PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP GEOMETRI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
MENGGUNAKAN MEDIA BENDA KONGKRET DAN LEMBAR KERJA SISWA
Oleh
Suhariyanto, S.Pd.
(Guru SMPN 4 Tulang Bawang Tengah)

ABSTRAK
Pelajaran matematika
merupakan salah satu pelajaran yang dianggap sangat sulit dibanding dengan
pelajaran-pelajaran lain. Guru harus
professional dalam memahami dan mengerti materi maupun metode dan cara
penyampaian pembelajaran matematika.
Guru matematika diharapkan lebih kreatif dalam merencanakan pembelajaran
matematika. Sehingga proses pembelajaran
menjadi suatu kegiatan yang bermakna bagi siswa. Hal ini sangat penting dan harus dipahami
oleh Sehingga pelajaran matematika tidak lagi menjadi pelajaran yang jenuh dan
membosankan bagi siswa. Salah satu elternatifnya
adalah model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan media benda benda
kongkrit dan lembar kegiatan siswa.
Penelitian ini
bertujuan untuk Untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif
menggunakan media benda benda kongkrit dan lembar kegiatan siswa dapat
meningkatan aktifitas siswa dalam belajar, pemahaman konsep geometri dan
meningkatan hasil belajar siswa.
Metode yang digunakan
adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus, dengan
menerapkan pendekatan kontekstual melalui model pembelajaran kooperatif
menggunakan media benda benda kongkrit dan lembar kegiatan siswa.
Ruang lingkup materi
yang diajarkan dalam penelitian tindakan kelas ini mengacu pada Standar Isi
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran Matematika kelas 2
semester 2.
Penelitian tindakan
kelas ini dilaksanakan di SMPN 4 Tulang Bawang Tengah pada siswa kelas 2
semester 2 tahun pelajaran 2006/2007.
Dari sebanyak 6 kelas paralel di kelas 2 tersebut diambil 2 kelas
sebagai sample yaitu :kelas 2.b sebanyak 39 siswa dan kelas 2.c sebanyak 38
siswa.
Tehnik pengumpulan
data yang digunakan adalah melalui lembar obserfasi dan test tertulis. Data
yang dikumpulkan adalah data nilai hasil belajar yang diperoleh dari hasil tes
tertulis maupun lisan, serta data tentang aktifitas siswa yang berupa nilai
aktifitas dan keterlibatan siswa dalam satu proses pembelajaran yang diperoleh
dari hasil pengamatan terhadap hasil kerja siswa.
Hasil yang diperoleh
pada siklus 3 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai dan aktifitas yang
signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa
penggunaan model pembelajaran kooperatif menggunakan media benda benda kongkrit
dan lembar kegiatan siswa sangat
berpengaruh pada proses pemahaman siswa terhadap konsep yang diajarkan.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adanya Standar Nasional Pendidikan
(SNP) yang tertuang dalan Peraturan Pemerintah (PP) No.19 tahun 2005 yang
menetapkan 8 komponen Standar Pendidikan, berimplikasi pada arah kebijakan
pengembangan kurikulum yang diwujudkan dalam Peraturan Menteri No. 22 tahun
2006 tentang Standar Isi (SI) dan Peraturan Menteri No. 23 tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Dalam
upaya melaksanakan kebijakan pemerintah tersebut guru dituntut untuk
mempersiapkan sumber daya manusia yang berkompeten guna mengimplementasikan
kebijakan pemerintah tersebut dalam tugasnya sebagai tenaga kependidikan yaitu
melaksanakan prose pembelajaran di kelas.
Kenyataan membuktikan
bahwa kualitas pembelajaran kita umumnya masih rendah, terutama pada bidang
studi matematika. Pengalaman beberapa
guru berpendapat bahwa, beberapa siswa menganggap pelajaran matematika
merupakan salah satu pelajaran yang sangat sulit dibanding dengan
pelajaran-pelajaran lain. Hal inilah
yang mengakibatkan pelajaran matematika menjadi pelajaran yang membosankan dan
paling tidak disukai oleh siswa.

Untuk
memberi pemahaman tentang apa dan bagaimana serta untuk apa pelajaran
matematika yang sebenarnya disinilah fungsi guru sangat berperan. Guru harus
professional, memahami dan mengerti materi maupun metode dan cara penyampaian
pembelajaran matematika. Apabila
pemahaman guru tentang matematika kurang baik, hal ini berakibat penggunaan
matematika sebagai wahana pendidikan menjadi tidak tercapai dengan baik seperti
yang diharapkan. Matematika sebagai wahana pendidikan tidak hanya untuk
mencerdaskan siswa saja, tetapi juga untuk membentuk kepribadian siswa dengan ketrampilan
tertentu. Selain itu juga dapat mengembangkan sikap berfikir kritis, kreatif,
logis, rasional dan sistemasis serta kemampuan bekerja sama dengan lingkungan
secara efektif.
Profesionalisme
guru merupakan fartor utama dalam upaya pengembangan pembelajaran
matematika. Penguasaan guru terhadap
materi yang akan diajarkan serta bagaimana cara mengajarkannya kepada siswa
sehingga pembelajaran menjadi suatu kegiatan yang menyenangkan merupaka suatu
seni dan kiat tersendiri yang harus dikuasai oleh guru. Hal ini berarti bahwa guru yang telah mahir
dan menguasai matematika belum tentu dengan sendirinya dapat melaksanakan
pembelajaran yang baik dan efektif
kepada siswa dengan hasil yang maksimal.
Tetapi masih harus didukung dengan analisa metode dan pendekatan apa
yang harus digunakan. Sehingga proses
pembelajaran menjadi suatu kegiatan yang bermakna bagi siswa. Hal ini sangat penting dan harus dipahami
oleh guru matematika agar lebih kreatif dalam merencanakan pembelajaran
matematika. Sehingga pelajaran
matematika tidak lagi menjadi pelajaran yang jenuh dan membosankan bagi siswa.
Keberhasilan suatu
pembelajaran ditentukan oleh berbagai faktor diantaranya kurikulum, metode
mengajar, bimbingan dan evaluasi yang baik. Belajar bermakna merupakan proses
belajar dimana informasi dan pengetahua baru dihubungkan dengan struktur yang
sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar.
Dengan demikian dalam suatu pembelajaran akan terjadi proses belajar
yang bermakna bagi siswa, apabila konsep atau materi yang dipelajari siswa
disajikan dalam bentuk masalah yang kontektual.
Selain dari penyajian masalah yang bersifat kontekstual tentu juga perlu
penggunaan metode mengajar yang berfariasi disesuaikan dengan materi yang akan
diajarkan. Media dan alat bantu mengajar
juga menjadi salah satu faktor penting yang sangat menentukan dalam
keberhasilan proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran
sering kali timbul permasalahan bahwa siswa kurang memiliki daya tangkap yang
baik terhadap materi yang diajarkan.
Juga banyak siswa yang kesulitan dalam membayangkan benda-benda atau
kejadian-kejadian berhubungan dengan materi yang diajarkan.
Dari latar belakang tersebut perlu dicari satu
solusi alternatif metode mengajar yang afektif dalam melaksanakan proses
pembelajaran matematika di kelas. Salah
satu elternatifnya adalah model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan
media benda benda kongkrit dan lembar kegiatan siswa.
B. Ruang Lingkup
Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan di SMPN 4 Tulang Bawang Tengah pada siswa kelas
2 semester 2 tahun pelajaran 2006/2007.
Dari sebanyak 6 kelas paralel di kelas 2 tersebut diambil 2 kelas
sebagai sample yaitu :
1.
kelas 2.b
sebanyak 39 siswa; dan
2.
kelas 2.c sebanyak 38 siswa.
Ruang lingkup materi yang diajarkan dalam penelitian
tindakan kelas ini mengacu pada Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) Mata Pelajaran Matematika kelas 2 semester 2, dengan cakupan materi
terdapat pada Lampiran 1: Pemetaan Materi dan Format penilaian dan
Lampiran 2 : Standar Ketuntasan Minimum (SKM).
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan
kelas ini adalah:
1.
Untuk mengetahui apakah model pembelajaran
kooperatif menggunakan media benda benda kongkrit dan lembar kegiatan siswa
dapat meningkatan aktifitas siswa dalam belajar,
2.
Untuk mengetahui apakah model pembelajaran
kooperatif menggunakan media benda benda kongkrit dan lembar kegiatan siswa
dapat meningkatan pemahaman konsep geometri,
3.
Untuk mengetahui apakah model pembelajaran
kooperatif menggunakan media benda benda kongkrit dan lembar kegiatan siswa
dapat meningkatan hasil belajar siswa.
D. Sajian Definisi Serta
Landasan Teori
Pembelajaran Kooperatif merupakan
model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
Pembelajaran
Kooperatif mempunyai 3 tujuan penting yaitu:
1.
Hasil belajar
akademik, bertujuan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas akademik;
2.
Penerimaan
terhadap keragaman, bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang
mempunyai berbagaimacam latar belakang yang berbeda;
3.
Pengembangan
ketrampilan sosial, bertujuan mengembangkan ketrampilan sosial siswa dalam
bekerja sama, aktifitas bertanya dan mengemukakan ide.
Langkah-langkah dalam
model pembelajaran Kooperatif:
Fase
ke-
|
Indikator
|
Aktivitas/Kegiatan
Guru
|
1
|
Menyampaikan tujuan dan memotivasi
siswa
|
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa
|
2
|
Menyajikan informasi
|
Guru menyajikan informasi kepada
siswa dengan demonstrasi atau bahan bacaan
|
3
|
Mengorganisasi siswa dalam kelompok belajar
|
Guru menjelaskan bagaimana cara membentuk kelompok dan membantu
setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
|
4
|
Membimbing kelompok belajar
|
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas
|
5
|
Evaluasi
|
Guru mengevaluasi hasil belajar atau
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja
|
6
|
Memberikan penghargaan
|
Guru memberi penghargaan terhadap upaya atau hasil belajar secara
individu atau kelompok
|
(Materi Pelatihan
Terintegrasi MTK-26, 2004, halaman 4).
Guru
sangat berperan dalam menentukan keberhasilan suatu proses pembelajaran. Terutama dalam pemilihan metode mengajar,
penggunaan dan pemilihan alat peraga serta sarana pembelajaran yang tepat. Dalam karyanya yang berjudul “Aktualisasi
Metematis Lewat Alat Peraga dan Permainan Matematika”, Heri Agus Susanto
mengatakan:
“Anak-anak
akan lebih besar minatnya dalam matematika bila pelajaran itu disajikan dengan
baik dan menarik. Dengan menggunakan alat peraga matematika dan diselingi
dengan permainan matematika dalam proses belajar mengajar maka anak akan lebih
tertarik dalam matematika.” (Noktah,04/1991, halaman 23)
Pendapat
lain mengatakan bahwa penggunaan media sangat diperlukan dalam pembelajaran
matematika terutama pada materi geometri.
“…..,
Geometri harus diberikan secara informal, banyak menggunakan alat peraga yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.”
“Setelah
mereka (siswa) berkenalan dengan benda-benda di alam sekitar, mulailah dengan
modelnya(alat peraga bentuk/benda geometri).
Kemudian mulailah dengan yang lebih abstrak, yaitu gambarnya.” (E.T.
Ruseffendi, 1985, hal.42-43).
Agar pembelajaran matematika menjadi suatu
kegiatan yang bermakna, maka metode pengajaran dapat dilaksanakan melalui
program yang populer dengan istilah PAKEM (Pembelajaran Aktip Kreatif
Efektif dan Menyenangkan).
Selain itu penerapan prinsip
belajar sambil berbuat (Learning by Doing) amatlah penting dalam
pembelajaran matematika. Hal ini sangat
membantu dalam proses konstrutifisme pemikiran siswa terhadap konsep yang
diajarkan. Siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep yang diajarkan jika
siswa tersebut langsung berbuat dan melakukan praktek atau eksperinen. Sebagaimana dikemukakan dalam pendapat
berikut:
“Belajar akan
efektif bila dilakukan dengan dibarengi melakukan kegiatan.
Upaya
meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar dapat dilakukan oleh guru melalui:
- penataan pola komunikasi dalam proses belajar mengajar;
- penataan ruang kelas;
- penerapan prinsip belajar sambil berbuat.
(Drs. H. Moh.
Ali, CBSA,1988)
Selain mempunyai fungsi sebagai sarana untuk
mempermudah daya tangkap siswa, media pendidikan juga mempunyai sejumlah
nilai-nilai praktis, Sebagaimana dikemukakan oleh Oemar Hamalik, yaitu:
2.
Media pendidikan melampaui batas-batas ruang kelas;
3.
Media pendidikan memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara siswa
dan lingkungannya;
4.
Media pendidikan memberikan uniformitas/kesamaan dalam pengamatan;
5.
Media pendidikan akan memberi pengertian konsep yang sebenarnya secara realistis
dan teliti;
6.
Media pendidikan membangkitkan motifasi dan merangsang kegiatan belajar;
7.
Media pendidikan membangkitkan keinginan dan minat-minat yang baru;
8.
Media pendidikan akan memberikan pengalaman yang menyeluruh.
(Oemar Hamalik, Media Pendidikan, 1980, halaman 27-28)
Dalam pembelajaran di sekolah, matematika memiliki
hakekat dan karakteristik sebagai berikut:
1.
Matematika sebagai kegiatan penelusuran
pola dan hubungan;
2. Matematika sebagai
kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi dan penemuan;
3. Matematika sebagai kegiatan
pemecahan masalah (problem solving);
4.
Matematika sebagai alat berkomunikasi;
Sedangkan
tujuan pembelajaran matematika adalah sebagai berikut:
1. Melatih cara berfikir dan
bernalar dalam menarik kesimpulan melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi,
dan eksperimen;
2. Mengembangkan kreatifitas
yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan;
3.
Mengembangkan kemampuan pemecahan
masalah;
4. Mengembangkan kemampuan
informasi dan komunikasi dalam menyampaikan ide atau gagasan.
Berdasarkan haltersebut menjadi perlu
diperhatikan bahwa tujuan pembelajaran matematika tidak hanya didominan
kognitif saja, tetapi juga mempunyai tujuan yang bersifat formal. Hal ini dikarenakan matematika juga
diperlukan dalam pemikiran di bidang kerja yang tidak langsung menggunakan
rumus-rumus matematika. Untuk itu
diperlukan adanya perencanaan pembelajaran matematika yang didalamnya
mengembangkan nilai-nilai afektif.
BAB II
LAPORAN YANG
DILAKUKAN
A. Penyusunan Program
Pembelajaran
Tahap awal dari penelitian tindakan
kelas ini adalah menyusun perangkat pembelajaran kelas 2 semester 2 tahun
pelajaran 2006/2007. Penyusunan program
pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Melakukan analisis materi yang terdapat
pada Standar Isi KTSP mata pelajaran matematika yaitu dengan membuat pemetaan
materi dan format penilaian, (terlampir).
2.
Menyusun standar ketuntasan minimal, (terlampir).
3.
Menyusun rencana alokasi waktu program
pembelajaran kelas 2 semester 2 tahun pelajaran 200/2007, (terlampir).
4.
Menyusun pengembangan silabus pembelajaran
kelas 2 semester 2 tahun pelajaran 200/2007, (terlampir).
5.
Menyusun
rencana program pembelajaran (RPP) pada setiap siklus 1 siklus 2 dan siklus 3 (terlampir).
6.
Menyusun lembar kegiatan siswa, (terlampir).
7.
Menyiapkan
instrumen, alat dan bahan serta sumber belajar.
8.
Menyusun soal-soal tes penilaian, (terlampir).
![]() |
Materi yang akan disampaikan dalam program pembelajaran disusun dalam 3 siklus yaitu:
SIKLUS
|
STANDAR
KOMPETENSI
|
KOMPETENSI
DASAR
|
1
|
Menentukan unsur, bagian lingkaran serta ukurannya
|
1.
Menentukan
unsur dan bagian-bagian lingkaran
2.
Menghitung keliling dan luas lingkaran
3.
Menggunakan hubungan sudut pusat,
panjang busur, luas juring dalam pemecahan masalah
|
2
|
Menentukan unsur, bagian lingkaran serta ukurannya
|
4.
Menghitung
panjang garis singgung persekutuan dua lingkaran
5.
Melukis
lingkaran dalam dan lingkaran luar suatu segi tiga.
|
3
|
Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas dan bagian-bagiannya
serta menentukan ukurannya
|
1.
Mengidentifikasi
sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas serta bagian-bagiannya.
2.
Membuat
jarring-jaring kubus, balok, prisma dan limas.
3.
Menghitung luas permukaan dan volume
kubus, balok prisma dan limas.
|
Dalam penyusunan program rencana
pembelajaran (RPP) pada siklus 2 dan 3 harus mengacu pada hasil yang diperoleh
dapa siklus sebelumnya. Dari data nilai hasil belajar dan aktifitas siswa yang
diperoleh pada setiap siklus dievaluasi dan dianalisis. Hasil evaluasi dan analisis tersebut kemudian
digunakan untuk menentukan langkah-langkah program pembelajaran dalam siklus
berikutnya.
B. Pelaksanaan
Pembelajaran
Pada tahap palaksanaan ini guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai
dengan program rencana pembelajaran yang telah disusun. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru berupaya
menggunakan berbagai media pembelajaran berupa benda-benda kongkret yang ada
dilungkungan sekitar sekolah. Selain itu
siswa juga diupayakan untuk diajak menciptakan media dan alat peraga
pembelajaran. Media dan alat peraga benda-benda kongkret yang digunakan
diupayakan adalah benda-benda kongkret yang dapat dibawa dan dipraktekan di
dalam kelas.
Pada setiap pembelajaran guru juga memotifasi siswa dengan memberi
tugas-tugas pengamatan atau praktek lapangan sesuai dengan konsep materi yang
diajarkan. Pemberian
tugas tersebut dapat berupa tugas-tugas mandiri atau tugas kelompok. Hasil yang diperoleh dalam setiap siklus
kemudian dievaluasi untuk menentukan langkah-langkah kegiatan pada siklus
berikutnya. Proses pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas ini
dibagi kedalam 3 silkus yaitu:
1. Siklus 1:
Proses pembelajaran pada siklus 1 ini membahas materi tentang unsur dan
bagian lingkaran, keliling dan luas lingkaran, sudut pusat dan sudut keliling
serta panjang busur dan lua juring. Pada silkus ini pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode
demonstrasi, diskusi dan kerja kelompok.
Setelah guru memotivasi dengan menyampaikan informasi tentang lingkaran,
siswa kemudian dibagi menjadi 8 kelompok yang masing-masing kelompok
beranggotakan 4 atau 5 orang.
Masing-masing kelompok tersebut
kemudian melakukan kegiatan mengikuti petunjuk yang ada dalam lembar kegiatan
siswa. Media dan alat peraga yang
digunakan adalah benda-benda kongkrit yang ada di lingkungan anak setiap hari,
antara lain: VCD, uang logam (coin), pipa paralon, Kaleng, bambu dan
lain-lain. Setelah selesai mengerjakan
LKS mesing-masing kelompok mempresentasikan dan menjelaskan hasil kerja
kelompoknya di hadapan teman-teman kelompok yang lain. Pada kegiatan akhir guru memandu siswa untuk
menyimpulkan hasil kegiatan diskusi kelompoknya masing-masing.
2. Siklus 2
Pada siklus ini
materi yang dibahas adalah tentang garis singgung persekutan dua lingkaran,
lingkaran dalam dan lingkaran luar segitiga.
Pada silkus ini proses pembelajaran lebih ditekankan pada proses
analisis dan penalaran dan komunikasi.
Setelah guru memotivasi dengan menyampaikan informasi tentang garis
singgung lingkaran, siswa kemudian dibagi menjadi 8 kelompok yang masing-masing
kelompok beranggotakan 4 atau 5 orang.
Selain di dalam kelas, untuk
tugas-tugas pengamatan tertentu pembelajaran juga dapat berlangsung di luar
kelas. Hal ini diupayakan agar siswa
mengamati dan menemukan langsung segala sesuatu secara kongkrit dan nyata. Hasil pengamatan yang diperoleh di luar kelas
kemudian dianalisis dan didiskusikan secara kelompok. Setelah selesai berdiskusi kemudian
masing-masing kelompok mempresentasikan dan menjelaskan hasil kerja kelompoknya
di hadapan teman-teman kelompok yang lain.
Pada kegiatan akhir guru memandu siswa untuk menyimpulkan hasil kegiatan
diskusi kelompoknya masing-masing.
3. Siklus 3
Pada
siklus ini materi yang dibahas adalah bangun ruang sisi datar kubus, balok,
prisma dan limas. Pada silkus
pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual dengan pemodelan dan kerja
kelompok. Siswa diajak lebih berperan
aktip untuk berkarya, menghasilkan suatu produk yang bisa dijadikan sebagai
media dan alat peraga pembelajaran dari bahan bahan yang mudah diperoleh.
Beberapa produk yang dihasilkan antara
lain:
-
Membuat
kerangka kubus, balok, limas dan prisma dari sedotan;
-
Membuat
berbagai model kubus, balok, limas dan prisma dari bahan karton;
-
Membuat
berbagai bentuk jaring-jaring kubus, balok limas dan prisma dari bahan karton.
Dengan alat peraga
yang dibuat sendiri, siswa dapat dengan mudah memfisualisasikan soal-soal
cerita kedalam benda-benda kongkrit.
Sehingga pemahaman siswa tentang berbagai permasalahan bangun ruang
dalam kehidupan sehari-hari dapat lebih mudah dipahami.
C. Penilaian hasil
Pembelajaran
Penilaian adalah satu proses kegiatan untuk mengukur
ketercapaian dari suatu tujuan pembelajaran. Ada dua jenis data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini, yaitu;
1. Data nilai hasil
belajar yaitu:
-
Nilai yang diperoleh dari hasil tes baik
tertulis maupun lisan.
-
Nilai yang diperoleh dari hasil pengamatan
terhadap hasil kerja siswa.
2. Data tentang aktifitas siswa yaitu
-
Nilai
aktifitas dan keterlibatan siswa dalam satu proses pembelajaran.
-
Aktifitas
siswa dapat berupa: bertanya, menjawab, mendemonstrasikan, menejaskan dan
menguraikan konsep materi, menyimpulkan dan lain-lain
-
Pengambilan data disusun dalam sebuah
rubrik penilaian.
Proses penilaian hasil pembelajaran dalam penelitian
tindakan kelas ini disusun di dalam pemetaan materi dan format penilaian. Aspek yang dinilai dalam proses pembelajaran,
terdiri dari 3 aspek yaitu:
1.
Penanaman konsep,
2.
Penalaran dan komunikasi,
3.
Pemecahan masalah.
Bentuk penilaian
yang digunakan adalah:
1.
Test tertulis,
2.
Unjuk kerja,
3.
Produk.
Proses penilaian
dilaksanakan dengan berbagai langkah kegiatan, antara lain:
1.
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada
siswa, baik lisan maupun tertulis.
2.
Melakukan
monitoring siswa yang sedang mengerjakan tugas kelompok.
3.
Melakukan pencatatan terhadap aktifitas
siswa.
4.
melakukan penilaian terhadap produk hasil
kerja siswa.
BAB III
LAPORAN HASIL
A. Hasil Pembelajaran
Dari proses pembelajaran yang telah
berlangsung selama 3 siklus diperoleh Hasil data sebagai berikut:
1. Siklus 1
No
|
Kompetensi
dasar
|
Rata-Rata Nilai Hasil Belajar
|
Rata-Rata
Aktivitas Siswa
|
||
II.b
|
II.c
|
II.b
|
II.c
|
||
1
|
Menentukan
unsur dan bagian-bagian lingkaran
|
63,2
|
61,8
|
61,4
|
62,6
|
2
|
Menghitung
keliling dan luas lingkaran
|
64,8
|
65,4
|
63,0
|
65,1
|
3
|
Menggunakan hubungan sudut pusat, panjang busur,
luas juring dalam pemecahan masalah
|
65,0
|
62,0
|
66,8
|
67,8
|
|
Nilai Rata Rata
|
64,3
|
63,1
|
63,7
|
65,2
|
2. Siklus 2
No
|
Kompetensi
dasar
|
Rata-Rata Nilai Hasil Belajar
|
Rata-Rata
Aktivitas Siswa
|
||
II.b
|
II.c
|
II.b
|
II.c
|
||
1
|
Menghitung
panjang garis singgung persekutuan dua lingkaran
|
65,2
|
63,8
|
65,8
|
74,1
|
2
|
Melukis
lingkaran dalam dan lingkaran luar suatu segi tiga
|
64,9
|
65,0
|
64,5
|
73,0
|
|
Nilai Rata Rata
|
65,1
|
64,4
|
65,2
|
73,6
|

3. Siklus 3
No
|
Kompetensi
dasar
|
Rata-Rata Nilai Hasil Belajar
|
Rata-Rata
Aktivitas Siswa
|
||
II.b
|
II.c
|
II.b
|
II.c
|
||
1
|
Mengidentifikasi
sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas serta bagian-bagiannya
|
73,4
|
70,8
|
75,8
|
74,5
|
2
|
Membuat
jarring-jaring kubus, balok, prisma dan limas
|
69,2
|
68,7
|
70,0
|
73,4
|
3
|
Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok
prisma dan limas
|
73,1
|
71,1
|
72,0
|
75,0
|
|
Nilai Rata Rata
|
71,9
|
70,2
|
72,6
|
74,3
|
B. Analisis Hasil Pembelajaran
Penggunaan
metode demonstrasi dan eksperimen perlu diperhatikan jangan hanya membuat siswa
tertarik dengan apa yang dilakukan oleh guru saja. Tetapi juga harus bisa memberikan penanamkan
konsep tentang materi yang sedang diajarkan.
Akan lebih baik lagi jika demonstrasi dapat membuat siswa lebih trampil
dan berkembang serta menemukan berbagai pola hubungan dari data yang
dikumpulkan dan diamati.
Dari data tentang nilai hasil yang
diperoleh selama berlangsung proses pembelajaran menunjukkan hasil bahwa adanya
peningkatan aktivitas siswa dalam setiap proses pembelajaran. Demikian juga dengan nilai hasil belajar,
dari siklus 1 sampai dengan siklus 3 menunjukkan adanya peningkatan rata-rata
nilai hasil belajar siswa. Hal ini
ditunjukkan dalam grafik berikut ini:
Grafik 1: peningkatan nilai dan aktifitas belajar siswa kelas II.e
Grafik 1: peningkatan nilai dan aktifitas belajar siswa kelas II.e

Grafik 2: peningkatan nilai dan
aktifitas belajar siswa kelas II.f
Dari grafik 1 dan grafik 2 tentang nilai
dan aktifitas belajar meninjukkan adanya peningkatan peningkatan pada setiap
siklus. Meskipun peningkatan tersebut
tidak merata antara nilai hasil belajar dengan aktifitas belajar. Adanya peningkatan aktifitas kegiatan siswa
selama proses pembelajaran dari siklus 1, siklus 2 sampai dengan siklus 3, hal
ini menunjukkan bahwa semakin lama siswa semakin senang dan tertarik mengikuti
kegiatan pembelajaran matematika. Sedangkan adanya peningkatan nilai hasil
belajar yang ditunjukkan selama siklus 1, siklus 2 dan siklus 3 menunjukkan
bahwa penggunaan alat peraga benda kongkret dan lembar kegiatan siswa tidak
hanya meningkatkan aktifitas saja tetapi juga dapat meningkatkan pemahaman
konsep tentang materi yang diajarkan.
1.
Siklus 1
Pada siklus 1 memang masih terlihat bahwa
penggunaan lembar kegiatan siswa dan media benda-benda kongkret belum banyak
membantu dalam pemahaman siswa terhadap konsep yang diajarkan. Pada siklus 1 siswa monoton hanya terfokus
pada pengerjaan soal-soal dan perintah yang ada pada lembar kegiatan
siswa. Serta dalam penggunaan alat
peraga siswa masih belum bisa maksimal dalam pemanfaatannya. Dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok
di depan teman-teman kelompok yang lain, manpaknya siswa belum terbiasa dalam
mengemukakan suatu ide atau gagasan, apalagi menjelaskan suatu konsep kepada
teman-teman yang lain.
2. Siklus 2
Hal terpenting terjadi pada siklus 2 dan
siklus 3, dimana perlakuan dalam proses
pembelajaran sangat berbeda dengan siklus 1.
Pada siklus 2 siswa dicoba untuk belajar dengan lingkungan yang ada di
luar kelas. Hal ini bertujuan agar
proses kegiatan belajar tidak monoton berada di dalam kelas. Pembelajaran di luar kelas diharapkan dapat
memberi suasana yang rileks pada siswa sehingga siswa tidak merasa jenuh dan
bosan. Dalam kaitannya dengan materi
garis singgung yang mungkin siswa sulit mengimplementasikan dalam kehidupan,
disini guru harus dapat menciptakan kondisi lingkungan yang mendukung. Alat peraga yang bisa digunakan antara lain:
roda sepeda, hubungan antara rantai dengan geer depan dan belakang dan
lain-lain.
Dari hasil data yang terlihat pada grafik 1
tersebut terlihat bahwa pada siklus 2 di kelas II.e peningkatan nilai dan
aktifitas belajar berjalan seimbang. Lain halnya yang terjadi untuk siswa kelas
II.f, pada grafik 2 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktifitas yang cukup
signifikan pada siklus 2. Namun demikian
pada siklus 3 peningkatan tersebut tidak hanya terjadi pada aktifitas saja,
tetapi juga diikuti dengan peningkatan nilai hasil belajar.
3. Siklus 3
Dari hasil yang
diperoleh pada siklus 2, kemudia digunakan sebagai bahan acuan untuk menentukan
langkah-langkah pembelajaran pada siklus 3.
Pada suklus 3 ini menggunakan bentuk penilaian product. Untuk tugas kelompok siswa diminta untuk
membuat berbagai macam bentuk bangun-bangun ruang.
Hasil yang
diperoleh pada siklus 3 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai dan
aktifitas yang signifikan. Hal ini
menunjukkan bahwa keterlibatan siswa dalam pembuatan alat peraga sangat
berpengaruh terhadap proses pemahaman siswa terhadap konsep yang
diajarkan. Siswa menjadi lebih mudah
dalam memahami berbagai konsep bangun ruang karena mereka terlibat langsung
dalam pembuatan berbagai bentruk alat peraga bangun ruang. Siswa juga dapat dengan leluasa mengembangkan
kreatifitasnya dalam menciptakan bentuk-bentuk bangun ruang, sehingga pemahaman
terhadap bangun ruang menjadi lebih kompleks.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari seluruh tahapan yang dilakukan dalam penelitian
ini, diperoleh data-data yang kemudian dianalisi sehingga dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1.
Model pembelajaran kooperatif menggunakan
media benda benda kongkrit dan lembar kegiatan siswa dapat meningkatan
aktifitas siswa dalam belajar;
2.
Model pembelajaran kooperatif menggunakan
media benda benda kongkrit dan lembar kegiatan siswa dapat meningkatan
pemahaman konsep geometri;
3.
Model pembelajaran kooperatif menggunakan
media benda benda kongkrit dan lembar kegiatan siswa dapat meningkatan hasil
belajar siswa.
B. Saran
Dari hasil pengamatan dan
pengalaman selama berlangsungnya proses penelitian tindakan kelas ini ada
beberapa saran yang disampaikan yaitu:
1.
Guru hendaknya selalu menganalisis dan
mengevaluasi hasil setiap proses pembelajaran dalam upaya untuk meningkatkan
profesionalisme dan kinerja dalam mengajar;
2.
Dalam setiap proses pembelajaran guru
hendaknya memiliki kemauan untuk menciptakan dan menggunakan media dan alat
peraga pembelajaran;
3.
Media pembelajaran tidak harus terbuat
dari bahan yang bagus dan mahal, tetapi cukup menggunakan benda-beanda atau
bahan-bahan yang mudah diperoleh di lingkungan sekitar kita.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar