RANCANGAN DESAIN INSTRUKSIONAL
A. Rancangan Desain Instruksional.
Rancangan Desain Instruksional sebuah produk tentang rencana Instruksional yang berisi perencanaan instruksional (blue print) untuk pengembangan bahan instruksional dan media yang akan digunakan untuk mencapai tujuan. Hasil dari rancangan desain Instruksional berupa bahan Instruksional dan media serta material Instruksional. Tahapan yang digunakan merancang desain Instruksional yaitu perencanaan, pengembangan, evaluasi, dan management proses.
B. Langkah-langkah Merancang Desain Instruksional Model Dick and Carey
Untuk merancang desain Instruksional model dick carey mengikuti langkah-langkah yang telah ditetapkan. Ada sepuluh langkah dasar dalam mengembangkan desain Instruksional menurut dick and carey. Pembahasan langkah-langkah dick carey secara umum terdiri dari latar belakang, konsep pengembangan dan hasil pengembangan. Dalam pembahasan berikut akan dilakukan pengembangan desain secara berututan dan lebih rinci dalam pembahasan langkah per langkah.
Langkah ke-1
MENGENAL TUJUAN INSTRUKSIONAL
(Identify Instructional Goal(s))
A. Latar Belakang
Mungkin hal yang paling kritis dalam proses desain Instruksional adalah mengidentifikasi tujuan Instruksional. Pada perancangan desain Instruksional yang sistematika merekomendasikan untuk menggunakan pendekatan teknologi kinerja, di mana tujuan Instruksional didasarkan pada analisis kinerja, penilaian kebutuhan dari permasalahan yang ada. Tidak ada solusi yang mudah dan tunggal perlu ada proses yang sistematis untuk memecahkan masalah secara efektif.
B. Konsep Pengembangan
Secara garis besar proses untuk mendapatkan informasi tentang tujuan yang diharapkan maka dilakukan Analisa awal dan akhir (Front-End Analysis) atau secara spesifik terdiri dari: Performance Analysis, Need Assessment, Job Analysis, Practical experience with learning difficulties of student dan Some other requirement for new instruction.
1. Analisis Kinerja (Performance Analysis)
Performance Analysis (Analisa Unjuk Kerja) adalah sebuah analisa tentang kemampuan unjuk yang bertujuan untuk memperoleh informasi dalam rangka untuk mengidentifikasi masalah dan solusinya.
2. Penilaian Kebutuhan (Need Assessment)
Penilaian kebutuhan adalah sebuah pengamatan yang dilakukan untuk melihat atau mengkaji antara harapan dan kenyataan. Ada tiga komponen dalam logika penilaian kebutuhan, Komponen pertama menetapkan suatu standar atau tujuan yang disebut sebagai status yang diinginkan.
3. Analisis Pekerjaan (Job Analysis)
Job Analysis (Analisa pekerjaan) adalah sebuah proses pengumpulan, menganalisis, dan mensintesis deskripsi tentang apa yang dilakukan orang dalam pekerjaan mereka. Proses analisis pekerjaan dimulai menginventarisir pekerjaan yang biasa dilakukan oleh pekerjaan, kemudian digolongkan dalam kategori tugas-tugas yang memerlukan solusi dengan menggunakan Instruksional.
4. Memperjelas Tujuan Instruksional (Clarifying Instructional Goals)
Pada proses mengumpulkan informasi tujuan terkadang terdapat beberapa pernyataan tujuan yang samar atau tidak jelas tujuan. Sering muncul tujuan yang sulit diukur seperti mengandung kata “menghargai”, “memiliki kesadaran dan seterusnya. Pada kontek ini perancang harus melakukan beberapa prosedur untuk memperjelas tujuan yang samar tadi.
5. Pembelajar, Lingkungan dan Alat (Learner, Context and Tools)
Sedangkan aspek yang paling penting dari sebuah tujuan Instruksional adalah deskripsi dari apa yang pelajar akan dapat melakukannya, deskripsi yang tidak lengkap tanpa indikasi (l) siapa pelajar, (2) di mana mereka akan menggunakan keterampilan , dan (3) alat-alat yang akan tersedia.
6. Kriteria dalam Menetapkan Tujuan Instruksional (Criteria for Establishing Instructional Goals)
Kadang-kadang proses penetapan tujuan yang tidak sepenuhnya rasional, yaitu tidak mengikuti proses penilaian kebutuhan sistematis. Faktor lain misalnya pertimbangan politik dan ekonomi serta teknis atau yang akademis.
C. Hasil Pengembangan Mengenali Tujuan Instruksional (Identify Instructional Goals)
Untuk mengenali tujuan Instruksional pendidikan seni budaya yang akan diberlakukan di sekolah menengah pertama kelas VI dilakukan beberapa analisis, antara lain :
1. Daftar Tujuan hasil analisis tujuan.
Hasil Analisis dari Kepala Sekolah :
1. Anak mampu menyanyikan lagu wajib nasional
2. Anak mampu menyanyikan lagu daerah lampung
3. Anak mampu menyanyikan lagu bebas
4. Anak mampu memainkan salah satu alat musik
5. Anak mampu menggambar
6. Anak mampu menari lampung
7. Anak mampu membuat seni kriya
8. Anak mengenal lagu-lagu daerah
9. Anak mengenal hasil karya seni lampung
10. Anak mencintai seni lampung
11. Pemerintah perlu membantu pengadaan sarana dan prasarana kesenian, antara lain : Pakaian adat lampung, alat musik tradisional lampung, dan CD musik lagu-lagu lampung
Guru Kesenian :
1. Anak mampu menyanyikan lagu wajib nasional
2. Anak mampu menyanyikan lagu daerah lampung
3. Anak mampu menyanyikan lagu bebas
4. Anak mampu memainkan salah satu alat musik
5. Anak mampu menggambar
6. Anak mampu menari lampung
7. Anak mampu membuat seni kriya
8. Anak mengenal lagu-lagu daerah
9. Anak mengenal hasil karya seni lampung
10. Anak mencintai seni lampung
11. Sekolah perlu menyediakan sarana-prasarana kesenian
Pembelajar :
1. Anak menghendaki bisa menggambar
2. Anak menghendaki bisa menyanyi terutama lagu-lagu pop
3. Anak menghendaki bisa mengenal menari
4. Anak menghendaki bisa menggambar
5. Anak menghendaki bisa menggambar
2. Need Assessment
Langkah kedua adalah mengadakan penilaian kebutuhan untuk kegiatan pembelajaran Pendidikan Seni dan Budaya di SMP Negeri 13 Bandarlampung dengan hasil sebagai berikut :
1. Pendidikan Seni merupakan mata pelajaran untuk menyalurkan bakat dan minat, mengembangkan kreatifitas dalam karya seni peserta didik SMP 13 Bandar Lampung.
2. Pendidikan Seni dan Budaya memberikan bekal pada seluruh peserta didik dalam hal ketrampilan dalam berkarya yang akan berguna bagi dirinya sendiri setelah peserta didik lulus dari lembaga.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas , SMP Negeri 13 Bandarlampung sebagai lembaga pendidikan perlu memasukkan pendidikan seni dalam kurikulum.
3. Job Analysis
Secara umum lulusan dari Lembaga pendidikan menengah pertama belum memiliki ketrampilan yang cukup terutama ketrampilan kriya yang akan menjadi salah satu bekal ketrampilan dalam hidupnya di masyarakat. Dari fakta tersebut di atas perlu peningkatan kemampuan peserta didik, yaitu dengan menerapkan ketrampilan seni kriya pada mata pelajaran pendidikan seni budaya.
4. Memperjelas Tujuan Instruksional
Tujuan instruksional harus (1) jelas, pernyataan umum hasil pelajar (2) berkaitan dengan Identifikasi masalah dan penilaian kebutuhan, dan (3) dapat dicapai dengan pembelajaran daripada beberapa cara yang lebih efisien seperti meningkatkan motivasi karyawan.
Apa tujuan instruksional?
Tujuan pembelajaran yang dikehendaki adalah untuk memberikan ketrampilan seni kriya agar bermanfaat ketika diterapkan di masyarakat.
Apa hubungan antara tujuan dan penilaian kebutuhan belajar?
Tujuan pembelajaran secara langsung terkait dengan penilaian kebutuhan ketrampilan sni kriya. Hal ini juga berhubungan langsung dengan bukti bahwa ketrampilan seni kriya sangat berkorelasi dengan mutu lulusan,
Apakah instruksi cara yang paling efektif untuk mencapai tujuan?
Mengembangkan keterampilan seni kriya dengan pembelajaran dan praktek praktik secara langsung.
Siapa pembelajarnya?
Pembelajar adalah siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama yang telah setuju untuk menerima pembelajaran ketrampilan seni kriya.
Dalam konteks apa keahlian akan dia gunakan?
Pebelajar akan menggunakan keterampilan seni kriya mereka dalam masyarakat, untuk diaplikasikan sesuai dengan fungsinya.
5. Kriteria untuk menetapkan tujuan instruksional
Tujuan instruksional ketrampilan seni kriya dirancang dengan menggunakan kriteria ini.
Apakah tujuan instruksional yang dapat diterima oleh administrator?
Dalam hal ini, tim desain mewawancarai lembaga pendidikan, dan personel yang ada untuk menentukan persepsi mereka akan pentingnya dan kelayakan untuk penerapan ketrampilan. Desainer juga mewawancarai beberapa personil siswa untuk berpartisipasi dalam penerapan ketrampilan seni kriya. Tanggapan positif tentang kemungkinan instruksi diterima dari semua diwawancarai.
Apakah ada sumber daya yang memadai (waktu, uang, dan personil) untuk mengembangkan instruksi?
Sekolah menyediakan dana yang cukup untuk pengembangan Instruksional dan untuk mengembangkan bahan-bahan yang diperlukan.
Apakah isi stabil?
Isi dan keterampilan yang mendasari kerja praktik kelompok sangat stabil.
Apakah pelajar tersedia?
Pembelajar tersedia, yaitu siswa kelas VII sekolah menengah pertama untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan pembelajaran baik secara teori maupun praktik.
Ini menunjukkan bahwa penetapan tujuan instruksional dan perbaikan dapat menjadi panjang, proses kompleks yang mencakup banyak aspek dalam identifikasi masalah, analisis kinerja, penilaian kebutuhan, dan pernyataan dari tujuan instruksional yang jelas.
materi ini merupakan hasil diskusi kelompok (muhamad khotib, tri wahyu handoyo, suyono, dan rita ambarwati – pada mata kuliah rancangan sistem instructional – dosen pengampu : Prof. Dr. Hi. Karwono, M.Pd dan Drs. Sulthon Jasmi, M.Pd – di Pasca TP Unila 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar