View My Stats

Kamis, 16 September 2010

EJAAN YANG DISEMPURNAKAN ( DALAM RAGAM TULISAN BAHASA INDONESIA )

BAB I
PENDAHULUAN

Pada hakikatnya, ejaan itu tidak lain dari konvensi grafis, perjanjian di antara angota masyarakat pemakai suatu bahasa untuk menuliskan bahasanya. Bunyi bahasa yang seharusnya diucapkan diganti dengan huruf-huruf dan lambang-lambang lainnya.

Biasanya ejaan itu bukan hanya soal pelambangan fonem dengan huruf saja, tetapi juga mengatur cara penulisan kata dan penulisan kalimat, beserta dengan tanda-tanda bacanya. Peranan bahasa yang utama ialah sebagai penyampai maksud dan pengungkap perasaan seseorang kepada orang lain. Dilihat dari hal ini, maka dapat dikatakan bahwa benarlah sudah bahasa seseorang bila dia sudah mampu mengemban amanat tersebut, namun, mengingat bahwa situasi kebahasaan yang benar itu baik, atau sebaliknya, bahasa yang baik itu benar.

Kelengkapan unsur sebuah kalimat atau kata sangat menentukan kejelasan sebuah kalimat atau kata tersebut. Oleh sebab itu sebuah kalimat harus memiliki paling kurang subjek dan predikat. Kalimat yang lengkap tersebut harus ditulis sesuai dengan aturan-aturan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Kata-kata yang dipergunakan dalam membentuk kalimat tersebut haruslah dipilih dengan tepat. Dengan demikian kalimat menjadi jelas maknanya

Dalam hal keseluruhan ini, penyusunan kata demi kata, huruf demi huruf, dan kalimat demi kalimat, yang disusun dalam sebuah wacana digunakan untuk menyampaikan amanat atau pesan kepada lawan bicara. Agar amanat yang disampaikan itu dapat diterima dengan baik, persis seperti yang diinginkan, maka kata-kata yang kita gunakan harus kita pilih sebaik-baiknya, sesuai denhgan konsep amanat yang hendak disampaikan.

BAB II
EJAAN YANG DISEMPURNAKAN
( DALAM RAGAM TULISAN BAHASA INDONESIA )

Ejaan bahasa Indonesia yang berlaku dewasa ini disebut Ejaan (bahasa Indonesia) Yang Disempurnakan (disingkat EYD), huruf-huruf yang digunakan adalah huruf latin, yang digunakan juga oleh sebagian besar bangsa didunia ini untuk menuliskan bahasa mereka.
Walaupun alfabet yang digunakan sama, tetapi karena ejaan itu hanyalah suatu konvensi grafis, yaitu perjanjian dintara anggota masyarakat pemakai bahasa untuk menuliskan bahasanya, maka berbeda cara mengeja antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain.


1. Batasan Ejaan
Ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang distandarisasikan; yang lazimnya mempunyai tiga aspek, yakni aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad; aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis; aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran tanda baca. Atau dengan kata lain, ejaan adalah cara menuliskan bahasa (kata atau kalimat) dengan menggunakan huruf dan tanda baca.
Di Indonesia pernah berlaku tiga macam ejaan, yaitu Ejaan Van Ophuysen (1901), Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (1947), dan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (1972), Ejaan yang sekarang berlaku adalah Ejaan Yang Disempurnakan. Di dalam ejaan itu dibahas (1) Pemakaian huruf, (2) Penulisan huruf, (3) Penulisan kata, (4) penulisan unsur serapan, (5) Tanda baca.
Bahasa Indonesia memiliki sistem atau batasan ejaan sendiri, diantaranya adalah sebagai berikut:
#’. Huruf dan namanya
Abjad latin yang digunakan terdiri dari 26 huruf, dalam bahasa Indonesia nama ke-26 huruf itu adalah:

Jenis huruf Nama huruf
Kecil Kapital
A
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
n
o
p
q
r
s
t
u
v
w
x
y
z A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
T
U
V
W
X
Y
Z [a]
[be]
[ce]
[de]
[e]
[ef]
[ge]
[ha]
[i]
[je]
[ka]
[el]
[em]
[en]
[o]
[pe]
[ki]
[er]
[es]
[te]
[u]
[fe]
[we]
[eks]
[ye]
[zet]

Huruf a,i,u,e, dan o disebut huruf vokal, huruf lainnya yaitu b, c, d , f, g , h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, dan z disebut huruf konsonan.

2. Pemakaian Huruf

Huruf yang ada dalam alphabet latin hanya 26 buah, sedangkan jumlah fonem bahasa ada 28 buah. oleh karena itu, ada sebuah huruf yang digunakan untuk melambangkan dua buah fonem yang berbeda, dan ada juga digunakan gabungan dua buah huruf untuk melambangkan sebuah fonem.


2.1). Pemakaian Huruf Vokal

Huruf vokal digunakan untuk melambangkan fonem vocal dengan aturan sebagai berikut:

Huruf vokal Fonem Contoh
A /a/ akar Lagi Gila
E

/e/
/e’/ elang
-
enak Dera
bemo
mewah Orde
sate
-
I /i/
/i’/ ibu
- Tiba
baiduri Tadi
Gulai
O /o/ orang
omel Sore
botak Bemo
-
U /u/
/w/ upah
aula Gula
saudara Lembu
Danau

Huruf (e) digunakan untuk melambangkan fonem /e/ dan /e’/; huruf (i) untuk melambangkan fonem /i/ dan /y/; dan huruf (u) digunakan untuk melambangkan fonem/u/ dan /w/.
Karena fonem /y/ dilambangkan juga dengan huruf (i) dan fonem /w/ dilambangkan juga dengan huruf (u), maka rangkaian vokal aidan au pada kata-kata seperti ramai dan pulau sering disebut orang dengan istilah vokal rangkap atau diftong.

2.2). Pemakaian Huruf Konsonan

Huruf-huruf konsonan digunakan untuk melambangkan fonem-fonem konsonan dengan aturan sebagai berikut:




Huruf Fonem Contoh
B
c
d
f
g
h
j
k

kh
l
m
n
ng
ny
p
r
s
sy
t
v
w
y
z /b/
/c/
/d/
/f/
/g/
/h/
/j/
/k/

/kh/
/l/
/m/
/n/
/ng/
/ny/
/p/
/r/
/s/
/sy/
/t/
/v/
/w/
/y/
/z/ bara
cara
dara
fitnah
gula
hama
jala
kita
-
khotib
lama
madu
noda
ngarai
nyawa
para
rata
sakit
syaraf
tarik
variasi
wasiat
yakin
zakat

laba
pacar
pudar
afiat
jagal
tahan
ajal
bukan
rakyat
akhlak
alat
aman
tanah
angun
lenyap
apa
keras
asap
dahsyat
atur
lava
awan
layu
lazim kitab
-
ahad
aktif
-
rumah
-
letak
becak
tarikh
asal
dalam
asin
petang
-
atap
ular
keras
-
hemat
-
-
-
-

Catatan:
1) Huruf (k) selain dipakai untuk melambangkan bunyi [k] seperti pada kata kita dan bukan, juga digunakan untuk melambangkan bunyi hamzah atau bunyi glotal seperti terdapat pada kata rakyat dan becak.
2) Huruf q hanya dipakai untuk keperluan ilmiah dan nama kitab suci agam islam, yaitu al-qur’an.
3) Huruf x hanya dipakai untuk nama-nama seperti xenon dan xerox, yang dilafalkan [z]. pada kata taxi huruf x itu dibaca [ks].
4) Pada posisi akhir suku kata kedudukan huruf y diganti dengan huruf i, misalnya damai dan balai, sedangkan pada posisi diantara vokal /i/ dan vocal lain /a, o, u, e/ hiuruf y tidak perlu dituliskan, misalnya dia, bola, siul.
5) Pada posisi akhir suku kata kedudukan huruf w diganti dengan huruf u, misalnya kerbau dan danau, sedangklan pada posisi diantara vokal /u/ dan vocal lain /a, i, e/ huruf w tidak perlu dituliskan, misalnya jual, kuil, kue.

2.3). Pemakaian Huruf Kapital

Huruf besar atau huruf kapital digunakan:
1) Sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat :
Contoh: - Ini buku tata bahasa
- Siapa adikmu?
- kamu harus giat belajar !
2) Sebagai huruf pertama kata yang berkenaan dengan agama, kitab suci, dan nama Tuhan termasuk kata gantinya.
Contoh: - Islam
- Injil
- Allah
- Mohon ampun kepada-Nya
3) Sebagai huruf pertama kata pada petikan langsung.
Contoh: - Kata ayah, “Saya akan datang”.
- Ibu bertanya, “Siapa nama anak itu ?”
4) sebagai huruf pertama kata yang menyatakan gelar kehormatan, gelar keagamaan, gelar keturunan, yang diikuti dengan nama orang.
Contoh: - Mahaputra Mohammad Yamin
- Imam Syafi’i
- Nabi Isa
- Sultan Hamengkubuwono IX
Tetapi jika tidak diikuti nama orang, huruf kapital tidak dipakai.
Contoh: - Mempelajari riwayat nabi-nabi
- mengikuti ajaran seorang imam
- Baru dinobatkan menjadi sultan
5) Sebagai huruf pertama nama jabatan atau pangkat yang diikuti nama orang.
Contoh: - Gubernur Suprapto
- Profesor Doktor Ali Baba
- Jenderal L.B. Murdani
Tetapi jika tidak diikuti nama orang huruf kapital tidak dipakai.
Contoh: - Hadir juga beberapa orang menteri
- Siapa nama bupati itu ?
- Dulu dia sersan sekarang sudah jadi letna
6) Sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Contoh: - Harmoko
- Ismail Marzuki
- Hasan Al-Banna
7) sebagai huruf pertama kata yang menyatakan nama bangsa, suku, atau nama bahasa.
Contoh: - bangsa Indonesia
- bahasa Arab
- orang Bali
Tetapi jika tidak menunjukkan nama, maka huruf kapital itu tidak dipakai.
Contoh: - Kata-kata asing itu akan diindonesiakan
- Naskah itu akan diinggriskan
- Sikapnya masih kebelanda- belandaan
8) Sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan nama peristiwa sejarah.
Contoh: - bulan Otober
- tahun Masehi
- Hari Natal
- Perang Salib
- Proklamasi Kemerdekaan
9) Sebagai huruf pertama kata yang menyatakan nama dalam geografi.
Conhtoh: - Jakarta - Gunung Semeru
- Irian Jaya - Danau Batur
- Selat Malaka - Terusan Suez
Tetapi jika tidak merupakan nama, maka huruf kapital tidak di pakai.
Contoh: - Kami akan mendaki gunung
- Mereka mandi di sungai
- Di wilayah itu ada beberapa buah danau
10) Sebagai huruf pertama kata yang menyatakan nama lembaga atau badan pemerintahan, ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi, termasuk juga singkatannya.
Contoh: - Dewan Perwakilan Rakyat DPR
- Departemen Penerangan Deppen
- Universitas Gajah Mada UGM
Tetapi jika tidak diikuti nama, maka huruf kapital tidak dipakai.
Contoh: - Menurut undang-undang yang berlaku
- Belajar di universitas swasta
- bekerja pada sebuah departemen
11) Sebagai huruf pertama kata-kata yang menjadi nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecualiu partikel (seperti di, ke, dan, dari) yang tidak terletak pada posisi awal.
Contoh: - Buku Jalan tak Ada Ujung karangan Mukhtar Lubis
- Majalah Sinar Harapan
- Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma karangan Idrus
12) Sebagai huruf pertama istilah kekerabatan (seperti bapak, ibu, adik, dan saudara) yang dipakai sebagai kata ganti atau kata sapaan.
Contoh: - Tanya ibu kepada ayah, “Kapan Bapak akan berangkat?”
- Kata paman kepada kami, “Memang benar Paman akan ke Jepang.”
Tetapi jika istilah kekerabatan itu tidak dipakai sebagai kata ganti atau kata sapaan, maka huruf capital tidak digunakan.
Contoh: - Dia mempunyai dua orang saudara
- Kamu harus menaati nasehat ibu dan ayahmu
- Yang duduk disana bukan paman saya.
13) Dalam singkatan kata yang menyatakan unsur nama gelar, pangkat, dan istilah sapaan.
Contoh: - Ir. insinyur
- S.H sarjana hukum
- Kol. kolonel
- Sdr. saudara
- Tn. tuan

2.4). Pemakaian Huruf Kecil
Huruf kecil digunakan pada posisi-posisi yang tidak menggunakan huruf besar.

2.5). Penggunaan Huruf Miring
Huruf miring digunakan dalam cetakan. Dalam tulisan tangan atau ketikan yang akan dicetak miring, diberi garis bawah tunggal.
Huruf miring digunakan untuk:
(1) Menuliskan nama buku, nama majalah, surat kabar, yang dikutip dalam karangan.
Contoh: - Buku Kaidah Bahasa Indonesia karangan Slametmulyana.
- Majalah Ayah Bunda terbitan bulan Agustus 1984.
- Surat kabar Berita Buana tanggal 5 Oktober 1984.
(2) Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
Contoh: - Ny. Indira Gandhi bukan terbunuh melainkan dibunuh.
- Karangan ini tidak membicarakan masalah ejaan.
- Huruf pertama kata ubah adalah u bukan o.
(3) Menuliskan istilah ilmiah, atau ungkapan asing, kecuali yang sudah disesuaikan ejaaannya.
Contoh: - Buah manggis (Garcinia mangostana) banyak terdapat di situ.
- Kata up-grading sudah diganti dengan penataran.
- Dulu Belanda selalu menjalankan politik devide et empera.

2.6). Pemakaian Huruf Tebal
Huruf tebal digunakan dalam cetakan. Dalam tulisan tangan atau ketikan yang akan dicetak tebal, diberi garis bawah ganda.
Huruf tebal ini berfungsi untuk untuk menandai kata-kata yang dianggap penting, atau perlu mendapat perhatian, seperti kata kepala (entri) di dalam kamus dan ensiklopedia, subjudul di dalam karangan, dan sebagainya.

3. Penulisan Kata dan Angka
3.1). Penulisan Kata
Secara ortografis ada empat macam kata yang harus diperhatikan penulisannya, yaitu kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang, dan kata gabung atau gabungan kata.

3.1.1) Penulisan Kata Dasar
Kata dasar, yaitu kata yang belum diberi imbuhan atau belum mengalami proses morfologi lainnya, ditulis sebagai satu kesatuan, terlepas dari kesatuan yang lainnya.
Contoh: - Kita semua anak Indonesia.
- Ayah pergi ke Jakarta
- Kami datang dari desa
3.1.2) Penulisan Kata Berimbuhan
Kata berimbuhan yaitu kata yang di bentuk dari kata dasar atau bentuk dasar dengan imbuhan (awalan, sisipan, atau akhiran) ditulis dengan aturan sebagai berikut:
(1) Imbuhan (awalan, akhiran, dan sisipan) ditulis serangkai dengan kata dasarnya sebagai satu kesatuan.
Contoh: - membangun - keterbelakangan
- pembangunan - persatuan
- gemetar - kesatuan
(2) Kalau bentuk dasarnya adalah gabungan kata, maka awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikutinya atau mendahuluiya.
Contoh: - bertanggung jawab - lipat gandakan
- sebar luaskan - menganak sungai
- garis bawahi

3.1.3) Penulisan Kata Gabung
Kata gabung atau gabungan kata adalah bentuk yang terdiri dari dua buah kata atau lebih. Aturan penulisannya adalah sebagai berikut:
(1) kata-kata yang membentuk gabungan kata di tulis terpisah satu dengan yang lainnya.
Contoh: - kantor pos - kereta api ekspres
- luar nageri - buku pelajaran bahasa Indonesia
- tata bahasa
(2) Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai sebuah kata ditulis serangkai menjadi satu.
Contoh: - matahari - daripada
- hulubalang - bumiputra
- apabila - bilamana
- barangkali
(3) Kalau sebuah gabungan kata sekaligus diberi awalan dan akhiran maka harus ditulis serangkai sebagai sebuah kata.
Contoh: -melipatgandakan
- perkeretaapian
- ketidakadilan
- dimejahijaukan
- pembumihanguskan
(4) Kalau salah satu unsur dari gabungan kata itu (biasanya unsur pertama) tidak dapat berdiri sendiri sebagai sebuah kata, maka gabungan kata itu ditulis serangkai sebagai sebuah kata.
Contoh: - antarkota - multinasional
- mahasiswa - semipermanen
- prakata - caturtunggal
- nonbaku - purnawirawan
- internasional
Tetapi bentuk-bentuk (kata) yang hanya muncul dalam pertuturan dengan satu-satunya kata lain yang menjadi pasangannya, tetap ditulis terpisah dari kata pasangannya itu, Misalnya kata-kata pora, renta, kerontong, bugar, dan belia pada gabungan kata.
Contoh: - pesta pora
- tua renta
- kering kerontang
- segar bugar
- muda belia
(5) Untuk menghindarkan salah baca dan salah pengertian, maka diantara unsur-unsur gabungan kata itu boleh diberi garis penghubung.
Contoh: - buku sejarah- baru
dengan arti, ‘yang baru adalah sejarahnya’
- buku- sejarah baru
dengan arti, ‘yang baru adalah bukunya’

3.1.4) Penulisan Kata Ulang
Kata ulang adalah sebuah bentuk sebagaimana hasil dari mengulang sebuah kata dasar atau sebuah bentuk dasar.
Kata ulang ditulis secara lengkap atauutuh dengan memberi garis penghubung.
Contoh: - jalan-jalan - bangunan-bangunan
- berlari-larian - kemerah-merahan
- berkata-kata - pemimpin-pemimpin
- memata-matai - kelap-kelip
Aturan penulisankata ulang ini berlaku juga pada bentuk-bentuk seperti:
- sia-sia - pura-pura
- laba-laba - kisi-kisi
- kupu-kupu

3.1.5) Penulisan Kata Ganti Klitik
Kata ganti klitik adalah kata ganti yang disingkat seperti ku, kau, mu, dan nya. Kata ini ditulis serangkai dengan kata yang mengikuti atau mendahuluinya.
Contoh; - Rumah itu sudah kubeli
- Dimana kausimpan buku itu ?
- Ini bukuku, itu bukumu, lalu mana bukunya ?
3.1.6) Penulisan Kata Depan
Kata depan adalah kata-kata yang biasanya menjadi penghubung antara predikat dengan objek atau keterangan; dan lazimnya berada didepan sebuah kata benda. Misalnya kata-kata: di, ke, dari, pada, kepada, dengan, oleh, dalam, dan sebagainya.
Kata depan dituliskan dengan aturan sebagai berikut:
(1) Kata depan ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh: - Kami bermain di lapangan.
- Ayah pergi ke Malaysia.
- Ibu baru pulang dari pasar.
Perhatikan juga contoh !
- Beliau pergi ke luar kota.
- Dikeluarkan dari dalam lemari.
- Diletakkan di atas meja.
(2) Kata depan kepada dan daripada ditulis serangkai karena dianggap sebagai sebuah kata.
Contoh: - Dia minta tolong kepada polisi
- Daripada terlambat lebih baik saya tidak datang.
(3) Kata depan ke bersama kata yang mengikutinya apabila secara sintaksis berlaku sebagai kata kerja, atau sekaligus mendapat awalan dan akhiran ditulis serangkai.
Contoh: - Saya keluar sebelum acara selesai.
- Masalah itu telah beberapa kali dikemukakan beliau.
- Jangan mengeluarkan uang apabila tidak perlu benar.

3.1.7) Penulisan Kata Sandang
Kata sandang si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutunya.
Contoh: - Kembali si pengirim.
- Sang saka berkibar di mana-mana.

3.1.8) Penulisan Partikel
(1) Partikel lah, dan kah, ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh: - Berangkatlah sekarang juga !
- Siapakah yang kaucari !
(2) Partikel pun yang berarti ‘juga’ ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Contoh: - Pada saya pun banyak utangnya.
- Dibayar pun aku tidak mau.
(3) Pada kata penghubung, seperti biarpun, meskipun, sungguhpun, dan sekalipun, pun ditulis serangkai karena dianggap sebagai bagian dari sebuah kata.
Contoh: - Biarpun dilarang, dia pergi juga.
- Dia berangkat juga meskipun sedang sakit.
- Walaupun pohon ini tinggi, dia tetap berusaha menaikinya.
(4) Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh; - Harga langganan naik per 1 April 1984.
- Kami disilahkan masuk satu per satu.
- Harganya Rp. 200,00 per lembar.

3.1.9) Penulisan Singkatan Kata
Penyingkatan kata ini diantara lain dilakukan dengan cara:
(1) Hanya menuliskan dan juga mengucapkan huruf pertama saja dari unsur kata-kata yang disingkat itu. Dalam hal ini bila:
(a) Kata-kata yang disingkat itu berkenaan denan nama, atau unsur nama orang, dan nama gelar kesarjanaan , maka ditulis dengan huruf besar dan diberi tanda titik di belakang tiap-tiap huruf singkatan itu. Misalnya:
R.A. Kartini Raden Ajeng Kartini
W.R. Supratman Wage Rudolf Supratman
Basuki N.S Basuki Noto Sewoyo
Ali Said, S.H Ali Said Sarjana Hukum

Catatan:
Dibelakang nama orang singkatan gelar kesarjanaan diberi tanda koma; sedangkan dibelakang nama orang yang diikuti singkatan unsur nama tidak diberi tanda koma.
(b) Kata-kata yang disingkat itu berkenaan dengan nama lembaga pemerintahan, badan-badn internasional, dokumen kenegaraan, dan lain-lain, maka ditulis dengan huruf besar dan dibelakang tiap huruf tidak diberi tanda titik.
Contoh: SD = Sekolah Dasar
SMK = Sekolah Menengah Kejuruan
UUD ‘45 = Undang-Undang Dasar ‘45
(c) Kata-kata yang disingkat itu berkenaan dengan istilah atau ungkapan lainmaka dituis dengan hururf kecil, dan dibelakang tiap huruf diberi tanda titik.
Contoh: a.n. = atas nama
d.a. = dengan alamat
u.b. = untuk beliau

(2) Hanya menuliskan beberapa huruf saja dari kata atau kata-kata yang disingkat. Dalam hal ini:
(a). Kalau yang disingkat adalah yang berkenaan dengan nama orang, kata sapaan, gelar dan ungkapan lain,maka diberi titik dibelakang singkatan itu.
Misalnya: Moh. Rizal = Mohammad Rizal
Ny. = Nyonya
Tn. = Tuan
Prof. = Profesor
Dr. = Doktor
Hlm. = halaman
(b). Kalau yang disingkat nama satuan ukuran (berat, isi, luas) dan nama mata uang, maka dibelakang sinkatan itu tidak diberi titik.
Misalnya: ml = milliliter
cm = centimeter
ha = hectare

(3) Hanya menuliskan suku kata tertentu saja dari kata-kata atau unsure kata-kata yang disingkat.
Misalnya: Depdikbud = Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
tilang = bukti pelanggaran
monas = monumen nasional
sidak = inspeksi mendadak
Kata-kata singkatan seperti ini lazim disebut akronim.

3.3.10) Penulisan kata-kata Berejaan Kembar
Dalam pemakaian bahasa sehari-hari banyak kita jumpai kata-kata yang ditulis dengan ejaan yang berbeda. Untuk mengetahui mana yang diulis dengan ejaan yang benar, maka kita harus melihatnya pada kamus. Tentu saja kamus yang baik, seperti Kamus Umum Bahasa Indonesia oleh WJS Poerwardaminta, atau Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Sebagai contoh, berikut ini sejumlah kata yang sering ditulis dengan ejaan yang berbeda. Sebelah kiri yang ejaannya salah dan sebelah kanan yang benar.

Ejaan yang salah
(Tidak Baku) Ejaan yang benar
(Baku)
Administratip Administratif
Anjlog Anjlok
Atlit Atlet
Bapa, bapa’ Bapak
Bonafide Bonafid
Bis Bus
Ceritra Cerita,ceritera
Definitip Definitif
Duren Durian
Eksport Ekspor
Ekstrim Ekstrem
Fihak Pihak
Gubug Gubuk
Hakekat Hakikat
Ijin Izin
Iyuran Iuran
Jaman Zaman
Jambatan Jembatan
Jenasah Jenazah
Kalo’, kalo Kalau
Kangker Kanker
Karma Karena
Laberak Labrak
Liwat Lewat
Mahluk Makhluk
Ma’mur Makmur
Nomer Nomor
Obyek Objek
Panitya Panitia
Planit Planet
Rame Ramai
Rebo Rabu
Sampurna Sempurna
Senen Senin
Sistim Sistem
Telor Telur
Teatre Teater
Tionghwa Tionghoa
Wal’afiat Walafiat


3.2). Penulisan Angka
Dalam ejaan bahasa Indonesia ada digunakan 2 macam angka, yaitu angka Arab dan angka Romawi.
Angka Arab: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X
L = 50, C = 100, M = 1000

3.2.1) Angka Arab
Digunakan untuk menyatakan bilangan, nomor atau jumlah. Aturan penulisannya adalah:
(1) Untuk menyatakan bilangan, nomor, atau jumlah satu sampai seribu ditulis tanpa titik pemisah satuan.
Contoh: - Jalan Rawamangun Muka nomor 8.
- Di kelas kami ada 12 orang murid perempuan dan 23 orang murid laki-laki.
(2) Lambang bilangan yang dapt dinyatakan dengan sebuah atau dua buah kata ditulis dengan huruf, kecuali bila digunakan secara berurutan seperti dalam pemerincian.
Contoh: - Kakak membeli tiga ekor ayam.
- Ayah membeli 3 lembar seng, 2 gerobak pasir, 3 kaleng cat, dan 1 kg paku.
(3) Pada awal kalimat lambang bilangan harus ditulis dengan huruf. Jika lambang bilangan itu tak dapat dinyatakan dengan sebuah atau dua buah kata, maka susunan kaliat harus diubah supaya lambang bilangan tidak berada pada awal kalimat.
Contoh: - Lima belas orang tidak naik kelas.
Bukan: - 15 orang tidak naik kelas.
- Beliau mengundang 165 orang tamu.
- Seratus enam puluh lima orang tamu diundang beliau.
Bukan: - 165 orang tamu diundang beliau.
(4) Angka yang menunjukkan bilangan bulat yang besar dapat ditulis sebagian dengan huruf agar lebih mudah dibaca.
Contoh: - Proyek ini menghabiskan biaya sebanyak 425 juta rupiah.
(5) Dalam akte, kuitansi dan dokumen resmi lainnya, bilangan dapat ditulis dengan angka dan sekaligus dengan huruf.
Contoh: - Telah terima uang sebanyak Rp 35.000,00 (tiga puluh lima ribu)sebagai tanda jadi pembelian sebuah mesin tik.
Tetapi dalam teks lain, bilangan tidak perlu ditulis dengan huruf dan angka sekaligus.
Contoh: - Yang hadir 15 orang perempuan dan 21 orang laki-laki.
Bukan: - Yang hadir 15 (lima belas) orang perempuan dan 21 (dua puluh satu) laki-laki.
(6) Setiap kelipatan seribu dari bilangan yang menyatakan jumlah harus diberi tanda titik.
Contoh: - Harga rumah itu Rp 17.000.000,00
- Perpustakaan tersebut membeli 187.267 buah buku.
Tetapi jika tidak menyatakan jumlah, maka tidak diberi tanda titik.
Contoh: - Nomor telepon rumah Pak Mahmud 5112345.
- Nomor induk pegawainya 130254198.
(7) Diantara angka bilangan yang menyatakan jam, menit, dan detik, maka diletakkan tanda titik.
Contoh: - Rapat dimulai pukul 12.30
- Andi berangkat ke sekolah pukul 06.30
(8) Untukmenyatakan tigkat di muka angka maka harus diberi awalan dan garis tanda hubung.
Contoh: - Rumah ke-3 dari samping jalan.
- Anak ke-6 dari 7 bersaudara.

3.2.2). Angka Romawi
Angka Romawi digunakan secara terbatas karena bentuknya tidak praktis untuk menuliskan jumlah atau bilangan yang besar. Angka ini selain untuk menyatakan bilangan biasa, juga dapat digunakan untuk manyatakan bilangan tingkat.
Contoh: - Abad XX
Dapat dibaca abad dua puluh, atau abad kedua puluh.
- Juara II
Dapat dibaca juara dua atau juara kedua.

4. Tanda Baca
Tanda baca adalah simbol yang tidak berhubungan dengan fonem (suara) atau kata dan frasa pada suatu bahasa, melainkan berperan untuk menunjukkan struktur dan organisasi suatu tulisan, dan juga intonasi serta jeda yang dapat diamati sewaktu pembacaan. Aturan tanda baca berbeda antar bahasa, lokasi, waktu, dan terus berkembang. Beberapa aspek tanda baca adalah suatu gaya spesifik yang karenanya tergantung pada pilihan penulis.
Tanda baca juga adalah tanda-tanda yang digunakan di dalam bahasa tulis agar kalimat-kalimat yang kita tulis dapat dipahami orang persis seperti yang kita maksudkan.
Aturan penggunaan tanda baca itu adalah:
4.1) Penggunaan Titik
Tanda baca titik (.) digunakan:
(1) Pada akhir kalimat yang bukan kalimat seru atau kalimat Tanya.
Contoh: - Nyonya Indira Gandhi telah tiada.
- Nomor teleponnya 480198.

(2) Pada akhir singkatan nama orang.
Contoh: - R.A. Kartini
- Muhd. Yamin
- W.J.S. Poerwadarminta
(3) Pada akhir singkatan kata yang menyatakan gelar, jabatan, pangkat, atau sapaan.
Contoh: Ny. = Nyonya
Tn. = Tuan
Prof. = Profesor
Dr. = Doktor

(4) Pada singkatan kata atau singkatan ungkapan yang sudah lazim. Pada singkatan yang terdiri dari tiga huruf atau lebih hanya digunakan satu titik.
Contoh: a.n. = atas nama
d.a. = dengan alamat
u.b. = untuk beliau

(5) Di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Contoh: 1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Masalah dan ruang lingkup
1.2.1 Masalah
1.2.2 Ruang Lingkup
1.3 Tujuan
1.4 Metode
1.5 ……..
Catatan: Di belakang angka terakhir tidak digunakan tanda titik.
(6) Untuk memisahkan angka, jam, dan detik yanhg menunjukkan waktu.
Contoh: Pukul 1. 30 .15 (pukul 1 lewat 30 menit 15 detik)
(7) Untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.
Contoh: 1. 30. 15 (1 jam, 30 menit, 15 detik)
(8) Untuk mimisahkan angka ribuan, jutaan, dan seterusnya yang menunjukkan jumlah.
Contoh: - Hadiah pertama Rp 120.000.000,00
- Menampung 18.250.000,00 m³ air
Namun, jika tidak menunjukkan jumlah, titik tidak terpakai.
Contoh: - Nomor induk pegawainya 130254198
- Dia lahir tahun 1937 di Bandung
Tanda baca titik tidak digunakan:
(1) Pada singkatan yang terdiri dari huruf awal kata atau suku kata, atau gabungan keduanya, atau yang terdapat di dalam akronim yang sudah lazim.
Contoh: ABRI Ormas
SMA Menpora
WHO Tilang
Deppen
(2) Pada singkatan lambang kimia, satuan ukuran,takaran, timbangan, dan mata uang.
Contoh: Cu Cuprum
TNT Trinitroluen
Kg Beratnya 100 kg
(3) Pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, kepala ilustrasi, table, dan sebagainya.
Contoh: Jurnal Sidang Umum MPR
Rute Balap Sepeda Tour de Jawa
(4) Di belakang alamat pengirim, tanggal surat, atau nama dan alamat pengirim surat.
Contoh: R.M. Basuki
Jalan Karet Tengsin 246
Jakarta Pusat

Jakarta 17 Agustus 1984
- Yth. Sdr. Abraham
Jalan Setia Budi 118
Bandung

4.2) Penggunaan Titik Dua
Tanda titik dua (:) digunakan:
(1) Pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti oleh suatu pemberian.
Contoh: - Yang dibeli ibu di pasar ialah: beras, gula, cabe, dan mentimun.
- Di sekolah kami ada tiga buah jurusan, yaitu : IPA, IPS, dan Sastra.
Tetapi kalau pemberian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan, maka titik dua tidak dipakai.
Contoh: - Ibu pergi ke pasar membeli beras, gula, kopi, dan mentimun.
(2) Sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemberian.
Contoh: - Ketua : Syarwan
Sekretaris : Sarah
Bendahara : Hamzah Anwar
(3) Dalam teks drama sesudah klata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Contoh: Ibu : Bawa koper ini, Mir !
Amir : Baik, Bu.
Ibu : Jangan lupa. Letakkan baik-baik.
(4) Di antara jilid cdan nomor halaman.
Contoh: Tempo, 1/1972/, 34:7
(5) Di anara bab dan ayat dalam kitab suci.
Contoh: Surah yaasin : 65
(6) Di antara judul dan anak judul suatu karangan, dan di antara nama penerbit dengan dengan kota tempat penerbitan.
Contoh: Drs. M. Ramlan, Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif, CV Karyono: Yogyakarta.

4.3) Pengguaan tanda Titik Koma
Tanda titik koma (;) dapat digunakan:
(1) Untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Contoh: - Malam makin larut; pekerjaan kami belum selesai.
(2) Untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh: - Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk di dapur; adik menghafalkan pelajarannya; saya sendiri mendengarkan radio.

4.4) Penggunaan Tanda Koma
Tanda koma (,) digunakan :
(1) Di antara unsur-unsur dalam suatu pemberian atau pembilangan.
Contoh: - Adik membawa gelas, piring, dan teko.
- Satu, dua, tiga, … empat !
(2) Untuk memisahkan bagian-bagian kalimat majemuk setara yang dihubungkan dengan kata penghubung yang menyatakan pertentangan seperti tetapi dan sedangkan.
Contoh: - Saya ingin pergi, tetapi tidak punya uang
- Dia bukan anak saya, melainkan anak pak Amat
(3) Untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Contoh: - Kalau dia pergi, saya pun akan pergi.
- Karena sibuk, dia lupa akan janjinya.
Tetapi kalau anak kalimat tidak mendahului anak kalimat, maka koma tidak dipakai.
Contoh: - Dia lupa akan janjinya karena terlalu sibuk.
(4) Di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat, yang terdapat pada awal kalimat, seperti jadi, lagipula, oleh karena itu, akan tetapi, meskipun begitu, dan sebagainya.
Contoh: - Jadi, soalnya tidaklah semudah itu.
- Oleh karena itu, kita harus hati-hati.
(5) Di belakang kata-kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, kasihan yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh: - Wah, bukan main !
- Aduh mengapa jadi begitu ?
- O, saya mengerti sekarang !
(6) Untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Contoh: - Kata ibu, “saya gembira sekali.”
- “saya akan pergi sekarang juga,”kata adik kepada ibu.
(7) Di muka angka persepuluhan, dan di antara rupiah dengan sen.
Contoh: - 12,24 cm
- Rp 125,50
(8) Di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya, untuk membedakannya dari singkatan nama keluarga atau marga.
Contoh: - Moh. Bakri, S.H. (S.H. Sarjana Hukum)
- Ny. Suhartini, S.P. (S.P. sarjana Pendidikan)
(9) Untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan aposisi.
Contoh: - Kemarin malam, jangan bilang-bilang pada ibu, saya pergi ke bioskop.
(10) Di antara : (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, (d) nama tempat dan wilayah, ditulis berurutan.
Contoh: - Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 4, Jakarta
(11) untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam Daftar Pustaka.
Contoh: - Siregar, Merari, Azab dan Sengsara. Jakarta, Balai Pustaka, 1954
(12) diantara nama tempat penerbitan, nam penerbit, dan tahun penerbitan, dalam suatu Daftar Pustaka.
Contoh: - Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta, Balai Pustaka, 1976.

4.5) Penggunaan Tanda Hubung
Tanda hubung (-) digunakan :
(1) untuk menyambung bagian-bagian bentuk ulang dan kata ulang.
Contoh: sia-sia
baik-baik

(2) untuk menyambung suku-suku kata yang terpenggal oleh perpindahan baris
Contoh: ……………. menerus-
kan pembangunan
………………..menja-
ga keamanan
(3) untuk merangkaikan:
(a) se dengan kata berikutnya yang mulai dengan huruf besar.
Contoh: se-Indonesia
se-Sumatera Barat
(4) untuk menyambung bagian-bagian tanggal
Contoh: Lahir tanggal 12-5-1978
(5) untuk menyambung huruf-huruf yang dieja satu per satu.
Contoh: p-a-n-t-i-a
p-e-m-b-a-n-g-u-n-a-n
(6) dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan.
Contoh: ber-evolusi (berasal dari kata evolusi, awalan ber-)
Buku sejarah-baru (yang baru adalah bukunya )
(7) tanda hubung dipakai untuk menguraikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing yang masih dieja secara asing.
Contoh: meng-upgrade
di-clear-kan

4.6) Penggunaan Tanda Elipsis
Tandanya berupa tiga buah titik (…), sebagai bagian-bagian kalimat yang dihilangkan.
Contohnya: - Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.
- Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ….
Pada contoh urutan kedua, tanda baca digunakan empat titik, apabila terletak pada akhir kalimat.

4.7) Penggunaan Tanda Tanya
Tanda Tanya (?) digunakan:
(1) pada akhir kalimat Tanya
Contoh: Siapa namamu ?
(2) Menyatakan bagian kalimat yang kurang dibuktikan kebenarannya.(tanda tanyanya diapit tanda kurung)
Contoh: Dia dilahirkan tahun 1980 (?) di Jakarta.
Uangnya sebanyak 15 juta rupiah (?) hilang.

4.8) Penggunaan Tanda Seru
Digunakan untuk ungkapan , atau pernyatan, perintah, dan Rasa emosi.
Contoh: Berangkatlah sekarang juga !
Aduh! Hebat sekali akibat ledakan itu.
4.9) Penggunaan Tanda Kurung
Contoh: - Kami mengunjungi Monas (Monumen Nasional)
- Hadir juga dalam acara itu Letjen (Purnawirawan)
4.10) Penggunaan Tanda Kurung Siku
Contoh: - Sang Sapurba [d]engar bunyi gemersik. (menyatakan sebagai bagian yang dikoreksi orang lain)
- …(perbedaan antara dua macam proses ini [lihat bab I] tidak dibicarakan). (menyatakan sebagai keterangan di dalam kalimat penjelas)

4.11) Penggunaan Tanda Petik
Contoh: - Kata Ayah “Saya akan pulang.” (Sebagai pembicaraan langsung)
- Bacalah cerita “Bola Lampu” dalam buku Gema Tanah Air. (sebagai judul sebuah naskah)
- Ia mengenakan celana panjang yang dikenal dengan nama “Cutbrai.” (Sebagai pengapit istilah yang kurang dikenal)

4.12) Penggunaan Tanda Titik Tunggal
Contoh: - Tanya Basri, “Kau dengarkah bunyi ‘kring-kring’ tadi?” (sebagai pengapit petikan terhadap petikan yang lain)
- Scope ‘ruang lingkup, jangkauan’ (sebagai penerjemah atau penjelasan kata)

4.13) Penggunaan Tanda Garis Miring
Contoh: - No. 0196/U/1988 (sebagai penomoran kode surat)
- Harganya Rp 200,00/ lembar. (sebagai pengganti kata dan, atau, per, )

4.14) Penggunaan Tanda Penyingkat (sebagai tanda adanya penghilangan bagian kata)
Contoh: - kata² - ber-lebih-an²
- sekali²
Catatan: Dalam penulisan resmi, penggunaan angka 2 sebagai tanda ulang tidak diizinkan.
BAB III
TEKNIK BERDISKUSI

1. Teknik Atau Cara Menyampaikan Yang Relevan
Saat menyampaikan pendapat atau gagasan di dalam diskusi, gagasan yang akan disampaikan harus sesuai dengan topik yang sedang dibahas. Pendapat harus bersifat logis, yaitu dapat diterima oleh akal disertai alasan-alasan serta bukti dan fakta-fakta sehingga pendapat yang dikemukakan dapat meyakinkan peserta diskusi yang lain.Pendapat juga harus bersifat analitis, maksudnya pendapat disampaikan secara sistematis, teratur, dan mendalam serta tidak berbelit-belit.Selain itu, pendapat juga harus disampaikan secara kreatif yaitu, apa yang disampaikan merupakan hal yang baru dan bernilai tinggi atau berkualitas. Namun, semua pengungkapan gagasan, ide, atau usulan harus disampaikan dengan bahasa yang santun, jelas, tepat, dan objektif.
Tujuan diskusi adalah mencapai hasil berupa kesepakatan terhadap sesuatu atau pemecahan terhadap suatu masalah. Memberikan simpulan dalam diskusi merupakan tugas moderator. Namun untuk merumuskan simpulan, peserta diskusi dapat diikutsertakan agar simpulan yang diambil lebih objektif dan valid. Secara umum, simpulan dapat diambil dengan melalui penalaran deduktif maupun induktif. Dalam diskusi, simpulan diambil dengan
berdasarkan hal-hal berikut.
(1) Pendapat yang dapat diterima oleh semua peserta diskusi.
(2) Data-data dan fakta yang benar dan dapat diterima kebenarannya oleh peserta diskusi.
(3) Segala pendapat atau gagasan yang sama dan sejalan.
(4) Voting atau mengambil suara terbanyak dari peserta diskusi yang hadir.
(5) Simpulan diupayakan merupakan rumusan yang inovatif, solusif,dan implementatif.

2. Ungkapan Yang Mendukung Gagasan
Di bawah ini adalah contoh ungkapan yang dapat dipergunakan untuk menyampaikan dukungan atau persetujuan.
1. Pendapat Anda sesuai dengan topik yang dibahas.
2. Saya setuju dengan pendapat Anda.
3. Saya mendukung pendapat Saudara.
4. Apa yang Saudara katakan sama dengan pemikiran saya.

Tanggapan bukan hanya memberi sanggahan, tapi juga mendukung ide, gagasan, atau pendapat orang lain di dalam diskusi. Untuk menyampaikan persetujuan atau dukungan terhadap pendapat orang lain, perlu diperhatikan hal-hal berikut:
(1) Pernyataan dukungan diungkapkan dengan jelas, tidak berbelit-belit serta dengan bahasa yang santun.
(2) Persetujuan juga diungkapkan dengan logis berdasarkan fakta dan alasan yang bisa diterima.
(3) Persetujuan disampaikan dengan wajar dan tidak berlebihan.
(4) Dukungan harus diungkapkan secara objektif.

3. Teknik Atau Cara Menyampaikan Pendapat Yang Berbeda Atau Cara Menyanggah Pendapat Orang Lain
Adalah wajar dalam setiap diskusi terjadi perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat di dalam diskusi menyebabkan diskusi berkembang asalkan cara menyampaikan perbedaan tersebut dengan sikap yang toleran dan saling menghargai. Jika seseorang hendak mengajukan sanggahan atau penolakan atas pendapat serta usulan peserta diskusi yang lain, sanggahan dapat diungkapkan dengan memerhatikan hal-hal berikut:
(1) Menyatakan permohonan maaf terlebih dahulu sebelum menyampaikan sanggahan atau ketidaksetujuan.
(2) Memberikan pujian atau penghargaan terhadap pendapat yang akan ditanggapi.
(3) Menyampaikan sanggahan atau tanggapan dengan alasan yang masuk akal.
(4) Sanggahan diusahakan menyempurnakan atau memberikan solusi alternatif terhadap gagasan yang akan ditanggapi.
(5) Ungkapan-ungkapan yang merendahkan, seperti, tertolak, tidak masuk akal, pendapat orang kampung, dan lain-lain harus dihindarkan.

Di bawah ini adalah contoh kata atau ungkapan yang dapat digunakan untuk memberikan tanggapan atau sanggahan atas pendapat orang lain.
1. Maaf, saya kurang sependapat ....
2. Barangkali perlu ditinjau kembali
3. Masih ada yang kurang sesuai dengan topik permasalahan.
4. Saya kira masih ada pilihan lain misalnya ....
5. Maaf, pendapat saya sedikit berbeda ....

4. Konsep Dasar Teknik Berargumentasi
Alasan atau argumentasi adalah sesuatu yang diberikan untuk membenarkan atau menguatkan suatu pendapat atau pendirian.
a. Contoh : - Lalu lintas di ibu kota seringkali macet karena banyak pengemudi yang tidak mematuhi peraturan lalu lintas.
Dalam hal ini konsep dasar atau teknik yang harus diterapkan dalam berargumentasi meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Pembicara atau pengarang harus mengetahui serba sedikit tentang subyek yang akan dikemukakannya, sekurang-kurangnya mengenai prinsip ilmiahnya. Karena argumen pertama-tama didasarkan pada fakta, informasi, evidensi, dan jalan pikiran yang menghubungkan fakta-fakta dan informasi –informasi tersebut.
2) Pengarang harus bersedia mempertimbangkan pandangan-pandangan atau pendapat-pendapat yang bertentangan dengan pendapatnya sendiri. Mempertimbangkan pendapat lawan tidak berarti harus menyerah kepada lawan.
3) Pembicara atau penulis argumentasi harus berusaha untuk mengemukakan pokok persoalannya dengan jelas, kemudian menerangkannya kepada lawannya.
4) Pembicara atau penulis harus menyelidiki persyaratan mana yang masih diperlukan bagi tujuan-tujuan lain yang tercakup dalam persoalan yang dibahas itu, dan sampai dimana kebenaran dari pernyataan yang telah dirumuskan itu
5) Dari semua maksud dan tujuan yang terkandung dalam persoalan itu, maksud mana yang lebih memuaskan pembicara atau penulis untuk menyampaikan masalahnya.

Adapun sasaran yang harus ditetapkan untuk diamankan oleh setiap pengarang argumentasi adalah:
a) Argumentasi itu harus mengandung kebenaran untuk mengubah keyakinan orang mengenai topik yang akan diargumentasikan.
b) Pengarang harus berusaha untuk menghindari setiap istilah yang dapat menimbulkan prasangka tertentu.
c) Sering timbul ketidaksepakatan dalam istilah-istilah. Sedangkan tujuan argumentasi adalah menghilangkan ketidaksepakatan.
d) Pengarang harus menetapkan secara tepat titik ketidak sepakatan yang akan diargumentasikan.

Secara singkat, walaupun bukan materi subpokok, kami sebagai penulis akan menguraikan sebagian kecil tentang cara penggunaan/cara penetapan argumen. Argumen juga memiliki metode-metode tersendiri. Metode tersebut terdiri dari:
1) Pendahuluan.
2) Pembuktian (berupa tubuh argumentasi).
3) Kesimpulan atau ringkasan.

Dengan demikian, ada juga beberapa metode yang dikembangkan dari topik yang ada adalah :
1. Genus atau definisi. 6. Pertentangan.
2. Sebab dan akibat. 7. Kesaksian, dan Autoritas
3. Sirkumstansi (keadaan).
4. Persamaan.
5. Perbandingan









BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan :
(1) Ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang distandarisasikan, cara menuliskan bahasa (kata atau kalimat) dengan menggunakan huruf dan tanda baca.
(2) Secara ortografis ada empat macam kata yang harus diperhatikan penulisannya, yaitu kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang, dan kata gabung atau gabungan kata.
(3) Tanda baca adalah simbol yang tidak berhubungan dengan fonem (suara) atau kata dan frasa pada suatu bahasa, melainkan berperan untuk menunjukkan struktur dan organisasi suatu tulisan, dan juga intonasi serta jeda yang dapat diamati sewaktu pembacaan.
(4) Alasan atau argumentasi adalah sesuatu yang diberikan untuk membenarkan atau menguatkan suatu pendapat atau pendirian.
(5) Saat menyampaikan pendapat atau gagasan di dalam diskusi, gagasan yang akan disampaikan harus sesuai dengan topik yang sedang dibahas. Pendapat harus bersifat logis, yaitu dapat diterima oleh akal disertai alasan-alasan serta bukti dan fakta-fakta sehingga pendapat yang dikemukakan dapat meyakinkan peserta diskusi yang lain.
(6) Perbedaan pendapat di dalam diskusi menyebabkan diskusi berkembang asalkan cara menyampaikan perbedaan tersebut dengan sikap yang toleran dan saling menghargai.
(7) Untuk menyampaikan persetujuan atau dukungan terhadap pendapat orang lain, perlu diperhatikan hal-hal berikut:
a) Pernyataan dukungan diungkapkan dengan jelas, tidak berbelit-belit serta dengan bahasa yang santun.
b) Persetujuan juga diungkapkan dengan logis berdasarkan fakta dan alasan yang bisa diterima.
c) Persetujuan disampaikan dengan wajar dan tidak berlebihan.
d) Dukungan harus diungkapkan secara objektif.

DAFTAR PUSTAKA

Badudu, J.S. 1996. Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Chaer, Abdul. 2000. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Firdaus, Winci, dkk. 2008. Bahasa Indonesia. Banda Aceh: Pusat Bahasa Dan Pengembangan Tenaga Pengajar IAIN Ar-Raniry.

Ibrahim, Ridwan dan Wildan. 2003. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Banda Aceh: Global Educational Consultant Institute (GEUCI).

Keraf, Gorys. 2007. Argumentasi Dan Narasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Tidak ada komentar: