Ilmu Alamiah Dasar
KELAHIRAN ALAM SEMESTA
DITINJAU DARI SUDUT
ISLAM
DAN
ILMU PENGETAHUAN MODERN
DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD TSABIRIN ( 220 818 011 )
DOSEN PEMBIMBING :
MUAMMAR JULIAN S,Si
FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN BAHASA ARAB
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JAMI’AH AR-RANIRY
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2009
KATA PENGANTAR
بِــسْـمِ اللهِ الرَّحْـمَنِ الرَّحِـيْمِ
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Kemudian shalawat dan salam kami sanjungkan ke pangkuan Nabi Besar Muhammad SAW, yang dengan izin Allah telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu bahan penunjang materi pembelajaran “Ilmu Alamiah Dasar”. Melalui makalah ini kami mencoba memberikan gambaran mengenai “Kelahiran Alam Semesta Ditinjau dari Sudut Islam Dan Ilmu Pengetahuan Modern” dari beberapa sumber yang berbeda.
Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Muammar Julian S,Si atas kesediaan beliau untuk menjadi Dosen Pembimbing kami, dan kepada teman-teman sekalian yang selalu membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca semua. Sebagai manusia biasa, kami meminta maaf atas ketidaksempurnaan makalah ini. Oleh karena itu pula, kritik dan saran dari para pakar, senior, teman sejawat, dan pembaca lainnya akan kami terima dengan senang hati.
Wassalam
(Penulis)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .. 1
BAB II PEMBAHASAN
KELAHIRAN ALAM SEMESTA DITINJAU DARI SUDUT ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN MODERN..................
1. Kelahiran Alam Semesta dan Tata Surya.......................
1) Mengenal Alam Semesta..............................
2) Teori terbentuknya alam semesta ..............................
2. Jenis Planet-Planet Di Angkasa............................................
3. Kelahiran Alam Semesta Ditinjau dari Sudut Islam................
4. Kelahiran Alam Semesta Ditinjau Dari Ilmu Pengetahuan Modern.......
A. Tahap Deskriptif dan Kualitatif.......................................
B. Tahap Simulatif dan Kuantitatif................................
C. IPA Bersifat Dinamis.........................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 10
B. Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam pembahasan ini, kita menguraikan sebahagian kecil dari penciptaan alam semesta. Oleh karena itu, sejenak tentang apa yang diperlukan manusia untuk tetap bertahan hidup. Misalnya: Air, matahari, oksigen, atmosfer, tumbuh-tumbuhan, dan hewan Segala macam perincian, segala macam keadaan yang dapat atau tidak dapat Anda pikirkan pada saat itu sudah tersedia secara alami di bumi. Selain itu, bila kita mengkaji lebih jauh, kita dapat melihat bahwa semua kebutuhan pokok hidup ini memiliki jalinan seluk-beluknya yang saling terkait, dan bahwa segala hal ini terdapat dalam keadaan sepenuhnya sempurna di bumi. Segala sesuatu di bumi, makhluk hidupnya, tetumbuhannya, langit, dan lautan, semuanya telah diciptakan dengan cara yang terbaik dan lengkap sempurna agar sesuai dengan keberadaan dan kelangsungan hidup umat manusia.
Selain bumi, ada pula planet-planet lain di dalam tata-surya kita. Tetapi, di antara planet-planet ini, satu-satunya planet yang memungkinkan adanya kehidupan adalah bumi. Jarak antara bumi dengan matahari, kecepatan perputaran bumi pada sumbunya, kemiringan sumbu bumi terhadap orbitnya, struktur permukaan bumi, dan berbagai faktor lepas lainnya yang sejenis, memungkinkan planet kita menikmati kehangatan suhu yang sesuai bagi kehidupan dan dapat menyebarkan kehangatan ini di seantero bumi secara merata. Susunan lapisan udara bumi serta ukuran bumi juga tepat sesuai kebutuhan. Cahaya yang sampai kepada kita dari matahari, air yang kita minum, dan makanan yang kita nikmati semuanya sangat sesuai bagi kehidupan kita.
Singkatnya, segala tinjauan terhadap planet yang kita huni akan menunjukkan kepada kita, bahwa bumi dirancang terutama untuk manusia. Agar kita dapat melihat bahwa keadaan di bumi dirancang secara khusus, kita cukup melihat kondisi di planet-planet lain secara kasar. Ambillah Mars, misalnya. Lapisan udara di Mars merupakan campuran beracun yang mengandung karbondioksida dalam kadar tinggi. Tidak ada air di permukaan planet. Kawah besar yang terjadi akibat tubrukan meteor raksasa tampak jelas dalam gambar di sebelah kanan ini. Begitu pula dengan cuaca, sering terjadi badai raksasa dan badai pasir yang berlangsung selama berbulan-bulan tanpa henti. Suhu rata-rata -53oC (-64oF).
Dengan mempertimbangkan ciri-ciri ini secara keseluruhan, Mars, yang memiliki paling banyak kesamaan dengan bumi di antara planet-planet yang berada di sekitar kita, jelas merupakan planet mati yang tidak memungkinkan adanya kehidupan. Perbandingan ini dengan gamblang menunjukkan bahwa ciri-ciri yang menjadikan bumi sebuah tempat yang dapat dihuni benar-benar merupakan nikmat yang tidak terkira. Dia Yang menciptakan seluruh jagat raya, membentuk dengan sempurna bintang-bintangnya, planet-planet, pegunungan dan lautan, adalah Allah. Sepanjang kehidupan kita, kita harus berterimakasih atas nikmat dan ciptaan-Nya, dan menjadikan-Nya sahabat dan pelindung. Allah, Pemilik segala sesuatu, adalah pemilik segala pujian. Allah menyampaikan hal ini dalam Al-Quran:
أَفَمَنْ يَخْلُقُ كَمَنْ لا يَخْلُقُ أَفَلا تَذَكَّرُونَ. وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ.
Artinya : ”Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran. Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. An-Nahl, 16: 17-18)
BAB II
PEMBAHASAN
KELAHIRAN ALAM SEMESTA
DITINJAU DARI SUDUT ISLAM
DAN ILMU PENGETAHUAN MODERN
1. KELAHIRAN ALAM SEMESTA DAN TATA SURYA
1) Mengenal Alam Semesta
Ilmu Pengetahuan sangat luas, kadang-kadang berhadapan dengan masalah yang sangat kecil umurnya seperti sel. Tetapi kadang-kadang dihadapkan pada masalah yang sangat besar ukurannnya seperti alam semesta. Mikroskosme mempelajari hal-hal yang sangat kecil dalam ukurannya. Sel, atom, proton, dan electron merupakan beberapa contoh dari mikroskosme, sedang alam semesta termasuk dalam makrokosme.
Mikrokosmos
Pada tahun 1655 ilmuwan bangsa Inggris Robert Hooke dengan menggunakan mikroskop yang masih sedehana, melihat bahwa gabus terdiri dari struktur gelembung berdinding seperti sarang lebah. Rongga berdinding ini disebut sel oleh para ilmuwan sel sebagai kotak-kotak kecil yang berisi bahan kehidupan. Dengan mikroskop modern dapat dilihat bahwa sel bukan hanya sebagai wadah kehidupan, tetapi lebih merupakan bahan kehidupan. Sampai saat ini belum ada ahli kimia yang mampu meniru produksi antibodi tertentu padahal merupakan kegiatan rutin setiap hari.
Pada tahun 1953 James Watson seorang ahli biologi dan Francis Crick seorang ahli fisika dapat membuktikan bahwa struktur DNA bukan sederhana, melainkan berupa pilin rangkap yang dapat terbelah terbagi dua. Analisis lebih lanjut dilakukan oleh Max Perutz dan John Kendrow yakni dengan jalan menganalisa dua protein, ialah Mioglobin dan Hemoglobin. Hasil analisanya dewasa ini telah mempunyai kegunaan praktis untuk memecahkan masalah anemie sel sabit, yang ternyata disebabkan oleh formaso hemoglobin yang tidak normal. Pada saat ini para ilmuwan telah mendapatkan petunjuk berharga untuk memahami rahasia kehidupan yang paling dalam.
Mempelajari mikrokosmos benar-benar menakjubkan dalam ukuran yang sangat kecil berorde Angestrum (10.10m) bukan merupakan suatu hal yang aneh. Kenyataan tersebut sama menariknya dalam dunia Makrokosme dengan ukuran yang sangat besar berorde milyars, juga bukan sesuatu yang jarang.
Makrokosmos
Setelah galilie (1564-1642) menemukan teleskop, makin banyak benda langit diketemukan. Tetapi bukan berarti para ilmuwan sebelumnya tidak mengamati gerak gerik tata surya. Keindahan benda langit sangat nenarik perhatian.
Banyak teori yang telah dikemikakan olaeh para ilmuwan mengenai cara terbentuknya tata surya.
Pada awal abad 20 salah satu teori menyatakan. Bahwa planet-planet terbentuk dari sebahagian bahan Matahari yang terlempar keluar disebabkan karena bintang lain yang bergerak mendekati Matahari. Sehingga terjadi gaya tarik bergerak mendekati Matahari, gaya tarik dari bintang menyebabkan sebahagian bahan Matahari terlempaer keluar, dan membentuk planet. Lain halnya dengan teori yang dikemukakan oleh Immanuel Kant dan Laplace dan disempurnakan oleh Gerald P Kuiper dan CF Van Wiszacker disebut dengan teori kondensasi. Teori kondensasi mengatakan : Mula-mula ada kabut gas dan debu atau nebula, karena mendingin lalu menyusut berputar lama makin cepat, lalu berbentuk bulat pipih soerti cakram. Kebanyakan bahan yang keluar membentuk planet-planet. Jika tata surya tersebut sesuai dengan teori ini tentu di jagad raya atau alam semesta ini terdapat banyak tata surya.
Umur alam semesta
Ahli fisika yakin bahwa jagad raya atau alam semesta ini berawal dari unsur-unsur lainnya merupakan sintesis yang terjadi bumi 15 milyard tahun yang lalu.
Efek Doppler
Satu fakta sederhana yang dikenal dan ditemukan setiap hari dapat diterapkan untuk memperkirakan umur jagad raya ini. Hukum Fisika yang dapat menerangkan gejala tersebut dikenal dengan Efek Doppler, ialah adanya gejala penurunan frekuensi gelombang yang bergerak menjauhi pengamat dan sebaliknya bila benda mendekati pengamat akan mengalami kenaikan frekuensi gelombang.
Bila Efek Doppler diterapkan pengamatan pada kedudukan galaksi dewasa ini serta kecepatan menjauhi pengamat, maka tidaklah sulit untuk menghitung berapa lama tata surya ini menempuh perjalanannya keluar. Kecepatannya dapat dihitung dengan jalan mengamati pergeseran frekuensi cahaya akan nampak.
Alam semesta mula-mula dalam keadaan mampat, tidak menetap dan meledak melemparkan gumpalan besar dan melayang dari tempatnya mengembang bergerak menjauh. Maka terbentuklah Galaksi, sebagian memadat menjadi planet-planet. Bila jarak antara galaksi dapat ditentukan, maka umur jagad raya atau alam semesta ini dapat ditentukan, yaitu dengan jalan membagi jarak dengan jalan membagi jarak dengan kecepatan mengembangnya. Menurut perhitungan alam semesta ini berkisar antara sepuluh sampai lima belas miliyar tahun.
Gaya Newton
Menurut hukum interaksi gaya tarik pada benda langit yang dasarnya telah dikemukakan oleh Sir Isaac Newton (1645-1727) dan Johanes Kepler (1571-1650).
Jika alam semesta dimulai dengan ledakan, maka pada saat meledak merupakan saat terjadinya awal perubahan sehingga alam semesta memuai, tetapi gaya tarik menarik antara galaksi akan memperlambat pemuaian itu, akhirnya berhenti dan bergerak kearah sebaliknya, ialah pengerut alam semesta bergerak kembali keadaan dasarnya, kenudian meledak lalu memuai. Peristiwa akan terulang kembali.
2) Teori terbentuknya alam semesta
(1) Teori Ledakan
Teori ledakan ini bertolak dari asumsi adanya suatu massa yang sangat besar sekali dan mempunyai berat jenis yang sangat besar, meledak dengan hebat karena adanya reaksi inti. Massa itu kemudian berserak mengembang dengan sangat cepatnya menjauhi pusat ledakan.
Setelah berjuuta-juta tahun, massa yang berserak itu berbentuk kelompok-kelompok galaksi yang ada sekarang.
Mereka terus bergerak menjauhi titik pusatnya. Teori ini didukung oleh kenyataan dari pengamatan bahwa galaksi-galaksi itu memang bergerak menjauhi titik pusat yang sama.
(2) Teori Ekspansi dan Kontraksi
Teori ini berlandaskan pemikiran bahwa ada suatu siklus dari alam semesta, yaitu ’’ Masa Ekspansi“ dan “ Masa Kontraksi“. Diduga bahwa siklus ini berlangsung dalam waktu 30.000 juta tahun.
Kedua teori ini (teori ledakan maupun teori ekspansi-kontraksi) mendukung suatu kebenaran bahwa partikel yang ada pada jaman sekarang ini berasal dari partikel yang ada pada zaman dahulu. Berdasarkan teori ekspansi dan kontraksi maka sebenarnya alam semesta ini tidak berawal dan tidak berakhir.
2. JENIS PLANET-PLANET DI ANGKASA
Planet pada umumnya lebih kecil dari planet luar, tetapi mempunyai masa jenis yang lebih besar.
a. matahari sebagai pusat tata surya
Matahari merupakan salah satu bintang yang paling dekat dengan Bumi, sehingga bila dilihat dari bumi maka matahari kelihatan jauh lebih besar dari bintang-bintang yang lain. Jarak matahari sampai bumi pada saat tertentu tidak selalu sama. Jarak yang paling dekat ± 147 juta km, dan jarak yang paling jauh 152 juta km.
Bola matahari dapat dibagi dalam beberapa lapisan :
- Lapisan dalam merupakan inti dari matahari sebagai pabrik sumber tenaga dimana terjadi perubahan atom hidrogen menjadi 1 atom Helium yang disertai dengan pancaran yang terbentuk sinar gamma yang masuk kelapisan luarnya.
- Lapisan kedua ialah lapisan yang paling luar dan tenpat penggodokan atom-atom gas yang sangat padat yang seolah-olah terbungkus ketat dari atas dan bawah.
- Lapisan berikutnya adalah fotosfer.
- Lapisan berikutnya adalah atmosfer matahari yang dibagi menjadi 2 lapisan yaitu lapisan korona dan lapisan kromosfir.
Matahari sangat penting bagi kehidupan di bumi :
- Sebagai sumber energi utama bagi bumi.
- Sebagai pengontrol stabilitas peredaran bumi.
- Dengan mempelajarinya dapat menjelaskan atau mengungkapkan bintang-bintang yang lain.
b. Merkurius
Merkurius merupakan planet yang terkecil dan terdekat dengan matahari. Garis pada ekuator 4880 Km. Jarak rata-rata dari matahari ± 57,9 juta Km. Planet ini tidak mempunyai satelit.
c. Venus
Planet ini dikenal dengan bintang timur, bintang kejora yang bersina terang pada waktu pagi hari atau sore hari. Diameternya 12.320 Km. Sedangkan bumi 12.682 Km. Rotasi venus lebih lembut dari bumi yaitu 243 hari, sedangkan bumi 24 jam. Permukaan suhu venus ± 500º C, dan juga banyak mengandung sebagian besar gas karbodioksida 98% dan sisanya uap air, oksigen sangat sedikit.
d. Mars
Planet ini dikenal dengan planet merah karena dilihat dengan mata langsung maupun dengan teropong tampak merah. Jarak dengan matahari 227,9 Km, sebagian besar mengandung karbodioksida dan sedikit air dan non oksigen. Kala revolusinya 687 hari, kla rotasinya 24 jam 37 menit 23 detik. Mempunyai 2 satelit, yaitu Phobas dan Deimos.
e. Yupiter
Merupakan plenet yang terbesar di tata surya, hampir 300 kali massa bumi dan gravitasinya 2,6 kali gravitasi bumi. Kandungannya banyak mengandung amoniak dan gas metan serta sedikit gas hidrogen. Revolusi dan rotasinya 11,86 tahun dan 9 jam 50 menit.
f. Saturnus
Merupakan planet kedua terbesar setelah yupiter. Rotasinya 16 jam, dan mempunyai 17 satelit dan 10 buah satelit yang sudah diberi nama, juga planet ini dikelilingi oleh cincin.
g. Uranus
Planet ini tampak hijau, dan jarak dengan matahari 3004 juta Km, kala revolusi dan rotasinya berkisar 84 tahun dan 10 jam 47 menit. Dan memilki 5 satelit.
h. Neptunus
Diameter pada ekuatornya 49500 Km sedangkan ukuran 51800 Km dan jaraknya dengan matahari 2869 juta Km, revolusi dan rotasinya 164,8 tahun dan 16 jam.
i. Pluto
Planet ini adalah planet yang terluar dalam tata surya. Planet ini mempunyai keanehan yaitu garis edarnya yang berbeda dengan planet yang lain. Jaraknya juga lebih jauh dengan matahari dibandingkan dengan Neptunus.
j. Benda-benda langit dalam tata surya
- Astroida
- Komet, dan
- Meteor
3. KELAHIRAN ALAM SEMESTA DITINJAU DARI SUDUT ISLAM
Asal mula alam semesta digambarkan dalam Al Qur'an pada ayat berikut:
بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ.
"Dialah pencipta langit dan bumi." (Al Qur'an, al-An’am :101)
Keterangan yang diberikan Al Qur'an ini bersesuaian penuh dengan penemuan ilmu pengetahuan masa kini. Kesimpulan yang didapat astrofisika saat ini adalah bahwa keseluruhan alam semesta, beserta dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada sebagai hasil dari suatu ledakan raksasa yang tejadi dalam sekejap. Peristiwa ini, yang dikenal dengan "Big Bang", membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun lalu. Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal. Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa Big Bang merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada.
Sebelum Big Bang, tak ada yang disebut sebagai materi. Dari kondisi ketiadaan, di mana materi, energi, bahkan waktu belumlah ada, dan yang hanya mampu diartikan secara metafisik, terciptalah materi, energi, dan waktu. Fakta ini, yang baru saja ditemukan ahli fisika modern, diberitakan kepada kita dalam Al Qur'an 1.400 tahun lalu.
Sensor sangat peka pada satelit ruang angkasa COBE yang diluncurkan NASA pada tahun 1992 berhasil menangkap sisa-sisa radiasi ledakan Big Bang. Penemuan ini merupakan bukti terjadinya peristiwa Big Bang, yang merupakan penjelasan ilmiah bagi fakta bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan.
Dalam Al Qur'an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini:
وَالسَّمَاءَ بَنَيْنَاهَا بِأَيْدٍ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ.
"Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya." (Al Qur'an, Adz-Dzariyat:47)
Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang.
Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi. Sebuah alam semesta, di mana segala sesuatunya terus bergerak menjauhi satu sama lain, berarti bahwa alam semesta tersebut terus-menerus "mengembang". Pengamatan yang dilakukan di tahun-tahun berikutnya memperkokoh fakta bahwa alam semesta terus mengembang. Kenyataan ini diterangkan dalam Al Qur'an pada saat tak seorang pun mengetahuinya. Ini dikarenakan Al Qur'an adalah firman Allah, Sang Pencipta, dan Pengatur keseluruhan alam semesta.
Satu ayat lagi tentang penciptaan langit adalah sebagaimana berikut:
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلا يُؤْمِنُونَ.
"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" (Al Qur'an, Al-Anbiya’:30)
Marilah kita kaji ayat ini kembali berdasarkan pengetahuan ini. Dalam ayat tersebut, langit dan bumi adalah subyek dari kata sifat "fatq". Keduanya lalu terpisah ("fataqa") satu sama lain. Menariknya, ketika mengingat kembali tahap-tahap awal peristiwa Big Bang, kita pahami bahwa satu titik tunggal berisi seluruh materi di alam semesta. Dengan kata lain, segala sesuatu, termasuk "langit dan bumi" yang saat itu belumlah diciptakan, juga terkandung dalam titik tunggal yang masih berada pada keadaan "ratq" ini. Titik tunggal ini meledak sangat dahsyat, sehingga menyebabkan materi-materi yang dikandungnya untuk "fataqa" (terpisah), dan dalam rangkaian peristiwa tersebut, bangunan dan tatanan keseluruhan alam semesta terbentuk.
Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Qur'an, ditegaskan bahwa masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu.
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ.
"Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya." (Al Qur'an, Al-Anbiya’ :33)
Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak dalam garis edar tertentu:
وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ.
"Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui." (Al Qur'an, Yassiin:38)
Fakta-fakta yang disampaikan dalam Al Qur'an ini telah ditemukan melalui pengamatan astronomis di zaman kita. Menurut perhitungan para ahli astronomi, matahari bergerak dengan kecepatan luar biasa yang mencapai 720 ribu km per jam ke arah bintang Vega dalam sebuah garis edar yang disebut Solar Apex. Ini berarti matahari bergerak sejauh kurang lebih 17.280.000 kilometer dalam sehari. Bersama matahari, semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan menempuh jarak ini. Selanjutnya, semua bintang di alam semesta berada dalam suatu gerakan serupa yang terencana
Keseluruhan alam semesta yang dipenuhi oleh lintasan dan garis edar seperti ini, dinyatakan dalam Al Qur'an sebagai berikut:
وَالسَّمَاءِ ذَاتِ الْحُبُكِ.
"Demi langit yang mempunyai jalan-jalan." (Al Qur'an, Adz Dzaariyaat:7)
Dapat dipastikan bahwa pada saat Al Qur'an diturunkan, manusia tidak memiliki teleskop masa kini ataupun teknologi canggih untuk mengamati ruang angkasa berjarak jutaan kilometer, tidak pula pengetahuan fisika ataupun astronomi modern. Karenanya, saat itu tidaklah mungkin untuk mengatakan secara ilmiah bahwa ruang angkasa "dipenuhi lintasan dan garis edar" sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut. Akan tetapi, hal ini dinyatakan secara terbuka kepada kita dalam Al Qur'an yang diturunkan pada saat itu: karena Al Qur'an adalah firman Allah.
خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ بِالْحَقِّ يُكَوِّرُ اللَّيْلَ عَلَى النَّهَارِ وَيُكَوِّرُ النَّهَارَ عَلَى اللَّيْلِ.
"Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam..." (Al Qur'an, Az Zumar:5)
Namun perlu diingat bahwa ilmu astronomi kala itu memahami bumi secara berbeda. Di masa itu, bumi diyakini berbentuk bidang datar, dan semua perhitungan serta penjelasan ilmiah didasarkan pada keyakinan ini. Sebaliknya, ayat-ayat Al Qur'an berisi informasi yang hanya mampu kita pahami dalam satu abad terakhir. Oleh karena Al Qur'an adalah firman Allah, maka tidak mengherankan jika kata-kata yang tepat digunakan dalam ayat-ayatnya ketika menjelaskan jagat raya.
Dalam Al Qur'an, Allah mengarahkan perhatian kita kepada sifat yang sangat menarik tentang langit:
وَجَعَلْنَا السَّمَاءَ سَقْفًا مَحْفُوظًا وَهُمْ عَنْ آيَاتِهَا مُعْرِضُونَ.
"Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang ada padanya." (Al Qur'an, Al Anbyaa':32)
4. KELAHIRAN ALAM SEMESTA DITINJAU DARI ILMU PENGETAHUAN MODERN
Berikut ini akan dibahas perkembangan IPA dari tahap deskriptif dan kualitatif menuju ke tahap simulatif dan kuantitatif. beserta sifat IPA yang dinamis dengan segala keuntungan dan resikonya.
A. Tahap Deskriptif dan Kualitatif
Kegiatan IPA dimulai dengan observasi dan pencatatan atas gejala-gejala alam yang diamati. Dari pengumpulan hasil observasi ini dapat dilihat kesamaan-kesamaan atau perbedaan-perbedaan. Kemudian timbul kebutuhan untuk menyederhanakan dengan proses klasifikasi dan stematisasi sehingga diperoleh prinsip-prinsip yang lebih mendasar dan bersifat umum
Pernyataan yang bersifat kualitatif ini kadang-kadang sudah merupakan pengetahuan yang memadai dan bermanfaat terutama untuk bidang dimana metode kuantitatif belum dapat berkembang. Sebagai contoh kaidah-kaidah dalam ilmu sosial kebanyakan masih berupa pernyataan yang bersifat kualitatif. Ini disebabkan karena kesulitan dalam teknik pengukuran terhadap gejala sosial. Namun sedikit demi sedikit kesulitan ini dapat diatasi, sehingga ahli-ahli dalam ilmu sosial dewasa ini telah memasuki tahap yang bersifat kuantitatif.
B. Tahap Simulatif dan Kuantitatif
Metode kuantitatif berkembang sebagai akibat penggunaan metematika dalam IPA, sifat kuantitatif ini dapat meningkatkan daya kontrol dan daya ramal dari ilmu serta dapat memberikan jawaban yang lebih eksak. Dengan demikian akan menghasilkan pemecahan masalah sehingga menjadi lebih seksama, cermat, tepat dan hasilnya lebih mendekati kebenaran. Dengan kata lain pengetahuan yang diperoleh melalui metode kuantitatif menjadi lebih dapat diandalkan.
C. Ipa Bersifat Dinamis
Kegiatan IPA berawal dari pengamatan dan pencatatan baik terhadap gejala-gejala alam pada umumnyamaupun dalam percobaan-percobaan yang dilakukan dalam laboratorium. Dari hasil pengamatan atau observasi ini, manusia berusaha untuk merumuskan konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum dan teori.
Proses IPA yang dinamis ini oleh karena menggunakan metode keilmuan dimana peranan teori dan eksperimen saling memperkuat. Keuntungan dari IPA yang dinamis ini adalah perkembangan IPA yang pesat sehinga dalam jangka waktu 10-15 tahun pengetahuan IPA telah menjadi lipat dua. Dan didukung dengan perkembangan teknologi yang dapat menaikkan kesejahteraan manusia.
Beberapa penemuan yang dapat merugikan, misalnya senjata nuklir, senjata kimiawi dan biologis serta timbulnya pencemaran udara air dan tanah, yang dapat mengganggu keseimbangan dan keserasian lingkungan hidup.
Jadi, perkembangan IPA yang dinamis ini disamping banyak memberikan keuntungan juga membawa resiko sekecil-kecilnya, maka arah perkembangan IPA dan pemanfaatan hasil IPA harus dilandasi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang luhur.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN :
1. Teori terbentuknya alam semesta dapat diberi metode melalui cara:
(1) Teori Ledakan
(2) Teori Ekspansi dan Kontraksi
2. Jenis planet-planet luar dan dalam di angkasa meliputi :
a. matahari sebagai pusat tata surya b. Merkurius
c. Venus d. Mars
e. Yupiter f. Saturnus
g. Uranus h. Neptunus
i. Pluto j. Benda-benda langit dalam tata surya
terdiri dari: Astroida, Komet, dan Meteor
3. Kelahiran Alam Semesta Ditinjau Dari Ilmu Pengetahuan Modern dapat dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:
A. Tahap Deskriptif dan Kualitatif
B. Tahap Simulatif dan Kuantitatif
C. IPA Bersifat Dinamis
4. Perlu diingat bahwa ilmu astronomi kala itu memahami bumi secara berbeda. Di masa itu, bumi diyakini berbentuk bidang datar, dan semua perhitungan serta penjelasan ilmiah didasarkan pada keyakinan ini. Sebaliknya, ayat-ayat Al Qur'an berisi informasi yang hanya mampu kita pahami dalam satu abad terakhir.
Dalam Al Qur'an, Allah mengarahkan perhatian kita kepada sifat yang sangat menarik tentang langit:
وَجَعَلْنَا السَّمَاءَ سَقْفًا مَحْفُوظًا وَهُمْ عَنْ آيَاتِهَا مُعْرِضُونَ.
"Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang ada padanya." (Al Qur'an, Al Anbyaa':32)
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Supratmo.A. 2004. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Al-Su’ud, Fadh bin Abdul Aziz. 2005. Al-Qur’anul Karim wa Tarjamatu Ma’aniyah ilal Lughatul Indunisiyyah. Madinah Munawwarah: Qur’an compleks.
Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi. 2000. Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur. Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Purnama, Heri. 2008. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Yahya, Harun. 2003. Penciptaan Alam Raya. Bandung: Dzikra.
Yahya, Harun. 2006. Pesona Al-Qur’an. Bandung: Dzikra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar