ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MEMAHAMI
MATERI
INTEGRAL DI KELAS XII MAN I MEULABOH
TAHUN PELAJARAN 2008/2009
SKRIPSI
Diajukan
Oleh:
FAMIRIZAL
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry
NIM.
260414554
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
AR-RANIRY
DARUSSALAM, BANDA ACEH
1430 H/2009 M
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ iv
DAFTAR ISI.......................................................................................................... vi
DARTAR TABEL............................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... ix
ABSTRAK.............................................................................................................. x
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian.............................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian............................................................................ 6
E. Definisi Operasional......................................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA............................................................................ 9
A. Pembelajaran Matematika di
MA/SMA........................................... 9
B. Kesulitan dalam Belajar
Matematika............................................... 14
C. Macam-macam Kesulitan
Belajar Matematika................................ 18
D.
Faktor-faktor
Penyebab Kesulitan Siswa dalam Menguasai Matematika 20
E.
Kesulitan-kesulitan
Memahami materi Integral................................. 31
F.
Materi Integral di
Kelas XII MA/SMA........................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN................................................................. 34
A.
Pendekatan dan Jenis
Penelitian...................................................... 34
B.
Subjek Penelitian........................................................................... 35
C.
Instrumen Penelitian....................................................................... 35
D.
Teknik Pengumpulan
Data.............................................................. 36
E.
Teknik Analisis Data...................................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN....................................................................... 39
A.
Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................... 39
B.
Deskripsi Data.............................................................................. 40
C.
Analisis Hasil Penelitian................................................................. 42
BAB V PEMBAHASAN............................................................................... 52
BAB VI PENUTUP......................................................................................... 57
A.
Kesimpulan.................................................................................... 57
B.
Saran-saran................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 61
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran
Lampiran 1 : Instrumen Penelitian
Lampiran 2 : Surat Keputusan Dekan
Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry
Darussalam Banda Aceh
Lampiran 3
: Surat Izin Penelitian dari Dekan Fakultas
Tarbiyah IAIN Ar-Raniry
Darussalam Banda Aceh
Lampiran 4 : Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian
Kepala Sekolah
MAN I Meulaboh, Aceh Barat
Lampiran 5 : Daftar Riwayat Hidup
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
Tabel 4.1 : Ruangan di MAN 1 Meulaboh............................................................... 35
Tabel 4.2 : Distribusi Guru dan Karyawan di MAN 1
Meulaboh.............................. 35
Tabel 4.3 : Distribusi Siswa-siswa MAN 1 Meulaboh.............................................. 36
Tabel 4.4 : Skor (nilai) siswa Kelas
XII-IPA.1 MAN 1 Meulaboh setelah
menjawab
soal-soal tentang materi Integral........................................... 37
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan taufiq dah hidayah-Nya,
sehingga penulis telah dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan
salam keharibaan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah menuntun umat manusia dari
alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Skripsi ini berjudul “Analisis
Kesulitan Siswa dalam Memahami Materi Integral di Kelas XII MAN I Meulaboh Tahun Pelajaran 2008/2009”,
guna melengkapi beban kuliah dalam menyelesaikan program studi dan sebagai
syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) dalam Ilmu Pendidikan Islam pada Fakultas
Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh.
Penulis menyadari bahwa
skripsi ini tidak terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
setinggi-tingginya kepada:
- Bapak Drs. Ir. Johan Yunus, SE, M.Si sebagai pembimbing I dan Bapak Budi Azhari, M.Pd selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dalam memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis, sejak awal penulisan skripsi ini hingga selesai,
- Bapak Drs. M. Duskri, M.Kes sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Matematika yang telah memberikan pengarahan-pengarahan sejak awal pengajuan proposal penelitian ini,
- Bapak Nuralam, M.Pd selaku Penasehat Akademik, dan para dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan motivasi serta ketrampilan yang sesuai dengan bidang keahliannya kepada penulis,
- Seluruh Dosen, Bapak dan Ibu karyawan (i) Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry dan staf Jurusan Pendidikan Matematika khususnya, yang telah memberikan banyak bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, dan
Penulis telah berusaha
semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini, namun kesempurnaan bukanlah
milik manusia. Jika terdapat kesalahan
dan kekurangan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran guna untuk
perbaikan pada masa yang akan datang.
Akhirnya segala urusan penulis
serahkan kepada Allah SWT, dengan harapan semua aktivitas kita mendapat
ridha-Nya.
Darussalam, 10 Februari 2009
Penulis
Telah Diuji Panitia Ujian Munaqasyah Skripsi
Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry dan Dinyatakan
Lulus dan Diterima sebagai Salah Satu
Beban Studi Program Sarjana (S1)
dalam Ilmu Pendidikan
Pada Hari/ Tanggal
Kamis,
di
Darussalam, Banda Aceh
Panitia Sidang Munaqasyah Skripsi
Ketua, Sekretaris,
Drs. Ir. Johan
Yunus, SE, M.Si Fahluzi, S.Pd.I
Anggota, Anggota,
Drs. Ihsan, M.Pd Usman A. Gani, M.Pd
Mengetahui:
Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry
Darussalam, Banda Aceh
Prof. Dr. H. Farid Wajdi Ibrahim, M.A
NIP. 150 266 319
ABSTRAK
Rendahnya nilai matematika siswa dikarenakan siswa
kurang menguasai materi, salah satunya adalah
materi Integral. Hal ini karena adanya kesulitan siswa dalam memahami
materi Integral. Sehingga dilakukan penelitian yang berjudul “Analisis
Kesulitan Siswa dalam Memahami Materi Integral pada Kelas XII MAN I Meulaboh tahun Ajaran 2008/2009”. Rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah: (1) bagaimana tingkat kemampuan siswa MAN
1 Meulaboh dalam memahami materi
Integral; (2) kesulitan-kesulitan apa saja yang dihadapi oleh siswa
kelas XII MAN I Meulaboh dalam memahami materi integral; (3) faktor-faktor apa
saja yang menyebabkan siswa sulit dalam memahami materi integral. Tujuan
penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui tingkat kemampuan MAN 1 Meulaboh
dalam memahami materi Integral; (2) untuk
mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam memahami materi
integral; (3) untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan siswa sulit dalam
memahami materi integral. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas XII jurusan IPA MAN 1 Meulaboh, sedangkan sampelnya diambil secara purposive
sampling yaitu Kelas XII IPA-1 yang berjumlah 37 siswa. Data penelitian
diperoleh dari tes dan wawancara. Penelitian ini menggunakan rancangan
penelitian survei deskriptif yaitu menggambarkan apa adanya tentang suatu
variabel, gejala atau keadaan yang diteliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) siswa mengalami
kesulitan dalam memahami materi Integral; (2) kesulitan-kesulitan yang dihadapi
siswa meliputi; siswa belum memahami dengan baik rumus integral pangkat, siswa
lupa definisi atau konsep integral, siswa tidak teliti dalam menjawab soal,
siswa tidak bisa menyerap dengan sepenuhnya terhadap apa yang diajarkan oleh
gurunya, ketidak mampuan siswa untuk mengingat dengan baik apa yang telah
diajarkan, anggapan siswa bahwa variabel x selalu muncul dalam
matematika, siswa belum mampu membedakan integral dan turunan trigonometri;
serta siswa tidak mampu menguasai materi penunjang. (3) faktor-faktor yang
menyebabkan munculnya kesulitan siswa dalam memahami materi integral adalah:
(a) siswa lupa konsep/ rumus-rumus integral, siswa tidak menguasai
prinsip-prinsip dasar, siswa kurang menguasai teknik dalam menyelesaikan soal,
siswa kurang menguasai materi-materi lain yang berhubungan erat dengan materi
integral, serta siswa kurang teliti
dalam menganalisa soal; (b) kesulitan siswa disebabkan karena kurangnya
perhatian, minat dan motivasi siswa dalam belajar, ketidakmampuan mengulang
kembali apa yang telah diajarkan serta alokasi waktu untuk belajar matematika
yang tidak cukup.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan merupakan serangkaian peristiwa yang komplek,
melalui pendidikan manusia akan tumbuh dan berkembang sebagai pribadi yang
sempurna. Oleh karena itu, pendidikan sangat diperlukan terutama untuk menunjang
tumbuh kembangnya pribadi insani, baik didapat di dalam pendidikan formal
maupun non formal. Dalam hal ini, pengajaran diharapkan mampu menghasilkan
dasar-dasar pengetahuan yang mendalam bagi siswa. Dengan pengetahuan tersebut
siswa kaya akan pemahaman dan cara untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi,
serta memiliki tanggung jawab yang lebih terhadap hasil belajarnya.
Matematika adalah salah satu disiplin ilmu pengetahuan yang
berperan sebagai salah satu pengetahuan dasar yang menjadi pendukung bagi
kemajuan teknologi dewasa ini. Oleh sebab itu matematika perlu dibicarakan
sebagai bekal siswa sejak dari sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi.
Sehubungan dengan itu pemerintah terus berusaha meningkatkan pengajaran
matematika. Hal ini disebabkan mutu pengajaran matematika mempunyai peran yang
penting bagi kemajuan bangsa dan negara.
Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu pengetahuan yang
bertujuan untuk melatih manusia berfikir logis, kritis, bertanggung jawab dan
mampu menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan aksioma dan hukum logika,
sebagaimana dijelaskan oleh W. Soedjana bahwa “Pada hakikatnya matematika
merupakan suatu ilmu yang diadakan atas dasar akal (rasio) yang berhubungan
dengan benda-benda abstrak”[1]. Hal ini sesuai dengan
karakteristik yang dimiliki matematika yaitu memiliki objek kajian abstrak,
bertumpu pada kesepakatan, berpola pikir deduktif, memiliki simbol yang kosong
dari arti, memperhatikan semesta pembicaraan serta konsisten dalam sistemnya[2]. Matematika dapat juga
dipergunakan secara praktis dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan
sehari-hari. Sejalan dengan hal ini E.T. Russeffendi mengatakan bahwa pribadi yang
diharapkan mempelajari matematika diantaranya mempunyai sifat-sifat kreatif,
kritis, berfikir ilmiah, hemat dan berperikemanusiaan.[3]
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa prestasi siswa
dalam pelajaran matematika masih kurang memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya siswa tidak lulus Ujian Nasional (UN) 2007/2008, karena tersandung
pelajaran tertentu terutama pelajaran matematika dan tingginya standar nilai
yang harus dipenuhi, untuk tahun 2007/2008 standar nilai yang diminta 5,25.
Rendahnya nilai matematika karena disebabkan karena siswa
kurang menguasai materi. Kurangnya penguasaan siswa dikarenakan adanya
kesulitan dalam memahami materi itu. Seperti itu juga halnya yang dialami oleh
siswa MAN 1 Meulaboh.
Siswa dikatakan mengalami kesulitan dalam memahami suatu materi dapat dilihat apabila siswa
belum mencapai taraf kualifikasi atau kriteria yang telah ditentukan. Dalam hal
ini Mulyasa berpendapat bahwa; “Siswa dikatakan berhasil apabila telah mencapai
75% dari materi yang dipelajari.”[4]
Matematika yang diajarkan di sekolah terdiri dari berbagai materi, salah satu materinya adalah Integral
(anti differensial). Integral merupakan dasar dari kalkulus yang dipelajari di
perguruan tinggi yang aplikasinya tidak hanya dipelajari dalam bidang
matematika saja tetapi juga dalam bidang ilmu lainnya. Kalkulus yang diajarkan
di sekolah ditekankan pada penggunaan konsep limit laju perubahan fungsi
(differensial dan Integral) dalam pemecahan masalah.
Konsep Integral yang universal banyak sekali digunakan
dalam ilmu pengetahuan, dalam matematika diantaranya untuk menentukan persamaan
kurva, menghitung luas daerah,
menghitung volume benda putar dan sebagainya. Sedangkan dalam bidang
lainnya seperti dalam bidang fisika untuk menghitung kecepatan dan percepatan,
menentukan pusat massa dan menghitung momen inersia. Dalam bidang industri dan
ekonomi antara lain untuk menghitung biaya marginal dalam produksi, menghitung
surplus konsumen dan surplus produksi dan sebagainya. Dan masih banyak juga
penggunaannya dalam bidang ilmu lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa materi Integral
merupakan materi yang harus dikuasai siswa, karena itu untuk mempermudah siswa
dalam memahami materi ini siswa diharapkan telah menguasai materi-materi
sebelumnya yang berkaitan erat
Banyak penelitian yang telah dilakukan tentang kesulitan
belajar, baik secara umum maupun secara khusus. Menurut Muhibbin Syach faktor-faktor kesulitan
belajar siswa meliputi:
1.
faktor yang berasal
dari individu (intern), antara lain:
a.
yang bersifat
kognitif
b.
yang bersifat
afektif
c.
yang bersifat
psikomotor
2.
faktor yang berasal
dari luar individu siswa (ekstern), antara lain:
a.
lingkungan keluarga
b.
lingkungan
perkampungan/ masyarakat
c.
lingkungan sekolah.[5]
Faktor-faktor di atas menunjukkan bahwa kesulitan belajar
siswa berbeda-beda, sehingga menyebabkan kesulitan belajar antara siswa yang
satu dengan siswa yang lainnya tidaklah sama. Hal ini sangat tergantung pada
pemahaman siswa tentang suatu materi yang dipelajarinya. Secara lebih khusus
Soedjono mengemukakan tentang kesulitan-kesulitan siswa dalam mempelajari
matematika, yaitu:
1.
Kesulitan dalam
menggunakan konsep
a.
Siswa lupa nama
singkatan/ nama teknik suatu objek
b.
Ketidakmampuan
mengingat atau lebih syarat cukup
2.
Kesulitan belajar
dengan menggunakan prinsip
a.
Siswa tidak
mempunyai konsep yang digunakan untuk mengembangkan prinsip sebagai butir
pengetahuan baru
b.
Siswa tidak dapat
menggunakan prinsip karena kurang kejelasan tentang prinsip tersebut dan
sebagainya
3.
Kesulitan dalam
menentukan soal verbal
a.
Tidak mengerti apa
yang dibaca akibat kurangnya pengetahuan siswa tentang konsep atau beberapa
istilah yang tidak diketahui
b.
Ketidakmampuan
menetapkan variabel untuk menyusun persamaan dan sebagainya.[6]
Bila seorang siswa mempelajari matematika, konsep merupakan
hal yang utama yang harus dipahami dan dikuasai oleh setiap siswa tersebut,
karena pada dasarnya matematika merupakan kumpulan dari konsep-konsep seperti
konsep penjumlahan, konsep pengurangan, konsep perkalian, konsep luas, konsep
keliling, konsep isi (volume), dan berbagai konsep lainnya. Apabila peserta
didik telah mampu menguasai konsep dasar matematika, maka untuk selanjutnya
akan lebih mudah untuk melanjutkan ke konsep yang lebih umum lagi. Hal ini
sesuai yang diungkapkan Herman Hudojo: “Mempelajari konsep B yang mendasar pada
konsep A, seseorang perlu mempelajari konsep A. Tanpa memahami konsep A tidak
mungkin memahami konsep B. Ini berarti, mempelajari matematika harus bertahap
dan berurutan serta mendasar pada pengalaman yang lalu”.[7]
Berdasarkan dari uraian di atas, maka penulis tertarik
untuk mengadakan penelitian untuk mengetahui kesulitan siswa dalam memahami
materi Integral, dengan mengambil judul: “Analisis Kesulitan Siswa dalam Memahami
Materi Integral di Kelas XII MAN 1
Meulaboh Tahun Pelajaran 2008/2009”.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di
atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
bagaimana tingkat kemampuan siswa MAN 1 Meulaboh dalam memahami materi Integral?
2.
kesulitan-kesulitan
apa saja yang dihadapi oleh siswa kelas XII MAN 1 Meulaboh dalam memahami
materi Integral?
3.
faktor-faktor apa
saja yang menyebabkan siswa sulit dalam memahami materi Integral?
C.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
untuk mengetahui
tingkat kemampuan siswa MAN 1 Meulaboh dalam memahami materi
Integral,
2.
untuk mengetahui kesulitan-kesulitan
yang dihadapi oleh siswa dalam memahami materi Integral, dan
3.
untuk mengetahui
faktor-faktor yang menyebabkan siswa sulit dalam memahami materi Integral.
D.
Manfaat Penelitian
Sesuai
dengan tujuan penelitian, maka dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat sebagai:
1. masukan
bagi guru bidang studi matematika khususnya guru matematika MAN 1 Meulaboh serta
siswa dalam rangka memudahkan pemahaman serta peningkatan prestasi
belajar-mengajar khususnya dalam memahami Integral, dan
2. bahan informasi bagi semua
pihak, khususnya lembaga-lembaga yang terkait langsung dalam upaya peningkatan
mutu pendidikan secara umum.
E.
Definisi
Operasional
Istilah yang digunakan dalam suatu
penelitian mempunyai makna tersendiri. Oleh karena itu, untuk menghindari
kesalahpahaman dan salah penafsiran dari para pembaca maka perlu kiranya
dijelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul penelitian ini, antara
lain seperti uraian berikut ini.
1.
Analisis Kesulitan
Siswa
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, analisis merupakan
“Proses atau tindakan untuk mengetahui sebab dan akibat dari suatu hal/
kejadian, bagaimana duduk perkaranya, dan seterusnya”[8]. Kesulitan siswa diartikan
sebagai; “Keadaan yang sulit bagi siswa, sesuatu yang sulit atau susah
dimengerti/ dipahami oleh siswa”[9]. Dalam hal ini, kesulitan
yang dihadapi siswa adalah kesulitan dalam memahami dan menggunakan konsep dan
kesulitan dalam menjawab soal. Jadi analisis kesulitan siswa yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah penyelidikan terhadap kesulitan-kesulitan yang
dihadapi siswa dalam memahami materi Integral.
2.
Memahami materi Integral
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, memahami adalah “Kemampuan
seseorang untuk mengerti sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan dipelajari”[10]. Sedangkan materi Integral
(anti differensial) didefinisikan: “Misalkan F(x) adalah suatu fungsi
umum yang bersifat F’(x) = f(x) atau F(x) dapat didifferensialkan
sehingga F’(x) = f(x), maka F(x) dinamakan sebagai Integral
(anti turunan)”[11].
Adapun memahami materi Integral yang penulis maksudkan di sini adalah siswa
mengerti serta mampu menyelesaikan soal-soal yang bersangkutan dengan materi Integral
yang telah mereka pelajari. Materi Integral di sini penulis batasi hanya pada
materi Integral Tak Tentu saja.
[1] Soedjana, Strategi Mengajar Matematika, modul 1-3, (Jakarta:
Depdikbud Universitas Terbuka). hal. 6
[2] R. Soedjadi, Kiat
Pendidikan di Indonesia Konstatasi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan
(Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas, 2000), hal. 13
[3] E. T. Russefendi, Pendidikan Matematika 3, PPP
6 2431, Buku 1, Modul 1-5, (Jakarta Depdikbud Universitas Terbuka. 1994), hal 16.
[4] E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik,
Implementasi dan Inovasi, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005}, hal. 101.
[5] Muhibbin Syach, Psikologi Belajar dengan Pendekatan Baru, Edisi
Revisi, (Bandung: remaja Rosdakarya, 2005), hal. 173.
[6] Soedjono, Diagnosis Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedial
Matematika (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen Dikti,
PPLPTJ, 1994), hal. 4.
[7] Herman Hudojo, Strategi Belajar Mengajar.
(Malang: IKIP Malang. 1990), hal. 4
[8] W.J.S. Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1976). hal. 37
[9] Ibid.,
hal. 110.
[10] Ibid, hal. 129
[11] Sartono Wirodikromo, Matematika
untuk SMA Kelas XII Program Ilmu Alam, (Jakarta: Erlangga, 2004), hal. 3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Matematika
di MA/ SMA
Pembelajaran pada hakikatnya
adalah proses interaksi antara siswa dengan guru, sehingga terjadi perubahan
perilaku ke arah yang lebih baik. Wina Sanjaya menyatakan bahwa: ”Kegiatan yang
berhubungan dengan proses belajar mengajar sering diistilahkan dengan istilah
pembelajaran.”[1]
Kegiatan belajar mengajar pada
dasarnya berpusat pada siswa, yaitu memberdayakan semua potensi yang dimiliki
siswa sehingga mereka akan mampu meningkatkan pemahamannya terhadap konsep/
prinsip dalam kajian ilmu yang dipelajarinya yang akan terlihat dalam
kemampuannya berfikir logis, kritis dan kreatif. Kegiatan belajar mengajar
tidak hanya sekedar penyampaian materi kepada siswa akan tetapi hendaknya dapat
membentuk kepribadian siswa dan mengembangkan kreativitas siswa, menciptakan
kondisi menyenangkan dan menantang, meningkatkan beragam kemampuan yang
bermuatan nilai, menyediakan pengalaman belajar yang beragam dan belajar
melalui berbuat. Dengan demikian, pembelajaran perlu dilaksanakan untuk
memperdayakan kemampuan siswa, bukan hanya dari segi penguasaan materi, tetapi
juga agar berperilaku baik dalam berkata dan bertindak. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Wina Sanjaya yaitu: “Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi
pelajaran, akan tetapi proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itulah penguasaan materi pelajaran
bukanlah akhir dari proses pengajaran, akan tetapi sebagai tujuan pembentukan
tingkah laku yang lebih luas.”[2]
Berdasarkan kurikulum 2004 di
MA, fungsi pembelajaran matematika meliputi:
Mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur,
menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar, peluang dan
statistika, kalkulus dan trigonometri. Matematika juga berfungsi mengembangkan
kemampuan mengkomunikasikan gagasan melalui model matematika yang dapat berupa
kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik atau label.[3]
Fungsi pembelajaran di atas
nampak jelas bahwa , betapa pentingnya matematika dalam perkembangan ilmu
pendidikan yang dapat mengantarkan manusia untuk menemukan ide-ide yang berguna
bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa yang akan datang.
Pendidikan matematika yang diajarkan di sekolah dapat memberikan bekal
kemampuan bagi siswa yang melanjutkannya ke perguruan tinggi.
Matematika sebagai salah satu bidang
studi yang diajarkan kepada siswa, khususnya siswa MA/SMA mempunyai tujuan
tersendiri. Adapun tujuan pembelajaran matematika di MA/SMA adalah:
1. Melatih cara berfikir dan
bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi,
eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsisten.
2. Mengembangkan aktivitas
kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan
pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan,
serta mencoba-coba.
3. Mengembangkan kemampuan
memecahkan masalah.
4. Mengembangkan kemampuan
menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui
pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.[4]
Pembelajaran matematika yang
dapat dilihat dari pembelajaran efektif dan bermakna serta konsep-konsep
esensial matematika.
1
Pembelajaran efektif dan bermakna
Pembelajaran yang efektif
tidak terlepas dari peran guru yang aktif. Peran guru dalam pembelajaran secara
optimal dapat menentukan dengan tepat jenis belajar yang paling berperan dalam
pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan dalam kelas hendaknya sesuai dengan
kemampuan siswa. dalam pembelajaran efektif dan bermakna guru hendaknya
mendampingi siswa menuju kesuksesan belajar atau penguasaan dalam suatu materi,
karena dalam pembelajaran efektif dan bermakna siswa dituntut untuk selalu
aktif dan dapat mencari penyelesaian dari suatu permasalahan dalam proses
belajar. Hal ini ditegaskan oleh Mulyasa yaitu; “Dalam pembelajaran efektif dan
bermakna, peserta didik perlu dilibatkan secara aktif, karena mereka adalah
pusat dari kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi. Peserta didik
harus dilibatkan dalam tanya jawab yang terarah dan mencari pemecahan masalah
terhadap berbagai masalah pembelajaran”.[5]
Agar siswa belajar secara
aktif, guru perlu menciptakan strategi yang tepat sehingga siswa mempunyai
motivasi yang tinggi dalam belajar. Motivasi akan tercipta pada diri siswa jika
guru dapat meyakinkan siswa akan kegunaan materi pembelajaran dalam kehidupan
nyata. Maka dari itu, guru harus menulis kemampuan untuk memahami siswa dengan
berbagai cara agar mampu memahami siswa dalam menghadapi kesulitan belajar.
Pemilihan metode yang tepat dan digunakan secara bervariasi dalam meningkatkan
penguasaan siswa terhadap suatu materi akan membantu kelancaran pembelajaran
yang efektif. Begitu juga halnya dengan bahan pelajaran secara teratur dari
yang sederhana sampai yang sulit. Dalam pembelajaran, guru memberi penguatan
dan motivasi kepada siswa demi kelancaran pembelajaran, seperti ditegaskan oleh
Rusdi A. Siroj yaitu:
Dalam proses pembelajaran guru merupakan sentral,
komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus
dipelajari murid. Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar dan sangat
dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru. Murid yang mendengarkan dengan
tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai
cara belajar yang efektif.[6]
Proses pembelajaran dikatakan
efektif jika siswa berhasil menguasai apa yang diajarkan guru. Oleh karena itu,
guru harus mempunyai kemampuan mengajar yang baik sehingga proses belajar
mengajar dapat berlangsung dengan baik. Motivasi juga perlu diberikan kepada
siswa agar siswa dapat belajar dengan efektif dan bermakna.
2
Konsep-konsep esensial matematika
Belajar matematika yang baik
tidak terlepas dari konsep-konsep esensial dalam matematika, karena konsep
esensial matematika dapat mendukung kemampuan siswa dan dapat digunakan dalam
pembelajaran serta dalam kehidupan sehari-hari. Erman Suherman menyatakan
bahwa: “Konsep esensial dalam matematika adalah konsep-konsep matematika yang
strategis dalam menunjang kemampuan untuk memahami konsep-konsep lainnya yang
banyak digunakan bagi bidang studi lainnya dan dalam kehidupan sehari-hari.”[7]
Dalam penamaan matematika,
seorang guru harus mempunyai ide-ide tentang cara mengajarkan konsep tersebut
agar siswa mudah memahami konsep yang diajarkan. Lisnawati menjelaskan bahwa;
“Hendaknya sejak dini konsep-konsep
matematika itu diajarkan oleh guru dengan metode penyampaian yang tepat,
sehingga siswa diharapkan dapat menguasai dengan baik suatu materi matematika yang
selanjutnya dapat menjadi dasar untuk materi yang lebih sukar”.[8]
Selain konsep, keterampilan
dan pemecahan masalah sangat penting dalam belajar, karena suatu rumus, konsep
atau prinsip dalam matematika seharusnya ditemukan kembali oleh siswa di bawah bimbingan
guru. Konsep, keterampilan dan pemecahan masalah matematika adalah keseluruhan
elemen esensial dari belajar matematika.
Hendaknya kemampuan berpikir
siswa yang dicapai melalui berpikir matematika, mendukung aktivitas siswa dalam
menyelesaikan masalah pada kehidupan sehari-hari bermasyarakat.
B. Kesulitan dalam Belajar
Matematika
Perbuatan
belajar adalah perbuatan yang sangat kompleks, proses berlangsung dalam otak
manusia. Proses belajar pada dasarnya merupakan kegiatan yang bersifat
individual untuk memperoleh suatu hasil yang ingin dicapai. Belajar adalah
suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (menurut
psikologi tingkah laku). Perubahan sebagi hasil dari kegiatan belajar dapat
juga berupa penguasaan, penggunaan mengenai sikap dan nilai, dan pengetahuan. Perubahan
yang terjadi tentunya merupakan perubahan ke arah yang lebih baik. Belajar juga
merupakan suatu proses timbulnya atau berubahnya tingkah laku melalui latihan
(menurut psikologi kognitif).
Belajar
matematika adalah belajar mengenai bahasa proses dan teori yang memberikan ilmu
tentang suatu bentuk. Menurut teori J.S Bruner (dalam Simanjuntak), mengatakan
bahwa:
Langkah yang baik dalam belajar matematika
adalah dengan melakukan penyusunan prestasi karena langkah permulaan belajar
konsep, pengertian akan lebih melekat bila kegiatan-kegiatan yang menunjukkan
model konsep yang dilakukan oleh siswa sendiri dan antara pelajaran yang lalu
dengan yang sedang dipelajari harus ada kaitannya.[9]
Tercapainya
hasil belajar yang baik adalah setiap guru menguasai siswa dalam proses belajar
mengajar di sekolah, tetapi hal ini tidak selamanya terealisasi. Natawijaya
mengatakan bahwa:
Dalam kenyataannya banyak siswa yang
menunjukkan gejala tidak dapat mencapai hasil belajar sebagaimana yang
diharapkan. Beberapa siswa menunjukkan nilai-nilai yang rendah meskipun telah
diusahakan dengan sebaik-baiknya oleh guru. Dalam proses belajar mengajar pun
guru sering menghadapi siswa yang mengalami kesulitan belajar.[10]
Dengan
demikian kesulitan belajar dapat diartikan sebagai kendala yang mengakibatkan
siswa mengalami kemandekan dalam belajar. Dalam hal ini perlu adanya
penanggulangan yang serius agar proses belajar mengajar tidak mengalami
kemerosotan terutama bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Kesulitan
siswa dalam proses belajar matematika mungkin disebabkan oleh berbagai masalah.
L.E Sihite mengatakan kesulitan belajar matematika adalah sebagai berikut:
1. Kesulitan dalam membaca
suatu kalimat atau istilah
2. Kesulitan dalam angka
3. Kesulitan dalam mengartikan
konsep-konsep matematika
4. Kesulitan dalam alat-alat
matematika
5. Kesulitan yang disebabkan
karena pribadi siswa sendiri[11]
Menurut
Soejono dalam belajar matematika mempunyai dasar kesulitan khusus, antara lain:
1. Kesulitan menggunakan
konsep;
a. Siswa lupa nama atau teknik
suatu objek
b. Siswa tidak mampu mengingat satu
atau lebih syarat cukup dan sebagainya.
2. Kesulitan dalam menggunakan
prinsip;
a. Siswa tidak mempunyai konsep
yang dapat digunakan untuk dapat mengembangkan prinsip sebagai bukti
pengetahuan baru
b. Siswa tidak dapat
menggunakan prinsip karena kurang kejelasan tentang prinsip tersebut dan
sebagainya
3. Kesulitan memecahkan soal
bentuk verbal;
a. Tidak mengerti apa yang
dibaca, akibat kurangnya pengetahuan siswa tentang konsep atau beberapa istilah
yang tidak diketahui
b. Tidak mampu menetapkan
variabel dalam menyusun persamaan dan sebagainya.[12]
Siswa
yang telah memperoleh pengajaran suatu konsep, tetapi tidak menguasainya
mungkin disebabkan lupa nama singkatan atau nama teknik suatu objek. Dalam
memecahkan masalah soal dalam bentuk verbal berarti menerapkan pengalaman yang
dimiliki secara teoritis untuk memecahkan masalah/ persoalan nyata. Hal ini
apabila siswa mampu memahami soal dalam bentuk cerita dan kemampuan mengolah
soal verbal tersebut menjadi model matematika. Kesulitan belajar merupakan
salah satu dari kegagalan siswa yang belajarnya tidak sesuai dari kemampuan
yang dimilikinya.
Kesulitan yang dihadapi siswa
dalam belajar matematika di antaranya:
- kurangnya motivasi siswa dalam belajar,
- kurangnya buku paket sebagai penunjang dalam proses belajar mengajar yang dimiliki siswa, dan
- rendahnya kemampuan intelektual siswa.
Sedangkan kesulitan yang
dihadapi guru dalam proses belajar mengajar matematika antara lain:
- kurangnya kelengkapan buku di pustaka dan yang dimiliki siswa sehingga menghabiskan banyak waktu yang akhirnya tidak mencapai kurikulum,
- kurangnya ketersediaan alat peraga yang seharusnya dipakai dalam proses belajar mengajar matematika, dan
- kurangnya minat dan respon siswa terhadap pelajaran matematika.
Berdasarkan
masalah-masalah tersebut, sangat sulit
bagi guru untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa, karena
kesulitan yang dihadapi banyak sekali hal ini menyebabkan rendahnya prestasi yang
dicapai. Kesulitan belajar diartikan sebagai kendala yang dapat mengakibatkan
siswa mengalami kesulitan dalam belajar. Lisnawati mengatakan bahwa; “Keberhasilan
proses belajar mengajar matematika tidak terlepas dari persiapan oleh tenaga
pendidik di bidangnya dan bagi peserta didik yang sudah mempunyai minat untuk
belajar matematika akan merasa senang dan dengan penuh perhatian mengikuti
pelajaran tersebut”[13]. Sehubungan dengan itu
maka perlu adanya penanggulangan yang matang agar proses belajar mengajar tidak
mengalami penurunan kualitasnya terutama bagi siswa yang masih memerlukan
bantuan dalam keaktifan belajar. Pendidik harus berupaya untuk selalu
memelihara maupun mengembangkan minat atau kesiapan belajar anak didik. Dengan
kata lain, pendidik harus menguasai bentuk teori belajar mengajar matematika.
C. Macam-macam Kesulitan Belajar
Matematika
Setiap
siswa tentu berhak memperoleh pendidikan yang memadai dan memuaskan, namun pada
kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan dalam hal
kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan
pendekatan belajar yang terkadang sangat berbeda antara siswa yang satu dengan
siswa yang lain.
Sementara
itu, penyelenggaraan pendidikan pada umumnya hanya ditujukan untuk siswa yang
berkemampuan rata-rata, sehingga siswa yang berkemampuan lebih atau rendah
terabaikan. Dengan demikian, siswa-siswa yang berkategori sangat pintar dan
sangat bodoh tidak mendapat kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai
dengan kapasitasnya. Kemudian timbullah apa yang disebut kesulitan belajar yang
tidak hanya menimpa siswa berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh
siswa yang berkemampuan rata-rata (normal), karena disebabkan faktor-faktor
tertentu yang menghambat tercapainya kinerja akademik yang sesuai dengan
harapan.
Banyak
yang berpendapat bahwa, kesulitan belajar siswa disebabkan oleh rendahnya
intelegensi. Hal ini keliru seperti yang dinyatakan Saiful Bahri Djamarah dalam
bukunya yaitu:
Adalah suatu pendapat yang keliru dengan
menyatakan bahwa kesulitan belajar anak didik disebabkan rendahnya intelegensi.
Karena dalam kenyataannya cukup banyak anak didik yang memiliki intelegensi
tinggi, tetapi hasil belajarnya masih jauh dari yang diharapkan. Dan masih
banyak anak didik dengan intelegensi rata-rata normal, tetapi dapat meraih
prestasi belajar yang tinggi melebihi kepandaian anak didik dengan intelegensi
yang tinggi. Tetapi juga tidak disangkal bahwa intelegensi yang tinggi memberi
peluang yang besar bagi anak didik untuk meraih prestasi belajar yang tinggi.[14]
Dengan
demikian faktor intelegensi tidak sepenuhnya menjadi penyebab kesulitan
belajar. Oleh karena itu, selain faktor intelegensi faktor non-intelegensi juga
diakui dapat menjadi penyebab timbulnya kesulitan bagi siswa dalam belajar.
Secara
umum kesulitan yang dihadapi siswa bermacam-macam, adapun kesulitan belajar
menurut Syaiful Bahri dikelompokkan menjadi 4 macam yaitu:
1. Dilihat dari segi kesulitan
belajar
-
Ada yang berat
-
Ada yang ringan
2. Dilihat dari mata pelajaran
yang dipelajari
-
Ada yang sebagian mata pelajaran
-
Ada yang sifatnya sementara
3. Dilihat dari sifat
kesulitannya
-
Ada yang sifatnya menetap
-
Ada yang sifatnya sementara
4. Dilihat dari segi faktor
penyebabnya
-
Ada yang karena faktor intelegensi
-
Ada yang karena faktor non-intelegensi[15]
Kesulitan belajar dilihat dari
jenis kesulitan belajar ada yang berat dan ada yang ringan. Setiap siswa
mempunyai kadar kesulitan tertentu, hal ini merupakan tugas guru sebagai
pendidik dan pengajar untuk mencari solusi agar kesulitan siswa dalam belajar dapat
diatasi. Bila kesulitan belajar siswa dilihat dari mata pelajaran yang
dipelajarinya, maka dalam mata pelajaran matematika siswa mengalami kesulitan,
hal ini dikarenakan mata pelajaran matematika merupakan pelajaran yang dirasa
sulit bagi siswa. Kesulitan belajar dilihat dari sifat kesulitan antara siswa
yang satu dengan siswa yang lain.
Kesulitan belajar matematika pada
dasarnya dialami oleh setiap siswa baik disadari atau tidak, hanya yang
membedakannya pada sifat, jenis dan faktor penyebab kesulitannya saja. Setiap
kali kesulitan belajar siswa yang satu dapat diatasi, pada waktu yang lain
muncul lagi kasus kesulitan belajar siswa yang lain. Walaupun demikian, setiap
usaha demi usaha diupayakan dengan berbagai strategi dan pendekatan agar siswa
dapat dibantu keluar dari kesulitan belajarnya.
Bermacam-macam kesulitan
belajar matematika di atas dapat ditemukan di sekolah. Apalagi bila sekolah
dengan sarana dan prasarana yang kurang lengkap dan dengan tenaga guru yang apa
adanya, sehingga tujuan pembelajaran yang ingin dicapai tidak dapat terlaksana
dengan baik.
D. Faktor-faktor Penyebab
Kesulitan Siswa dalam Menguasai Matematika
Tiap-tiap bahan pelajaran
mengandung kesulitan yang berbeda-beda. Tingkat kesulitan bahan pelajaran
mempengaruhi kecepatan belajar siswa. semakin sulit suatu bahan pelajaran maka
makin lambatlah siswa mempelajarinya. Untuk menelusuri latar belakang kesulitan
yang dihadapi siswa, kembali dilihat pada faktor penentu aktualisasi peristiwa
belajar mengajar. Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar siswa terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal, seperti yang
dikemukakan oleh:
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak
jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam
diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor
yang di luar individu.[16]
Berikut faktor-faktor penyebab
kesulitan belajar seperti yang telah dikemukakan oleh Slameto:
a. faktor internal
Faktor internal adalah faktor
yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri dalam mencapai tujuan
belajar. Faktor internal ini sangat besar pengaruhnya tetapi tidak disadari
karena dianggap suatu hal yang biasa, sebenarnya faktor ini dapat dibagi menjadi
dua bagian yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis.
1. faktor fisiologis
Faktor fisiologis adalah
faktor yang bersumber dari dalam individu yang erat hubungannya dengan masalah
kejasmanian terutama tentang fungsi alat-alat panca indera, karena panca indera
ini yang merupakan pintu masuk perangsang dari luar ke dalam individu yang
diolah oleh otak untuk diterima atau tidak pengaruh tersebut. Suryabrata
mengemukakan bahwa pendapatnya sebagai berikut:
Dalam sistem persekolahan dewasa ini, di antara
panca indera yang paling penting memegang peranan penting dalam belajar adalah
mata dan telinga. Karena itu adalah menjadi kewajiban bagi setiap pendidik
untuk menjaga agar panca indera anak didiknya dapat berfungsi dengan baik, baik
penjagaan yang bersifat akuratif maupun yang bersifat preventif[17].
Pendapat Suryabrata ini
memberikan makna kepada kita bahwa unsur penglihatan dan pendengaran sangat
penting dalam proses belajar mengajar, untuk mencapai suatu hasil belajar yang
baik. Faktor fisiologis yang meliputi faktor kesehatan merupakan modal dalam belajar
bagi seseorang. Orang yang sakit-sakitan biasanya tidak dapat memusatkan
pikirannya dalam belajar khususnya matematika yang membutuhkan ketelitian.
Oemar Hamalik berpendapat bahwa:
Badan yang sering sakit-sakitan, kurangnya tenaga,
kurang vitamin, merupakan faktor yang bisa menghambat kemajuan studi seseorang.
Adanya gangguan emosional, rasa senang, khawatir, mudah tersinggung, sikap
agresif, gangguan dalam proses berpikir, semua menjadikan kegiatan belajar
terganggu. Faktor kesehatan jasmani dan rohani turut menentukan apakah studi
akan lancar atau tidak.[18]
Berdasarkan pendapat di atas,
maka kesehatan jasmani menentukan apakah studi seseorang akan lancar atau
tidak. Apalagi di dalam belajar matematika yang selalu dihadapkan pada
soal-soal yang harus menggunakan daya pikir yang kuat dan daya pikir kuat akan
kita temui pada orang yang mempunyai kesehatan jasmani yang cukup.
2. faktor psikologis
Faktor-faktor psikologis yang
mempengaruhi proses belajar siswa antara lain:
a. kecerdasan (intelegensi)
Peranan intelegensi dalam
proses belajar mengajar demikian pentingnya, sehingga intelegensi dipandang
sangat menentukan dalam berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar, selain
faktor lainnya seperti bakat, minat, lingkungan dan sebagainya.
Intelegensi dapat diartikan
sebagai kemampuan berfikir yang telah ada sebagai kemampuan bawaan pada diri
seseorang. Demikian pula pada proses belajar mengajar matematika, intelegensi
sangat berperan penting karena belajar matematika itu membutuhkan kemampuan
berpikir dengan cepat dan tepat dalam memecahkan problema matematika.
Menurut Slameto: “Intelegensi
adalah suatu kemampuan mental yang dibawa oleh individu sejak lahir dan dapat
dipergunakan untuk menyesuaikan diri di dalam lingkungan yang baru serta untuk
memecahkan problema-problema yang dihadapi dengan cepat dan tepat”.[19]
Dengan demikian setiap siswa
memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menyerap pelajaran untuk memecahkan
masalah matematika. Anak yang cerdas akan segera dapat mengembangkan pola pikir
untuk dapat memahami materi pelajaran yang diajarkan oleh gurunya sehingga
prestasinya akan lebih baik bila dibandingkan dengan anak-anak yang kurang
cerdas.
Tentang besarnya peran
intelegensi terhadap pencapaian belajar, Slameto mengemukakan sebagai berikut:
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan
belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang
tinggi akan lebih berhasil dari yang mempunyai intelegensi rendah. Walaupun
demikian, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi tinggi belum pasti berhasil
dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang
kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya. Sedang intelegensi adalah
salah satu faktor di antara faktor yang lain.[20]
b. bakat
Bakat merupakan suatu potensi
atau kemampuan dan keahlian seseorang dalam suatu bidang tertentu yang dapat
menentukan kesuksesannya, seperti kecakapan menyelesaikan persoalan matematika,
kecakapan dalam musik, olahraga atau keahlian lainnya. Menurut Muhibbin Syah:
“...belajar adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang”.[21] Dan menurut Slameto: “...bakat
adalah kemampuan untuk belajar”.[22]
Bakat dapat mempengaruhi
prestasi belajar siswa dalam bidang studi matematika. Hal ini sesuai dengan
yang dikemukakan oleh Sumadi Suryabrata bahwa: “Seseorang akan lebih berhasil
kalau dia belajar dalam lapangan yang sesuai dengan bakatnya”.[23]
Dari kutipan-kutipan di atas
dapatlah kita ketahui bahwa orang yang kurang berbakat dalam bidang matematika
tidak akan mencapai prestasi belajar yang sejajar dengan orang-orang yang
berbakat dalam bidang studi matematika. Jadi bakat merupakan faktor yang
penting dalam belajar matematika serta berpengaruh terhadap prestasi
belajarnya.
c. minat
Minat merupakan kecenderungan
seseorang kepada suatu objek. Menurut Suyono: “Minat adalah gejala tertarik
pada sesuatu yang selanjutnya minat seseorang akan mencerminkan tujuan”.[24]
Selanjutnya W. S Winkel
menerangkan bahwa “Minat diartikan
sebagai kecenderungan suatu subjek yang menetap untuk merasa tertarik pada
bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi
itu”.[25]
Minat besar pengaruh terhadap
belajar, karena bila bahan pelajaran yang disajikan guru tidak sesuai dengan
minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya.
Jadi, dapat dikatakan bahwa
keberhasilan siswa dalam belajar khususnya dalam bidang studi matematika
dipengaruhi juga oleh faktor minat tersebut. Apabila siswa tidak berminat dalam
belajar matematika mengakibatkan siswa tidak mau memperlihatkan dan merasa
terpaksa dalam mengikuti pelajaran matematika. Oleh karena itu minat mendapat
perhatian dari guru berusaha untuk membangkitkan minat yang besar dalam diri
siswa, dengan cara menyelidiki hal-hal yang menarik pada tiap-tiap mata
pelajaran yang disajikan dan menguraikan kegunaan pelajaran yang diberikan
untuk masa yang akan datang.
d. motivasi
Motivasi dapat diartikan
sebagai suatu dorongan yang datang dari dalam diri maupun karena dirangsang
oleh faktor dari luar. Motivasi ini membuat seseorang ingin melakukan sesuatu
hal yang diarahkan untuk mencapai satu tujuan, seperti yang dikatakan oleh
Ngalim Purwanto motivasi adalah “suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi
tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan
sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu”.[26]
Dengan adanya motivasi,
seseorang akan lebih giat dalam melakukan aktivitasnya, seperti yang
dikemukakan oleh Sumadi Suryabrata: “Motivasi adalah keadaan dalam pribadi
orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna
mencapai sesuatu tujuan.”[27]
Timbulnya motivasi dapat
ditinjau dari dua segi, yaitu: “Motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik”[28]. Yang dimaksud motivasi
ekstrinsik adalah motivasi yang timbul karena dorongan dari luar kegiatan
dimulai dan dilaksanakan karena adanya dorongan yang tidak langsung dikaitkan
berhubungan dengan kegiatan tersebut. Misalnya siswa menyelesaikan tugas-tugas matematika
untuk mendapatkan nilai yang baik. Jadi siswa mau melakukan kegiatan belajar
karena ingin memperoleh ganjaran yaitu nilai yang baik dalam pelajaran
matematika.
Motivasi intrinsik menurut Sardiman AM adalah;
“Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya
tidak perlu dirangsang melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang senang
mempelajari mempelajari matematika tidak usah ada yang menyuruh atau
mendorongnya tapi ia mau menyelesaikan soal-soal”.[29]
Jadi seorang siswa harus
memperhatikan apa yang menjadi tujuan belajarnya agar siswa tersebut dapat
belajar dengan baik sehingga dapat memusatkan perhatian dan termotivasi
melaksanakan kegiatan yang berhubungan atau yang menunjang pelajarannya,
sehingga hasil yang diperoleh akan lebih baik. Jadi motivasi merupakan salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.
e. cara belajar
Cara belajar seseorang juga
akan menentukan apakah ia berhasil atau tidak dalam pelajarannya. Kemampuan
belajar tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan yang dimiliki tetapi juga
tergantung pada cara belajar yang dilakukan.
Banyak siswa melakukan cara
belajar yang salah, dalam hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara
belajar yang tepat maka akan efektif pula hasil belajar siswa itu. Dengan
pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat
akan meningkatkan hasil belajar, sebaliknya tanpa pembagian waktu yang baik dan
cara belajar yang tidak tepat maka akan menurunkan hasil belajar.
Dengan demikian, dalam belajar
geometri siswa harus menentukan cara belajar yang tepat dan meningkatkan
aktivitas belajarnya agar kesulitan-kesulitannya dapat teratasi.
f.
perhatian
Perhatian menurut Ghazali adalah
keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu
objek (benda/ hal) atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar
yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang
dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka
timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat
belajar dengan baik, diusahakan agar bahan pelajaran selalu menarik perhatian
dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya.
g. kematangan
Kematangan adalah suatu
tingkat/ fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah
siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti anak dapat
melaksanakan kegiatan secara terus-menerus, untuk itu diperlukan
latihan-latihan dari pelajaran. Dengan kata lain anak yang sudah siap (matang)
belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar.
h. kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan
untuk memberi respon atau bereaksi. Kesediaan itu dari dalam diri seseorang dan
juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk
melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar
mengajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil
belajarnya akan lebih baik.[30]
b. faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor
yang berasal dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi siswa. Faktor
eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi seseorang ada tiga yaitu faktor
keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
- faktor keluarga
Keluarga merupakan tempat
pertama seseorang memperoleh pendidikan dan dalam keluarga pula seseorang
dididik dan dibesarkan, maka dapat dikatakan bahwa keluarga merupakan sumber
pendidikan utama. Pengetahuan yang dimiliki seorang anak tergantung pada keluarga
atau orang tua yang mendidiknya, karena orang tua mempunyai pengaruh yang
sangat besar seperti yang dikemukakan oleh Ahmadi:
Orang tua yang dapat mendidik anak-anaknya dengan
cara memberi pendidikan yang baik tentu akan sukses dalam belajarnya, sebaliknya
orang tua yang tidak menginginkan pendidikan anak-anaknya, acuh tak acuh bahkan
tidak memperhatikan sama sekali, tentu tidak akan berhasil dengan baik.[31]
- faktor sekolah
Lingkungan sekolah merupakan
tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Kondisi lingkungan sekolah yang
dapat mempengaruhi kondisi belajar siswa antara lain adanya guru yang baik
dalam jumlah yang cukup memadai sesuai dengan jumlah bidang studi yang ditentukan,
metode belajar guru yang tepat, peralatan belajar yang cukup lengkap, gedung
sekolah yang memenuhi persyaratan bagi berlangsungnya proses belajar mengajar
yang baik, kurikulum yang sesuai dengan tahap perkembangan anak, tata tertib
dan disiplin sekolah yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten, hubungan
antara guru dengan siswa yang baik dan adanya hubungan keharmonisan antara
semua personil sekolah.
Hubungan yang baik antara
siswa dan guru dapat mendorong siswa untuk terbuka dan bertanya mengenai pelajaran
yang belum dimengerti. Keharmonisan guru dengan siswa, kenyataannya memang
sangat mempengaruhi siswa dalam menyenangi suatu pelajaran. Hal ini tentu saja
akan mempengaruhi motivasi siswa dalam belajar. Sikap siswa terhadap guru juga
mempengaruhi keberhasilan belajarnya. Siswa yang benci terhadap gurunya akan
mengalami kesulitan dalam belajar. Sebaliknya apabila siswa suka pada gurunya tentu akan membantu belajar.
Dalam hal ini Slameto mengemukakan:
Di dalam relasi (guru dan
siswa) yang baik siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai pelajaran yang
diberikan sehingga siswa berusaha mempelajari pelajaran sebaik-baiknya. Hal
tersebut juga akan terjadi sebaliknya, jika siswa membenci gurunya, ia akan
segan mempelajari mata pelajaran yang diberikan akibatnya ia akan mengalami
kesulitan dalam belajar.[32]
Guru juga dapat menjadi penyebab
kesulitan belajar, yang menurut Ahmadi yaitu:
a. Guru tidak kualified,
baik dalam pengambilan metode yang digunakan ataupun dalam mata pelajaran yang
dipegangnya
b. Hubungan guru dengan murid
yang kurang baik
c. Guru-guru menuntut standar
pelajaran di atas kemampuan anak
d. Guru tidak memiliki
kecakapan dalam usaha diagnosis kesulitan belajar, misalnya dalam bakat, minat,
sifat, kebutuhan anak dan sebagainya
e. Metode mengajar yang dapat
menimbulkan kesulitan[33]
Dengan demikian, lingkungan
sekolah sangat mempengaruhi proses belajar siswa, terutama guru karena
kebiasaannya siswa lebih menerima masukan-masukan dari sekolah daripada rumah.
Di samping itu pula guru juga dikatakan sebagai orang tua kedua setelah orang
tua kandung di rumah.
- faktor masyarakat
Secara tidak langsung
masyarakat juga mempengaruhi anak dalam proses belajar, karena melalui
masyarakat anak dapat mengembangkan sikap sosial seperti kemampuan
berkomunikasi, kemampuan bergaul serta dapat memahami nilai-nilai yang
terkandung dalam masyarakat.
Ada beberapa pengaruh
kehidupan masyarakat dalam aktivitas belajar seseorang, yaitu pergaulan
muda-mudi, teman belajar dan aktivitas berorganisasi. Akan tetapi teman
memiliki pengaruh yang sangat besar dalam belajar. Slameto mengemukakan:
”Pengaruh teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang
kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik pada diri siswa,
sebaliknya teman bergaul yang bersifat jelek pasti juga mempengaruhi sifat yang
jelek pula”.[34]
E. Kesulitan-kesulitan
Memahami Materi Integral
Setiap siswa perlu memiliki
penguasaan matematika pada tingkat tertentu, yang merupakan penguasaan
kecakapan matematika untuk dapat memahami dunia dan berhasil dalam kariernya.
Tingkat penguasaan siswa terhadap
matematika berbeda-beda, tidak sama antara satu siswa dengan siswa lainnya
namun dianggap telah tuntas dalam belajar jika mampu menguasai materi dan
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan sekolah. Berkenaan dengan penguasaan
materi dan kriteria yang ditentukan sekolah, Mulyasa menyatakan bahwa: “Siswa
dikatakan tidak ada kesulitan dalam menguasai materi bila telah berhasil
menguasai materi dan dikatakan tuntas belajar. Proses pembelajaran dikatakan
berhasil apabila terjadi perubahan tingkah laku yang positif pada diri peserta
didik seluruhnya atau setidaknya sebagian besar 75%”.[35]
F. Materi Integral di Kelas XII MA//SMA
1. Pengertian Integral
Mengintegralkan suatu fungsi
turunan f(x) = F’(x) berarti kita mencari Integral atau anti turunannya,
yaitu F(x), yang apabila fungsi tersebut diturunkan menghasilkan fungsi
asalnya F(x). Integral terhadap fungsi dari x dinotasikan dengan
“”.[36]
Jika F’(x) = f(x) maka , dengan C disebut konstanta Integral.
2. Rumus-rumus Integral Tak
tentu
a. Integral Pangkat
Untuk setiap bilangan real n
≠ -1, maka:
b. Integral Perkalian Skalar
Untuk setiap bilangan real n
≠ -1 dan konstanta k, maka:
c. Integral Penjumlahan dan
Pengurangan
d. Integral Eksponensial
1.
2. , untuk k ≠ 0
e. Integral Logaritma
1.
2.
f.
Integral Fungsi Trigonometri
a.
b.
g. Integral Parsial
Jika u dan v
adalah fungsi-fungsi dari x yang dapat diturunkan, sehingga:
u = f(x) du
= f’(x)
v = g(x) dv = g’(x)
maka:
[37].
[1] Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, (Jakarta: Prenada Media, 2005), hal.80.
[2] Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam ... , hal. 79
[3] Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum
2004 Standar Kompetensi: Mata Pelajaran Matematika SMA dan MA, (Jakarta:
Depdiknas, 2003), hal. 6
[4] Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum 2004…, hal. 6
[5] E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum
2004; Panduan Pembelajaran KBK, (Bandung;
Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 121.
[6] Rusdi A. Siroj, Cara Seseorang
Memperoleh Pengetahuan dan Implikasinya pada Pembelajaran Matematika, (Jakarta:
Depdiknas, 2001), hal. 28
[7] Erman Suherman, Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika, (Jakarta:
Depdikbud, 1993), hal. 56.
[8] Lisnawati Simanjuntak, Metodologi Mengajar Matematika, Jilid I,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hal. 69.
[9] Lisnawati Simanjuntak, dkk, Metodologi
Mengajar…, hal. 228
[10] Rachman Natawijaya, Cara Belajar Siswa
Aktif dan Penerapannya dalam Metode Mengajar, (Jakarta: Depdikbud, 1984),
hal. 19
[11]
LE. Sihite, Interaksi Belajar (Jakarta: Thalia Indonesia, 1985),
hal. 34
[12]
Soedjono, Diagnosis Kesulitan Belajar dan
Pengajaran Remedial Matematika (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Dirjen Dikti, PPLPTJ, 1994), hal. 4-8
[13] Lisnawati Simanjuntak, dkk, Metode
Mengajar… hal. 65
[14] Saiful Bahri Djamarah, Psikologi
Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 201
[15] Saiful Bahri Djamarah, Psikologi…, hal. 200-201
[16] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hal. 56
[17]
Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hal.
35
[18]
Oemar hamalik, Metoda Belajar dan Kesulitan Belajar, edisi II,
(Bandung: Tarsito, 1983), hal.113
[19]
Slameto, Belajar…, hal. 58
[20]
Slameto, Belajar…, hal. 58
[21] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan
dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), hal. 135
[22]
Slameto, Belajar…, hal. 59.
[23]
Sumadi, Psikologi…, hal. 167
[24]
Suyono, Usaha Membangkitkan Membangkitkan Minat Terhadap Mata
Pelajaran Matematika, Proyek Pengembangan Pendidikan Guru, (Jakarta:
Depdikbud, 1981), hal. 9
[25] W.
S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Depdikbud: Gramedia, 19890, hal. 105.
[26]
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1997), hal. 60
[27]
Sumadi Suryabrata, Psikologi…, hal. 70
[28]
Herman Hudojo, Strategi Belajar Mengajar Matematika, (Malang:
IKIP Malang, 1990), hal. 97
[29]
Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi, (Jakarta: Rajawali Pers,
1996), hal. 91
[30]
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor…, hal. 59
[31]
Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991),
hal. 79
[32]
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor…, hal. 66
[33]
Ahmadi, Psikologi…, hal. 84
[34]
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor…, hal. 71
[35] E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis
Kompetensi: Konsep, Karakteristik, Implementasi dan Inovasi, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 101
[36] B.K. Noormandiri, Matematika SMA untuk
kelas XII Program Ilmu Alam, (Jakarta: Erlangga, 2005), hal. 2
[37] B.K. Noormandiri, Matematika SMA…, hal.
4 - 24
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Pendekatan dan Jenis
Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap siswa MAN I
Meulaboh Kelas XII. Berdasarkan tujuan
penelitian ini yaitu untuk mengetahui kesulitan apa
saja yang dihadapi oleh siswa dalam memahami materi Integral, maka penelitian ini menggunakan
rancangan penelitian survei deskriptif dimana peneliti hanya memaparkan situasi
dan peristiwa dengan melakukan pengamatan secara
langsung pada obyek yang menjadi sumber data penelitian. Furchan menjelaskan
bahwa “penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh
informasi tentang status suatu gejala saat
penelitian dilakukan.”[1]
Analisis datanya
menggunakan pendekatan kualitatif.
Bogdan dan Taylor mendefinisikan “Penelitian kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data
deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku
yang dapat diamati.”[2] Dengan rancangan
penelitian ini, diharapkan berbagai data dan informasi yang berhubungan dengan
kemampuan siswa dalam memahami materi Integral dapat dikumpulkan dan dianalisa.
B.
Subjek
Penelitian
Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas XII jurusan IPA MAN I Meulaboh yang terdiri dari tiga kelas yaitu kelas III IPA-1 dengan jumlah
siswa 37 orang, kelas III IPA-2 dengan jumlah siswa 39 orang dan kelas III IPA-3
dengan jumlah siswa 38 orang. Dengan demikian jumlah siswa secara keseluruhan
adalah 114 orang.
Untuk memperoleh keterangan tentang populasi ini,
penulis mengambil sampel sebanyak satu kelas dari seluruh populasi. Sampel dari penelitian ini di ambil dengan
teknik purposive sampling. Menurut Sudjana ”Purposive sampling
adalah suatu cara pengambilan sampel yang berdasarkan ciri-ciri atau
sifat-sifat tertentu yang sudah diketahui sebelumnya”[3]. Dalam penelitian ini, penulis mengambil
kelas XII IPA-1 sebagai sampel. Alasan pemilihan kelas tersebut karena didasarkan kemampuan siswa antar kelas
tersebut relatif sama. Selain itu juga didasarkan atas rekomendasi dari guru
yang mengajar matematika di sekolah tersebut.
C.
Instrumen
Penelitian
Instrumen penelitian merupakan semua perangkat yang
digunakan dalam suatu penelitian. Adapun Instrumen penelitian ini berupa soal
tes sebanyak 7 soal essay dengan skor setiap butir soal berbeda menurut
tingkat kesulitannya masing-masing. Soal tersebut dapat dilihat pada daftar lampiran 1. Tes yang diberikan
berpedoman pada kurikulum yang berlaku. Waktu yang digunakan dalam
menyelesaikan soal ini selama 2 jam pelajaran. Setelah hasil tes penulis
periksa, penulis mewawancarai beberapa siswa yang paling banyak melakukan
kesalahan pada saat menjawab soal dan dengan guru bidang studi matematika yang
mengajar di kelas tersebut yang gunanya untuk memperoleh keterangan lebih
lanjut tentang kesulitan dan penyebab kesulitan yang dihadapi siswa.
D.
Teknik
Pengumpulan Data
Upaya yang dilakukan untuk mendapatkan data yang relevan
dalam penelitian ini adalah:
- Tes
Tes merupakan ujian secara tertulis yang diberikan kepada
siswa yang dijadikan sampel penelitian. Tes digunakan untuk mengetahui
kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada materi Integral. Data yang
diperoleh dari tes dijadikan sebagai data tertulis untuk mengetahui letak kesalahan
siswa. Soal tes berjumlah 7 soal dalam bentuk essay, dengan waktu yang
disediakan untuk menyelesaikan soal adalah 2 jam pelajaran. Penyusunan soal tes
berpedoman pada buku matematika kelas XII SMA. Kemudian penulis kembangkan dengan
pertimbangan dari kedua pembimbing.
- Wawancara
Yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya
jawab secara langsung dengan para siswa yang telah ditetapkan yaitu siswa yang
paling banyak melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal tes yang diberikan, setiap soal diwakili
oleh satu siswa. Wawancara dilakukan untuk mengetahui lebih jauh alasan siswa
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal materi Integral. Daftar pertanyaan dalam wawancara tersebut
sebelumnya telah disiapkan secara terstruktur oleh peneliti, meliputi
garis-garis besar tentang apa yang akan diungkap dari siswa. Pertanyaan mengacu
kepada hasil pekerjaan subjek pada saat tes tertulis. Untuk mengetahui lebih
jauh kesulitan yang dialami siswa, setelah mewawancarai siswa juga dilakukan
wawancara dengan guru yang mengajar Matematika di kelas tersebut. Dengan adanya
wawancara diharapkan data yang diperoleh lebih terarah pada kesulitan siswa.
- Dokumentasi
Dokumentasi yaitu data yang
diperoleh dari sekolah. Data yang diperoleh berupa dokumen-dokumen yang
meliputi tentang data siswa, guru dan sekolah. Data yang diperoleh digunakan
untuk menambah informasi dalam penulisan skripsi.
E. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam penelitian, keabsahan
data merupakan hal yang penting. Untuk mengecek keabsahan data akan digunakan
kriteria derajat kepercayaan. Derajat kepercayaan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah triangulasi. Triangulasi adalah suatu teknik pemeriksaan
keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu di luar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.
Triangulasi dilakukan pengamat
dengan cara mendiskusikan proses dan hasil penelitian dengan dosen pembimbing,
teman sejawat dan guru bidang studi matematika. Hal ini dilakukan dengan tujuan
untuk mendapatkan masukan baik dari segi metodologi ataupun konteks penelitian.
Dengan triangulasi diharapkan penelitian tidak menyimpang dari harapan dan data
yang diperoleh benar-benar mencerminkan data yang valid sehingga dapat
terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya subjek berdusta, menipu
atau berpura-pura.
E.
Teknik
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik deskriptif, yaitu
menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan yang
diteliti[4]. Setelah
data terkumpul, data yang diperoleh dari hasil tes siswa dianalisa satu persatu
perbutir soal untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi siswa dalam
menyelesaikan soal-soal Integral. Penulis menarasikan kesulitan siswa
berdasarkan hasil jawaban siswa, apakah kesulitan dalam menggunakan konsep,
kesulitan belajar dengan menggunakan prinsip atau kesulitan dalam menentukan
bahasa verbal, serta dikuatkan dengan hasil wawancara dengan siswa dan guru
yang mengajar matematika di kelas tersebut.
Dalam penulisan skripsi ini penulis berpedoman pada buku
Pedoman Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa yang disusun oleh TIM IAIN Ar-Raniry dan
diterbitkan oleh Ar-Raniry Press Banda Aceh 2004.
[2] Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian
Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1989). Hal. 3.
[3] Sudjana, Metoda Statistika,
(Bandung: Tarsito,1992). hal. 161
[4] Suharsimi Arikunto, Prosedur…, hal. 234
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN
A.
Lokasi dan Waktu Penelitian
MAN I Meulaboh merupakan
lembaga pendidikan formal yang berlokasi di Jalan Sentosa No. 1 Drien Rampak,
Meulaboh. Madrasah ini mempunyai gedung permanen berupa 17 ruang kelas dan 11 ruang lainnya,
serta 1 mushalla. Secara lengkap dapat dilihat dalam Tabel 4.1 di bawah ini:
Tabel 4.1 Ruangan di MAN I Meulaboh.
No
|
Nama Ruang
|
Jumlah
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
|
Kelas X
Kelas XI
Kelas XII
Ruang Kepala Sekolah
Ruang Guru
Ruang Tata Usaha
Ruang Perpustakaan
Laboratorium Komputer
Laboratorium Kimia/Biologi
Laboratorium Fisika
Ruangan Aula
Gedung Keterampilan
Mushalla
|
6
5
6
1
1
1
1
1
1
1
1
3
1
|
Sumber: Dokumentasi MAN I Meulaboh, 2008
Madarasah Aliyah Negeri (MAN) I
Meulaboh memiliki 48 orang guru dan dibantu oleh 5 orang karyawan. Jumlah siswa
MAN I Meulaboh seluruhnya 569 orang. Data guru dan siswa dapat dilihat dalam
tabel berikut ini:
Tabel 4.2 Distribusi guru dan karyawan di MAN I
Meulaboh
No
|
Guru
|
Jumlah Guru
|
Guru Matematika
|
Guru Non Matematika
|
1
2
3
|
Guru tetap
Guru honor
Karyawan
|
36
12
5
|
4
1
-
|
32
11
-
|
|
Jumlah
|
53
|
5
|
43
|
Sumber:
Dokumentasi MAN I Meulaboh, 2008
Tabel 4.3 Distribusi Siswa-siswa MAN I Meulaboh
No
|
Siswa
|
Jumlah Kelas
|
Jumlah Siswa
|
1
2
3
|
Siswa kelas X
Siswa kelas XI
Siswa kelas XII
|
6
5
6
|
213
162
194
|
|
Jumlah
|
17
|
569
|
Sumber:
Dokumentasi MAN I Meulaboh, 2008
Berdasarkan kedua tabel di
atas, terlihat jelas bahwa jumlah guru yang mengajar bidang studi matematika di
MAN I Meulaboh sudah seimbang bila dibandingkan dengan jumlah siswa secara
keseluruhan dan jumlah guru yang mengajar mata pelajaran lain. Rasio guru yang
mengajar bidang studi matematika dengan guru bidang studi lainnya adalah 1 : 8.
B. Deskripsi Data
Berdasarkan surat izin untuk
mengumpulkan data yang dikeluarkan Dekan Fakultas Tarbiyah kepada MAN I
Meulaboh, maka dalam pengumpulan data yang pertama sekali dilakukan adalah menjumpai
Kepala MAN I Meulaboh pada tanggal 8 November 2008. Kemudian menjumpai guru
bidang studi Matematika yang mengajar di kelas XII-IPA untuk membantu
mengumpulkan data penelitian ini. Dalam penelitian ini, pengumpulan data
dilakukan dalam 2 tahap yaitu tes dan wawancara. Pemberian tes dilakukan pada
tanggal 15 November 2008 bertempat di MAN I Meulaboh. Setelah tes dilakukan dan
diperiksa hasilnya, maka tahap berikutnya adalah wawancara. Wawancara dilakukan
pada saat jam istirahat siswa, dengan tujuan supaya proses belajar siswa tidak terganggu.
Adapun nilai yang diperoleh
dari hasil tes pada materi Integral dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini:
Tabel 4.4 Skor (nilai)
Kelas XII IPA-1 MAN I Meulaboh setelah menjawab soal-soal tentang materi Integral
No
|
NIS
|
Total Skor
|
Ket
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
|
4617
4630
4632
4647
4650
4664
4666
4673
4680
4681
4683
4685
4686
4651
4697
4698
4699
4704
4708
4714
4719
4747
4749
4758
4760
4763
4770
4776
4778
4780
4781
4796
4798
4809
4810
4812
4813
|
65
65
40
70
59
55
65
40
69
20
-
66
55
57
75
60
40
40
65
65
50
50
60
70
72
65
72
75
70
75
67
72
40
62
65
65
65
|
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Sakit
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
|
Sumber: Hasil tes pada tanggal 15 November 2008
Bila data diurutkan dari yang
terkecil sampai yang terbesar, maka diperoleh urutan data sebagai berikut:
20 40 40 40 40 40 50 50 55 55
57 60 60 62 65 65 65 65 65 65
65 65 65 66 67 69 69 70 70 70
72 72 72 75 75 75
C.
Analisis Hasil Penelitian
Kesulitan siswa dalam memahami
materi ini dapat dilihat dari cara siswa menyelesaikan soal tes yang diberikan,
serta dari hasil wawancara dengan siswa. Berikut hasil tes dan wawancara dengan
siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal tes yang diberikan.
Untuk soal No. 1 diwakili oleh
siswa dengan NIS. 4680.
Dari hasil tes:
Hitunglah:
Jawaban siswa:
=
=
Dari hasil
tes di atas, terlihat bahwa siswa tersebut masih mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan Integral pangkat dengan menggunakan rumus definisi Integral.
Untuk mengetahui penyebab kesalahan siswa, maka dilakukan wawancara seperti
dalam kutipan wawancara berikut ini:
Penulis : coba kamu baca soal No. 1!
Siswa
: (membaca soal)
Penulis : kamu tahu cara menyelesaikannya?
Siswa
: iya, pakai rumus
Penulis : ingat rumusnya?
Siswa
:
Penulis : kamu yakin itu rumusnya?
Siswa
: kayaknya ada yang lupa, saya ragu dan nggak tahu pak!
Penulis : pada saat menjawab kamu yakin?
Siswa
: yakin!
Penulis : jadi kenapa juga kamu pakai
rumus itu?
Siswa
: pelajaran matematika memang sulit saya mengerti pak,
saya kurang menjiwai matematika.[1]
Berdasarkan
hasil wawancara di atas, dapat kita pahami bahwa siswa tersebut mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan soal yang disebabkan karena lupa dan ragu-ragu
terhadap rumus definisi Integral. Kesulitan siswa juga dikarenakan siswa tidak
memahami konsep dari Integral, sehingga dapat kita simpulkan bahwa siswa masih
mengalami kesulitan dalam menggunakan konsep dan mengingat rumus Integral.
Untuk
soal No. 2 diwakili oleh siswa dengan NIS. 4673.
Dari hasil tes:
Hitunglah:
Jawaban siswa:
=
=
Hasil
tes di atas, terlihat bahwa siswa tidak dapat menggunakan rumus Integral yang
dipakai dengan baik, sehingga pada saat menjawab siswa terkecoh oleh adanya
variabel x yang seharusnya tidak terletak di bawah tanda bagi. Untuk
melihat penyebab kesulitan siswa dapat dilihat dari hasil wawancara dengan
siswa tersebut, berikut petikan wawancaranya:
Penulis
: coba kamu baca soal
Siswa : (membaca soal)
Penulis
: apakah kamu tahu apa yang ditanya dalam soal tersebut?
Siswa : hasilnya setelah diintegralkan
Penulis
: pada saat menjawab, kamu yakin itu benar?
Siswa : yakin
Penulis
: kenapa?
Siswa
: karena sudah belajar, jadi teringat rumus apa yang harus
dipakai.
Penulis : variabel x dari
mana?
Siswa : saya salah pengertian pak
Penulis
: jadi kenapa bisa seperti ini jawaban kamu?
Siswa : karena kurang teliti, kurang paham.[2]
Berdasarkan hasil wawancara di
atas, dapat diketahui bahwa siswa tersebut kurang teliti dalam menjawab soal. Hal
ini disebabkan karena pada saat menjawab siswa terlalu yakin bahwa yang ia
jawab itu sudah benar, tanpa dicek kembali.
Untuk soal No. 3 diwakili oleh
siswa dengan NIS. 4686
Dari hasil tes:
Hitunglah:
Jawaban siswa:
=
Jawaban siswa di atas
memperlihatkan bahwa siswa tersebut tidak dapat mengingat bentuk pengintegralan
yang sebenarnya walaupun hasil akhir dari soal di atas adalah benar. Seharusnya
lambang dan dt tidak lagi ditulis setelah fungsi diintegralkan.
Berikut petikan wawancara dengan siswa tersebut:
Penulis : coba kamu baca soal yang No.3!
Siswa
: (membaca soal)
Penulis : kamu tau cara menyelesaikan soal
tersebut?
Siswa
: tidak tahu.
Penulis : kenapa jawaban kamu bisa seperti
ini?
Siswa
: lihat punya kawan
Penulis : jadi, menurut kamu jawaban yang
benarnya bagaimana?
Siswa
: tidak tahu
Penulis : bukankah materi sudah diajarkan?
Siswa
: saya memang tidak paham dari sebelumnya
Penulis : kamu suka pelajaran matematika?
Siswa
: suka, tapi tidak mengerti
Penulis : masalah yang kamu alami dalam
mempelajari matematika apa?
Siswa
: ketika dijelasin oleh guru saya tidak mengerti.[3]
Berdasarkan
hasil wawancara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa siswa memang tidak paham
apa-apa tentang materi Integral khususnya dan materi dalam matematika pada
umumnya. Ini dikarenakan siswa memang tidak mengerti ketika guru menjelaskan di
depan.
Untuk soal No.
4 diwakili oleh siswa dengan NIS. 4704
Dari hasil tes:
Hitunglah
Jawaban siswa:
=
=
=
=
Berdasarkan
jawaban siswa tersebut, terlihat jelas bahwa kesulitan siswa dalam menjawab
soal di atas dikarenakan siswa sulit membedakan bentuk soal. Siswa beranggapan
bahwa setiap soal Integral penyelesaiannya harus diubah terlebih dahulu dalam du.
Padahal bentuk soal tersebut dapat langsung diintegralkan, karena bentuk
soalnya adalah bentuk eksponen sehingga hasilnya tetap sama seperti soal. Untuk
mengetahui penyebab kesulitan yang dialami siswa, berikut petikan wawancaranya:
Penulis
: coba kamu baca soal!
Siswa
:
(membaca soal)
Penulis : kamu tau cara menyelesaikannya?
Siswa
: tidak tahu
Penulis : kenapa tidak tahu?
Siswa
: karena memang nggak bisa pak!
Penulis : kenapa nggak bisa, padahal sudah
diajarkan sebelumnya?
Siswa
: saya lupa rumusnya
Penulis : rumus yang mana?
Siswa
: rumus untuk menyelesaikannya
Penulis : pada saat guru menjelaskan, kamu
mengerti?
Siswa
: ngerti pak, tapi saya lupa karena tidak belajar malamnya.[4]
Berdasarkan
petikan wawancara dengan siswa tersebut di atas, terlihat bahwa kesulitan siswa
dalam menjawab soal dikarenakan siswa tersebut lupa terhadap rumus apa yang
harus dipakai untuk soal tersebut, disamping itu juga dikarenakan sebelum
menghadapi tes siswa tidak belajar terhadap materi yang akan dites.
Untuk
soal No. 5 diwakili oleh siswa dengan NIS. 4632
Dari hasil tes:
Selesaikan:
Jawaban siswa:
=
=
Berdasarkan
jawaban siswa di atas, siswa tersebut kurang teliti terhadap apa yang dimaksud
oleh soal, ia menganggap bahwa setiap soal Integral akhirnya selalu dalam
bentuk dx. Sehingga hasil yang diminta oleh soal tidak dapat ditunjukkan
dengan benar oleh siswa. Berikut hasil wawancara dengan siswa tersebut:
Penulis : coba soalnya kamu baca!
Siswa
: (membaca soal)
Penulis : apakah kamu tahu cara
menyelesaikannya?
Siswa
: tahu pak
Penulis : kenapa bisa muncul dx,
darimana kamu dapat?
Siswa : pelajaran matematika bagi saya memang
nggak bisa, karena
menurut saya matematika selalu
banyak x, lagian No. 4 pun ada x
Penulis
: soal No. 5 kan tidak ada hubungan dengan No. 4?
Siswa : karena biasanya pada contoh sehari-hari
yang diberikan selalu x
Penulis
: kira-kira masalah apa yang kamu alami dalam mempelajari
matematika?
Siswa : kurang teliti, nggak suka sama matematika karena banyak sekali
rumus.[5]
Berdasarkan
petikan wawancara di atas, dapat diketahui bahwa siswa tersebut selalu
menganggap bahwa variabel x identik dengan pelajaran matematika dan
dalam matematika variabel yang ada hanyalah variabel x saja.
Untuk soal No. 6 diwakili oleh siswa dengan NIS 4630
Dari hasil tes:
Selesaikan:
Jawaban siswa:
=
=
=
Dari jawaban siswa tersebut, terlihat jelas bahwa siswa tersebut mengalami
kesulitan dalam membedakan antara Integral dan turunan. Semestinya Integral
dari cos x adalah sin x, akan tetapi siswa menulis Integral cos x
= -sin x yang merupakan turunan dari sin x. Berikut petikan
wawancara dengan siswa tersebut:
Penulis : coba kamu baca soalnya!
Siswa :
(membaca soal)
Penulis : kamu tau cara menyelesaikannya?
Siswa : ikut rumus cos x =
-sin x
Penulis : kenapa bisa demikian?
Siswa : saya tidak tahu
Penulis : yang kamu jawab kan turunannya, sedangkan yang ditanya
Integral
Siswa : saya
ragu pak, sehingga terpakai rumus turunan
Penulis : pada saat menjawab, kamu yakin jawaban
kamu benar?
Siswa :
yakin
Penulis : mengapa?
Siswa :
karena yang saya ingat rumus cos x = -sin x.[6]
Sesuai dengan hasil wawancara di atas, terlihat bahwa siswa tersebut
mengalami kesulitan dalam mengingat bentuk Integral fungsi trigonometri
sehingga siswa menulis turunannya.
Untuk No. 7 diwakili oleh siswa dengan NIS. 4778
Dari hasil tes:
Hitunglah:
Jawaban siswa:
= misal: u
= du = 12
=
dv
=
=
=
=
v =
=
v =
=
Berdasarkan
hasil tes di atas, siswa mengalami kesulitan pada saat menurunkan permisalan u
yaitu du, sehingga siswa lupa menulis dx. Kemudian juga siswa
mengalami kesulitan dalam mengIntegralkan dv, seharusnya bentuk
permisalan tersebut diselesaikan dengan cara subtitusi. Jadi, bisa dikatakan di
sini siswa masih kurang paham tentang Integral subtitusi.
Berikut petikan wawancaranya:
Penulis
: coba kamu baca soal!
Siswa : (membaca soal)
Penulis : kamu tahu cara menyelesaikannya?
Siswa
: tahu pak, pakai Integral parsial.
Penulis : kamu yakin jawaban kamu benar?
Siswa
: yakin
Penulis : ini kenapa bisa seperti ini?
(sambil menunjuk permisalan du)
Siswa : salah baca soal pak, sehingga ketika
permisalan dx nya saya
abaikan
Penulis :
kesalahan yang lain kamu tau dimana?
Siswa : tau pak!
Penulis :
dimana?
Siswa : pada saat mencari Integral dv, saya
nggak bisa mensubtitusikannya,
saya lupa caranya.[7]
Berdasarkan hasil wawancara, bisa
dikatakan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal Integral
subtitusi dan juga bisa dikatakan siswa kurang teliti dalam menjawab soal.
Setelah mewawancarai para
siswa yang telah dipilih tersebut, dalam penelitian ini juga diwawancarai guru
matematika yang mengajar di kelas XII MAN I Meulaboh, ia mengatakan bahwa
kesulitan yang dihadapi dalam proses belajar mengajar disebabkan karena tidak
semua siswa penuh perhatian terhadap materi yang diajarkan ketika proses
belajar mengajar berlangsung sehingga siswa tidak mampu menguasai dan memahami
rumus-rumus Integral, disamping itu juga siswa tidak menguasai materi-materi
penunjangnya seperti materi differensial, trigonometri dan materi lainnya.
Faktor lainnya yaitu alokasi waktu yang tidak mencukupi sehingga mengakibatkan
proses belajar mengajar di kelas tidak maksimal.[8]
Sehubungan dengan kesulitan
dan faktor-faktor penyebab kesulitan di atas, hal tersebut dapat dipahami
karena dalam menyelesaikan soal dibutuhkan penguasaan, pemahaman dan kemampuan
siswa dalam menggunakan konsep, menentukan prinsip serta kecakapan dalam
menganalisa soal dalam bahasa verbal. Kesulitan tersebut juga dikarenakan kurangnya
penguasaan siswa perhadap matei yang berhubungan dengan materi Integral.
[1] Hasil
wawancara dengan Hasri Rahmansyah Putra, siswa kelas XII MAN I Meulaboh, Aceh
Barat, tanggal 17 November 2008
[2] Hasil wawancara dengan Fitri Apriani, siswi kelas
XII MAN I Meulaboh, Aceh Barat, tanggal 17 November 2008
[3] Hasil wawancara dengan Herlisa, siswi kelas
XII MAN I Meulaboh, Aceh Barat, tanggal 17 November 2008
[4] Hasil wawancara dengan Julita,
siswi kelas XII MAN I Meulaboh, Aceh Barat, tanggal 17 November 2008
[5] Hasil wawancara dengan Arfatun
Husna, siswi kelas XII MAN I Meulaboh, Aceh Barat, tanggal 17 November 2008
[6] Hasil wawancara dengan Ana Zahroni,
siswi kelas XII MAN I Meulaboh, Aceh Barat, tanggal 17 November 2008
[7] Hasil wawancara dengan Rusnarita
Sari, siswi kelas XII MAN I Meulaboh, Aceh Barat, tanggal 17 November 2008
[8] Hasil wawancara dengan Elfida
Kartik, S.Pd.I, guru Mata Pelajaran Matematika di kelas XII MAN I Meulaboh,
Aceh Barat, tanggal 17 November 2008
BAB
V
PEMBAHASAN
Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan, maka diketahui bahwa
siswa kelas XII-IPA MAN I Meulaboh mengalami kesulitan dalam memahami materi Integral.
Hal ini terlihat dari banyaknya
siswa yang tidak bisa menjawab dengan
benar soal tes yang diberikan.
Untuk mengetahui kesulitan yang
dihadapi siswa dalam memahami materi Integral dan untuk mengetahui
faktor-faktor penyebab kesulitan yang dihadapi siswa dalam memahami materi Integral
tersebut, maka berikut akan dibahas dengan menganalisa hasil tes dan wawancara yang
dilakukan dengan siswa. Bila ditinjau dari hasil tes dan wawancara dengan
siswa, maka diperoleh kesulitan yang dihadapi siswa yakni sebagai berikut:
Pada soal nomor 1 siswa yang
belum menjawab dengan benar ada 2 orang, Berdasarkan dari hasil wawancara yang dilakukan
dengan salah satu siswa yang paling banyak melakukan kesalahan dalam menjawab
soal tersebut dapat diketahui bahwa siswa belum paham konsep dasar materi Integral
sehingga tidak dapat mengingat rumus Integral, serta siswa juga kurang menjiwai matematika.
Berkenaan dengan kesulitan siswa dalam menggunakan konsep, Soedjono
mengemukakan bahwa; ”siswa lupa nama singkatan/ nama teknik suatu objek dan
ketidakmampuan mengingat atau lebih syarat cukup”.[1] Sehingga kesulitan yang
dialami siswa dalam hal ini adalah siswa belum memahami dengan baik rumus Integral
pangkat sehingga sulit dalam mengingat rumus, sedangkan faktor penyebab
kesulitan yang dihadapi siswa adalah siswa lupa/ tidak bisa mengingat dengan
baik definisi atau konsep Integral.
Pada soal nomor 2 siswa yang
menjawab salah ada 5 orang. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu siswa
yang tidak dapat menyelesaikan soal tersebut dengan benar, dapat disimpulkan
bahwa kesulitan siswa dikarenakan siswa tidak teliti dalam menjawab soal,
sehingga menulis variabel yang semestinya tidak perlu lagi ditulis.
Pada soal nomor 3 tentang Integral
penjumlahan dan pengurangan, siswa yang dapat menjawab dengan benar ada 20
orang, 15 orang siswa tidak tidak
menjawab dengan benar serta 2 orang yang tidak menjawab. Berdasarkan wawancara
dengan siswa yang melakukan kesalahan dalam menjwab soal tersebut, diperoleh
informasi bahwa siswa mengalami kesulitan dikarenakan ketika guru menjelaskan
materi pelajaran di kelas, siswa memang tidak bisa memahami dengan sepenuhnya
terhadap apa yang diajarkan oleh gurunya atau dapat juga dikatakan bahwa siswa
sulit untuk mengingat materi yang telah diajarkan oleh guru. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa siswa kesulitan karena siswa tidak bisa menyerap dengan
sepenuhnya dan sulit mengingat terhadap materi yang diajarkan oleh gurunya.
Untuk soal nomor 4 tentang Integral
eksponen siswa yang tidak dapat menjawab
dengan benar ada 12 orang. Sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan
salah seorang siswa yang melakukan kesalahan paling banyak untuk soal tersebut,
diperoleh informasi bahwa siswa mengalami kesulitan karena siswa lupa rumus
untuk menyelesaikan soal Integral eksponen, sedangkan faktor yang menyebabkan
kesulitan adalah ketidakmampuan mengingat apa yang telah diajarkan, siswa tidak
memahami rumus/ konsep Integral eksponensial, sehingga siswa tidak mampu dalam
meyelesaikan soal dengan benar.
Pada soal nomor 5, ada 8 orang
siswa yang tidak dapat menjawab soal tersebut dengan benar. Selanjutnya dilakukan
wawancara dengan salah seorang siswa yang melakukan kesalahan paling banyak
untuk nomor soal tersebut. Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa siswa
tersebut beranggapan bahwa dalam pelajaran matematika selalu ada huruf x, sehingga ia
berpikir bahwa setiap soal matematika penyelesaiannya selalu ada variabel x.
Tentang hal ini, Soedjono mengemukakan bahwa; ”siswa tidak mengerti apa yang
dibaca kibat kurangnya pengetahuan siswa tentang konsep atau beberapa istilah
yang tidak diketahui dan ketidakmampuan menetapkan variabel untuk menyusun
persamaan dan sebagainya”.[2] Dapat disimpulkan
kesulitan siswa dikarenakan anggapan siswa bahwa variabel x selalu
muncul dalam matematika
Selanjutnya untuk soal nomor
6, ada 16 orang siswa yang tidak dapat menjawab dengan benar. Untuk ini diwawancarai
salah seorang siswa yang paling banyak melakukan kesalahan. Darinya diketahui
bahwa, kesulitan siswa di sini adalah disebabkan karena siswa tidak dapat
membedakan dengan baik antara Turunan dan Integral dari bentuk trigonometri. Di
sini siswa menulis Integral dari cos x = -sin x, yang sebenarnya
–sin x merupakan turunan dari cos x. Jadi dapat kita simpulkan
bahwa dalam hal ini siswa mengalami kesulitan karena siswa belum mampu
membedakan Integral dan Turunan Trigonometri.
Untuk soal yang terakhir yaitu
nomor 7, seluruh siswa tidak dapat menyelesaikannya dengan benar. Berdasarkan hasil
wawancara menunjukkan bahwa, siswa kesulitan dalam melakukan permisalan dan
menyelesaikan bentuk Integral subtitusi. Sedangkan penyebab mereka tidak dapat menjawab soal tes karena
mereka tidak mampu mangingat apa yang telah diajarkan yaitu Integral subtitusi
yang sebenarnya telah diajarkan sebelumnya oleh guru. Jadi dapat disimpulkan
bahwa siswa tidak mampu menguasai materi penunjang, berkenaan dengan hal ini
Herman Hudojo mengemukakan bahwa; ”Mempelajari B yang mendasar pada A,
seseorang perlu memahami A terlebih dahulu. Tanpa memahami materi A tidak
mungkin orang tersebut memahami materi B. Ini berarti mempelajari matematika
harus bertahap dan berurutan serta mendasar pada pengalaman yang lalu.”[3]
Berdasarkan pembahasan di
atas, dapat kita ketahui kesulitan yang dialami siswa antara lain yaitu:
1. siswa belum memahami dengan
baik rumus Integral pangkat,
2. siswa lupa definisi atau
konsep Integral,
3. siswa tidak teliti dalam
menjawab soal,
4. siswa tidak bisa menyerap
dengan sepenuhnya terhadap apa yang diajarkan oleh gurunya,
5. ketidak mampuan siswa untuk
mengingat dengan baikapa yang telah diajarkan,
6. anggapan siswa bahwa
variabel x selalu muncul dalam matematika,
7. siswa belum mampu membedakan
Integral dan turunan trigonometri, dan
8. siswa tidak mampu menguasai
materi penunjang.
Adapun faktor-faktor penyebab
kesulitan siswa dari pembahasan di atas adalah sebagai berikut:
1. siswa lupa konsep/
rumus-rumus Integral,
2. siswa tidak menguasai
prinsip-prinsip dasar,
3. siswa kurang menguasai teknik
dalam menyelesaikan soal,
4. siswa kurang menguasai
materi-materi lain yang berhubungan erat dengan materi Integral, dan
5. siswa kurang teliti dalam
menganalisa soal.
Selain faktor di atas, dari
hasil wawancara dengan guru yang mengajar matematika di kelas XII-IPA diperoleh
informasi bahwa kesulitan siswa disebabkan karena kurangnya perhatian, minat
dan motivasi siswa dalam belajar, ketidakmampuan mengulang kembali apa yang
telah diajarkan serta alokasi waktu untuk mengajar matematika yang tidak cukup
juga membuat proses belajar mengajar tidak maksimal, sehingga mengakibatkan
hasil belajar tidak sesuai dengan yang diharapkan.
[1] Soedjono, Diagnosis Kesulitan
Belajar dan Pengajaran Remedial Matematika, (Jakarta: Depdikbud, 1994),
hal. 4
[2] Soedjono, Diagnosis…,
hal. 4.
[3] Herman
Hudojo, Strategi Belajar Mengajar Matematika, (Malang: IKIP Malang,
1990), hal. 4
BAB VI
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah telah dilakukan pada siswa kelas XII-IPA MAN I Meulaboh tentang kesulitan
siswa dalam memahami materi Integral, maka dapat diuraikan beberapa kesimpulan
terhadap apa yang telah dibahas pada bab sebelumnya. Dalam hal ini juga dikemukakan
beberapa saran-saran yang dapat berguna dalam perbaikan mutu pendidikan
matematika pada masa yang akan datang.
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil
penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.
tingkat
kemampuan siswa kelas XII-IPA MAN I Meulaboh dalam memahami
materi Integral masih tergolong rendah,
hal ini ditunjukkan oleh masih banyaknya siswa yang belum bisa menjawab soal
tes dengan tepat dan benar,
2.
siswa
kelas XII-IPA MAN I Meulaboh tahun ajaran 2008/ 2009 mengalami kesulitan dalam memahami
materi Integral. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam memahami materi
Integral meliputi; siswa belum memahami dengan baik rumus integral pangkat, siswa
lupa definisi atau konsep Integral, siswa tidak teliti dalam menjawab soal,
siswa tidak bisa menyerap dengan sepenuhnya terhadap apa yang diajarkan oleh
gurunya, ketidak mampuan siswa untuk mengingat dengan baikapa yang telah
diajarkan, anggapan siswa bahwa variabel x selalu muncul dalam matematika,
siswa belum mampu membedakan integral dan turunan trigonometri; serta siswa
tidak mampu menguasai materi penunjang, dan
3.
faktor-faktor yang menyebabkan
munculnya kesulitan siswa dalam memahami materi Integral antara lain adalah
sebagai berikut:
a.
siswa lupa konsep/ rumus-rumus Integral,
siswa tidak menguasai prinsip-prinsip dasar, siswa kurang menguasai teknik
dalam menyelesaikan soal, siswa kurang menguasai materi-materi lain yang
berhubungan erat dengan materi integral,
serta siswa kurang teliti dalam menganalisa soal, dan
b.
kesulitan siswa dikarenakan kurangnya
perhatian, minat dan motivasi siswa dalam belajar, ketidakmampuan mengulang
kembali apa yang telah diajarkan serta alokasi waktu untuk belajar matematika
yang tidak cukup.
B. Saran-saran
Berdasarkan dari hasil penelitian
yang telah dilakukan, maka dikemukakan beberapa saran, antara lain yaitu:
1. diharapkan kepada siswa
kelas XII IPA MAN I Meulaboh untuk belajar lebih giat lagi dalam mempelajari
matematika agar dapat meningkatkan prestasi belajar yang diharapkan,
2. untuk menghindari kesulitan
dalam memahami materi integral, diharapkan kepada siswa untuk mengulang kembali
apa yang telah diajarkan oleh guru, mengerjakan tugas dan latihan yang
diberikan guru, memperbanyak menyelesaikan soal-soal di rumah,
3. diharapkan agar guru
hendaknya memotivasi siswa dalam belajar matematika, agar minat siswa dalam
belajar dapat meningkat, dan
4. diharapkan agar guru
memperbanyak memberi tugas dan latihan untuk siswa agar siswa dapat mengulang
kembali apa yang sudah diajarkan.
Demikianlah kesimpulan dan
saran-saran yang dapat diuraikan, semoga dapat berguna demi perbaikan pembelajaran
matematika pada masa yang akan datang khususnya perbaikan dalam mengatasi
kesulitan siswa dalam memahami materi Integral.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, Psikologi Belajar,
Jakarta: Rineka Cipta, 1991.
B.K. Noormandiri, Matematika SMA untuk kelas XII Program Ilmu Alam,
Jakarta: Erlangga, 2005.
Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi:
Mata Pelajaran Matematika SMA dan MA, Jakarta: Depdiknas, 2003.
E.Mulyasa, Implementasi
Kurikulum 2004; Panduan Pembelajaran
KBK, Bandung; Remaja Rosdakarya, 2006.
________, Kurikulum
Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, Implementasi dan Inovasi, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2005.
E.T.Russefendi, Pendidikan Matematika 3, PPP 6 2431, Buku 1,
Modul 1-5, Jakarta Depdikbud Universitas Terbuka. 1994
Erman Suherman, Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika, Jakarta:
Depdikbud, 1993.
Herman Hudojo, Strategi
Belajar Mengajar Matematika, Malang: IKIP Malang, 1990.
LE. Sihite, Interaksi Belajar, Jakarta:
Thalia Indonesia, 1985.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1989).
Lisnawati Simanjuntak, Metodologi
Mengajar Matematika, Jilid I, Jakarta: Rineka Cipta, 1993.
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2005
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1997.
Oemar hamalik, Metoda
Belajar dan Kesulitan Belajar, edisi II, Bandung: Tarsito, 1983.
R. Soedjadi, Kiat Pendidikan di Indonesia Konstatasi Keadaan Masa
Kini Menuju Harapan Masa Depan, Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas, 2000.
Rachman Natawijaya, Cara
Belajar Siswa Aktif dan Penerapannya dalam Metode Mengajar, Jakarta:
Depdikbud, 1984.
Rusdi A. Siroj, Cara
Seseorang Memperoleh Pengetahuan dan Implikasinya pada Pembelajaran Matematika,
Jakarta: Depdiknas, 2001.
Saiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta,
2002.
Sardiman AM, Interaksi dan
Motivasi, Jakarta: Rajawali Pers, 1996.
Sartono Wirodikromo, Matematika
untuk SMA Kelas XII Program Ilmu Alam, Jakarta: Erlangga, 2004.
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 1995.
Soedjana, Strategi
Mengajar Matematika, modul 1-3, Jakarta: Depdikbud Universitas Terbuka.
Soedjono, Diagnosis
Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedial Matematika Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen Dikti, PPLPTJ, 1994.
Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.
Suyono, Usaha
Membangkitkan Membangkitkan Minat Terhadap Mata Pelajaran Matematika, Proyek
Pengembangan Pendidikan Guru, Jakarta: Depdikbud, 1981.
W.J.S. Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 1976.
W. S. Winkel, Psikologi
Pengajaran, Depdikbud: Gramedia, 1989.
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Jakarta: Prenada Media, 2005.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama Lengkap : Famirizal
2.
Tempat/ Tanggal Lahir : Alue
Ie Mameh, 18 Maret 1986
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Kebangsaan/ Suku : Indonesia/ Aceh
6. Status
Perkawinan : Belum Kawin
7. Alamat
Sekarang : Jl. T. Nyak
Arief, Lr. Indiser Utama, No.14 E, Tanjung Selamat, Darussalam
8. Pekerjaan/ NIM : Mahasiswa/ 260414554
9.Nama Orang Tua/ Wali :
a. Ayah : Abdul Rani
b. Ibu : Siti Asra
c.
Pekerjaan : Wiraswasta
d. Alamat : Jl. Nasional, No.30 Gampong Alue Ie Mameh,
Kec. Kuala,
Kab. Nagan Raya
10. Pendidikan :
a. MIN
: SDN Alue Ie Mameh Nagan Raya, berijazah
tahun 1998
b. MTsN
: MTs Nurul Falah Meulaboh Aceh Barat,
berijazah tahuh 2001
c. MAN
: MAN 1 Meulaboh Aceh Barat, berijazah
tahun 2004
d.Perguruan Tinggi : Fakultas Tarbiyah Jurusan
Pendidikan Matematika IAIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh,
2004
- 2009.
Demikianlah daftar riwayat
hidup ini saya perbuat dengan sebenarnya agar dapat dipergunakan sebagaimana
perlunya.
Darussalam, 10 Februari 2009
Penulis
FAMIRIZAL
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry
Darusalam, Banda Aceh sebagai Salah Satu
Beban Studi Program Sarjana (S1)
dalam Ilmu Pendidikan
Diajukan Oleh:
FAMIRIZAL
Mahasiswa Fakultas Tarbiyah
Jurusan Pendidikan Matematika
NIM. 260414554
Disetujui Oleh:
Pembimbing I, Pembimbing
II,
Drs. Ir. Johan Yunus, SE, M.Si Budi Azhari, M.Pd
NIP. 131 411 182 NIP.
150 408 289
SOAL TES
Petunjuk pengisian:
- Jawablah dengan teliti, jujur dan benar
- Waktu untuk menjawab soal adalah 90 menit
- Bacalah do’a sebelum menjawab
- …
- …
- = …
Kunci
jawaban tes beserta bobotnya
1.
= (10)
=
2.
=
4 (15)
= 4
=
3.
= (15)
=
=
4.
= (10)
=
5.
= (15)
=
6.
= (10)
=
7.
= … (25)
Misalkan:
Sehingga:
=
=
=
=
=
SOAL WAWANCARA
1. Apa
yang memotivasi anda dalam belajar matematika khususnya materi Integral?
- Apakah yang anda sukai dari pelajaran Matematika?
- Apa yang menjadi masalah yang anda hadapi dalam mempelajari Matematika?
- Kesulitan apa saja yang anda alami ketika belajar Matematika khususnya materi Integral?
- Bagaimana upaya anda untuk mengurangi kesulitan dalam belajar materi Integral?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar