A. RADEN AJENG KARTINI
Nama : Raden
Ajeng Kartini
Lahir pada : Mayong, kabupaten Jepara, Jawa
Tengah,
Tanggal 20 april 1879
Wafat pada : Tanggal
17 September 1904 dalam
Usia 25 tahun
Riwayat perjuangan : Mendirikan
Sekolah Bagi Kaum Wanita
(Sekolah
Kartini)
Raden Ajeng Kartini adalah putri dari bupati jepara,
raden mas ario Sosroningrat. Raden ajeng kartini dilahirkan di mayong,
kabupaten jepara, jawa tengah, pada tanggal 20 april 1879. Raden Ajeng Kartini
adalah pelopor emansipasi kaum wanita Indonesia. Ia bercita-cita mengangkat
derajat kaum wanita Indonesia melalui pendidikan agar mereka mendapat hak dan
kecakapan yang sama dengan kaum pria. Keinginannya untuk melanjutkan sekolah ke
tingkat yang lebih tinggi tidak di izinkan orang tuanya. Sesuai dengan adat
istiadat pada waktu itu, ia harus menjalani masa pingitan sampai waktunya
menikah. Salah satu kegemaran kartini ialah membaca, terutama buku-buku
mengenai kemajuan wanita di luar negeri dengan banyak membaca majalah maupun
buku, maka pikiran kartini menjadi terbuka. Ia dapat membandingkan kemajuan
wanitap-wanita eropa dengan wanita-wanita Indonesia.
Sejak itu, timbul niatnya mendirikan sekolah bagi kaum
wanita. Pada saat yang sama, ayahnya memutuskan agar kartini menikah dengan
Raden Adipati joyoningrat, bupati Rembang. Suaminya memahami cita-cita kartini
untuk mendirikan sekolah bagi kaum wanita. Mula-mula, sekolah didirikan
dirumahnya sendiri dengan nama sekolah kartini. Kemudian, bermunculan
sekolah-sekolah kartini ditempat lain, seperti di semarang, yogyakarta, solo,
malang, madiun, cilacap, dan kota lain. Di sekolah itu murid diajarkan
menyulam, menjahit, memasak, dan lain-lain.
Pada masa mudanya, kartini rajin mengirim surat kepada
teman ayahnya yang berada di Belanda. Dalam surat itu, kartini menuangkan
cita-citanya untuk memajukan wanita. Kumpulan dari surat-surat kemudian
diterbitkan menjadi sebuah buku dengan judul “ Habis Gelap Terbitlah Terang “.
Sebelum sempat menikmati hasil perjuangannya, kartini
telah dipanggil oleh yang maha kuasa. Ia meninggal pada tanggal 17 September
1904 dalam usia 25 tahun saat melahirkan putra satu-satunya. Hingga sekarang
tanggal 21 april diperingati sebagai hari Kartini.
B. DEWI SARTIKA
Nama : Raden
Dewi Sartika
Lahir pada : 4
Desember 1884 di Cicalengka,
Bandung,
Jawa Barat
Wafat pada : Tanggal
11 September 1947,
di Cinean .
Riwayat perjuangan : Mendirikan
Sekolah Khusus Untuk
Wanita
Yang Disebut Dengan Sekolah
Isteri.
Raden Dewi Sartika adalah putri Raden Somanagara,
seorang pejuang dari jawa barat. Ia dilahirkan pada tanggal 4 desember 1884 di
Cicalengka, Bandung, Jawa Barat. Ayahnya, Raden Somanagara meninggal dalam
pembuangan di Ternate. Karena menentang pemerintah belanda.
Raden dewi sartika cita-citanya yang sama dengan Raden
Ajeng Kartini., yaitu memajukan wanita Indonesia. Kebiasaan dewi sartika
sewaktu kecil ia bermain sekolah-sekolahan dengan anak perempuan sebayanya.
Dewi sartika selalu bertindak sebagai guru, dan teman-temannnya sebagi murid.
Pada tahun 1904, dewi sartika mendirikan sekolah khusus untuk wanita yang
disebut dengan sekolah Isteri. Murid-muridnya diajarkan berhitung, membaca,
menulis, menjahit, menyulam, merenda, dan lain-lain. Sekoalh itu mendapat
perhatian dari masyarakat, sehingga muridnya semakin bertambah banyak.
Pada tahun 1910, nama sekolah Isteri diganti menjadi
sekolah keutamaan Isteri. Mata pelajarannya pun bertambah pula. Dewi sartika
berusaha mendidik anak gadis agar kelak mejadi ibu rumah tangga yang baik, bisa
berdiri sendiri, luwes, dan terampil.
Apa yang dilakukan dewi sartika di bandung menarik
perhatian wanita-wanita didaerah lain. Di Garut, Tasikmalaya, purwakarta, dan
lain-lain, muncul pula sekolah keutamaan Isteri. Dewi sartika banyak mendapat
bantuan tenaga dan fikiran dari suaminya, Raden Kandurwan agah Suryawinata.
Pada masa perang kemerdekaan, kota bandung diduduki
oleh Belanda. Dewi Sartika terpaksa menghentikan kegiatannya dan mengungsi
Cinean. Ia meninggal dunia pada tanggal 11 September 1947, di cinean . kemuan
makamnya dipindahkan ke Bandung.
C. KI HADJAR DEWANTARA
Nama : Raden Mas
Soewardi Soerjaningrat (Ki Hadjar Dewantara)
Riwayat perjuangan
: Adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi,
dan pelopor pendidikan
bagi kaum pribumi
Indonesia
dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah
pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang
memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak
pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (EYD: Suwardi
Suryaningrat, sejak 1922 menjadi Ki Hadjar Dewantara, EYD: Ki
Hajar Dewantara, beberapa menuliskan bunyi bahasa Jawanya dengan Ki Hajar
Dewantoro; lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889 – meninggal
di Yogyakarta, 26 April
1959 pada umur 69 tahun[1];
selanjutnya disingkat sebagai "Soewardi" atau "KHD") adalah
aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi,
dan pelopor pendidikan
bagi kaum pribumi
Indonesia
dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah
pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang
memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak
pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.
Ki Hajar Dewantara Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei
1889.Terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari
lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat
genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki
Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, ia tidak lagi menggunakan gelar
kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat
dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya. Ia meninggal dunia di
Yogyakarta tanggal 26 April 1959.
Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga
aktif dalam organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, ia aktif di seksi
propaganda Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran
masyarakat Indonesia pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan
dalam berbangsa dan bernegara.
Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, ia mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka.
Sehubungan
dengan rencana perayaan itu, ia pun mengkritik lewat tulisan berjudul Als Ik
Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een voor Allen maar
Ook Allen voor Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga). Tulisan
Seandainya Aku Seorang Belanda yang dimuat dalam surat kabar de Expres milik
dr. Douwes Dekker itu antara lain berbunyi:
"Sekiranya aku seorang
Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang
kita sendiri telah merampas kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu,
bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander
memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu.
Akibat
karangannya itu, pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg
menjatuhkan hukuman tanpa proses pengadilan, berupa hukuman internering (hukum
buang) yaitu sebuah hukuman dengan menunjuk.
D. DOUWES DEKKER (DR.
DANUDIRJA SETIABUDI)
Nama :
Douwes Dekker (Dr. Danudirja Setiabudi)
Lahir pada : 8
Oktober 1879 di Pasuruan, Jawa Timur
Wafat pada : Tanggal 28 Agustus 1950 pada umur 70 tahun.
Riwayat perjuangan :
Salah seorang pelopor Nasionalisme Indonesia di awal abad ke-20, Aktivis politik,
wartawan, penulis buku serta penggagas nama "Nusantara" sebagai nama
untuk Hindia-Belanda yang merdeka. Setiabudi adalah salah satu dari "Tiga
Serangkai" pejuang pergerakan kemerdekaan Indonesia
Douwes
Dekker lebih akrab dipanggil Danudirja
Setiabudi adalah pahlawan nasional yang banyak berjasa dalam dunia pergerakan
nasional. Ia adalah salah seorang pelopor nasionalisme Indonesia di awal abad
ke-20, Aktivis politik, wartawan, penulis buku serta penggagas nama
"Nusantara" sebagai nama untuk Hindia-Belanda yang merdeka. Setiabudi
adalah salah satu dari "Tiga Serangkai" pejuang pergerakan
kemerdekaan Indonesia, selain dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan Suwardi Suryaningrat.
Douwes
Dekker bernama lengkap Dr. Ernest François Eugène Douwes Dekker dilahirkan pada
8 Oktober 1879 di Pasuruan, Jawa Timur. Beliau anak ketiga dari empat
bersaudara. Orang tuanya adalah Auguste Henri Edouard Douwes Dekker (warga Belanda)
dan Louisa Margaretha Neumann keturunan campuran dari ayah Jerman dan ibu Jawa.
Masa kecilnya tinggal di Pasuruan dan menempuh pendidikan dasar Nes di
Pasuruan. Sekolah lanjutan pertama-tama diteruskan ke HBS di Surabaya, lalu
pindah ke Gymnasium Willem III, suatu sekolah elit di Batavia. Ketika dibuang
ke Eropa dimanfaatkan Douwes Dekker untuk mengambil program doktor di
Universitas Zürich, Swiss, dalam bidang ekonomi.
Douwes
Dekker menikah dengan Clara Charlotte Deije anak dokter campuran Jerman-Belanda
tahun 1903, mempunyai lima anak. Tahun 1919 dan keduanya bercerai. Douwes
Dekker menikah lagi dengan Johanna Petronella Mossel seorang Indo keturunan
Yahudi, pada tahun 1927. Johanna adalah guru yang banyak membantu kegiatan
kesekretariatan Ksatrian Instituut, sekolah yang didirikan DD. Dari perkawinan
ini mereka tidak dikaruniai anak. Di saat Douwes
Aktivitas, perjuangan dalam dunia pergerakan nasional
- Setelah lulus sekolah di Indonesia Douwes Dekker bekerja di perkebunan kopi "Soember Doeren" di Malang, Jawa Timur. Ia tidak disukai teman-teman kerja dan pihak manajemen perusahaan karena sering terlibat konflik dengan atasan.
- Setelah menganggur dan ibunya meninggal, Douwes Dekker berkelana ke Afrika Selatan tahun 1899. Douwes Dekker dipulangkan ke Hindia Belanda pada tahun 1902, dan bekerja sebagai agen di perusahaan pengiriman milik negara.
- Ia juga berprofesi sebagai wartawan yang kritis. ia menjadi penulis di harian terkemuka di Semarang De Locomotief.
- Douwes Dekker juga mulai terlibat dalam pergerakan nasional. Rumahnya menjadi tempat berkumpul para perintis gerakan kebangkitan nasional Indonesia, seperti Sutomo dan Cipto Mangunkusumo.
- Berangkat dari organisasi kaum Indo, Indische Bond dan Insulinde, ia menyampaikan gagasan suatu "Indië" (Hindia) baru yang dipimpin oleh warganya sendiri, bukan oleh pendatang. Namun kalangan indo kurang mendukungnya. Tidak puas karena Indische Bond dan Insulinde tidak bisa bersatu, pada tahun 1912 Nes bersama-sama dengan Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat mendirikan partai berhaluan nasionalis inklusif bernama Indische Partij.
- Tak lama setelah kembali ia segera terlibat dalam posisi-posisi penting di sisi Republik Indonesia. Pertama-tama ia menjabat sebagai menteri negara tanpa portofolio dalam Kabinet Sjahrir III, yang hanya bekerja dalam waktu hampir 9 bulan.
- Di Yogyakarta Douwes Dekker tinggal satu rumah dengan Soekarno. Ia juga menempati salah satu rumah di Kaliurang. Dan dari rumah di Kaliurang inilah pada tanggal 21 Desember 1948 ia diciduk tentara Belanda yang tiba dua hari sebelumnya di Yogyakarta dalam rangka "Aksi Polisionil". Ernest Douwes Dekker wafat dini hari tanggal 28 Agustus 1950 pada umur 70 tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar