View My Stats

Sabtu, 22 Maret 2014

DINASTI MUGHAL dan PROSES TERBENTUKNYA DINASTI MUGHAL



PEMBAHASAN
DINASTI MUGHAL

A. PROSES TERBENTUKNYA DINASTI MUGHAL

1. Dinasti Islam Di India Sebelum Pendirian Dinasti Mughal
Sejak zaman Nabi SAW, India telah memiliki sejumlah pelabuhan sehingga terjadi interaksi antara India dengan Nabi SAW. Oleh karena itu, dagang dan dakwah menyatu dalam satu kegiatan sehingga raja Kadangalur, Cheraman Perumal, memeluk agama Islam dan mengganti namanya menjadi Tajuddin, dan ia sempat bertemu dengan Nabi Muhammad SAW. Pada zaman Umar ibn Khatab, Mughirah berusaha menaklukan Sind, tapi usahanya gagal (246-644). Pada zaman Usman ibn Affan dan Ali ibn Thalib, dikirim utusan untuk mempelajari adat-istiadat dan jalan-jalan menuju India. Pada zaman Mu’awiyah I, Muhammad ibn Qasim berhasil menaklukan dan diangkat menjadi amir Sind dan Punjab. Kepemimpinan di Sind dan Punjab dipegang oleh Muhammad ibn Qasim setelah berhasil memadamkan perampokan-perampokan terhadap umat Islam disana. Karena pertikaian internal (antara al Hajjaj dan Sulaiman), dinasti ini melemah; dan ketika keadaan lemah, dinasti ini ditaklukan oleh dinasti Gazni.[1]
Pada zaman Al-Ma’mum (khalifah dinasti Bani Abbas), diangkat sejumlah amir untuk memimpin daerah-daerah. Diantara yang dipercaya untuk diangkat menjadi amir adalah Asad ibn Saman utuk daerah Transoxsiana. Ia diangkat menjadi amir setelah berhasil membantu khalifah Bani Abbas dalam menaklukan dinasti Safahari yang berpusat di Khurasan. [2]
Dinasty Samani (874-999) mengangkat Alpatigin menjadi amir di Khurasan. Alpatigin kemudian digantikan oleh anaknya, Ishak. Ishak dikudeta Baltigin; Baltiqin diganti oleh Firri; dan Firri dijatuhkan oleh Subuktigin. Subuktigin menguasai Gazna dan kemudian mendirikan dinasti Gaznawi (963-1191 M). Dinasty gaznawi ditaklukan oleh dinasti Guri (1191). Setelah meninggal, Muhammad Gurri diganti oleh panglimanya, Quthbuddin Aibek (karena Muhammad Guri tidak memiliki anak laki-laki). Quthbuddin Aibek menjadi sultan sejak tahun 1206 M. Sejak itu berdirilah kesultanan Delhi terdiri atas : a. Dinasti Mamluk di Delhi (1206-1290); b. Dinasti Khalji (1290-1320); c. Dinasti Tughluq (1320-1414 M); d. Dinasti Sayyed (1414-1451 M); dan e. Dinasti Lodi (1451-1526 M).[3]

2. Asal usul Kerajaan Mughal
Kerajaan Mughal adalah kerajaan Islam yang pernah berkuasa di India dari abad ke- 16 hingga abad ke- 19. Dinasti ini didirikan oleh Zaharuddin Babur yang merupakan keturunan Timur Lenk, penguasa Islam asal Mongol.[4]
Babur adalah nama kecil dari Zaharuddin, yang artinya singa, ia lahir pada hari Jum’at 24 Februari 1483. Ayahnya bernama Umar Mirza menjadi amir di Fergana, turunan lagsung dari Miransyah putra ketiga dari Timur Lenk. Sedangkan ibunya berasal dari keturunan Jengkuai, anak kedua dari Jengis Khan. Pada usia 11 tahun,  Babur kehilangan ayahnya dan sekaligus menggantikan kepemimpinan ayahnya dalam usia yang masih sangat muda. namun demikian ia sangat pemberani sehingga kelihatan lebih matang dari usianya. Dia mendapat latihan sejak dini, sehingga memungkinkannya untuk menjadi seorang pejuang dan penguasa besar. [5]
Ia berusaha menguasai Samarkand yang merupakan kota terpenting dia Asia Tengah pada saat itu. Pertama kali ia mengalami kekalahan untuk mewujudkan cita-citanya. Kemudian berkat bantuan Ismail I, Raja Safawi, sehingga pada tahun 1494, Babur berhasil menaklukan kota Samarkand, dan pada dengan Tahun 1504 menaklukan Kabul, ibukota Afganistan. Dari Kabul Babur melanjutkan ekspansi ke India yang pada saat itu diperintah Ibrahim Lodi. [6]
Ibrahim Lodi (cucu sultan lodi), sultan Delhi terakhir, memenjarakan sejumlah bangsawan yang menentangnya.[7] Ketika itu kewibawaan kesultanan sedang merosot, karena ketidak mampuannya memimpin, atas dasar itulah Alam Khan keluarga Lodi yang lain mencoba menggulingkannya  dengan meminta bantuan Zahiruddin Babur (1482-1530 M). Permintaan itu langsung diterima oleh Babur dan bersama pasukannya menyerang Delhi. Pada tanggal 21 April 1526 M terjadilah pertempuran yang sangat dasyat di Panipat. Ibrahim Lodi beserta ribuan pasukannya terbunuh, dan Babur langsung mengikrarkan kemenangannya dan mendirikannya pemerintahannya. [8]

Setelah mendirikan kerajaan Mughal, Babur berusaha memperkuat kedudukannya. Di pihak lain raja-raja Hindu di seluruh India menyusun angkatan perang yang besar untuk menyerang Babur dan di Afganistan, golongan yang setia pada keluarga Ibrahim Lodi mengangkat saudara kandung Ibrahim, Mahmud Lodi menjadi Sultan. Sultan Mahmud Lodi bergabung dengan raja-raja Hindu tersebut. Kali ini berarti harus berhadapan dengan pasukan koalisi, namun Babur tetap dapat mengalahkan pasukan koalisi itu dalam pertempuran dekat Gogra tahun 1529 M. Akan tetapi ia tidak lama menikmati hasil perjuangannya. Ia meninggal dunia pada tanggal 26 Desember 1530 M pada usia 48 tahun setelah memerintah selama 30 tahun.[9] Setelah Babur meninggal, Zahirudin Babur digantikan oleh anaknya, Nashiruddin Humayun (1530-1539M).  [10]

Humayun dalam menjalankan roda pemerintahanya banyak menghadapi tantangan. Sepanjang masa pemerintahanya negara tidak pernah aman. Ia senantiasa berperang melawan musuh. Diantara tantangan yang muncul adalah Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang memisahkan diri dari Delhi. Pemberontakan ini dapat dipadamkan, Bahadur Syah melarikan diri dan Gujarat dapat dikuasai. Pada tahun 1540 M terjadi pertempuran dengan Syer Khan di Kanauj, dalam peperangan ini Humayun mengalami kekalahan.  Ia terpaksa melarikan diri ke Kandahar dan selanjutnya ke Persia ia mengenal tradisi Syi’ah, bahkan sering dibujuk untuk memasukinya, begitu pula dengan anaknya Jalaluddin Muhammad Akbar. Di sini pula ia membangun kekuatan militer yang telah hancur, dan berkat bantuan Syah Tahmasph yang memberikan pasukan militer sebanyak 14.000 tentara, maka pada tahun 1555, Humayun mencoba merebut kembali kekuasaannya dengan menyerbu Delhi yang pada saat itu diperintah Sikandar Sur. Akhirnya, ia bisa menaklukan kota ini dan ia memerintah kembali pada tahun 1556 M. [11]  

Kemudian Humayyun digantikan oleh anaknya, Abu al-Fath Jalal al-Din Muhammad Akbar. Lebih dikenal dengan sebutan Akbar, dilahirkan di Amarkot, 15 Oktober 1542 M. dan memerintah (1556-1605 M) dari usia 14 tahun. Akbar  sebagai wali sultan yang masih muda maka diangkatlah Bairam Khan. Bairam seorang yang cakap, namun bukan orang yang bijaksana. [12] Akbar adalah seorang laki-laki yang memiliki naluri kerajaan yang kuat ”seorang raja katanya, harus selalu sungguh-sunguh terhadap penaklukan; jika tidak, maka negeri tetangganyalah yang akan mengangkat senjata terhadapnya.  Prinsip tersebut membuat Akbar bertekad menjadi penguasa tertinggi di India yang tak dapat digugat. Pada tahun 1605 M. Akbar meninggal dunia. Masa kepemimpinan Akbar adalah puncak kejayaan kerajaan Mughal, tidak hanya dalam bidang politik dan militer saja, tapi juga dibidang ekonomi, pendidikan, seni dan budaya, administrasi, dan keagamaan. Kemajuan yang telah dicapai Akbar masih dapat dipertahankan oleh tiga sultan berikutnya, yaitu Jehangir (1605-1628M), Syah Jehan (1628-1658 M), dan Aurangzeb (1658-1707 M). tiga Sultan penerus Akbar ini memang terhitung raja-raja yang besar dan kuat. Setelah itu, kemajuan kerajaan Mughal tidak dapat dipertahankan oleh raja-raja berikutnya. [13]


Berikut ini akan dirinci fase-fase Pemerintahan Mughal[14]
No
Nama Raja
Tahun Berkuasa
1.                   
Zahiruddin Muhammad Babur
1526-1530 M
2.                   
Humayun
1530-1556 M
3.                   
Akbar Syah I
1556-1605 M
4.                   
Jahangir
1605-1627 M
5.                   
Syah Jehan
1627-1658 M
6.                   
Aurangzeb (Alamgir I)
1658-1707 M
7.                   
Bahadur Syah I
1707-1712 M
8.                   
Jihandar Syah
1712-1713 M
9.                   
Farrukh Siyar
1713-1719 M
10.               
Muhammad Syah
1719-1748 M
11.               
Ahmad
1748-1754 M
12.               
Alamgir II
1754-1759 M
13.               
Alam II
1759-1806 M
14.               
Akbar II
1806-1837 M
15.               
Bahadur Syah II
1837-1858 M

B. KEMAJUAN YANG DICAPAI OLEH DINASTI MUGHAL
1. Bidang Politik dan Administrasi Pemerintahan
a)      Perluasan wilayah. Ia berhasil menguasai Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah.[15] dan konsolidasi kekuatan. Usaha ini berlangsung hingga masa pemerintahan Aurangzeb.
b)      Menjalankan roda pemerintahan secara, pemerintahan militeristik.
c)      Pemerintahan daerah dipegang oleh seorang Sipah Salar (kepala komandan), sedang sub-distrik dipegang oleh Faujdar (komandan). Jabatan-jabatan sipil juga diberi jenjang kepangkatan yang bercorak kemiliteran. Pejabat-pejabat itu memang diharuskan mengikuti latihan kemiliteran.
d)     Akbar menerapkan politik toleransi universal (sulakhul). Dengan politik ini, semua rakyat India dipandang sama. Mereka tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan agama.[16] Politik ini dinilai sebagai model toleransi yang pernah dipraktekkan oleh penguasa Islam.
e)      Pada Masa Akbar terbentuk landasan institusional dan geografis bagi kekuatan imperiumnya yang dijalankan oleh elit militer dan politik yang pada umumnya terdiri dari pembesar-pembesar Afghan, Iran, Turki, dan Muslim Asli India. Peran penguasa di samping sebagai seorang panglima tentara juga sebagai pemimpin jihad.
f)       Para pejabat dipindahkan ¬dari sebuah jagir kepada jagir lainnya untuk menghindarkan mereka mencapai interes yang besar dalam sebuah wilayah tertentu. Jagir adalah sebidang tanah yang diperuntukkan bagi pejabat yang sedang berkuasa. Dengan demikian tanah yang diperuntukkan tersebut jarang sekali menjadi hak milik pejabat, kecuali hanya hak pakai.
g)      Wilayah imperium juga dibagi menjadi sejumlah propinsi dan distrik yang dikelola oleh seorang yang dipimpin oleh pejabat pemerintahan pusat untuk mengamankan pengumpulan pajak dan untuk mencegah penyalahgunaan oleh kaum petani. [17]
2. Bidang Ekonomi
a)      Terbentuknya sistem pemberian pinjaman bagi usaha pertanian.
b)      Adanya sistem pemerintahan lokal yang digunakan untuk mengumpulkan hasil pertanian dan melindungi petani. Setiap perkampungan petani dikepalai oleh seorang pejabat lokal, yang dinamakan muqaddam atau patel, yang mana kedudukan yang dimilikinya dapat diwariskan, bertanggungjawab kepada atasannya untuk menyetorkan penghasilan dan menghindarkan tindak kejahatan. Kaum petani dilindungi hak pemilikan atas tanah dan hak mewariskannya, tetapi mereka juga terikat terhadapnya.
c)      Sistem pengumpulan pajak yang diberlakukan pada beberapa propinsi utama pada imperium ini. Perpajakan dikelola sesuai dengan system zabt. Sejumlah pembayaran tertentu dibebankan pada tiap unit tanah dan harus dibayar secara tunai. Besarnya beban tersebut didasarkan pada nilai rata-rata hasil pertanian dalam sepuluh tahun terakhir. Hasil pajak yang terkumpul dipercayakan kepada jagirdar, tetapi para pejabat lokal yang mewakili pemerintahan pusat mempunyai peran penting dalam pengumpulan pajak. Di tingkat subdistrik administrasi lokal dipercayakan kepada seorang qanungo, yang menjaga jumlah pajak lokal dan yang melakukan pengawasan terhadap agen-agen jagirdar, dan seorang chaudhuri, yang mengumpulkan dana (uang pajak) dari zamindar.
d)     Perdagangan dan pengolahan industri pertanian mulai berkembang. Pada asa Akbar konsesi perdagangan diberikan kepada The British East India Company (EIC) -Perusahaan Inggris-India Timur- untuk menjalankan usaha perdagangan di India sejak tahun 1600. Mereka mengekspor katun dan busa sutera India, bahan baku sutera, sendawa, nila dan rempah dan mengimpor perak dan jenis logam lainnya dalam jumlah yang besar. [18]
3. Bidang Agama
a)      Pada masa Akbar, perkembangan agama Islam di Kerajaan Mughal mencapai suatu fase yang menarik, di mana pada masa itu Akbar memproklamasikan sebuah cara baru dalam beragama, yaitu konsep Din-i-Ilahi. Karena aliran ini Akbar mendapat kritik dari berbagai lapisan umat Islam. Bahkan Akbar dituduh membuat agama baru. Pada prakteknya, Din-i-Ilahi bukan sebuah ajaran tentang agama Islam. Namun konsepsi itu merupakan upaya mempersatukan umat-umat beragama di India. Sayangnya, konsepsi tersebut mengesankan kegilaan Akbar terhadap kekuasaan dengan simbol-simbol agama yang di kedepankan. [19] Umar Asasuddin Sokah, seorang peneliti dan Guru Besar di Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyamakan konsepsi Din-i-Ilahi dengan Pancasila di Indonesia. Penelitiannya menyimpulkan, “Din-i-llahi itu merupakan (semacam Ideologi/dasar pemerintahan Akbar) dan Pancasilanya bagi bangsa Indonesia. [20]
b)      Perbedaan kasta di India membawa keuntungan terhadap pengembangan Islam, seperti pada daerah Benggal, Islam langsung disambut dengan tangan terbuka oleh penduduk terutama dari kasta rendah yang merasa disia-siakan dan dikutuk oleh golongan Arya Hindu yang angkuh. Pengaruh Parsi sangat kuat, hal itu terlihat dengan digunakanya bahasa Persia menjadi bahasa resmi Mughal dan bahasa dakwah, oleh sebab itu percampuran budaya Persia dengan budaya India dan Islam melahirkan budaya Islam India yang dikembangkan oleh Dinasti Mughal.
c)      Berkembangnya aliran keagamaan Islam di India. Sebelum dinasti Mughal, muslim India adalah penganut Sunni fanatik .[21] Tetapi penguasa Mughal memberi tempat bagi Syi’ah untuk mengembangkan pengaruhnya.
d)     Pada masa ini juga dibentuk sejumlah badan keagamaan berdasarkan persekutuan terhadap mazhab hukum, tariqat Sufi, persekutuan terhadap ajaran Syaikh, ulama, dan wali individual. Mereka terdiri dari warga Sunni dan Syi’i.
e)      Pada masa Aurangzeb berhasil disusun sebuah risalah hukum Islam atau upaya kodifikasi hukum Islam yang dinamakan fatwa Alamgiri. Kodifikasi ini menurut hemat penulis ditujukan untuk meluruskan dan menjaga syari’at Islam yang nyaris kacau akibat politik Sulakhul dan Din-i- Ilahi.
4. Bidang Seni dan Budaya
a)      Munculnya beberapa karya sastra tinggi seperti Padmavat yang mengandung pesan kebajikan manusia gubahan Muhammad Jayazi, seorang penyair istana. Abu Fadhl menulis Akbar Nameh dan Aini Akbari yang berisi sejarah Mughal dan pemimpinnya.
b)      Kerajaan Mughal termasuk sukses dalam bidang arsitektur. Taj mahal di Agra merupakan puncak karya arsitektur pada masanya, diikuti oleh Istana Fatpur Sikri peninggalan Akbar dan Mesjid Raya Delhi di Lahore. Di kota Delhi Lama (Old Delhi), lokasi bekas pusat Kerajaan Mughal, terdapat menara Qutub Minar (1199), Masjid Jami Quwwatul Islam (1197), makam Iltutmish (1235), benteng Alai Darwaza (1305), Masjid Khirki (1375), makam Nashirudin Humayun, raja Mughal ke-2 (1530-1555). Di kota Hyderabad, terdapat empat menara benteng Char Minar (1591). Di kota Jaunpur, berdiri tegak Masjid Jami Atala (1405).
c)      Taman-taman kreasi Moghul menonjolkan gaya campuran yang harmonis antara Asia Tengah, Persia, Timur Tengah, dan lokal.

C. KEMUNDURAN DAN KEHANCURAN DINASTI MUGHAL
1. KEMUNDURAN DINASTI MUGHAL
Setelah satu setengah abad dinasti Mughal berada di puncak kejayaannya, para pelanjut Aurangzeb tidak sanggup mempertahankan kebesaran yang telah di bina oleh sultan-sultan sebelumnya. Pada abad ke-18 M kerajaan ini memasuki masa-masa kemunduran. Kekuasaan politiknya mulai merosot, suksesi kepemimpinan di tingkat pusat menjadi ajang perebutan, gerakan separatis Hindu di India tengah, Sikh di belahan utara dan Islam di bagian timur semakin lama semakin mengancam. Sementara itu, para pedagang Inggris untuk pertama kalinya diizinkan oleh Jehangir menanamkan modal di India, dengan dukungan oleh kekuatan bersenjata semakin kuat menguasai wilayah pantai.[22] Sehingga yang diwarisi hanyalah kemewahan dan kebesaran dalam istana yang disertai dengan dayang-dayang yang hanya akan melemahkan sendi-sendi kepemimpinan pada kerajaan Mughal tersebut.
Ada dua hal yang mengancam kebesaran Mughal di India ittu selain kerajaan-kerajaan Brahmana yang dibangun hendak melepaskan diri dari kungkungan Mughal, demikian juga beberapa kerajaan Islam yang lain. Adapun dual hal yang mengancam itu ialah :
Pertama kerajaan Iran di bawah pimpinan Nadir Syah. Sebagaimana diketahui dalam sejarah Umat Islam Iran yang telah terdahulu, Nadir Syah setelah dapat merampas kekuasaan dari pada keturunan Shafawiy dengan akal yang asangat cerdik, dan setelah berhasil mengalahkan musuh-musuhnya, akhirnya timbulnya keinginannya yang sangat besar untuk menaklukan kerajaan Mughal di Delhi Agra itu. Dengan berbagai macam alasan terutama dengan tuduhan bahwa kerajaan  Delhi banyak sekali memberikan bantuan kepada kaum pemberontak Afganistan dan memberikan perlindungan kepada pelarian-pelarian politik, maka diserangnyalah negeri itu (1739), yaitu dua tahun saja setelah kekuasaan Iran bulat di tangannya. [23]
Setelah ada beberapa persetuan antara Sultan Muhammad Syah dan Nadir Syah, yang akhirnya membuat Sultan Muhammad Syah mengakui atas kekuatan yang dimilki oleh Nadir Syah. Hal ini ditandai dengan  penyerahan berbagai upeti yang sangat banyak kepada Nadir Syah sebagai syarat penyerahan diri serta memberikan pengampunan dan perlindungan kepada Sultan Muhammad Syah dan rakyat Delhi. Diantara benda-benda yang diserahkan kepada Nadir adalah singgasana buruk merak yang sampai sekarang masih dapat dilihat di dalam istana Iran. Demikian juga intan-berlian Koh-i-Nor yang terkenal itu.
Setelah masa-masa pemerintahan Muhammad Syah berakhir maka digantikanlah oleh Sultan Alam Syah. Pada masa ini Sultan Alam Syah berusaha merebut kembali wilayah Benggala dan berhasil, tiba-tiba terjadilah peperangan dengan kompeni Inggris. Tidaklah henti-hentinya peperangan itu. Kerajaan Mughal bertambah lama bertambah lemah, kompeni Inggris bertambah lama bertambah kuat, Inggris mulai mempelajari segi-segi kelemahan India dengan perbedaan agama antara Islam dan Hindu, dan juga keinginannya raja-raja Islam yang masing-masing hendak berdiri sendiri. Kesesudahannya lemahlah Sultan Alam Syah dan patah semangat perlawanannya, sehingga diterimanya perdamaian dengan Inggris, bahwa dia menyerahkan pemungutan bea-cukai benggala, Bihar, dan Orisa, dengan menerima ganti kerugian 2.600.000 rupiah. Bertambah celaka dan malanglah nasib Sultan Alam Syah seketika seorang panglima perangnya menagkapnya dan menghukumnya dengan mengorek kedua matanya hingga buta (1788), maka bertambah kacau balaulah pertahanan Delhi yang penghabiskan itu. Dari sehari-kesehari pindahlah kewibawaan kekuasaan pemerintahan kepada Inggris. Akhirnya kompeni Inggris memberinya saja “ganti rugi ” sebanyak 90.000 rupiah sebuhal, cukup untuk belanjanya dalam istananya saja, dan diberi hak terus memakai gelar “Sultan”, dalam keadaan buta dan seluruh kekuasaan terserahlah mulai waktu itu kepada Inggris. Sultan Alam Syah, cahaya yang akhir dari kerajaan Mughal India itu wafat pada tahun 1806. [24] Lalu Alam Syah diganti oleh Muhammad Akbar (1806-1837), lalu dilanjutkan oleh Bahadur Syah.
Pada masa pemerintahan Bahadur Syah ini, mulai terjadilah pemberontakan pada tahun 1857 yang diusahakan untuk melawan pemerintahan Inggris dengan kongsi dagangnya yaitu EIC. Perlawanan mereka dapat dipatahkan dengan mudah, karena Inggris mendapat dukungan dari beberapa penguasa lokal Hindu dan Muslim. Inggris kemudian menjatuhkan hukuman yang kejam terhadap para pemberontak. Mereka di usir dari kota Delhi, rumah-rumah ibadah banyak yang dihancurkan, dan Bahadur Syah, raja Mughal terakhir, diusir dari istana (1858 M). Dengan demikian, berakhirlah sejarah kekuasaan dinasti Mughal di daratan india dan tinggalah di sana umat Islam yang harus berjuang mempertahankan eksistensi mereka. [25]
Adapun maharaja-maharaja India brahmana dan sultan-sultan islam yang tinggal, yang telah banyak berjasa kepada inggris dalma menguatkan imperialismenya di sana, diberi kemegahan dan kekuasaan, memakai gelar pusaka dan diberi bintang-bintang. Seketika Ratu Victoria dialntik menjadi kaisar India, maharaja-maharaja itupun datanglah berduyun-duyun ke London, menjadi pengawal dari Kaisar Ratu Inggris itu, selama peralatan besar diadakan. Sampai akhirnya India pun merdeka dan kembali kepada rakyatnya sendiri dan terbelah dengan Pakistan sebab yang beragama Islam ingin hendak mendirikan negara dengan cita-citanya sendiri. [26]
Sebelum Bahadur Syah di usir ke wilayah Rangon atau Birma saat ini, terdapat suatu kejadian yang sangat membuatnya sedih sekali yaitu ketika dia ditangkap dan dipenjarakan, lalu dia pun merasakan lapar dan dia meminta makanan kepada serdadu Inggris. Maka ketika membawa makanan yang berada di dalam talam emas dan dulang emas yang merupakan bekas perhiasan dari istana Inggris. Hal yang tidak disangka-sangka pun terjadi, yaitu ketika tutup dari nampan tersbut dibuka, sekujur tubuhnya gemetar dan pingsan sebab diatas nampan tersebut terdapat dua buah kepala puteranya yang sangat dicintainya. Setelah kejadian tersebut, maka berakhirnya keturunan dari Bahadur Syah.
Namun ada sedikit tambahan bahwasannya pemberontakan yang dilakukan oleh Bahadur Syah dan kawan-kawannya tersebut sering kali disebut dengan “Pemberontakan Sipahi.
2.  KEHANCURAN DINASTI MUGHAL
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan Dinasti Mughal ini mundur pada satu setengah abad terakhir, dan membawa kehancuran pada tahun 1858 M adalah:
A.      FAKTOR INTERNAL
  1. Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera di pantau oleh kekuatan maritim Mughal. Begitu juga kekuatan pasukan darat. Bahkan mereka kurang terampil dalam mengoperasikan persejataan buatan Mughal itu sendiri.
  2. Pendekatan Aurangzeb yang terlampau kasar dalam melaksanakan ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antar agama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.
  3. Dekadensi moral dan gaya hidup mewah di kalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.
  4. Semua pewaris kerajaan pada masa terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan, sehingga tidak mampu menangani kemerosotan politik dalam negeri.
B.      FAKTOR EKSTERNAL
Faktor ini ditandai dengan banyaknya gerakan pemberontakan sebagai akibat dari lemahnya para pemimpin kerajaan Mughal setelah kepemimpinan Aurangzeb, sehingga banyak wilayah-wilayah kerajaan Mughal yang terlepas dari kekuasaan Mughal. Adapun pemberontakan-pemberontakan tersebut antara lain:
  1. Kaum Hindu yang dipimpin oleh Banda berhasil merebut Sadhura, letaknya di sebelah utara Delhi dan juga kota Sirhind.
  2. Golongan Marata yang dipimpin oleh Baji Rao dan berhasil merebut wilayah Gujarat.
  3. Pada masa pemerintahan Syah Alam terjadi beberapa serangan dari pasukan Afghanistan yang dipimpin oleh Ahmad Khan Durrani. Syah Alam mengalami kekalahan dan Mughal jatuh pada kekuasaan Afghanistan.
  4. Adanya perdagangan dan kekuasaan Inggris di India. Pada abad ke-18, terjadi pertempuran antara Prancis dan Inggris yang disebabkan karena perebutan daerah kekuasaan di Asia, pertempuran tersebut dimenangkan oleh Inggris yang nantinya membuat orang-orang Inggris melakukan penaklukan daerah-daerah India satu – persatu. Awalnya Inggris melakukan perdagangan di India melalui EIC (British East India Company, yang memproduksi kain sutra dan tenun dengan mendirikan pabrik-pabrik di Bombay, Madras, dan Kalkuta. [27]

Dari beberapa kejadian yang telah terjadi pada masa-masa kerajaan Mughal tersebut maka dapatlah kita ketahui beberapa hal yang menyebabkan kehancuran kerajaan tersebut terjadi, diantaranya:

  1. Bidang Militer
Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris, Portugal dan Perancis di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal.begitu juga kekuatan pasukan darat. Bahkan, mereka kurang terampil dalam mengoperasikan persenjataan buatan Mughal sendiri.
  1. Bidang Sosial
  • Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.
  • Pendekatan Awrangzeb yang terlampau “kasar” dalam melaksanakan ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antar agama sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.
  1. Bidang Politik
Kekuasaan politiknya menjadi merosot akibat tahta kepemimpinannya dijadikan rebutan, sehinnga terjadi separatis Hindu, konflik-konflik yang berkepanjangan ini mengakibatkan pengawasan daerah-daerah menjadi lemah dan satu persatu melepaskan loyalitasnya dari pemerintah pusat. Pada pemerintahan Syah Alam (1760-1806 M) kerajaan Mughal diserang oleh pasukan Afganistan yang dipimpin oleh Ahmad Khan Turanni. Kekalahan Mughal dari serangan ini berakibat jatuhnya Mughal pada kedalam kekuasaan Afgan. Ketika kerajaan Mughal dalam keadaan lemah, Inggris semakin kuat posisinya, tidak saja dalam perdagangan, tapi juga dalam bentuk politik dengan dibentuknya EIC (The East India Timur Company ). Militer Inggris berhasil menekan Syah Alam sehingga melepaskan wilayah Kuth & Bengal kepada Inggris.
4.      Bidang Pemerintahan
Semua pewaris tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan. [28]
  1. Bidang Ilmu Pengetahuan
Lemahnya sentuhan intelektual (pemikiran) dan estetika (satra dan sains) yang ditandai dengan memudarnya karya-karya kreatif dibanding dengan era kejayaan dinasti Abbasiyah.
  1. Bidang Ekonomi
Lemahnya manajemen ekonomi yang tidak dikelola secara sistematis dan paradigmatik. Hal ini menyebabkan krisis ekonomi yang tidak mampu menghadapi perubahan global pada zamannya. [29]



PENUTUP

Kesimpulan :
1.      Kerajaan Mughal berdiri pada periode pertengahan. Setelah masa pertengahan usai, muncul tiga kerajaan besar yang dapat membangun kembali kemajuan umat Islam. Di antara kerajaan besar tersebut adalah kerajaan Mughal. Ketiga kerajaan ini sudah dapat dikategorikan sebagai negara adikuasa pada zaman itu. Karena kebesaran kerajaan tersebut sudah mampu menguasai perekonomian, politik serta militer dan mampu mengembangkan kebudayaan yang monumental.
2.      Era kemaha-rajaan Mughal berlangsung dari tahun 1526 M (era dinasti Babur) sampai sekitar tahun 1707 M (dinasti Awramzib). Demikian makmur dan kayanya para maha raja ini, bisa dikatakan bahwa antara abad ke-16 sampai abad ke-17, India mengontrol sekitar seperempat ekonomi global. Duta besar inggris pada tahun 1616 M, sir Tomas Sir Thomas Ru, dalam siratnya menggambarkan kekayaan raja Jahangir (1569-1627 M) begitu melimpahnya sampai-sampai ia menyebutnya sebagai “kekayaan dunia”.
3.      Kemunduran Kerajaan Mughal ditandai dengan konflik di kalangan keluarga kerajaan, yang intinya adalah saling berebut kekuasaan. Keturunan Babur hampir semuanya memiliki watak yang keras dan ambisius, sebagaimana nenek moyang mereka yaitu Timur Lenk yang juga memiliki sifat demikian. Ketika Jehangir menggantikan Abbas I, mendapat tentangan dari saudaranya, Khusraw yang juga ingin tampil sebagai penguasa Mughal. Lalu saat Syah Jihan menggantikan Jehangir, giliran ibu tiri beliau yang menentang karena ingin anaknya yaitu Khurram, menggantikan Jehangir. Begitu pun saat Syah Jihan mulai mendekati ajalnya, anak-anak Syah Jihan di antaranya Aurangzeb, Dara siqah, Shujah, dan Murad Bakhs saling berebut kekuasaan hingga menyebabkan perang saudara yang berkepanjangan.



DAFTAR PUSTAKA



Abu Su’ud, Islamologi Sejarah, Ajaran, dan Peranannya dalam peradaban Umat manusia, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003.

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2000.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,  Ensiklopedi Islam, Cetakan keempat, Jild 2, Jakarta  :  PT Ichtiar baru van hoeve, 1997.

Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta : UI Press,1985.

Hamka. Sejarah Umat Islam. Jakarta : Bulan Bintang. 1981.


Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: CV Pustaka Islamika, 2008.

K. Ali , Sejarah Islam Tarikh Pramodern, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996.

M. Mujib, The Indian Muslim,  London : George Alen, 1967.

Mahmud Nasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, Bandung: Rosda Karya, 2001.

Syamsul bakri, Peta Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996.

Tim Editor, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, tth.









[1] Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: CV Pustaka Islamika, 2008), h. 241-242
[2] Ibid, h. 242.
[3] Jaih mubarok, op.cit, h. 243
[4] Tim Editor, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, tth), h.281
[5] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Rajawali Pres, 2000), h. 147
[6] K. Ali , Sejarah Islam Tarikh Pramodern, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996), h. 528-530
[7] Jaih mubarok, op.cit, h.243
[8] Tim Editor, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, tth), h.282
[9] Badri Yatim, op.cit, 148
[10] Jaih mubarok, op.cit, h.243
[11] Mahmud Nasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, (Bandung: Rosda Karya),h.300
[12] Abu Su’ud, Islamologi Sejarah, Ajaran, dan Peranannya dalam peradaban Umat manusia, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), h. 116
[13] Badri Yatim, op.cit, h. 150
[14] Tim Editor, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, tth), h.290
[15] M. Mujib, The Indian Muslim, ( London : George Alen, 1967), 254
[16] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Rajawali Pres, 2000), h. 149
[18] Ensiklopedi Islam, Cetakan keempat, Jild 2, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, ( Jakarta  :  PT Ichtiar baru van hoeve, 1997),  211
[21] Ensiklopedi Islam, Cetakan keempat, Jild 2, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, ( Jakarta  :  PT Ichtiar baru van hoeve, 1997),  211
[22] Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, (Jakarta : UI Press,1985), hlm. 82.
[23] Hamka. 1981. Sejarah Umat Islam. Jakarta : Bulan Bintang.  Hal. 161-162
[24] Ibid. Hal 163
[25] Op.cit. Hal 162
[26] Loc.cit. Hal. 164
[27] Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam,Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2004. Hal. 213
[29] Syamsul bakri, Peta Sejarah Peradaban Islam, . . . . . . ., 158-159

Tidak ada komentar: