SPESIFIKASI INDIKATOR
DAN
KATA KERJA OPERASIONAL
Indikator pencapaian kompetensi
Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Mengembangkan Silabus
a.Pengertian
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata kuliah/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, pengalaman belajar (kegiatan pembelajaran), pencapaian indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/referensi belajar.
a. Prinsip-prinsip pengembangan silabus
1)Ilmiah. Keseluruhan materi dalam kajian silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
2)Relevan. Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian materi sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial emosional, dan spiritual mahasiswa.
3)Sistematis. Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
4)Konsisten. Adanya hubungan konsisten (taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi okok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.
5)Memadai. Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
6)Aktual dan kontekstual. Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem penilaian harus memperhatikan perkembangan ilmu dan teknologi dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata dan peristiwa yang terjadi.
7)Fleksibel. Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keberaga-man mahasiswa, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di kampus dan tuntutan masyarakat.
Menyeluruh. Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, psikomotor, dan afektif).
a. Unit waktu Silabus
1)Silabus mata kuliah disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu yang disediakan selama satu penyelenggaraan pembelajaran di setiap prodi/ jurusan/bagian.
2)Implementasi pembelajaran per semester menggunakan penggalan silabus sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada struktur kurikulum yang telah ada.
a. Langkah-Langkah Pengembangan Silabus
1)Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar
Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata kuliah dengan mempertimbangkan hal-hal seperti berikut:
(a)Urutan berdasarkan hirarkhis konsep disiplin dan/atau tingkat kesulitan materi
(b)Keterkaitan antar unsur standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam materi ajar
(c)Keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata kuliah
2)Merumuskan Indikator Keberhasilan Belajar
(a)Indikator merupakan penjabaran dari kompetensi yang menunjukkan tanda-tanda, perbuatan atau respon yang dilakukan atau keterampilan mahasiswa.
(b)Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata kuliah, dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan dapat diamati. Indikator ini dapat dijadikan dasar untuk menyusun alat penilaian.
3) Mengembangkan Pengalaman Belajar
(a)Pengalaman belajar merupakan kegiatan mental dan fisik yang dilakukan mahasiswa dalam berinteraksi dengan sumber belajar melalui pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan mengaktifkan mahasiswa.
(b)Pengalaman belajar memuat pengalaman hidup yang perlu dikuasasi mahasiswa.
(c)Rumusan pengalaman belajar juga mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar mahasiswa.
4)Mengidentifikasi Bahan Kajian/Materi Pokok
Mengindentifikasi bahan kajian/materi pokok yang menunjang pencapaian standarkompetensi dan kompetensi dasar dengan mempertimbangkan:
(a)Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual mahasiswa
(b)Kemanfaatan bagi mahasiswa
(c)Struktur keilmuan
(d)Kedalaman dan keluasan materi
(e)Relevansi dengan kebutuhan mahasiswa dan tuntutan lingkungan
(f)Alokasi waktu
5)Penentuan Jenis Penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar mahasiswa dilakukan beradasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupunlisan, pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasil karya berupa proyek atau produk penggunaan portofolio dan penilaian diri.
6)Menentukan Alokasi Waktu
Alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan dan tingkat kepentingan kompe-tensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu yang dibutuhkan oleh mahasiswa untuk menguasai kompetensi dasar.
7)Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan atau bahan yang digunakan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Hal ini bisa berupa media cetak dan elektronik, nara sumber serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi.
a. Pengembangan Silabus Berkelanjutan
Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dilaksanakan, dievaluasi dan ditindaklanjuti oleh masing-masing dosen. Silabus harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan memperhatikan masukan hasil evaluasi proses (pelaksanaan pembelajaran) dan evaluasi rencana pembelajaran.
III. LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN SILABUS
A. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mengkaji SK dan KD mata pelajaran sebagaimana tercantum pada SI, dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di SI dalam tingkat;
2. keterkaitan antara SK dan KD dalam mata pelajaran;
3. keterkaitan antar KD pada mata pelajaran;
4. keterkaitan antara SK dan KD antar mata pelajaran.
B. Mengidentifikasi Materi Pembelajaran
Mengidentifikasi materi pembelajaran yang menunjang pencapaian KD dengan mempertimbangkan:
1. potensi peserta didik;
2. karakteristik mata pelajaran;
3. relevansi dengan karakteristik daerah;
4. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial dan spritual peserta didik;
5. kebermanfaatan bagi peserta didik;
6. struktur keilmuan;
7. aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;
8. relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan
9. alokasi waktu.
C. Melakukan Pemetaan Kompetensi
1. mengidentifikasi SK, KD dan materi pembelajaran
2. Mengelompokkan SK, KD dan materi pembelajaran
3. Menyusun SK, KD sesuai dengan keterkaitan
D. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian KD. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah:
1. Disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik (guru), agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.
2. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai KD.
3. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran.
4. Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar peserta didik, yaitu kegiatan peserta didik dan materi.
E. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
Kata Kerja Operasional (KKO) indikator dimulai dari tingkatan berpikir mudah ke sukar, sederhana ke kompleks, dekat ke jauh, dan dari konkret ke abstrak (bukan sebaliknya).
Kata kerja operasional pada KD benar-benar terwakili dan teruji akurasinya pada deskripsi yang ada di kata kerja operasional indikator.
F. Penentuan Jenis Penilaian
Penilaian pencapaian KD peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
G. Menentukan Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap KD didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah KD, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan KD. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai KD yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.
H. Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penulisan buku sumber harus sesuai kaidah yang berlaku dalam Bahasa Indonesia.
Penentuan sumber belajar didasarkan pada SK dan KD serta materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
I. Pengembangan Sikabus
Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran di kelas, dari sebuah silabus perlu dikembangkan dan dibuat rencana pelaksanaan pembelajaran. Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan rancangan secara menyeluruh kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan peserta didik. dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan, dan strategi pembelajaran serta penilaian yang akan dilakukan oleh guru dalam proses pembekalan kompetensi peserta didik.
Guru dapat mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran dan menentukan bahan ajar dalam berbagai bentuk (Lembar Kerja Siswa, Lembar Tugas Siswa, Lembar Informasi, dan lain-lain), sesuai dengan strategi pembelajaran dan penilaian yang akan digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Adams, Anna R. (1999). Industry Standards Based Curricu lum. Australian National Training Authority.
Adams, Anna R. (1995). Competency Based Training. Di rectorate Vocational Education, IATVEP A Project.
Abdul Gafur (1986). Disain Instruksional: Langkah Sistematis Penyusunan Pola Dasar Kegiatan Belajar Mengajar. Sala: Tiga Serangkai.
Abdul Gafur (1987). Pengaruh Strategi Urutan Penyampaian, Umpan Balik, dan Keterampilan Intelektual Terhadap Hasil Belajar Konsep. Jakarta: PAU – UT.
Abdul Gafur, dkk. (1986). Definisi Teknologi Pendidikan. Jakarta: CV Rajawali.
Abdul Gafur (1985). Media Besar Media Kecil: Alat dan Teknologi Pengajaran. Semarang: IKIP Press.
Anglin Gary J. (1991). Instructional Technology: Past, Present, and Future. Colorado: Englewood Cliffs.
Bloom et al. (1956). Taxonomy of educational objectives: the classification of educational goals. New York: McKay.
Bratton, Barry. (1991). Professional Competencies and Certifcation in the Instructional Technology Field. Colo rado: Englewood Cliffs, Inco.
Center for Civics Education (1997). National Standard for Civics and Government. Calabasas CA: CEC Publ.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1992). Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Republik Indonesia Bidang Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Sekjen Debdikbud.
Dick, W. & Carey L. (1978). The Systematic Design of In struction. Illinois: Scott & Co. Publication.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum (2001). Kebijakan Pendidikan Menengah Umum. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
Edwards, H. Cliford, et.all (1988). Planning, Teaching, and Evaluating: A Competency Approach. Chicago: Nelson-Hall.
Gronlund, Norman E. (1984). Determining Accountability for Classroom Instruction. New York: Macmillan Publish ing Company.
Hall, Gene E & Jones, H.L. (1976). Competency-Based Edu cation: A process for the improvement of education. New Jersey: Englewood Cliffs, Inc.
Hall, William C. (1995). Course Planning. Adelaide: Advi sory Center for University, the University of Adelaide.
Hooper, R. (1975). The Curriculum. Edinburg: Oliver &Boyd: The Open University.
Joice, B, & Weil, M. (1980). Models of Teaching. New Jer sey: Englewood Cliffs, Publ.
Kemp, Jerold (1977). Instructional Design: A Plan for Unit and Curriculum Development. New Jersey: Sage Publi cation.
Kaufman, Roger A. (1992). Educational Systems Planning. New Jersey: Englewood Cliffs.
Marzano RJ & Kendal JS (1996). Designing standard-based districts, schools, and classrooms. Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development.
McAshan, H.H. (1989). Competency-Based Education and Behavioral Objectives. New Jersey: Educational Tech nology Publications, Engelwood Cliffs.
Oneil Jr., Harold F. (1989). Procedures for Instructional Sys tems Development. New York: Academic Press.
Reigeluth, Charles M. (1987) Instructional Theories in Ac tion: Lessons Illustrating Selected Theories and Models. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publ.
Rosset, A. (1991). A Handbook of Job Aids. San Diego: Pfeiffer Publ.
Russell, James D. (1984). Modular Instruction: A Guide to Design, Selection, Utilization and Evaluation of Modular Materials. Minneapolis: Burgess Publishing Company.
Salim, Peter (1987). The Contemporary English Indonesian Dictionary. Jakarta: Modern English Press.
PENGERTIAN RPP
Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa ”Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar”.
Sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses dijelaskan bahwa RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan ke giatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Jadi, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) RPP adalah penjabaran silabus yang menggambarkan rencana prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi. RPP digunakan sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan/atau lapangan.
KOMPONEN RPP
RPP disusun untuk setiap Kompetensi Dasar yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan. Komponen utama RPP adalah tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.
Komponen RPP adalah:
1. Identitas Mata Pelajaran; (a) Satuan pendidikan; (b) Kelas; (c) Semester; (d) Program studi; (e) Mata pela jaran atau tema pelajaran dan (f) Jumlah pertemuan
2. Standar Kompetensi; Merupakan kualifikasi kemam puan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.
3. Kompetensi Dasar; Adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran ter tentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompe tensi dalam suatu pelajaran.
4. Indikator Pencapaian Kompetensi; Adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilai an mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja opera sional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
5. Tujuan Pembelajaran; Menggambarkan proses dan ha sil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Tujuan pembelajaran dirumuskan berdasarkan SK, KD, dan indikator yang telah ditulis dalam silabus dan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur atau diamati. Tujuan pembelajaran dapat ditulis dalam bentuk kalimat lengkap, menggunakan rumus audience (peserta didik), behaviour (perilaku dalam bentuk kata kerja operasional), condition dan degree (ABCD).
6. Materi Ajar; Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran dan dikembangkan dengan mengacu pada materi pembelajaran dalam silabus. Memuat fakta, konsep, prinsip, dan pro sedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompe tensi.
7. Alokasi Waktu; Ditentukan sesuai dengan keperluan un tuk pencapaian KD dan beban belajar.
8. Metode Pembelajaran; Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada karakteristik pendekatan dan/atau strategi yang dipilih, misalnya metode tanya-jawab, diskusi, eksperimen, dan pendekatan beberapa model pembelajaran seperti pendekatan model CTL, dan pembelajaran kooperatif. Digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembela jaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemi lihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situ asi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.
9. Kegiatan Pembelajaran; (a) Pendahuluan: Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan un tuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. (b) Inti: Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran di lakukan secara interaktif, inspiratif, menyenang kan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. (c) Penutup: Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan un tuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau simpul an, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindaklanjut.
10. Penilaian Hasil Belajar; Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kom petensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.
11. Sumber Belajar; Sumber belajar dalam RPP ditentukan dengan mengacu pada sumber belajar yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kom petensi dengan mempertimbangkan: (a) Sumber belajar adalah rujukan, objek, dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran; (b) Sumber belajar dapat berupa media cetak, elektronik, narasumber, lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya: (c) Penentuan sumber belajar didasarkan pada SK dan KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi; dan (d) Sumber belajar dipilih yang mutakhir dan menarik.
adeeeeee’s Blog
Just another Friendster Blogs weblog
You are currently browsing the adeeeeee’s Blog weblog archives.
Pages
• Perihal
Categories
Tak Berkategori (20)
Archives
December 2009
November 2009
October 2009
April 2009
Search:
Links
Friendster Blogs
mengapa perlu adanya evaluasi kurikulum?
Friday October 09th 2009, 22:22
Filed under: Tak Berkategori
Comments?
MENGAPA PERLU EVALUASI KURIKULUM?
Oleh : Hermana Somantrie
The American Evaluation Association telah mengeluarkan satu set kode etik bagi para evaluator dalam bidang pendidikan yang dinamakan dengan “the Guiding Principlesfor Evaluators”. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: (1) Systematic Inquiry: Evaluators conduct systematic, databased inquiries about whatever is being evaluated; (2) Competence: Evaluators provide competent performance to stakeholders; (3) Integrity/Honesty: Evaluators ensure the honesty and integrity of the entire evaluation process; (4) Respect for People: Evaluators respect the security, dignity and self-worth of the respondents, program participants, clients, and other stakeholders with whom they interact; and (5) Responsibilities for General and Public Welfare: Evaluators articulate and take into account the diversity of interests and values that may be related to the general and public welfare.
Kode etik semacam itu belum ada di Indonesia, padahal hal itu sangat diperlukan agar hasil evaluasi merupakan informasi yang akurat, obyektif, dan terhindar dari bumbu kepentingan kelompok tertentu. Begitu pula, dalam penilaian kurikulum tentu juga harus mengaplikasikan kode etik yang ketat untuk menghasilkan informasi yang akurat, obyektif, dan terhindar dari bumbu kepentingan kelompok tertentu.
Banyak pengertian tentang penilaian kurikulum, namun dalam kolom ini tidak akan membahas pengertian tersebut. Pembahasan akan lebih difokuskan pada prosedur kegiatan evaluasi kurikulum sebagai berikut:
Identify specific purposes for assessing student learning;
Develop a comprehensive assessment plan
Select/develop assessment tools and scoring procedures that are valid and reliable;
Identify procedures for collecting assessment data;
Identify procedures for analyzing and interpreting information and drawing conclusions based on the data (including analysis of the performance of various sub-groups of students);
Identify procedures for establishing at least three levels of performance (specific to the content standard and the assessment tool when appropriate) to assist in determining whether students have achieved at a satisfactory level (at least two levels describe performance that is proficient or advanced and at least one level describes students who are not yet performing at the proficient level);
Identify procedures for using assessment information to determine long-range and annual improvement goals;
Identify procedures for using assessment information in making decisions focused on improving teaching and learning (data based decision making);
Provide support to staff in using data to make instructional decisions;
Define procedures for regular and clear communication about assessment results to the various internal and external publics;
Define data reporting procedures;
Verify that assessment tools are fair for all students and are consistent with all state and federal mandates;
Verify that assessment tools measure the curriculum that is written and delivered;
Identify roles and responsibilities of key groups;
Ensure participation of eligible students receiving special education services in district-wide assessments.
Prosedur lainnya yang bisa digunakan dalam evaluasi kurikulum yaitu sebagaimana yang tampak dalam diagram berikut ini.
Oleh karena penilaian kurikulum dimaksudkan untuk menghasilkan informasi yang akurat, obyektif, dan terhindar dari bumbu kepentingan kelompok tertentu, semua staf Puskur harus memiliki kompetensi yang handal untuk melakukan penilaian kurikulum.
(* Dr. Hermana Somantrie, MA – Peneliti Pendidikan, Pusat Kurikulum).
Pemutakhiran Terakhir ( Rabu, 30 September 2009 15:34 )
perencanaan Kurikulum juga dlm bab2
Friday October 09th 2009, 22:14
Filed under: Tak Berkategori
Comments?
BAB II
MERENCANAKAN KURIKULUM
A.Merencanakan Kurikulum
Usaha peningkatan mutu pendidikan tinggi selama ini nampaknya belum mencapai taraf yang memadai (critical mass). Dengan pendidikan diharapkan mampu meningkatkan taraf kehidupan masyarakat pada umumnya. Selama ini telah terjadi kecenderungan dalam memaknai mutu pendidikan yang hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan akademik dan lebih khusus lagi hanya aspek kognitif, yang pada gilirannya berdampak terabaikannya aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, seni dan olah raga serta life skill. Berdasarkan hal tersebut, maka kurikulum perlu disempurnakan dengan pendekatan berbasis kompetensi.
Telah dimaklumi bersama, bahwa kurikulum merupakan perangkat pendidikan yang dinamis. Oleh karena itu, kurikulum juga harus peka merespon beragam perubahan dan tuntutanstakeholders yang menginginkan adanya peningkatan kualitas pendidikan. Bagaimana merencanakan kurikulum seperti yang dikehendaki stakeholders? Berikut ini langkah-langkah yang perlu dilakukan.
1.Langkah-Langkah Perencanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) meliputi perumusan visi, misi, profil lulusan, analisis tugas lulusan, kompetensi lulusan, bahan kajian, elemen kompetensi, nama mata kuliah, identifikasi pengalaman belajar, sumber belajar,bobot satuan kredit semester (SKS), dan alokasi waktu.
Langkah-Langkah Keterangan
a.Menetapkan Visi Rumusan visi merupakan penjabaran visi institusi (universitas) ke fakultas, jurusan/bagian/program studi. Perumusan visi didasarkan atas pertimbangan societal needs, professional needs, dan academic needs
b. Menuliskan Misi Mendeskripsikan tentang apa yang hendak dicapai dan untuk siapa
c.Profil lulusan Deskripsi singkat tentang peran yang dapat dilakukan seorang lulusan, dan bukan gambaran singkat tentang data lulusan
d. Analisis tugas Menjabarkan nomor cdengan membuat indikatornya (dokter, pendidik, hukum, ekonom, dan sebagainya)
e. Perumusan kompetensi Lulusan seperti apa yang akan dibentuk melalui program pendidikan ini
f. Kajian elemen kompetensi - Bahan kajian tentang disiplin ilmu secara komprehensip dan sistemik untuk membentuk sebuah kompetensi.
- Untuk membentuk sebuah kompetensi diperlukan beberapa bahan kajian.
- Bahan kajian nantinya akan diturunkan menjadi mata kuliah
g. Menetapkan elemen kompetensi Elemen kompetensi meliputi: landasan kepribadian, penguasaan ilmu dan keterampilan, kemampuan berkarya, sikap perilaku dalam berkarya, dan pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat.
h.Identifikasi nama mata kuliah Penamaan mata kuliah berdasarkan rumpun topik kajian dari kolom f
i. Identifikasi pengalaman belajar Perekayasaan kegiatan belajar agar mahasiswa dapat melakukan sendiri sehingga kompetensi dapat tercapai/terbentuk
j. Sumber-sumber belajar Menunjukkan berbagai sumber belajar yang dapat diakses guna mendukung baik langsung maupun tidak langsung dalam proses pembelajaran (paper, person maupun place)
k. Penentuan bobot SKS Disesuaikan dengan urgensi dan status materi
l. Alokasi waktu Ditetapkan berdasarkan pengalaman belajar, luas bahan, tingkat kesulitan, dsb.
2. Menyusun Standar Kompetensi
Standar kompetensi adalah perumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas/pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan.
Dengan dikuasainya kompetensi tersebut, maka yang bersangkutan akan mampu:
a.mengerjakan suatu tugas/pekerjaan
b.mengorganisasikannya agar pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan
c.melakukan suatu tindakan bilamana terjadi hal yang berbeda dengan rencana semula
d.menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah atau melaksanakan tugas dengan kondisi yang berbeda
Standar kompetensi oleh berbagai pihak. Pertama, institusi pendidikan dan pelatihan guna memberikan informasi dalam rangka pengembangan program dan kurikulum; sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelatihan penilaian, sertifikasi. Kedua, dunia usaha/industri dan penggunaan tenaga kerja, yakni membantu dalam rekrutmen, penilaian unjuk kerja, membuat uraian jabatan, dan mengembangkan program pelatihan yang spesifik berdasar kebutuhan dunia usaha/industri. Ketiga, institusi penyelenggara pengujian dan sertifikasi, yakni sebagai acuan dalam merumuskan paket-paket program sertifikasi sesuai dengan kualifikasi dan levelnya, dan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelatihan penilaian dan sertifikasi
Kompetensi kunci adalah kemampuan kunci atau generik yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu tugas/pekerjaan. Ada tujuh kompetensi kunci, yaitu:
a.Mengumpulkan, menganalisis dan mengorganisasikan informasi
b.Mengkomunikasikan ide dan informasi
c.Merencanakan dan mengatur kegiatan
d.Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok
e.Menggunakan ide dan teknik matematika
f.Memecahkan persoalan/masalah
g.Menggunakan teknologi
Level kompetensi adalah pengelompokan unit-unit kompetensi berdasarkan pada tingkat kesukaran atau kompleksitas serta tingkat persyaratan yang harus dipenuhi. Tingkat kompleksitasditentukan oleh seberapa banyak kompetensi kunci tersebut tercakup dalam unit.
Level 1:
Mampu melaksanakan tugas /pekerjaan yang bersifat rutin atau prediktabel berdasar pada Standart of Operating Procedure (SOP) serta di bawah pengawasan atasan.
Lavel 2:
Pada level ini yang bersangkutan mampu melaksanakan tugas /pekerjaan rutin serta pekerjaan lain yang memerlukan tanggungjawab dan otonomi.
Lavel 3:
Pada level ini yang bersangkutan mampu melakukan tugas/pekerjaan yang menuntut kemampuan analisis dan evaluasi dengan berbagai konteks serta mampu memberikan bimbingan dan supervisi pada bawahannya.
3.Melaksanakan Kurikulum di Tingkat Institusi (Jurusan/Prodi/Bagian)
Kurikulum sebagai salah satu substansi pendidikan perlu ‘didesentralisasikan’ terutama dalam pengembangan silabus dan pelaksanaannya yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan mahasiswa, dan, keadaan institusi. Konsekuensianya, fakultas/jurusan/prodi/bagian perlu menyusun silabus dengan cara melakukan penjabaran dan penyesuaian Kompetensi Dasar ke dalam bentuk rencana pembelajaran yang memuat materi yang relevan, sesuai dengan kondisi serta potensinya (otonomi pendidikan).
Pengelolaan kurikulum di tingkat institusi dapat dilakukan, jika institusi yang bersangkutan telah mampu mengelola kurikulum nasional untuk dijabarkan menjadi silabus yang berstandar menjadi bahan ajar yang siap pakai. Siap pakai yang dimaksud meliputi penguasaan metodemengajar, kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, pemilihan dan penggunaan alat bantu dan sumber belajar, jenis penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang dilatihkan, serta mampu memberikan kegiatan perbaikan dan pengayaan kepada mahasiswa.
Dalam penyusunan kurikulum, ada sejumlah perangkat yang perlu dipertimbangkan seperti kewenangan universitas, yaitu merumuskan landasan filosofis, rekonseptualisasi kurikulum, pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, penilaian berbasis kelas, serta bentuk-bentuk kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien.
4.Mengembangkan Silabus
a.Pengertian
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata kuliah/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, pengalaman belajar (kegiatan pembelajaran), pencapaian indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/referensi belajar.
a. Prinsip-prinsip pengembangan silabus
1)Ilmiah. Keseluruhan materi dalam kajian silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
2)Relevan. Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian materi sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial emosional, dan spiritual mahasiswa.
3)Sistematis. Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
4)Konsisten. Adanya hubungan konsisten (taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi okok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.
5)Memadai. Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
6)Aktual dan kontekstual. Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem penilaian harus memperhatikan perkembangan ilmu dan teknologi dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata dan peristiwa yang terjadi.
7)Fleksibel. Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keberaga-man mahasiswa, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di kampus dan tuntutan masyarakat.
Menyeluruh. Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, psikomotor, dan afektif).
a. Unit waktu Silabus
1)Silabus mata kuliah disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu yang disediakan selama satu penyelenggaraan pembelajaran di setiap prodi/ jurusan/bagian.
2)Implementasi pembelajaran per semester menggunakan penggalan silabus sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada struktur kurikulum yang telah ada.
a. Langkah-Langkah Pengembangan Silabus
1)Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar
Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata kuliah dengan mempertimbangkan hal-hal seperti berikut:
(a)Urutan berdasarkan hirarkhis konsep disiplin dan/atau tingkat kesulitan materi
(b)Keterkaitan antar unsur standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam materi ajar
(c)Keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata kuliah
2)Merumuskan Indikator Keberhasilan Belajar
(a)Indikator merupakan penjabaran dari kompetensi yang menunjukkan tanda-tanda, perbuatan atau respon yang dilakukan atau keterampilan mahasiswa.
(b)Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata kuliah, dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan dapat diamati. Indikator ini dapat dijadikan dasar untuk menyusun alat penilaian.
3) Mengembangkan Pengalaman Belajar
(a)Pengalaman belajar merupakan kegiatan mental dan fisik yang dilakukan mahasiswa dalam berinteraksi dengan sumber belajar melalui pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan mengaktifkan mahasiswa.
(b)Pengalaman belajar memuat pengalaman hidup yang perlu dikuasasi mahasiswa.
(c)Rumusan pengalaman belajar juga mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar mahasiswa.
4)Mengidentifikasi Bahan Kajian/Materi Pokok
Mengindentifikasi bahan kajian/materi pokok yang menunjang pencapaian standarkompetensi dan kompetensi dasar dengan mempertimbangkan:
(a)Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual mahasiswa
(b)Kemanfaatan bagi mahasiswa
(c)Struktur keilmuan
(d)Kedalaman dan keluasan materi
(e)Relevansi dengan kebutuhan mahasiswa dan tuntutan lingkungan
(f)Alokasi waktu
5)Penentuan Jenis Penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar mahasiswa dilakukan beradasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupunlisan, pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasil karya berupa proyek atau produk penggunaan portofolio dan penilaian diri.
6)Menentukan Alokasi Waktu
Alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan dan tingkat kepentingan kompe-tensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu yang dibutuhkan oleh mahasiswa untuk menguasai kompetensi dasar.
7)Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan atau bahan yang digunakan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Hal ini bisa berupa media cetak dan elektronik, nara sumber serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi.
a. Pengembangan Silabus Berkelanjutan
Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dilaksanakan, dievaluasi dan ditindaklanjuti oleh masing-masing dosen. Silabus harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan memperhatikan masukan hasil evaluasi proses (pelaksanaan pembelajaran) dan evaluasi rencana pembelajaran.
B.Menentukan Isi Kurikulum
Pada bagian ini perlu ditulis mengenai identitas lembaga atau institusi penyele-nggara pendidikan, termasuk segala perangkat pendukungnya, yang meliputi:
1.Identitas Lembaga:
Yang memuat Nama Fakultas, Program Studi, Bagian atau sejenisnya sebagai penyelenggara pendidikan
2.Gelar Lulusan:
Menyesuaikan dengan ketentuan aturan yang berlaku
3.Tujuan Pendidikan:
Merupakan cerminan visi, harapan tentang citra lulusan dari lembaga penyelenggara pendidikan; termasuk citra kompetensi (sebagai ciri pembeda antara Fakultas, Jurusan, Program Studi, Bagian seperti: pengetahuan dan pemahaman, keterampilan intelektual, keterampilan praktis, dan keterampilan managerial dan sikap.
4.Fasilitas utama penyelenggaraan Jurusan/Program Stusi/Bagian
Sarana dan prasarana pembelajaran pendukung seperti media pembelajaran, laboratorium baik di dalam maupun di luar kampus,perpustakaan, jaringan informasi dengan lembaga internal maupun eksternal. Serta tenaga non-edukatif yang telah terlatih guna membantu penyelenggaraan pembelajaran.
5.Persyaratan akademis dosen
Pendidikan tenaga akademis yang harus dimiliki sebagai penyangga penyele-nggaraan pembelajaran; serta kualifikasi dan relevansinya dengan lembaga.
6.Penentuan Substansi Kajian Kompetensi
Dengan substansi kajian ini dapat membedakan kompetensi utama dan kompetensi penunjang
7.Proses belajar-mengajar dan bahan kajian:
Strategi pembelajaran mana yang akan dipilih sesuai dengan bahan kajian tersebut; yang dapat memberikan pengalaman belajar bagi mahasiswa.
8.Sistem evaluasi berdasarkan kompetensi:
Dalam kurikulum berbasis kompetensi (KBK) diseyogyakan menggunakan sistem evaluasi berbasiskelas. Dengan harapan agar semua kegiatan mahasiswa dapat dihargai secara objektif (progressiveness, benchmarking, authentic assessment-portofolio)
9.Pelibatan kelompok calon pengguna
Sebagai institusi penyedia lulusan (supply) tentunya harus disesuaikan dengan calon pengguna atau permintaan (needs) stakeholders agar terjadi keseimbangan Calon pengguna dapat dihadirkan di kampus atau institusi mengadakan survei ke lapangan; studi literatur atau dengan cara lain yang paling sesuai.
10. Struktur Kurikulum:
Uraian tentang ciri khas kompetensi utama lulusan sebagai pembeda antara jurusan/program studi/bagian, yang dilihat dari gatra: (1) nilai pembentuk kehidupan yang berkebudayaan, (2) keterkaitan komplementer-sinergis di antara kompetensi utama
11.Kurikulum Inti:
Sifatnya nasional, ditentukan secara nasional (given) dari Departemen Pendidikan Nasional atau organisasi profesi, tidak sampai pada bentuk mata kuliah, dan hanya berbentuk kompetensi dan substansi-kajian.
12. Kurikulum Institusional:
Sifatnya lokal, merupakan kekhususan program studi, dikembangkan oleh jurusan, program studi, atau bagian sampai dengan penentuan mata kuliah; pelibatan stakeholders, expert atautrans-expert
13.Format Kurikulum:
Meliputi standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator.
Format Silabus: memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, pangalaman belajar, hasil belajar, indikator pencapaian, langkah pembelajaran yang memuat kegiatan mahasiswa dan materi, alokasi waktu, sistem evaluasi yang digunakan, serta sarana dan sumber belajar yang digunakan. Format silabus terlampir. Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yang meliputi identitasmata kuliah, tahap kegiatan, kegiatan pembelajaran, media, metode, sumber belajar/bahan, dan alokasi waktu. Format RPP terlampir.
LANDASAN PERENCANAAN KURIKULUM
Friday October 09th 2009, 22:00
Filed under: Tak Berkategori
Comments?
Landasan Perencanaan Kurikulum yang Ideal di Sekolah
By admin | November 7, 2008
Para perencana pendidikan harus mampu memahami dan menggunakan sejumlah besar data yang berhubungan dengan pengembangan SDM dan pembelajaran agar dapat mengembangkan berbagai program sekolah. Berbagai isu utama yang berkenaan dengan tujuan persekolahan dikelompokan ke dalam empat bidang utama, yaitu kekuatan sosial, pengelolaan ilmu pengetahuan, pertumbuhan dan perkembangan manusia, dan pembelajaran sebagai suatu proses. Keempat bidang ini berperan merupakan landasan perencanaan kurikulum.
Kekuatan sosial menegaskan peran sekolah sebagai salah satu agen perubahan sosial di dalam suatu komunitas masyarakat. Dengan peran tersebut, pengembangan sekolah dilakukan agar dapat menghasilkan output yang diperlukan dalam upaya memperkuat kehidupan sosial.
Pengelolaan ilmu pengetahuan bermakna bahwa salah satu tujuan persekolahan adalah untuk menciptakan berbagai pengetahuan yang diperlukan dan untuk dapat mengelolanya sesuai dengan maksud dan tujuan dari suatu disiplin ilmu tersebut. Selain itu, hal ini juga menandakan adanya peran sekolah sebagai salah satu tempat pengembangan ilmu pengetahuan yang dibutuhkan dalam kehidupan manusia.
Bidang pertumbuhan dan perkembangan manusia menjadi salah satu tujuan yang sekaligus juga merupakan tantangan yang harus dijawab dan disiasati oleh dunia sekolah. Sekolah harus mampu menghasilkan dan mengarahkan output yang dapat menjawab berbagai masalah dan kemungkinan yang dapat terjadi karena pertumbuhan dan perkembangan manusia yang senantiasa berubah setiap saat.
Pembelajaran sebagai suatu proses menuntut sekolah untuk dapat menggelar suatu proses pencerdasan yang efektif bagi seluruh peserta didik dan juga pendidik yang ada di dalam lingkungan sekolah. Dengan kata lain, tidak hanya para siswa yang dituntut untuk dapat mengembangkan kecerdasannya, namun juga para gurunya. Hal ini akan memberikan dampak yang luar biasa bagi kehidupan di dalam sekolah sebagai sebuah lingkungan pendidikan.
Keempat bidang utama tersebut saling berhubungan satu sama lain. Maka, proses yang terjadi di dalam salah satu dari keempat bidang tersebut juga akan berimbas pada bidang lainnya. Oleh karena itu, para pengelola sekolah dan juga pengelola pendidikan secara umum, harus mampu menciptakan keseimbangan di dalam upaya mendorong progresivitas sekolah sebagai salah satu bagian dari proses pencapaian tujuan dalam keempat bidang tersebut. Karena itu pula, maka semua pihak yang terlibat di dalam pross pendidikan harus mampu memahami dan memiliki pengetahuan yang cukup di dalam keempat bidang tersebut.
Pengetahuan yang semakin bertambah dalam keempat bidang tersebut menunjukan bahwa perencanaan kurikulum memiliki sifat dasar yang normatif. Karenanya, harus ada sejumlah keputusan yang harus ditempuh untuk menyikapi berbagai permasalahan yang dapat mempengaruhi program persekolahan. Agar dapat memunculkan sejumlah alternatif yang dapat ditempuh, perencana kurikulum harus memahami pengetahuan yang mereka miliki dan kemudian mengubahnya ke dalam bentuk filsafat pendidikan yang konsisten. Dengan begitu, maka landasan perencanaan kurikulum dapat digunakan untuk membangun suatu kerangka dan bangunan kurikulumyang kokoh dan kuat.
EVALUASI DAN KURIKULUM
Friday October 09th 2009, 21:52
Filed under: Tak Berkategori
Comments?
EVALUASI KURIKULUM
Oktober 31, 2008 — Wahidin
Pengertian Evaluasi Kurikulum
Evaluasi Dan Kurikulum Merupakan 2 Disiplin Ilmuyang Berdiri Sendiri,Ada Pihak Yang Berpendapat Antara Keduanya Tidak Ada Hubungan,Tetapi Ada Pihak Lain Yang Menyatakan Keduanya Mempunyai Hubungan Yang Sangat Erat.Hubungan Tersebut Merpakan Hubungan Sebab Akibat,Perubahan Dalam Kurikulum Berpengaruh Pada Evaluasi Kurikulum,Sebaliknya Perubahan Evaluasi Perubahan Evaluasi Akan Memberi Warna Pada Pelaksanaan Kurikulum,Hubungan Antara Evaluasi Dengan Kurikulum Bersifat Organis Dan Prosesnya Berlangsung Secara Evolusioner.
Evaluasi Kurikulum Sukar Di Rumuskan Secara Tegas Hal Itu Disebabkan Beberapa Faktor :
1. Evaluasi Kurikulum Berkenaan Dengan Fenomena-Fenomena Yang Terus Berubah
2. Objek Evaluasi Kurikulum Adalah Sesuatu Yang Berubah-Ubah Sesuai Dengan Konsep Yang Digunakan
3. Evaluasi Kurikulum Merupakan Suatu Usaha Yang Dilakukan Oleh Manusia Yang Sifatnya Juga Berubah
R.A Becher,Seorang Ahli Pendidikan Dari Universitas Sussex Inggris Menyatakan Tiap Program Pengembangan Kurikulum Mempunyai Style Dan Karakteristik Tertentu, Dan Evaluasi Dari Program Tersebut Akan Memperhatikan Style Dan Karakteristik Yang Sama Pula ,Seorang Evaluator Akan Menyusun Program Evaluasi Kurikulum Sesuai Dengan Style Dan Karakteristik Yang Dikembangkannya.
Konsep-Konsep Evaluasi Kurikulum Dibagi Menjadi 2
1. Deskriptif
2. Preskriptif
Luas Atau Sempitnya Suatu Suatu Program Evaluasi Kurikulum Sebenarnya Ditentukan Oleh Tujuannya.Doll ( 1976 ) Mengemukakan Syarat-Syarat Suatu Program Evaluasi Kurikulum Yaitu Suatu Evaluasi Kurikulum Harus Nilai Dan Penilaian ,Punya Tujuan Atau Sasaran Yang Jelas,Bersifat Menyeluruh Dan Terus Menerus Berfungsi Diagnostik Dan Tevintegrasi.
Evaluasi Kurikulum Juga Bervariasi,Bergantung Pada Dimensi-Dimensi Yang Menjadi Fokus Evaluasi,Salah Satu Dimensi Yang Sering Mendapat Sorotan Adalah Kuantitas Dan Kualitas
A. Konsep Kurikulum
Kurikulum Merupakan Daerah Studi Intelek Yang Cukup Luas.Banyak Teori Tentang Kurikulum,Beberapa Teori Menekankan Pada Rencana,Yang Lainnya Pada Inovasi Pada Dasar-Dasar Filosofis Dan Pada Konsep-Konsep Yang Diambil Dari Ilmu Prilaku Manusia.Secara Sederhana Kurikulum Dapat Diklasifikasikan Atas Teori -Teori Yang Lebih Menekankan Pada Isi Kurikulum,Pada Situasi Pendidikan Serta Pada Organisasi Kurikulum
1)Penekanan Kepada Isi Kurikulum
Strategi Pengembangan Yang Menekankan Isi Merupakan Yang Paling Lama Dan Banyak Dipakai,Tetapi Juga Terus Mendapat Penyempurnaan Atau Pembaharuan.Sebab-Sebab Yang Mendorong Pembaharuan Ini Bermacam-Macam :
Karena Didorong Oleh Tuntutan Untuk Menguatkan Kembali Nilai-Nilai Moral Dan Budaya Dari Masyarakat
2)Karena Perubahan Dasar Filosifis Tentang Struktur Pengetahuan
3)Karena Adanya Tuntutan Bahwa Kurikulum Harus Lebih Berorientasi Pada Pekerjaan
4)Penekanan Pada Situasi Pendidikan
Tipe Kurikulum Ini Lebih Menekankan Pada Masalah Dimana,Bersifat Khusus,Sangat Memperhatikan Dan Disesuaikan Dengan Lingkungannya,Seperti Kurikulum Kelompok Masyarakat Nelayan,Kurikulum Daerah Pesisir Dll,Tujuanya Adalah Menghasilkan Kurikulum Yang Benar-Benar Merefleksikan Dunia Dari Kehidupan Dari Lingkungan Anak,Sifat Lain Tipe Ini Adalah Kurang Atau Tidak Menekan Kepada Spesifikasi Dan Organisasi Lebih Menunjukan Fleksibelitas Dalam Interpretasi Dan Pelaksanaanya,Pengetahuan Dianggap Bersifat Relatif Terhadap Situasi-Situasi Yang Khusus Sesuai Dengan Kondisi Setempat,Kurikulum Ini Ruang Lingkupnya Sempit
5)Penekanan Pada Organisasi
Tipe Kurikulum Ini Sangat Menekankan Pada Proses Belajar Mengajar,Meskipun Dengan Berbagai Perbedaan Dan Disana-Sini Ada Pertentangan.Menurut Bruner Dan Jean Piageat,Keduanya Sangat Mempengaruhi Perkembangan Kurikulum Tipe Ini ( Pengajaran Berprogram,Pengajaran Modul,Pengajaran Dengan Bantuan Komputer ) Perbedaanya Sangat Jelas Antara Kurikulum Yang Menekankan Organisasi Dengan Yang Menekankan Isi, Dan Situasi Adalah Memberikan Perhatian Yang Sangat Besar Kepada Peserta Didik,Anak Menurut Bruner Merupakan Hasil Yang Sangat Kompleks ,Biologi Dan Sosial Harus Berpartisipasi Secara Aktif Dalam Lingkungan Belajar,Menguasai Bahasa Dan Menguasai Kemampuan-Kemampuan Kognitif
A. Implementasi Dan Evaluasi Kurikulum
Konsep Kurikulum Yang Menekankan Isi,Memberikan Peranan Besar Pada Analisis Pengetahuan Baru Yang Ada,Konsep Penilaian Menutut Penilaian Secara Rinci Tentang Lingkungan Belajar,Dan Konsep Organisasi Memberi Perhatian Besar Pada Struktur Belajar
Pengembangan Kurikulum Yang Menekankan Isi Membutuhkan Waktu Mempersiapakan Situasi Belajar Dan Menyatukannya Dengan Tujuan Pengajaran Yang Cukup Lama.Kurikulum Yang Menekankan Pada Situasi Waktu Untuk Mempersiapkannya Lebih Pendek,Sedangkan Kurikulum Yang Menekankan Pada Organisasi Waktu Persiapannya Hampir Sama Dengan Kurikulum Yang Menekankan Pada Isi,Kurikulum Yang Menekankan Organisasi,Strategi Penyebarannya Sangat Mengutamakan Latihan Guru
Model Evaluasi Kaitnya Dengan Teori Kurikulum Perbedaan Konsep Dan Strategi Pengembangan Dan Penyebaran Kurikulumnya ,Juga Menimbulkan Perbedaan Dalam Rancangan Evaluasi ,Model Evaluasi Yang Bersifat Komporatif Atau Menekankan Pada Objek Sangat Sesuai Bagi Kurikulum Yang Bersifat Rasional Dan Menekankan Isi,Dalam Kurikulum Menekankan Situasi Sukar Disusun Evaluasi Yang Bersifat Kompratif Karena Konteksnya Bukan Terhadap Guru Atau Satu Tujuan Tetapi Terdapat Banyak Tujuan.
Pada Kurikulum Yang Menekankan Organisasi,Tugas Evaluasi Lebih Sulit Lagi,Karena Isi Dan Hasil Kurikulum Bukan Hal Yang Utama,Yang Utama Adalah Aktivitas Dan Kemampuan Siswa Salah Satu Pemecahan Bagi Masalah Ini Dengan Pendekatan Yang Bersifat Elektrik Seprti Dalam Proyek Kurikulum Humanistik Dan CARE ( Center For Applied Research In Education ) Dalam Proyek Itu Dicari Perbandingan Materi Antara Proyek Yang Menggunakan Guru Yang Terlatih Dengan Yang Tidak Terlatih ,Dalam Evaluasinya Juga Diteliti Pengaruh Umum Dari Proyek,Dengan Cara Mengumpulkan Bahan-Bahan SecaraStudi Kasus Dari Sekolah-Sekolah Proyek
Teori Kurikilim Dan Teori Evaluasi,Model Evaluasi Kurikulum Berkaitan Erat Dengan Konsep Kurikulum Yang Digunakan,Seperti Model Pengembangan Dan Penyebaran Dihasilkan Oleh Kurikulum Yang Menekankan Isi
Macam-Macam Model Evaluasi Yang Dipergunkan Bertumpu Pada Aspek -Aspek Tertentu Yang Diutamakan Dalam Proses Pelaksanaan Kurikulum.Model Evaluasi Yang Bersifat Kompratif Berkaitan Erat Dengan Tingkah-Tingkah Laku Individu,Evaluasi Yang Menekakan Tujuan Berkaitan Erat Dengan Kurikulum Yang Menekankan Pada Bahan Ajar Atau Isi Kurikulum Model ( Pendekatan ) Antropologis Dalam Evaluasi Ditujukan Untuk Mengevaluasi Tingkah-Tingkah Laku Dalam Suatu Lembaga Sosial,Dengan Demikian Sesungguhnya Terdpat Hubungan Yang Sangat Erat Antara Evaluasi Dengan Kurikulum.
A. Peranan Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum dapat dilihat sebagai proses sosial dan sebagai institusi sosial mempunyai asal usul,sejarah struktur serta intersef sendiri,beberapa karakteristik dari proyek-proyek kurikulumyang telah dikembangkan di inggris,umpamanya :
1.Lebih Berkenaan Dengan Inovasi Daripada Dengan Kurikulum Yang Ada
2.Lebih Berskala Nasional Daripada Lokal
3.Di Biyayai Oleh Grant Dari Luar Yang Berjangka Pendek Daripada Oleh Anggaran Tetap
4.Lebih Banyak Dipengaruhi Oleh Kebiasaan Penelitian Yang Bersifat Psikometris Daripada Kebiasaan Lamayang Berupa Penelitian Sosial
Peranan Evaluasi Kebijaksanaan Dalam Kurikulum Khususnya Pendidikan Umumnya Minimal Berkenaan Dengan 3 Hal Yaitu :
1.Evaluasi Sebagai Moral Judgement,Konsep Utama Dalam Evaluasi Adalah Masalah Nilai,Hasil Dari Suatu Evaluasi Berisi Suatu Nilai Yang Akan Digunakan Untuk Tindakan Selanjutnya Hal Ini Mengandung 2 Pengertian 1,Evaluasi Berisi Suatu Skala Nilai Moral,Berdasarkan Skala Tersebut Suatu Objek Evaluasi Dapat Dinilai 2,Evaluasi Berisi Suatu Perangkat Kriteria Praktis Berdasarkan Kriteria-Kriteria Suatu Hasil Dapat Dinilai
2.Evaluasi Dan Penentuan Keputusan,Pengambilan Keputusan Dalam Pelaksanaan Pendidikan Atau Kurikulumbanyak Yaitu:Guru,Murid,Orang Tua,Kepala Sekolah,Para Inspektur,Pengembangan Kurikulum Dll,Beberapa Diantara Mereka Yang Memegang Peranan Paling Besar Dalam Penetuan Keputusan.Pada Prinsipnya Tiap Individu Diatas Membuat Keputusansesuai Dengan Posisinya.
3.Evaluasi Dan Konsesus Nilai Dalam Berbagai Situasi Pendidkan Serta Kegiatan Pelaksanaan Evaluasi Kurikulum Sejumlah Nilai-Nilai Dibawakan Oleh Orang-Orang Yang Ikut Terlibat Dalam Kegiatan Penilaian Atau Evaluasi,Para Partisipan Dalam Evaluasi Pendidikan Dapat Terdiri Dari :Orang Tua,Murid,Guru,Pengembang Kurikulum,Administrator,Ahli Politik,Ahli Ekonomi,Penerbit,Arsitek Dsb.Bagaimana Caranya Agar DapatDiantara Mereka Terdapat Kesatuan Penilaian Hanya Dapat Di Capai Melalui Suatu Consensus.
Secara Historis Konsensus Nilai Dalam Evaluasi Kurikulum Berasal Tradisi Tes Mental Serta Eksperimen
A. UJIAN SEBAGAI EVALUASI SOSIAL
Sejsk Diperkenalkanya System Ujian Atau Tes Untuk Umum Di Amerika Serikat Dan Negara-Negara Lain Pengukuran Yang Berbentuk Umum ( Publik )Tsb Merupakan Salah Satu Model Dalam Pendidikan Menguji Adalah Mengevaluasikan Dengan Adanya Ujian-Ujian Tersebut,Maka Jenis-Jenis Kemampuan Tertentu Dipandang Menunjukan Status Lebih Tinggi Dibandingkan Dengan Kemampuan Lainnya, Keberhasilan Dalam Ujian Pengetahuan Dan Kemampuan Skolistik, Selama Bertahun-Tahun Di Tentukan Oleh Kemampuan Mengingat Fakta-Fakta Kecenderungan Ini Bukan Saja Di Dasari Oleh Teori Psikologi Lama, Yang Memandang Bahwa Otak Yang Lebih Baik Mampu Menguasai Fakta Lebih Banyak,Tetapi Juga Oleh Keadaan Masyarakat Dimana Buku-Buku Sumber Pengetahuan Secara Relative Tidak Berubah Selama 2 Abad.Ujian Bukan Saja Menunjukan Nilai Pengetahuan Atau Kemampuan Social,Tetapi Juga Peraturan Dari Sekolah.Dalam Dua Decade Pertama Dari Abad 20 Sejumlah Ahli Psikologi Dikumpulkan Dalam Satu Komisi Untuk Menyusun Tes Kecerdasan.Hasilnya Digunakan Untk Menyeleksi Anak-Anak Yang Akan Masuk Kesekolah, Menengah Yang Tidak Mampu Membayar Uang Sekolah.Kemudian Testersebut Juga Digunakan Barometer Penentuan Kenaikan Kelas ,System Ujian Seperti Yang Dilakukan Diatas,Lebih Banyak Digunakan Untuk Mengukur Atau Menguji Kemampuan Individu Kalau Untuk Mengukur Kemampuan Siswa Digunakan Istilah Examantion Atau Asesment Maka Untuk Penilain Keseluruhan Situasi Sekolah Atau Kurikulum Lebih Tepat Digunakan Istilah Evalution
Para Evaluator Menyadari Bahwa Aneka Macam Kerangka Kerja Evaluasi Mempunyai Implikasi Terhadap Penentuan Keputusan Pendidikan.Barry Me Donald ( 1975 ) Membedakan Adanya Tiga Tipe Evaluasi Dalam Pendidikan Dan Kurikulum Yaitu :
1.Evaluasi Birokratik,Merupakan Suatu Layanan Yang Bersipat Unconditional Terhadap Lembaga-Lembaga Pemerintahan Yang Memiliki Wewenang Control Terbesar Dalam Alokasi Sumber-Sumber Pendidikan
2.Evaluasi Otoraktik Merupakan Layanan Evaluasi Terhadap Lembaga-Lembaga Pemerintah Yang Mempunyai Wewenang Control Cukup Besar Dalam Mengalokasikan Sumber-Sumber Pendidikan
3.Evaluasi Demokrasi Merupakan Layanan Pembesaran Informasi Terhadap Masyarakat, Tentang Program-Program Pendidikan.
Sebagai Contoh MC DONALD Memandang Bahwa Pelaksanaan Evaluasi Di Amerika Serikat Dewasa Ini Bersifat Birokratik Karena Kenyataanya Evaluasi Basar Di Percayai Oleh Pemerintah Pusat Atau Negara Bagian,Kedudukan Evaluator Berbeda-Beda Di Bawah Lembaga-Lembaga Federal
F.Model-Model Evaluasi Kurikulum
1.Evaluasi Model Penelitian
a.Tes Psikologi Pada Umumnya Mempunyai Dua Bentuk Yaitu Tes Intelegensi Yang Di Tujukan Untuk Mengukur Kemampuan Bawaan,Serta Tes Hasil Belajar Yang Mengukur Prilaku Skolastik.
b.Eksperimen Lapangan Dalam Pendidikan,Di Mulai Tahun 1930 Dengan Menggunakan Metode Yang Biasa Di Gunakan Dalam Penelitian Botani Pertaman,Ada Beberapa Kesulitan Yang Dihadapi Dalam EkperimenTersebut :
1.Kesulitan Administrasi,Sedikit Sekali Sekolsh Yang Bersedia Dijadikan Sekolah Eksperimen.
2.Masalah Teknis Dan Logis Yaitu Kesulitan Menciptakan Suasan Kelas Yang Sam Waktu Kelompok-Kelompok Yang Di Uji
3.Sukar Untuk Mencampurkan Guru-Guru Untuk Mengajar Pada Kelompok Eksperimen Dengan Kelmpok Control,Pengaruh Guru-Guru Tersebut Sukar Dikontrol
4.Adanya Keterbatasan Mengenai Manipulasi Eksperimen Yang Dapt Dilakukan
2.Evaluasi Model Objektif
Evaluasi Model Objektif ( Model Tujuan ) Berasal Dari Amerika Serikat,Perbedaan Model Objektif Ada Dalam Dua Hal :
1)Dalam Model Objektif Evaluasi Merupakan Bagiasn Yang Sangat Penting Dari ProsesPengembangan Kurikulum
2)Kurikulum Tidak Dibandingkan Dengan Kurikulum Lain Tetapi Diukur Dengan Seperangkat Objektif ( Tujan Khusus )
.Ada Beberapa Persyaratan Yang Harus Dipenuhi Oleh Tim Pengembang Model Objektif :
1.Ada Kesepakatan Tentang Tujuan-Tujuan Kurikulum.
2.Merumuskan Tujuan-Tujuan Dalam Perbuatan Siswa.
3.Menyusun Materi Kurikulum Yang Sesuai Dengan Tujuan Tersebut.
4.Mengukur Kesesuaian Antara Perilaku Siswa Dengan Hasil Yang Diinginkan.
Dasar-Dasar Teori Tylor Dan Bloom Menjadi Prinsip Sentral Dalam Berbagai Rancangan Kurikulum Dan Mencapai Puncaknya Dalam Sistem Belajar Berprogram Dan Sistem Intruksional. Sistem Pengajaran Yang Terkenal Adalah IPI (Individually Prescribed Instruction). Suatu Program Yang Dikembangkan Oleh Learning Research And Develovment Centre Unuversitas Pittsburg. Dalam IPI Anak Mengikuti Kurikulum Yang Memiliki 7 Unsur :
1.Tujuan-Tujuan Pengajaran Yang Disusun Dalam Daerah- Daerah Tingkat-Tingkat Dan Unit-Unit.
2.Suatu Prosedur Program Testing.
3.Pedoman Prosedur Penulisan.
4.Materi Dan Alat Pengajaran.
5.Kegiatan Guru Dalam Kelas.
6.Kegiatan Murid Dalam Kelas.
7.Prosedur Pengelolaan Kelas.
3. Model Campuran Multivariasi.
Evaluasi Model Perbandingan (Comparative Approach) Dan Model Tylor Dan Bloom Melahirkan Evaluasi Model Campuran Multivariasi, Yaitu Strategi Evaluasi Yang Menyatukan Unsure-Unsur Dari Kedua Pendekatan Tersebut. Metode-Metode Tersebut Masuk Ke Bidang Kurikulum Setelah Computer Dan Program Paket Berkembang Yaitu Tahun 1960. Program Paket Berisi Program Statistik Yang Sederhana Yang Tidak Membutuhkan Pengetahuan Computer Untuk Menggunakannya. Dengan Berkembangnya Penggunaan Computer Memungkinkan Studi Lapangan Tidak Di Hambat Oleh Kesalahan Dan Kelambatan. Semua Masalah Pegolahan Statistik Dapat Dikerjakan Dengan Computer.
Langka- Langkah Model Multivariasi Tersebut Adalah :
1.Mencari Sekolah Yang Berminat Untuk Dievaluasi/Diteliti.
2.Pelaksanaan Program.
3.Sementara Tim Menyusun Tujuan Yang Meliputi Semua Tujuan Dari Pengajaran Umpamanya Dengan Metode Global Dan Metode Unsure Dapat Disiapkan Tes Tambahan.
4.Bila Semua Informasi Yang Diharapkan Telah Terkumpul, Maka Mulailah Pekerjaan Computer.
5.Tipe Analisis Dapat Juga Digunakan Untuk Mengukur Pengaruh Bersama Dan Beberapa Variable Yang Berbeda.
Beberapa Kesulitan Dihadapi Dalam Model Campuran Multivariasi Ini
1.Diharapkan Memberi Tes Statistik Yang Signifikan (Model Kurikulum Ini Lebih Sesuai Bagi Evaluasi Skala Besar.
2.Terlalu Banyak Variabel Yang Perlu Dihitung Pada Suatu Saat Kemampuan Computer Hanya Sampai 40 Variabel
3.Meskipun Model Multivariasi Telah Mengurangi Masalah Control Berkenaan Dengan Eksperimen Lapangan Tetapi Tetap Menghadapi Masalah-Masalah Perbandingan.
G.Evaluasi Kurikulum Pada Tingkat Makro Dan Mikro
1.Evaluasi Pada Tingkat Mikro
a.Tujuan Evaluasi
Adanya Sekurang-Kurangnya Dua Tujuan Pokok Yang Ingin Dicapai Melalui Kegiatan Evaluasi Kurikulum.Pada Tingkay Mikro Ini
Mengukur Efek Pengajaran Tujuan Utama Evaluasi Program Pada Tingkat Mikro Adalah Untuk Memperoleh Gambaran Tentang Efek Atau Pengaruh Dari Pengajaran Yang Telah Diberikan Terhadap Penguasaan,Kemampuan Yang Ingin Dicapai Dalam Suatu Mata Ajaran
Efek Atau Pengaruh Tersebut Dapat Diketahui Bila Dilakukan Perbadingan Antara Hasil Yang Dicapai Peserta Didik Sebelum Dan Sesudah Pengajaran Diberikan.
Memperbaiki Pengajaran,Disamping Untuk Keperluan Pengukuran Efek Atau Pengaruh Pengajaran Evaluasi Program Tingkat Mikro Bertujuan Pula Untuk Memperoleh Gambaran Ataupun Inpormasi Tentang Bagian-Bagian Pelajaran Yang Masih Belum Dipahami Oleh Para Peserta Didik.
b.Jenis-Jenis Evaluasi
Evaluasi Awal Di Lakukan Sebelum Pengajaran Diberikan,Fungsinya Ialah Untuk Mengetahui Kemampua Awal Peserta Didik Tentang Pelajaran Yang Akan Diberikan.
Evaluasi Antara ; Dilakukan Pada Setiap Unit Bahan Yang Diberikan Dalam Suatu Mata Pelajaran,Dapat Berbentuk Tes Dan Bentuk-Bentuk Evaluasi Yang Lain Tentang Unit Yang Bersangkutan.
Evaluasi Akhir Dilaukan Setelah Pengajaran Diberikan.Fungsinya Ialah Untuk Memperoleh Gambaran Tentang Kemampuan Yang Dicapai Pesrta Didik Pada Akhir Program.
2.Evaluasi Kurikulum Pada Tinkat Yang Lebih Makro
Berikut Ini Berturut-Turut Akan Dijelaskan Tentag Tujuan,Jenis,Dan Skema Kegiatan Evaluasi Kurikulum Yang Tingkat Lebih Makro.
a. Tujuan Evaluasi
Evaluasi Kurikulum Pada Tingkat Yang Lebih Makro Dilakukan Untuk Menghasilkan Masukan-Masukan Yang Diperlukan Bagi Penyusunan Dan Perbaikan :
Tujuan Dan Program Kurikulum
Bahan Dan Pertalatan / Pasilitas Pendidikan
a. Jenis Evaluasi
Untuk Mencapai Tujuan Evaluasi Ada 4 Jenis Evaluasi Yang Perlu Dilakukan :
Evaluasi Kontek : Evaluasi Ini Diadakan Untuk Menghasilkan InformasiYang Diperlukan Dalam Perecanaan Program,Khususnya Dalam Penetuan Tujuan Dan Program Kuriklum Diklat
Evaluasi Masukan : Evaluasi Ini Diadakan Untuk Menghasilkan Informasi Yang Diperlukan Dalam Penyiapan Dan Perbaikan Peralatan Pendidikan Yang Meliputi Bahan Ajar,Sarana / Alat Penunjang Media Pengajaran Stap Pengajar,Dan Sebagainya.
Evaluasi Proses / Hasil Jangka Pendek : Informasi Untuk Keperluan Perbaikan Program Dan Pelaksanaan Pendidikan Mencakup Baik Informasi Tentang Proses Maupun Hasil Jangka Pendek Yang Dicapai Peserta Didik Selama Dan Pada Akhir Tiap Unit Program.
Evaluasi Dampak / Hasil Jangka Panjang : Evaluasi Ini Diadakan Untuk Menghasilkan Informasi Yang Diperlukan Bagi Peninjauan Kembali Keseluruhan Program Pendidikan Dan Penentu Kegiatan Tindak Lanjut Yang Diperlukan Termasuk Perbaiakan Kurikulum Pada Siklus / Putaran Hidup.
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Evaluasi Kurikulum Memegang Perenan Penting Baik Dalam Penetuan Kebijaksanaan Pendidikan Pada Umumnya,Maupun Pada Pengambilan Keputusan Dalam Kurikulum.Hasil-Hasil Evaluasi Kurikulum Dapat Digunakan Oleh Para Pemegang Kebjaksanaan Pendidikan Dan Para Pemegang Kurikulum Dalam Memeilih Dan Menetapkan Kebjaksanaan Pengembangan System Pendidikan Dan Pengembanagan Model Kurikulum Yang Digunakan.Hasil-Hasil Evaluasi Kurikulum Juga Dapat Digunakan Pleh Guru-Guru,Kepala Sekolah Dan Para Pelaksana Pendidikan Lainnya,Dalam Memahami Dan Membantu Perkembangan Siswa, Memilih Bahan Pelajaran,Memilih Metode Dan Alat-Alat Bantu Pelajaran, Cara Penilaian Serta Fasilitas Pendidikan Lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
_______________ Pengembangan Kurikulum
______ Tim Pengembangan MKDK Kurikulum Dan Pembelajaran.
________ Bandung Jurusan Kurikulum Dan Teknologi Pendidikan FIP UPI
evaluasi kueikulum… jugaaa
Friday October 09th 2009, 21:47
Filed under: Tak Berkategori
Comments?
Evaluasi kurikulum
1.Definisi Evaluasi kurikulum
Pengertian Evaluasi adalah perbuatan pertimbangan berdasarkan seperangkat kriteria yang disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan.
Evaluasi adalah suatu proses pengumpulan bukti-bukti dan membuat penilaian apakah suatu kompetensi telah dicapai.
Evaluasi juga dimaksudkan apakah siswa dapat melaksanakan suatu pekarjaan yang telah ditetapkan sesuai dengan standart kemampuan yang ditetapkan.
Evaluasi menekankan pada usaha mencari jalan untuk perbaikan program atau kurikulum dari pada sekedar pengukuran prestasi anak didik saja (Schubert, 1986, hal. 2620).
Evaluasi pada dasarnya adalah penyediaan informasi untuk memperlancar proses pengambilan keputusan pada beberapa tingkat pengembangan kurikulum.Informasi ini mungkin berguna bagi program pengajaran secara keseluruhan itu hanya bermanfaat untuk beberapa komponen program itu.Evaluasi juga berarti seleksi kriteria, koleksi data dan analisis data (dalam miller dan seller, 1985, hal. 302).
Kata evaluasi dalam konsep evaluasi kurikulum didefinisikan sebagai kumpulan informasi dan penilaian dari berbagai macam sumber yang dipergunakan untuk membuat perencanaan, untuk memperbaiki sebuah program dan untuk mengetahui akontabilitas sebuah program (Direct program Evaluation 1983: 11).
Evaluasi, menurut Cronbach, secara garis besar merupakan kumpulan dan penggunaan informasi yang digunakan bagi (1) pengambilan keputusan mengenai program pendidikan, dan (2) perbaikan program kurikulum dan pengajaran.
Stufflebean melihat evaluasi sebagai proses pengambilan deskripsi dan penyediaan data yang berguna bagi penentuan alternative keputusan.
• Evaluasi kurikulum merupakan dasar dalam pengembangan kurikulum selanjutnya.Sehingga setelah evaluasi kurikulum selesai muncul model kurikulum perbaikan dari kurikulum sebelumnya atau bahkan model kurikulum terbaru.
• Evaluasi atau penilaian kurikulum merupakan salah satu bagian dari evaluasi pendidikan, yang memusatkan perhatian kepada program-program pendidikan untuk anak didik.
• Evaluasi kurikulum adalah untuk meningkatkan program yang sedang dilaksanakan ,sebagai alat untuk mengontrol kualitas dan juga sebagai dasar untuk membuat keputusan bagi program berikutnya.
• Evaluasi kurikulum adalah sebagai suatu alat untuk mempertanggungjawabkan keberadaan dan hasil sebuah program pendidikan teknik kepada masyarakat.
• Evaluasi kurikulum adalah proses memahami, mendapatkan dan mengumumkan informasi sebagai petunjuk pembuatan keputusan pendidikan dengan memperhatikan program yang tepat.
• Scriven (dalam miller dan seller, 1985, hal. 299) evaluasi kurikulum di bagi 2:
i. Evaluasi formatif
Evaluasi mengenai kurikulum dan pengajaran itu sendiri.Evaluasi formatif, sesuai dengan namanya, merupakan bagian integral dari proses perencanaan kurikulum dan pengajaran, walaupun keputusan perbaikan program itu baru dapat dilaksanakan setelah program itu dilaksanakan berdasarkan umpan balik yang diterima melalui evaluasi sumatif.
•
i. Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif menilai efektifitas kurikulum dan pengajaran yang diimplementasikan sesuai dengan rencana.Fokus utama evaluasi sumatif ialah apa hasilnya terhadap belajar anak didik; evaluasi sumatif berkaitan dengan manfaat rencana kurikulum dan pengajaran itu sendiri(Saylor dan Alexander,1974, hal. 229).
1.b. Persamaan konsep evaluasi kurikulum
•Persamaan yang pertama, merupakan salah satu bagian dari evaluasi pendidikan, yang memusatkan perhatian kepada program-program pendidikan untuk anak didik.
•Persamaan yang kedua, merupakan alat untuk menilai efektifitas kurikulum dan pengajaran yang diimplementasikan sesuai dengan rencana.
1.c. Perbedaan konsep evaluasi kurikulum
•Perbedaan Cronbach mengatakan bahwa evaluasi adalah pengumpulan data dan penggunaannya bagi pengambilan keputusan tentang program pendidikan. Sedangkan Stufflebean melihat evaluasi sebagai proses pengambilan deskripsi dan penyediaan data yang berguna bagi penentuan alternative keputusan.
•Evaluasi kurikulum merupakan dasar dalam pengembangan kurikulum selanjutnya.Sehingga setelah evaluasi kurikulum selesai muncul model kurikulum perbaikan dari kurikulum sebelumnya atau bahkan model kurikulum terbaru.Sedangkan pendapat lain, Evaluasi atau penilaian kurikulum merupakan salah satu bagian dari evaluasi pendidikan, yang memusatkan perhatian kepada program-program pendidikan untuk anak didik.
•Evaluasi formatif merupakan Evaluasi mengenai kurikulum dan pengajaran itu sendiri.Evaluasi formatif, sesuai dengan namanya, merupakan bagian integral dari proses perencanaan kurikulum dan pengajaran, walaupun keputusan perbaikan program itu baru dapat dilaksanakan setelah program itu dilaksanakan berdasarkan umpan balik yang diterima melalui evaluasi sumatif.Sedangkan Evaluasi Sumatif merupakan Evaluasi sumatif menilai efektifitas kurikulum dan pengajaran yang diimplementasikan sesuai dengan rencana.Fokus utama evaluasi sumatif ialah apa hasilnya terhadap belajar anak didik; evaluasi sumatif berkaitan dengan manfaat rencana kurikulum dan pengajaran itu sendiri
2. a. Kurikulum yang dilaksanakan perlu di evaluasi Karena:
•Kurikulum sebagai program pendidikan atau program belajar untuk siswa, memerlukan penilaian sebagai bahan balikan dan penyempurnaan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat, anak didik serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hasil Penilaian sangat bermanfaat bagi para pengambil keputusan dalam melakukan perubahan kurikulum, baik secara konseptual maupun struktural.
•Kurikulum dievaluasi untuk mengetahui apakah sasaran yang telah ditetapkan tercapai atau tidak setelah kurikulum itu diimplementasikan (Miller dan seller, 1985, hal. 299).
•Selain itu, evaluasi kurikulum dimaksud juga untuk mengetahui validitas tujuan atau sasran kurikulum itu sendiri, termasuk penilaian apakah kurikulum itu sesuai dengan tingkat kecerdasan pelajar atau anak didik tertentu , apakah mode intruksional yang dipakai yang terbaik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, apakah materi yang direkomendasikan terbaik untuk mencapai tujuan kurikulum atau tujuan intruksional yang diinginkan (Saylor dan Alexander, 1974, hal. 298).
•Menurut Tyler, 1949, hal .105, kurikulum perlu di evaluasi karena penting untuk mencetak apakah semua program belajar yang direncanakan betul-betul berjalan baik untuk membimbing guru agar mencapai hasil yang diinginkan.
b.Ruang lingkup dan langkah-langkah evaluasi kurikulum:
•Ruang lingkup evaluasi kurikulum misalnya ruang lingkup evaluasi ini adalah untuk satu atau beberapa program dalam satu institusi atau mungkin hanya sebagian saja dari sebuah program.(Penentuan ruang lingkup tidak harus sesudah penentuan tujuan evaluasi tetapi dapat bersamaan atau bahkan sebelumnya).
•Kurikulum sebagai system dapat diidentifikasi; (a) masukan atau input program, (b) proses pelaksanaan program, (c) hasil atau output/outcome program, dan (d) dampak dari program. Dari sudut ini maka ruang lingkup atau objek dari evaluasi kurikulum adalah input,proses, output/outcome dan dampak.
I.Evaluasi terhadap input kurikulum mencakup evaluasi semua sumber daya yang dapat menunjang program pendidikan,seperti dana, sarana, tenaga, konteks social dan penilaian terhadap siswa sebelum menempuh program.
II.Evaluasi proses mencakup penilaian terhadap strategi pelaksanaan kurikulum mencakup proses belajar mengajar, bimbingan penyuluhan, administrasi supervise, sarana intruksional, penilaian hasil belajar.
III.Evaluasi output/ outcome adalah penilaian terhadap lulusan pendidikan baik secara kualitatifmaupun kuantitatif, sesuai dengan program yang di tempuhnya.
IV.Evaluasi dampak kurikulum, artinya penilaian terhadap kemampuan lulusan dalam melaksakan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya sesuai dengan profesi yang disandangnya. Lebih jauh dari itu menilai kompetensi lulusan dari sudut pribadi, profesi dan sebagai anggota masyarakat.
•Langkah –langkah Evaluasi kurikulum,ada 2 tahap,yaitu;
I.TAHAP PERSIAPAN
Tahap persiapan pada dasarnya menentukan apa dan bagaimana penilaian harus dilakukan. Artinya, perlu rencana yang jelas mengenai kegiatan penilaian termasuk alat dan sarana yang diperlukan.Ada beberapa langkah yang harus dikerjakan dalam tahap persiapan ini, yakni;
Menyusun Term of reference (TOR) penilaian, sebagai rujukan pelaksanaan penilaian.Dalam TOR ini dijelaskan target dan sasaran penilaian, lingkup atau objek yang dinilai, organisasi yang menangani penilaian serta biaya pelaksanaan penilaian.
Klasifikasi, artinya mengadakan penelaahan perangkat evaluasi seperti tujuan yang ingin dicapai, isi penilaian, strategi yang digunakan, sumber data, instrument dan jadwal penilaian.
Ujicoba penilaian ( Try-out), yakni melaksanakan teknik dan prosedur penilaian di luar sample penilaian. Tujuan utama adalah untuk melihat keterandalan alat-alat penilaian dan melatih tenaga penilai termasuk logistiknya, agar kualitas data yang kelak diperoleh lebih meyakinkan.
II.TAHAP PELAKSANAAN
Setelah uji coba dilaksanakan dan perbaikan /penyempurnaan prosedur, teknik serta instrumen penelitian, langkah berikutnya adalah melaksanakan penilaian. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan ini antara lain;
Pengumpulan data di lapangan artinya melaksanakan penilaian melalui instrumen yang telah dipersiapkan terhadap sumber data sesuai dengan program yang telah direncanakan.
Menyusun dan mengolah data hasil penilaian baik data yang dihasilkan berdasarkan persepsi pelaksana kurikulum dan kelompok sasaran kurikulum maupun data berdasarkan hasil amatan dan monitoring penilai.
Menyusun deskripsi kurikulum tersebut, berdasarkan data informasi yang diperoleh dari hasil penilaian.
Menentukan judgment terhadap deskripsi kurikulum berdasarkan criteria tertentu yang telah ditentukan.judgment dapat menggunakan dua macam logika yakni logika vertical dan horizontal.
Menyusun laporan hasil penilaian termasuk rekomendasi- rekomendasinya, implikasi pemecahan masalah dan tindakan korektif bagi para pengambil keputusan perbaikan/penyempurnaan kurikulum. Laporan hasil penilaian dibuat untuk konsumsi yang luas sehingga isi, sistematika,bahasa dan teknik laporan harus mudah dipahami dan mempunyai nilai praktis di lapangan, sehingga bisa dimanfaatkan oleh para pelaksana kurikulum.
Pembahasn dan pengukuhan hasil- hasil penilaian dalam satu pertemuan khusus yang melibatkan tim penilai dengan pelaksana kurikulum, pengambilan keputusan dan mungkin dari unsure lain yang relevan, sangat diperlukan, sebelum hasil –hasil tersebut dimanfaatkan.
Bagan
•Langkah –langkah evaluasi kurikulum,ada beberapa langkah dan proses evaluasi kurikulum. Proses evaluasi kurikulum yang digunakan Stufflebean dan kawan –kawan dianggap jelas dan terbaik dan banyak para ahli yang merekomendasikan proses ini. Langkah –langkah evaluasi itu terdiri dari tiga aspek utama: (1) Gambaran informasi yang dibutuhkan, (2) Cara memperoleh data, dan (3) Cara menyediakan data. Masing –masing dari ketiga aspek ini, dianalisis lebih lanjut secara lebih ditel. Secara pendek dapat diungkapkan proses dan langkah –langkah evaluasi sebagai berikut (liat Bagan).
c. Keterkaitan evaluasi kurikulum dengan akreditasi kurikulum program studi :
•Karena dari pengertian Evaluasi atau penilaian kurikulum merupakan salah satu bagian dari evaluasi pendidikan, yang memusatkan perhatian kepada program-program pendidikan untuk anak didik. Dalam pengertian tersebut sudah jelas bahwa evaluasi kurikulum merupakan salah satu bagian dari evaluasi pendidikanyang dapat disebut juga akreditasi kurikulum program studi.
3a. Dalam pengembangan kurikulum diperlukan analisis kebutuhan, Karena :
•Suatu Pengembangan Kurikulum harus memperhatikan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh anak didik. Jika tidak memperhatikan, Pengembangan kurikulum tidak akan bisa berkembang seperti yang di cita –citakan. Sehingga harus di sesuaikan dengan tingkat kebutuhan anak didik.
•Selain berdasarkan anak didik, kebutuhan dan tuntutan masyarakat senantiasa selalu berkembang dari waktu ke waktu. Apa yang dipelajari hari ini mungkin tak dibutuhkan lagi di hari esok. Kecepatan perkembangan dan tuntutan masyarakat hamper tidak mungkin bisa diikuti oleh pendidikan, sebab hal yang mustahil bila kebutuhan masyarakat yang tiba –tiba berubah harus diikuti oleh perubahan kurikulum. Sehingga diperlukannya analisis kebutuhan.
b. Aspek-aspek yang dianalisis;cara dan langkah-langkahnya:
Secara rinci aspek –aspek yang dianalisis sebagai berikut :
•Tuntutan dunia kerja
Kurikulum harus memuat kecakapan hidup untuk membekali peserta didik memasuki dunia kerja sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dan kebutuhan dunia kerja, khususnya bagi mereka yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
•Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan.
Daerah memiliki keberagaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan keragaman karakteristik lingkungan, oleh karena itu kurikulum harus memuat keragaman tersebut untuk mengali lulusan yang dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan daerah.
•Kondisi social budaya masyarakat setempat
Kurikulum harus dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik social budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya.
•Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
Kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
•Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
Pengembangan kurikulum harus memperhatikan keseimbangan tuntutan pembangunan daerah dan nasianol.
•Dinamika perkembangan global
Kurikulum harus dikembangkan agar peserta didik mampu bersaing secara global dan dapat hidup berdampingan dengan bangsa lain.
•Persatuan Nasional dan nilai- nilai kebangsaan
Kurikulum harus mendorong wawasan dan sikap kebangsaan dan persatuan nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
•agama
kurikulum harus dikembangkan untuk meningkatkan toleransi dan kerukunan umat beragama, dan memperhatikan norma agama yang berlaku di lingkungan sekolah.
c. Pemanfaatan hasil analisis tersebut,bagi pengembang kurikulum :
Hasil analisis kebutuhan dapat dimanfaatkan dalam rangka pengembang kurikulum sekolah atau luar sekolah yang terkait dengan paket program pendidikan. Bentuk pemanfaatan bahan-bahan tersebut di terapkan dalam penyusunan aspek-aspek kurikulum yang relevan dalam struktur organisasi kurikulum sebagai berikut :
Bahan untuk penyusunan rasional dan justifikasi suatu kurikulum
Bahan untuk menyusun deskripsi pekerjaan tertentu dan dalam rangka menganalisis tugas-tugas pekerjaan yang diperlukan
Bahan untuk merumuskan jenis dan bentuk kemampuan yang hendak dikembangkan sehubungan dengan pekerjaan dan tugas- tugasnya.
Bahan untuk merumuskan pengalamn belajar, kegiatan siswa, dan terkait dengan kegiatan guru.
Bahan untuk merumskan tujuan kompetensi,baik yang umum maupun yang khusus.
Bahan untuk menetapkan kriteria keberhasilan paket program
Bahan untuk memperkaya isi dan struktur paket program pendidikan
Bahan untuk menentukan secara rinci strategi belajar mengajar.
Bahan untuk merancang teknik motivasi dan penetapan strategi kepemimpinan belajar bagi siswa.
Bahan untuk menentukan pelaksaan paket program di lapangan.
Bahan untuk merancang sistem dan prosedur penilaian hasil belajar siswa.
Bahan untuk menentukan sistem perbaikan dan penyesuaian kurikulum.
Bahan untuk merancang garis – garis besar program pengajaran sesuai dengan kurikulum yang sedang di kembangkan.
Pelaksanaan evaluasi kebutuhan dan pemanfaatannya dalam rangka pengembangan kurikulum dan program pendidikan meminta persyaratan yang cukup fundamental seperti kebersamaan di dalam masyarakat, keterbukaan dalam mengajukan pendapat dan kreativitas, keterpaduan antara lintas sektoral, kemandirian dalam bekerja dan pengadaan dana, dekonsentralisasi dalam pengamatan dan penguasaan wilayah dengan varitas ekonomi, sosialbudaya dan sosioekologi. Hal –hal tersebut perlu dijadikan sebagai kerangka acuan demi keberhasilan pelaksanaan evaluasi itu sendiri.
Sehingga analisis tersebut dilakukan oleh para pengembang kurikulum dengan melibatkan para pelaksana kurikulum disekolah. Dalam hal lain untuk keperluan analisis bisa menggunakan hasil-hasil monitoring pelaksanan kurikulum, sehingga bisa diperoleh gambaran empiric mengenai komponen-komponen yang ada. Selain itu juga dimanfaatkan bikan hanya sekedar untuk mengetahui baik tidaknya suatu kurikulum dalam upaya mengubah kurikulum, tetapi juga untuk mengetahui sarana, sumber, dan kemampuan para pelaksana, pembina kurikulum di sekolah. Hal yang kedua jauh lebih penting, sebab bagaimanapun baiknya kurikulum tanpa kemampuan para pelaksananya maka hasil pendidikan tidak akan optimal.
Bahkan bisa dikatakan hampir tidak ada kuriulum ideal atau kurikulum yang termuat dalam buku kurikulum yang tidak baik. Mungkin ada yang kurang sempurna disebabkan ketidakcocokan dengan sarana dan kemampuan para pelaksananya. Oleh sebab itu sebelum dilakukan perubahan kurikulum ideal, sebaiknya dilakukan studi yang mendalam mengenai sarana, sumber-sumber yang dilakukan untuk menunjang pelaksanaan kurikulum di lapangan. Misalnya, kemampuan para guru dan pelaksana pendidikan, buku pelajaran, peralatan sekolah, dan aspek penunjang lainnya. Dengan demikian dapat ditemukan gambaran penyeluruh mengenai kondisi objektif factor penunjang pelaksanan kurikulum sebagai bahan kajian untuk melihat dan menganalisis kurikulum ideal.
4.4 pendekatan pengembangan kriteria yang dapat dilakukan dalam evaluasi kurikulum,perbedaan antara keempat pendekatan tersebut,dan contoh penggunaan evaluasi kurikulum untuk setiap pendekatan :
•Penilaian konteks
Ditujukan untuk menyajikan alasan-alasan sebagai dasaruntuk menentukan tujuan program, agar lebih feasible dengan kondisi dan situasi dimana program itu akan dilaksanakan.
•Penilaian masukan/ input
Ditujukan untuk memperoleh informasi dan menyajikan keterangan, yang dapat digunakan dasar dalam menentukan cara-cara memenfaatkan sumber-sumber daya untuk mencapai tujuan. Oleh sebab itu penilaian masukan umumnya mengidentifikasi berbagai kemampuan yang dimiliki oleh lembaga penanggung jawab program, strategi yang digunakan dalam melaksanakan program termasuk rencana untuk melaksanakan strategi tersebut.
•Penilaian proses
Bertujuan untuk; (a) mengetahui dan meramalkan kelemahan- kelemahan rencana dan pelaksanaannya, (b) memperoleh beberapa informasi berbagai kegiatan program sebagai bahan dalam mengambil keputusan seperti perbaikan, penyempurnaan, dan pengembangan program.
•Penilaian keluaran /output/hasil
Bertujuan untuk menentukan keberhasilan program dalam bentuk hasil yang dicapainya, baik setelah program berakhir maupun pada saat program berjalan. Dalam penilaian hasil termasuk juga dampak dari program/impact terhadap berbagai dimensi sesuai dengan tujuan program.
MACAM – MACAM PENDEKATAN
•Model meansurement
Model ini dapat dipandang sebagai model yang tertua didalam sejarah penilaian dan telah banyak dikenal di dalam proses penilaian pendidikan.
i.Hakikat penilaian
Sesuai dengan namanya, model ini sangat menitik beratkan kegiatan pengukuran didalam proses penelitian. Pengukuran di pandang sebagai suatu kegiatan yang ilmiah dan dapat diterapkan dalam berbagai bidang persoalan termasuk didalamnya bidang pendidikan.
ii.Ruang lingkup penilaian
Yang dijadikan objek dari dari kegiatan penilaian dari model ini adalah tingkah laku, terutama tingkah laku siswa.aspek tingkah laku siswa yang dinilai disini mencakup kemampuan hasil belajar, kemampuan pembawaan, minat, sikap dan juga aspek-aspek kepribadian siswa.
iii.Pendekatan
Pendekatan yang juga ditempuh oleh model ini didalam menilai program pendidikan adalah membandingkan hasil belajar antara dua atau lebih kelompok yang menggunakan program pengajaran yang berbeda sebagai variabel bebas. Dalam penilaian ini, kepada dua/ lebih kelompok tersebut diberikan tes yang sama kemudian untuk dianalisis perbedaan skor yang dicapai oleh kelompok – kelompok tadi(Choppin, 1976, h.210).
Dalam bagian yang lalu dikemukakan bahwa dalam penilaian program pendidikan sekolah, objek yang dinilai terutama adalah hasil belajar siswa yang penilaiannya dapat dilakukan melalui cara obyektif-kuantitatif dengan prosedur yang dapat distandarisasikan. Sehubungan dengan itu, alat penilaian yang lazim digunakan didalam model penilaian ini adalah tes tertulis atau paper-and-pencil-test. Secara lebih khusus lagi, untuk test yang biasanya digunakan adalah bentuk test obyektif yang soalnya berupa pilihan ganda, menjodohkan, benar-salah, dan sebagainya. Sekalipun ada kritikan-kritikan mengenai penggunaan bentuk-bentuk tertentu dari test obyektif ini, misalnya bentuk benar-salah yang dianggap ‘lemah’, tokoh-tokoh dari model ini tetap sependapat bahwa bentuk benar-salah inipun masih dapat terus digunakan asal disusun secara baik.
•Model Congruence
Model yang kedua ini dapat dipandang sebagai reaksi terhadap model yang pertama, sekalipun dalam beberapa hal masih menunjukkan adanya persamaan dengan model pertama.
ada dua hal penting yang perlu dikemukakan mengenai pendekatan penilaian yang dianut oleh model yang kedua ini :
Pertama,berhubungan yang akan dinilai disini adalah perubahan tingkah laku siswa setelah menempuh suatu program pendidikan tertentu, perlu ada penilaian sebelum dan sesudah program dilaksanakan. Dengan kata lain, model ini menyarankan digunakannya prosedur pre-and-nosstest untuk menilai hasil atau gainsing dicapai siswa sebagai akibat dari program pendidikan yang telah diikutinya.
Kedua,model ini tidak menyarankan dilaksanakannya apa yang disebut penilaian perbandingan untuk melihat sejauh mana kurikulum yang baru itu lebih efektif dari kurikulum yang ada. Bahkan, lebih jauh dari itu, model ini cenderung untuk tidak menyetujui diadakannya penilaian perbandingan ini. Karena itulah baik tyler maupun cronbach lrbih mengarahkan peranan penilaian menurut model yang kedua Tyler mengajukan 4 langkah pokok yaitu:
1)Merumuskan atau mempertegas tujuan-tujuan mengajar
2)Menetapkan “test situation” yang diperlukan
3)Menyusun alat penilaian
4)Menggunakan hasil penelitian
Berhubungan setiap program pendidikan menyangkut berbagai tujuan yang ingin dicapai, akan lebih tepat bila hasil penilaian tidak dinyatakan dalam bentuk hasil keseluruhan test tapi dalam bentuk hasil bagian demi bagian dari test yang bersangkutan sehingga terlihat bagian-bagian mana dari program pendidikan yang masih perlu disempurnakan berhubungan belum berhasil mencapai tujuannya. Dari segi kepentingan siswa, pendekatan yang disebut terakhir ini juga akan memungkinkan diketahuinya bagian-bagian tertentu dari tujuan yang masih belum berhasil dicapai oleh masing-masing siswa, sebagai dasar untuk mengadakan bimbingan yang lebih terarah.
•Model educational sistem evaluation
Model ini mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dengan kedua model yang pertama.
i.Hakikat penilaian
Model yang ketiga ini bertitik tolak dari pandangan bahwa keberhasilan dari suatu program pendidikan dipengaruhi oleh beberapa foktor ciri anak didik maupun lingkungan sekitarnya, tujuan program dan peralatan yang dipakai,serta prosedur dan mekanisme pelaksanaan program itu sendiri. Pandangan tersebut mempengaruhi konsep penilaian yang dikembangkan oleh aliran ini.
Sebagai kesimpulan, ada 4 hal yang perlu dikemukakan mengenai pandangan model yang ketiga ini tentang penilaian:
Pertama, penilaian itu ditujukan pada berbagai dimensi dari program yang sedang dikembangkan, tidak hanya dimensi hasilnya saja.
Kedua, proses penilaian itu mencakup perbandingan antara performance dan kriteria, baik kriteria yang sifatnya mutlak maupun relatif.
Ketiga, penilaian tidak hanya berakhir dengan satu deskripsi mengenai keadaan program yang bersangkutan tetapi juga menuntut adanya indgment sebagai kesimpulan dari hasil penilaian.
Keempat, hasil penilaian digunakan sebagai bahan atau input bagi pengambilan keputusan dalam rangka penyempurnaan program maupun [penyimpulan mengenai kebaikan program yang bersangkutan secara keseluruhan.
•Model Illuminative
Pendekatan yang ditempuh model ini dalam penilaian berbeda dari pa yang berlaku dalam penelitian ilmu pengetahuan alam. Dengan kata lain, model penilaian ini mengajukan pendekatan yang merupakan alternative bagi apa yang disebut agricultural-botani paradigma, yang selain digunakan dalam ilmu pengetahuan alam juga digunakan dalam eksperimen bidang psikologi. Pendekatan yang digunakan dalam model ini, sebagaimana telah disinggung dalam bagian permulaan, lebih menyerupai pendekatan yang diterapkan dalam bidang antropologi social, psikiatri dan jenis-jenis penelitian tertentu dibidang sosiologi.
Cara-cara yang digunakan dalam pendekatan ini tidak bersifat standar melainkan lebih bersifat fleksibel dan eklektif. Behubung situasi yang akan dinilai disini bersifat terbuka dan mengandung segala macam kemungkinan, maka tidak mungkin digunakan suatu cara yang standar. Ini berarti bahwa model yang digunakan dalam penilaian hendaknya model yang sifatnya responsive terhadap segala pekembangan yang dialami program selama proses penilaian berlangsung.
EVALUASI JUGA….. KURIKULUM
Friday October 09th 2009, 21:38
Filed under: Tak Berkategori
Comments?
Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum. Dalam pengertian terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan. Sebagaimana dikemukakan oleh Wright bahwa : “curriculum evaluation may be defined as the estimation of growth and progress of students toward objectives or values of the curriculum”
Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria. Indikator kinerja yang dievaluasi tidak hanya terbatas pada efektivitas saja, namun juga relevansi, efisiensi, kelaikan (feasibility) program. Sementara itu, Hilda Taba menjelaskan hal-hal yang dievaluasi dalam kurikulum, yaitu meliputi ; “ objective, it’s scope, the quality of personnel in charger of it, the capacity of students, the relative importance of various subject, the degree to which objectives are implemented, the equipment and materials and so on.”
Pada bagian lain, dikatakan bahwa luas atau tidaknya suatu program evaluasi kurikulum sebenarnya ditentukan oleh tujuan diadakannya evaluasi kurikulum. Apakah evaluasi tersebut ditujukan untuk mengevaluasi keseluruhan sistem kurikulum atau komponen-komponen tertentu saja dalam sistem kurikulum tersebut. Salah satu komponen kurikulum penting yang perlu dievaluasi adalah berkenaan dengan proses dan hasil belajar siswa.
Agar hasil evaluasi kurikulum tetap bermakna diperlukan persyaratan-persyaratan tertentu. Dengan mengutip pemikian Doll, dikemukakan syarat-syarat evaluasi kurikulum yaitu “acknowledge presence of value and valuing, orientation to goals, comprehensiveness, continuity, diagnostics worth and validity and integration.”
Evaluasi kurikulum juga bervariasi, bergantung pada dimensi-dimensi yang menjadi fokus evaluasi. Salah satu dimensi yang sering mendapat sorotan adalah dimensi kuantitas dan kualitas. Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi diemensi kuantitaif berbeda dengan dimensi kualitatif. Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi dimensi kuantitatif, seperti tes standar, tes prestasi belajar, tes diagnostik dan lain-lain. Sedangkan, instrumen untuk mengevaluasi dimensi kualitatif dapat digunakan, questionnare, inventori, interview, catatan anekdot dan sebagainya
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik untuk penentuan kebijakan pendidikan pada umumnya maupun untuk pengambilan keputusan dalam kurikulum itu sendiri. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebijakan pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijakan pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan.
Hasil – hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya dalam memahami dan membantu perkembangan peserta didik, memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian serta fasilitas pendidikan lainnya. (disarikan dari Nana Syaodih Sukmadinata, 1997)
Selanjutnya, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan tiga pendekatan dalam evaluasi kurikulum, yaitu : (1) pendekatan penelitian (analisis komparatif); (2) pendekatan obyektif; dan (3) pendekatan campuran multivariasi.
Di samping itu, terdapat beberapa model evaluasi kurikulum, diantaranya adalah Model CIPP (Context, Input, Process dan Product) yang bertitik tolak pada pandangan bahwa keberhasilan progran pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti : karakteristik peserta didik dan lingkungan, tujuan program dan peralatan yang digunakan, prosedur dan mekanisme pelaksanaan program itu sendiri. Evaluasi model ini bermaksud membandingkan kinerja (performance) dari berbagai dimensi program dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk akhirnya sampai pada deskripsi dan judgment mengenai kekuatan dan kelemahan program yang dievaluasi. Model ini kembangkan oleh Stufflebeam (1972) menggolongkan program pendidikan atas empat dimensi, yaitu : Context, Input, Process dan Product. Menurut model ini keempat dimensi program tersebut perlu dievaluasi sebelum, selama dan sesudah program pendidikan dikembangkan. Penjelasan singkat dari keempat dimensi tersebut adalah, sebagai berikut :
1. Context; yaitu situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan strategi pendidikan yang akan dikembangkan dalam program yang bersangkutan, seperti : kebijakan departemen atau unit kerja yang bersangkutan, sasaran yang ingin dicapai oleh unit kerja dalam kurun waktu tertentu, masalah ketenagaan yang dihadapi dalam unit kerja yang bersangkutan, dan sebagainya.
2. Input; bahan, peralatan, fasilitas yang disiapkan untuk keperluan pendidikan, seperti : dokumen kurikulum, dan materi pembelajaran yang dikembangkan, staf pengajar, sarana dan pra sarana, media pendidikan yang digunakan dan sebagainya.
3. Process; pelaksanaan nyata dari program pendidikan tersebut, meliputi : pelaksanaan proses belajar mengajar, pelaksanaan evaluasi yang dilakukan oleh para pengajar, penglolaan program, dan lain-lain.
4. Product; keseluruhan hasil yang dicapai oleh program pendidikan, mencakup : jangka pendek dan jangka lebih panjang.
tugas.. Metodologi Pengajaran. ” metodologi pembelajaran kuantum untuk mata pelajaran PKN”
Wednesday October 07th 2009, 06:08
Filed under: Tak Berkategori
Comments?
” metodologi pembelajaran kuantum untuk mata pelajaran PKN”
Disusun oleh:
Alridha Sefani Widya (1445081115)
Indah Pashadita (144508)
Ade septiani (1445081125)
Ishak Arieaneu (1445)
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2009
Kata Pengantar
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa dimana atas anugrah –Nya maka kami dapat menyelesaian penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Perkantoran.
Di dalam makalah ini, kami akan membahas tentang model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk mata pelajaran IPA.
Pada kesempatan ini, kami menghaturkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada :
1. Ibu , selaku Dosen Metodologi Pembelajaran yang telah memberikan tugas mata kuliah tersebut.
2.Teman – teman mahasiswa / I, Manajemen Pendidikan angkatan 2008 atas usaha dan
kerjasamanya dalam menyusun makalah ini.
Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca agar dalam penyusunan makalah selanjutnya dapat lebih baik.
Jakarta, Oktober 2009
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.1Latar Belakang
I.2Rumusan Masalah
I.3Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
II.1Latar Belakang Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
II.2Karakteristik Umum Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL)
II.3Penerapan model pembelajaran CTL pada mata pelajaran IPA
(SD swasta PELITA di Jakarta)
BAB III PENUTUP
III.1 Kesimpulan
III.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
I.1Latar Belakang
Dengan semakin berkembangnya zaman dan perkembangan di segala bidang,maka untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran serta menyelaraskan dan menyerasikan proses pembelajaran dengan pandangan-pandangan dan temuan-temuan baru di berbagai bidang – falsafah dan metodologi pembelajaran senantiasa dimutakhirkan, diperbaharui, dan dikembangkan oleh berbagai kalangan khususnya kalangan pendidikan-pengajaran-pembelajaran. Oleh karena itu, falsafah dan metodologi pembelajaran silih berganti dipertimbangkan, digunakan atau diterapkan dalam proses pembelajaran dan pengajaran.
Sejalan dengan itu, tulisan ini mencoba memaparkan permasalahan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)secara relatif utuh dan lengkap agar kita dapat mengenalinya lebih baik dan mampu menempatkannya secara proporsional di antara berbagai falsafah dan metodologi pembelajaran lainnya, yang sekarang juga berkembang dan populer di Indonesia.
I.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) ?
3.Apakah hakekatumum model pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL)?
4. Bagaimana penerapan model pembelajaran kuantum dalam mata pelajaranIPA?
I.3Tujuan
Tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kulaiah Metodologi Pembelajaran. Dan memaparkan secara jelas kepada para pembaca tentang model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) yang di terapkan pada mata pelajaran IPA.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Latar Belakang Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.
Dalam Contextual teaching and learning (CTL) diperlukan sebuah pendekatan yang lebih memberdayakan siswa dengan harapan siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka, bukan menghafalkan fakta. Disamping itu siswa belajar melalui pengalaman bukan menghafal, mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa. Dengan rasional tersebut pengetahuan selalu berubah sesuai dengan perkembangan jaman.
Proses belajar anak dalam belajar dari mengalami sendiri, mengkonstruksi pengetahuan, kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. Transfer belajar; anak harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan serta ketrampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Siswa sebagai pembelajar; tugas guru mengatur strategi belajar dan membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru, kemudian memfasilitasi kegiatan belajar. Pentingnya lingkungan belajar; siswa bekerja dan belajar secara di panggung guru mengarahkan dari dekat.
II.2 Hakekat Umum Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pembelajaran CTL memiliki hakekat umum yang dapat memantapkan dan menguatkan sosoknya. Beberapa hakekat umum yang tampak membentuk sosok pembelajaran CTL yang bersifat efektif, meliputi :
Konstruktivisme
Konsep ini yang menuntut siswa untuk menyusun dan membangun makna atas pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan tertentu. Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Strategi pemerolehan pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan dengan seberapa banyak siswa mendapatkan dari atau mengingat pengetahuan.
Tanya jawab
Dalam konsep ini kegiatan tanya jawab yang dilakukan baik oleh guru maupun oleh siswa. Pertanyaan guru digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan mengevaluasi cara berpikir siswa, seangkan pertanyaan siswa merupakan wujud keingintahuan. Tanya jawab dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa, siswa dengan guru, atau siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas.
Inkuiri
Merupakan siklus proses dalam membangun pengetahuan/ konsep yang bermula dari melakukan observasi, bertanya, investigasi, analisis, kemudian membangun teori atau konsep. Siklus inkuiri meliputi; observasi, tanya jawab, hipoteis, pengumpulan data, analisis data, kemudian disimpulkan.
Komunitas belajar
Adalah kelompok belajar atau komunitas yang berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman dan gagasan. Prakteknya dapat berwujud dalam; pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas sederajat, bekerja dengan kelas di atasnya, beekrja dengan masyarakat.
Pemodelan
Dalam konsep ini kegiatan mendemontrasikan suatu kinerja agar siswa dapat mencontoh, belajr atau melakukan sesuatu sesuai dengan model yang diberikan. Guru memberi model tentang how to learn (cara belajar) dan guru bukan satu-satunya model dapat diambil dari siswa berprestasi atau melalui media cetak dan elektronik.
Refleksi
Yaitu melihat kembali atau merespon suatu kejadian, kegiatan dan pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal yang sudah diketahui, dan hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. Adapun realisasinya adalah; pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu, catatan dan jurnal di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran pada hari itu, diskusi dan hasil karya.
Penilaian otentik
Prosedur penilaian yang menunjukkan kemampuan (pengetahuan, ketrampilan sikap) siswa secara nyata. Penekanan penilaian otentik adalah pada; pembelajaran seharusnya membantu siswa agar mampu mempelajari sesuatu, bukan pada diperolehnya informasi di akhr periode, kemajuan belajar dinilai tidak hanya hasil tetapi lebih pada prosesnya dengan berbagai cara, menilai pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa.
I.3 Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ( SD Pelita, Jakarta selatan )
Tuntutan dalam menciptakan suatu pembelajaran yang efektif, membuat guru berupaya untuk memperbaiki proses pembelajaran yang akan dikelolanya. Proses pembelajaran yang lebih mengaktifkan peserta didik, membuat peserta didik kreatif menghasilkan karya-karya yang bermanfaat, serta menyenangkan sehingga peserta didik merasa nyaman mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar di kelas. Guru dapat merencanakan berbagai macam strategi dengan menggunakan metode yang lebih bervariasi, sumber belajar yang sesuai, dan media pendukung serta alat bantu yang sesuai.
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru. Lakukan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. Kembangkan sifat keingin tahuan siswa dengan cara bertanya. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok). Hadirkan model sebagai contoh dalam pembelajaran. Lakukan refleksi pada akhir pertemuan. Lakukan penilaian otentik yang betul-betul menunjukkan kemampuan siswa.
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini berkaitan dengan penerapan model CTL pada mata pelajaran IPA di SD Pelita, Jak-Sel. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah: (1) mengkaji perencanaan model CTL pada mata pelajaran IPA; (2) mengkaji pelaksanaan model CTL pada mata pelajaran IPA; (3) mengetahui faktor pendorong dan penghambat dalam penerapan model CTL pada mata pelajaran IPA; (4) mengetahui upaya-upaya untuk mengatasi hambatan dalam penerapan model CTL pada mata pelajaran IPA.
Penelitian tentang penerapan model CTL ini menggunakan pendekatan kualitatif, dan jenis penelitian ini adalah studi kasus. Subjek dalam penelitian ini adalah guru Ilmu Pengetahuan Alam dan para siswa di SD Pelita. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Perencanaan model CTL dalam mata pelajaran IPA SD Pelita meliputi penyusunan Rencana Program Efektif, Program Semester, Silabus dan sistem penilaian, menyusun Rencana Program Pembelajaran, serta menyiapkan metode, media, alat bantu, bahan ajar dan penilaian; (2) Pelaksanaan model CTL dilaksanakan dengan pemanfaatan lingkungan luar kelas untuk belajar karena prinsip belajarnya adalah belajar sambil bermain. Kegiatan pembelajaran diawali dengan salam pembuka, menulis indikator pembelajaran, mereview pelajaran sebelumnya dengan tanya jawab kemudian guru menerangkan inti dari materi serta memberikan demonstrasi atau gambaran pembahasan materi yang akan diberikan selama beberapa menit saja setelah itu siswa yang aktif, guru hanya sebagai fasilitator, sedangkan siswa diminta untuk mencari tahu dan mengaitkan dengan pengalaman yang pernah mereka alami dan pengetahuan yang pernah mereka dapat di luar sekolah, kemudian menutup pelajaran dengan refleksi bersama-sama dengan siswa; dan memberikan penilaian secara otentik,yaitu prosedur penilaian yang menunjukkan kemampuan (pengetahuan, ketrampilan sikap) siswa secara nyata (3) faktor pendorong dan penghambat dalam penerapkan CTLadalah: Dalam Contextual teaching and learning (CTL) diperlukan sebuah pendekatan yang lebih memberdayakan siswa dengan harapan siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka, bukan menghafalkan fakta. Disamping itu siswa belajar melalui pengalaman bukan menghafal, mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa. Dengan rasional tersebut pengetahuan selalu berubah sesuai dengan perkembangan jaman. Selain itu juga merupakan strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk termotivasi dalam pembelajaran, sehingga memperoleh hasil yang baik serta. Dengan model CTL, dapat mengurangi situasi dan kondisi model pembelajaran konvensional yang lebih menitik beratkan pada metode ceramah dan menghafal. Sedangkan faktor penghambatnya adalah: Belum dipahaminya model CTL oleh guru. Kurangnya memperoleh kesempatan memahami inovasi dalam pendidikan, termasuk penerapan model CTL. Kecenderungan diterapkannya model pembelajaran konvensional yang dipandang lebih mudah dan murah, dan karena kemampuan tingkat berfikir siswa yang beragam, jadi guru masih belum optimal dalam menerapkan CTL, serta penerapannya perlu dukungan dan kualitas dari berbagai elemen pendidikan seperi kualitas guru, waktu yang lebih banyak karena bersifat konstruktifistik, fasilitas pembelajaran yang mendukung, dana yang cukup, dll. bagaimana itu diterapkan dalam kondisi pendidikan Indonesia yang penuh warna seperti kesadaran masyarakat yg kurang, orientasi behavioristik dlm sistem pendidikan kita, segmen masyarakat kurang mampu(4) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan adalah: Guru berusaha untuk menjalin komunikasi yang lebih akrab dengan seluruh siswa, memotivasi siswa agar tidak takut dalam mengemukakan pendapat, tidak takut untuk menjawab pertanyaan dari guru, serta tidak takut disalahkan jika jawabannya salah. Guru membentuk kelompok belajar yang sesuai dengan model CTL agar pembelajaran lebih efektif, guru terus berupaya memotivasi siswa dengan memberikan penghargaan berupa poin atau ucapan selamat bagi siswa yang aktif memberikan pendapat, menjawab pertanyaan dan menanggapi pendapat temannya. Pada intinya, gurulah yang harus pandai-pandai memotivasi, mengarahkan, dan memfasilitasi siswa. Jaman sudah berubah, cara belajar jaman dulu dengan jaman sekarang tidak sama. Diharapkan siswalah yang aktif mencari sumber-sumber informasi untuk dipelajari.
Berdasarkan temuan penelitian disarankan agar: (1) Sekolah lebih meningkatkan penerapan CTL dengan tepat, (2) Guru dituntut untuk lebih dapat memahami karakteristik siswa yaitu dengan memahami sifat yang dimiliki anak dan memahami siswa secara perorangan serta tingkat kemampuan siswa agar CTL dapat diterima siswa dengan baik, (3) Dalam CTL, guru ataupun siswa diharapkan dapat bersama-sama berperan aktif dalam proses pembelajaran, dan 4) peneliti lain diharapkan dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan referensi sekaligus koreksi untuk penyempurnaan penelitian selanjutnya, sehingga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
BAB III
PENUTUP
III.1Kesimpulan
Berdasarkan paparan di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran CTL merupakan suatu metodologi pembelajaran yang umum yang dapat diterapkan baik di dalam lingkungan sekolah (pendidikan). Secara konseptual, falsafah dan metodologi pembelajaran CTLsangatlah menarikbagi dunia pendidikan di Indonesia sebab karakteristik, prinsip-prinsip, dan pandangan-pandangannya jauh lebih menarik daripada falsafah dan metodologi pembelajaran yang sudah ada (yang dominan watak behavioristis dan rasionalisme Cartesiannya).
Meskipun demikian, secara nyata, kelebihan dan kebaikan metodologi pembelajaran kuantum ini masih perlu diuji dan dikaji lebih lanjut. Lebih-lebih kemungkinan penerapannya dalam lingkungan kelas/sekolah (baca: pendiidkan) di Indonesia. Khusus penerapannya di lingkungan kelas menuntut perubahan pola berpikir para pelaksana pengajaran, budaya pengajaran dan pendidikan, serta struktur organisasi sekolah dan struktur pembelajaran. Jika perubahan-perubahan tersebut dapat dilakukan pembelajaran CTL dapat dilaksanakan dengan hasil yang optimal.
II.2Saran
Dalam Penulisan makalah ini masih banyak sekali kekurangan. Untuk itu diharapkan saran dari para pembaca yang bersifat membangun agar nantinya kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
•DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki. 1999. Contextual Teaching and Learning (CTL): Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Penerbit KAIFA.
•www.pdf-search-engine.com/model-pembelajaran-Contextual Teaching and Learning -learning-pdf.html
•www.edubenchmark.com/menguak-pentingnya-model-pembelajaran.html
•artikel : Contextual Teaching and Learning SMPN 3 Bayat Kalten, Jawa Tengah
•Contextual Teaching and Learning. MLC (Mizan Learning Center).2006
http://adeeeeseptiyani.blog.friendster.com/2009/10/
« newer
It validates in XHTML and CSS minus plugins.
WPMU Theme pack by WPMU-DEV.
Syndicate entries using RSS (Posts) or RSS (Comments)Error! Hyperlink reference not valid.
Telah dinyatakan bahwa Standar Kompetensi Guru meliputi 3 (tiga) komponen kompetensi dan masing-masing komponen kompetensi terdiri atas beberapa unit kompetensi. Secara keseluruhan Standar Kompetensi Guru adalah sebagai berikut :
Komponen Kompetensi Pengelolaan Pembelajaran dan Wawasan Kependidikan, yang terdiri atas:
Sub Komponen Kompetensi Pengelolaan Pembelajaran :
1.Menyusun rencana pembelajaran
2.Melaksanakan pembelajaran
3.Menilai prestasi belajar peserta didik.
4.Melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik.
Sub Komponen Kompetensi Wawasan Kependidikan :
1.Memahami landasan kependidikan
2.Memahami kebijakan pendidikan
3.Memahami tingkat perkembangan siswa
4.Memahami pendekatan pembelajaran yang sesuai materi pembelajarannya
5.Menerapkan kerja sama dalam pekerjaan
6.Memanfaatkan kemajuan IPTEK dalam pendidikan
Komponen Kompetensi Akademik/Vokasional, yang terdiri atas :
Menguasai keilmuan dan keterampilan sesuai materi pembelajaran
Komponen Kompetensi Pengembangan Profesi terdiri atas :
Mengembangkan profesi.
Terdapat dua pendekatan pokok dalam analisis dan urutan standar kompetensi, yaitu pendekatan prosedural dan pendekatan hierarkis.
Pendekatan Prosedural
Pendekatan prosedural digunakan apabila standar kompetensi yang diajarkan berupa serangkaian langkah-langkah secara urut dalam mengerjakan auatu tugas pembelajaran.
Diagram 1
Pendekatan Prosedural:
Contoh menyusun standar kompetensi dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial (PS) yang diharapkan dapat dipelajari secara berurutan. Guru diharapkan dapat menyajikan mana yang akan didahulukan. Misalnya kompetensi; (1) mengidektifikasi konsep-konsep yang membangun PS, (2) mendeskripsikan hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya. (3) mendeskripsikan perubahan sosial budaya masyarakat. Dari ketiga kompetensi di atas maka dari logika berfikir kompetensi untuk mengidentifikasikan konsep-konsep yang membangun PS harus paling dahulu dipelajari. Setelah itu baru kedua kompetensi itu baru kedua kompetensi berikutnya. Diantara kedua komptensi berikutnya penguasaan terhadap kompetensi mendeskripsikan hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungannya lebih didahulukan agar siswa dengan mudah mendeskripsikan perubahan social budaya masyarakat. Mengingat perubahan perubahan yan terjadi justru sebagai salah satu akibat hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya. Bila disajikan dalam bentuk diagram dapat dilihat pada diagram berikut:
Diagram 2
Pendekatan Prosedural
Beberapa hal yang perlu dicata dari contoh tersebut:
1)siswa harus menguasai standar kompetensi tersebut secara berurutan
2)masing-masing standar kompetensi'dapat diajarkan secara terpisah (independent)
3)Hasil (output) dari setiap langkah merupakan masukan (input) untuk langkah berikutnya.
Pendekatan Hierarkis
Pendekatan hierarkis menunjukkan hubungan yang bersifat subordinate/berjenjang antara beberapa standar kompetensi yang ingin dicapai. Dengan demikian ada yang mendahului dan ada yang kemudian. Standar kompetensi yang mendahului merupakan prasyarat bagi standar kompetensi yang berikutnya.
Untuk mengidentifikasi beberapa standar kompetensi yang harus dipelajari lebih dufu agar siswa dapat mencapai standar kompetensi yang lebih tinggi dilakukan dengan jalan mengajukan pertanyaan "apakah yang yang harus sudah dikuasai oleh siswa, agar dengan pembelajaran yang seminimal mungkin dapat dikuasai standar kompetensi yang diperlukan sebelum siswa dapat menguasai standar kompetensi berikutnya"? Untuk memperjelas, berikut disajikan model analisi'S standar kompetensi menurut pendekatan hirarkis dalam mata pelajaran matematika.
Diagram 3
Pendekatan Hierarkis
Kompetensi 1: Melakukan penjumlahan Kompetensi 2: Melakukan pengurangan Kompetensi 3: Melakukan perkalian -Kompetensi 4: Melakukan pembagian
Untuk memperoleh gambaran yang lebih terukur pada pemberian nilai untuk setiap kompetensi, maka perlu ditetapkan kinerja setiap kompetensi. Kinerja kompetensi terlihat dalam bentuk indikator, sebagai terlihat pada contoh lampiran berikut:
Komponen Kompetensi Pengelolaan Pembelajaran dan Wawasan Kependidikan :
Sub Komponen Kompetensi Pengelolaan Pembelajaran :
KOMPETENSI
INDIKATOR
1.Menyusun rencana pembelajaran
a.Mendeskripsikan tujuan pembelajaran
b.Menentukan materi sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan
c.Mengorganisasikan materi berdasarkan urutan dan kelompok
d.Mengalokasikan waktu
e.Menentukan metode pembelajaran yang sesuai
f.Merancang prosedur pembelajaran
g.Menentukan media pembelajaran/peralatan praktikum (dan bahan) yang akan digunakan
h.Menentukan sumber belajar yang sesuai (berupa buku, modul, program komputer dan sejenisnya)
i.Menentukan teknik penilaian yang sesuai
2. Melaksanakan Pembelajaran
a.Membuka pelajaran dengan metode yang sesuai
b.Menyajikan materi pelajaran secara sistematis
c.Menerapkan metode dan prosedur pembelajaran yang telah ditentukan
d.Mengatur kegiatan siswa di kelas
e.Menggunakan media pembelajaran/peralatan praktikum (dan bahan) yang telah ditentukan
f.Menggunakan sumber belajar yang telah dipilih (berupa buku, modul, program komputer dan sejenisnya)
g.Memotivasi siswa dengan berbagai cara yang positif
h.Melakukan interaksi dengan siswa menggunakan bahasa yang komunikatif
i.Memberikan pertanyaan dan umpan balik, untuk mengetahui dan memperkuat penerimaan siswa dalam proses pembelajaran
j.Menyimpulkan pembelajaran
k.Menggunakan waktu secara efektif dan efisien
3. Menilai prestasi belajar.
a.Menyusun soal/perangkat penilaian sesuai dengan indikator/kriteria unjuk kerja yang telah ditentukan
b.Melaksanakan penilaian
c.Memeriksa jawaban/memberikan skor tes hasil belajar berdasarkan indikator/kriteria unjuk kerja yang telah ditentukan
d.Menilai hasil belajar berdasarkan kriteria penilaian yang telah ditentukan
e.Mengolah hasil penilaian
f.Menganalisis hasil penilaian (berdasarkan tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas dan reliabilitas)
g.Menyimpulkan hasil penilaian secara jelas dan logis (misalnya : interpretasi kecenderungan hasil penilaian, tingkat pencapaian siswa dll)
h.Menyusun laporan hasil penilaian
i.Memperbaiki soal/perangkat penilaian
4. Melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik
a.Mengidentifikasi kebutuhan tindak lanjut hasil penilaian
b.Menyusun program tindak lanjut hasil penilaian
c.Melaksanakan tindak lanjut
d.Mengevaluasi hasil tindak lanjut hasil penilaian
e.Menganalisis hasil evaluasi program tindak lanjut hasil penilaian
Sub Komponen Kompetensi Wawasan Kependidikan :
KOMPETENSI
INDIKATOR
1.Memahami landasan kependidikan
a.Menjelaskan tujuan dan hakekat pendidikan
b.Menjelaskan tujuan dan hakekat pembelajaran
c.Menjelaskan konsep dasar pengembangan kurikulum
d.Menjelaskan struktur kurikulum
2.Memahami kebijakan pendidikan
a.Menjelaskani visi, misi dan tujuan pendidikan nasional
b.Menjelaskan tujuan pendidikan tiap satuan pendidikan sesuai tempat bekerjanya
c.Menjelaskan sistem dan struktur standar kompetensi guru
d.Memanfaatkan standar kompetensi siswa
e.Menjelaskan konsep pengembangan pengelolaan pembelajaran yang diberlakukan (Misal : life skill, BBE/Broad Based Education, CC/Community College, CBET/Competency-Based Education and Training dan lain-lain).
f.Menjelaskan konsep pengembangan manajemen pendidikan yang diberlakukan (Misal : MBS /Manajemen Berbasis Sekolah, Dewan Pendidikan, Komite Sekolah dan lain-lain)
g.Menjelaskan konsep dan struktur kurikulum yang diberlakukan (Misal : Kurikulum berbasis kompetensi)
3.Memahami tingkat perkembangan siswa
a.Menjelaskan psikologi pendidikan yang mendasari perkembangan siswa
b.Menjelaskan tingkat-tingkat perkembangan mental siswa
c.Mengidentifikasi tingkat perkembangan siswa yang dididik
4.Memahami pendekatan pembelajaran yang sesuai materi pembelajarannya
p.Menjelaskan teori belajar yang sesuai materi pembelajarannya
q.Menjelaskan strategi dan pendekatan pembelajaran yang sesuai materi pembelajarannya
r.Menjelaskan metode pembelajaran yang sesuai materi pembelajarannya
5.Menerapkan kerja sama dalam pekerjaan
a.Menjelaskan arti dan fungsi kerjasama dalam pekerjaan
b.Menerapkan kerjasama dalam pekerjaan
6.Memanfaatkan kemajuan IPTEK dalam pendidikan
a.Menggunakan berbagai fungsi internet, terutama menggunakan e-mail dan mencari informasi
b.Menggunakan komputer terutama untuk word processor dan spread sheet (Contoh : Microsoft Word, Excel)
c.Menerapkan bahasa Inggris untuk memahami literatur asing/memperluas wawasan kependidikan.
1.Komponen Kompetensi Akademik/Vokasional :
KOMPETENSI
INDIKATOR
1. Menguasai keilmuan dan keterampilan sesuai materi pembelajaran *)
Menguasai materi pembelajaran sesuai bidangnya *)
Keterangan : *) = disesuaikan dengan struktur keilmuan/kompetensi pada tiap satuan pendidikan
2.Komponen Kompetensi Pengembangan Profesi :
KOMPETENSI
INDIKATOR
1. Mengembangkan Profesi
a.Menulis karya ilmiah hasil penelitian/ pengkajian/ survei/evaluasi di bidang pendidikan
b.Menulis karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri di bidang pendidikan sekolah
c.Menulis tulisan ilmiah populer di bidang pendidikan sekolah pada media massa
d.Menulis prasaran/makalah berupa tinjauan, gagasan atau ulasan ilmiah yang disampaikan pada pertemuan ilmiah
e.Menulis buku pelajaran/modul/diktat
f.Menulis diktat pelajaran
g.Menemukan teknologi tepat guna
h.Membuat alat pelajaran/ alat peraga atau alat bimbingan
i.Menciptakan karya seni monumental/seni pertunjukan
j.Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.
3.Kompetensi Dasar dan Indikator
Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar adalah rincian dari standar kompetensi, berisi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang secara minimal harus dikuasai siswa.Untuk memproleh rincian tersebut perlu dilakukan analisis standar kompetensi. Untuk memperoleh rincian tersebut, perfu dilakukan analisis standar kompetensi. Caranya dengan mengajukan pertanyaan "kompetensi dan sub kompetensi apa yang harus dikuasai siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi?”
Cara mengurutkan kompetensi dasar satna dengan cara mengurutkan standar kompetensi, yaitu menggunakan pendekatan prosedural, pendekatan hierarkis, dari mudah ke sukar, dari konkret ke abstrak. Pendekatan spiral, pendekatan tematis, pendekatan terpadu (Integrated), terjala (webbed), sebagainya.
Pendekatan prosedural digunakan jika kompetensi dasar yang dipelajari bersifat prosedural seperti langkah-langkah mengerjakan tugas. Pendekatan hierarkis digunakan jika hubungan antara kompetensi dasar yang satu dengan kompetensi dasar yang lain bersifat prasyarat, dalam arti suatu kompetensi harus dipelajari dulu sebelum mempelajari kompetensi dasar berikutnya. Contoh dari mudah ke sukar, misalnya: dari pengoperasian bilangan pecahan biasa ke berikutnya pengoperasian bilangan pecahan campuran. Dari konkret ke abstrak, misalnya dari mempelajari konsep konkret baru kemudian mempelajari konsep abstrak. Menurut pendekatan spiral, suatu materr pokok atau topik diberikan berulang-ulang, semakin luas dan semakin mendalam. Misalnya topik Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) diberikan pada beberapa tingkat kelas (kelas 1, kelas 2, kelas 3). Topik sama tetapi kedalaman dan keleluasaannya berbeda. Semakin'tinggi kelasnya semakin mendalam dan luas cakupan materi yang diajarkan. Pendekatan terjala (webbed) merupakan salah satu bentuk pendekaran terpadu (integrated) atau tematis. Dalam menyajikan pembelajaran, topik dari beberapa mata pelajaran yang relevan disajikan secara terpadu atau terintegritasi dengan menggunakan suatu tema sebagai titik sentral. Misalnya kompetensi dasar yang diharapkan dikuasai siswa adalah "Memecahkan masalah sampan di Perkotaan". Bertolak dari permasalahan sampah, dibahas pula segi ekonomi, kependudukan, kesehatan, dan sebagainya.
Berikut disajikan contoh perumusan kompetensi dasar dari suatu standar kompetensi.
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1. Memahami langkah-langkah pemecahan persoalan sains dengan menggunakan metode ilmiah, dengan menunjukkan keterampilan proses.
1.1. Mendeskripsikan keterampilan dasar dan keterampilan proses sains.
1.2. Mengenal langkah-langkah pemecahan masalah sains melalui metode eksperimen.
1.3. Mengenal langkag-langkah pemecahan masalah sains melalui metode observasi (non eksperimen)
1.4. Mengkomunikasikan percobaan atau hasil observasi secara tertulis dan secara lisan.
Contoh penjabaran standar kompetensi ke dalam kompetensi dasar dalam mata pelajaran Pengetahuan Sosial (PS)
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1. Mengidentifikasi konsep-konsep yang membangun pengetahuan sosial
1.1.Mengidentifikasi keterpaduan dimensi-dimensi fenomena sosial.
1.2. Mendeskripsikan tujuan Pendidikan Sosial
Indikator
Indikator dikembangkan dari kompetensi dasar dengan memperhatikan materi dengan menggunakan kata kerja yarig operasional dengan tingkat berfikir yang menengahdan tinggi. Tiap kompetensi dasar dapat dijabarkan menjadi tiga atau febih indikator. Setiap indikator dapat dibuat tiga butir soal atau lebih. Pengembangan indikator dan penentuan soal penilaian dilakukan oleh sekolah, dalam hai ini adalah guru. Dengan demikian guru dituntut agar memiliki kemampuan untuk mengembangkan kompetensi dasar menjadi sejumlah indikator dan indikator menjadi sejumlah soal penilaian.
Indikator seperti yang dijelaskan di depan adalah gejala, perbuatan, atau respon siswa. Indikator menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur dan cakupan materinya sudah terbatas. Kata kerja operasional yang digunakan pdaa indikator diantaranya menghitung, menafsirkan, membandingkan, membedakan, merangkum, menyimpulkan, dan sejenisnya.
Indikator juga digunakan untuk mengembangakan instrumen nontes, seperti pengukuran minat, sikap, motivasi, dan sejenisnya. Misalnya kita ingin mengukur minat seseorang mempelajari bidang studi bahasa Inggris, makaterlebih dahulu didefinisikan secara operasional apa yang dimaksud dengan minat. Definisi ini selanjutnya diuraikan menjadi sejumlah indikator untuk menyatakan ciri-ciri orang berminat dan tidak berminat dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan. Misalnya ciri-ciri orang yang berminat adalah orang yang memiliki catatan pelajaran lengkap, selalu hadir di kelas, sering mengajukan pertanyaan, dansebagainya.
Soal penilaian yang digunakan harus diusahakan agar memberikan informasi yang sahih dan handal. Sahih berkaitan dnegan sampel bahan ajar yang diujikan, yaitu sejauhmana bahan penilaian mewakkili bahan ajar yang ada di dalam silabus. Hal tersebut dikarenakan terbatasnya waktu penilaian, kfiususnya untuk penilaian pertengahan semester dan aikhir semester. Andal berkaitan dengan kesalahan pengukuran yang sering dinyatakan dengan indeks kehandalan. Langkah pertama dalam menyiapkan soal penilaian adalah tujuan penilaian tersebut, kemudian ditentukan waktu dan bentuk soal.
1. Materi pokok dan uraian
Materi pokok adalah pokok-pokok materi pembelajaran yang harus dipelajari siswa sebagai sarana untuk mencapai kompetensi dasar dan yang akan dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian yang disusun berdasarkan indicator pencapaian belajar. Materi pokok ini sudah ditetapkan secara nasional dalam standar kompetensi mata pelajaran, makatugas pengembang/guru adalah menjabarkannya menjadi uraian materi pokok atau materi pembelajaran. Hal ini untuk mempermudah guru sekaligus untuk memberikan arah serta cakupan materi pembelajarannya.
Perumusan materi pokok dirumuskan dalam bentuk kata benda atau kata kerja yang dibendakan.
Contoh, jika kompetensi dasarnya adalah "melakukan perhitungan rugi laba', maka materi pokok atau materi pembelajarannya adalah "cara perhitungan rugi laba". Jika kompetensi dasarnya adalah "mendeskripsikan masalah-masalah dalam mewujudkan masyarakat madani", maka materi pokoknya adalah " masalah-masalah dalam mewujudkan massyarakat madani.
2. Alternatif strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah bentuk/pola umum kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Strategi pembelajaran terdiri atas kegiatan tatap muka (TM) dan non tatap muka (NTM).
• TM, kegiatan pembelajaran dalam bentuk interaksi langsung antara guru dengan siswa, seperti: ceramah, tanya jawab, diskusi, presentasi seminar, kuis, tes.
• NTM, pengalaman dan kegiatan belajar dalam bentuk interaksi siswa dengan objek/sumber belajar selain guru, seperti: mendemonstrasikan, mempraktikkan, mengukur, mensi-mulasikan, mengadakan eksperimen, mengaplikasikan, menganalisis, menemukan, mengamati, meneliti, menelaah.
3. Alokasi waktu
Alokasi waktu perlu dirancang dalam pengembangan silabus, tujuannya adalah untuk membuat perkiraan berapa lama siswa mempelajari materi yang telah ditentukan dengan memperhatikan tingkat kesulitan materi, luas materi, lingkup/cakupan materi, tingkat pentingnya materi.
Dalam setiap pedoman khusus pengembangan silabus untuk setiap mata pelajaran sudah tercantum banyaknya standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk mata pelajaran yang bersangkutan. Dalam penyusunan alokasi waktu ini perlu memperhatikan kalender pendidikan.
4. Sumber bahan/acuan/rujukan
Sumber bahan adalah rujukan, referensi atau literatur yang digunakan baik untuk menyusun silabus maupun buku yang digunakan oleh guru dalam mengajar. Hal ini berguna agar dalam menyusun silabus kita terhindar dari kesalahan konsep. Dalam penulisan sumber bahan atau rujukan ini perlu memperhatikan dan mengikuti cara penulisan yang standar (nama pengarang, tahun terbit, judul buku, kota, nama penerbit)
Penyusunan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Menurut PP No 19 Tahun 2005 Pasal 20 mengemukakan bahwa “Pengertian Rencana Program Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan dalam silabus.”
Lingkup Rencana Program Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih.
Ada pun komponen RPP (minimal) yaitu sebagai berikut:
Tujuan pembelajaran
Materi pembelajaran
Metode pembelajaran
Sumber belajar
Penilaian hasil belajar
Sedangkan Langkah-langkah menyusun RPP yaitu sebagai berikut:
Langkah-langkah minimal dari penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dimulai dari mencantumkan Identitas RPP, Tujuan Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Langkah-langkah Kegiatan pembelajaran, Sumber Belajar, dan Penilaian. Setiap komponen mempunyai arah pengembangan masing-masing, namun semua merupakan suatu kesatuan.
Penjelasan tiap-tiap komponen adalah sebagai berikut:
1. Mencantumkan Identitas
Terdiri dari: Nama sekolah, Mata Pelajaran, Kelas¬, Semester, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator dan Alokasi Waktu.
Hal yang perlu diperhatikan adalah :
a. RPP boleh disusun untuk satu Kompetensi Dasar.
b. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator dikutip dari silabus. (Standar kompetensi – Kompetensi Dasar – Indikator adalah suatu alur pikir yang saling terkait tidak dapat dipisahkan)
c. Indikator merupakan:
1.ciri perilaku (bukti terukur) yang dapat memberikan gambaran bahwa peserta didik telah mencapai kompetensi dasar
2.penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
3.dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, satuan pendidikan, dan potensi daerah.
4.rumusannya menggunakan kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi.
5.digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
d. Alokasi waktu diperhitungkan untuk pencapaian satu kompetensi dasar, dinyatakan dalam jam pelajaran dan banyaknya pertemuan (contoh: 2 x 45 menit). Karena itu, waktu untuk mencapai suatu kompetensi dasar dapat diperhitungkan dalam satu atau beberapa kali pertemuan bergantung pada kompetensi dasarnya.
2. Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Output (hasil langsung) dari satu paket kegiatan pembelajaran.
Misalnya:
Kegiatan pembelajaran: ”Mendapat informasi tentang sistem peredaran darah pada manusia”.
Tujuan pembelajaran, boleh salah satu atau keseluruhan tujuan pembelajaran, misalnya peserta didik dapat:
1.mendeskripsikan mekanisme peredaran darah pada manusia.
2.menyebutkan bagian-bagian jantung.
3.merespon dengan baik pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh teman-teman sekelasnya.
4.mengulang kembali informasi tentang peredaran darah yang telah disampaikan oleh guru.
Bila pembelajaran dilakukan lebih dari 1 (satu) pertemuan, ada baiknya tujuan pembelajaran juga dibedakan menurut waktu pertemuan, sehingga tiap pertemuan dapat memberikan hasil.
3. Menentukan Materi Pembelajaran
Untuk memudahkan penetapan materi pembelajaran, dapat diacu dari indikator.
Contoh:
Indikator: Peserta didik dapat menyebutkan ciri-ciri kehidupan.
Materi pembelajaran:
Ciri-Ciri Kehidupan:
Nutrisi, bergerak, bereproduksi, transportasi, regulasi, iritabilitas, bernapas, dan ekskresi.
4. Menentukan Metode Pembelajaran
Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada karakteristik pendekatan dan/atau strategi yang dipilih.
Karena itu pada bagian ini cantumkan pendekatan pembelajaran dan metode yang diintegrasikan dalam satu kegiatan pembelajaran peserta didik:
a. Pendekatan pembelajaran yang digunakan, misalnya: pendekatan proses, kontekstual, pembelajaran langsung, pemecahan masalah, dan sebagainya.
b. Metode-metode yang digunakan, misalnya: ceramah, inkuiri, observasi, tanya jawab, e-learning dan sebagainya.
5. Menetapkan Kegiatan Pembelajaran
a. Untuk mencapai suatu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-langkah kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan memuat unsur kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Langkah-langkah minimal yang harus dipenuhi pada setiap unsur kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan Pendahuluan
a.Orientasi: memusatkan perhatian peserta didik pada materi yang akan dibelajarkan, dengan cara menunjukkan benda yang menarik, memberikan illustrasi, membaca berita di surat kabar, menampilkan slide animasi dan sebagainya.
b.Apersepsi: memberikan persepsi awal kepada peserta didik tentang materi yang akan diajarkan.
c.Motivasi: Guru memberikan gambaran manfaat mempelajari gempa bumi, bidang-bidang pekerjaan berkaitan dengan gempa bumi, dsb.
d.Pemberian Acuan: biasanya berkaitan dengan kajian ilmu yang akan dipelajari. Acuan dapat berupa penjelasan materi pokok dan uraian materi pelajaran secara garis besar.
e.Pembagian kelompok belajar dan penjelasan mekanisme pelak¬sana¬an pengalaman belajar (sesuai dengan rencana langkah-langkah pembelajaran).
2. Kegiatan Inti
Berisi langkah-langkah sistematis yang dilalui peserta didik untuk dapat mengkonstruksi ilmu sesuai dengan skemata (frame work) masing-masing. Langkah-langkah tersebut disusun sedemikian rupa agar peserta didik dapat menunjukkan perubahan perilaku sebagaimana dituangkan pada tujuan pembelajaran dan indikator.
Untuk memudahkan, biasanya kegiatan inti dilengkapi dengan Lembaran Kerja Siswa (LKS), baik yang berjenis cetak atau noncetak. Khusus untuk pembelajaran berbasis ICT yang online dengan koneksi internet, langkah-langkah kerja peserta didik harus dirumuskan detil mengenai waktu akses dan alamat website yang jelas. Termasuk alternatif yang harus ditempuh jika koneksi mengalami kegagalan.
3. Kegiatan penutup
Guru mengarahkan peserta didik untuk membuat rangkuman/simpulan.
Guru memeriksa hasil belajar peserta didik. Dapat dengan memberikan tes tertulis atau tes lisan atau meminta peserta didik untuk mengulang kembali simpulan yang telah disusun atau dalam bentuk tanya jawab dengan mengambil ± 25% peserta didik sebagai sampelnya.
Memberikan arahan tindak lanjut pembelajaran, dapat berupa kegiatan di luar kelas, di rumah atau tugas sebagai bagian remidial pengayaan.
b. Langkah-langkah pembelajaran dimungkinkan disusun dalam bentuk seluruh rangkaian kegiatan, sesuai dengan karakteristik model pembelajaran yang dipilih, menggunakan urutan sintaks sesuai dengan modelnya. Oleh karena itu, kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup tidak harus ada dalam setiap pertemuan.
6. Memilih Sumber Belajar
Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus yang dikembangkan. Sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan, media, narasumber, alat dan bahan. Sumber belajar dituliskan secara lebih operasional, dan bisa langsung dinyatakan bahan ajar apa yang digunakan. Misalnya, sumber belajar dalam silabus dituliskan buku referensi, dalam RPP harus dicantumkan bahan ajar yang sebenarnya.
Jika menggunakan buku, maka harus ditulis judul buku teks tersebut, pengarang, dan halaman yang diacu.
Jika menggunakan bahan ajar berbasis ICT, maka harus ditulis nama file, folder penyimpanan, dan bagian atau link file yang digunakan, atau alamat website yang digunakan sebagai acuan pembelajaran.
7. Menentukan Penilaian
Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen yang dipakai.
Evaluasi merupakan alat yang digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran. Oleh karena itu dalam melakukan kegiatan evaluasi, baik prosedur, jenis, bentuk, dan alat evaluasi yang digunakan harus memenuhi unsur validitas dan reliabilitas, sehingga benar-benar dapat menggambarkan hasil yang sebenarnya dan secara akademis maupun non akademis dapat dipertanggung jawabkan. Penilaian berbasis kelas seperti melalui penilaian portopilio, hasil karya, penugasan, kinerja, tertulis dan jenis serta alat penilaian lainnya dapat menjadi alternatif selama itu tetap konsisten memenuhi unsur validitas dan reliabiliatas.
Dari kelima langkah yang ditempuh dalam mengembangkan perencanaan pembelajaran, pada intinya hanya terdiri dari empat aspek saja yang jadi sasaran pokok pengembangannya yaitu: perumusan tujuan, pengembangan isi/materi, pengembangan metode/media dan sumber belajar, dan terakhir pengembangan evaluasi. Sejalan dengan hal ini, dalam PP no. 19 tahun 2005 dalam Bab IV mengenai standar proses dirumuskan "Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar (Pasal 20).
Dengan berpedoman pada sejumlah teori dan peraturan pemerintah seperti diuraikan di atas, hendaknya bukan hanya rencana pembelajaran dianggap sesuatu yang penting dalam sistem pembelajaran, dan dalam pengembangannya di lapngan mungkin akan dijumpai berbagai bentuk dan model rencana pembelajaran yang dibuat oleh para guru, akan tetapi isinya tidak terlepas dari empat unsur pokok, yaitu: pengembangan tujuan, pengembangan isi/materi, pengembangan metode dan media serta sumber, dan pengembangan evaluasi pembelajaran.
Menurut Hamalik (2001:210) mengemukakan bahwa “evaluasi adalah suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran infomasi untuk menilai keputusan-keputusan yang dibuatdalam merancang suatu system pembelajaran”. Rumusan itu mempunyai tiga implikasi, yaitu:
1.Evaluasi adalah suatu proses yang terus-menerus, bukan hanya pada akhir pembelajaran tetapi dimulai sebelum dilaksanakannya pembelajaran sampai dengan berakhirnya pembelajaran.
2.Proses evaluasi senantiasa diarahkan ke tujuan tertentu, yakni untuk mendapatkan jawaban-jawaban tentang bagaimana memperbaiki pembelajaran.
3.Evaluasi menuntut penggunaan alat-alat ukur yang akuat dan bermakna untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan guna membuat keputusan. Evaluasi merupakan proses yang berkenaan dengan mengumpulkan informasi yang memungkinkan kita menentukan tingkat kemajuan pembelajaran dan bagaimana berbuat baik pada waktu-waktu mendatang.
Menurut Hamalik (2001 : 211-212) mengungkapkan bahwa evaluasi pada umumnya mengandung fungsi dan tujuan sebagai berikut:
1.Untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar para siswa
2.Untuk menempatkan para siswa ke dalam situasi belajar mengajar yang tepat dan serasi dengan tingkat kemampuan, minat, dan berbagai karakteristik yang dimiliki oleh setiap siswa
3.Untuk mengenal latar belakang siswa (psikologis, fisik, dan lingkungan), yang berguna, baik dalam hubungan dengan fungsi kedua maupun untuk menentukan sebab-sebab kesulitan belajar para siswa.
4.Sebagai umpan balik bagi guru yang pada gilirannya dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan program remedial bagi para siswa.
Sehubungan dengan fungsi-fungsi evaluasi maka menurut Hamalik (2001 : 212) dapat ditentukan sejumlah jenis penilaian sebagai berikut:
1.Evaluasi sumatif, yakni untuk menentukan angka kemajuan hasil belajar para siswa.
2.Evaluasi penempatan, yaitu menempatkan para siswa dalam situasi belajar mengajar yang serasi.
3.Evaluasi diagnostik, untuk membantu para siswa mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang mereka hadapi.
4.Penilaian formatif yang berfungsi untuk memperbaiki proses belajar mengajar.
Teknik-Teknik Evaluasi
Teknik-Teknik Tindak Lanjut Jangka Panjang
Selanjutnya Hamalik (2001 : 218) mengungkapkan bahwa “dalam evaluasi terdapat teknik evaluasi yang digunakan untuk menilai siswa yang telah lulus dan telah bekerja atau menempati pekerjaan tertentu”. Penilaian itu perlu dilaksanakan terus-menerus dalam jangka waktu yang panjang kendatipun kita harus memperhatikan banyak faktor yang berpengaruh khususnya dilapangan.
Teknik Penilaian Perubahan Perilaku Dalam Jangka Panjang
Adapun menurut Hamalik (2001 : 219) menyebutkan bahwa terdapat tiga teknik yang dapat digunakan, yaitu:
1.Observasi langsung terhadap si pelaku
2.Pengukuran tak langsung terhadap si pelaku
3.Pengukuran dengan bantuan orang lain
Teknik pengukuran dalam konteks latihan, meliputi yang berikut ini:
1.Teknik pengukuran langsung
Dengan system informasi kemampuan bekerja berdasarkan laporan para supervisor.
2.Pengukuran dampak secara tak langsung
Mengukur perubahan-perubahan dampak aspek produktifitas, tingkat kekeliruan, kecepatan atau kualitas kerja, tingkat pemborosan, dan sebagainya.
3.Pengukuran berdasarkan informasi pihak kedua
Dengan mewawancarai perilaku, kuesioner, catatan harian pelaku sendiri, dan wawancara dengan atasannya.
4.Teknik mengukur reaksi-reaksi dalam jangka panjang
Observasi langsung dengan sikapnya terhadap pekerjaan, pengukuran tak langsung mengenai perubahan pekerjaan atau wawancara tentang sikap terhadap perubahan pekerjaan.
Teknik Pengukuran dalam konteks pendidikan meliputi yang berikut ini:
1.Teknik pengukuran langsung
2.Pengukuran dampak secara tak langsung
3.Pengukuran berdasarkan informasi pihak kedua
4.Observasi langsung tentang usaha-usaha pendidikan lanjutan
Teknik-Teknik Evaluasi Akhir Pembelajaran
Menurut Hamalik (2001 : 220) menjelaskan bahwa “teknik-teknik evaluasi dilaksanakan pada akhir pembelajaran yang mencakup evaluasi terhadap perilaku keterampilan dan evaluasi terhadap aspek pengetahuan. Perilaku penampilan meliputi keterampilan-keterampilan kognitif, psikomotor, reaktif, serta interaktif. Pengetahuan meliputi aspek-aspek pengenalan, ingatan, dan pemahaman”.
Teknik Evaluasi Keterampilan Reproduktif
Menurut Hamalik (2001 : 220), mengemukakan teknik evaluasi keterampilan reproduktif sebagai berikut:
1.Aspek keterampilan kognitif
2.Aspek ketermpilan psikomotor
3.aspek keterampilan reaktif
4.Aspek keterampilan interaktif
Teknik Evaluasi Keterampilan Produktif
Hamalik (2001 : 221), mengemukakan teknik evaluasi keterampilan produktif sebagai berikut:
1.Aspek keterampilan kognitif
2.Aspek keterampilan interaktif
Teknik-Teknik untuk Menilai Pengetahuan
Menurut Hamalik (2001 : 221), menyebutkan untuk menilai pengetahuan dapat dipergunakan pengujian sebagai berikut:
1.Teknik penilaian aspek pengenalan
2.Teknik penilaian aspek mengingat kembali
3.Teknik penilaian aspek pemahaman
DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan. (2006). Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan. Pustaka Pelajar : Yogyakarta .
Hasan, Bachtiar. (2003). Perencanaan Pengajaran Bidang Study. Rosdakarya : Bandung .
Heizh Werkrick, Harold Knootz, (1993). Magament, a Global Perspective, Mc Graw Hill International Edition : Singapore
J.A.F. Stoner, R.E. Freeman,(1992). Management, Printice Hall : USA.
John A. Pearce II, Richard B. Robinson Jr, (1989) Management. Mc Graw Hill : Singapore
Lemhanas, (1989), Sistem Manajemen Nasional, PT Aries Lama: Jakarta.
Leslie W. Rue, Lloyd L. Byars, (1992) Management, skills and Appplication, Irwin: Boston.
Maman Ukas, (1999), Manajemen, Konsep, prinsip, dan Aplikasi, Ossa Promo Bandung
Mulyasa. (2005). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Rosdakarya: Bandung.
Muslich, Mansur. (2007). KTSP 2007. Bumi Aksara : Jakarta
N Sudirman. (1991). Ilmu Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya: Bandung
Nugroho, Hendy. (2006). Kelinci Percobaab Itu Bernama Kurikulum. [Online]. Tersedia : http://www.suaramerdeka.com/harian/060325. [25 Maret 2006].
Nugroho, Hendy. (2006). Perubahan Kurikulum di Indonesia Sering Terkait Kebijakan Politik. [Online]. Tersedia : http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/062006/20. [20 Juni 2006]
Plunkett and Attner,(1997),Management, International Thomson Publishing: USA.
Pusat Kurikulum. (2006). Panduan Penyusunan KTSP BSNP 2006. [Online]. Tersedia : http://www.puskur.net/inc/isi/panduan ktsp. [Tahun 2006].
Soekisno, Bambang. (2007). Bagaimana Perjalanan Kurikulum di Indonesia. [Online]. Tersedia : http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/072007/10. [10 Juli 2007].
Susilana, Rudi. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : FIP UPI Bandung.
Tim Redaksi Nuansa Aulia. (2006). Himpunan Perundang-Undangan RI tentang Guru dan Dosen Dilengkap dengan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. C.V. Nuanasa Aulia : Jakarta.
Tim Pengembangan MKDP Kurikulum Pembelajaran Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UPI. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran.________: Bandung.
Uno, Hamzah. (2006). Perencanaan Pembelajaran. Bumi Aksara : Jakarta.
Usman, Uzer. (1992). Menajdi Guru Profesional. Rosdakarya : Bandung.
DAFTAR PUSTAKA
http//www.depdiknas.go.id (diakses tanggal 8 Januari 2008)
http//www.ktsp.go.id (diakses tanggal 8 Januari 2008)
http://64.203.71.11/kompas-cetak/0609/11/humaniora/2943084.htm (diakses tanggal 31 Maret 2008)
http://re-searchengines.com/imamhanafie3-07-2.html (diakses tanggal 31 Maret 2008)
Moleong, Lexi. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung : Rosda Karya.
Muslich, M. 2007. KTSP, Dasar Pemahaman Dan Pengembangan. Jakarta: Bumi Aksara
---------------- 2007. KTSP, Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta
Suhertian, P. 2000. Konsep Dasar Dan Tehnik Supervisi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Diposkan oleh Ilmu Kimia di 10:02 PM
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Google Buzz
Label: Artikel Penelitian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar