PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Di
awal abad ke-7 Masehi, ketika Nabi Muhammad SAW. memulai misinya di negeri
Arab, seluruh pantai laut tengah merupakan bagian dari dunia masyarakat Kristen
sepanjang Eropa, Asia dan Pantai Afrika Utara ditinggali penduduk yang beragama
Kristen dari berbagai sekte. Hanya ada dua agama lain di Romawi – Yunani, yakni
Yahudi dan Manichaeisme, yang bertahan dan dianut oleh sebagian kecil penduduk
disana[1].
Setelah
berakhirnya periode Islam klasik, setelah Islam mulai memasuki masa kemunduran,
Eropa bangkit dari keterbelakangannya. Kebangkitan itu bukan saja terlihat
dalam bidang politik dengan keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaan Islam dan
bagian dunia lainnya, tetapi terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bahkan kemajuan dalam bidang inilah yang mendukung keberhasilan politiknya.
Kemajuan-kemajuan Eropa ini tidak dapat dipisahkan dari pemerintahan Islam di
Spanyol. Dari Islam, Spanyol di Eropa banyak menimba ilmu. Pada periode klasik,
ketika Islam mencapai masa keemasannya, Spanyol merupakan pusat peradaban Islam
yang sangat penting, menyaingi Baghdad di Timur. Ketika itu, orang-orang Eropa
Kristen banyak belajar di perguruan tinggi Islam di sana. Islam menjadi “guru”
bagi orang Eropa. Karena itu, kehadiran Islam di Spanyol banyak menarik
perhatian para sejarawan[2].
Pada saat periode pemerintahan
Abbasiyah sebagai pemerintah pusat melemah. Ibukota negara-negara propinsi
muncul menyaingi Baghdad, daulah-daulah kecil berlomba untuk maju, terutama
dalam bidang peradaban dan ilmu pengetahuan. Salah satunya di Andalusia
(Spanyol) ini, muncul Bani Umayyah II yang beribukota Cordova. Di Afrika Utara
berdiri daulah Murabithun, kemudian
daulah Muwahidin. Di Sicilia ada
kerajaan Normandia, walaupun beragama Kristen namun mereka memajukan peradaban
dan ilmu pengetahuan Islam. Di Mesir muncul Daulah Fathimiyah, kemudian
Ayyubiyah. Disebelah timur kota Baghdad berdiri bani Ghaznawiyah.
Kerajaan-kerajaan kecil ini pada masanya masing-masing ikut andil memajukan
ilmu pengetahuan dalam Islam[3].
Nama Andalusia berasal dari kata Vandal,
nama sebuah bangsa yang menguasai Spanyol sebelum bangsa Goth dan Islam. Ketika
Daulat Abbasiyah (750-1258 M) di timur mencapai puncak kemajuan ilmu
pengetahuan, daulah Umayyah di Spanyol (756-1027 M) dengan Universitas Cordova,
Granada, dan Sevilla menjadi gerbang transformasi kemajuan ilmu pengetahuan di
Eropa – sementara Eropa sendiri saat itu masih dalam masa kegelapan (peperangan
dan kelaparan)[4].
Universitas-universitas tersebut menjadi simbol kecemerlangan Islam yang
memberi kontribusi besar bagi kemajuan Eropa di
abad pertengahan menjelang Reinansance pada abad ke -14. Segala kontribusi
tersebut menjadi mungkin diberikan lantaran luasnya muatan studi universitas
tersebut. Sebagai gambaran, Universitas Cordova menyelenggarakan program studi
Astronomi, Matematika, Kedokteran, Hukum, dan Teologi[5].
Berkaitan dengan hal inilah, maka
penulis mendapat kesempatan untuk menuliskan secara ringkas tentang “Perkembangan
Peradaban Islam di Andalusia Spanyol” serta hal-hal yang berkaitan
dengan materi tersebut. Semoga isi makalah ini dapat memberi manfa’at dan
pengetahuan bagi kita semua terutama tentang sejarah peradaban Islam di Spanyol
tersebut.
1.2
Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:
1.2.1
Bagaimanakah
Islam masuk ke negeri Spanyol?
1.2.2
Apakah
faktor-faktor yang menyebabkan Islam mudah masuk ke Spanyol?
1.2.3
Bagaimanakah
perkembangan Islam di Spanyol?
1.2.4
Kemajuan
peradaban dibidang apa sajakah yang terjadi di Spanyol?
1.2.5
Apa
penyebab kemunduran dan kehancuran Islam di Spanyol?
1.2.6
Apa
sajakah pengaruh peradaban Spanyol Islam di Eropa?
1.3
Tujuan dan Manfa’at Penulisan
Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah agar kita semua dapat mengetahui dan
mengenal peradaban serta perkembangan Islam yang telah terjadi di Andalusia
Spanyol tersebut, sehingga dapat menambah pemahaman kita tentang hal-hal apa
saja yang telah terjadi selama Islam berkembang di Spanyol serta penyebab
kemudurannya.
PEMBAHASAN
2.1 Masuknya
Islam ke Spanyol
Sejarah
Islam di Spanyol dan sumbangannya bagi pengembangan Islam pada umumnya dapat
dibagi menjadi tiga fase, yaitu[6]:
Ø Pertama, fase masuk dan berkembangnya agama Islam (711-912 M),
Ø Kedua, fase puncak kejayaannya dan kemundurannya (912-976 M),
Ø Ketiga, fase kehancuran Islam di Spanyol (976-1031 M).
Semenanjung
Iberia di Eropa, yang meliputi wilayah Spanyol dan Portugal sekarang ini,
menjorok ke selatan ujungnya hanya dipisahkan oleh sebuah selat sempit dengan
ujung benua Afrika. Bangsa Grik tua menyebut selat sempit itu dengan
tiang-tiang Hercules dan di seberang selat tersebut terletak benua Eropa. Selat sempit tersebut sepanjang
kenyataan memisahkan lautan tengah dengan lautan Atlantik[7].
Sekitar
dua abad sebelum masehi hingga awal abad ke lima, Spanyol berada dibawah
Imperium Romawi. Sejak tahun 406 M, Spanyol dikuasai oleh bangsa Vandal, yaitu
bangsa yang berimigrasi dari negeri yang terletak diantara sungai Oder dan
Vistuala dan juga suku yang menundukkan Eropa Barat di masa lalu sebelum Goth
dan bangsa Arab (Islam). Penguasa daerah ini mendirikan kerajaan di propinsi
wilayah Chartage. Kekuasan Vandal ini lalu diambil alih oleh orang-orang
Gothik. Tak lama kemudian, dinasti Merovingian dari kerajaan Frank merebutnya
dari orang-orang Gothik, maka didirikanlah kerajaan Visigoth (507 M), yang
wilayah tersebut dikenal dengan Vandalusia. Setelah kedatangan orang-orang
Islam pada tahun 92 H/ 711 M, sebutan Vandalusia diubah menjadi Andalusia atau
al-Andalus. Penduduk Andalusia ini terdiri dari suku-suku Arab, Barbar, dan
orang pribumi.
Sebelum
Islam masuk ke Spanyol, negara ini dipimpin oleh Raja Roderick yang beragama
Kristen dan memiliki misi Kristenisasi di seluruh wilayah Spanyol. Akibat misi
ini, masyarakat Spanyol terpecah menjadi lima kelompok yang saling memusuhi,
yaitu: penguasa tanah yang mengeksploitasi rakyat miskin, buruh tani dan
budak yang dijual beli, golongan
menengah yang bergerak dalam bidang ekonomi, para penguasa yang memiliki hak
istimewa, dan pihak gereja Katholik yang tidak terlalu peduli dengan kondisi
masyarakat setempat. Kondisi inilah yang menyebabkan Islam masuk ke Spanyol
dengan mudah tanpa perlawanan yang berarti[8].
Sebelum
penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya
sebagai salah satu propinsi dari dinasti Bani Umayyah, penguasaan sepenuhnya
atas Afrika Utara terjadi pada zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M). Khalifah
Abdul Malik mengangkat Hasan ibn Nu’man al-Ghassani menjadi gubernur di daerah
tersebut. Pada masa Khalifah Al-Walid (705-715 M), Hasan digantikan oleh Musa
ibn Nushair. Musa memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan
Marokko. Ia juga menaklukkan daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di daerah
pegunungan, sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji tidak akan membuat
kekacauan seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya[9].
Secara keseluruhan penaklukan wilayah Afrika Utara memakan waktu selama 53
tahun, yaitu dari tahun 30 H (masa pemerintahan Mu’awiyah bin Abi Sufyan)
sampai tahun 83 H (masa Al-Walid). Setelah itu menjadi salah satu propinsi dari
Khilafah Bani Umayyah dan menjadi batu loncatan bagi penaklukan daerah lain
yang berdekatan, yaitu Spanyol.
Penaklukan
Semenanjung Iiberia diawali dengan undangan salah satu raja Gothia Barat
(Kristen), Graff Julian untuk membantunya melawan raja lainnya karena ada
konflik diantara mereka[10],
pada Musa ibn Nushair yang menjabat sebagai gubernur Afrika Utara dibawah
pemerintahan Bani Umayyah di Damaskus. Lalu khalifah mengirim 500 pasukan yang
dipimpin oleh Tharif ibn Malik tahun 91 H/710 M dan mendarat di suatu tempat
yang kemudian diberi nama Tharifa[11].
Ekspedisi ini dianggap berhasil dan Tharif
kembali ke Afrika Utara dengan membawa banyak harta rampasan perang[12].
Ada
beberapa hal yang mendorong Musa ibn Nushair mengabulkan permohonan Graff
Julian, diantaranya karena[13]:
1.
Antara
penduduk Spanyol dengan Afrika Utara terlibat dalam suasana perang, sebab
penduduk Spanyol terutama yang beragama Kristen pernah beberapa kali melakukan
penyerangan terhadap daerah pantai Afrika yang sudah dikuasai oleh kaum
Muslimin;
2.
Penduduk
Spanyol pernah memberikan bantuan kepada tentara Romawi dan berusaha menduduki
beberapa daerah Muslim di pantai Afrika. Dasar pertimbangan ini disampaikan
Nushair pada Khalifah Walid bin Abdul Malik, sewaktu minta zin untuk
mengirimkan bantuan tentara ke Spanyol. Khalifah pun menyetujui rencana
Nushair.
Dalam
proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan
paling berjasa dalam memimpin pasukan mereka ke wilayah tersebut. Mereka adalah
Tharif bin Malik, Thariq bin Ziyad,
dan Musa bin Nushair. Dari ketiga nama ini, nama Thariq bin Ziyad yang
disebut paling terkenal sebagai penakluk
Spanyol, karena pasukannya lebih besar dan dan hasilnya lebih nyata. Tharif
dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik, karena dialah yang pertama kali
menyeberang selat untuk memenuhi undangan Graff Julian agar membantunya, dan
ekspedisi ini pun berhasil. Didorong keberhasilan ini dan kemelut yang terjadi
dalam tubuh kerajaan Visigoth yang berkuasa di Spanyol saat itu, serta dorongan
yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa bin Nushair pada bulan
Rajab 92 H/ April 711 M[14]
mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7000 orang, terdiri dari suku Barbar
(Muslim dari Afrika Utara), para Mawali dan sebagian lagi orang-orang Arab yang
dikirim Al-Walid, untuk ke Spanyol dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad. Ia
mendarat di sebuah bukit berbatu karang dekat gunung batu besar, yang akhirnya
dinamakan dengan Jabal Thariq(Gibraltar) – Bukit Thariq, diambil dari
namanya sendiri, Thariq[15].
Ia dibantu oleh Julian, seorang yang berpengaruh di Spanyol dan menginginkan
pembebasan Spanyol dari kekejaman Roderick, dengan menyediakan kapal-kapal
untuk pasukan Thariq bin Ziyad[16].
Sejarah
mencatat bahwa panglima Thariq setelah seluruh pasukannya selesai mendarat di
wilayah tersebut, membakar seluruh alat penyeberangan mereka. Ia pun
mengucapkan pidato singkat yang bersejarah, “Al aduwwu amamakum wal bahru
waraa-akum, fakhtar ayyuma syi’tum”
(musuh di depan kamu dan lautan di belakang kamu, silahkan pilih mana yang kamu
kehendaki)[17].
Sebelum
Thariq bin Ziyad menyerang kota-kota disekitarnya, dia berhasil menaklukkan
kota Arknidona, lalu berhasil merebut kota Elvira. Pasukan berkuda menyerang
kota Cordova, setelah bertahan selama dua bulan maka diserahkan kota Cordova
dan dengan warganya ikut ditaklukkan masuk dalam pemerintahan Islam. Lalu kota
ini dijadikan sebagai pusat kejayaan Islam di Spanyol[18].
Setelah
itu pasukan Thariq berhasil menguasai kota Malaga dan kota Granada. Dalam
penyerangan pasukan Islam tidak mendapat perlawanan yang berarti. Sebelum
Thariq menaklukkan kota Toledo, ia meminta tambahan pasukan kepada Nushair di
Afrika Utara. Nushair mengirimkan tambahan sebanyak 5000 personel, sehingga
jumlah pasukan Thariq seluruhnya 12.000 orang, namun jumlah ini belum sebanding
dengan jumlah pasukan tempur Gothik yang disiapkan Roderick yang jauh lebih
besar, yaitu 100.000 orang. Dalam pertempuran yang memakan waktu selama delapan
hari dan berlangsung di Guadalete, pinggir sungai Guadalquivir, Barbatee
(Salado) di suatu tempat bernama Bakkah pada tanggal 19 Juli 711 M dengan
suasana yang sangat mencekam. Kedua belah pihak bertempur dengan sengit dan
tentara Islam mendapat kemenangan yang cemerlang, pasukan Roderick porak
poranda dan mundur dalam keadaan kacau, sementara Roderick tewas ditempat
tersebut[19].
Setelah kota Toledo yang
menjadi ibukota Goth Barat jatuh ke tangan Islam, Thariq yang mulanya hanya
seorang pemimpin tentara biasa telah menjadi pemimpin yang agung di wilayah
yang baru ditaklukkannya. Dikarenakan cemburu terhadap kemenangan-kemenangan
yang diraih panglimanya yang sangat luar biasa, dengan tergesa-gesa Musa bin
Nushair merasa perlu melibatkan diri dan berangkat ke Spanyol pada bulan Juni
712 M sambil memimpin tentara sebanyak 10.000 orang, semuanya terdiri dari
orang Arab dan Arab Syiria. Sasarannya dipilih kota-kota dan kubu-kubu yang
tidak diganggu Thariq, seperti Merida (Medina), Sedonia, dan Carmona. Seville
yang merupakan kota terbesar dan pusat kecerdasan Spanyol serta pernah menjadi
ibukota pada zaman Romawi, mampu mempertahankan diri hingga akhir bulan Juni
713 M. Dekat kota Merida, Musa menemui perlawanan yang sengit, namun setelah
terkepung selama satu tahun, setapak demi setapak kota tersebut dapat diduduki
dalam bulan Juli 713 M. Musa juga mengalahkan penguasa kerajaan Gothik, Theodomir
di Orihuela, lalu bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya mereka
berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya
mulai dari Saragosa sampai Navarre[20].
Juga berhasil ditaklukkan juga daerah Terrafona dan Barcelona[21].
Gelombang
perluasan wilayah berikutnya terjadi pada pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul
‘Aziz tahun 99 H/717 M. Sasaran ditujukan untuk menguasai daerah sekitar
pegunungan Pyrenia dan Perancis Selatan, pimpinannya dipercayakan kepada
As-Samah, tapi usahanya gagal dan ia sendiri terbunuh pada tahun 102 H/720 M.
Lalu pimpinan pasukan diserahkan pada Abdurrahman bin Abdullah Al-Ghafiqi.
Dengan pasukannya ia menyerang kota Bordesu, Poiter, dan juga Tours. Tetapi di
antara kota Poiter dan Tours ia ditahan oleh Charles Martel, sehingga serangan
ke Perancis gagal dan tentara yang dipimpinnya mundur kembali ke Spanyol[22].
Sesudah
itu, masih juga ada penyerangan seperti ke Avirignon tahun 734 M, ke Lyon tahun
743 M, dan pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah. Majorca, Corsia, Sardinia,
Creta, Rhodes, Cyprus, dan sebagian dari Sicillia juga jatuh ke tangan Islam
pada zaman Bani Umayyah[23].
Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum Muslimin yang
geraknya dimulai pada permulaan abad ke 8 M ini telah menjangkau seluruh
Spanyol dan melebar jauh menjangkau Perancis Tengah dan bagian-bagian penting
dari Italia. Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga
jatuhnya kerajaan Islam terakhir disana,
Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa tersebut berlangsung selama
lebih dari 7,5 abad[24].
2.2
Faktor-faktor yang Menyebabkan Islam Mudah Masuk Ke Spanyol
Kemenangan-kemenangan
yang dicapai oleh umat Islam dalam menguasai Spanyol tidak terlepas dari
beberapa faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal[25].
Ø Faktor Eksternal
1.
Terpuruknya
ekonomi rakyat Spanyol;
2.
Buruknya
kondisi sosial politik;
3.
Penguasa
Gothik tidak mempunyai toleransi kepada penganut agama lain;
4.
Adanya
perebutan kekuasaan antar elit pemerintahan;
5.
Mayoritas
penduduk yang lemah ditindas dan dijadikan budak.
Ø Faktor Internal
1.
Tokoh-tokoh
pejuang dan prajurit Islam yang kuat;
2.
Tokoh-tokoh
pejuang Islam memiliki kekuatan, keberanian, dan ketabahan yang tinggi dalam
menghadapi berbagai persoalan;
3.
Adanya
sikap toleransi, persaudaraan, dan sikap tolong menolong.
Sikap toleransi dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum
Muslimin menyebabkan penduduk Spanyol menyambut dengan baik kehadiran Islam di
wilayah tersebut.
2.3
Perkembangan Politik Islam di Spanyol
Pemerintahan pusat di Andalusia dalam menjalankan roda
pemerintahannya dibantu oleh beberapa lembaga, dan secara substantif lembaga
ini tidak jauh berbeda dengan lembaga yang pernah ada pada pemerintahan
sebelumnya, ketika masih dibawah kekuasaan pusat Umayyah I di Damaskus[26].
Sejak
pertama kali menaklukkan Spanyol pada tahun 711 M hingga jatuhnya
kekuasaan Islam terakhir pada tahun 1492 M, Islam telah memainkan peran yang
sangat besar. Masa yang berlangsung lebih dari tujuh setengah abad tersebut
dijalani umat Islam secara fluktuatif, dimana terkadang Islam berada di
puncak kemegahan dan sering pula Islam dalam peperangan atau pun kehancuran.
Menurut Badri Yatim, sejarah panjang Islam di Spanyol dapat dibagi dalam enam
periode[27].
1.
Periode Pertama (711 M-755 M)
Pada
periode ini, Spanyol berada dibawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh
Kalifah Bani Umayyah, yang berpusat di kota Damaskus. Periode ini stabilisasi negeri Spanyol
belum aman dan terkendali, gangguan-gangguan masih terjadi baik internal maupun
eksternal. Karena ituasi inilah maka Islam di periode ini belum memasuki
kegiatan pembangunan dan peradaban. Periode ini berakhir dengan datangnya Abd
al-Rahman ad-Dakhil ke Spanyol dan memerintah pada tahun 138 H/755 M.
2.
Periode Kedua (755 M-912 M)
Pada
periode ini Spanyol berada dibawah pemerintahan Kalifah Abbasiyah di Baghdad.
Ketika Daulah Umayyah di Damaskus dihancurkan oleh Bani Abbas, Abd al-Rahman ibn
Mu’awiyah berhasil meloloskan diri dan menginjakkan kakinya di Andalusia tahun
132 H/750 M. Ia diberi gelar ad-Dakhil karena beliau adalah pangeran
dinasti Umayyah pertama yang menginjakkan kakinya di Semenanjung Iberia. Beliau
berhasil menyingkirkan Yusuf ibn abd al-Rahman al-Fihri, yang menyatakan diri
tunduk kepada dinasti Bani Abbas, pada tahun 138 H/756 M. Abd al-Rahman ad-Dakhil
memproklamirkan bahwa Andalusia lepas dari kekuasaan Dinasti Bani Abbas dan ia
berhasil mendirikan Dinasti Umayyah di Spanyol serta memakai gelar amir
(bukan khalifah).
Selama
32 tahun berkuasa, ad-Dakhil (755-788 M) berhasil mengatasi berbagai ancaman,
baik dari dalam maupun luar, karena ketangguhannya ia diberi gelar Rajawali
Quraisy[28].
Karena kekuasaan Bani Abbas sepeninggal al-Mutawakkil (247 H/861 M) semakin
merosot, ad-Dakhil memproklamirkan diri sebagai khalifah dan memakai gelar amir
al-mukminin[29].
Ad-Dakhil mendirikan Masjid Cordova sebagai pusat ilmu pengetahuan dan
sekolah-sekolah di kota besar Spanyol.
Penguasa-penguasa
Spanyol pada periode ini adalah Abd al-Rahman ad-Dakhil (755-788 M), Hisyam ibn
Abd al-Rahman/ Hisyam I (788-796 M), Hakam ibn Hisyam/ Hakam I (796-822 M), Abd
al-Rahman al-Ausath (822-852 M), Muhammad ibn Abd al-Rahman al-Ausath (852-886
M), Munzir ibn Muhammad (886-888 M), dan Abdullah ibn Muhammad (888-912 M).
3.
Periode Ketiga (912 M-1013 M)
Periode ini dimulai
dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar An-Nashir, sampai
munculnya “raja-raja kelompok” yang dikenal dengan Muluk al-Thawaif.
Gelar yang dipakai pada masa ini adalah khalifah, yang dipakai mulai tahun 929
M. Kemudian muncul Hakam II dan Hisyam
II. Pada periode ini umat Islam beranjak mencapai puncak kejayaan dan kemajuan
menyaingi Daulah Abasiyah di Baghdad. Hal ini ditandai dengan berdirinya Masjid
Abdurrahman III yang diteruskan Al-Hakam II dengan membangun Universitas
Cordova, lengkap dengan perpustakaan dan isi bukunya. Pada masa ini masyarakat
dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran.
Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode
ini ada tiga orang, yaitu: Abd Al-Rahman Al-Nashir (912 M-961 M), Hakam II (961
M-976 M), dan Hisyam II (976 M-1009 M).
4.
Periode Keempat (1013 M-1086 M)
Pada periode ini,
kekuasaan Islam Spanyol sedang dalam konflik internal. Wilayahnya terpecah menjadi lebih dari tiga
puluh negara kecil yang dipimpin oleh raja-raja golongan/ kelompok (Al-Muluk
Al-Thawaif) yang berpusat di kota seperti Cordova, Sevilla, Toledo, dan
sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di Sevilla, Hudiyah di
Saragossa, sebagian lainnya di Barbar seperti Miknasa Aftashiyah di Badajoz,
Zennun di Toledo dan Hammudiyah di Malaga, dan silsilah keturunan mereka
melalui Idrisiyyah di Marokko samapi ke Khalifah Ali, juga sebagian Dinasti
Thaifa dari para pasukan Afrika yang
datang di akhir abad 10 di bawah Al-Manshur, seperti Shanhaja, Barbar, Ziriyyah
dari Elvira memperoleh kemajuan di Valencia. Pada tahun 1085 M orang Kristen
berhasil merebut Toledo dan in memaksa raja Abbadiyah, Al-Mu’tamid, berpaling
kepada pemerintahan Al-Murawiyyah Barbar.
Selain perpecahan dalam kerajaan kecil, pada masa ini
juga terjadi pertikaian besar diantara kekuasaan Islam itu sendiri. Beberapa
diantaranya bekerjasama dengan pasukan kekuasaan Kristen untuk mempertahankan
wilayahnya. Di sisi lain, melihat kekuasaan Islam yang lemah dan terpecah,
kekuasaan Kristen melakukan penyerangan kepada beberapa kekuasaan Islam. Walau
demikian dunia akademik dan keilmuan terus berlangsung, perpindahan ilmu dan
pengembangan ilmu pengetahuan tidak terhenti.
5.
Periode Kelima (1086 M-1248 M)
Pada periode ini meskipun masih terpecah dalam
beberapa Negara, tapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan
Dnasti Murabithun dan Dinasti Muwahhidun. Dinasti ini muncul atas undangan para
penguasa Islam untuk mempertahankan Islam dari serangan orang-orang Kristen.
Dinasti ini menguasai kembali kota-kota penting seperti Cordova, Almeria, dan
Granada antara tahun 1114 M dan 1154 M. namun mengalami kehancuran kembali dan
pulang ke Afrika Utara pada tahun 1235
M. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Sevilla jatuh
tahun 1248 M. seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuasaan Islam[30].
6.
Periode Keenam (1248 M-1492 M)
Pada periode ini, Islam hanya berkuasa di
Granada, dibawah pemerintahan Bani Ahmar (1232 M-1492 M). peradaban kembali
mengalami kemajuan seperti di zaman Abd Al-Rahman An-Nashir. Kekuasaan Islam terakhir
di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana. Pada periode
inilah mulai musnahnya Islam di Spanyol karena dikalahkan oleh pihak Kristen
sampai terjadi tragedi yang sangat merugikan umat Islam. Tragedi tersebut
terjadi tahun 1499 M[31],
saat itu Cardinal Ximenez de Cisnores mengunjungi Granada dan diskusi dengan
para hakim dan ahlihukum disana. Hasilnya, tahun 1502 M muslim Granada
(Spanyol) diberi dua pilihan: masuk Kristen atau keluar dari Spanyol, umat
Islam memilih keluar dan pindah ke Afrika Utara. Setelah itu umat Islam di
Spanyol tidak ada lagi, namun pada abad 20 M, muslim di Spanyol mulai mendapat
sedikit ruang untuk berkembang lagi.
2.4
Kemajuan Peradaban Islam di
Spanyol
Dalam masa yang lebih dari tujuh abad, kekuasaan Islam
di Spanyol mencapai kejayaannya disana. Banyak prestasi yang umat Islam
peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan juga dunia kepada kemajuan yang
lebih kompleks.
1. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Intelektual[32]
a. Bidang Filsafat
Perkembangan filsafat di Andalusia dimulai
sejak abad ke 8 hingga abad ke 12. Tokoh utama dan pertama dalam sejarah
filsafat Arab Spanyol adalah Abu Bakar Muhammad bin As-Sayigh (w.1138 M) yang
dikenal sebagai Ibnu Bajjah. Magnum opus (karya besar)nya adalah Tadbir
al-Mutawahhid. Selain menguasai filsafat, ia juga ahli dalam keilmuan
lainnya seperti music, kedokteran dan komentator atas karya-karya Aristoteles.
Tokoh yang kedua Abu Bakar ibn Thufail (w.1185 M), ia banyak menulis masalah
kedokteran, astronomi, dan filsafat dengan karyanya Hayy bin Yaqzhan.
Tokoh filsafat lainnya adalah Ibnu Rusyd yang muncul di akhir abad 12, ia
merupakan filosof besar dan di Eropa terkenal
dengan nama Averros dari Cordova (1126-1198 M), ia pengikut Aristoteles, karya
filsafatnya Tahafuth at-Tahafuth (Kesesatan kitab kesesatan)[33].
Kitab ini merupakan kitab filsafat yang membantah apa yang pernah dikemukakan
oleh Al-Ghazali dalam kitabnya Tahafith al-Falasifat (Kesesatan
filsafat). Selain filosof, ia juga dikenal sebagai ulama Fiqh penulis Bidayah
al-Mujtahid, dan juga menulis buku kedokteran Al-Kulliyah fi Ath-Thib (Generalitas
dalam Ilmu Kedokteran)[34].
b. Sains
Bidang ini terdiri dari ilmu kedokteran, fisika, matematika, astronomi,
kimia, botani, zoology, geologi, ilmu obat-obatan juga berkembang dengan baik.
Wilayah Islam bagian barat banyak
terdapat ilmuan bidang sejarah dan geografi.
Beberapa tokoh sains diantaranya:
1) Bidang astronomi ada Abbas bin Farnas, Ibrahim bin Yahya an-Naqqash,
Ibnu Safar, dan Al-Bitruji.
2) Bidang obat-obatan yaitu Ahmad bin Ilyas dari Cordova, Ibnu Juljul, Ibnu
Hazm, dan Ibnu Abdurrahman bin Syuhaid.
3) Bidang kedokteran yaitu Ummul Hasan binti Abi Ja’far dan saudara
perempuan Al-Hafidz adalah dua dokter ahli dikalangan wanita, serta sumbangan
pemikiran yang diberikan oleh Ibnu Rusyd dengan buku kedokterannya yang
terkenal.
4) Bidang geografi terdapat Ibnu Jubair dari Valencia (1145-1377 M) menulis
tentang negeri-negeri Muslim Mediterania dan Sicillia, serta Ibnu Batuthah dari
Tangier (1304-1377 M) mengelilingi dunia sampai Samudera Pasai (Sumatera) dan
China.
5) Bidang sejarah terdapat Ibnu Al-Khatib (1317-1374 M) menyusun riwayat
Granada, dan Ibnu Khaldun dari Tunis seorang perumus filsafat sejarah penulis
buku Muqadimah, keduanya bertempat tinggal di Spanyol kemudian pindah ke
Afrika.
c. Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam
di Spanyol, ini dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam, bahkan
penduduk asli Spanyol menomor-duakan bahasa asli mereka. Pada masa ini banyak
yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara dan tata
bahasa, diantaranya: Ibnu Sayyidih, Muhammad bin Malik pengarang Alfiyah
(tata bahasa Arab), Ibnu Khuruf, Ibnu al-Hajj, Abu Ali Al-Isybili, Abu
Al-Hassan bin Usfur, dan Abu Hayyan Al-Gharnathi. Dibidang sastra, muncul Ibnu
Abd Rabbih dengan karyanya Al-Aqd Al-Farid, Adz-Zakirah fi Mahasin Ahlu
Al-Jazirah karya Ibnu Bassam, Kitab Al-Qalaid karya Al-Fath bin
Khaqan, dan lainnya.
d. Musik dan Kesenian
Pada masa Islam di Spanyol bidang ini
sangat masyhur dan mendapat apresiasi dari tokoh penguasa istana. Tokohnya
adalah Al-Hasan bin Nafi yang bergelar Zaryab, dan terkenal sebagai
pencipta lagu-lagu, bahkan ia dianggap sebagai peletak dasar music Spanyol
modern. Setiap ada pertemuan dan jamuan ia selalu tampil mempertunjukkan
kebolehannya. Ilmu yang dimilikinya diturunkan kepada anak-anaknya baik
laki-laki maupun perempuan, juga kepada budak-budaknya sehingga kemasyhurannya
tersebar luas.
Sigrid Hunke dan Abdul Mun’im
menginformasikan bahwa ulama Arab-lah yang memperkenalkan not lagu:
do-re-mi-fa-so-la-si, not tersebut diambil dari bunyi-bunyi huruf Arab[35].
Not
|
Asal Huruf
|
Do
|
د
|
Re
|
ر
|
Mi
|
م
|
Fa
|
ف
|
So
|
ص
|
La
|
ل
|
Si
|
س
|
2. Kemajuan Bidang Keilmuan Keagamaan
a. Tafsir
Salah satu mufassir yang terkenal dari
Andalusia adalah Al-Qurtubi, nama lengkapnya Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad
bin Abu Bakar bin Farh Al-Anshari Al-Khazraji Al-Andalusi (w.1273 M). Karyanya
dalam bidang tafsir adalah Al-Jami’u li Ahkam Alqur’an, kitab tafsir
yang terdiri dari 20 jilid ini dikenal dengan Tafsir Al-Qurtubi.
b. Fiqh
Spanyol Islam dikenal sebagai penganut
mazhab Maliki, yang memperkenalkan mazhab ini di Spanyol adalah Ziyad bin
Abdurrahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibnu Yahya yang menjai
qadhi pada masa Hisyam bin Abdurrahman.para ahli fiqh lainnya adalah Abu Bakar bin Al-Quthiyah, Muniz bin
Sa’id Al-Baluthi, Ibnu Rusyd, Asy-Syatibi penulis kitab Al-Muwafaqat fi
Ushul Asy-Syari’ah (ushul fiqh), dan Ibnu Hazm yang terkenal.
c. Tasawuf[36]
Pada masa ini lahir seorang sufi yang yang
karangan dan pemikirannya masih ada sampai saat ini, yaitu Abu Bakar Muhammad
Ibnu ‘Ali Muhyiddin Ibnu ‘Arabi (w.1165). Ia menghasilkan lebih dari 250
karangan dalam berbagai pengetahuan keislaman. Dalam idang tasawuf kitabnya
yang dipakai sampai sekarang yaitu Futuhat al-Makkiyah (Pembebasan
Makkah) dan Fushul Hikam (Kantong kebijaksanaan). Bersamaan dengan
beliau juga hidup beberapa sufi wanita yang amat berpengaruh dalam masyarakat
karena kehidupan religius dan ilmu agama mereka. Ibnu ‘Arabi menempatkan mereka
sebagai guru spiritual yang dikagumi.
Sufi wanita ini antara lain: Yasamin
(dikenal juga sebagai Syams) dari Marchea, Fatimah dari Cordova, Zainab
al-Qal’iyyah, dan Nizham binti Abu Syuja’ Zhahir ibnu Rustam. Yasamin merupakan
guru spiritual banyak orang dan juga mengajarkan Ibnu ‘Arabi masalah
spiritualitas. Fatimah berjumpa dengan Ibnu ‘Arabi dalam usia 90 tahun, ia
seorang sufi yang sangat lembut dan penuh kasih sayang, banyak orang belajar
padanya dalam masalah pengetahuan spiritual dan agama Islam. Zainab
al-Qal’iyyah merupakan wanita zahid yang meninggalkan kehidupan mewah dunia dan
beralih menjadi sufi, ia seorang yang menjaga ketat waktu pelaksanaan shalat,
serta mengajarkan orang bidang tasawuf dan pelaksanaan ajaran agama dalam
kehidupan. Sementara Nizham adalah seorang wanita yang seak gadis telah masuk
dunia kesufian dan melaksanakan ajaran tasawuf dalam kehidupan pribadinya. Ibnu
‘Arab sangat mengaguminya dan menjadikannya sebagai inspirator bagi lahirnya
sebuah buku berjudul Tarjuman al-Asywaq, buku antologi puisi cinta
mistik.
3. Kemajuan di Bidang Arsitektur Bangunan[37]
Kemegahan bangunan fisik Islam Spanyol
sangat maju, dan mendapat perhatian dari umat serta penguasa. Umumnya
bangunan-bangunan di Andalusia memiliki nilai arsitektur yang sangat tinggi.
Berikut kemajuan peradaban pembangunan di Spanyol:
a) Cordova
Kota ini merupakan ibukota Spanyol sebelum
Islam yang kemudian diambil alih Dinasti Umayyah. Oleh penguasa Muslim kota ini
lalu dibangun dan diperindah, jembatan besar dibangun di atas sungai yang
mengalir ditengah kota. Taman-taman dibangun unuk menghiasi kota Spanyol,
pohonnya yang megah diimpor dari Timur. Di seputar ibukota berdiri
istana-istana yang megah yang semakin mempercantik pemandangan.diantara
kebanggaan Cordova lainnya adalah Masjid Cordova. Kota Cordova memiliki 491
masjid.
b) Granada
Kota ini adalah tempat pertahanan terakhir
umat Islam di Spanyol, tempat berkumpul sisa-sisa kekuatan Arab dan pemikir
Islam. Posisi Cordova diambil alih oleh Granada di masa-masa akhir kekuasaan
Islam di Spanyol. Istana Al-Hambra yang indah dan megah adalah pusat dan puncak
ketinggian arsitektur Spanyol Islam,begitu juga dengan kota dan istana
Al-Zahra, istana Al-Gazar, serta menara Girilda.
c) Sevilla
Kota ini dibangun pada masa pemerintahan
Al-Muwahhidin, dan pernah menjadi ibukota yang indah dan bersejarah. Semula
daerah ini adalah rawa-rawa. Pada masa Romawi kota ini bernama Romula Agusta
lalu dubah menjadi Asyibiliyah (Sevilla). Sevilla telah berada dalam kekuasaan
Islam selama 500 tahun, salah satu masjid yang didirikan pada tahun 1171 M pada
masa pemerintahan Sultan Yusuf Abu Ya’kub kini telah berubah menjadi gereja
bernama Santa Maria de la Sede. Kota Sevilla jatuh ke tangan Raja
Ferdinand pada tahun 1248 M.
d) Toledo
Merupakan kota penting di Andalusia sebelum
dikuasai Islam. Ketika Romawi menguasai kota Toledo, kota ini dijadikan ibukota
kerajaan. Ketika Thariq bin Ziyad menguasai kota ini tahun 712 M, kota ini
dijadikan pusat ilmu pengetahuan dan penerjemahan. Toledo direbut dari umat
Islam oleh Raja Alfonso VI dari Castilia. Beberapa peninggalan bangunan masjd
di Toledo kini dijadikan gereja oleh umat Kristen.
2.5
Kemunduran dan Kehancuran Islam di Spanyol[38]
Setelah berkuasa kurang lebih delapan
abad,kekuasan Islam di Spanyol mulai melemah. Dinasti Bani Ahmar yang menjadi
penguasa Islam terakhir yang menguasai Granada tidak mampu mempertahankan diri
dari serangan bangsa asing serta tidak mampu membangun persatuan dan
kesatuan dikalangan Islam. Akhirnya pada
tanggal 2 Rabiul Awal 897 H/ 2 Januari 1492 M Abu Abdullah Muhammad, raja dari
kerajaan Bani Ahmar yang terakhir, menyerahkan kunci gapura kota Granada kepada
Raja Ferdinand. Ini adalah masa terakhir kekuasan Islam Berjaya di Spanyol.
Setelah penyerahan tersebut sampai sekarang, kekuasaan Islam belum bangkit di
Spanyol.
Sebenarnya masalah-masalah kekuasaan Islam
di Spanyol yang menyebabkan kejatuhannya dikarenakan beberapa hal berikut:
1) Konflik penguasa Islam dengan penguasa Kristen
Masyarakat Spanyol yang sebelumnya terpecah
dalam suku dan kelompok sedikit demi sedikit bersatu untuk menghancurkan Islam.
Beberapa kekuasaan Spanyol Kristen mulai bergabung dan menjadikan Islam sebagai
musuh bersama. Ketika pemerintahan Islam di Spanyol melemah maka kaum Kristen
melakukan penyerangan sehingga kekuasaan Islam disana hancur.
2) Tidak adanya ideology pemersatu
Setelah Islam menguasai Spanyol, kekuasaan
masih dipegang oleh Muslim pendatang, baik berbangsa Arab atau Afrika, hal ini
berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Bani Umayyah di Damaskus. Di Spanyol
orang-orang Arab tidak pernah menerima orang pribumi dan ini menyebabkan
terkelompoknya masyarakat antara pendatang dan pribumi, pendatang sebagai
penguasa dan pribumi sebagai orang yang dikuasai. Ketika mereka memiliki
kekuasaan pada kelompok masyarakat, mereka pun melakukan pemberontakan kepada
pemerintah. Hal ini menunjukkan tidak adanya ideology yang dapat memberikan
persatuan.
3) Kesulitan ekonomi
Pada pertengahan kedua periode Islam di
Spanyol para penguasa memfokuskan pembangunan kota dan mengembangkan ilmu
pengetahuan, sehingga menyebabkan mereka lalai membangun perekonomian.
Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan mempengaruhi
kondisi politik dan militer.
4) Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan
Sistem pemerintahan yang absolute dan
bergantung sepenuhnya pada raja menyebabkan tidak adanya kesepakatan bersama
tentang sistem pergantian kekuasaan. Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan
diantara ahli waris setelah seorang raja meninggal, bahkan munculnya Muluk
al-Tawaif. Dalam beberapa kasus, perebutan kekuasaan ini melibatkan
kekuatan asing yang selama ini adalah musuh, sehingga kekuasaan Islam dapat
diperalat oleh orang asing.
5) Lokasi yang terisolir dan terpencil
Secara geografis, Spanyol Islam terpencil
dari dunia Islam yang lain, yang selalu berjuang sendirian tanpa mendapat
bantuan kecuali dari Afrika Utara. Sehingga menyebabkan tidak ada kekuatan
alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen dan kekuatan asng yang
ingin menggulingkan kekuasaan Islam di Spanyol.
2.6
Pengaruh Peradaban Spanyol Islam di Eropa[39]
Kemajuan berbagai peradaban dan ilmu
pengetahuan yang ada di Barat saat ini tidaklah terjadi dengan begitu saja, ada
proses yang melatar belakanginya. Pengaruh-pengaruh peradaban Islam ini,
termasuk pemikiran Ibnu Rusyd ke Eropa berawal dari banyaknya pemuda/orang
Eropa yang datang ke Baghdad dan Spanyol untuk belajar di berbaga universitas
Islam di Spanyol, seperti Universitas Cordova, Sevilla, Malaga, Granada, dan
Samalanca. Para mahasiswa asal Eropa ini selain belajar berbagai ilmu
pengetahuan juga melakukan penerjemahan berbagai karangan sarjana Islam ke dalam bahasa-bahasa Eropa,
menerjemahkan kembali karya Aristoteles, Plato dan lainnya dari bahasa Arab ke
dalam bahasa mereka.
Setelah pulang ke negerinya, mereka
mendirikan sekolah dan universitas yang sama, universitas yang pertama di Eropa
adalah Universitas Paris tahun 1231 M yang didirikan 30 tahun setelah wafat
Ibnu Rusyd. Di akhir zaman pertengahan Eropa baru berdiri 18 buah unversitas,
di universitas ini ilmu-ilmu yang diperoleh di universitas Islam diajarkan,
seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti dan ilmu filsafat. Pemikiran filsafat yang
banyak dipelajari adalah pemikiran Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd.
Merekalah cikal bakal lahirnya ilmuan di Eropa dan penggerak munculnya Renaissance
pada abad ke-14 M.
Walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri
Spanyol dengan cara yang sangat kejam namun ia telah melahirkan gerakan-gerakan
penting di Eropa. Gerakan tersebut diantaranya renaissance di Eropa pada
abad ke-14 M yang bermula di Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16 M,
rasionalisme abad ke-17 M, dan pencerahan (Aufklarung) di abad ke-18 M.
Renaissance berasal dari kata renasseimento
artinya lahir kembali atau rebirth sebagai manusia yang serba baru. Renaissance
diartikan kelahiran atau kebangkitan kembali jiwa atau semangat manusia yang ingin bebas dan tidak lagi
terbelenggu sebagaimana hakikat dan qodrat manusia. Renaissance merupakan
gerakan yang menaruh minat untuk mempelajari dan memahami kembali peradaban dan
kebudayaan Yunani dan Romawi kuno.
Bahasa Arab juga memberi pengaruh besar di
Eropa, selama Islam berada di Andalusia telah banyak nama-nama benda yang
dikenal di Barat berasal dari bahasa Arab. Karena lamanya Islam disana tidak
kurang dari 7.000 kata-kata Spanyol yang berasal dari bahasa Arab masuk ke
dalam suku kata bahasa Eropa[40],
seperti ke dalam bahasa Spanyol, Inggris, Perancis, dan Jerman. Kata-kata
tersebut misalnya: as-sukkar (gula) menjadi azukar (Spanyol), sugar
(Inggris), al-kuhul (alcohol) menjadi alkohol, al-fiil
(gajah) menjadi marfil, syarab (minuman cair) menjadi sirup, dan
lainnya.
Demikian besar pengaruh peradaban Islam di
Eropa sehingga jika saja masyarakat Eropa tidak mempelajari peradaban-peradaban
Islam, bukan tidak mustahil bahwa Eropa masih tertinggal di belakang dalam hal
peradaban dunia. Bangsa Eropa maju dalam hal ilmu pengetahuan dan peradaban
dikarenakan mereka belajar kepada kaum muslimin terutama melalui berbaga
literature dari hasil karya kaum muslimin di Andalusia Spanyol.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat diambil beberapa
kesimpulan yang penting, diantaranya adalah:
1.
Sejarah
Islam di Spanyol dan sumbangannya bagi pengembangan Islam pada umumnya dapat
dibagi menjadi tiga fase, yaitu:
·
Pertama, fase masuk dan berkembangnya agama Islam (711-912 M),
·
Kedua, fase puncak kejayaannya dan kemundurannya (912-976 M),
·
Ketiga, fase kehancuran Islam di Spanyol (976-1031 M).
2.
Sekitar
dua abad sebelum masehi hingga awal abad ke lima, Spanyol berada dibawah
Imperium Romawi. Sejak tahun 406 M, Spanyol dikuasai oleh bangsa Vandal, yaitu
bangsa yang berimigrasi dari negeri yang terletak diantara sungai Oder dan
Vistuala dan juga suku yang menundukkan Eropa Barat di masa lalu sebelum Goth
dan bangsa Arab (Islam).
1.
Sebelum
penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya
sebagai salah satu propinsi dari dinasti Bani Umayyah, ini terjadi pada zaman
Khalifah Abdul Malik (685-705 M) dan mengangkat Hasan ibn Nu’man al-Ghassani
menjadi gubernur di daerah tersebut, lalu diganti dengan Musa bin Nushair pada
masa Khalifah Al-Walid.
2.
Secara
keseluruhan penaklukan wilayah Afrika Utara memakan waktu selama 53 tahun,
yaitu dari tahun 30 H (masa pemerintahan Mu’awiyah bin Abi Sufyan) sampai tahun
83 H (masa Al-Walid).
3.
Penaklukan
Semenanjung Iberia diawali dengan undangan salah satu raja Gothia Barat
(Kristen), Graff Julian, untuk
membantunya melawan raja lainnya karena ada konflik diantara mereka, pada Musa
ibn Nushair sebagai gubernur Afrika Utara.
4.
Dalam
proses penaklukan Spanyol ada tiga pahlawan
Islam yang paling berjasa, mereka adalah Tharif bin Malik, Thariq bin Ziyad, dan Musa bin
Nushair. Dari ketiga nama ini, nama Thariq bin Ziyad yang disebut paling terkenal sebagai penakluk Spanyol.
5.
Kemenangan-kemenangan
yang dicapai oleh umat Islam dalam menguasai Spanyol tidak terlepas dari
beberapa faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
6.
Sejak
pertama kali menaklukkan Spanyol pada tahun 711 M hingga jatuhnya kekuasaan
Islam terakhir pada tahun 1492 M, Islam telah memainkan peran yang sangat besar
dan sejarah panjang Islam di Spanyol terbagi menjadi enam periode.
7.
Dalam
masa yang lebih dari tujuh abad, kekuasaan Islam di Spanyol mencapai
kejayaannya,banyak prestasi yang umat Islam peroleh bahkan pengaruhnya membawa
Eropa dan juga dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks, meliputi bidang
intelektual dan keagamaan.
8.
Kemegahan bangunan fisik Islam Spanyol
sangat maju, umumnya bangunan-bangunan di Andalusia memiliki nilai arsitektur
yang sangat tinggi, seperti kota Cordova, Sevilla, Granada, dan Toledo.
9. Kemajuan-kemajuan di Eropa tidak
dapat dipisahkan dari pemerintahan Islam di Spanyol, menyaingi
Baghdad di Timur. Ketika itu, orang-orang Eropa Kristen banyak belajar di
perguruan tinggi Islam di sana.
10. Dinasti Bani Ahmar menjadi penguasa Islam terakhir yang menguasai
Granada tidak mampu mempertahankan diri dari serangan bangsa asing serta tidak
mampu membangun persatuan dan kesatuan
dikalangan Islam. Akhirnya pada tanggal 2 Rabiul Awal 897 H/ 2 Januari
1492 M Abu Abdullah Muhammad, raja dari kerajaan Bani Ahmar yang terakhir,
menyerahkan kunci gapura kota Granada kepada Raja Ferdinand. Ini adalah masa
terakhir kekuasan Islam berjaya di Spanyol.
11. Penyebab kemunduran dan kehancuran Islam di Spanyol adalah: adanya
konflik antara penguasa Islam dengan penguasa Kristen, tidak adanya ideology
pemersatu, kesulitan ekonomi, tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan, dan
letak Negara Spanyol yang terpencil dari pusat dunia Islam yang lain.
3.2
Saran
Saya sebagai pemakalah menyadari masih
banyak kekurangan mengenai isi dari makalah ini, oleh karena itu saya sangat
mengharapkan masukan dari dosen pembimbing/pengampu serta kritik dan saran dari
teman-teman semua agar makalah ini dapat ditulis dengan lebih baik lagi.
Wallahu a’lam..
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Syalabi, Mawsu’at al-Tarikh wa al-Hadharat al-Islamiyyat,
jilid IV, (Kairo: al-Maktabah Mishriyah, 1982).
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam:
Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2009).
Badri Yatim, Dr., MA., Sejarah Peradaban Islam: Dirasah
Islamiyah II, -ed. 1-, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008).
Busman
Edyar, dkk., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Pustaka Asatruss, 2009).
Carl Brockelmann, History
of the Islamic People, (London: Rotledge&Kegan Paul, 1980).
Harun
Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press,
1974).
Jaih Mubarok, Dr., M.Ag., Sejarah Peradaban Islam, cet. 2, -
ed. Revisi-, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005).
Munawiyah, Dra., Msi., dkk., Sejarah Peradaban Islam, (Banda
Aceh: Pusat Studi Wanita (PSW) IAIN Ar-Raniry, 2009).
Musyrifah Sunanto, Prof., Dr., Hj., Sejarah Islam Klasik:
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, (Bogor: Kencana, 2003).
Philip
K.Hitti, History of the Arabs, (Jakarta: PT.Serambi Ilmu Pustaka, 2005).
Samsul Munir Amir, Drs., MA., Sejarah Peradaban Islam, - ed.
1,cet.2 -, (Jakarta: Amzah,
2010).
Siti Maryam, dkk. (ed), Sejarah Peradaban Islam dari Klasik
hingga Modern, (Yogyakarta: Jurusan SPI Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga
dan LESFI, 2003).
[1] Samsul
Munir Amir, Drs., MA., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2010),
- ed. 1, cet.2 -, hlm. 158.
[2] Badri
Yatim, Dr., MA., Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), -ed. 1-, hlm. 87.
[3]
Musyrifah Sunanto, Prof., Dr., Hj., Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu
Pengetahuan Islam, (Bogor: Kencana, 2003), hlm. 119-120.
[4] Hal ini
dikemukakan oleh Christopher Dawson. Lihat Harun Nasution, Islam Ditinjau
dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1974), hlm. 74.
[5] Busman
Edyar, dkk., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Pustaka Asatruss, 2009),
hlm. 127.
[6] Ibid,
hlm. 128.
[7] Samsul
Munir Amir, op. Cit., hlm. 159.
[8]Munawiyah,
Dra., Msi., dkk., Sejarah Peradaban Islam, (Banda Aceh: Pusat Studi
Wanita (PSW) IAIN Ar-Raniry, 2009), hlm. 139-140.
[9]
Samsul Munir Amir, op. Cit., hlm. 162.
[10]
Umat Islam datang ke Spanyol atas undangan Ratu Julian. Salah seorang putri
Ratu yang belajar di Toledo (ibukota Visigoth) diperkosa oleh Raja Roderick,
ratu meminta bantuan kepada umat Islam untuk melawan raja tersebut dalam rangka
membalas dendamnya. Lihat W.Montgomery Watt dan Pierre Chacia, A History of
Islamic Spain, (Edinburgh: Edinburgh University Press, 1992), hlm. 13.
[11]
Siti Maryam, dkk. (ed), Sejarah Peradaban Islam dari Klasik hingga Modern,
(Yogyakarta: Jurusan SPI Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga dan LESFI, 2003), hlm.
100-104.
[12] Jaih
Mubarok, Dr., M.Ag., Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Bani
Quraisy, 2005), cet. 2, - ed. Revisi-, hlm. 110.
[13] Samsul
Munir Amir, op. Cit., hlm. 161.
[14]
Munawiyah, op. Cit., hlm. 141.
[15]
Munawiyah, op. Cit., hlm. 141, Badri Yatim, op. Cit., hlm. 89, Busman
Edyar, dkk., op. Cit., hlm. 128, Samsul Munir Amin, op. Cit., hlm.
162.
[16] Philip
K.Hitti, History of the Arabs, (Jakarta: PT.Serambi Ilmu Pustaka, 2005),
hlm. 628.
[17] Samsul
Munir Amin, op. Cit., hlm. 162.
[18]
Munawiyah, op. Cit., hlm. 141.
[19]Ibid,
hlm. 142. Badri Yatim, op. Cit., hlm. 89.
[20]Carl
Brockelmann,History of the Islamic People, (London: Rotledge&Kegan
Paul, 1980), hlm. 83. Lihat Badri Yatim, op. Cit., hlm. 90., dan Samsul
Munir Amin, op. Cit., hlm. 164.
[21] Busman
Edyar, dkk., op. Cit., hlm. 128.
[22] Samsul
Munir Amin, op. Cit., hlm. 164-165.
[23] Harun
Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I cet. 5,
(Jakarta: UI Press, 1985), hlm. 62.
[24] Samsul
Munir Amin, op. Cit., hlm. 165.
[25] Busman
Edyar, dkk., op. Cit.,
hlm.129.
[26] Ajid
Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-akar
Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam, (Jakarta: Rajawali Pers,
2009), hlm. 67.
[27] Badri
Yatim, Dr. M.A., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2000), hlm. 93.
[28] Jaih
Mubarok, op. Cit., hlm.111.
[29] Ahmad
Syalabi, Mawsu’at al-Tarikh wa al-Hadharat al-Islamiyyat, (Kairo:
al-Maktabah Mishriyah, 1982), jilid IV, hlm. 59-60.
[31] Jaih Mubaroq, op. cit., hlm.
116.
[32] Samsul Munir Amin, op. cit.,
hlm. 172-173.
[33] Munawyah, dkk., op.cit., hlm.
155.
[34] Philip K. Hitti, op. cit.,
hlm. 742.
[35] Jaih Mubaroq, Sejarah…..,
hlm.113.
[36] Munawyah, dkk., op.cit., hlm.
155.
[37] Samsul Munir Amin, op. cit.,
hlm. 174-175.
[38] Munawyah, dkk., op.cit., hlm.
160-162, dan Badri Yatim, op.cit., hlm. 107-108.
[39] Munawiyah, op. cit., hlm. 162, dan Samsul Munir
Amin, op. cit., hlm.177-178.
[40] Samsul Munir Amin, op. cit.,
hlm.178. Menurut keterangan dari Dr.Alvano Machordom Comins, ketua Communidiad
Musulmande Espana, lihat Dr.Salim Abdullah,M.A, Sumbangan Andalusia
Kepada Dunia Barat, hlm. 61.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar