View My Stats

Minggu, 26 September 2010

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBANGAN KURIKULUM BAHASA ARAB = = = PKBA- semester V-

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum



1. Perguruan Tinggi
Kurikulum minimal mendapat dua pengaruh dari Perguruan Tinggi. Pertama, dari pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan di perguruan tinggi umum. Kedua, dari pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan serta penyiapan guru-guru di Perguruan Tinggi Keguruan. Jelas sekali bahwa teknologi banyak memberikan sumbangan bagi isi kurikulum serta proses pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dikembangkan di Perguruan Tinggi akan mempengaruhi isi pelajaran yang akan dikembangkan dalm kurikulum.
Kurikulum Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan juga mempengaruhi pengembangan kurikulum, terutama melalui pengusaan ilmu dan kemampuan keguruan adri guru-guru yang dihasilkan. Penguasaan ilmu, baik ilmu pendidikan maupun bidang studi serta kemampuan mengajar dari guru-guru akan sangat mempengaruhi pengembangan dan implementasi kurikulum di sekolah.
Karakteristik guru Mari kita mulai dengan mendefinisikan "kurikulum". Saya mendefinisikan kelas desain kurikulum sebagai sequencing dan mondar-mandir isi bersama dengan pengalaman siswa dengan konten (Marzano). Seorang guru efektif dan kurikulum perencana harus memahami beberapa konsep sentral, alat-alat penyelidikan, dan struktur dari disiplin dia mengajar dan juga dapat membuat pengalaman belajar yang membuat aspek-aspek pokok yang bermakna bagi siswa. Guru harus memahami bagaimana anak-anak belajar dan berkembang dan mereka harus mampu mendukung intelektual, sosial, dan pengembangan pribadi. Seorang guru yang bijak menggunakan berbagai strategi pengajaran untuk mendorong semua siswa beragam 'pembangunan pemecahan masalah, berpikir kritis, dan kinerja keterampilan. Seorang guru berpikir positif akan memahami pentingnya motivasi dan akan menyampaikan sikap positif mereka ke siswa di dalam kelas. Menjadi panutan positif bagi siswa sangat penting. Seorang guru harus benar-benar orang yang dinamis yang selalu mengevaluasi dampak nya pilihan dan tindakan orang lain (siswa, orang tua, dan profesional lain dalam komunitas pembelajaran).
2. Masyarakat
Sekolah merupakan bagian dari masyarakat dan mempersiapkan anak untuk kehidupan di masyarakat. Sebagai bagian dan agen dari masyarakat, sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat dimana sekolah tersebut berada. Isi kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi dan dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat disekitarnya. Masyarakat yang ada di sekitar sekolah mungkin merupakan masyarakat masyarakat homogen atau heterogen, masyarakat kota atau desa, petani, pedagang atau pegawai dan sebgainya. Sekolah harus melayani aspirasi-aspirasi yang ada di masyarakat. Salah satu kekuatan yang ada dalam masyarakat adalah dunia usaha. Perkembngan dunia usaha yang ada di masyarakat mempengaruhi pengembangan kurikulum sebab sekolah bukan hanya mempersiapkan anak untuk hiup, tapi juga untuk bekerja dan berusaha. Jenis pekerjaan yang ada di masyarakat mmenuntutu persiapannya di sekolah.
Siswa latar belakang, status, dan kekuatan sosial Semua anak yang datang dari latar belakang yang berbeda dan ada peningkatan jumlah siswa yang berasal dari beragam budaya dan latar belakang etnis. Masyarakat multikultural kita adalah faktor utama yang dipertimbangkan untuk desain kurikulum. Beberapa faktor termasuk keragaman agama, ras, gender, etnisitas, status sosial ekonomi, usia, dan juga anak-anak dengan berbagai jenis cacat. Kurikuler perencana bekerja untuk membangun pendidikan yang sesuai dengan masyarakat multikultural dan kami yang akan membantu setiap anak dari berbagai latar belakang yang berbeda tinggal, bekerja, dan melanjutkan untuk memimpin kesuksesan hidup dalam multi masyarakat. Peran sekolah dalam masyarakat dan tujuan kurikulum telah mayor, terkait erat, isu sekolah sejak pertama kali didirikan. Harapan masyarakat untuk sekolah dan sekolah terhadap masyarakat keduanya tercermin dalam kurikulum sekolah. Kurikulum mencerminkan masyarakat yang kompleks, sebuah masyarakat di mana tidak pernah ada kesepakatan sempurna pada karakteristik masyarakat yang Orlosky & Smith). Beberapa melihat tujuan utama dari kurikulum adalah akuisisi pengetahuan kognitif. Beberapa orang lain akan menganggap itu sebagai program untuk membantu siswa mengembangkan sifat-sifat manusiawi dan rasional. Kurikulum ini disusun menurut kelas dan tingkat usia.
3. Sisitem Nilai
Dalam kehidupan masyrakat terdapt sistem nilai, baik nilai moral, keagamaan, sosial, budaya maupun politis. Sekolah sebagai lembaga masyarakat juga bertanggung jawab dalm pemeliharaan dan penerusan nilai-nilai. Sisitem nilai yang akan dipelihara dan diteruskan tersebut harus terintegrasikan dalam kurikulum. Masalah pertama yang dihadapai pengembang kurikulum menghadapi nilai ini adalah, bahwa dalam masyarakat nilai itu tidak hanya ada satu. Masyarakat umumnya heterogen dan multifaset. Masyarakat mempunyai kelompok-kelompok etnis, kelompok vokaional, kelompok
Pengelolaan kelas
Pengelolaan kelas adalah agar mencapai pembelajaran produktif sehingga dapat terjadi. Tujuan akhir pengelolaan kelas adalah untuk mempromosikan belajar. Jika belajar adalah guru dicapai maka semakin-nya di kurikulum kepada siswa. Efektif guru-guru memberikan kesempatan siswa untuk membuat keputusan sendiri. Baik guru kelas tidak tergantung pada lingkungan tetapi lebih independen arena pembelajaran siswa. Excellent pemimpin instruksional dengan beberapa siswa memberikan kesempatan untuk membuat pilihan dan menerima konsekuensi dari pilihan-pilihan (Frederick). Guru-guru yang memberdayakan siswa dalam pengambilan keputusan yang independen dan bertanggung jawab memfasilitasi peserta didik. Menetapkan Rutinitas bagi siswa memberikan mereka rasa tanggung jawab dan memungkinkan mereka untuk membuat keputusan-keputusan yang mereka daripada guru.

intelek, kelompok sosial, spritual dan sebagainya yang tiap kelompok sering memiliki
nilai yang berbeda. Dalam masyarakat juga terdapat aspek-aspek sosial, ekonomi, politik, fisik, estetika, etika, relegius, dan sebgainya. Aspek-aspek tersebut sering juga mengandung nilai-nilai yang berbeda. Ada bebrapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam mengajarkan nilai.
1.Guru hendaknya mengetahui dan memperhatikan semua nilai yang ada dalam masyarakat.
2.Guru hendaknya berpegang pada prinsip demokrasi, etis dan moral.
3.Guru berusaha menjadikan dirinya sebagai teladan yang patut ditiru.
4.Guru menghargai nilai-nilai kelompok lain.
5.mamahami dan menerima keberagaman kebudayaan sendiri.

C. Artikulasi dan Hambatan Pengembangan Kurikulum
Atikulasi dalam pendidikan berarti “kesatupaduan dan koordinasi segala pengalaman belajar”. Untuk merealisasikan artikulasi kurikulum, perlu meneliti kurikulum secara menyeluruh, membuang hal-hal yang tidak di perlukan, menghilangkan duplikasi, merevesi metode serta isi pengajaran, mengusahakan perluasan, dan kesinambungan kurikulum. Bila artikulasi dilaksanakan dengan baik akan terwujud kesinambungan pengalaman belajar sejak TK sampai Perguruan Tinggi, juga antara satu bidang studi lainnya secara horizontal. Tanpa artikulasi akan terdapat keragaman baik dalam isi, metode maupun perhatian terhadap perkembangan anak.
Untuk menyusun artikulasi kurikulum diperlukan kerja sama dari bebagai pihak; para administrator, kepala sekolah, TK sampai rektor Universitas, guru-guru dari setiap jenjang pendidikan, orang tua murid dan tokoh masyarakat. Dalam mengusahakan artilukasi kurikulum tersebut murudpun pelu dimintakan pendapatnya tentang hubungan pelajaran yang satu dengan lainnya, hubungan antara satu tingkat dengan tingkat berikutnya. Salah satu hal yang perlu sering dipandang menghambat artikulasi adalah pembagian menurut tingkat belajarnya. Hal itu menyebabkan tersusunnya organisasi mata pelajaran yang kaku. Untuk menjamin kesinambungan belajar bebrapa sekolah menggunakan sistem pendidikan tidak berkelas.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PEMBENTUKAN KURIKULUM MATEMATIK
Oleh:
Tengku Zawawi b Tengku Zainal
Unit Matematik MPKTBR

________________________________________
PENGENALAN
Kurikulum adalah rancangan pendidikan yang sentiasa mengalami perubahan. Dalam konteks pendidikan di Malaysia, perancangan dan pembentukan kurikulum ( khususnya KBSR dan KBSM ) adalah didasari oleh falsafah dan matlamat pendidikan negara yang menentukan arah haluan, asas dan sumber inspirasi kepada semua usaha dan rancangan dalam bidang pendidikan.
Kurikulum atau pun skop kandungan sesuatu pelajaran adalah asas penting dalam sistem pendidikan sesebuah negara. Sebagai sebuah negara yang sedang pesat membangun, Malaysia memerlukan suatu kurikulum yang kemas dan sesuai untuk mewujudkan sistem pendidikan yang dinamik serta selaras dengan cita-cita dan kehendak negara ( Kamaruddin Haji Hussin, 1994 )
Perkembangan kurikulum tidak berlaku dengan sendiri tanpa sebab yang mempengaruhinya. Ia berlaku sejajar dengan kemajuan masyarakat dan negara dan ia dianggap sebagai satu proses yang dinamik dan seimbang.
________________________________________
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN KURIKULUM
1.0 Falsafah pendidikan
Falsafah pendidikan negara memainkan peranan yang penting dalam mencorak sistem pendidikan di sesebuah negara, khususnya di Malaysia. Falsafah pendidikan kebangsaan kita adalah seperti berikut :
" Pendidikan di Malaysia adalah suatu usaha berterusan ke arah memperkembangkan lagi potensi individu secara menyeluruh dan bersepadu untuk mewujudkan insan yang harmoni dan seimbang dari segi intelek, rohani, emosi dan jasmani berdasarkan kepercayaan dan kepatuhan kepada Tuhan. Usaha ini adalah bagi melahirkan rakyat Malaysia yang berilmu pengetahuan, berketrampilan, berakhlaq mulia, bertanggungjawab dan berkeupayaan mencapai kesejahteran diri serta memberi sumbangan terhadap keharmonian dan kemakmuran masyarakat dan negara "
( PPK, 1988 )
Falsafah pendidikan negara mempunyai implikasi yang besar terhadap pembentukan kurikulum. KBSR dan KBSM adalah hasil perubahan yang diaspirasikan dalam Falsafah Pendidikan Negara. Antara perubahan-perubahan yang jelas terdapat dalam kedua-dua tersebut ialah ;
i. Sukatan pelajaran yang digubal memberi penekanan kepada aspek kesepaduan dan keseimbangan. Oleh itu konsep-konsep seperti penggabungjalinan ( penyatuan kemahiran-kemahiran ) dan penyerapan ( penyatuan isi ) sentiasa dititik beratkan.
ii. Penekanan baru diberikan kepada penerapan nilai-nilai murni. Ia seharusnya diserapkan dalam setiap mata pelajaran yang diajar di sekolah.
iii. Program pendidikan disusun agar dapat melahirkan insan yang seimbang dan harmonis dari segi intelek, rohani, emosi dan jasmani berdasarkan kepercayaan dan kepatuhan kepada Tuhan.
iv. Program pendidikan yang menitik beratkan pendidikan umum diperkenalkan.
v. Penekanan diberikan kepada pendidikan teknik dan vokasional.
vi. Penekanan juga diberikan kepada bahasa merentasi kurikulum.
vii. Pemupukan budaya sains dan teknologi terus ditekankan.
viii. Pemupukan budaya keusahawanan dan budaya niaga ditegaskan.
ix. Pengukuhan dan perluasan bahasa Melayu sebagai satu cabang ilmu pengetahuan.
x. Peningkatan pendedahan dan penguasaan bahasa Inggeris.
xi. Penekanan kepada melahirkan individu yang berkeyakinan diri dan bersikap berdikari.
( Kamaruddin Haji Husin, 1994 )
________________________________________
2.0 Kehendak masyarakat
Kurikulum digubal dan dilaksanakan mengikut kehendak dan desakan masyarakat. Masyarakat juga menentukan samada kurikulum itu sesuai atau pun tidak dengan kehendak mereka. Namun begitu bukanlah mudah untuk memenuhi semua tuntutan masyarakat terhadap kurikulum dan sumbangannya pada budaya, lebih-lebih lagi dalam masyarakat yang kompleks dan mengalami perubahan yang pesat.
Hilda Taba ( 1962 :24) menyatakan :
" It is not an easy task to establish what demands society makes on education and what contribution education can or should make to culture, especially in a complex society in which vast and rapid changes are occuring."
Penilaian atau kajian berterusan adalah diperlukan untuk memastikan matlamat dan kehendak masyarakat terhadap pendidikan benar-benar terlaksana. Misalnya dalam masyarakat industri, pendidikan harus mempunyai strategi terhadap ciri-ciri ekonomi, politik, sosial dan budaya masyarakat tersebut. Dalam masyarakat pertanian pula, ciri-ciri kurikulumnya adalah berbeza.
Masyarakat mengkehendaki murid-murid mempelajari kemahiran-kemahiran asas seperti membaca, menulis dan mengira; konsep-konsep asas cara hidup masyarakat dari segi politik, sosial dan ekonomi; serta teknik-teknik asas untuk menyertai kehidupan sesuatu masyarakat, seperti mengambil bahagian dalam perbincangan, kepimpinan dan pemikiran kritis dalam suatu sistem demokratik.
KBSR telah digubal dengan tujuan untuk membolehkan murid-murid :
- menguasai bahasa Melayu dengan memuaskan.
- menguasai kemahiran asas berbahasa seperti bertutur, membaca dan menulis.
- menguasai kemahiran mengira
- menguasai Bahasa Inggeris
- membina dan memupuk akhlak yang mulia
- meningkatkan ilmu pengetahuan tentang manusia dan alam
- dapat bergaul dalam masyarakat
o mengembangkan bakat dan daya kepimpinan
________________________________________
3.0 Faktor politik
Francis P. Hunkin (1987) dalam bukunya "Currikulum Planning menyatakan " :
"Curriculum Development is also a political process. It requires dealing with people and their various power bases and their views of what makes for good education"
Wiles Bondi (1989) dalam bukunya `Curriculum Development : A Guide to Practice’ turut menjelaskan pengaruh politik dalam pembentukan dan perkembangan sesuatu kurikulum.
Ini jelas menunjukkkan bahawa perkembangan kurikulum dipengaruhi oleh proses politik, kerana setiap kali pucuk pimpinan sesebuah negara itu bertukar, maka setiap kali itulah kurikulum pendidikan akan dikaji semula. Kurikulum pendidikan menjadi saluran penting bagi setiap badan pemerintahanmenguatkan pengaruh mereka. Kerajaan bertanggungjawab menetapkan Dasar Pendidikan Negara sejajar dengan hasrat pemerintah.
Di Malaysia misalnya, ketika British berkuasa di negara ini, dasar pelajaran hanya bertujuan menjadikan anak-anak Melayu petani dan nelayan yang lebih baik daripada ibubapa mereka. Pihak British tidak langsung menitikberatkan perpaduan rakyat berbilang kaum di negara ini. Apabila negara mencapai kemerdekaan, Dasar Pelajaran Kebangsaan turut berkembang dan berubah. Dasar Pelajaran Kebangsaaan yang termaktub dalam Akta Pelajaran 1961 menitikberatkan aspek-aspek yang berkaitan dengan perpaduan negara dan penghasilan tenaga kerja. Melalui kurikulum Pendidikan disalurkan aktiviti-aktiviti yang boleh membentuk keperibadian dan perwatakan individu yang baik dan oleh membawa ke arah perpaduan. Sukatan pelajaran yang sama isi kandungannya yang disyorkan oleh Penyata Razak 1956 dianggap sebagai salah satu asas sistem pendidikan kebangsaan bagi mewujudkan perpaduan negara itu.
________________________________________
4.0 Faktor pembangunan negara dan perkembangan dunia
Perkembangan kurikulum juga dipengaruhi oleh faktor pembangunan negara dan perkembangan dunia. Negara yang ingin maju dan membangun tidak seharusnya mempunyai kurikulum yang statik. Oleh itu ia harus diubahsuai mengikut peredaran masa dan kemajuan sains dan teknologi. Menurut Hida Taba (1962) :
"Technology has changed and is changing not only the face of the earth and the institutions of our society, but man itself "
Kenyataan di atas jelas menunjukkan bahawa perkembangan teknologi telah membawa perubahan yang pesat pada kehidupan manusia di muka bumi ini. Oleh itu perkembangan kurikulum haruslah sejajar dengan pembangunan negara dan perkembangan dunia. Kandungan kurikulum pendidikan perlu menitikberatkan mata pelajaran sains dan kemahiran teknik atau vokasional kerana tenaga kerja yang mahir diperlukan dalam zaman yang berteknologi dan canggih ini. (Ee Ah Meng, 1995)
5.0 Faktor perubahan sosial
Selain menjadi tempat menyalurkan pengetahuan dan melatih kemahiran akademik, sekolah juga merupakan agen sosial. Melalui pendidikan di sekolah, nilai-nilai sosial yang diperlukan dalam dan negara diserapkan.
Dewasa ini masalah keruntuhan moral dan jenayah di kalangan remaja dan murid-murid semakin meningkat. Mereka terdedah dengan masalah penagihan dadah, minum minuman keras, merokok, pergaulan bebas dan melakukan perkara-perkara jenayah seperti mencuri, merompak, merogol dan sebagainya. Masalah ini jika tidak dibendung dengan segera, akan merosak dan menghalang pembangunan negara.
Menyedari hakikat ini, negara telah mewujudkan Falsafah Pendidikan Negara yang bertujuan memperkembangkan lagi potensi individu secara menyeluruh dan bersepadu untuk mewujudkan insan yang harmonis dan seimbang dari segi intelek, rohani, emosi dan jasmani.. Dengan itu perkembangan kurikulum harus sejajar dengan perubahan sosial agar nilai-nilai murni dalam diri individu tidak pupus ditelan arus pembangunan (Mohammad Nor, 1990; Kamaruddin Hj. Husin, 1994).
________________________________________
6.0 Faktor perancang dan pelaksana kurikulum
Perubahan yang begitu pesat dalam masyarakat dan dunia membuat kurikulum hari ini perlu disesuaikan mengikut peredaran masa. Sehubungan dengan itu perancang kurikulum bertanggungjawab menyemak semula dari masa ke semasa. Pengguguran, perubahan atau pertambahan terhadap kurikulum harus dilakukan mengikut peredaran masa, kehendak masyarakat dan kemajuan negara.
Kita hidup dalam masyarakat yang berubah-ubah, iaitu pengetahuan baru sentiasa ditemui, sementara pengetahuan lama yang dibuktikan kurang tepat diperkemaskinikan. Masalah pertambahan pengetahuan yang banyak menimbulkan masalah pemilihan apa yang hendak dipelajari serta pertimbangan semula bagaimana pembelajaran harus berlaku. Dengan menyedari bahawa murid-murid harus disediakan untuk menyesuaikan diri dengan permintaan masyarakat yang cepat berubah, guru-guru dan perancang kurikulum harus menyemak semula apa yang mereka kemukakan kepada murid-murid (Kamaruddin Hj. Husin, 1994).
Berdasarkan maklumat yang diperolehi daripada pelaksana kurikulum harus sentiasa peka dengan perubahan yang timbul serta bersedia mencari penyelesaian dalam mengubah kurikulum merupakan orang yang penting dalam
________________________________________
7.0 Faktor murid , kehendak , dan keperluan masyarakat
Pelajar sebagai individu mempunyai kehendak dan keperluan asas ytang melibatkan kehendak dan keperluan asa yang melibatkan keselamatan, kasih sayang, bermasyarakat dan kehendak penyempurnaan kendiri. Kurikulum yang akan dibentuk sewajarnya dapat memberi ilmu pengetahuan dan kemahiran agar kehendak dan keperluannya sebagai muriod dan individu dapat dipenuhi. Ini bermakna, kurikulum yang dibentuk akan menyediakan segala ilmu pengetrahuan dan kemahiran yang merangsang perkembangan potensi mereka secara menyeluruh iaitu merangkmi intelek, jasmani, rohani dan sosial( Ee Ah Meng, 1995).
Perancangan kurikulum yang baik sentiasa mengambil kira keperluan murid serta mampu memberi faedah secara menyeluruh. Ini bermakna faktor minat dan perkembangan individu dalam bidang kognitif, psikomotor dan afektif perlu difikirkan semasa membentuk kurikulum tersebut.
Kajian hendaklah dilakukan terhadap keperlun individu, sekurang-kurangnya dari peringkat bayi hingga remaja. Hasilnya, segala keperluan tersebut dapat diserapkan ke dalam sistem pendidikan itu dan dilaksanakan di sekolah-sekolah dengan berkesan.
Murid adalah individu yang bakal menjadi sebahagian daripada anggota masyarakat. Oleh itu, kurikulum haruslah bertanggungjawab menyediakan murid-murid dengan pendidikan yang berkaitan dengan masyarakat di mana mereka tinggal dan juga bentuk masyarakat yang akan mereka hadapi kelak.
________________________________________
8.0 Faktor perkembangan ilmu dan kepentingannya
Masa yang berlalu turut membawa perubahan kepada masyarakat yang seterusnya menuntut mereka menerima pendidikan yang lebih sempurna selaras dengan keperluan kemajuan yang kian pesat. Ilmu yang bersifat dinamik menyebabkan ia sentiasa berkembang. Perkembangan ini disebarkan kepada masyarakat menerusi perancangan kurikulum 6yang lebih kemas dan sesuai dengan kehendak masyarakat dan negara.
Penemuan baru dalam pelbagai bidang seperti perubatan, teknologi dan sebagainya menjadikan bidang itu terus berkembang. Perekembangan ini penting dalam pembentukan kurikulum supaya ia dapat dikemaskini dari masa ke semasa agar ilmu -ilmu baru ini dapat dissalurkan kepada murid-murid bagi mengimbangi keperluan zaman.
Selain itu, pengenalan ilmu atau bidang-bidang baru ke dalam pendidikan membantu meningkatkan taraf pendidikan itu sendiri. Contohnya, mem[erkenalkan ilmu pengurusan dan perhubaungan ke dalam biodang pendidikan, khususnya ke dalam bidang kurikulum, meningkatkan lagi keberkesanan proses perkembvangan kuriklum itu sendiri.
________________________________________
9.0 Pengaruh psikologi pendidikan
Teori disiplin mental yang berlandaskan konsep falsafah yang dimajukan oleh Plato dan Aristotle banyak mempengaruhi pengajaran aritmetik pada abad ke 19. Salah satu aspek disiplin mental yang penting ialah psikolgi fakulti. Psikologi Fakulti mempunyai pengaruh yang begitu kuat terhadap isu mengapa matematik perlu dipelajari oleh kanak-kanak. Manakala ahli ` fahaman perkaitan’ mengaggap pembelajran sebagai pembinaan unit-unit kecil yang terdiri daripada rangkaian R-G untuk menghasilakn tingkah laku. Fahaman ini telah menghasilakn startegi pengajaran aritmatik kepada fakta dan kemahiran kecil untuk diajar dan dinilai secara berasingan. Kesan utama pendekatan ini bterhadap sekolah ialah matematik diajar semata-mata dengan menggunakan teknik latih tubi ( Nik Aziz Nik Pa, 1992).
Pemikiran psikologi `behaviourisme’ telah bertapak dalam kurikulum pendidikan matematik sejak awal 60’an. Dalam pemikiran ini murid telah dianggap sebagai gelas kosong. Guru berperanan memasukkan pengetahuan matematik ke dalam gelas tersebut. Pendekatan ini mengenepikan aktiviti pengembangan intelek yang sekaligus membina sikap negatif dalam diri pelajar terhadap matematik.
Untuk mengatasi masalah itu, satu kurikulum matetamati yang memberikan tumpuan kepada penyelesaian masalah dan pemikiran kritis telah diperkembangkan pada penghujung tahun 70’an. Seterusnya dalam KBSM pengajaran dan pembelajran Matematik ditekankan kepada fahamanb binaan (konstuktivm) dan kemahiran berfikir secara kreatif dan kritis.
(Nik Aziz Nik Pa, 1992)
________________________________________
PENUTUP
Proses perkembangan kurikulum sebagai sifatnya yang sentiasa berubah turut dipengaruhi oleh faktor-faktor persekitaran yang merangsang reaksi manusia yang terlibat dalam kepentingannya. Hasrat terhadap perubahan kurikulum itu menggambarkan keperluan pendidikan yang menjadi wadah peneerusan kepada kemajuan tamadun bangsa dan negara itu sendiri.
Sebenarnya, faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan [perkembangan kurikulum adalah elemen yang saling berkait antara satu sama lain. Dapatlah dikatakan bahawa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kurikulum itu sendiri mencerminkan idealisme dan perubahan keperluanmasyarakat dan negara, melalui institusi persekolahan yang akan meneruskan kebudayaan atau mencetuskan tamadun baru.

Faktor sosiologis merupakan dinamika masyarakat, terutama keinginan dan kecenderungan mereka untuk semakin maju, meskipun dalam beberapa hal juga disertai dengan sejumlah ekses yang tidak diharapkan, baik di bidang ekonomi maupun sosial budaya. Di antara kecenderungan paling menonjol adalah tuntutan ekonomi yang semakin besar sejalan dengan proses modernisasi dan industrialisasi yang semakin pesat, sehingga pendidikan sering diidentikkan dengan pembangunan sumber daya manusia yang siap terjun di bidang ekonomi. Sedangkan faktor psikologis adalah peserta didik yang menjadi obyek dari proses belajar mengajar. Dalam konteks IAIN/STAIN peserta didik adalah mahasiswa yang nota bene sudah memasuki usia dewasa, yang berarti sudah mengalami kematangan emosional dan intelektual, sehingga mereka tidak hanya perlu diisi materi pelajaran saja, tetapi juga diberi kesempatan untuk dapat mengembangkan diri.6 Adapun faktor epistimologi berkaitan dengan hakekat ilmu yang diajarkan yang dalam hal ini adalah bidang studi ilmu agama.
Fenomena saat ini menunjukkan bahwa bidang studi ilmu pengetahuan umum dan teknologi, yang didasarkan hanya pada rasionalisme dan empirisme, mengalami perkembangan atau perubahan secara cepat. Di sisi lain, meskipun juga mengalami perkembangan (al-tathawwur), bidang studi ilmu agama yang dasar utamanya adalah wahyu di samping rasionalisme dan empirisme nampak berjalan lambat, karena ada dimensi tertentu dalam ilmu agama yang bersifat abadi atau tetap (al-tsubut).

Kurikulum adalah seperangkat materi pendidikan dan pengajaran yang diberikan kepada peserta didik. Definisi lain, "suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar-mengajar di bawah bimbingan dan tanggungjawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya."l Ralp Tayler dalam Basic Principles of Curriculum and Instruction, berpendapat ada empat faktor penentu dalam perencanaan kurikulum, yakni faktor filosofis, sosiologis, psikologis dan epistimologis.2 Faktor-faktor ini, terutama faktor sosiologis, mengalami perkembangan sangat dinamis, sehingga menuntut evaluasi untuk melakukan pengembangan serta perubahan kurikulum secara periodik. Namun, karena aspek sosiologis ini juga berbeda antara satu tempat dengan tempat lain, maka di samping penyeragaman kurikulum secara nasional, perlu juga pengembangan kurikulum sesuai dengan kondisi dan potensi lokal masing-masing lembaga pendidikan.

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBANGAN KURIKULUM

Ada berbagai faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum, yaitu :

a. Filsafat dan Tujuan Pendidikan

Filsafat pada dasarnya adalah suatu pandangan hidup yang dianut oleh setiap orang, yang menjadi dasar untuk memandang dan melandasi suatu tindakan/ perbuatan.
Manakala suatu filsafat sudah menjadi sistem nilai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, maka ia dapat menjadi acuan yang tentu sangat mempengaruhi segala apa yang dibuat dan dilakukan oleh bangsa itu, termasuk penentuan tujuan pendidikannya.
Selanjutnya Tujuan Pendidikan itu akan terus mempengaruhi dan menentukan arah pendidikan di negara itu, termasuk pembuatan dan pengembangan kurikulum di negara itu.

b. Sosial Budaya Penyusunan Kurikulum

Karena sekolah sebagai suatu institusi sosial dibentuk dan dikembangkan untuk memenuhi tuntutan dan harapan masyarakat, maka dengan sendirinya kekuatan sosial budaya akan sangat berpengaruh bagi kurikulum suatu sekolah.
Ada berbagai kekuatan sosial yang sangat berpengaruh terhadap kurikulum yang menurut Ganjar Nugraha Jiwa Praja adalah unsur pokok kebudayaan, yaitu :

1) Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan
2) Organisasi ekonomi
3) Sistem norma-norma yang memungkinkan kerjasama antar para anggota masyarakat agar menguasai alam sekitar.
4) Perlengkapan dan peralatan hidup manusia
5) Sistem kemasyarakatan
6) Bahasa
7) Kesenian
8) Sistem Pengetahuan
9) Relegi ( sistem kepercayaan )

c. Psikologi Penyusunan Kurikulum

Kurikulum merupakan acuan dan pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan bagi peserta didik, maka muatan kurikulum yang merupakan pengalaman belajar harus selaras dengan perkembangan kejiwaan peserta didik yang disesuaikan dengan faktor yang mempengaruhi belajar mereka.

Ada berbagai landasan psikologis, yang manakala ditetapkan sebagai penyusunan kurikulum akan mempengaruhi terus menerus dalam pengembangan kurikulum itu, yaitu :

1) Pandangan tentang pengertian belajar
2) Teori belajar
d. Siswa sebagai dasar Penyusunan Kurikulum

Pendidikan akan lebih menarik dan bermakna bagi peserta didik manakala ia disesuaikan dengan kebutuhan jasmani, sosial dan intelektual peserta didik.
Segala hal yang berhubungan dengan siswa yang harus diperhatikan dan tentu akan berpengaruh bagi pengembangan kurikulum yaitu :

1) Siswa sebagai anggota masyarakat

2) Siswa sebagai individu yang sedang tumbuh dan berkembang, baik aspek pertumbuhan dan perkembangan fisiologisnya, aspek psikologisnya atau pun perubahan yang datang dari pengaruh lingkungan dan kultur dimana ia hidup.

3) Siswa sebagai indvidu yang memiliki kebutuhan pokok yang menurut Tyler , meliputi : kesehatan, hubungan sosial, hubungan sosial, hubungan dengan kewajiban sebagai warga negara, konsumen, jabatan dan kedudukan serta rekreasi.

4) Deplopmental Task
Deplopmental Task yaitu tugas-tugas yang muncul dalam periode tertentu dalam kehidupan seseorang, yang biasanya merupakan dasar bagi kebahagiaan dan keberhasilan menjalankan tugas-tugas tertentu dalam perkembangan dan pertumbuhan dia selanjutnya.

e. Prinsip, Organisasi, Bentuk dan Struktur Kurikulum

Suatu prinsif, organisasi, bentuk atau pun struktur kurikulum yang ditetapkan untuk penyusunan kurikulum, tentu akan sangat mempengaruhi pengembangan kurikulum selanjutnya.
Misalnya pada penyusunan kurikulum ditetapkan berorientasi kepada tujuan sebagai salah satu prinsipnya, maka secara otomatis pengembangan kurikulum tersebut sampai tingkat aktualisasinya harus berorientasi kepada tujuan itu, dan begitulah seterusnya, termasuk organisasi, bentuk dan struktur kurikulum itu jika kita tetapkan sebagai sesuatu hal yang harus jadi landasan utamanya.


Hambatan-hambatan Pengembangan Kurikulum

Dalam pengembangan kurikulum terdapat beberapa hambatan. Hambatan pertama terletak pada guru. Guru kurang berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum. Hal itu disebabkan beberapa hal. Pertama kurang waktu. Kedua kekurangsesuaian pendapat, baik antara sesama guru maupun dengan kepala sekolah dan administrator. Ketiga karena kemampuan dan pengetahuan guru sediri.

Hambatan lain datang dari masyarakat. Untuk pengembangan kurikulum dibutuhkan dukungan masyarakat baik dalam pembiayaan maupun dalam memberikan umpan balik terhadap sistem pendidikan atau kurikulum yang sedang berjalan. Masyarakt adalah sumber input dari sekolah. Keberhasilan pendidikan, ketepatan kurikulum yang digunakan membutuhkan bantuan, seta input fakta dan pemikiran dari masyarakat.

Hambatan lain yang dihadapi oleh pengembang adalah biaya. Untuk prngembangan kurikulum, apalagi yang berbentuk kegiatan eksperimen baik metode, isi atau sisitem secara keseluruhan membutuhkan biaya yang sering tidak sedikit.

Hambatan-hambatan Pengenbagan Kurikulum
Dalam pengembangan kurikulum terdapat beberapa hambatan. Hambatan pertama trletak pada guru. Guru kurang berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum. Hal itu disebabkan beberapa hal. Pertama kurang waktu. Kedua kekurangsesuaian pendapat, baik antara sesama guru maupun dengan kepala sekolah dan administrator. Ketiga karena kemampuan dan pengetahuan guru sediri.
Hambatan lain datang dari masyarakat. Untuk pengembangan kurikulum dibutuhkan dukungan masyarakat baik dalam pembiayaan maupun dalam memberikan umpan balik terhadap sistem pendidikan atau kurikulum yang sedang berjalan. Masyarakt adalah sumber input dari sekolah. Keberhasilan pendidikan, ketepatan kurikulum yang digunakan membutuhkan bantuan, seta input fakta dan pemikiran dari masyarakt.
Hambatan lain yang dihadapi oleh pengembang adalah biaya. Untuk prngembangan kurikulum, apalagi yang berbentuk kegiatan eksperimen baik metode, isi atau sisitem secara keseluruhan membutuhkan biaya yang sering tidak sedikit.
Berdasarkan data lapangan dapat diinterpretasikan bahwa hanya sebagian guru yang memahami tuntutan pentingnya kreativitas guru dalam implementasi kurikulum dengan pendekatan mutual-adaptive. Sebagai konsekuensinya adalah hanya sebagian guru yang membuat persiapan-persiapan pembelajaran sesuai dengan hakekat mutual-adaptive dari kurikulum, sedangkan sebagian lagi membuat persiapan hanya untuk memenuhi tuntutan administratif dalam manajemen sekolah. Guru-guru menggunakan kurikulum (GBPP) sebagai pedoman dalam pembuatan perencanaan program pembelajaran. Alat, media dan sumber-sumber pembelajaran yang digunakan di sekolah-sekolah belum sesuai dengan yang diharapkan.
Kesulitan-kesulitan penerapan pendekatan mutual-adaptive dalam implementasi kurikulum bersumber dari kurangnya pemahaman guru terhadap hakekat mutual-adaptive tersebut, dan penerimaan sekolah dan masyarakat terhadap tuntutan perubahan sesuai dengan hakekat kurikulum yang berlaku. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan guru antara lain membuat rencana-rencana pembelajaran tahunan, caturwulan, dan harian, termasuk di dalamnya menganalisis keterampilan-keterampilan yang akan dicapai melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran. Penerapan pendekatan mutual-adaptive memberikan dampak pada perubahan tingkah laku siswa dalam dimensi-dimensi kognitif, psikomotor, dan afektif. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa pemahaman guru terhadap hakikat kurikulum pada dasarnya mempengaruhi keberhasilannya memenuhi tuntutan-tuntutan perubahan melalui penerapkan pendekatan mutual-adaptive dalam pembelajaran siswa.
Berdasarkan temuan-temuan penelitian tersebut dapat dirumuskan beberapa kaidah yang mempengaruhi keberhasilan implementasi oleh guru sebagai pihak pelaksana dan pengembang kurikulum: (1) guru dituntut untuk kreatif menerapkan prinsip-prinsip behavioristik (S-R) dalam situasi nyata, dalam pengertian bahwa guru harus kreatif merespon berbagai stimulus yang mempengaruhi keberhasilannya dalam implementasi kurikulum, yakni dengan cara menerapkan pendekatan mutual-adaptive; (2) tujuan-tujuan instruksional merupakan sentral dalam desain dan implementasi pembelajaran siswa; dan (3) guru harus kreatif dalam seleksi konten, KBM, alat, media, dan sumber-sumber belajar, serta dalam kegiatan evaluasi dan tindak lanjutnya.
Temuan-temuan penelitian ini memiliki implikasi bagi pihak-pihak yang terkait dan bertanggung jawab pada keberhasilan implementasi kurikulum, yaitu: (1) perlunya upaya-upaya peningkatan kualifikasi guru dalam memahami dan mengimplementasikan kurikulum; (2) kepemimpinan kepala sekolah untuk mendorong guru-guru meningkatkan mutu pemahaman dan implementasi sesuai dengan hakikat kurikulum; (3) pengawasan dari dinas terkait hendaknya lebih mendorong guru-guru dan kepala sekolah meningkatkan mutu implementasi kurikulum; dan (4) pentingnya penelitian lanjutan yang berkaitan dengan implikasi hakekat mutual-adaptive kurikulum dalam setiap bidang kurikulum.

Tidak ada komentar: