View My Stats

Sabtu, 30 Oktober 2010

DIVERSITAS SOSIOKULTURAL-- psikologi pendidikan--

DIVERSITAS SOSIOKULTURAL
JUDUL POINT KELOMPOK –V-




-Psikologi Pendidikan
-Dosen Pembimbing : Sari Rizki S.Psi
-Bahan Rujukan : Psikologi Pendidikan;
John W. Santrock


ANGGOTA GROUP –V-


MUHAMMAD TSABIRIN ( 220 818 011)
ZAHRUL RIZAL ( 220 919 006)




POINT INTI DARI DIVERSITAS SOSIOKULTURAL
KULTUR DAN ETNIS
Terdiri dari empat point

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
Terdiri dari lima point

GENDER
Terdiri dari lima point



KULTUR DAN ETNIS
KULTUR

STATUS SOSIOEKONOMI

ETNIS




ISU BAHASA
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
MEMBERDAYAKAN MURID
PENGAJARAN YANG RELEVAN SECARA KULTURAL
PENDIDIKAN BERORIENTASI ISU
MENINGKATKAN HUBUNGAN ANTARMURID DARI KELOMPOK ETNIS YANG BERBEDA-BEDA
PERSOALAN MENGENAI APAKAH INTI DARI NILAI-NILAI “KULIT PUTIH” HARUS DIAJARKAN ATAU TIDAK



GENDER
PANDANGAN-PANDANGAN TENTANG PERKEMBANGAN GENDER
STEREOTIP, KEMIRIPAN, DAN PERBEDAAN GENDER
KLASIFIKASI PERAN-GENDER
GENDER DALAM KONTEKS
MENGHILANGKAN BIAS GENDER



KULTUR DAN ETNIS
KULTUR
Kultur adalah pola perilaku, dan semua produk dari kelompok orang tertentu yang diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya.
Psikolog Donald Campbell dan rekannya (brewer & campbell, 1976; Campbell & Levine, 1968) menemukan bahwa orang-orang disemua kultur cenderung :
Percaya bahwa apa yang terjadi dlam kultur mereka adalah sesuatu yang “alami” dan “benar” dan apa yang terjadi di dalam kultur lain adalah “tidak alami” dan “tidak benar”;
Menganggap bahwa kebiasaan kultural mereka adalah valid secara universal.
Berprilaku dengan cara-cara yang sesuai dengan kelompok kulturalnya.
Merasa bangga dengan kelompok kulturalnya; dan
Bermusuhan terhadap kelompok kultural lain.



Apa fungsi studi Lintas-kultural ?
Studi lintas-kultural adalah studi yang membandingkan apa yang terjadi dalam satu kultur dengan apa yang terjadi di dalam satu atau beberapa kultur lain; yang berfungsi: menyediakan informasi tentang seberapa jauh orang itu sama dan seberapa jauh prilaku tertentu adalah perilaku khusus dari suatu kultur.
Perbedaan dalam kultur dideskripsikan dengan dua istilah (Triandis, 2000, 2001) :
Individualism adalah seperangkat nilai yang mengutamakan tujuan personal di atas tujuan kelompok. Nilai-nilainya mencakup perasaan senang, keunikan personal, dan independensi atau kemandirian.



Kolektivisme adalah seperangkat nilai yang mendukung kelompok. Yang berfungsi untuk menjaga integritas kelompok, kemandirian, dan keharmonisan hubungan.



Teaching Strategis Bekerja dengan murid berlatar belakang individualistis dan kolektivistik;.


Jika anda seorang individualisme, ini adalah strategi untuk berinteraksi dengan seluruh orang yang latar belakangnya kolektivistik (triandis, brislin, & hui, 1988):
Beri lebih banyak perhatian pada keanggotaan kelompok.
Lebih tekankan pada kerja sama ketimbang kompetisi
Jika anda mengkritik, lakukanlah dengan hati-hati.
Pupuk hubungan jangka panjang, bersabarlah, orang dari kultur kolektivistik lebih suka berurusan dengan “kawan lama”.
Jika anda seorang kolektivistik, ini adalah strategi untuk berinteraksi dengan seluruh orang yang latar belakangnya individualisme (Triandis, Brislin, & Hui, 1988):

Beri pujian kepada orang itu dengan lebih banyak ketimbang pujian yang biasa anda berikan dalam kultur anda sendiri.

Jangan merasa terancam jika orang individualistik bertindak secara kompetitif.

Tidak masalah membicarakan prestasi anda dan tak terlalu merendahkan diri, tetapi tidak sombong.

Sadari bahwa individualis tidak menghargai kesetiaan kepada kelompok.



Status Sosioekonomi
(Sosioeconomic Status-ses) adalah kelompok yang berdasarkan karakteristik economi, individual, dan pekerjaannya.
Di AS, sebagian besar perhatian diarahkan pada perbedaan antara SES bawah dan menengah dan persistensi kemiskinan.
Status ekonomi mengandung kesenjangan tertentu, individu dari status sosioekonomi bawah sering kali kurang pendidikannya, kurang kuat untuk mempengaruhi institusi masyarakat (seperti sekolah), dan hanya punya sedikit sumber daya ekonomi.



Etnis
Kata Ethnic berasal dari kata yunani yang berarti “Bangsa”. Etnisitas (etnicity) adalah pola umum karakteristik seperti warisan kultural, nasionalitas, ras, agama, dan bahasa. Setiap orang adalah anggota dari satu atau lebih kelompok etnis.
Prasangka, Diskriminasi, dan Bias.
Prasangka adalah sikap negatif yang tak adil terhadap orang lain karena keanggotaan individu itu dalam satu kelompok. Kelompok yang menjadi sasaran prasangka mungkin didefinisikan berdasarkan etnis, jenis kelamin, atau perbedaan lain yang terlihat (Monteith, 2000). Yang fokusnya adlah terhadap kelompok etnis kulit berwarna.







Diversitas dan perbedaan.
Pengalaman historis, ekonomi dan sosial telah melahirkan prasangka dan perbedaan antar kelompok etnis. Individu yang tinggal dalam kelompok etnis atau kultural tertentu menyesuaikan diri dengan nilai, sikap, dan tekanan dari kulltur tersebut. Perilaku mereka mungkin berbeda diantara mereka, tetapi bersifat fungsional buat mereka. Mengakui dan menghargai perbedaan ini merupakan aspek penting untuk berhubungan baik dengan dunia yang multikultural dan beraga (Spencer, 2000).



Isu bahasa
Pendidikan bilingual bertujuan untuk mengjar mata pelajaran kepada anak imigran dengan mengggunakan bahasa asal mereka (kebanyakan Spanyol), sembari secara bertahap memberikan pengajaran dengan bahasa inggris.
Konsiderasi bahasa kedua lainnya. Remaja dan orang dewasa dapat menguasai bahasa kedua, tetapi mereka akan lebih sulit menguasainya ketimbang anak-anak, namun temuan ini bukan berarti bahwa ada periode kritis untuk mempelajari bahasa kedua. Dalam studi sekarang, tak ditemukan bukti adanya periode kritis yang menghambat pembelajaran bahasa kedua (Hakuta, Bialystok, & wiley, 2009). Dalam studi ini, semakin banyak pendidikan seseorang, semakin siap mereka dalam mempelajari bahasa kedua.





PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
Pendidikan multi kultural adalah pendidikan yang menghargai perbedaan dan mewadahi beragam perspektif dari berbagai kelompok kultural.
Tujuannya yaitu pemerataan kesempatan bagi semua murid. Ini termasuk mempersempit gap dan prestasi akademik antara murid kelompok utama dengan kelompok minoritas (Bennett, 2003; Pang, 2001; Schmidt & Mosenthal,2001).
Hal ini berarti, Pendidikan multi kultural yaitu pendidikan yang menghargai diversitas dan mewadahi perspektif dari beragam kelompok kultural atas dasar basis reguler.





Memberdayakan murid
Istilah pemberdayaan (empewerment) berarti memberi orang kemampuan intelektual dan ketrampilan memecahkan masalah agar berhasil dan menciptakan dunia yang lebih adil.
Sonia Nieto(1992), seorang keturunan Puerto Rico yang besar di New York City, percaya bahwa pendidikannya membuatnya merasa latar belakang kulturalnya kelihatan agak buruk. Dia memberikan rekomendasi sebagai berikut :
Kurikulum sekolah harus jelas antirasis dan antidiskriminasi
Pendidikan multi kultiral harus menjadi bagian dari setiap pendidikan murid.
Murid harus dilatih untuk lebih sadar budaya (kultur)






Pengajaran yang Relevan secara Kultural
Pengajaran yang relevan secara kultural adalah aspek penting dari pendidikan multikultural (Gay, 2000; Irvine, & Armento, 2001), yang tujuannya untuk menjalin hubungan dengan latar belakang kultural dari pelajar (Pang,2001).
Pakar pendidikan multikultural percaya bahwa guru yang baik akan mengetahui dan mengintegrasikan pengajaran yang relevan secara kultural ke dalam kurikulum karena akan membuat pengajaran menjadi lebih efektif (Diaz, 2001)
Pendidikan yang berpusat pada isu
Pendidikan yang berpusat pada isu merupakan aspek penting dari pendidikan multikultural.





Dalam pendekatan ini, murid diajari secara sistematis untuk mengkaji isu-isu yang berkaitan dengan kesetaraan d keadilan sosial. Pendidikan ini tidak hanya mengklarifikasi nilai, tetapi juga mengkaji alternatif dan konsekuensi dari pandangan tertentu yang dianut murid.







Meningkatkan Hubungan Antarmurid Dari Kelompok Etnis Yang Berbeda-beda Ada beberapa strategi yang perlu dilakukan, diantaranya :
Kelas Jigsaw (kerjasama untuk meraih tujuan)
Kontak personal dengan orang lain dari latar belakang kultural yang berbeda.
Pengambilan perspektif.
Pemikiran kritis dan inteligensi emosional.
Mengurangi bias.
Meningkatkan toleransi.
Sekolah dan komunitas sebagai satu tim.







PERSOALAN MENGENAI APAKAH INTI DARI NILAI-NILAI “KULIT PUTIH” HARUS DIAJARKAN ATAU TIDAK.
Beberapa pendidik menentang penekanan pada pemberian informasi tentang kelompok etnis yang berbeda melalui kurikulum sekolah.





Arthur Schlesinger (1991) mengatakan bahwa semua murid seharusnya diajari seperangkat nilai inti, yang menurutnya dari tradisi Anglo-protestan kulit putih. Yang mencakup, saling menghargai, hak individu , dan toleransi pada perbedaan.







Pendidikan multikultural dikritik oleh orang-orang yang berpendapat bahwa anak seharusnya diajari satu nilai inti bersama, terutama nilai Anglo-protestan kulit putih. Namun, pendukung pendidikan multikultural tidak menentang pengajaran nilai inti seperti itu selama ia tidak keseluruhan kurikulum.





Berikut adalah Rekomendasi dari pakar pendidikan multikultural James Banks (2001) untuk menjalankan pengajaran multikultural (Dari Kultur dan Etnik yang berbeda):
Waspadalah terhadap isi Rasis dalam materi pelajaran dan interaksi kelas.
Pelajari lebih banyak tentang kelompok etnis yang berbeda-beda.
Peka terhadap sikap etnis murid dan jangan menerima keyakinan bahwa “anak tidak melihat perbedaan warna kulit”, Respons pandangan kultural anak secara sensitif.
Gunakan buku, film, video, dan rekaman untuk menggambarkan perspektif etnis.
Bersikaplah peka terhadap perkembangan kebutuhan murid anda ketika and memilih materi kultural.





Pandang murid secara positif terlepas dari etnis mereka.
Akui bahwa kebanyakan orang tua, terlepas dari etnisitasnya, memerhatikan pendidikan anaknya dan ingin agar anaknya sukses disekekolah.






GENDER
Gender adalah dimensi sosiokultural dan psikologi dari pria dan wanita.





Peran gender adalah ekspektasi sosial yang merumuskan bagaimana pria dan wanita seharusnya berfikir, merasa dan berbuat.
Pandangan-pandangan Tentang Perkembangan Gender.



Ada beragam cara untuk memandang perkembangan gender, diantaranya :
Pandangan Biologis.
Pandangan sosialisasi, terdiri dari beberapa teori:
Teori psikoanalitik gender, berasal dari pandang sigmund freud, (masalah ketertarikan anak dan mengidentifikasi).
Teori sosial gender, menekankan bahwa perkembangan gender anak terjadi melalui pengamatan dan peniruan prilaku gender, dan melalui penguatan dan hukuman terhadap perilaku gender.






Pandangan kognitif, ada dua pandangan terhadap ini yaitu :
Teori perkembangan kognitif, (Teori kohlberg) menyatakan bahwa anak mengadopsi suatu gender setelah mereka mengembangkan konsep gender.




Teori skema gender, yang bahwa perhatian dn perilaku individu dituntun oleh motivasi internal untuk menyesuaikan diri dengan standar sosiokultural berbasis gender dn stereotip gender.






Stereotip, Kemiripan, Dan Perbedaan Gender
Stereotip Gender adalah kategori luas yang merefleksikan kesan dan keyakinan tentang apa perilaku yang tepat untuk pria dan wanita.






Kesamaan dan perbedaan gender dalam domain yang relevan secara akademis, terdiri dari beberapa Aspek :
Penampilan fisik
Keahlian matematika dan sains
Kemampuan verbal
Pencapaian pendidikan
Keahlian hubungan
Agresi dan Regulasi, dan
Kontroversi Gender





Klasifikasi Peran Gender
Klasifikasi peran gender adalah mengevaluasi anak lelaki dan perempuan dari segi kumpulan bakat personalitas.
Pandangan tentang Klasifikasi peran gender mengusulkan bahwa individu dapat mempunyai sifat “maskulin “ dan “feminim”.




Pemikiran ini menimbulkan perkembangan konsep “ANDROGINI” yakni: kehadiran karakteristik maskulin dan feminim yang diinginkan dalam diri seseorang.






Transedensi peran gender, mereka berpandangan bahwa kompetensi orang seharusnya dikonseptualisasikan dalam term orang sebagai pribadi manusia(person) bukan dalam term maskulinitas, feminitas, atau androgini.
(Ini adalah pendapat yang mengedit permasalahan Androgini)





Gender Dalam Konteks Arti penting gender dalam konteks dikategorisasikan dalam beberapa hal :
Membantu perilaku dan Emosi
Kultur
Arti penting dari konteks gender tampak jelas ketika mengkaji perilaku yang dirumuskan secara kultural untuk wanita dan pria dalam negara yang berbeda di seluruh dunia (Best, 2001).
Menghilangkan Bias Gender




Interaksi gender sosial antara guru dan murid dalam mengurangi atau mengeliminasi bias gender dikelas, diantaranya :



Interaksi guru-murid, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan :
kepatuhan, ketaatan mengikuti aturan, berpenampilan rapi dan tertib sangat dihargai dalam banyak kelas.


Mayoritas guru adalah wanita, terutama di sekolah dasar.


Anak lelaki dipandang lebih banyak masalah daripada wanita.
Dan lain-lain.


Isi kurikulum dan isi mata pelajaran olahraga.


Pelecehan seksual.





Terima Kasih Tak Terhingga
Semoga Menjadi Suatu Hal yang Bermanfaat Bagi Semua





-Psikologi Pendidikan
-Dosen Pembimbing : Sari Rizki S.Psi
-Bahan Rujukan : Psikologi Pendidikan;
John W. Santrock

Tidak ada komentar: