View My Stats

Sabtu, 22 Maret 2014

perkembangan Islam di Andalusia Spanyol- kemajuan dan kemundurannya



PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Di awal abad ke-7 Masehi, ketika Nabi Muhammad SAW. memulai misinya di negeri Arab, seluruh pantai laut tengah merupakan bagian dari dunia masyarakat Kristen sepanjang Eropa, Asia dan Pantai Afrika Utara ditinggali penduduk yang beragama Kristen dari berbagai sekte. Hanya ada dua agama lain di Romawi – Yunani, yakni Yahudi dan Manichaeisme, yang bertahan dan dianut oleh sebagian kecil penduduk disana[1].
            Setelah berakhirnya periode Islam klasik, setelah Islam mulai memasuki masa kemunduran, Eropa bangkit dari keterbelakangannya. Kebangkitan itu bukan saja terlihat dalam bidang politik dengan keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya, tetapi terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan kemajuan dalam bidang inilah yang mendukung keberhasilan politiknya. Kemajuan-kemajuan Eropa ini tidak dapat dipisahkan dari pemerintahan Islam di Spanyol. Dari Islam, Spanyol di Eropa banyak menimba ilmu. Pada periode klasik, ketika Islam mencapai masa keemasannya, Spanyol merupakan pusat peradaban Islam yang sangat penting, menyaingi Baghdad di Timur. Ketika itu, orang-orang Eropa Kristen banyak belajar di perguruan tinggi Islam di sana. Islam menjadi “guru” bagi orang Eropa. Karena itu, kehadiran Islam di Spanyol banyak menarik perhatian para sejarawan[2].
            Pada saat periode pemerintahan Abbasiyah sebagai pemerintah pusat melemah. Ibukota negara-negara propinsi muncul menyaingi Baghdad, daulah-daulah kecil berlomba untuk maju, terutama dalam bidang peradaban dan ilmu pengetahuan. Salah satunya di Andalusia (Spanyol) ini, muncul Bani Umayyah II yang beribukota Cordova. Di Afrika Utara berdiri daulah Murabithun, kemudian daulah Muwahidin. Di Sicilia ada kerajaan Normandia, walaupun beragama Kristen namun mereka memajukan peradaban dan ilmu pengetahuan Islam. Di Mesir muncul Daulah Fathimiyah, kemudian Ayyubiyah. Disebelah timur kota Baghdad berdiri bani Ghaznawiyah. Kerajaan-kerajaan kecil ini pada masanya masing-masing ikut andil memajukan ilmu pengetahuan dalam Islam[3].
            Nama Andalusia berasal dari kata Vandal, nama sebuah bangsa yang menguasai Spanyol sebelum bangsa Goth dan Islam. Ketika Daulat Abbasiyah (750-1258 M) di timur mencapai puncak kemajuan ilmu pengetahuan, daulah Umayyah di Spanyol (756-1027 M) dengan Universitas Cordova, Granada, dan Sevilla menjadi gerbang transformasi kemajuan ilmu pengetahuan di Eropa – sementara Eropa sendiri saat itu masih dalam masa kegelapan (peperangan dan kelaparan)[4]. Universitas-universitas tersebut menjadi simbol kecemerlangan Islam yang memberi kontribusi besar bagi kemajuan Eropa di abad pertengahan menjelang Reinansance pada abad ke -14. Segala kontribusi tersebut menjadi mungkin diberikan lantaran luasnya muatan studi universitas tersebut. Sebagai gambaran, Universitas Cordova menyelenggarakan program studi Astronomi, Matematika, Kedokteran, Hukum, dan Teologi[5].
            Berkaitan dengan hal inilah, maka penulis mendapat kesempatan untuk menuliskan secara ringkas tentang Perkembangan Peradaban Islam di Andalusia Spanyol serta hal-hal yang berkaitan dengan materi tersebut. Semoga isi makalah ini dapat memberi manfa’at dan pengetahuan bagi kita semua terutama tentang sejarah peradaban Islam di Spanyol tersebut.

1.2  Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:
1.2.1        Bagaimanakah Islam masuk ke negeri Spanyol?
1.2.2        Apakah faktor-faktor yang menyebabkan Islam mudah masuk ke Spanyol?
1.2.3        Bagaimanakah perkembangan Islam di Spanyol?
1.2.4        Kemajuan peradaban dibidang apa sajakah yang terjadi di Spanyol?
1.2.5        Apa penyebab kemunduran dan kehancuran Islam di Spanyol?
1.2.6        Apa sajakah pengaruh peradaban Spanyol Islam di Eropa?

1.3  Tujuan dan Manfa’at Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah agar kita semua dapat mengetahui dan mengenal peradaban serta perkembangan Islam yang telah terjadi di Andalusia Spanyol tersebut, sehingga dapat menambah pemahaman kita tentang hal-hal apa saja yang telah terjadi selama Islam berkembang di Spanyol serta penyebab kemudurannya.



















PEMBAHASAN

2.1 Masuknya Islam ke Spanyol
            Sejarah Islam di Spanyol dan sumbangannya bagi pengembangan Islam pada umumnya dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu[6]:
Ø  Pertama, fase masuk dan berkembangnya agama Islam (711-912 M),
Ø  Kedua, fase puncak kejayaannya dan kemundurannya (912-976 M),
Ø  Ketiga, fase kehancuran Islam di Spanyol (976-1031 M).
Semenanjung Iberia di Eropa, yang meliputi wilayah Spanyol dan Portugal sekarang ini, menjorok ke selatan ujungnya hanya dipisahkan oleh sebuah selat sempit dengan ujung benua Afrika. Bangsa Grik tua menyebut selat sempit itu dengan tiang-tiang Hercules dan di seberang selat tersebut terletak  benua Eropa. Selat sempit tersebut sepanjang kenyataan memisahkan lautan tengah dengan lautan Atlantik[7].
Sekitar dua abad sebelum masehi hingga awal abad ke lima, Spanyol berada dibawah Imperium Romawi. Sejak tahun 406 M, Spanyol dikuasai oleh bangsa Vandal, yaitu bangsa yang berimigrasi dari negeri yang terletak diantara sungai Oder dan Vistuala dan juga suku yang menundukkan Eropa Barat di masa lalu sebelum Goth dan bangsa Arab (Islam). Penguasa daerah ini mendirikan kerajaan di propinsi wilayah Chartage. Kekuasan Vandal ini lalu diambil alih oleh orang-orang Gothik. Tak lama kemudian, dinasti Merovingian dari kerajaan Frank merebutnya dari orang-orang Gothik, maka didirikanlah kerajaan Visigoth (507 M), yang wilayah tersebut dikenal dengan Vandalusia. Setelah kedatangan orang-orang Islam pada tahun 92 H/ 711 M, sebutan Vandalusia diubah menjadi Andalusia atau al-Andalus. Penduduk Andalusia ini terdiri dari suku-suku Arab, Barbar, dan orang pribumi.
Sebelum Islam masuk ke Spanyol, negara ini dipimpin oleh Raja Roderick yang beragama Kristen dan memiliki misi Kristenisasi di seluruh wilayah Spanyol. Akibat misi ini, masyarakat Spanyol terpecah menjadi lima kelompok yang saling memusuhi, yaitu: penguasa tanah yang mengeksploitasi rakyat miskin, buruh tani dan budak  yang dijual beli, golongan menengah yang bergerak dalam bidang ekonomi, para penguasa yang memiliki hak istimewa, dan pihak gereja Katholik yang tidak terlalu peduli dengan kondisi masyarakat setempat. Kondisi inilah yang menyebabkan Islam masuk ke Spanyol dengan mudah tanpa perlawanan yang berarti[8].
Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari dinasti Bani Umayyah, penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara terjadi pada zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abdul Malik mengangkat Hasan ibn Nu’man al-Ghassani menjadi gubernur di daerah tersebut. Pada masa Khalifah Al-Walid (705-715 M), Hasan digantikan oleh Musa ibn Nushair. Musa memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Marokko. Ia juga menaklukkan daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di daerah pegunungan, sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji tidak akan membuat kekacauan seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya[9]. Secara keseluruhan penaklukan wilayah Afrika Utara memakan waktu selama 53 tahun, yaitu dari tahun 30 H (masa pemerintahan Mu’awiyah bin Abi Sufyan) sampai tahun 83 H (masa Al-Walid). Setelah itu menjadi salah satu propinsi dari Khilafah Bani Umayyah dan menjadi batu loncatan bagi penaklukan daerah lain yang berdekatan, yaitu Spanyol.
Penaklukan Semenanjung Iiberia diawali dengan undangan salah satu raja Gothia Barat (Kristen), Graff Julian untuk membantunya melawan raja lainnya karena ada konflik diantara mereka[10], pada Musa ibn Nushair yang menjabat sebagai gubernur Afrika Utara dibawah pemerintahan Bani Umayyah di Damaskus. Lalu khalifah mengirim 500 pasukan yang dipimpin oleh Tharif ibn Malik tahun 91 H/710 M dan mendarat di suatu tempat yang kemudian diberi nama Tharifa[11]. Ekspedisi ini dianggap berhasil dan Tharif  kembali ke Afrika Utara dengan membawa  banyak harta rampasan perang[12].
Ada beberapa hal yang mendorong Musa ibn Nushair mengabulkan permohonan Graff Julian, diantaranya karena[13]:
1.    Antara penduduk Spanyol dengan Afrika Utara terlibat dalam suasana perang, sebab penduduk Spanyol terutama yang beragama Kristen pernah beberapa kali melakukan penyerangan terhadap daerah pantai Afrika yang sudah dikuasai oleh kaum Muslimin;
2.    Penduduk Spanyol pernah memberikan bantuan kepada tentara Romawi dan berusaha menduduki beberapa daerah Muslim di pantai Afrika. Dasar pertimbangan ini disampaikan Nushair pada Khalifah Walid bin Abdul Malik, sewaktu minta zin untuk mengirimkan bantuan tentara ke Spanyol. Khalifah pun menyetujui rencana Nushair.
Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa dalam memimpin pasukan mereka ke wilayah tersebut. Mereka adalah Tharif  bin Malik, Thariq bin Ziyad, dan Musa bin Nushair. Dari ketiga nama ini, nama Thariq bin Ziyad yang disebut  paling terkenal sebagai penakluk Spanyol, karena pasukannya lebih besar dan dan hasilnya lebih nyata. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik, karena dialah yang pertama kali menyeberang selat untuk memenuhi undangan Graff Julian agar membantunya, dan ekspedisi ini pun berhasil. Didorong keberhasilan ini dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigoth yang berkuasa di Spanyol saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa bin Nushair pada bulan Rajab 92 H/ April 711 M[14] mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7000 orang, terdiri dari suku Barbar (Muslim dari Afrika Utara), para Mawali dan sebagian lagi orang-orang Arab yang dikirim Al-Walid, untuk ke Spanyol dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad. Ia mendarat di sebuah bukit berbatu karang dekat gunung batu besar, yang akhirnya dinamakan dengan Jabal Thariq(Gibraltar) – Bukit Thariq, diambil dari namanya sendiri, Thariq[15]. Ia dibantu oleh Julian, seorang yang berpengaruh di Spanyol dan menginginkan pembebasan Spanyol dari kekejaman Roderick, dengan menyediakan kapal-kapal untuk pasukan Thariq bin Ziyad[16].
Sejarah mencatat bahwa panglima Thariq setelah seluruh pasukannya selesai mendarat di wilayah tersebut, membakar seluruh alat penyeberangan mereka. Ia pun mengucapkan pidato singkat yang bersejarah, “Al aduwwu amamakum wal bahru waraa-akum,  fakhtar ayyuma syi’tum” (musuh di depan kamu dan lautan di belakang kamu, silahkan pilih mana yang kamu kehendaki)[17].
Sebelum Thariq bin Ziyad menyerang kota-kota disekitarnya, dia berhasil menaklukkan kota Arknidona, lalu berhasil merebut kota Elvira. Pasukan berkuda menyerang kota Cordova, setelah bertahan selama dua bulan maka diserahkan kota Cordova dan dengan warganya ikut ditaklukkan masuk dalam pemerintahan Islam. Lalu kota ini dijadikan sebagai pusat kejayaan Islam di Spanyol[18].
Setelah itu pasukan Thariq berhasil menguasai kota Malaga dan kota Granada. Dalam penyerangan pasukan Islam tidak mendapat perlawanan yang berarti. Sebelum Thariq menaklukkan kota Toledo, ia meminta tambahan pasukan kepada Nushair di Afrika Utara. Nushair mengirimkan tambahan sebanyak 5000 personel, sehingga jumlah pasukan Thariq seluruhnya 12.000 orang, namun jumlah ini belum sebanding dengan jumlah pasukan tempur Gothik yang disiapkan Roderick yang jauh lebih besar, yaitu 100.000 orang. Dalam pertempuran yang memakan waktu selama delapan hari dan berlangsung di Guadalete, pinggir sungai Guadalquivir, Barbatee (Salado) di suatu tempat bernama Bakkah pada tanggal 19 Juli 711 M dengan suasana yang sangat mencekam. Kedua belah pihak bertempur dengan sengit dan tentara Islam mendapat kemenangan yang cemerlang, pasukan Roderick porak poranda dan mundur dalam keadaan kacau, sementara Roderick tewas ditempat tersebut[19].
 Setelah kota Toledo yang menjadi ibukota Goth Barat jatuh ke tangan Islam, Thariq yang mulanya hanya seorang pemimpin tentara biasa telah menjadi pemimpin yang agung di wilayah yang baru ditaklukkannya. Dikarenakan cemburu terhadap kemenangan-kemenangan yang diraih panglimanya yang sangat luar biasa, dengan tergesa-gesa Musa bin Nushair merasa perlu melibatkan diri dan berangkat ke Spanyol pada bulan Juni 712 M sambil memimpin tentara sebanyak 10.000 orang, semuanya terdiri dari orang Arab dan Arab Syiria. Sasarannya dipilih kota-kota dan kubu-kubu yang tidak diganggu Thariq, seperti Merida (Medina), Sedonia, dan Carmona. Seville yang merupakan kota terbesar dan pusat kecerdasan Spanyol serta pernah menjadi ibukota pada zaman Romawi, mampu mempertahankan diri hingga akhir bulan Juni 713 M. Dekat kota Merida, Musa menemui perlawanan yang sengit, namun setelah terkepung selama satu tahun, setapak demi setapak kota tersebut dapat diduduki dalam bulan Juli 713 M. Musa juga mengalahkan penguasa kerajaan Gothik, Theodomir di Orihuela, lalu bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya mereka berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya mulai dari Saragosa sampai Navarre[20]. Juga berhasil ditaklukkan juga daerah Terrafona dan Barcelona[21].
Gelombang perluasan wilayah berikutnya terjadi pada pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul ‘Aziz tahun 99 H/717 M. Sasaran ditujukan untuk menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Perancis Selatan, pimpinannya dipercayakan kepada As-Samah, tapi usahanya gagal dan ia sendiri terbunuh pada tahun 102 H/720 M. Lalu pimpinan pasukan diserahkan pada Abdurrahman bin Abdullah Al-Ghafiqi. Dengan pasukannya ia menyerang kota Bordesu, Poiter, dan juga Tours. Tetapi di antara kota Poiter dan Tours ia ditahan oleh Charles Martel, sehingga serangan ke Perancis gagal dan tentara yang dipimpinnya mundur kembali ke Spanyol[22].
Sesudah itu, masih juga ada penyerangan seperti ke Avirignon tahun 734 M, ke Lyon tahun 743 M, dan pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah. Majorca, Corsia, Sardinia, Creta, Rhodes, Cyprus, dan sebagian dari Sicillia juga jatuh ke tangan Islam pada zaman Bani Umayyah[23].
Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum Muslimin yang geraknya dimulai pada permulaan abad ke 8 M ini telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh menjangkau Perancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia. Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir disana, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa tersebut berlangsung selama lebih dari 7,5 abad[24].

2.2    Faktor-faktor yang Menyebabkan Islam Mudah Masuk Ke Spanyol
Kemenangan-kemenangan yang dicapai oleh umat Islam dalam menguasai Spanyol tidak terlepas dari beberapa faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal[25].
Ø Faktor Eksternal
1.      Terpuruknya ekonomi rakyat Spanyol;
2.      Buruknya kondisi sosial politik;
3.      Penguasa Gothik tidak mempunyai toleransi kepada penganut agama lain;
4.      Adanya perebutan kekuasaan antar elit pemerintahan;
5.      Mayoritas penduduk yang lemah ditindas dan dijadikan budak.
Ø Faktor Internal
1.      Tokoh-tokoh pejuang dan prajurit Islam yang kuat;
2.      Tokoh-tokoh pejuang Islam memiliki kekuatan, keberanian, dan ketabahan yang tinggi dalam menghadapi berbagai persoalan;
3.      Adanya sikap toleransi, persaudaraan, dan sikap tolong menolong.
Sikap toleransi dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum Muslimin menyebabkan penduduk Spanyol menyambut dengan baik kehadiran Islam di wilayah tersebut.

2.3    Perkembangan Politik Islam di Spanyol
Pemerintahan pusat di Andalusia dalam menjalankan roda pemerintahannya dibantu oleh beberapa lembaga, dan secara substantif lembaga ini tidak jauh berbeda dengan lembaga yang pernah ada pada pemerintahan sebelumnya, ketika masih dibawah kekuasaan pusat Umayyah I di Damaskus[26].
Sejak pertama kali menaklukkan Spanyol pada tahun 711 M hingga jatuhnya kekuasaan Islam terakhir pada tahun 1492 M, Islam telah memainkan peran yang sangat besar. Masa yang berlangsung lebih dari tujuh setengah abad tersebut dijalani umat Islam secara fluktuatif, dimana terkadang Islam berada di puncak kemegahan dan sering pula Islam dalam peperangan atau pun kehancuran. Menurut Badri Yatim, sejarah panjang Islam di Spanyol dapat dibagi dalam enam periode[27].

1.    Periode Pertama (711 M-755 M)
Pada periode ini, Spanyol berada dibawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Kalifah Bani Umayyah, yang berpusat di kota Damaskus. Periode ini stabilisasi negeri Spanyol belum aman dan terkendali, gangguan-gangguan masih terjadi baik internal maupun eksternal. Karena ituasi inilah maka Islam di periode ini belum memasuki kegiatan pembangunan dan peradaban. Periode ini berakhir dengan datangnya Abd al-Rahman ad-Dakhil ke Spanyol dan memerintah pada tahun 138 H/755 M.

2.    Periode Kedua (755 M-912 M)
Pada periode ini Spanyol berada dibawah pemerintahan Kalifah Abbasiyah di Baghdad. Ketika Daulah Umayyah di Damaskus dihancurkan oleh Bani Abbas, Abd al-Rahman ibn Mu’awiyah berhasil meloloskan diri dan menginjakkan kakinya di Andalusia tahun 132 H/750 M. Ia diberi gelar ad-Dakhil karena beliau adalah pangeran dinasti Umayyah pertama yang menginjakkan kakinya di Semenanjung Iberia. Beliau berhasil menyingkirkan Yusuf ibn abd al-Rahman al-Fihri, yang menyatakan diri tunduk kepada dinasti Bani Abbas, pada tahun 138 H/756 M. Abd al-Rahman ad-Dakhil memproklamirkan bahwa Andalusia lepas dari kekuasaan Dinasti Bani Abbas dan ia berhasil mendirikan Dinasti Umayyah di Spanyol serta memakai gelar amir (bukan khalifah).
Selama 32 tahun berkuasa, ad-Dakhil (755-788 M) berhasil mengatasi berbagai ancaman, baik dari dalam maupun luar, karena ketangguhannya ia diberi gelar Rajawali Quraisy[28]. Karena kekuasaan Bani Abbas sepeninggal al-Mutawakkil (247 H/861 M) semakin merosot, ad-Dakhil memproklamirkan diri sebagai khalifah dan memakai gelar amir al-mukminin[29]. Ad-Dakhil mendirikan Masjid Cordova sebagai pusat ilmu pengetahuan dan sekolah-sekolah di kota besar Spanyol.
Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini adalah Abd al-Rahman ad-Dakhil (755-788 M), Hisyam ibn Abd al-Rahman/ Hisyam I (788-796 M), Hakam ibn Hisyam/ Hakam I (796-822 M), Abd al-Rahman al-Ausath (822-852 M), Muhammad ibn Abd al-Rahman al-Ausath (852-886 M), Munzir ibn Muhammad (886-888 M), dan Abdullah ibn Muhammad (888-912 M).

3.    Periode Ketiga (912 M-1013 M)
Periode ini dimulai  dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar An-Nashir, sampai munculnya “raja-raja kelompok” yang dikenal dengan Muluk al-Thawaif. Gelar yang dipakai pada masa ini adalah khalifah, yang dipakai mulai tahun 929 M. Kemudian muncul Hakam II  dan Hisyam II. Pada periode ini umat Islam beranjak mencapai puncak kejayaan dan kemajuan menyaingi Daulah Abasiyah di Baghdad. Hal ini ditandai dengan berdirinya Masjid Abdurrahman III yang diteruskan Al-Hakam II dengan membangun Universitas Cordova, lengkap dengan perpustakaan dan isi bukunya. Pada masa ini masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran.
Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang, yaitu: Abd Al-Rahman Al-Nashir (912 M-961 M), Hakam II (961 M-976 M), dan Hisyam II (976 M-1009 M).

4.    Periode Keempat (1013 M-1086 M)
Pada periode ini, kekuasaan Islam Spanyol sedang dalam konflik internal. Wilayahnya terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil yang dipimpin oleh raja-raja golongan/ kelompok (Al-Muluk Al-Thawaif) yang berpusat di kota seperti Cordova, Sevilla, Toledo, dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di Sevilla, Hudiyah di Saragossa, sebagian lainnya di Barbar seperti Miknasa Aftashiyah di Badajoz, Zennun di Toledo dan Hammudiyah di Malaga, dan silsilah keturunan mereka melalui Idrisiyyah di Marokko samapi ke Khalifah Ali, juga sebagian Dinasti Thaifa dari para pasukan  Afrika yang datang di akhir abad 10 di bawah Al-Manshur, seperti Shanhaja, Barbar, Ziriyyah dari Elvira memperoleh kemajuan di Valencia. Pada tahun 1085 M orang Kristen berhasil merebut Toledo dan in memaksa raja Abbadiyah, Al-Mu’tamid, berpaling kepada pemerintahan Al-Murawiyyah Barbar.
Selain perpecahan dalam kerajaan kecil, pada masa ini juga terjadi pertikaian besar diantara kekuasaan Islam itu sendiri. Beberapa diantaranya bekerjasama dengan pasukan kekuasaan Kristen untuk mempertahankan wilayahnya. Di sisi lain, melihat kekuasaan Islam yang lemah dan terpecah, kekuasaan Kristen melakukan penyerangan kepada beberapa kekuasaan Islam. Walau demikian dunia akademik dan keilmuan terus berlangsung, perpindahan ilmu dan pengembangan ilmu pengetahuan tidak terhenti.

5.    Periode Kelima (1086 M-1248 M)
Pada periode ini meskipun masih terpecah dalam beberapa Negara, tapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan Dnasti Murabithun dan Dinasti Muwahhidun. Dinasti ini muncul atas undangan para penguasa Islam untuk mempertahankan Islam dari serangan orang-orang Kristen. Dinasti ini menguasai kembali kota-kota penting seperti Cordova, Almeria, dan Granada antara tahun 1114 M dan 1154 M. namun mengalami kehancuran kembali dan pulang ke Afrika Utara pada tahun  1235 M. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Sevilla jatuh tahun 1248 M. seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuasaan Islam[30].

6.    Periode Keenam (1248 M-1492 M)
Pada periode ini, Islam hanya berkuasa di Granada, dibawah pemerintahan Bani Ahmar (1232 M-1492 M). peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abd Al-Rahman An-Nashir. Kekuasaan Islam terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana. Pada periode inilah mulai musnahnya Islam di Spanyol karena dikalahkan oleh pihak Kristen sampai terjadi tragedi yang sangat merugikan umat Islam. Tragedi tersebut terjadi tahun 1499 M[31], saat itu Cardinal Ximenez de Cisnores mengunjungi Granada dan diskusi dengan para hakim dan ahlihukum disana. Hasilnya, tahun 1502 M muslim Granada (Spanyol) diberi dua pilihan: masuk Kristen atau keluar dari Spanyol, umat Islam memilih keluar dan pindah ke Afrika Utara. Setelah itu umat Islam di Spanyol tidak ada lagi, namun pada abad 20 M, muslim di Spanyol mulai mendapat sedikit ruang untuk berkembang lagi.

2.4    Kemajuan Peradaban Islam di Spanyol
Dalam masa yang lebih dari tujuh abad, kekuasaan Islam di Spanyol mencapai kejayaannya disana. Banyak prestasi yang umat Islam peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan juga dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks.

1.      Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Intelektual[32]
a.      Bidang Filsafat
Perkembangan filsafat di Andalusia dimulai sejak abad ke 8 hingga abad ke 12. Tokoh utama dan pertama dalam sejarah filsafat Arab Spanyol adalah Abu Bakar Muhammad bin As-Sayigh (w.1138 M) yang dikenal sebagai Ibnu Bajjah. Magnum opus (karya besar)nya adalah Tadbir al-Mutawahhid. Selain menguasai filsafat, ia juga ahli dalam keilmuan lainnya seperti music, kedokteran dan komentator atas karya-karya Aristoteles. Tokoh yang kedua Abu Bakar ibn Thufail (w.1185 M), ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi, dan filsafat dengan karyanya Hayy bin Yaqzhan. Tokoh filsafat lainnya adalah Ibnu Rusyd yang muncul di akhir abad 12, ia merupakan filosof  besar dan di Eropa terkenal dengan nama Averros dari Cordova (1126-1198 M), ia pengikut Aristoteles, karya filsafatnya Tahafuth at-Tahafuth (Kesesatan kitab kesesatan)[33]. Kitab ini merupakan kitab filsafat yang membantah apa yang pernah dikemukakan oleh Al-Ghazali dalam kitabnya Tahafith al-Falasifat (Kesesatan filsafat). Selain filosof, ia juga dikenal sebagai ulama Fiqh penulis Bidayah al-Mujtahid, dan juga menulis buku kedokteran Al-Kulliyah fi Ath-Thib (Generalitas dalam Ilmu Kedokteran)[34].

b.      Sains
Bidang ini terdiri dari ilmu kedokteran, fisika, matematika, astronomi, kimia, botani, zoology, geologi, ilmu obat-obatan juga berkembang dengan baik. Wilayah Islam bagian barat  banyak terdapat ilmuan bidang sejarah dan geografi.  Beberapa tokoh sains diantaranya:
1)      Bidang astronomi ada Abbas bin Farnas, Ibrahim bin Yahya an-Naqqash, Ibnu Safar, dan Al-Bitruji.
2)      Bidang obat-obatan yaitu Ahmad bin Ilyas dari Cordova, Ibnu Juljul, Ibnu Hazm, dan Ibnu Abdurrahman bin Syuhaid.
3)      Bidang kedokteran yaitu Ummul Hasan binti Abi Ja’far dan saudara perempuan Al-Hafidz adalah dua dokter ahli dikalangan wanita, serta sumbangan pemikiran yang diberikan oleh Ibnu Rusyd dengan buku kedokterannya yang terkenal.
4)      Bidang geografi terdapat Ibnu Jubair dari Valencia (1145-1377 M) menulis tentang negeri-negeri Muslim Mediterania dan Sicillia, serta Ibnu Batuthah dari Tangier (1304-1377 M) mengelilingi dunia sampai Samudera Pasai (Sumatera) dan China.
5)      Bidang sejarah terdapat Ibnu Al-Khatib (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada, dan Ibnu Khaldun dari Tunis seorang perumus filsafat sejarah penulis buku Muqadimah, keduanya bertempat tinggal di Spanyol kemudian pindah ke Afrika.
c.       Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol, ini dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam, bahkan penduduk asli Spanyol menomor-duakan bahasa asli mereka. Pada masa ini banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara dan tata bahasa, diantaranya: Ibnu Sayyidih, Muhammad bin Malik pengarang Alfiyah (tata bahasa Arab), Ibnu Khuruf, Ibnu al-Hajj, Abu Ali Al-Isybili, Abu Al-Hassan bin Usfur, dan Abu Hayyan Al-Gharnathi. Dibidang sastra, muncul Ibnu Abd Rabbih dengan karyanya Al-Aqd Al-Farid, Adz-Zakirah fi Mahasin Ahlu Al-Jazirah karya Ibnu Bassam, Kitab Al-Qalaid karya Al-Fath bin Khaqan, dan lainnya.

d.      Musik dan Kesenian
Pada masa Islam di Spanyol bidang ini sangat masyhur dan mendapat apresiasi dari tokoh penguasa istana. Tokohnya adalah Al-Hasan bin Nafi yang bergelar Zaryab, dan terkenal sebagai pencipta lagu-lagu, bahkan ia dianggap sebagai peletak dasar music Spanyol modern. Setiap ada pertemuan dan jamuan ia selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ilmu yang dimilikinya diturunkan kepada anak-anaknya baik laki-laki maupun perempuan, juga kepada budak-budaknya sehingga kemasyhurannya tersebar luas.
Sigrid Hunke dan Abdul Mun’im menginformasikan bahwa ulama Arab-lah yang memperkenalkan not lagu: do-re-mi-fa-so-la-si, not tersebut diambil dari bunyi-bunyi huruf Arab[35].
Not
Asal Huruf
Do
د
Re
ر
Mi
م
Fa
ف
So
ص
La
ل
Si
س


2.      Kemajuan Bidang Keilmuan Keagamaan
a.      Tafsir
Salah satu mufassir yang terkenal dari Andalusia adalah Al-Qurtubi, nama lengkapnya Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar bin Farh Al-Anshari Al-Khazraji Al-Andalusi (w.1273 M). Karyanya dalam bidang tafsir adalah Al-Jami’u li Ahkam Alqur’an, kitab tafsir yang terdiri dari 20 jilid ini dikenal dengan Tafsir Al-Qurtubi.
b.      Fiqh
Spanyol Islam dikenal sebagai penganut mazhab Maliki, yang memperkenalkan mazhab ini di Spanyol adalah Ziyad bin Abdurrahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibnu Yahya yang menjai qadhi pada masa Hisyam bin Abdurrahman.para ahli fiqh lainnya  adalah Abu Bakar bin Al-Quthiyah, Muniz bin Sa’id Al-Baluthi, Ibnu Rusyd, Asy-Syatibi penulis kitab Al-Muwafaqat fi Ushul Asy-Syari’ah (ushul fiqh), dan Ibnu Hazm yang terkenal.
c.       Tasawuf[36]
Pada masa ini lahir seorang sufi yang yang karangan dan pemikirannya masih ada sampai saat ini, yaitu Abu Bakar Muhammad Ibnu ‘Ali Muhyiddin Ibnu ‘Arabi (w.1165). Ia menghasilkan lebih dari 250 karangan dalam berbagai pengetahuan keislaman. Dalam idang tasawuf kitabnya yang dipakai sampai sekarang yaitu Futuhat al-Makkiyah (Pembebasan Makkah) dan Fushul Hikam (Kantong kebijaksanaan). Bersamaan dengan beliau juga hidup beberapa sufi wanita yang amat berpengaruh dalam masyarakat karena kehidupan religius dan ilmu agama mereka. Ibnu ‘Arabi menempatkan mereka sebagai guru spiritual yang dikagumi.
Sufi wanita ini antara lain: Yasamin (dikenal juga sebagai Syams) dari Marchea, Fatimah dari Cordova, Zainab al-Qal’iyyah, dan Nizham binti Abu Syuja’ Zhahir ibnu Rustam. Yasamin merupakan guru spiritual banyak orang dan juga mengajarkan Ibnu ‘Arabi masalah spiritualitas. Fatimah berjumpa dengan Ibnu ‘Arabi dalam usia 90 tahun, ia seorang sufi yang sangat lembut dan penuh kasih sayang, banyak orang belajar padanya dalam masalah pengetahuan spiritual dan agama Islam. Zainab al-Qal’iyyah merupakan wanita zahid yang meninggalkan kehidupan mewah dunia dan beralih menjadi sufi, ia seorang yang menjaga ketat waktu pelaksanaan shalat, serta mengajarkan orang bidang tasawuf dan pelaksanaan ajaran agama dalam kehidupan. Sementara Nizham adalah seorang wanita yang seak gadis telah masuk dunia kesufian dan melaksanakan ajaran tasawuf dalam kehidupan pribadinya. Ibnu ‘Arab sangat mengaguminya dan menjadikannya sebagai inspirator bagi lahirnya sebuah buku berjudul Tarjuman al-Asywaq, buku antologi puisi cinta mistik.

3.      Kemajuan di Bidang Arsitektur Bangunan[37]
Kemegahan bangunan fisik Islam Spanyol sangat maju, dan mendapat perhatian dari umat serta penguasa. Umumnya bangunan-bangunan di Andalusia memiliki nilai arsitektur yang sangat tinggi. Berikut kemajuan peradaban pembangunan di Spanyol:
a)      Cordova
Kota ini merupakan ibukota Spanyol sebelum Islam yang kemudian diambil alih Dinasti Umayyah. Oleh penguasa Muslim kota ini lalu dibangun dan diperindah, jembatan besar dibangun di atas sungai yang mengalir ditengah kota. Taman-taman dibangun unuk menghiasi kota Spanyol, pohonnya yang megah diimpor dari Timur. Di seputar ibukota berdiri istana-istana yang megah yang semakin mempercantik pemandangan.diantara kebanggaan Cordova lainnya adalah Masjid Cordova. Kota Cordova memiliki 491 masjid.
b)     Granada
Kota ini adalah tempat pertahanan terakhir umat Islam di Spanyol, tempat berkumpul sisa-sisa kekuatan Arab dan pemikir Islam. Posisi Cordova diambil alih oleh Granada di masa-masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol. Istana Al-Hambra yang indah dan megah adalah pusat dan puncak ketinggian arsitektur Spanyol Islam,begitu juga dengan kota dan istana Al-Zahra, istana Al-Gazar, serta menara Girilda.
c)      Sevilla
Kota ini dibangun pada masa pemerintahan Al-Muwahhidin, dan pernah menjadi ibukota yang indah dan bersejarah. Semula daerah ini adalah rawa-rawa. Pada masa Romawi kota ini bernama Romula Agusta lalu dubah menjadi Asyibiliyah (Sevilla). Sevilla telah berada dalam kekuasaan Islam selama 500 tahun, salah satu masjid yang didirikan pada tahun 1171 M pada masa pemerintahan Sultan Yusuf Abu Ya’kub kini telah berubah menjadi gereja bernama Santa Maria de la Sede. Kota Sevilla jatuh ke tangan Raja Ferdinand pada tahun 1248 M.
d)     Toledo
Merupakan kota penting di Andalusia sebelum dikuasai Islam. Ketika Romawi menguasai kota Toledo, kota ini dijadikan ibukota kerajaan. Ketika Thariq bin Ziyad menguasai kota ini tahun 712 M, kota ini dijadikan pusat ilmu pengetahuan dan penerjemahan. Toledo direbut dari umat Islam oleh Raja Alfonso VI dari Castilia. Beberapa peninggalan bangunan masjd di Toledo kini dijadikan gereja oleh umat Kristen.

2.5    Kemunduran dan Kehancuran Islam di Spanyol[38]
Setelah berkuasa kurang lebih delapan abad,kekuasan Islam di Spanyol mulai melemah. Dinasti Bani Ahmar yang menjadi penguasa Islam terakhir yang menguasai Granada tidak mampu mempertahankan diri dari serangan bangsa asing serta tidak mampu membangun persatuan dan kesatuan  dikalangan Islam. Akhirnya pada tanggal 2 Rabiul Awal 897 H/ 2 Januari 1492 M Abu Abdullah Muhammad, raja dari kerajaan Bani Ahmar yang terakhir, menyerahkan kunci gapura kota Granada kepada Raja Ferdinand. Ini adalah masa terakhir kekuasan Islam Berjaya di Spanyol. Setelah penyerahan tersebut sampai sekarang, kekuasaan Islam belum bangkit di Spanyol.
Sebenarnya masalah-masalah kekuasaan Islam di Spanyol yang menyebabkan kejatuhannya dikarenakan beberapa hal berikut:
1)      Konflik penguasa Islam dengan penguasa Kristen
Masyarakat Spanyol yang sebelumnya terpecah dalam suku dan kelompok sedikit demi sedikit bersatu untuk menghancurkan Islam. Beberapa kekuasaan Spanyol Kristen mulai bergabung dan menjadikan Islam sebagai musuh bersama. Ketika pemerintahan Islam di Spanyol melemah maka kaum Kristen melakukan penyerangan sehingga kekuasaan Islam disana hancur.
2)      Tidak adanya ideology pemersatu
Setelah Islam menguasai Spanyol, kekuasaan masih dipegang oleh Muslim pendatang, baik berbangsa Arab atau Afrika, hal ini berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Bani Umayyah di Damaskus. Di Spanyol orang-orang Arab tidak pernah menerima orang pribumi dan ini menyebabkan terkelompoknya masyarakat antara pendatang dan pribumi, pendatang sebagai penguasa dan pribumi sebagai orang yang dikuasai. Ketika mereka memiliki kekuasaan pada kelompok masyarakat, mereka pun melakukan pemberontakan kepada pemerintah. Hal ini menunjukkan tidak adanya ideology yang dapat memberikan persatuan.
3)      Kesulitan ekonomi
Pada pertengahan kedua periode Islam di Spanyol para penguasa memfokuskan pembangunan kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan, sehingga menyebabkan mereka lalai membangun perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.
4)      Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan
Sistem pemerintahan yang absolute dan bergantung sepenuhnya pada raja menyebabkan tidak adanya kesepakatan bersama tentang sistem pergantian kekuasaan. Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahli waris setelah seorang raja meninggal, bahkan munculnya Muluk al-Tawaif. Dalam beberapa kasus, perebutan kekuasaan ini melibatkan kekuatan asing yang selama ini adalah musuh, sehingga kekuasaan Islam dapat diperalat oleh orang asing.
5)      Lokasi yang terisolir dan terpencil
Secara geografis, Spanyol Islam terpencil dari dunia Islam yang lain, yang selalu berjuang sendirian tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Sehingga menyebabkan tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen dan kekuatan asng yang ingin menggulingkan kekuasaan Islam di Spanyol.

2.6       Pengaruh Peradaban Spanyol Islam di Eropa[39]
Kemajuan berbagai peradaban dan ilmu pengetahuan yang ada di Barat saat ini tidaklah terjadi dengan begitu saja, ada proses yang melatar belakanginya. Pengaruh-pengaruh peradaban Islam ini, termasuk pemikiran Ibnu Rusyd ke Eropa berawal dari banyaknya pemuda/orang Eropa yang datang ke Baghdad dan Spanyol untuk belajar di berbaga universitas Islam di Spanyol, seperti Universitas Cordova, Sevilla, Malaga, Granada, dan Samalanca. Para mahasiswa asal Eropa ini selain belajar berbagai ilmu pengetahuan juga melakukan penerjemahan berbagai karangan  sarjana Islam ke dalam bahasa-bahasa Eropa, menerjemahkan kembali karya Aristoteles, Plato dan lainnya dari bahasa Arab ke dalam bahasa mereka.
Setelah pulang ke negerinya, mereka mendirikan sekolah dan universitas yang sama, universitas yang pertama di Eropa adalah Universitas Paris tahun 1231 M yang didirikan 30 tahun setelah wafat Ibnu Rusyd. Di akhir zaman pertengahan Eropa baru berdiri 18 buah unversitas, di universitas ini ilmu-ilmu yang diperoleh di universitas Islam diajarkan, seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti dan ilmu filsafat. Pemikiran filsafat yang banyak dipelajari adalah pemikiran Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd. Merekalah cikal bakal lahirnya ilmuan di Eropa dan penggerak munculnya Renaissance pada abad ke-14 M.
Walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara yang sangat kejam namun ia telah melahirkan gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan tersebut diantaranya renaissance di Eropa pada abad ke-14 M yang bermula di Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16 M, rasionalisme abad ke-17 M, dan pencerahan (Aufklarung) di abad ke-18 M.
Renaissance berasal dari kata renasseimento artinya lahir kembali atau rebirth  sebagai manusia yang serba baru. Renaissance diartikan kelahiran atau kebangkitan kembali jiwa atau semangat  manusia yang ingin bebas dan tidak lagi terbelenggu sebagaimana hakikat dan qodrat manusia. Renaissance merupakan gerakan yang menaruh minat untuk mempelajari dan memahami kembali peradaban dan kebudayaan Yunani dan Romawi kuno.
Bahasa Arab juga memberi pengaruh besar di Eropa, selama Islam berada di Andalusia telah banyak nama-nama benda yang dikenal di Barat berasal dari bahasa Arab. Karena lamanya Islam disana tidak kurang dari 7.000 kata-kata Spanyol yang berasal dari bahasa Arab masuk ke dalam suku kata bahasa Eropa[40], seperti ke dalam bahasa Spanyol, Inggris, Perancis, dan Jerman. Kata-kata tersebut misalnya: as-sukkar (gula) menjadi azukar (Spanyol), sugar (Inggris), al-kuhul (alcohol) menjadi alkohol, al-fiil (gajah) menjadi marfil, syarab (minuman cair) menjadi sirup, dan lainnya.
Demikian besar pengaruh peradaban Islam di Eropa sehingga jika saja masyarakat Eropa tidak mempelajari peradaban-peradaban Islam, bukan tidak mustahil bahwa Eropa masih tertinggal di belakang dalam hal peradaban dunia. Bangsa Eropa maju dalam hal ilmu pengetahuan dan peradaban dikarenakan mereka belajar kepada kaum muslimin terutama melalui berbaga literature dari hasil karya kaum muslimin di Andalusia Spanyol.




























PENUTUP

3.1     Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat diambil beberapa kesimpulan yang penting, diantaranya adalah:
1.   Sejarah Islam di Spanyol dan sumbangannya bagi pengembangan Islam pada umumnya dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu:
·         Pertama, fase masuk dan berkembangnya agama Islam (711-912 M),
·         Kedua, fase puncak kejayaannya dan kemundurannya (912-976 M),
·         Ketiga, fase kehancuran Islam di Spanyol (976-1031 M).
2.   Sekitar dua abad sebelum masehi hingga awal abad ke lima, Spanyol berada dibawah Imperium Romawi. Sejak tahun 406 M, Spanyol dikuasai oleh bangsa Vandal, yaitu bangsa yang berimigrasi dari negeri yang terletak diantara sungai Oder dan Vistuala dan juga suku yang menundukkan Eropa Barat di masa lalu sebelum Goth dan bangsa Arab (Islam).
1.    Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari dinasti Bani Umayyah, ini terjadi pada zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M) dan mengangkat Hasan ibn Nu’man al-Ghassani menjadi gubernur di daerah tersebut, lalu diganti dengan Musa bin Nushair pada masa Khalifah Al-Walid.
2.   Secara keseluruhan penaklukan wilayah Afrika Utara memakan waktu selama 53 tahun, yaitu dari tahun 30 H (masa pemerintahan Mu’awiyah bin Abi Sufyan) sampai tahun 83 H (masa Al-Walid).
3.   Penaklukan Semenanjung Iberia diawali dengan undangan salah satu raja Gothia Barat (Kristen), Graff Julian, untuk membantunya melawan raja lainnya karena ada konflik diantara mereka, pada Musa ibn Nushair sebagai gubernur Afrika Utara.
4.   Dalam proses penaklukan Spanyol ada tiga pahlawan Islam yang paling berjasa, mereka adalah Tharif  bin Malik, Thariq bin Ziyad, dan Musa bin Nushair. Dari ketiga nama ini, nama Thariq bin Ziyad yang disebut  paling terkenal sebagai penakluk Spanyol.
5.   Kemenangan-kemenangan yang dicapai oleh umat Islam dalam menguasai Spanyol tidak terlepas dari beberapa faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
6.    Sejak pertama kali menaklukkan Spanyol pada tahun 711 M hingga jatuhnya kekuasaan Islam terakhir pada tahun 1492 M, Islam telah memainkan peran yang sangat besar dan sejarah panjang Islam di Spanyol terbagi menjadi enam periode.
7.   Dalam masa yang lebih dari tujuh abad, kekuasaan Islam di Spanyol mencapai kejayaannya,banyak prestasi yang umat Islam peroleh bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan juga dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks, meliputi bidang intelektual dan keagamaan.
8.    Kemegahan bangunan fisik Islam Spanyol sangat maju, umumnya bangunan-bangunan di Andalusia memiliki nilai arsitektur yang sangat tinggi, seperti kota Cordova, Sevilla, Granada, dan Toledo.
9.   Kemajuan-kemajuan di Eropa tidak dapat dipisahkan dari pemerintahan Islam di Spanyol, menyaingi Baghdad di Timur. Ketika itu, orang-orang Eropa Kristen banyak belajar di perguruan tinggi Islam di sana.
10.  Dinasti Bani Ahmar menjadi penguasa Islam terakhir yang menguasai Granada tidak mampu mempertahankan diri dari serangan bangsa asing serta tidak mampu membangun persatuan dan kesatuan  dikalangan Islam. Akhirnya pada tanggal 2 Rabiul Awal 897 H/ 2 Januari 1492 M Abu Abdullah Muhammad, raja dari kerajaan Bani Ahmar yang terakhir, menyerahkan kunci gapura kota Granada kepada Raja Ferdinand. Ini adalah masa terakhir kekuasan Islam berjaya di Spanyol.
11.  Penyebab kemunduran dan kehancuran Islam di Spanyol adalah: adanya konflik antara penguasa Islam dengan penguasa Kristen, tidak adanya ideology pemersatu, kesulitan ekonomi, tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan, dan letak Negara Spanyol yang terpencil dari pusat dunia Islam yang lain.

3.2           Saran
   Saya sebagai pemakalah menyadari masih banyak kekurangan mengenai isi dari makalah ini, oleh karena itu saya sangat mengharapkan masukan dari dosen pembimbing/pengampu serta kritik dan saran dari teman-teman semua agar makalah ini dapat ditulis dengan lebih baik lagi. Wallahu a’lam..




DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Syalabi, Mawsu’at al-Tarikh wa al-Hadharat al-Islamiyyat, jilid IV, (Kairo: al-Maktabah Mishriyah, 1982).
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009).
Badri Yatim, Dr., MA., Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, -ed. 1-, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008).
Busman Edyar, dkk., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Pustaka Asatruss, 2009).
Carl Brockelmann, History of the Islamic People, (London: Rotledge&Kegan Paul, 1980).
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1974).
Jaih Mubarok, Dr., M.Ag., Sejarah Peradaban Islam, cet. 2, - ed. Revisi-, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005).
Munawiyah, Dra., Msi., dkk., Sejarah Peradaban Islam, (Banda Aceh: Pusat Studi Wanita (PSW) IAIN Ar-Raniry, 2009).
Musyrifah Sunanto, Prof., Dr., Hj., Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, (Bogor: Kencana, 2003).
Philip K.Hitti, History of the Arabs, (Jakarta: PT.Serambi Ilmu Pustaka, 2005).
Samsul Munir Amir, Drs., MA., Sejarah Peradaban Islam, - ed. 1,cet.2 -, (Jakarta: Amzah, 2010).
Siti Maryam, dkk. (ed), Sejarah Peradaban Islam dari Klasik hingga Modern, (Yogyakarta: Jurusan SPI Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga dan LESFI, 2003).



[1] Samsul Munir Amir, Drs., MA., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), - ed. 1, cet.2 -, hlm. 158.
[2] Badri Yatim, Dr., MA., Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), -ed. 1-, hlm. 87.
[3] Musyrifah Sunanto, Prof., Dr., Hj., Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, (Bogor: Kencana, 2003), hlm. 119-120.
[4] Hal ini dikemukakan oleh Christopher Dawson. Lihat Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1974), hlm. 74.
[5] Busman Edyar, dkk., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Pustaka Asatruss, 2009), hlm. 127.
[6] Ibid, hlm. 128.
[7] Samsul Munir Amir, op. Cit., hlm. 159.
[8]Munawiyah, Dra., Msi., dkk., Sejarah Peradaban Islam, (Banda Aceh: Pusat Studi Wanita (PSW) IAIN Ar-Raniry, 2009), hlm. 139-140.
[9] Samsul Munir Amir, op. Cit., hlm. 162.
[10] Umat Islam datang ke Spanyol atas undangan Ratu Julian. Salah seorang putri Ratu yang belajar di Toledo (ibukota Visigoth) diperkosa oleh Raja Roderick, ratu meminta bantuan kepada umat Islam untuk melawan raja tersebut dalam rangka membalas dendamnya. Lihat W.Montgomery Watt dan Pierre Chacia, A History of Islamic Spain, (Edinburgh: Edinburgh University Press, 1992), hlm. 13.
[11] Siti Maryam, dkk. (ed), Sejarah Peradaban Islam dari Klasik hingga Modern, (Yogyakarta: Jurusan SPI Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga dan LESFI, 2003), hlm. 100-104.
[12] Jaih Mubarok, Dr., M.Ag., Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005), cet. 2, - ed. Revisi-, hlm. 110.
[13] Samsul Munir Amir, op. Cit., hlm. 161.
[14] Munawiyah, op. Cit., hlm. 141.
[15] Munawiyah, op. Cit., hlm. 141, Badri Yatim, op. Cit., hlm. 89, Busman Edyar, dkk., op. Cit., hlm. 128, Samsul Munir Amin, op. Cit., hlm. 162.
[16] Philip K.Hitti, History of the Arabs, (Jakarta: PT.Serambi Ilmu Pustaka, 2005), hlm. 628.
[17] Samsul Munir Amin, op. Cit., hlm. 162.
[18] Munawiyah, op. Cit., hlm. 141.
[19]Ibid, hlm. 142. Badri Yatim, op. Cit., hlm. 89.
[20]Carl Brockelmann,History of the Islamic People, (London: Rotledge&Kegan Paul, 1980), hlm. 83. Lihat Badri Yatim, op. Cit., hlm. 90., dan Samsul Munir Amin, op. Cit., hlm. 164.
[21] Busman Edyar, dkk., op. Cit., hlm. 128.
[22] Samsul Munir Amin, op. Cit., hlm. 164-165.
[23] Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I cet. 5, (Jakarta: UI Press, 1985), hlm. 62.
[24] Samsul Munir Amin, op. Cit., hlm. 165.
[25] Busman Edyar, dkk., op. Cit., hlm.129.
[26] Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 67.
[27] Badri Yatim, Dr. M.A., Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 93.
[28] Jaih Mubarok, op. Cit., hlm.111.
[29] Ahmad Syalabi, Mawsu’at al-Tarikh wa al-Hadharat al-Islamiyyat, (Kairo: al-Maktabah Mishriyah, 1982), jilid IV, hlm. 59-60.
[30] Badri Yatim, op.cit., hlm. 99 (Lihat Ahmad Syalabi, op. cit., hlm. 76).
[31] Jaih Mubaroq, op. cit., hlm. 116.
[32] Samsul Munir Amin, op. cit., hlm. 172-173.
[33] Munawyah, dkk., op.cit., hlm. 155.
[34] Philip K. Hitti, op. cit., hlm. 742.
[35] Jaih Mubaroq, Sejarah….., hlm.113.
[36] Munawyah, dkk., op.cit., hlm. 155.
[37] Samsul Munir Amin, op. cit., hlm. 174-175.
[38] Munawyah, dkk., op.cit., hlm. 160-162, dan Badri Yatim, op.cit., hlm. 107-108.
[39] Munawiyah,  op. cit., hlm. 162, dan Samsul Munir Amin, op. cit., hlm.177-178.
[40] Samsul Munir Amin, op. cit., hlm.178. Menurut keterangan dari Dr.Alvano Machordom Comins, ketua Communidiad Musulmande Espana, lihat Dr.Salim Abdullah,M.A, Sumbangan Andalusia Kepada Dunia Barat, hlm. 61.

Tidak ada komentar: