                                      Aplikasi (application), memberi kesempatan kepa-da siswa untuk menerapkan konsep baru yang telah dibentuk ke dalam konteks yang sudah dikenal.
Dari kutipan di atas, maka yang dimaksud langkah-langkah untuk membangkitkan perubahan konseptual dalam hal ini adalah;
1)                              Orientasi, yaitu pengajar membuka pelajaran dengan memberikan uraian singkat tentang materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran.
2)                              Pemunculan ide, yaitu mahsiswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok kecil. Pengajar berusa-ha memunculkan ide mahasiswa dengan berdasa-rkan masalah yang diungkapkan dalam Lembar Kerja mahasiswa (LKM). Mahasiswa diminta untuk menyatakan secara eksplisit idenya kepada teman dalam kelompok dan pengajar (dosen).
3)                              Penyusunan ulang ide, yaitu mahasiswa menyusun kembali ide yang telah diperoleh pada langkah 2), yaitu meliputi;
-                                              pertukaran ide, yaitu mahasiswa mendiskusi-kan jawaban pada langkah pemunculan ide dalam kelompoknya. Hasil diskusi yang telah ditulis pada LKM, dijelaskan oleh salah seorang dari kelompoknya, untuk setiap kelom-pok. Dengan lengkah ini diharapkan mahasis-wa mengungkapkan kembali idenya dan saling bertukar pikiran.
-                                              Pembukaan situasi konflik, yaitu dosen memin-ta kepada mahsiswa untuk mendiskusikan jawaban yang telah ditulis pada LKM. Hal ini dimaksudkan agar jawaban mereka sesuai dengan konsep ilmiah  tentang materi yang sedang dipelajari.
-                                              Pembentukan dan penilaian ide baru, yaitu ma-hasiswa membangun sendiri ide atau pengeta-huan baru berdasarkan konsepsi mereka. Pada kegiatan ini dosen dapat memberikan bim-bingan seperlunya. Dari kegiatan ini diha-rapkan mahsiswa dapat menilai sendiri idenya.
4)                              Penerapan ide baru (aplikasi), yaitu mahasiswa mendiskusikan kembali jawaban pada tahap pe-munculan ide. Selain itu mahsaiswa diminta untuk menjawab tugas-tugas lainnya yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. Hal ini dimak-sudkan untuk mencoba konsep-konsep ilmuwan yang telah dikembangkan dan diperoleh mahasiswa dalam situasi baru.
5)                              Pengkajian ulang perubahan ide, yaitu dosen memberikanumpan balik untuk memperkuat konsep ilmuwan yang dimiliki mahasiswa.
Secara skematis langkah-langkah pembelajaran matematika dengan pendekatan perubahan konsep awal mahasiswa dapat dilihat pada Gb.1.
 





















Adapun kelebihan model pembelajaran perubahan konseptual dengan CLS berdasarkan Konstruktivisme adalah antara lain; memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengungkapkan pendapat, ide, pendapat atau pikiran dan pengertian atau pemahamannya tentang suatu konsep; memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengkaji kembali konsep yang sudah dimilikinya; menciptakan suasana kelas yang partisipatif; memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk menemukan sendiri pengetahuan yang diajarkan berdasarkan konsep yang telah dimilikinya; dapat meningkatkan kreativitas dosen dalam pembelajaran, karena selalu dituntut untuk mencari alternatif dalam memperbaiki konsepsi mahasiswa yang belum sesuai dengan konsep ilmuwan; mahasiswa dapat mengkonstruk sendiri pengetahuan atau konsep yang sedang dipelajarinya; dan mahsiswa dapat berbagi ide dengan teman sebaya di dalam kelompoknya atau kelas.

Metode
Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah mahasiswa jurusan matematika FMIPA Unimed Medan. Sedangkan sampel penelitian adalah diambil satu kelas secara random kelas yang sedang mempelajari matakuliah kalkulus. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah merupakan skor hasil tes bentuk uraian berupa tes awal dan tes akhir.
Untuk menganalisis data skor hasil tes tentang pemahaman mahasiswa digunakan stasistik deskriptif yaitu untuk menentukan ketuntasan belajar mahasiswa dan dikatakan belajar mahasiswa tuntas apabila nilainya mencapai 65 atau lebih.
Untuk melihat apakah proses pembelajaran dengan model pembelajaran yang diterapkan, efektif,  maka digunakan analisis inferensial. (Dikatakan efektif apabila mencapai ketuntasan belajar dan tuntas secara klasikal yaitu 85% mahasiswa memperoleh nilai 65 atau lebih). (Petunjuk Kurikulum 1994).
Untuk menafsirkan sikap mahasiswa terhadap penerapan model pembelajaran digunakan statistik inferensial. 
Pada pelaksanaan pertemuan selanjutnya adalah berupa pelaksanaan pembelajaran dengan topik limit yang dilakukan oleh salah seorang dosen pada jurusan pendidikan matematika FMIPA UNIMED dengan mo-del pembelajaran perubahan konseptual dengan CLS berdasarkan konstruktivisme. Tahap dan hasil pelak-sanaan pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut.
Pertermuan ke 1
Tahap 1. Orientasi. Dosen mengelompokkan mahasis-wa atas 8 kelompok yang terdiri dari 5 orang anggota kelompok. Kemudian memberikan uraian singkat tentang meteri limit dan tujuan pembelajarannya.
Tahap 2. Pemuunculan ide. Dosen memberikan masa-lah pengerjaan matematika berikut.



\ 2 = 8  ( Jelas ini salah).
 Mengapa?
 



 Þ 2 = 0 . ¥

 Þ 8 = 0 . ¥       

Kemudian meminta ide mahasiswa tentang masalah tersebut secara berdiskusi. Salah satu kelompok (ke-lompok 2) mengatakan bahwa seharusnya . Dengan jawaban ini dosen meminta mahasiswa untuk mendiskusikan dalam kelompok masing-masing.
Tahap 3. Penyusunan ulang ide. Pada tahap ini mahasiswa menyatukan pendapat terhadap jawaban pertanyaan. Lalu kelompok 5 mengatakan, kalau   dan  juga, dengan demikian ?
Tahap 4. Penerapan ide baru. Sedemikian sehingga dengan bimbingan dosen, seorang mahasiswa mengatakan bahwa  tidak didefinisikan.
Tahap 5. Pengkajian ulang perubahan ide. Pada tahap ini dosen memperkuat dengan meminta 3 orang mahasiswa maju kedepan untuk membagikan 6 buah ball-point kepada 2 orang temannya, kemudian 6 ball-point dibagikan kepada satu orang, dan akhirnya dosen menyuruh seorang mahasiswa untuk membagikan ball-point tersebut kepada tidak ada orang. Sehingga mahasiswa menemukan konsep ilmuan tentang pembagi dengan bilangan 0 adalah tidak didefinisikan. Dan selanjutnya dosen meminta mahasiswa mengerjakan soal latihan nomor 4.
Pertermuan ke 2
Tahap 1. Orientasi. Dosen memberikan uraian singkat tentang meteri limit yaitu bilangan berbentuk 0/0 dan tujuan pembelajarannya.
Tahap 2. Pemuunculan ide. Dosen memberikan masa-lah pengerjaan matematika berikut. Perhatikan langkah pembuktian 1+1=1 berikut:
Misalkan : x = 1  dan y = 1, maka;
1)  x = y        (ruas kiri dan kanan sama-sama dikalikan dengan x),
2)  x2 = xy     (ruas kiri dan kanan sama-sama dikurangkan dengan y2),
3)  x2 – y2 = xy – y2   (ruas kiri dan kanan sama-sama difaktorkan),
4)  (x-y)(x+y) = y(x-y)           (ruas kiri dan kanan dibagi dengan (x-y),
5)  x + y = y,
6)  1 + 1 = 1. (Jelas ini salah, mengapa? ).  Kemudian dosen meminta ide mahasiswa tentang masalah tersebut secara berdiskusi.
Tahap 3. Penyusunan ulang ide. Pada tahap ini mahasiswa menyatukan pendapat terhadap jawaban pertanyaan. Lalu kelompok 1 mengatakan, kalau pemisalan itu dirubah menjadi x = 2 dan  y = 2, maka hasilnya menjadi 2 + 2 = 2.
Tahap 4. Penerapan ide baru. Sedemikian sehingga dengan bimbingan dosen, seorang mahasiswa mengatakan bahwa  juga tidak didefinisikan.
Tahap 5. Pengkajian ulang perubahan ide. Pada tahap ini dosen memperkuat dengan meminta 3 orang ma-hasiswa maju kedepan untuk membagikan 6 buah ball-point kepada 2 orang temannya, kemudian 6 ball-point dibagikan kepada satu orang, dan akhirnya dosen menyuruh seorang mahasiswa untuk memba-gikan ball-point tersebut kepada tidak ada orang. Sehingga mahasiswa menemukan konsep ilmiah tentang pembagi dengan bilangan 0 adalah tidak didefinisikan. Sehingga mereka mengetahui bahwa langkah yang salah pada pembuktian tersebut adalah langkah ke 4. Dan selanjutnya dosen meminta mahasiswa mengerjakan soal latihan nomor  5.

Pertermuan ke 3
Tahap 1. Orientasi. Dosen memberikan uraian singkat tentang meteri pembuktian limit melalui grafik dan intuisi dan  tujuan pembelajarannya.
Tahap 2. Pemuunculan ide. Dosen memberikan ke-sempatan kepada mahasiswa untuk meletakkan suatu bilangan riel yang berada disekitar c pada gambar di LKM. Mahasiswa dengan tepat memasukkan suatu bilangan dan memasangkannya pada nilai fungsi x. Kemudian dosen meminta ide mahasiswa tentang definisi persis tentang . Mahasiswa memahami secara berdiskusi, dan seorang mahasis-wa bertanya ‘apakah d = 0? Lalu dosen melem-parkan pertanyaan itu kembali kepada mahasiswa, dan salah seorang mahasiswa menanggapi, ‘kalau d=0 maka tentu x = c, jadi tidak lagi merupakan masalah limit’. Dan akhirnya mereka dengan tepat menerima jawaban tersebut. Kemudian dosen memberikan contoh pembuktian  , dan mahasiswa diminta langsung menanggapinya. Salah seorang mahasiswa bertanya, ‘jadi x®4 langsung diganti dengan x = 4? Dan dosen memberikan bimbingan dan menjelaskan bahwa x®4 berarti harga x tersebut boleh kita dekati sebelah kiri, misalnya 3,999999, dan boleh juga didekati sebelah kanan misalnya 4,00000001, yang jelas bilangan yang kita pilih adalah bilangan yang sangat dekat kepada bilangan 4.
Tahap 3. Penyusunan ulang ide. Pada tahap ini mahasiswa memahami contoh yang diberikan dosen pada LKM. Dan kemudian dosen memberikan masalah kepada mahasiswa yaitu untuk membuktikan soal nomor 1 pada LKM.
Tahap 4. Penerapan ide baru. Pada tahap ini mahasiswa mengerjakan soal yang diberikan dosen secara berdiskusi. Setelah dosen melihat jawaban dari masalah tersebut, lalu meminta kelompok tertentu untuk menuliskan jawaban yang mereka temukan di white-board. Dan kelas tidak menemukan masalah dalam menjawab soal tersebut. Akhirnya dosen memberikan masalah selanjutnya untuk dikerjakan di rumah sebagai latihan. Dan menyampaikan kepada mahasiswa bahwa pertemuan berikutnya akan diadakan ujian formatif.
Hasil pengamatan oleh peneliti pada pembelajaran topik limit di kelas penelitian yang dilakukan dengan pendekatan CLS adalah sebagai berikut.

Kelas Experimen
Tes Awal
Tes Akhir
Rata- rata
6,825
57,9
STADEV
3,4780
17,1819
Kelas Kontrol
Tes Awal
Tes Akhir
Rata- rata
6,625
22,275
STADEV
3,7257
16,307



 

NO
ASPEK YANG DINILAI
PENILAIAN
1
2
3
4
1
Mengelompokkan


ÖÖ

2
Orientasi /penjelasan teori tentang materi dan tujuan pembelajaran


ÖÖ

3
Memberi masalah dalam memunculkan ide mahasiswa


Ö
Ö
4
Penerapan ide baru.


Ö
Ö
5
Antusias dosen


Ö
Ö
6
Antusias mahasiswa



ÖÖ
Keterangan: 1 : tidak sesuai, 2 : kurang sesuai, 3 : sesuai,            4 : amat sesuai



Hasil angket yang diberikan kepada mahasiswa dengan tujuan untuk mengetahui respon atau minat mahasiswa terhadap pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut.

NO
Hal
Banyak mahasiswa yang memilih
Senang(minat)
Tdk senang
Tdk berpendapat
1
Suasana kelas
36
2
2
2
Cara Mengajar dosen
35
2
3
3
Minat mahasiswa
38
0
2


 
Pembahasan
Dari hasil tes awal yang dilakukan pada kelas eksperimen ditemukan bahwa nilai rata-rata 6,825 sedangkan nilai rata-rata untuk kelas kontrol adalah 6,625. Nilai rata-rata ini menunjukkan bahwa masing-masing kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai kemampuan yang dapat dikategorikan adalah sama. Hal ini mengidikasikan bahwa kedua kelas dapat dijadikan sebagai kelas penelitian.
Dari hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan pada kelas eksperimen dapat disimpulkan bahwa, untuk tahapan pembelajaran; mengelompokkan anggota kelompok yang dilakukan dosen sesui, orientasi atau penjelasan teori tentang materi dan tujuan pembelajaran yang dilakukan dosen adalah termasuk kategori sesui, memberi masalah dalam memunculkan ide mahasiswa yang dilakukan dosen adalah termasuk kategori sesui, penerapan ide baru oleh dosen dan diaplilkasukan mahasiswa dengan baik, antusias dosen dapat dikatan cukup baik, antusias mahasiswa dapat dikatakan baik. Sehingga dari hasil ini maka pembelajaran dengan model perubahan konseptual melalui CLS dapat disimpulkan adalah cukup baik.
Dari hasil angket yang diberikan kepada mahasiswa menunjukkan bahwa;
Suasana kelas ; terdapat 36 ( 90 % ) mahasiswa memilih senang, 2 ( 5 % ) mahasiswa memilih tidak senang dan 2 ( 5 % ) mahasiswa memilih tidak ada komentar. Jadi dapat disimpulkan bahwa suasana kelas dalam pembelajaran dengan CLS adalah menyenangkan bagi mahasiswa.
1)      Cara mengajar dosen; terdapat 35 ( 87,5 % ) mahasiswa memilih senang, 2 ( 5 % ) orang mahasiswa memilih tidak senang dan 3 ( 7,5 % ) mahasiswa memilih tidak ada komentar. Jadi dapat disimpulkan bahwa cara mengajar dosen di kelas dalam pembelajaran dengan CLS adalah menyenangkan bagi mahasiswa.
2)      Minat mahasiswa ; terdapat 38 ( 95 % ) mahasiswa memilih senang, 0 ( 0 % ) orang mahasiswa memilih tidak senang dan 2 ( 5 % ) mahasiswa memilih tidak ada komentar. Jadi dapat disimpulkan bahwa minat mahasiswa dalam pembelajaran dengan pendekatan struktural adalah berminat untuk diterapkan pada topik pembelajaran matematika selanjutnya.
Dari hasil perolehan nilai tes siswa, dan dengan menggunakan analisis regressi maka persamaan regresi pada kelas eksperimen adalah  Ŷ = 7,675 + 0,0683X, sedangkan persamaan regresi untuk kelas kontrol adalah Ŷ= 4,550 + 0,0688X. Secara geometris, koefisien keberartian pada kelas eksperimen 0,0683, ini menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada nilai siswa adalah akibat perlakuan pembelajaran dengan perubahan konseptual yang dilakukan. Sedangkan koefisien keberartian pada kelas kontrol 0,0688, ini menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada nilai siswa adalah akibat perlakuan pembelajaran dengan pendekatan konvensional yang dilakukan.
Adapun konstanta yang terdapat pada kelas eksperimen adalah 7,675, sedangkan konstanta pada kelas kontrol adalah 4,550. Hal ini menunjukkan bahwa konstanta pada kelas eksperimen lebih besar dari konstanta konstanta kelas kontrol, sedemikian sehingga, secara geometris dapat dikatan hasil belajar mahasiswa dengan menggunakan pembelajaran dengan perubahan konseptual lebih baik dari pembelajaran dengan konvensional.
Pencapaian ketuntasan hasil belajar mahasiswa dan menurut kriteria pada Kurikulum SMA (1994) dikatakan suatu pembelajaran dikatakan tuntas apabila 85% atau lebih siswa mencapai skor atau nilai 65 % atau lebih. Pada hasil penelitian ini menunjukkan untuk kelas eksperimen, menunjukkan 5 orang mahasiswa (12,5 %) tuntas, sedangkan 35 orang mahasiswa (87,5 %) tidak tuntas. Sedangkan untuk kelas kontrol menunjukkan 33 orang mahasiswa (82,5 %) mencapai tuntas, sedangkan 7 orang (17,5 % ) menunjukkan tidak tuntas.
Dengan pencapaian ketuntasan secara klasikal untuk kelas eksperimen hanya 82,5 %, maka dengan merujuk pada kriteria ketuntasan di atas, maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran matematika dengan perubahan konseptual adalah tidak efektif. Namun hasil belajar mahasiswa pada kelas eksperimen dapat dikatan lebih baik dari hasil belajar yang dilakukan secara konvensional.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa; 1) model pembelajaran perubahan konseptual berdasarkan konstruktivisme pada topik limit di jurusan matematika FMIPA Unimed Medan adalah dengan pendekatan cooverative learning strategy (CLS) dengan langkah-langkah; orientasi, pemunculan ide, penyusunan ide ilmiah, dan penerapan ide baru, 2) proses pembelajaran model perubahan konseptual berdasarkan konstruktivisme pada topik limit jurusan matematika FMIPA Unimed Medan adalah dengan menerapkan langkah-langkah orientasi, pemunculan ide, penyusunan ide ilmiah, dan aplikasi ide baru dengan sistem belajar berkelompok dengan anggota kelompok 5 orang, 3) hasil belajar mahasiswa dalam pembelajaran matematika dengan model perubahan konseptual berdasarkan konstruktivisme pada topik limit lebih baik dari pada pembelajaran konvensional,     4) pembelajaran matematika dengan model perubahan konseptual berdasarkan konstruktivisme pada topik limit tidak efektif dilaksanakan pada jurusan matematika FMIPA Unimed Medan. Hal ini ditunjukkan dengan tidak tercapainya syarat yang digunakan dalam menentukan keefektifan pembelajaran, yaitu mencapai ketuntasan individual 65 % atau lebih, dan ketuntasan klasikal mencapai 85 % atau lebih. Sedangkan ketuntasan klasikal yang dihasilkan pada penelitian ini adalah 82,5 %.
Dengan hasil penelitian yang ditemukan maka disarankan bahwa memperhatikan kembali langkah-langkah pembelajaran yang dilakkan serta syarat efektif yang dibuat perlu disesuaikan, dan  pembelajaran matematika dengan model perubahan konseptual berdasarkan konstruktivisme sebagai alternatif pembelajaran demi mencapai hasil belajar mahasiswa yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Bell, (1981). Teaching and learning Mathemathics  ( In Secondary) Wm. C BrommCo. Iowa: USA.
Berg, Euwe Van Den (Edt), (1991),Miskonsepsi  Fisika dan Remediasi,UKSW Saltiga
Clement, J., (1982). Students ¢Preconception in Introductory Mechanics, American Journal of pyhsics,50(1),66-71.
Driver, R dan Bell, B., (1986).Students¢ Thinking and the Learning of science:A  Constructivist View, School Science Review, 67, 443-456.
Hudojo.(2000). Suatu Usaha Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Belajar Matematika, Makalah disajikan pada Seminar Nasional Pengajaran Matematika di Sekolah Menengah, Universitas Negeri Malang.
Lonning, Robert A(1993). Effect of Cooperative Learning Srategies on Student Verbal Interactions and Achiecement During Conceptual Change Instrucion in 10 th grade General Science .Jornual of Research and Sciencens of Teaching Vol 30 (9), 1087-1101.
Obsborne, R.J., (1980). Some Aspects of Students ¢View of the World, Research in Science Education ,5 (1),1-14.
Sedjadi (1995).Miskonsepsi Dalam Pengajaran Matematika pokok- pokok tinjauan dikaitkan dengan Kontruktivisme.
Sutrisno Leo (1991).Konsep awal siswa tradisi Contructivist, Makalah disampaikan pada penataran Dosen UNTAN. Pontianak.
Tall, David, (1992). The Transition to advanced Mathematical, Thinking; Function Limits, Infinity and Proof Handbook of Reearch on Mathematics Teaching and Learning: NCTM.Macmillan Publishing Company, New York

 














Tahap-tahap perkembangan Aljabar simbolik secara garis besar adalah sebagai berikut:
- Aljabar Retorik (Rhetorical algebra), yang dikembangkan oleh bangsa Babilonia dan masih mendominasi sampai dengan abad ke-16;
- Aljabar yang dikontruksi secara Geometri, yang dikembangkan oleh Matematikawan Vedic India dan Yunani Kuno;
- Syncopated algebra, yang dikembangkan oleh Diophantus dan dalam ‘the Bakhshali Manuscript’; dan
- Aljabar simbolik (Symbolic algebra), yang titik puncaknya adalah pada karya Leibniz. 
a.       Klasifikasi dari Aljabar 
Aljabar secara garis besar dapat dibagi dalam kategori berikut ini:
1.      Aljabar Elementer, yang mempelajari sifat-sifat operasi pada bilangan riil direkam dalam   simbol sebagai konstanta dan variabel, dan Aturan yang membangun ekspresi dan persamaan Matematika yang melibatkan simbol-simbol.(bidang ini juga mencakup materi yang biasanya diajarkan di sekolah menengah yaitu ‘Intermediate Algebra’ dan ‘college algebra’);
2.      Aljabar Abstrak, kadang-kadang disebut Aljabar Modern, yang mempelajari Struktur Aljabar semacam Grup, Ring dan Medan (fields) yang didefinisikan dan diajarkan secara aksiomatis;
3.      Aljabar Linier, yang mempelajari sifat-sifat khusus dari Ruang Vektor (termasuk Matriks);
4.      Aljabar Universal, yang mempelajari sifat-sifat bersama dari semua Struktur aljabar. 
Dalam studi Aljabar lanjut, sistem aljabar aksiomatis semacam Grup, Ring, Medan dan Aljabar di atas sebuah Medan (algebras over a field) dipelajari bersama dengan telaah Struktur Geometri Natural yang kompatibel dengan Struktur Aljabar tersebut dalam bidang Topologi.  

A.   Aljabar Abtrak

A.   Sejarah Teori Grup       
Ada tiga akar sejarah teori grup: teori persamaaan aljabar, teori bilangan dan geometri. Euler, Gauss, Lagrange, Abel, dan Galois merupakan para peneliti awal dalam bidang teori grup. Galois dihormati sebagai ahli matematika pertama yang mengaitkan teori grup dan teori medan, dengan teorinya yang sekarang disebut teori Galois.
Sumber pertama muncul dalam hal cara membuat suatu persamaan tingkat ke-m yang memiliki akar m seperti akar dari suatu persamaan tingkat ke-n (mHudde(1659). Saunderson(1740) menyatakan bahwa penentuan faktor kuadratik dari peernyataan bikuadratik biasanya menghasilkan suatu persamaan sektik, dan Le Soeur (1748) dan Waring (1762 sampai 1782) masih menganalisi data lebih lanjut.
Fondasi umum yang digunakan dalam teori persamaan dasar dari permutasi grup ditemukan oleh Lagrange(1770, 1771), dan berhasil merumuskan teori substitusi. Lagrange menemukan bahwa akan dari seluruh resolvent yang dia periksa merupakan fungsi rasional dari akar persamaan yang bersangkutan. Untuk mempelajari sifat-sifat dari fungsi-fungsi ini, Lagrange mengusulkan suatu Calcul des Combinaisons. Hasil kerja dari Vandermonde (1770) juga turut mewarnai teori-teori berikutnya. Ruffini (1799) berusaha membuktikan kemungkinan untuk menyelesaikan persamaan quintic dan persamaan lain dengan tingkat lebih tinggi.
Ruffini (1799) membedakan intransitif dan transitif, dan grup imprimitif dan primitif, dan (1801) menggunakan grup dari suatu persamaan yang disebut l'assieme della permutazioni. Dia juga mempublikasikan sebuah surat dari Abbati untuk dirinya sendiri, yang di dalamnya berisi tentang ide tentang grup.
Galois menemukan bahwa jika r_1, r_2, \Idots r_n merupakan akar-akar n dari suatu persamaan, maka selalu ada suatu grup permutasi dari r yang (1) setiap fungsi akar yang bersifat invariabel dengan cara substitusi grup diketahui secara rasional, dan (2), kebalikannya, setiap fungsi akar yang dapat ditentukan secara rasioanl bersifat invarian dalam proses substitusi grup. Galois juga merumuskan teori persamaan modular dan fungsi eliptik. Punlikasi pertama Galois dalam bidang teori grup diluncurkan saat usianya mencapai 18 tahun (1829), namun kontribusinya tidak begitu menarik perhatian sebelum publikasi paper-paper koleksinya pada tahun 1846 (Liouville, Vol. XI).
Arthur Cayley dan Augustin Louis Cauchy merupakan orang-oarang pertama yang menghargai pentingnya teori itu, yang selanjutnya secara khusus berhubungan dengan teori-teori penting yang lain. Materi ini turut dipopulerkan oleh Serret, yang merelakan bagian VI dari aljabarnya untuk teori itu; oleh Camille Jordan, yang Traité des Substitutions bersifat klasik; dan kepada Netto (1882), yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Cole (1892). Ahli-ahli teori grup yang lain dari abad ke-19 adalah Bertrand, Charles Hermite, Frobenius, Leopold Kronecker, dan Mathieu.
Pada tahun 1882, Walther von Dyck berhasil merumuskan definisi modern dari suatu grup.
Pembahasan mengenai grup Lie, dan subgrup diskrit, sebagai grup transformasi, mulai secara sistematis pada tahun 1884 oleh Sophus Lie; diikuti oleh Killing, Study, Schur, dan Maurer. Teori diskontinu (grup diskrit) dicetuskan oleh Felix Klein, Lie, Poincaré, and Charles Emile Picard, dihubungkan dengan bentuk modular dan monodromi.
Ahli matematika lainnya yang turut berkecimpung dalam masalah ini adalah Emil Artin, Emmy Noether, Sylow dan masih banyak lagi.
-Pengenalan Elementer
Grup digunakan dalam dunia matematika dan ilmu pengetahuan alam, di antaranya untuk menemukan simetri internal dari struktur lain, dalam bentuk grup automorfis. Sebuah simetri internal dari suatu struktur biasanya diasosiasikan dengan satu sifat invarian, dan berbagai macam transformasi yang mengubah sifat invarian ini, bersama dengan oprasi komposisi suatu transformasi, dari sebuah grup yang disebut grup simetri.
Dalam teori Galois, yang merupakan origin sejarah konsep grup, seseorang menggunakan grup untuk menggambarkan simetri persamaan yang diselesaikan dengan suatu persamaan polinom. Grup yang dapat diselesaikan dinamai seperti itu karena sifat-sifatnya yang tetap dalam teori ini.
Grup Abelian mencakup beberapa struktur yang dipelajari dalam aljabar abstark, seperti sinsin, medan, dan modul.
Dalam topologi aljabar, grup digunkan untuk menggmabarkan sifat invarian dari ruang topologis( nama torsi subgrup dari suatu grup infinitif yang menunjukkan dalam medan). Disebut ‘invarian’ karena mereka didefinisikan melalui suatu cara yang mana mereka tidak berubah jika ruangnya dideformasi. Contohnya termasuk grup fundamental, grop homolog, dan grup co-homolog.
Konsep grup Lie( yang dinamai sesuai ahli matematika Sophus Lie) bersifat penting untuk mempelajari persamaan diferensial dan manifolds; teori ini menggambungkan analisi dan teori grup serta objek yang tepat untuk menggambarkan simetri dari struktur yang dianalisis. Analisis yang dilakukan pada suatu grup dengan cara tersebut dinamakan analisis harmonik.
Dalam kombinatorik, grup permutasi dan konsep pergerakan grup sering digunakan untuk menyederhanakan perhitungan satu set objek; lihat Burnside's lemma.
Pemahaman terhadap teori grup juga sangat penting dalam ilmu-ilmu fisik. Dalam kimia, grup digunakan untuk mengklasifikasikan struktur kristal, polihedra reguler, dan simetri molekul. Dalam fisika, grup bersifat penting karena dapat menggambarkan simetri yang bisasanya ada dalam fisika. Para ahli fisika sangat tertarik pada representasi grup, terutama grup Lie, karena representasinya sering kali membuka celah munculnya teori fisika baru. Contoh dalam fisika: Model Standar, Teori Gauge.
B.     Beberapa teori yang Bermanfaat
C.     Hal-hal umum
Dalam aljabar abstrak, kita mendapatkan beberapa struktur yang mirip dengan suatu grup dengan melonggarkan beberapa aksioma yang diberikan di awal artikel ini. · Jika kita eliminasi persyaratan yang menyebutkan bahwa setiap unsur memiliki invers, maka kita akan mendapatkan sebuah monoid · Jika kita juga tidak melibatkan identitas, maka kita dapatkan suatu semigrup · Oleh karena itu, jika kita melonggarkan persyaratan yang menyebutkan bahwa operasi bersifat asosiatif sementara masih mensyaratkan kemungkinan suatu divisi, maka kita dapatkan sebuah loop. · Jika kita juga mengabaikan identitas, maka kita dapatkan suatu quasigrup · Jika kita abaikan seluruh aksioma operasi biner, maka kita mendapatkan suatu magma
Grupoid, yang bersifat mirip dengan grup kecuali dalam hal komposisi a*b tidak perlu didefinisikan untuk semua a dan b, muncul sebagai suatu studi dari berbagai macam simetri terkait, terutama dalam hal topologi dan analisis struktur. Groupoid merupakan bagian khusus kategori.
Supergrup dan aljabar Hopf merupakan hal umum lainnya.
Grup Lie, grup aljabar, dan grup topologis merupakan contoh grup objek: struktur seperti grup yang menempati kategori selain kategori yang lumrah.
Grup Abelian membentuk prorotip untuk konsep suatu kategori Abelian, yang diaplikasikan dalam ruang vektor.
Hukum grup formal merupakan seri kekuatan formal yang memiliki sifat seperti operasi grup.
D.    Lain-lain
James Newman merumuskan teori grup sebgai berikut: Teori grup merupakan cabang matematik di mana seseorang melakukan sesuatu terhadap sesuatu dan kemudian membandingkan hasilnya dengan hasil pekerjaan yang sama dari objek yang berbeda, atau pekerjaan yang beda pada objek yang sama.
Salah satu aplikasi teori grup adalah dalam teori set musik.

E.      Referensi
                                i.            Group theory dari Wikipedia berbahasa Inggris
                              ii.            Copyright © 2006 www.sigmetris.com. All Rights Reserved.
                              iii.            Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_grup"













Tidak ada komentar: