View My Stats

Selasa, 21 Februari 2012

PAHLAWAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

A. RADEN AJENG KARTINI
Nama                           : Raden Ajeng Kartini
Lahir pada                   : Mayong, kabupaten Jepara, Jawa
                                    Tengah, Tanggal 20 april 1879
Wafat pada                  : Tanggal 17 September 1904 dalam
                                      Usia 25 tahun
Riwayat perjuangan      : Mendirikan Sekolah Bagi Kaum Wanita
                                    (Sekolah Kartini)

Raden Ajeng Kartini adalah putri dari bupati jepara, raden mas ario Sosroningrat. Raden ajeng kartini dilahirkan di mayong, kabupaten jepara, jawa tengah, pada tanggal 20 april 1879. Raden Ajeng Kartini adalah pelopor emansipasi kaum wanita Indonesia. Ia bercita-cita mengangkat derajat kaum wanita Indonesia melalui pendidikan agar mereka mendapat hak dan kecakapan yang sama dengan kaum pria. Keinginannya untuk melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi tidak di izinkan orang tuanya. Sesuai dengan adat istiadat pada waktu itu, ia harus menjalani masa pingitan sampai waktunya menikah. Salah satu kegemaran kartini ialah membaca, terutama buku-buku mengenai kemajuan wanita di luar negeri dengan banyak membaca majalah maupun buku, maka pikiran kartini menjadi terbuka. Ia dapat membandingkan kemajuan wanitap-wanita eropa dengan wanita-wanita Indonesia.

Sejak itu, timbul niatnya mendirikan sekolah bagi kaum wanita. Pada saat yang sama, ayahnya memutuskan agar kartini menikah dengan Raden Adipati joyoningrat, bupati Rembang. Suaminya memahami cita-cita kartini untuk mendirikan sekolah bagi kaum wanita. Mula-mula, sekolah didirikan dirumahnya sendiri dengan nama sekolah kartini. Kemudian, bermunculan sekolah-sekolah kartini ditempat lain, seperti di semarang, yogyakarta, solo, malang, madiun, cilacap, dan kota lain. Di sekolah itu murid diajarkan menyulam, menjahit, memasak, dan lain-lain.
Pada masa mudanya, kartini rajin mengirim surat kepada teman ayahnya yang berada di Belanda. Dalam surat itu, kartini menuangkan cita-citanya untuk memajukan wanita. Kumpulan dari surat-surat kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku dengan judul “ Habis Gelap Terbitlah Terang “.

Sebelum sempat menikmati hasil perjuangannya, kartini telah dipanggil oleh yang maha kuasa. Ia meninggal pada tanggal 17 September 1904 dalam usia 25 tahun saat melahirkan putra satu-satunya. Hingga sekarang tanggal 21 april diperingati sebagai hari Kartini.


B. DEWI SARTIKA
Nama                           : Raden Dewi Sartika
Lahir pada                    : 4 Desember 1884 di Cicalengka,
                                    Bandung, Jawa Barat
Wafat pada                  : Tanggal 11 September 1947,
                         di Cinean .
Riwayat perjuangan      : Mendirikan Sekolah Khusus Untuk
                                    Wanita Yang Disebut Dengan Sekolah
                         Isteri.

Raden Dewi Sartika adalah putri Raden Somanagara, seorang pejuang dari jawa barat. Ia dilahirkan pada tanggal 4 desember 1884 di Cicalengka, Bandung, Jawa Barat. Ayahnya, Raden Somanagara meninggal dalam pembuangan di Ternate. Karena menentang pemerintah belanda.

Raden dewi sartika cita-citanya yang sama dengan Raden Ajeng Kartini., yaitu memajukan wanita Indonesia. Kebiasaan dewi sartika sewaktu kecil ia bermain sekolah-sekolahan dengan anak perempuan sebayanya. Dewi sartika selalu bertindak sebagai guru, dan teman-temannnya sebagi murid. Pada tahun 1904, dewi sartika mendirikan sekolah khusus untuk wanita yang disebut dengan sekolah Isteri. Murid-muridnya diajarkan berhitung, membaca, menulis, menjahit, menyulam, merenda, dan lain-lain. Sekoalh itu mendapat perhatian dari masyarakat, sehingga muridnya semakin bertambah banyak.

Pada tahun 1910, nama sekolah Isteri diganti menjadi sekolah keutamaan Isteri. Mata pelajarannya pun bertambah pula. Dewi sartika berusaha mendidik anak gadis agar kelak mejadi ibu rumah tangga yang baik, bisa berdiri sendiri, luwes, dan terampil.

Apa yang dilakukan dewi sartika di bandung menarik perhatian wanita-wanita didaerah lain. Di Garut, Tasikmalaya, purwakarta, dan lain-lain, muncul pula sekolah keutamaan Isteri. Dewi sartika banyak mendapat bantuan tenaga dan fikiran dari suaminya, Raden Kandurwan agah Suryawinata.

Pada masa perang kemerdekaan, kota bandung diduduki oleh Belanda. Dewi Sartika terpaksa menghentikan kegiatannya dan mengungsi Cinean. Ia meninggal dunia pada tanggal 11 September 1947, di cinean . kemuan makamnya dipindahkan ke Bandung.


C. KI HADJAR DEWANTARA

Nama                           : Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (Ki Hadjar Dewantara)
Lahir pada                    : Di Yogyakarta, 2 Mei 1889 
Wafat pada                  : Di Yogyakarta, 26 April 1959 Pada Umur 69 Tahun
Riwayat perjuangan    : Adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (EYD: Suwardi Suryaningrat, sejak 1922 menjadi Ki Hadjar Dewantara, EYD: Ki Hajar Dewantara, beberapa menuliskan bunyi bahasa Jawanya dengan Ki Hajar Dewantoro; lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889 – meninggal di Yogyakarta, 26 April 1959 pada umur 69 tahun[1]; selanjutnya disingkat sebagai "Soewardi" atau "KHD") adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.
Ki Hajar Dewantara Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889.Terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya. Ia meninggal dunia di Yogyakarta tanggal 26 April 1959.
Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara.

            Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, ia mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka.

            Sehubungan dengan rencana perayaan itu, ia pun mengkritik lewat tulisan berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een voor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga). Tulisan Seandainya Aku Seorang Belanda yang dimuat dalam surat kabar de Expres milik dr. Douwes Dekker itu antara lain berbunyi:
 "Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang kita sendiri telah merampas kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu.

            Akibat karangannya itu, pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg menjatuhkan hukuman tanpa proses pengadilan, berupa hukuman internering (hukum buang) yaitu sebuah hukuman dengan menunjuk.


D. DOUWES DEKKER (DR. DANUDIRJA SETIABUDI)
Nama                           : Douwes Dekker (Dr. Danudirja Setiabudi)
Lahir pada                    : 8 Oktober 1879 di Pasuruan, Jawa Timur
Wafat pada                  : Tanggal 28 Agustus 1950 pada umur 70 tahun.
Riwayat perjuangan      : Salah seorang pelopor Nasionalisme Indonesia di awal abad ke-20, Aktivis politik, wartawan, penulis buku serta penggagas nama "Nusantara" sebagai nama untuk Hindia-Belanda yang merdeka. Setiabudi adalah salah satu dari "Tiga Serangkai" pejuang pergerakan kemerdekaan Indonesia

            Douwes Dekker  lebih akrab dipanggil Danudirja Setiabudi adalah pahlawan nasional yang banyak berjasa dalam dunia pergerakan nasional. Ia adalah salah seorang pelopor nasionalisme Indonesia di awal abad ke-20, Aktivis politik, wartawan, penulis buku serta penggagas nama "Nusantara" sebagai nama untuk Hindia-Belanda yang merdeka. Setiabudi adalah salah satu dari "Tiga Serangkai" pejuang pergerakan kemerdekaan Indonesia, selain dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan Suwardi Suryaningrat.

            Douwes Dekker bernama lengkap Dr. Ernest François Eugène Douwes Dekker dilahirkan pada 8 Oktober 1879 di Pasuruan, Jawa Timur. Beliau anak ketiga dari empat bersaudara. Orang tuanya adalah Auguste Henri Edouard Douwes Dekker (warga Belanda) dan Louisa Margaretha Neumann keturunan campuran dari ayah Jerman dan ibu Jawa. Masa kecilnya tinggal di Pasuruan dan menempuh pendidikan dasar Nes di Pasuruan. Sekolah lanjutan pertama-tama diteruskan ke HBS di Surabaya, lalu pindah ke Gymnasium Willem III, suatu sekolah elit di Batavia. Ketika dibuang ke Eropa dimanfaatkan Douwes Dekker untuk mengambil program doktor di Universitas Zürich, Swiss, dalam bidang ekonomi.

            Douwes Dekker menikah dengan Clara Charlotte Deije anak dokter campuran Jerman-Belanda tahun 1903, mempunyai lima anak. Tahun 1919 dan keduanya bercerai. Douwes Dekker menikah lagi dengan Johanna Petronella Mossel seorang Indo keturunan Yahudi, pada tahun 1927. Johanna adalah guru yang banyak membantu kegiatan kesekretariatan Ksatrian Instituut, sekolah yang didirikan DD. Dari perkawinan ini mereka tidak dikaruniai anak. Di saat Douwes

Aktivitas, perjuangan dalam dunia pergerakan nasional

  1. Setelah lulus sekolah di Indonesia Douwes Dekker bekerja di perkebunan kopi "Soember Doeren" di Malang, Jawa Timur. Ia tidak disukai teman-teman kerja dan pihak manajemen perusahaan  karena sering terlibat konflik dengan atasan.
  2. Setelah menganggur dan ibunya meninggal, Douwes Dekker berkelana ke Afrika Selatan tahun 1899. Douwes Dekker dipulangkan ke Hindia Belanda pada tahun 1902, dan bekerja sebagai agen di perusahaan pengiriman milik negara.
  3. Ia juga berprofesi  sebagai wartawan yang kritis. ia menjadi penulis di harian terkemuka di Semarang  De Locomotief.
  4. Douwes Dekker juga mulai terlibat dalam pergerakan nasional. Rumahnya menjadi tempat berkumpul para perintis gerakan kebangkitan nasional Indonesia, seperti Sutomo dan Cipto Mangunkusumo.
  5. Berangkat dari organisasi kaum Indo, Indische Bond dan Insulinde, ia menyampaikan gagasan suatu "Indië" (Hindia) baru yang dipimpin oleh warganya sendiri, bukan oleh pendatang. Namun kalangan indo kurang mendukungnya. Tidak puas karena Indische Bond dan Insulinde tidak bisa bersatu, pada tahun 1912 Nes bersama-sama dengan Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat mendirikan partai berhaluan nasionalis inklusif bernama Indische Partij.  
  6. Tak lama setelah kembali ia segera terlibat dalam posisi-posisi penting di sisi Republik Indonesia. Pertama-tama ia menjabat sebagai menteri negara tanpa portofolio dalam Kabinet Sjahrir III, yang hanya bekerja dalam waktu hampir 9 bulan.
  7. Di Yogyakarta Douwes Dekker tinggal satu rumah dengan Soekarno. Ia juga menempati salah satu rumah di Kaliurang. Dan dari rumah di Kaliurang inilah pada tanggal 21 Desember 1948 ia diciduk tentara Belanda yang tiba dua hari sebelumnya di Yogyakarta dalam rangka "Aksi Polisionil". Ernest Douwes Dekker wafat dini hari tanggal 28 Agustus 1950 pada umur 70 tahun.



Tidak ada komentar: