REAKSI SAPONIFIKASI PADA
PROSES PEMBUATAN SABUN
Kata saponifikasi
atau saponify berarti membuat sabun (Latin sapon, = sabun dan
–fy adalah akhiran yang berarti membuat). Bangsa Romawi kuno mulai
membuat sabun sejak 2300 tahun yang lalu dengan memanaskan campuran lemak hewan
dengan abu kayu. Pada abad 16 dan 17 di Eropa sabun hanya digunakan dalam
bidang pengobatan. Barulah menjelang abad 19 penggunaan sabun meluas.
Sabun dibuat dari
proses saponifikasi lemak hewan (tallow) dan dari minyak. Gugus induk
lemak disebut fatty acids yang terdiri dari rantai hidrokarbon panjang
(C-12 sampai C18) yang berikatan membentuk gugus karboksil. Asam lemak rantai
pendek jarang digunakan karena menghasilkan sedikit busa. Reaksi saponifikasi
tidak lain adalah hidrolisis basa suatu ester dengan alkali (NaOH, KOH), reaksi
umumnya adalah:
O O
∕∕ ∕∕
R – C Na+OH– R – C + R`OH
\ \
OR` O– Na+
ester alkali garam dari asam
alkohol
Mekanisme ini melibatkan serangan nukleofil ion
hidroksida pada karbon karbonil
: ::
║ │
H:– + R – C – OR` R – C – OR`
│
OH
O O
║ ║
R – C – OH + –:R` R – C – O– + R`OH
Basa kuat basa lemah
Misalnya reaksi saponifikasi dari Gliseril
Tripalmitat dengan alkali NaOH:
O
║
CH2OC(CH2)14CH3
CH2OH
│
CHOH
│
CH2OH
O
║
–OC(CH2)14CH3
O
║
C
Sodium palmitate
H2OC(CH2)14CH3
+ 3Na+ OH– + 3Na+
Glycerol
O
║
CH2OC(CH2)14CH3
Glyceryl tripalmitate
Contoh lainnya adalah reaksi saponifikasi dari
Gliseril Tripalmitat dengan alkali KOH:
O
║
CH2OC(CH2)14CH3
CH2OH
│
CHOH
│
CH2OH
O
║
–OC(CH2)14CH3
O
║
C
H2OC(CH2)14CH3
+ 3K+ OH– + 3K+
Glycerol
O
║
CH2OC(CH2)14CH3
Glyceryl tripalmitate
Sabun dapat dibuat
melalui proses batch atau kontinu Pada proses batch, lemak
atau minyak dipanaskan dengan alkali (NaOH atau KOH) berlebih dalam sebuah
ketel. Jika penyabunan telah selesai, garam garam ditambahkan untuk
mengendapkan sabun. Lapisan air yang mengaundung garam, gliserol dan kelebihan
alkali dikeluarkan dan gliserol diperoleh lagi dari proses penyulingan. Endapan
sabun gubal yang bercampur dengan garam, alkali dan gliserol kemudian dimurnikan
dengan air dan diendapkan dengan garam berkali-kali. Akhirnya endapan direbus
dengan air secukupnya untuk mendapatkan campuran halus yang lama-kelamaan
membentuk lapisan yang homogen dan mengapung. Sabun ini dapat dijual langsung
tanpa pengolahan lebih lanjut, yaitu sebagai sabun industri yang murah.
Beberapa bahan pengisi ditambahkan, seperti pasir atau batu apung dalam
pembuatan sabun gosok. Beberapa perlakuan diperlukan untuk mengubah sabun gubal
menjadi sabun mandi, sabun bubuk, sabun obat, sabun wangi, sabun cuci, sabun
cair dan sabun apung (dengan melarutkan udara di dalamnya).
Pada proses
kontinu, yaitu yang biasa dilakukan sekarang, lemak atau minyak hidrolisis
dengan air pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu dengan katalis seperti sabun
seng. Lemak atau minyak dimasukkan secara kontinu dari salah satu ujung reaktor
besar. Asam lemak dan gliserol yang terbentuk dikeluarkan dari ujung yang
berlawanan dengan cara penyulingan. Asam-asam ini kemudian dinetralkan dengan
alkali untuk menjadi sabun.
Pada umumnya,
alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun pada umumnya hanya NaOH dan KOH,
namun kadang juga menggunakan NH4OH. Sabun yang dibuat dengan NaOH
lebih lambat larut dalam air dibandingkan dengan sabun yang dibuat dengan KOH.
Sabun yang terbuat dari alkali kuat (NaOH, KOH) mempunyai nilai pH antara 9,0
sampai 10,8 sedangkan sabun yang terbuat dari alkali lemah (NH4OH)
akan mempunyai nilai pH yang lebih rendah yaitu 8,0 sampai 9,5.
Sabun merupakan
garam dari asam lemah, larutannya agak basa karena adanya hidrolisis parsial.
O O
║ ║
R – C – O–Na+ + H – OH R – C
– OH + Na+OH–
sabun alkali
Alkali dapat mambahayakan beberapa jenis
tekstil, sabun juga tidak dapat berfungsi jika pH larutan terlalu rendah.
Karena rantai karbon yang panjang akan mengendap seperti buih. Misalnya sabun
dari natrium stearat, akan berubah menjadi asam stearat dalam suasana asam.
O O
∕∕ ∕∕
C17H35C + H+Cl–
C17H35C + Na+Cl–
\ \
O– Na+ OH
Natrium stearat asam stearat
Selain itu sabun biasanya membentuk garam
dengan ion-ion kalsium, magnesium, atau besi dalam air sadah (hard water).
Garam-garam tesebut tidak larut dalam air.
O
∕∕
2C17H35C + Ca++ (C17H35COO)2–Ca++
+ 2Na+
\
O– Na+
Natrium stearat kalsium stearat
(larut) (mengendap)
Garam yang tidak larut dalam air itu
membuat warna coklat pada dinding kamar mandi, kerah baju, atau warna kusam
pada pakaian dan rambut.
Masalah tersebut dipecahkan dengan
beberapa cara. Misalnya dengan mengurangi ion-ion kalsium dan magnesium dan
menggantinya dengan ion-ion natrium, atau yang dikenal dengan air lunak. (soft
water). Selain itu bisa juga dengan menambahkan fosfat pada sabun, karena
fosfat membentuk komplek dengan ion-ion logam, larut dalam air, sehingga
mencegah ion-ion tersebut membentuk garam taklarut dengan sabun. Namun
penggunaan fosfet harus dibatasi, karena jika ikut mengalir dalam danau atau
sungai fosfat yang juga berfungsi sebagai pupuk akan merangsang tumbuhnya
tanaman sedemikian besar sehingga tanaman menghabiskan oksigen terlarut dalam
air dan menyebabkan ikan-ikan mati. Cara lain misalnya dengan mengganti gugus
ionik karboksilat pada sabun dengan gugus sulfat atau sulfonat. Cara inilah
yang mendasari terbentuknya detergen.
Pada perkembangan selanjutnya bentuk sabun
menjadi bermacam-macam, yaitu:
1.
Sabun cair
o
Dibuat dari minyak kelapa
o
Alkali yang digunakan KOH
o
Bentuk cair dan tidak mengental dalam suhu kamar
2.
Sabun lunak
o
Dibuat dari minyak kelapa, minyak kelapa sawit
atau minyak tumbuhan yang tidak jernih
o
Alkali yang dipakai KOH
o
Bentuk pasta dan mudah larut dalam air
3.
Sabun keras
o
Dibuat dari lemak netral yang padat atau dari
minyak yang dikeraskan dengan proses hidrogenasi
o
Alkali yang dipakai NaOH
o
Sukar larut dalam air
Wanita sangat
menginginkan menggunakan sabun dalam bentuk cair, sebab bentuk cair memberikan
busa yang cukup banyak. Sabun yang banyak mengandung busa, terutama pada sabun
cair yang terbuat dari minyak kelapa atau kopra ini biasanya menyebabkan
rangsangan dan memungkinkan penyebab dermatitis bila dipakai. Oleh karena
itulah penggunaanya diganti dengan minyak zaitun dan minyak kacang kedele atau
minyak yang lain yang dapat menghasilkan sabun lebih lembut dan baik. Tetapi
para pemakai kurang menyukainya sebab sabun ini kelarutannya rendah dan tidak
memberikan busa yang banyak.
Dengan
perkembangan yang cukup pesat dalam dunia industri dimungkinkan adanya
penambahan bahan-bahan lain kedalam sabun sehingga menghasilkan sabun dengan
sifat dan kegunaan baru. Bahan-bahan yang ditambahkan misalnya:
1.
Sabun kesehatan
o
TCC (Trichorlo Carbanilide)
o
Hypo allergenic blend, untuk membersihkan lemak
dan jerawat
o
Asam salisilat sebagai fungisida
o
Sulfur, untuk mencegah dan mengobati penyakit
kulit
2.
Sabun kecantikan
·
Parfum, sebagai pewangi dan aroma terapi
·
Vitamin E untuk mencegah penuaan dini
·
Pelembab
·
Hidroquinon untuk memutihkan dan mencerahkan kulit
1. Shampoo
·
Diethanolamine (HOCH2CH2NHCH2CH2OH)
untuk mempertahankan pH
·
Lanolin sebagai conditioner
·
Protein untuk memberi nutrisi pada rambut
Selain jenis sabun
diatas masih banyak jenis-jenis sabun yang lain, misalnya sabun toilet yang
mengandung disinfektan dan pewangi. Textile soaps yang digunakan dalam
industi textile sebagai pengangkat kotoran pada wool dan cotton.
Dry-cleaning soaps yang tidak memerlukan air untuk larut dan tidak
berbusa, biasanya digunakan sebagai sabun pencuci tangan yang dikemas dalam
kemasan sekali pakai. Metallic soaps yang merupakan garam dari asam
lemak yang direaksikan dengan alkali tanah dan logam berat, biasanya digunakan
untuk pendispersi warna pada cat, varnishes, dan lacquer. Dan
salt-water soaps yang dibuat dari minyak palem Afrika (Elaise
guineensis) yang dapat digunakan untuk mencuci dalam air asin.
Meskipun meupakan
bahan utama pembentuk sabun, namun ternyata alkali mempunyai dampak negatif
bagi kulit. Beberapa penyelidik mengetahui bahwa alkali lebih banyak merusak
kulit dibandingkan dengan kemampuannya menghilangkan bahan berminyak dari kulit
. Meskipun demikian dalam penggunaannya dengan air, sabun akan mengalami proses
hidrolis. Untuk mendapatkan sabun yang baik maka harus diukur sifat alkalisnya,
yakni pH antara 5,8 sampai 10,5. Pada kulit yang normal kemungkinan pengaruh
alkali lebih banyak. Beberapa penyakit kulit sensitif terhadap reaksi alkalis,
dalam hal ini pemakaian sabun merupakan kontra indikasi. pH kulit normal antara
3-6, tetapi bila dicuci dengan sabun, pH kulit akan naik menjadi 9, meskipun
kulit cepat menjadi normal kembali, tapi mungkin saja perubahan ini tidak
diinginkan pada penyakit kulit tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar