View My Stats

Minggu, 26 September 2010

TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG RISALAH (Q.S, AN-NAHL: 36) DAN (Q.S, AL-JUMU’AH: 2 ) = = = Mata kuliah TAFSIR-

TAFSIR




TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG RISALAH
(Q.S, AN-NAHL: 36)
DAN
(Q.S, AL-JUMU’AH: 2 )





DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IV

MUHAMMAD TSABIRIN ( 220 818 011 )
FAZLIAH ( 220 818 009 )


DOSEN PEMBIMBING :
TGK. M. WAHYU MIMBAR S.Pd,i











FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN BAHASA ARAB
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JAMI’AH AR-RANIRY
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2009





KATA PENGANTAR
بِــسْـمِ اللهِ الرَّحْـمَنِ الرَّحِـيْمِ

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Kemudian shalawat dan salam kami sanjungkan ke pangkuan Nabi Besar Muhammad SAW, yang dengan izin Allah telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu bahan penunjang materi pembelajaran “Ilmu Tafsir”. Melalui makalah ini kami mencoba memberikan definisi dan pembahasan mengenai “Tafsir Ayat-Ayat Tentang Risalah (Q.S. An-Nahl(36) dan Al-Jumu’ah(2))” dari beberapa sumber yang berbeda.

Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Tgk. M. Wahyu Mimbar S.Pd,i , atas kesediaan beliau untuk menjadi Dosen Pembimbing kami, dan kepada teman-teman sekalian yang selalu membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca semua. Sebagai manusia biasa, kami meminta maaf atas ketidaksempurnaan makalah ini. Oleh karena itu pula, kritik dan saran dari para pakar, senior, teman sejawat, dan pembaca lainnya akan kami terima dengan senang hati.


Wassalam

(Penulis)






DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ....1

BAB II PEMBAHASAN
A. Surat An-Nahl ayat 36 …………………………………………………3
- Pembahasan Tafsir Surat An-Nahl ayat 36……………………..………..3
B. Surat Al-Jumu’ah ayat 2......................................................................... 5
- Pembahasan Tafsir Surat Al-Jumu’ah ayat 2.............................................6


BAB III PENUTUP
Kesimpulan ... 9

DAFTAR PUSTAKA . 10









BAB I
PENDAHULUAN

Sebagaimana yang terkandung dalam surat An-Nahl(36) dan Al-Jumu’ah(2) menerangkan tentang inti daripada penyampaian Risalah. Oleh karena itu, dalam pembahasan ini banyak mengandung masalah kenabian, ketuhanan, dan peribadatan terhadap Allah Swt Ilmu taubat adalah ilmu yang penting, bahkan urgen. Keperluan atas ilmu itu amat mendesak, terutama dalam zaman kita ini. Karena manusia telah banyak tenggelam dalam dosa dan kesalahan. Mereka melupakan Allah SWT sehingga Allah SWT membuat mereka lupa akan diri mereka. Banyak sekali godaan untuk melakukan kejahatan, dan banyak pula penghalang manusia untuk melakukan kebaikan.
Beragam cara dipergunakan untuk menghalangi manusia dari jalan Allah SWT. Beragam media setan, perangkat canggih, yang dapat dibaca, didengar (audio), dan disaksikan ( visual ) dimanfaatkan untuk tujuan itu. Semua itu dilakukan oleh setan-setan yang berada dalam negeri kita, maupun yang berada di luar. Diperkuat oleh jiwa dan nafsu ammarah bis su, yang mengajak kepada keduniawian, melupakan maut dan perhitungan akhirat, neraka dan surga, dan melenakkan diri dari mengingat Allah SWT. Sehingga mereka meninggalkan salat dan mengikuti hawa nafsu. Melanggar janji yang telah ditekan bersama Allah SWT. Melewati batas-batas yang telah digariskan oleh Allah SWT, dan menabrak hak-hak manusia. Dengan tenang mereka memakan harta manusia dengan kebatilan. Dan tidak memperdulikan lagi dari mana harta yang ia dapatkan: dari barang dan cara yang halal atau haram.
Manusia amat membutuhkan orang yang memberi peringatan dan berteriak kepada mereka: Bangkitlah dari mabuk kalian, bangunlah dari tidur kalian, berjalanlah di jalan yang lurus, bertaubatlah kepada Rabb kalian, sebelum datang hari yang padanya tidak bermanfaat lagi harta dan sanak keluarga, kecuali mereka yang datang kepada Allah SWT dengan hati bersih.
Dalam struktur diri manusia tersimpan dua kecenderungan. Dan setiap orang, jika ditelusuri nasabnya akan sampai kepada: malaikat, Adam atau kepada syetan. Maka orang yang melakukan taubat, secara jelas telah mengajukan bukti bahwa ia adalah keturunan Adam, karena ia telah menjalankan sikap sebagaimana layaknya seorang manusia. Dan orang yang terus melakukan keburukan, tanpa kesadaran sedikitpun untuk melakukan taubat, dengan jelas telah mengajukan bukti bahwa ia adalah keturunan syetan.
Sedangkan peruntunan nasab hingga sampai ke nasab malaikat, dengan semata mengisi diri dengan kebaikan, adalah di luar batas kemampuan manusia. Karena kejahatan telah terpatri secara kuat bersamaan dengan kebaikan dalam struktur diri manusia. Hanya ada dua api yang dapat memisahkan dua unsur itu, yaitu api penyesalan atau api neraka jahanam".
Oleh karena itu, dorongan dan anjuran untuk bertobat sebagaimana Al Qur'an mengemukakan bahwa:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri." (QS. Al Baqarah: 222).























BAB II
PEMBAHASAN


A. SURAT AN-NAHL AYAT 36
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلالَةُ فَسِيرُوا فِي الأرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ (النحل: ٣٦ )

Artinya :
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (Q.S. An-Nahl: 36).


- PEMBAHASAN TAFSIR SURAT AN-NAHL AYAT 36

Dalam Surat An-Nahl Ayat 36, ayat ini menghibur nabi muhammad SAW, dalam menghadapi para pembangkang dari kaum beliau, seakan-akan ayat ini menyatakan: Allah pun telah mengutusmu, maka ada diantara umatmu yang menerima baik ajakanmu dan ada juga yang membangkang. Dan keadaan yang engkau alami itu sama juga dengan yang dialami oleh para Rasul sebelummu, karena sesungguhnya kami telah mengutus rasul pada setiap umat sebelum kami mengutusmu, lalu mereka menyampaikan kepada kaum mereka masing-masing bahwa: “sembahlah Allah, yakni tunduk dan patuhlah dengan penuh pengagungan kepada tuhan yang maha Esa saja. Jangan menyembah selainnya, apa dan siapapun, dan jauhilah taghut, yakni segala macam yang melampaui batas seperti penyembahan berhala dan kepatuhan kepada tirani. Ajakan para Rasul itu telah diketahui oleh umat masing-masing Rasul maka diantara mereka, yakni umat para rasul itu ada orang yang hatinya terbuka dan pikirannya jernih sehingga Allah menyambutnya dan dia diberi petunjuk oleh Allah, dan ada pula diantara mereka yang keras kepala lagi bejat hatinya sehingga mereka menolak ajakan Rasul mereka dan dengan demikian menjadi telah pasti atasnya sanksi kesesatan yang mereka pilih sendiri itu. Wahai umat Muhammad, jika kamu ragu menyangkut apa yang disampaikan Rasul, termasuk kebinasaan para pembangkang maka berjalanlah kamu semua dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan para pendusta Rasul-Rasul.

Kata ( طاغوت ) thaghut terambil dari kata (طغى ) thagha yang pada mulanya berarti melampaui batas. Ia biasa juga dipahami dalam arti berhala-berhala, karana penyembahan berhala adalah sesuatau yang sangat buruk dan melampui batas. Dalam arti yang lebih umum, kata tersebut mencakup segala sikap dan perbuatan yang melampaui batas, seperti kekufuran kepada Tuhan, pelanggaran , dan sewenang-wenangan terhadap manusia.
Hidayah (petunjuk) yang dimaksud diatas adalah hidayah khusus dalam bidang agama yang dianugerahkan Allah kepada mereka yang hatinya cenderung untuk beriman dan berupaya untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Secara panjang lebar macam-macam hidayah Allah dikemukakakan bahwa dalam bidang petunjuk keagamaan, Allah menganugerahkan dua macam hidayah. Pertama, hidayah menuju kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Cukup banyak ayat-ayat yang menggunakan akar kata hidayah yangh mengandung makna ini, misalnya:
وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Dan sesungguhnya engkau (wahai Nabi Muhammad) memberi hidayah kejalan yang lurus” (QS, Asy-syura’ :52 ), atau :
وَأَمَّا ثَمُودُ فَهَدَيْنَاهُمْ فَاسْتَحَبُّوا الْعَمَى عَلَى الْهُدَى
“Adapun kaum Tsamud maka kami telah memberi mereka hidayah, tetapi mereka lebih senang kebutaan (kesesatan) daripada hidayah” QS. Fushshilat: 17).
Kedua hidayah (petunjuk) serta kemampuan untuk melaksanakan isi hidayah itu sendiri. Ini tidak dapat dilakukan kecuali Allah SWT, karena itu diteaskan bahwa:
إِنَّكَ لا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ
“Sesungguhnya engkau (wahai Nabi Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk (walaupun) orang yang engkau cintai, tetapi Allah yang memberi petunjuk siapa yang dikehendaki-Nya” (QS. Al-Qashash: 56).
Allah menganugerahan hidayah kedua ini kepada mereka yang benar-benar ingin memperolehnya dan melangkahkan kaki guna mendapatkannya.
Ketika berbicara tentang hidayah, secara tegas ayat diatas menyatakan bahwa Allah yang menganugerahkannya, berbeda ketika menguraikan tentang kesesatan. Sumber yang digunakan ayat ini adalah telah pasti atasnya sanksi kesesatan, tanpa menyebut siapa yang menyesatkan. Hal ini mengisyaratkan bahwa kesesatan tersebut pada dasarnya bukan bersumber pertama kali dari allah ta’ala, tetapi dari mereka sendiri. Memang ada ayat-ayat yang menyatakan bahwa: “allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki”, tetapi kehendaknya itu terlaksana setelah ang bersangkutan sendiri sesat.
فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ
“Maka ketika mereka berpaling dari kebenaran, Allah memalingkan hati mereka dan Allah tidak memberi hidayah orang-orang fasik.” (QS. Ash-Shaf: 5).



B. SURAT AL-JUMU’AH AYAT 2
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الأمِّيِّينَ رَسُولا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ (الجمعة: ۲ )

Artinya :
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (Q.S. Al-Jumu’ah: 2).


- PEMBAHASAN TAFSIR SURAT AL-JUMU’AH AYAT 2

Dalam surat Al-jumu’ah ayat 2 menerangkan :
) هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الأمِّيِّينَ رَسُولا مِنْهُمْ (
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul diantara mereka”. Yang dimaksud dengan kaum yang buta huruf adaalah bangsa arab. Disebutkan kata Ummiyyin (kaum buta huruf) secara khusus, tidak secara otomatis menafikan kaum lainnya, hanya saja nikmat yang telah diberikan kepada mereka tentu lebih banyak dan sempurna. Hal ini sebagaimana yang Allah firmankan:
( وأنذر عشيرتك الأقربين ) “Dan berikanlah peringatan kepada kaum kerabatmu yang terdekat”. Ayat ini dan juga yang lainnya sama sekali tidak menafikan fiman-Nya:
( قل يايها الناس إني رسول الله إليكم جميعاا ) “Katakanlah: wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kamu semua."

Dan ayat-ayat lainnya yang menunjukkan pengutusan nabi muhammad Saw kepada seluruh umat manusia, baik yang berkulit merah maupun hitam. Dan telah dikemukakan penafsiran hal tersebut dalam surat Al-An’am dengan dilandasi beberapa ayat al-qur’an dan hadits shahih. Sebagaimana dalam Al-qur’an disebutkan bahwa:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لأبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آلِهَةً إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ.
Artinya: Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Aazar: "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata".
Selanjutnya pada ayat lain pada surat yang sama menyebutkan:

إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ.
Artinya: Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.

Ayat ini merupakan bukti dikabulkannya permohonan Nabi Ibrahim As ketika dia mendoakan penduduk mekkah agar Allah mengutus kepada mereka seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri yang dapat membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka. Mensucikan dan mengajarkan mereka al-kitab dan al-Hikmah. Kemudian Allah Saw mengutus Rasul-Nya kepada mereka, segala puji dan sanjungan hanya bagi Allah. Setelah sekian lama Rasul tidak muncul dan tidak adanya bimbingan yang lurus, padahal kebutuhan terhadapnya begitu mendesak. Dan Allah telah murka terhadap penduduk Bumi, baik kepada orang arab maupun non Arab. Kecuali beberapa orang dari Ahlul kitab yang masih berpegang teguh pada apa yang dibawa oleh Isa putra Maryam As. Oleh karena itu, Allah swt berfirman:
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الأمِّيِّينَ رَسُولا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ (الجمعة: ۲ )
Artinya:
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”

Yang demikian itu karena orang-orang Arab dahulu berpegang teguh kepada agama Ibrahim As, namun mereka mengganti, merubah, memutarbalikkan, menyimpangkan darinya, serta menukar tauhid dengan syirik, dan merubah keyakinan dengan keraguan. Mereka membuat perkara-perkara baru yang tidak diizinkan oleh Allah ta’ala sebagaimana yang tela dilakukan oleh Ahlul Kitab yang mengganti menyelewengkan, dan merubah kirab-kitab mereka, serta menakwilkannya. Kemudian Allah swt mengutus Nabi Muhammad Saw dengan membawa syari’at yang agung, lengkap lagi mencakup seluruh kebutuhan makhluk.
Di dalamnya terdapat petunjuk dan penjelasan segala sesuatu yang mereka butuhkan, baik yang menyangkut kebutuhan dunia maupun akhirat mereka kelak, sekaligus mengajak mereka kepada amalan yang mendekatkan mereka kepeda syurga dan keridhaan Allah Ta’ala serta menjauhi segala sesuatu yang mendekatkan mereka kepada Neraka dan kemurkaan Allah.

Kitab itu pula yang memberikan keputusan dan penjelasan konkret tentang berbagai subhat, keraguan dan kebimbangan dalam masalah-masalah pokok (ushul) maupun cabang (furu’). Dan Allah telah mengum pulkan didalamnya berbagai macam kebaikan dari orang-orang terdahulu. Kitab ini pula menceritakan tentang apa-apa yang diberikan kepada orang-orang terdahulu yang tidak diberikan kepada orang-orang yang hidup terakhir, atau sebaliknya. Semoga shalawat dan salam senantiasa terlimpahkan kepada beliau sampai hari kiamat.

































BAB III
PENUTUP




KESIMPULAN:

a. Dalam Surat An-Nahl Ayat 36, ayat ini menghibur nabi muhammad SAW, dalam menghadapi para pembangkang dari kaum beliau, seakan-akan ayat ini menyatakan: Allah pun telah mengutusmu, maka ada diantara umatmu yang menerima baik ajakanmu dan ada juga yang membangkang.

b. Kata ( طاغوت ) thaghut terambil dari kata (طغى ) thagha yang pada mulanya berarti melampaui batas. Ia biasa juga dipahami dalam arti berhala-berhala, karana penyembahan berhala adalah sesuatau yang sangat buruk dan melampui batas. Dalam arti yang lebih umum, kata tersebut mencakup segala sikap dan perbuatan yang melampaui batas, seperti kekufuran kepada Tuhan, pelanggaran , dan sewenang-wenangan terhadap manusia.

c. Disebutkan kata Ummiyyin (kaum buta huruf) secara khusus, tidak secara otomatis menafikan kaum lainnya, hanya saja nikmat yang telah diberikan kepada mereka tentu lebih banyak dan sempurna

d. Surat Al-jumu’ah Ayat 2 ini merupakan bukti dikabulkannya permohonan Nabi Ibrahim As ketika dia mendoakan penduduk mekkah agar Allah mengutus kepada mereka seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri yang dapat membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka. Mensucikan dan mengajarkan mereka al-kitab dan al-Hikmah.




DAFTAR PUSTAKA


Al-Mahali, Imam Jalaluddin dan Imam Jamaluddin As-Suyuti. 2006. Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul. Bandung: Sina Baru Al-Gesindo.
Al-Su’ud, Fadh bin Abdul Aziz. 2005. Al-Qur’anul Karim wa Tarjamatu Ma’aniyah ilal Lughatul Indunisiyyah. Madinah Munawwarah: Qur’an compleks.
Al-Syeikh, Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq. 2003. Lubaabut Tafsir Min Ibni Katsiir. Bogor : Pustaka Imam Asy-Syafi’i
Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi. 2000. Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur. Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Quthb, Sayyid. 2004. Tafsir Fi Zilalil-Qur’an. Jakarta: Gema Insani.
Shihab, Muhammad Quraish, Muhammad. 2007. Tafsir Al-Misbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.