PENDAHULUAN
Dari banyaknya buku sejarah yang kita baca dan
informasi-informasi yang kita telah dapatkan, para ahli sejarah telah mencatat
banyak hal tentang perkembangan peradaban Islam khususnya pertengahan abad ke-8
M hingga permulaan abad ke-13 M. Sejarah peradaban islam telah dicatat dalam
sejarah, bahwa pada masa tersebut Islam pernah mengalami masa kejayaan.
Kejayaan Islam ini diperlihatkan dengan berbagai kemajuan-kemajuan dalam banyak
bidang seperti bidang ilmu pengetahuan, politik, ekonomi, teknologi dan masih
banyak yang lainnya. Kemajuan-kemajuan itu terjadi baik dari Daulah Islam di
Timur (Daulah Abbasiah) yang berpusat di Baghdad maupun Islam di Barat (Daulah
Umayyah) yang berpusat di Cordoba.
Di masa khilafah Bani Umayyah yang berumur kurang lebih 90
tahun telah mencapai keberhasilan ekspansi ke berbagai daerah, baik di Timur
maupun di Barat dengan wilayah kekuasaan Islam yang benar-benar sangat luas.
Pada zaman khalifah al-Walid Ibn al-Malik, salah satu khalifah dari Bani
Umayyah yang berpusat di Damaskus, umat Islam mulai menaklukan semenanjung
Iberia. Semenanjung Iberia adalah nama tua untuk wilayah Spanyol dan Portugal.
Sejak awal abad 5 Masehi (tahun 406 M), wilayah tersebut dikuasai oleh bangsa
Vandals, maka dinamakan Vandalusia. Namun, sejak tahun 711 M, semenanjung
Iberia dan wilayah selatan Prancis jatuh ke dalam kekuasaan Islam, diperintah
oleh pembesar-pembesar Arab dan Barbar. Sejak itulah, wilayah ini dikenal
dengan Andalusia.
PEMBAHASAN
A.
Masuknya Islam ke Spanyol
Islam pertama kali masuk ke Spanyol pada tahun 711 M melalui
jalur Afrika Utara. Spanyol sebelum kedatangan Islam dikenal dengan nama
Iberia/ Asbania, kemudian disebut Andalusia, ketika negeri subur itu dikuasai
bangsa Vandal. Dari perkataan Vandal inilah orang Arab menyebutnya Andalusia.[1]
Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai
Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari dinasti Bani
Umayah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah
Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abd al-Malik mengangkat Hasan ibn Nu’man
al-Ghassani menjadi gubernur di daerah itu. Pada masa Khalifah al-Walid, Hasan
ibn Nu’man sudah digantikan oleh Musa ibn Nushair. Di zaman al-Walid itu, Musa
ibn Nushair memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan
Maroko. Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas
kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan. Penaklukan atas wilayah
Afrika Utara itu dari pertama kali dikalahkan sampai menjadi salah satu provinsi
dari Khalifah Bani Umayah memakan waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun 30 H
(masa pemerintahan Muawiyah ibn Abi Sufyan) sampai tahun 83 H (masa al-Walid).
Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, dikawasan ini terdapat
kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan kerajaan Romawi, yaitu kerajaan
Gotik.
Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam
yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan ke sana.
Mereka adalah Tharif ibn Malik, Tharik ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Tharif
dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang
berada diantara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang lima
ratus orang di antaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah
kapal yang disediakan oleh Julian. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara
membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan
Tharif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigothic yang berkuasa
di Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta
rampasan perang, Musa ibn Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke Spanyol
sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad.[2]
Thariq ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penaklukan
Spanyol karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya
terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang didukung oleh Musa ibn Nushair dan
sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah al-Walid. Pasukan itu kemudian
menyeberangi selat di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad. Sebuah gunung tempat
pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya, dikenal
dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Dalam pertempuran di Bakkah, Raja
Roderick dapat dikalahkan. Dari situ seperti Cordova, Granada dan Toledo (Ibu
kota kerajaan Goth saat itu).[3] Kebudayaan
islam memasuki Eropa melalui beberapa jalan, antara lain melewati Andalusia.
Ini karena kaum muslimin telah menetap di negeri itu sekitar abad 8 abad
lamanya. Pada masa itu kebudayaan Islam di negeri itu mencapai puncak
perkembangannya. Kebudayaan Islam di Andalusia mengalami perkembangan yang
pesat diberbagai pusatnya, misalnya Cordova, Sevilla, Granada, dan Toledo.[4]
Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad
membuka jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Selanjutnya,
keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian
utaranya mulai dari Saragosa sampai Navarre.
Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa
pemerintahan Khalifah Umar ibn Abdil Aziz tahun 99 H/717 M, dengan sasarannya
menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Prancis Selatan. Gelombang
kedua terbesar dari penyerbuan kaum muslimin yang geraknya dimulai pada
permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh ke
Prancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia.
Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu
mudah. Hal itu tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan
internal.
Faktor eksternalnya antara lain pada masa penaklukan Spanyol
oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada
dalam keadaan yang menyedihkan.[5]
Begitu juga dengan adanya perebutan kekuasaan di antara elite pemerintahan,
adanya konflik umat beragama yang menghancurkan kerukunan dan toleransi di
antara mereka.[6]
Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderick, raja terakhir
yang dikalahkan Islam. Awal kehancuran Ghot adalah ketika Raja Roderick
memindahkan ibu kota negaranya dari Seville ke Toledo, sementara Witiza yang
saat itu menjadi penguasa atas wilayah Toledo diberhentikan begitu saja.
Hal yang menguntungkan tentara Islam lainnya adalah bahwa
tentara Roderick yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi
mempunyai semangat perang. Selain itu orang Yahudi yang selama ini tertekan
juga telah mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi perjuangan kaum
Muslimin.
Adapun faktor internalnya yaitu suatu kondisi yang terdapat
dalam tubuh penguasa, tokoh-tokoh perjuangan dan para prajurit Islam yang
terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah
tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu dan penuh percaya diri. Sikap
toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu
menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.[7]
B.
Kemajuan
dalam Bidang Politik
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya
kerajaan Islam terakhir di sana, Islam memainkan peranan yang sangat besar.
Masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad. Sejarah panjang yang
dilalui umat islam di Spanyol itu dapat di bagi menjadi beberapa periode:
1.
Periode pertama (711-755M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para
wali yang diangkat oleh Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada periode
ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai sempurna, berbagai
gangguan masih terjadi baik yang datang dari luar maupun dari dalam.
Gangguan yang datang dari dalam yaitu berupa perselisihan
diantara elit penguasa. Disamping itu, terdapat perbedaan pandangan antar
khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan.
Adapun gangguan yang datang dari luar yaitu datangnya dari sisa-sisa musuh
islam di Spanyol yang tinggal di daerah pegunungan.[8]
2.
Periode kedua (755-912 M)
Pada periode ini Spanyol di bawah pemerintahan Abbasiyah di
Baghdad. Amir yang pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol, tahun
138 H/755 M dan diberi gelar Abdurrahman Ad-Dakhil. Abdurrahman Ad-Dakhil
adalah keturunan dari bani umayyah yang berhasil lolos dari kejaran Bani
Abbasiyah ketika Bani Abbasiyah berhasil menaklukkan Bani Umayyah di Spanyol.
Pada periode ini, umat Islam mulai memperoleh kemajuan, baik
dalam bidang politik atau pun peradaban. Islam pada saat itu mulai mengalami
perkembangan yang begitu dashyat dan mampu memperluas wilayah kekuasaannya di
daerah Spanyol. Abdurrahman Ad-Dakhil mendirikan mesjid cordova dan
sekolah-sekolah di kota-kota besar di Spanyol.[9]
3.
Periode ketiga (912-1013 M)
Pada periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan
abdurrahman III yang bergelar “An-Nasir” sampai munculnya raja-raja kelompok
(Muluk al-thawaif). Pada periode ini spanyol diperintah oleh
penguasa dengan khalifah. Pada periode ini umat Islam di Spanyol mencapai
puncak kemajuan dan kejaaan yang menyaingi daulah Abbasiyah di baghdad.
Abdurrahman An-Nashir mendirikan Universitas Cordoba. Perpustakaannya memiliki
ratusan ribu buku. Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan
kemakmuran yang tinggi.
Abdurrahman III adalah seorang raja yang teramat sangat lama
memerintah 50 tahun lamanya. 50 tahun dia membela kerajaan yang telah didirikan
nenek moyangnya. Masa pemerintahan Abdurrahman III adalah masa yang amat
gemilang dalam sejarah Arab Spanyol. Segala pemberontakan di padamkan,
perpecahan disatukan disatukan kembali, perselisihan di hapuskan. Pada saat
pemerintahan Abdurrahman III, islam telah sanggup mempertahankan kekuasaan arab
di Spanyol. Ia juga meninggalkan jejak besar dalam sejarah tidak saja di
semenanjung Iberia tetapi juga seluruh Eropa.
Setelah masa kekhalifahan Abdurrahman III yang dilanjutkan
oleh puteranya, Al-Hakam II (961-976 M) dan putera Al-Hakam II, Hisyam II
(976-1009 M). Namun, ketika Hisyam menduduki kepemimpinan dalam usia 11 tahun
merupakan awal dari kehancuran Bani Umayyah di Spanyol. Hingga pada tahun 1013
M, Spanyol sudah terpecah menjadi negara-negara kecil yang berpusat di
kota-kota tertentu.[10]
4.
Periode keempat (1013-1086 M)
Pada masa ini Spanyol sudah terpecah-pecah menjadi beberapa
negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu. Bahkan pada periode ini
Spanyol terpecah menjadi lebih dari 30 negara kecil di bawah pemerintahan
raja-raja golongan atau Al-mulukuth Thawaif yang berpusat di suatu
kota seperti sevilla, Cordoba, Taledo dan sebagainya.
Pada periode ini umat islam di Spanyol kembali memasuki
pertikaian intern. Ironisnya jika itu terjadi perang saudara, ada di antara
pihak-pihak yang bertikai itu meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Namun,
walau pun demikian, kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini.
Istana-istana mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan
perlindungan dari istana ke istana yang lain.[11]
5.
Periode kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini Islam di Spanyol meskipun masih terpecah
dalam beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan yakni
kekuasaan dinasti Marurabithun (1086-1143 M) dan dinasti Muwahhidin (1146-1235
M):[12]
a.
Dinasti Murabitun
Dinasti murabitun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama
yang kuat dan besar yang didirikan oleh Yusuf bin Tasyfim di Marocco, Afrika
Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan kerajaan yang berpusat di
marakesy. Dan akhirnya, islam dapat memasuki Spanyol dan dapat menguasainya.
Dalam perkembangannya selanjutnya, pada dinasti ini dipimpin oleh
penguasa-penguasa yang lemah sehingga mengakibatkan wilayah Saragossa dapat
dikuasai oleh kaum Kristen pada tahun 1118 M. Pada tahun 1143 M, kekuasaan
dinasti ini digantikan oleh dinasti Muwahhidun.
b.
Dinasti Muwahhidun
Dinasti ini berpusat di Afrika Utara yang didirikan
oleh Muhammad ibn Tumart. Pada masa ini telah berdiri dua kerajaan kecil-kecil
yang kuat yaitu di Negeri Balansia (Valencia) dan Marsiah (Marcia). Dinasti ini
datang ke Spanyol dibawah pimpinan Abd-Al-Mun’im. Dinasti ini mengalami banyak
kemajuan dimana kota-kota muslim penting yakni Cordova, Almeria, dan Granada
jatuh dibawah kekuasaannya. Akan tetapi dinasti Muwahhidun mengalami kemunduran
dimana pada tahun 1212 M, tentara Kristen berhasil memperoleh kemenangan di Las
Navas de Tolesa. Dalam kondisi demikian umat muslim tidak mampu bertahan dari
serangan-serangan kristen yang besar. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke
tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh pada tahun 1248 M. Hampir seluruh
wilayah Spanyol islam lepas dari tangan penguasa islam.
6.
Periode keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini hanya berkuasa di granada di bawah Dinasti
Ahmar atau daulat Nasriyah (1232-1492 M). Dinasti ini yang mendirikan
istana Alhambara di kota Granada. Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti
di zaman Abdurrahman An-Nasir. Akan tetapi, secara politik dinasti merupakan
pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang
istana dalam memperebutkan kekuasaan. Abbdullah Muhammad merasa tidak senang
kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai penggantinya menjadi
raja. Ia memberontak dan berusaha merampas kekuasaan. Dalam pemberontakan itu,
ayahnya terbunuh dan digantikan oleh muhammad bin sa’ad. Abu Abdullah kemudian
meminta bantuan kepada Ferdinand dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dua
penguasa ini Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang sah, dan Abu Abdullah
naik tahta.
Ferdinand dan Isabella akhirnya mempersatukan dua kerajaan
besar Kristen yaitu negeri Aragon dan Castillia melalui perkawinan. Setelah
bersatu, mereka mempersatukan kekuatan memerangi kerajaan Granada pada tahun
1492 M. Namun, pada akhirnya mereka menyerang balik terhadap kekuatan Abu
Abdullah. Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan penguasa Kristen
tersebut sehingga pada akhirnya Abu Abdullah kalah dalam peperangan tersebut.
Abu Abdullah akhirnya menyerahkan kekuasaan kepada Ferdinand dan Isabella,
sedangkan Abu Abdullah hijrah ke Afrika Utara.
Dengan jatuhnya kerajaan Bani
Ahmar, berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol pada tahun 1492 M sampai tinggal
sisa-sisanya yang kemudian dipaksa oleh paus-paus di Roma untuk memeluk agama
Nasrani. Maka, ada yang memeluk nasrani dengan terpaksa, ada yang dibunuh dan
ada yang masih tetap memeluk agama nenek moyangnya dengan diam-diam. Pada tahun
1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat islam di wilayah ini. Walau pun
islam telah berjaya dan dapat berkuasa di sana selama hampir tujuh setengah
abad lamanya.[13]
C.
Kemajuan
dalam Bidang Budaya
1.
Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan seni suara, Spanyol islam mencapai
kecemerlangan dengan tokohnya Al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki Zaryab.
Setiap kali diselenggarakan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil
mempertunjukkan kebolehannya.[14]
2.
Bahasa dan Satra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan
islam di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang islam dan non-islam.
Bahkan, penduduk asli Spanyol menomorduakan bahasa asli mereka.[15]
D.
Kemajuan
dalam Bidang Ilmu Pengetahuan
1. Bidang Ilmu Filsafat.
Ketika Islam berjaya di Andalusia,
ilmu pengetahuan dan filsafat mengalami perkembangan yang cukup pesat.
Ketika Islam lahir, sebagai agama
pemersatu dan agama peradaban, bangsa Yunani sedang tenggelam dalam kekuasaan
pemerintah yang kejam, sedang dunia Islam mulai menyingsingkan fajar kebebasan,
terutama bagi berkembangnya ilmu pengetahuan. Minat terhadap filsafat dan ilmu
pengetahuan mulai dikembangkan oleh penguasa Muslim ketika itu, sehingga para
ilmuwan dan filsof kenamaan banyak lahir di dunia Islam, seperti Ibnu Hazm
dengan karyanya al-Milal wa al-Nihal, Abu bakr Muhamad Ibnu Al-Asyik (wafat
1138) yang dikenal Ibnu Bajah, Abu Bakar Ibnu Thufael (wafat 1185) yang dikenal
dengan bukunya yang berjudul “Hay bin Yaqdzan”, Ibnu Rusyd (1126 – 1198 M) yang
dikenal dengan sebutan Averous, karyanya antara lain Tuhafut al-Tuhafut.
2. Bidang Geografi dan Sains.
Ilmuwan di bidang geografi lahirlah
nama Ibnu Jubair, seorang pengarang buku berjudul “Perlawatan ke negeri-negeri
Islam”, Abu Hamid Al-Hazim dan Abu Ubaid Al-Bakry.
Di bidang sains muncullah nama-nama
yang ahli di bidang kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia, dan
lain-lainnya misalnya Wafid Al-Bakhmi, Khalaf Al-Zahrawi, sebagai ahli di
bidang kedokteran dan ilmu fa’al. Abu Qasim al-Zanrawi seorang dokter bedah
yang mengarang buku Al-Tasrif setebal 30 jilid, Ibnu Khatimah ahli penyakit
Malaria, Abbas Ibnu Farnas ahli Kimia dan Astronomi, ia adalah seorang ilmuwan
pertama yang menemukan cara membuat kaca dari batu.
3. Bidang Sejarah dan Sosiologi.
Ilmu sejarah dan sosiologi juga
berkembang pesat di Andalusia semasa pemerintahan Islam. Ahli sejarah dan
sosiologi yang menjadi peletak dasar teori-teori sejarah dan sosiologi banyak
bermunculan pada masa ini. Mereka antara lain; Ibnu Hazm dengan karyanya
Jamharah al-Ahsab dan Rasail fi Fadl Ahlal Andalus, Ibnu Batutah (1304 – 1374)
seorang sejarawan yangpernah berkunjung ke Indonesia dan Asia Tenggara, Ibnu
Jubair dari Valencia (1145 – 1228 M) seorang ahli sejarah dan geografi yang
menulis sejarah negeri-negeri muslim Mediterania dan Cicilia, Ibnu Khaldun dari
Tunis, seorang ahli filsafat sejarah yang terkenal dengan bukunya Mukaddimah.
3.
Bidang Agama
dan Hukum Islam.
Bidang ilmu-ilmu Islam juga turut
berkembang pesat di Andalusia, yang pada akhirnya melahirkan tokoh-tokoh yang
berkompeten di bidang ini, antara lain Ibnu Rusyd yang terkenal dengan
karyanya; Bidayat al-Mujtahid Wa Nihayah al-Mukhtashid, dan Ibnu Hazm yang
terkenal dengan karyanya; Al-Ahkam fi Ushul al-Ahkam, dan sebagainya.
4.
Bidang Pembangunan
Fisik.
Pemerintahan Islam di Andalusia juga
mengembangkan dan membangun beberapa lembaga berikut sarana dan prasarananya,
misalnya membangun tropong bintang di Cordova, membangun pasar dan jembatan,
melakukan upaya pengendalian banjir dan penyimpanan air hujan, membangun sistem
irigasi hidrolik dengan menggunakan roda air (water wheel), memperkenalkan
tanaman padi dan jeruk, dan mendirikan pabrik-pabrik tekstil, kulit, logam, dan
lainnya.[16]
D. Kemunduran Islam di Spanyol
1. Konflik Islam dengan Kristen
Para penguasa
muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas
dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan kristen taklukannya dan
membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki
tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata.[17]
Namun demikian, kehadiran islam arab telah memperkuat rasa kebangsaan
orang-orang spanyol kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan negara Spanyol tidak
pernah berhenti dari pertentangan antara islam dan kristen. Pada abad ke 11 M
umat kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat islam sedang mengalami
kemunduran.[18]
2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Kalau di
tempat-tempat lain, para mukallaf diperlakukan sebagai orang islam yang
sederajat, di Spanyol, sebagaiman politik yang dijalankan bani Umayyah di
damaskus, orang-orang Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi. Setidak-tidaknya
sampai abad ke10 M, mereka masih memberi istilah ‘ibad dan muwalladun kepada
para mukallaf itu, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya,
kelompok-kelompok etnis non Arab yang ada sering menggorogoti dan merusak
perdamaian.
3. Kesulitan Ekonomi
Kesulitan ekonomi
juga sebagai sebab kehancuran peradaban di Spanyol. Para penguasa lebih fokus
membangun kota-kota dan mengenbangkan ilmu pengetahun sehingga pengembangan
ekonomi terlupakan.
4. Lokasi yang Terpencil
Secara geografis, Spanyol terpencil dari dunia Islam lainnya. Ia
berjuang sendiri tanpa ada bantuan kecuali dari Afrika Utara. Sehingga tidak
ada kekuatan untuk membendung bangkitnya Kristen di sana.
5. Sistem Peralihan Kekuasaan Yang Tidak Jelas
Sistem pemerintahan yang absolut dan sepenuhnya tergantung pada
raja menyebabkan tidak adanya kesepakatan bersama tentang sistem pergantian
kekuasaan. Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan antara ahli waris setelah
raja meninggal dunia. Ahli waris raja kadang-kadang sangat banyak, terdiri dari
anak dan saudara-saudaranya.[19]
E. Kehancuran Islam di Spanyol
Dinasti Bani Umayyah di Spanyol dapat
mempertahankan kekuasaannya sampai tahun 1031. Sesudah itu kekuasaan Islam di
semenanjung Andalusia terpecah ke dalam beberapa kerajaan kecil yang selalu
berperang di antara mereka. Kerajaan-kerajaan kecil itu umpamanya Dinasti
Ibadiyah, Murabit (Murabitun), Muwahid (Muwahidun), Bani Nashiriyah (Bani al
Ahmar), Hamudiyah, Jahwariyah, Amiriyah. Jumlah
kerajaan kecil ini sangat banyak ada tiga puluh, yang sebagian di antaranya
hanyalah penguasa-penguasa kota tertentu di wilayah bekas Dinasti Umayah. Mereka terdiri dari kelompok Barbar, Sicilia dan
Arab. Masa ini disebut masa Muluk al Thowaif. Kerajaan-kerajaan kecil tersebut menyatakan berdiri
sendiri, bebas dari kerajaan pusat.
Mereka hidup secara terpisah di
daerah-daerah kecil dengan kekuatan yang sangat kecil pula, mereka selalu
berperang, saling berebut pengaruh. Keadaan ini akhirnya menjadi mangsa
kerajaan Kristen Spanyol di bagian utara yang waktu itu sudah mulai kuat.
Mereka sibuk melakukan pertempuran internal. Orang Kristen mengulurkan tangan
untuk memberikan bantuan dalam memenangkan peperangan yang terjadi antara
sesama mereka. Merekapun saling berebut untuk mendapatkan bantuan dari pihak
Kristen.
Ancaman dari utara itu lebih nampak
setelah dua kerajaan Katholik di utara yaitu kerajaan Castilla dan Aragon, ratu
dan rajanya, yaitu Ratu Isabella dan Raja Ferdinand, mengikat perkawinan.
Cita-cita yang mengiringi perkawinan dua raja Katholik ini pada malam
peresmiannya ialah menyerbu Granada. Mereka ingin menghabiskan bulan madunya di
Al Hamra dan mengangkat salib di atas benteng terbesar al Harasahdi Granada.
Maka menjadi semakin kuatlah kerajaan Katholik tersebut. Hal ini secara
langsung merupakan ancaman bagi kerajaan-kerajaan kecil di bagian selatan, yang
selalu minta bantuan kepada mereka. Ferdinand dan Isabella akhirnya tidak puas
dengan hanya memecah belah kerajaan- kerajaan Islam tersebut, mereka
menginginkan kekuasaan yang lebih besar atas wilayah tersebut.
Pada penghujung abad ke-15 M, Islam
hanya berkuasa di daerah Granada yaitu di bawah Dinasti Bani Ahmar. Abu
Abdullah Muhammad (salah seorang anak raja Bani Ahmar) merasa tidak senang
kepada ayahnya, karena menunjuk anaknya yang lain (Muhammad ibn Sa’ad) sebagai
penggantinya menjadi raja. Dia memberontak pada ayahnya. Dalam pemberontakan
itu Abu Abdullah dibantu oleh Ferdinand dan Isabella. Ayah Abdullah terbunuh
dan Muhammad ibn Sa’ad disingkirkan. Akhirnya atas bantuan Ferdinand dan
Isabella, Abu Abdullah naik takhta menjadi raja.
Namun seperti yang sudah bisa
diperkirakan, Ferdinand dan Isabella tidak puas dengan hanya menguasai Abu
Abdullah, tapi mereka ingin merebut kekuasaan Islam terakhir di Spanyol
tersebut. Akhirnya mereka menyerangnya dan Abu Abdullah kalah. Ia kemudian
menyerahkan kekuasaannya kepada musuh dan selanjutnya ia pindah ke Afrika
utara.
Granada jatuh pada tahun 1491, dan kota
lain telah lebih dahulu dikuasai oleh kerajaan Kristen, seperti Cordova jatuh
pada tahun 1238, Seville tahun 1248. Dengan jatuhnya kota-kota penting di
Spanyol, maka berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol, hal ini terjadi pada
tahun 1492 M.
Pada tahun 1492 M, umat Islam dihadapkan
pada dua pilihan, memeluk agama Kristen dengan tetap tinggal di Spanyol, atau
meninggalkan Spanyol. Pada tahun 1501 diumumkan suatu pernyataan raja yang
mengharuskan semua muslimin di Castile dan Leon, bertobat kembali. Maksudnya
agar mereka meninggalkan Islam dan masuk menjadi Kristen atau meninggalkan
wilayah itu. Pengumuman yang sama juga ditujukan kepada Muslimin di Aragon pada
tahun 1526. Sedang pada tahun 1556 Raja Philip II mengumumkan undang-undang
yang meminta kepada muslimin yang masih tinggal di Spanyol untuk membuang
seketika itu juga bahasanya (maksudnya bahasa Arab), kepercayaannya (maksudnya
Islam) dan adat istiadat serta cara hidupnya. Akhirnya pada tahun 1609 Raja
Philip III mengeluarkan perintah pengusiran semua Muslimin dari wilayah Spanyol
secara paksa. Setengah juta orang dipaksa naik kapal dan dibawa ke pesisir
Afrika utara atau ke negara-negara Islam yang jauh letaknya.[20]
KESIMPULAN
Islam
pertama kali masuk ke Spanyol pada tahun 711 M melalui jalur Afrika Utara.
Wilayah Andalusia yang sekarang disebut dengan Spanyol diujung selatan benua
Eropa, masuk kedalam kekuasaan dinasti bani Umayah yaitu pada masa pemerintahan Khalifah al Walid ibn Abd. Malik. Tiga
pahlawan Islam terkenal yang sangat berjasa dalam membuka penguasaan Spanyol
tersebut adalah Tharif ibn Malik, Tariq bin Ziyaddan Musa ibn Nushair, mengalahkan pasukan Spanyol
pimpinan Roderik Raja bangsa Gothia (92 H/ 711 M). Spanyol diduduki umat islam
pada zaman kholifah Al-Walid (705-715), salah seorang khalifah dari Bani Umayah
yang berpusat di Damaskus.
Perkembangan
Islam di Spanyol berlangsung lebih dari tujuh setengah abad. Perkembangan itu
dibagi menjadi enam periode yaitu: Periode Pertama (711-755 M), Periode Kedua
(755-912 M), Periode Ketiga (912-1013 M), Periode Keempat (1013-1086 M),
Periode Kelima (1086-1248 M), dan Periode Keenam (1248-1492 M).
Kemajuan
peradaban itu dipengaruhi oleh kemajuan intelektual yang di dalamnya terdapat
ilmu filsafat, sains, fikih, musik dan kesenian, begitu juga dengan bahasa dan
sastra, dan kemegahan pembangunan fisik.
Faktor-faktor
pendukung kemajuan Spanyol Islam, diantaranya kemajuannya sangat ditentukan
oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan
kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti Abd al-Rahman al-Dakhil, Abd al-Rahman
al-Wasith dan Abd al-Rahman al-Nashir. Keberhasilan politik
pemimpin-pemimpin tersebut ditunjang oleh kebijaksanaan penguasa-penguasa lainnya
yang memelopori kegiatan-kegiatan ilmiah dan adanya toleransi yang ditegakkan
oleh penguasa terhadap penganut agama Kristen dan Yahudi.
kemunduran
dan kehancuran Islam di Spanyol antara lain, konflik Islam dengan Kristen,tidak
adanya Ideologi pemersatu, kesulitan ekonomi, tidak jelasnya sistem peralihan
kekuasaan keterpencilan
[1]
Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan(KDT), Ensiklopedi
Mini Sejarah dan Kebudayaan Islam, Logos Wacana Ilmu, Jakarta 1996.
[2]
Philip K. Hitti, History of
the arabs, (London: Macmillan Press, 1970), hlm 493
[3]
Dr, Badri Yatim, M.A, Sejarah Peradaban Islam, (PT:
Gravindo Persada : 2003), hlm. 89.
[4]
Abdul Mun’im Majid, Sejarah Kebudayaan Islam, (Pustaka
: 1997) hlm. 182.
[6]
Katalog Dalam Terbitan (KDT), Ensiklopedi Mini Sejarah dan
Kebuidayaan Islam, Logos Wacana Ilmu Jakarta 1996
[7]
Dr, Badri Yatim, M.A, Sejarah Peradaban Islam, hlm.
93
[8]
Dr, Badri Yatim, M.A, Sejarah Peradaban Islam, hlm
94.
[10] W. Montgomery
Watt, Kejaan Islam: Kajian kritis dan Tokoh Orientalis, (Yogyakarta:
Tiara Wacana, 1990) hlm 217-218
[11]
Bertold Spuler,
Op, Cit, hlm 108
[14]
Badri Yatim, Sejarah
Peradaban ..., hlm. 105.
[17]
Arman Abel, op.
cit,. hlm. 246.
[18]
Badri Yatim, Sejarah
Peradaban ..., hlm. 107.
[19] Munawiyah,
dkk, Sejarah Peradaban Islam, (Bandar Publishing, Banda Aceh, 2009),
hal. 161.
[20]
http://damzone89.wordpress.com/2011/07/30/islam-di-spanyol-asal-usul-perkembangan-dan-kehancuran/ diakses tgl 10 Desember 2012 Jam 07.00.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar